Anda di halaman 1dari 112

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN SIROSIS
HEPATIS DI LANTAI 7 GEDUNG B
RSUD TARAKAN JAKARTA

Oleh Kelompok 10 A:
Asfira Nurul Fadhilah (P17120018006)
Resmita Rosania Alvira (P17120018031)
Shifa Nabila (P17120018033)

POLITEKKES KEMENKES JAKARTA I


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas karunia
dan rahmat-Nya, kami dapat menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn. S Dengan Sirosis Hepatis Di Lantai 7 Gedung B RSUD Tarakan
Jakarta” dengan lancar.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas PKKMB I.
Rasa terima kasih kami tidak terkirakan kepada yang terhormat Ibu Ns. Dinny Atin
Amanah, S.Kep selaku pembimbing materi dalam pembuatan makalah ini, dosen
pengajar dan staff RSUD Tarakan Jakarta, serta semua pihak yang telah memberikan
banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah
ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dengan
keterbatasan yang kami miliki. Tegur sapa dari pembaca akan kami terima dengan
tangan terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, 19 April 2021

Kelompok 10A
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 4
B. TUJUAN PENULISAN ..................................................................................... 7
C. MANFAAT PENULISAN ................................................................................. 7
TINJAUAN TEORI .......................................................................................................... 9
A. Konsep Penyakit................................................................................................. 9
1. Pengertian Sirosis Hepatitis ............................................................................ 9
2. Klasifikasi Sirosis Hepatitis ......................................................................... 10
3. Etiologi Sirosis Hepatitis .............................................................................. 11
4. Patofisiologi Sirosis Hepatitis ...................................................................... 11
5. Komplikasi Sirosis Hepatitis ........................................................................ 13
6. Pemeriksaan Diagnostik Sirosis Hepatitis .................................................... 16
7. Penatalaksanaan Medis Sirosis Hepatitis ..................................................... 17
8. Prognosis ...................................................................................................... 18
B. Konsep Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatitis ............................................... 19
1. Pengkajian .................................................................................................... 19
2. Diagnosis ...................................................................................................... 22
3. Perencanaan .................................................................................................. 23
4. Evaluasi ........................................................................................................ 29
BAB III ........................................................................................................................... 31
TINJAUAN KASUS....................................................................................................... 31
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ................................................................. 31
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ..................................................................... 34
C. RENCANA KEPERAWATAN ....................................................................... 35
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN............................................................. 37
E. EVALUASI KEPERAWATAN ...................................................................... 38
BAB IV ........................................................................................................................... 42
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 42
A. Pengkajian Keperawatan .................................................................................. 42
BAB V ............................................................................................................................ 53
PENUTUP ...................................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 56
LAMPIRAN.................................................................................................................... 59
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit hati merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi
permasalahan di indonesia. Ditinjau dari pola penyakit hati yang dirawat, secara
umum mempunyai urutan sebagai berikut: hepatitis virus akut, sirosis hati,
kanker hati, abses hati. Dari data tersebut ternyata sirosis hati menempati urutan
kedua. Sirosis hati merupakan salah satu penyakit hati kronis yang paling
banyak ditemukan dimasyarakat dan merupakan stadium terakhir dari penyakit
hati menahun (Hadi S, 2000 dalam Stiphany, 2010). Cedera pada struktur
seluler dari hati menyebabkan fibrosis terkait dengan radang kronis dan
perubahan necrotic menghasilkan sirosis (Digiulio & Donna Jackson, 2014).
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun (penyakit hati kronis) dan
merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronis (Nurdjanah, 2009 dalam
Sitompul, dkk, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) (2015), Sekitar 700.000
umat manusia meninggal karena sirosis hepatis. Sedangkan Data WHO (2011)
dalam Ika (2015) mencatat sebanyak 738.000 pasien dunia meninggal akibat
sirosis hati ini. Penyakit ini menjadi penyebab kematian terbesar pada
penderitanya. Pada tahun 2012 Indonesia memiliki penduduk yang terserang
penyakit hati kronis sebanyak 20 juta jiwa. Informasi kesehatan untuk pasien
sangat penting untuk kelangsungan pemulihan pasien. Pemulihan tidak
berlangsung dengan cepat atau mudah apabila pasien tidak mengetahui hal-hal
yang baik untuk mempercepat penyembuhannya (Fitriani, 2013). Berdasarkan
laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, rata-rata prevalensi sirosis
hepatis adalah 3,5% dari seluruh pasien yang dirawat dibangsal penyakit dalam
atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat.
Perbandingan prevalensi sirosis pada pria:wanita adalah 2,1:1 dan usia rata-rata
44 tahun. (Sulaiman Akhbar, dkk, 2007 dalam Perhimpunan Penelitian Hati
Indonesia, 2013).
Menurut Black & Hawks, (2009) dalam Riris, (2014) bahwa penyebab
sirosis hepatis belum diketahui dengan pasti, tetapi faktor genetik dalam
keluarga turut ambil bagian dalam penyakit ini. Kondisi yang menjadi
faktorpredisposisi munculnya penyakit ini adalah konsumsi alkohol yang
berlebihan dalam jangka waktu yang lama, riwayat terinfeksi virus (B ataupun
C), obstruksi bilier, intoksikasi bahan kimia industri, dan penggunaan obat,
seperti acetaminophen, methotrexate, atau isoniazid.
Menurut Burroughs, Dooley, Heathcote,& Lok, (2011) dalam Rahayu
(2013), Berdasarkan dari etiologi, prevalensi sirosis alkoholik, sirosis non
alkoholik, dan sirosis viral khususnya hepatitis C tergolong tinggi. Di sisi lain,
prevalensi sirosis viral di negara berkembang termasuk Indonesia, tergolong
tinggi khususnya hepatitis B dan C. Meskipun demikian, terdapat beberapa
faktor yang juga memengaruhi proses penyakit yaitu usia, gender (laki-laki),
obesitas, dan gangguan metabolik. Faktor-faktor ini mempunyai pengaruh yang
bervariasi pada pasien yang berbeda. Di Amerika Serikat terjadi peningkatan
proporsi pasien sirosis hepatis dengan hepatitis C dibandingkan dengan penyakit
hati alkoholik pada tahun 2008. Penelitian pada pasien dengan diagnosis tersebut
menunjukkan bahwa umur mereka rata-rata sekitar 60 tahun dan mayoritas
pasien adalah pria dengan rasio pria dan wanita 4 : 1,3. Kematian terbesar dari
sirosis hepatis pada kelompok umur 60-70 tahun (Gunnarsdottir, 2008) dalam
(Agustin, 2013).
Gejala dapat berkembang secara bertahap, atau mungkin tidak terlihat
gejala sama sekali. Ketika timbul gejala, dapat meliputi: Jaundice, yaitu
menguningnya kulit, mata, dan selaput lendir karena bilirubin yang meningkat.
Urin juga terlihat menjadi lebih gelap seperti air teh. warna tinja pucat / tinja
menjadi hitam, kehilangan nafsu makan, mual & muntah darah, mimisan & gusi
berdarah, kehilangan berat badan. Komplikasi yang dapat timbul yaitu
pembekakkan atau penumpukan cairan pada kaki (edema) dan pada perut
(asites) (Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia /PPHI 2013). Menurut Saputra
(2013), beberapa komplikasi dari sirosis hepatis asites, varises esofagus,
hemoroid, perdarahan, melena, hipertensi portal, koma hepatikum, kanker hati.
Sedangkan menurut Lovena, (2015) bahwa sirosis hepatis sering disebabkan
oleh hepatitis B, asites sebagai komplikasi terbanyak.
Menurut hasil penelitian Stiphany, dkk, (2010- 2011) bahwa penderita
sirosis hati dengan proporsi tertinggi adalah keluhan utama perut membesar
(44,7%), klasifikasi sirosis dekompesanta (95,1%), riwayat penyakit terdahulu
yaitu penyakit hati lainnya (25,2%), status komplikasi adalah tidak ada
komplikasi (52,4%), jenis komplikasi varises esophagus dan perdarahan
(55,1%), sumber biaya Askes (41,7%), lama rawatan rata-rata 9,31 hari, keadaan
sewaktu pulang pulang berobat jalan (72,8%).
Menurut hasil penilitian Riris, (2014), bahwa pada pasien sirosis hepatis
dengan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh terbukti status nutrisi dapat ditingkatkan, tidak terjadi penurunan yang
signifikan pada nilai albumin, dan tidak terjadi ensefalopati hepatikum.
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, (2013), beberapa intervensi untuk
menangani komplikasi yaitu memantau perdarahan, memberikan oksigen,
berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian diuretik, memantau asupan dan
haluaran, memantau kadar serum elektrolit, dan memantau status mental.
Perawat merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran
perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar
profesi keperawatan dan bersift konstan. Dalam melaksanakan praktik klinik
keperawatan, perawat melakukan peran dan fungsi keperawatan sebagai pemberi
asuhan keperawatan, pembela klien, konselor, edukator, kolaborator,
koordinator, agen perubahan dan konsultan.
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, dapat memberikan asuhan
keperawatan secara langsung maupun tidak kepada klien, menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi: melakukan pengkajian dalam
upaya mengumpulkan data dan informasi yang ebnar, menegakkan diagnosis
keperawtan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi
keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat
langkah atau cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawtan
sesuai dengan rencana yang ada, dan melakukan evaluasi berdasarkan respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukannya.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada Tn. S dengan
Sirosis Hepatis di Lantai 7 Gedung B RSUD Tarakan Jakarta Pusat
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran mengenai proses dan hasil :
1) Pengkajian keperawatan pada Tn. S dengan Sirosis Hepatis di Lantai
7 Gedung B RSUD Tarakan Jakarta Pusat
2) Menegakkan diagnosis pada Tn. S dengan Sirosis Hepatis di Lantai 7
Gedung B RSUD Tarakan Jakarta Pusat
3) Merumuskan perencanaan pada Tn. S dengan Sirosis Hepatis di
Lantai 7 Gedung B RSUD Tarakan Jakarta Pusat
4) Melakukan implementasi pada Tn. S dengan Sirosis Hepatis di
Lantai 7 Gedung B RSUD Tarakan Jakarta Pusat
5) Melakukan evaluasi pada Tn. S dengan Sirosis Hepatis di Lantai 7
Gedung B RSUD Tarakan Jakarta Pusat
b. Membahas kesenjangan antara teori dan kasus pada Tn. S dengan Sirosis
Hepatis di Lantai 7 Gedung B RSUD Tarakan Jakarta Pusat

C. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat bagi Rumah Sakit
Diharapkan hasil laporan kasus ini dapat memberikan informasi dan tambahan
referensi objektif tentang masalah yang terdapat pada klien sehingga dapat
menajdi acuan dalam memberikan asuhan keperawatan serta pendidikan
kesehatan untuk perawatan selanjutnya di rumah.
2. Manfaat bagi institusi
Hasil laporan ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan dan kumpulan
dokumentasi bagi praktek keperawatan medikal bedah I di perpustakaan
Poltekkes Kemenkes Jakarta I, serta menajdi tolak ukur penilaian evaluasi
terhadap kemampuan mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan dan
kemampuan yang diebrikan dosen
3. Manfaat bagi mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa dalam hal
mengetahui tentang pasien dengan diagnosa medis sirosis hepatis serta menajdi
kesempatan bagi mahasiswa untuk dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah
didapat selama masa kuliah
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian Sirosis Hepatitis


Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis
hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian besar
fungsi hepar. Perubahan besar yang terjadi karena sirosis adalah kematian sel-sel
hepar, terbentuknya sel-sel fibrotik (sel mast), regenerasi sel dan jaringan parut
yang menggantikan sel-sel normal. Perubahan ini menyebabkan hepar
kehilangan fungsinya dan distorsi strukturnya. Hepar yang sirotik akan
menyebabkan sirkulasi intrahepatik tersumbat (obstruktsi intrahepatik).

Sirosis hepatis dapat disebabkan oleh intrahepatik dan ekstrahepatik,


kolestasis, hepatitis virus, dan hepatotoksin. Alkoholnisme dan malnutrisi adalah
dua faktor pencetus utama untuk sirosis Laennec. Sirosis pascanekrotik akibat
hepatoksin adalah sirosis yang paling sering dijumpai. Ada tiga macam sirosis,
yaitu :
a. Sirosis Laennec : sirosis ini disebabkan oleh alkoholnisme dan malnutrisi.
Pada tahap awal sirosis ini, hepar membesar dan mengeras. Namun, pada
tahap akhir, hepar mengecil dan nodular.
b. Sirosis Pascanekrotik : terjadi nekrosis yang berat pada sinosis ini karena
hepatotoksin biasanya berasal dari hepatitis virus. Hepar mengecil dengan
banyak nodul dan jaringan fibrosa.
c. Sirosis bilier : penyebabnya adalah obstruksi empedu dalam hepar dan
duktus koledukus komunis (duktus sistikus). Dimana pembentukan jaringan
parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi
akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).

Bagian hati yang terutama terlibat dalam sirosis terdiri atas ruang portal
dan periportal tempat kanalikulus hilaris dari masing-masing lobulus hati
bergabung untuk membentuk saluran empedu dalam hati. Daerah ini menjadi
tempat inflamasi dan saluran empedu akan tersumbat oleh empedu serta pus
yang mengental. Hati akan berupaya untuk membentuk saluran empedu yang
baru, dengan demikian akan terjadi pertumbuhan jaringan yang berlebihan
terutama terdiri atas saluran empedu yang baru dan tidak berhubungan yang
dikelilingi oleh jaringan parut.

2. Klasifikasi Sirosis Hepatitis


Ada 4 tipe sirosis atau pembetukan parut dalam hati menurut Nurarif (2016):

a. Sirosis Laennec (alkoholik, nutrisional), dimana jaringan parut secara khas


mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
b. Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai
akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
c. Sirosis bilier : penyebabnya adalah obstruksi empedu dalam hepar dan duktus
koledukus komunis (duktus sistikus). Dimana pembentukan jaringan parut
terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat
obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).

d. Sirosis biliaris primer terjadi kerusakan progresif pada duktus biliaris


intrahepatik. Terutama (90%) mengenai wanita antara 40-60 tahun, dan
keluhan utamanya berupa tanda-tanda koleastatis: pruritus, ikterus, disertai
tinja pucat, urin gelap, dan steatorea, pigmentasi, dan xantelasma
Berdasarkan morfologi sirosis hati dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Mikronodular, ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, di dalam
septa parenkim hati mengandung nodul halus dan kecil yang merata.
Sirosis mikronodular besar nodulnya sampai 3 mm, sedangkan sirosis
makronodular ada yang berubah menjadi makronodular sehingga
dijumpai campuran mikro dan makronodular.
2. Makronodular, Sirosis makronodular ditandai dengan terbentuknya septa
dengan ketebalan bervariasi, mengandung nodul yang besarnya juga
bervariasi ada nodul besar didalamnya ada daerah luas dengan parenkim
yang masih baik atau terjadi regenerasi parenkim.
3. Campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro dan makronodular.

Secara fungsional sirosis terbagi atas:


1. Sirosis hati kompensata. Sering disebut laten sirosis hati. Pada stadium
kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini
ditemukan pada saat pemeriksaan screening.
2. Sirosis hati dekompensata ( Active sirosis hati), stadium ini biasanya gejala-
gejalanya sudah jelas, misalnya: ascites, edema, dan icterus.

3. Etiologi Sirosis Hepatitis


Menurut Wibisono (2014), seluruh penyakit hati bersifat kronis dapat
mengakibatkan sirosis hati. Etiologi tersering di negara barat ialah akibat
konsumsi alkohol. Sementara di Indonesia, sirosis utamanya disebabkan oleh
hepatitis B/ C kronis. Sirosis biliaris, dimana pembentukan jaringan parut terjadi
dalam hati disekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis
dan infeksi (kolangitis).

4. Patofisiologi Sirosis Hepatitis


Sirosis adalah tahap akhir pada banyak tipe cidera hati. Sirosis hati biasanya
memiliki konsistensi noduler, dengan berkas fibrosis (jaringan parut) dan
daerah kecil jaringan regenerasi. Terdapat kerusakan luas hepatosit.
Perubahan bentuk hati mengubah aliran system vascular dan limfatik serta
jalur duktus empedu. Periode eksaserbasi ditandai dengan statis empedu,
endapan jaundis (Black & Hawks, 2014). Hipertensi vena poerta berkembang
pada sirosis berat. Vena porta menerima darah dari usus dan limpa. Jadi
peningkatan didalam tekanan vena porta menyebabkan:
1. Aliran balik meningkat pada tekanan resistan dan pelebaran vena esofagus,
umbilicus,dan vena rektus superior, yang mengakibatkan perdarahan
varises.
2. Asites (akibat pergeseran hidrostastik atau osmotic mengarah pada
akumulasi cairan didalam peritoneum)
3. Bersihan sampah metabolic protein tidak tuntas dengan akibat
meningkatnya ammonia, selanjutnya mengarah kepada ensefalopati
hepatikum.
4. Kelanjutan proses sebagai akibat penyebab tidak diketahui atau
penyalahgunaan alkohol biasanya mengakibatkan kematian dari
ensefalopati hepatikum, infeksi bakteri (gram negative), peritonitis
(bakteri), hepatoma (tumor hati), atau komplikasi hipertensi porta (Black &
Hawks, 2014)

5. Komplikasi Sirosis Hepatitis


a. Hipertensi Portal
Hipertensi portal (HP) adalah peningkatan Hepatic Venous Pressure
Gradient (HVPG) lebih dari 5 mmHg. HP merupakan suatu sindroma klinis
yang sering terjadi. Bila gradien tekanan portal (perbedaan tekanan antara
vena porta dan vena cava inferior) diatas 10-12 mmHg, komplikasi HP dapat
terjadi. Hipertensi porta terjadi akibat adanya:

1) Peningkatan resistensi intra hepatik terhadap aliran darah porta


akibat adanya nodul degeneratif.
2) Peningkatan aliran darah splanchnic sekunder akibat
vasodilitasi pada splanchnic vascularbed.
b. Asites
Asites adalah penimbunan cairan serosa dalam rongga peritoneum.
Asites merupakan manifestasi kardinal sirosis dan bentuk berat lain dari
penyakit hati. Beberapa faktor patogenesis asites pada sirosis:

1) Hipertensi porta
2) Hipoalbuminemia (penurunan fungsi sintesis pada hati)
3) Meningkatnya pembentukan dan aliran limfe hati
4) Retensi natrium
5) Gangguan eksresi air

Suatu tanda asites adalah meningkatnya lingkar abdomen. Penimbunan


cairan yang sangat nyata dapat menyebabkan napas pendek karena
diafragma meningkat. Penanganan asites yaitu tirah baring, diit rendah
garam (konsumsi garam 5,2 gram / 90 mmol/hari). Bila tidak berhasil dapat
dikombinasikan dengan spironolakton 100-200 mg/hari. Respon diuretik
bisa dimonitor dengan adanya penurunan BB 0,5 kg/hari tanpa edema dan 1
kg/hari bila ada edema. Bila pemberian spironolakton tidak adekuat, bisa
dikombinasi dengan furosemid 20-40 mg/hari, dengan dosis maksimal 160
mg/hari.
Parasentesis adalah tindakan memasukkan suatu kanula ke dalam
rongga peritonium untuk mengeluarkan cairan asites. Parasintesis dilakukan
bila asites sangat besar. Pengeluaran asites sampai 4-6 liter perlu disertai
dengan pemberian albumin. Asites bisa menyebabkan kesulitan bernapas
yang berat akibat volume cairan yang besar. Beberapa penderita asites juga
mengalami efusi pleura, terutama dalam hemitoraks kanan. Cairan
diperkirakan memasuki toraks melalui air mata dalam pars tendinosa
diafragma karena tekanan abdomen yang meningkat.
c. Varises Gastroesofagus
Varises gastroesofagus merupakan kolateral portosistemik yang paling
penting. Pecahnya varises esofagus (VE) mengakibatkan perdarahan varises
yang berakibat fatal. Varises ini terdapat sekitar 50% penderita sirosis hati
dan berhubungan dengan derajat keparahan sirosis hati. Diagnosis VE
ditegakkan dengan esogfagusgastroduodenoskopi, sehingga perlu dilakukan
skrining untuk mengetahui adanya VE pada semua penderita sirosis hati
yang didiagnosis pertama kali.

Pencegahan terjadinya perdarahan VE adalah dengan pemberian obat


golongan ß blocker (propranolol) maupun ligasi varises. Bila sudah terjadi
perdarahan dalam keadaan akut, bisa dilakukan resusitasi dengan cairan
kristalod/koloid/penggantian produk darah. Untuk menghentikan perdarahan
digunakan preparat vasokonstriktorsplanchnic, somatostatin atau octreotid
50-100 µg/hari dengan infus kontinyu. Setelah itu dilakukan skleroterapi
atau ligasi varises. Tindakan endoskopi terapeutik ini juga dilakukan untuk
menghentikan perdarahan berulang. Transjugular intrahepatic portosistemic
(TIPS) dan pembedahan shunt bisa dilakukan namun sebagai efek samping
dapat terjadi ensefalopati hepatik.

d. Peritonitis Bakterial Spontan


Peritonitis bakterial spontan (SBP) merupakan komplikasi berat dan
sering terjadi pada asites yang ditandai dengan infeksi spontan cairan asites
tanpa adanya fokus infeksi intraabdominal. Pada penderita sirosis hati dan
asites berat, frekuensi SBP berkisar 30% dan angka mortalitas 25%.
Escheria coli merupakan bakteri usus yang sering menyebabkan SBP,
namun bakteri gram negatif seperti Streptococcus viridians, Staphylococcus
amerius bisa ditemukan. Diagnosis SBP ditegakkan bila pada sampel cairan
ditemukan angka sel netrofil > 250 mm3.Untuk penanganan SBP diberikan
antibiotika golongan sefalosporin generasi kedua atau cefotaxim 2 gram IV
tiap 8 jam selama 5 hari.
e. Ensefalopatik Hepatikum
Ensefalopati hepatik (EH) atau koma hepatikum merupakan sindrom
neuropsikiatri pada penderita penyakit hati berat. Beberapa faktor
merupakan presipitasi timbulnya EH diantaranya infeksi, perdarahan,
ketidakseimbangan elektrolit, pemberian obat-obatan sedatif dan protein
porsi tinggi. Dengan mencegah ataupun menangani faktor-faktor presipitasi
EH dapat diturunkan risikonya. Pemberian laktulose, neomisin (antibiotika
yang tidak diabsorbsi mukosa usus) cukup efektif mencegah terjadinya EH.

Sindrom ini ditandai oleh kekacauan mental, tremor otot dan flapping
tremor yang disebut sebagai asteriksis. Perubahan mental diawali dengan
perubahan kepribadian, hilang ingatan dan iritabilitas yang dapat berlanjut
hingga kematian akibat koma dalam.

f. Sindrom Hepatorenal
Sindrom hepatorenal (SHR) merupakan gangguan fungsi ginjal
tanpa kelainan organik ginjal, yang ditemukan pada sirosis hati tahap lanjut.
Sindroma ini sering dijumpai pada penderita sirosis hati dengan asites
refakter. SHR tipe 1 ditandai dengan gangguan progresif fungsi ginjal dan
penurunan klirens kreatinin secara bermakna dalam 1-2 minggu. Tipe 2
ditandai dengan penurunan filtrasi glomerulus dengan peningkatan serum
kreatinin. Tipe 2 ini lebih baik prognosisnya daripada tipe 1.

Penanganan SHR terbaik adalah dengan transplantasi hati. Belum


banyak penelitian yang menguji efektifitas pemberian preparat somatostatin,
terlipressi. Untuk prevensi terjadinya SHR perlu dicegah terjadinya
hipovolemia pada penderita sirosis hati, dengan menghentikan pemberian
diuretik, rehidrasi dan infus albumin.

6. Pemeriksaan Diagnostik Sirosis Hepatitis


a) Uji pencitraan
Pemeriksaan secara visual, seperti USG, CT scan, atau MRI,
serta fibroscan, dapat dilakukan untuk memeriksa kerusakan pada
organ hati
b) Biopsi organ hati
Pemeriksaan sampel jaringan hati dilakukan jika metode lain belum
jelas untuk memastikan sirosis. Melalui biopsi, dokter juga dapat
mengetahui jika kerusakan pada organ hati disebabkan oleh kondisi
selain sirosis
c) Pemeriksaan gastroskopi
Pemeriksaan gastroskopi digunakan dokter untuk melihat pelebaran
pembuluh darah di kerongkongan (varises esofagus) yang berisiko
pecah dan menyebabkan muntah darah.

7. Penatalaksanaan Medis Sirosis Hepatitis


Tidak ada agen farmakologis yang dapat menghentikan atau memperbaiki
proses fibrosis. Penatalaksanaan pada pasien sirosis biasanya didasarkan pada
gejala yang ada dan mekanisme penyebabnya. Terapi ditujukan mengurangi
progresi penyakit, menghindarkan bahan-bahan yang bisa menambah
kerusakan hati, pencegahan dan penanganan komplikasi.
a. Antasid: untuk mengurangi distres lambung dan meminimalkan
kemungkinan perdarahan gastrointestinal.
b. Vitamin dan suplemen: untuk meningkatkan proses kesembuhan pada sel-
sel hati yang rusak dan memperbaiki status gizi klien.
c. Diuretik yang mempertahankan kalium (Spironolakton): untuk mengurangi
asites jika gejala ini terdapat dan meminimalkan perubahan cairan serta
elektrolit.
d. Asupan protein dan kalori yang adekuat: bila tidak ada koma hepatik
diberikan diet yang mengandung protein 1g/kgBB dan kalori sebanyak
2000-3000 kkal/hari.
e. Makanan yang diberikan berbentuk jus buah manis dan glukosa IV:
tindakan biasanya berhasil dilakukan bila diberikan pada awal perjalanan
prakoma dan bila kerusakan hati tidak begitu berlanjut.
8. Prognosis
Prognosis sirosis hepatis dipengaruhi beberapa faktor :

• Etiologi. Pasien dengan sirosis alkoholik prognosisnya lebih baik


daripada sirosis kriptogenik.
• Sirosis dekompensata yang mengikuti perdarahan, infeksi atau
alkoholisme lebih baik prognosisnya dibanding sirosis yang muncul
secara spontan, sebab faktor pencetusnya dapat dikoreksi.
• Respon terhadap terapi
• Ikterus. Ikterus yang menetap merupakan suatu pertanda yang serius.
• Komplikasi neurologi. Jika berkembang menahun dan disertai
sirkulasi kolateral maka prognosis akan lebih baik. Ensefalopati
hepatikum merupakan komplikasi neurologi paling sering pada
sirosis hepatis. Patogenesis ensefalopati hepatikum adalah hiper
amonemia dan penurunan kadar neurotransmitter sentral.
• Ukuran hati. Jika ukuran besar maka prognosisnya akan lebih baik
karena mungkin masih terdapat lebih banyak sel-sel yang berfungsi.
• Perdarahan dari varises esofagus. Jika keadaan sel-sel hati baik maka
perdarahan bisa ditoleransi.
• Asites. Penimbunan cairan pada rongga peritoneum yang disebabkan
oleh hipertensi porta dan hipoalbuminemia. Asites dapat
menyebabkan gangguanpernafasan sekunder karena menurunnya
ekspansi paru, herniasi dinding abdomen, dan wound dehiscence.
Asites dapat memperburuk keadaan terutama jika diperlukan dosis
diuretik yang besar untuk mengontrolnya, terdapat sindroma
hepatorenal, dan asites dengan peritonitis bakterialis spontan.
Dikenal 3 hipotesis pembentukan asites yaitu teori underfilling yang
mengemukakan bahwa kelainan primer yang menyebabkan
terjadinya asites adalah sekuesterisasi cairan yang berlebihan karena
hipertensi portal, teori overflow yang mengatakan bahwa retensi air
dan garam yang berlebihan tanpa disertai penurunan volume darah
elektif, dan yang terakhir adalah teori vasodilatasi arteri perifer yang
menyatukan kdua teori di atas.
• Tes biokimia. Jika albumin serum kurang dari 2,5 g, maka prognosis
akan buruk. Hiponatremi yang berat juga mempunyai prognosis
buruk. Bila rasio bilirubin serum total terhadap gamma glutamil
transpeptidase melebihi satu, maka prognosisnya sangat buruk.
• Hipoprotrombinemia menetap dan hipotensi menetap mempunyai
prognosis buruk.
• Perubahan histologi hati. Perlemakan hati mempunyai respon yang
baik terhadap terapi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatitis

1. Pengkajian
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) , pengkajian pada pasien dengan sirosis hati
meliputi :
a. Identitas pasien

meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin,agama,


pendidikan,pekerjaan, alamat, nomor MR,dan Diagnosa medis
b. Riwayat kesehatan

1) keluhan utama : nyeri pada abdomen, sesak napas, gangguan BAB


dan BAK

2) Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya pasien datang dengan


mengeluh lemah/ letih, otot lemah, anoreksia (susah makan ), nausea,
kembung,pasien merasa perut tidak enak , berat badan menurun,
mengeluh perut semakin membesar, perdarahan pada gusi, ganguan
BAK (inkotenensia urin), ganguan BAB (konstipasi/ diare), juga
sesak napas

3) Riwayat kesehatan Dahulu Pasien dengan sirosis hepatis memiliki


riwayat penggunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama,
sebelumnya ada riwayat hepatitis kronis, riwayat gagal jantung,
riwayat pemakaian obat-obatan, dan merokok

4) Riwayat kesehatan keluarga Adanya keluarga yang menderita


penyakit hepatitis atau sirosis hepatis.

c. Pemeriksaan Fisik paien dengan sirosis hepatis ( Lynn S Bickley, 2012)

1) Wajah : Tampak ikterik, lembab,

2) Mata : Konjungtiva tampak anemis/ pucat, sclera ikterik

3) Mulut : Bau napas khas disebabkan karena peningkatan konsentrasi


dimetil sulfide akibat pintasan porto sistemik yang berat. Membran
mukosa kering dan ikterik . Bibir tampak pucat.

4) Hidung : Terdapat pernapasan cuping hidung

5) Thorax

a. Jantung

Inpeksi : biasanya pergerakan apeks kordis tak terlihat


Palpasi : biasanya apeks kordis tak teraba
Perkusi : biasanya tidak terdapat pembesaran jantung
Auskultasi : biasanya normal, tidak ada bunyi suara jantung
ketiga

b. Paru-paru

Inspeksi : biasanya pasien menggunakan otot bantu


Palpasi : biasanya vocal fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : biasanya resonance, bila terdapat efusi pleura bunyinya
redup
Auskultsi : biasanya vesikuler

c. Abdomen
Inpeksi : umbilicus menonjol, asites
Palpasi : sebagian besar penderita hati muda teraba dan terasa
keras. Nyeri tumpul atau berasaan berat pada epigrastrium atau
kuadran kanan atas.
Perkusi : dulness
Auskultasi : Biasanya bising usus cepat
d. Ekstremitas

Pada ektermitas atas telapak tangan menjadi hiperemesis


(erithema palmare). Pada ektremitas bawah ditemukan edema,
capillary refill time > 2 detik
e. Kulit

Fungsi hati yang terganggu mengakibatkan bilirubin tidak


terkonjugasi Fungsi hati yang terganggu mengakibatkan bilirubin
tidak terkonjugasi sehingga kulit tampak ikterik. Turgaor kulit
jelek, ada luka akibat edema.

d. Pemeriksaan penunjang
1. Uji faal Hepar

a. Bilirubin meningkat (> 1.3 mg/dL)


b. SGOT meningkat (> 3-45 u/L)
c. SGPT meningkat (> 0-35 u/L)
d. Protein total menurun (< 6.1- 8.2 gr %)
e. Albumin menurun (< 3.5-5.2 mg/L)
2. USG
Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya penyakit. Pada
tingkat permulaan sirosis akan tampak hati membesar, permulaan
irregular tepi hati tumpul . Pada fase lanjut terlihat perubahan gambar
USG, yaout tempak penebalan permukaan hati yang irregular. Sebagian
hati tampak membesar dan sebagian lagi dalam batas normal.

3. CT (chomputed tomography) dan MRI


Memberikan informasi tentang pembesaran hati dan aliran darah
hepatic serta obstruksi aliran tersebut.

4. Analisa Gas Darah


Analisa gas darah arterial dapat mengungkapkan gangguan
keseimbangan ventilasi perfusi dan Hipoksia

2. Diagnosis
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
ditandai dengan dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, pola napas
abnormal, takipnea
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin di tandai dengan pengisian kapiler > 3 detik, warna kulit
pucat, edema
c. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi,kelebihan asupan cairan, kelebihan asupan natrium di tandai
dengan dispnea, edema, berat badan meningkat dengan waktu singkat,
kadar Hb/Ht turun, Intake lebih banyak dari output.
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien ditandai dengan berat badan menurun minimal 10% di bawah
rentang ideal, bising usus hiperaktif, kram/nyeri abdomen
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah,
dispnea saat/setelah aktivitas , tekanandarah berubah >20% dari kondisi
istirahat
f. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan/kelebihan
volume cairan ditandai dengan kerusakan jaringan /lapisan kulit
3. Perencanaan

Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional


keperawatan Kriteria Hasil
Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan napas Observasi :
efektif intervensi Observasi : Untuk mendeteksi tanda
berhubungan keperawatan Monitor pola napas awal terjadi gangguan pada
dengan sindrom selama ... jam sistem pernapasan
hipoventilasi diharapkan pola Monitor bunyi napas Untuk mengetahui adanya
ditandai dengan napas klien tambahan suara napas tambahan
dispnea, membaik.
penggunaan otot Kriteria hasil: Terapeutik : Terapeutik:
bantu pernapasan, 1) Dispnea Posisikan semi fowler Untuk meningkatkan
pola napas menurun atau fowler ekspansi paru
abnormal, menjadi 5 (1- Beri oksigen, jika perlu Untuk menurunkan distress
takipnea 5) pernapasan yang disebabkan
oleh hipoksemia
2) Penggunaan
Edukasi : Edukasi:
otot bantu
Ajarkan teknik batuk Untuk mengeluarkan
napas
efektif sputum yang menganggu
menurun
jalan napas
menjadi 5 (1-
5)
Perfusi perifer Setelah dilakukan Observasi: Observasi:
tidak efektif intervensi Periksa sirkulasi perifer Untuk mengetahui keluhan
berhubungan keperawatan klien
dengan penurunan selama ... jam
konsentrasi diharapkan Terapeutik : Terapeutik:
hemoglobin di perfusi perifer Hindari pemasangan Untuk mencegah terjadinya
tandai dengan klien meningkat. infus atau pengambilan komplikasi
pengisian kapiler Kriteria hasil: darah di area
> 3 detik, warna 1) Pengisian keterbatasan perfusi
kulit pucat, edema kapiler Hindari pengukuran Untuk mencegah terjadinya
membaik tekanan darah pada komplikasi
menjadi 5 (1- ekstremitas dengan
5) keterbatasan perfusi
Hindari penekanan dan Untuk mencegah terjadinya
2) Warna kulit
pemasangan tourniquet komplikasi
pucat menurun
pada area yang cedera
menjadi 5 (1-
Lakukan pencegahan Untuk mencegah terjadinya
5)
infeksi komplikasi
3) Edema
menurun Edukasi: Edukasi:
menjadi 5 (1- Anjurkan menggunakan Untuk mengembalikan
5) obat penurun tekanan sirkulasi perifer
darah antikoagulan,dan
penurun kolesterol, jika
perlu.
Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen hipervolemia
berhubungan intervensi Observasi: Observasi:
dengan gangguan keperawatan Periksa tanda dan gejala Untuk mengetahui adanya
mekanisme selama ... jam hipervolemia tanda kelebihan cairan
regulasi,kelebihan diharapkan
asupan cairan, keseimbangan Monitor status Untuk mengetahui adanya
kelebihan asupan cairan klien hemodinamik tanda kelebihan cairan
natrium di tandai meningkat.
dengan dispnea, Kriteria hasil: Monitor intake dan Untuk mengetahui
edema, berat 1) Edema output cairan keseimbangan masukan dan
badan meningkat menurun haluaran
dengan waktu menjadi 5 (1-
singkat, kadar 5) Terapeutik: Terapeutik:
Hb/Ht turun, Batasi asupan cairan dan Untuk mencegah terjadinya
2) Berat badan
Intake lebih garam komplikasi
membaik
banyak dari
menjadi 5 (1-
output. Edukasi: Edukasi:
5)
Anjurkan melaporkan Menunjukkan status volume
jika haluaran urin< 0,5 sirkulasi,
Ml/Kg/jam dalam 6 jam terjadinya/perbaikan
perpindahan cairan, dan
respon terhadap terapi.
Catatan: penurunan volumr
sirkulasi (perpindahan
cairan) dapat mempengaruhi
secara langsung fungsi
/haluaran urin,
mengakibatkan sindrom
hepatorenal.

Untuk Mengontrol cairan


Ajarkan cara membatasi
cairan Kolaborasi:
Membantu pengeluaran
Kolaborasi: garam dan air dalam tubuh
Kolaborasi pemberian
Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
berhubungan intervensi Observasi: Observasi:
dengan keperawatan Identifikasi status nutrisi Untuk mengetahui status zat
ketidakmampuan selama ... jam gizi dan suplemen yang
mengabsorbsi diharapkan status dikonsumsi klien
nutrien ditandai nutrisi klien
dengan berat membaik. Identifikasi makanan Untuk meningkatkan napsu
badan menurun Kriteria hasil: yang disukai makan klien
minimal 10% di 1) Berat badan
bawah rentang membaik Identifikasi kebutuhan Untuk mengetahui nutrisi
ideal, bising usus menjadi 5 (1- kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan klien
hiperaktif, 5)
kram/nyeri Monitor asupan makanan Untuk memenuhi kebutuhan
2) Bising usus
abdomen nutrisi klien
membaik
menjadi 5 (1-
Monitor berat badan Untuk memenuhi kebutuhan
5)
nutrisi klien
3) Nyeri
abdomen Terapeutik: Terapeutik:
menurun Sajikan makanan secara Untuk meningkatkan napsu
menjadi 5 (1- menarik dan dengan suhu makan klien
5) yang ssuai

Berikan makanan tinggi Untuk memenuhi kebutuhan


kalori dan tinggi protein nutrisi klien

Berikan makanan tinggi Untuk memenuhi kebutuhan


serat untuk mencegah nutrisi klien
konstipasi

Edukasi : Edukasi:
Ajarkan diet yang di Untuk memenuhi kebutuhan
programkan nutrisi klien
Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi
aktivitas intervensi Observasi: Observasi:
berhubungan keperawatan Identifikasi gangguan Untuk mengetahui keluhan
dengan selama ... jam fungsi tubuh yang klien
imobilitas, diharapkan mengakibatkan kelelahan
ketidakseimbanga toleransi aktivitas Untuk mengetahui penyebab
n antara suplai klien meningkat. Monitor pola dan jam intoleransi aktivitas
dan kebutuhan Kriteria hasil: tidur
oksigen ditandai 1) Keluhan lelah Terapeutik:
dengan mengeluh menurun Membantu klien untuk
lelah, dispnea menjadi 5 (1- Terapeutik: menggerakan anggota
saat/setelah 5) Lakukan ROM tubuhnya
aktivitas , aktif/pasif
2) Dispnea
tekanandarah Membantu
menurun
berubah >20% Berikan aktivitas menstabilisasikan emosi
menjadi 5 (1-
dari kondisi distraksi yang klien
5)
istirahat menenangkan
3) Tekanan darah
membaik Edukasi : Edukasi:
menjadi 5 (1- Anjurkan tirah baring Menurunkan kebutuhan
5) oksigen oleh tubuh dan
mencegah keletihan

Anjurkan melakukan Menurunkan kebutuhan


aktivitas secara bertahap oksigen oleh tubuh dan
mencegah keletihan
Gangguan Setelah dilakukan Perawatan luka
integritas kulit intervensi Observasi: Observasi:
berhubungan keperawatan - Monitor karakteristik - Untuk mengetahui kondisi
dengan selama ... jam luka luka
kekurangan/keleb diharapkan Terapeutik: Terapeutik:
ihan volume integritas kulit - Bersihkan dengan - Agar luka tetap bersih,
cairan ditandai dan jaringan Nacl/ pembersih mengangkat jaringan tidak
dengan kerusakan klien meningkat nontoksik , sesuai terjadi infeksidan
jaringan /lapisan Kriteria hasil: kebutuhan mempercepat
kulit 1) Kerusakan - Berikan salep yang penyembuhan luka
jaringan sesuai kulit/lesi, jika - Untuk mempercepat
menurun perlu proses penyembuhan luka
menjadi 5 (1- - Ganti balutan sesuai - Agar luka tetap bersih,
5) jumlah eksudat dan mengangkat jaringan tidak
drainase terjadi infeksidan
2) Kerusakan
- Berikan diet dengan mempercepat
Lapisan kulit
kalori 30-35 penyembuhan luka
menurun
kkal/kg/bb/hari dan - Untuk mempercepat
menjadi 5 (1-
protein 1,25-1,5 proses penyembuhan luka
5)
g/kg/bb/hari
Edukasi:
Anjurkan mengkonsumsi Edukasi:
makanan tinggi kalori Untuk mempercepat proses
dan protein penyembuhan luka
Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri Agar mampu
mempraktikkan perawatan
luka dirumah
Kolaborasi: Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian Untuk mempercepat proses
antibiotik, jika perlu penyembuhan luka
4. Evaluasi
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi

S: klien mengatakan lebih baik, napas membaik


O: Dispnea menurun menjadi 5 (1-5)
Penggunaan otot bantu napas menurun menjadi 5 (1-5)
A: masalah keperawatan pola napas tidak efektif teratasi
P: intervensi di hentikan

2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi


hemoglobin

S: klien mengatakan merasa lebih baik


O: Pengisian kapiler membaik menjadi 5 (1-5)
Warna kulit pucat menurun menjadi 5 (1-5)
Edema menurun menjadi 5 (1-5)
A: masalah keperawatan perfusi perifer tidak efektif teratasi
P: intervensi di hentikan
3. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi,kelebihan
asupan cairan, kelebihan asupan natrium

S: klien mengatakan merasa lebih baik


O: Edema menurun menjadi 5 (1-5)
Berat badan membaik menjadi 5 (1-5)
A: masalah keperawatan hipervolemia teratasi
P: intervensi di hentikan

4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

S: klien mengatakan nafsu makan klien membaik


O: Berat badan membaik menjadi 5 (1-5)
Bising usus membaik menjadi 5 (1-5)
Nyeri abdomen menurun menjadi 5 (1-5)
A: masalah keperawatan Defisit nutrisi teratasi
P: intervensi di hentikan

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas, ketidakseimbangan


antara suplai dan kebutuhan oksigen

S: klien mengatakan keluhan lelah menurun dan merasa lebih baik


O: Keluhan lelah menurun menjadi 5 (1-5)
Dispnea menurun menjadi 5 (1-5)
Tekanan darah membaik menjadi 5 (1-5)
A: masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi
P: intervensi di hentikan
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan/kelebihan
volume cairan

S: klien mengatakan luka klien membaik dan merasa lebih baik


O: Kerusakan jaringan menurun menjadi 5 (1-5)
Kerusakan Lapisan kulit menurun menjadi 5 (1-5)
A: masalah keperawatan gangguan integritas kulit teratasi
P: intervensi di hentikan
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini kelompok akan menguraikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada
Tn. S dengan Sirosis Hepatis di lantai 7 Gedung B RSUD Tarakan Jakarta. Asuhan
keperawatan dilakukan selama 6 hari, yang disusun berdasarkan tahapan proses
keperawatan meliputi : pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi keperawata dan evaluasi keperawatan.

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Proses asuhan keperawatan di mulai dari pengkajian yang dilakukan pada
tanggal 10 Maret 2021, di tahap pengakajian, kelompok mengumpulkan data-data klien
melalui anamnesa yang dilakukan dengan wawancara, melakukan pemeriksaan fisik,
hasil pemeriksaan penunjang dan rekam medis klien.
Berdasarkan hasil anamnesa yang telah dilakukan, diketahui pasien bernama Tn.
S usia 40 tahun dengan diagnosa media Sirosis Hepatis, Hepatitis B, nomor register
01428178 di rawat di ruang cempaka kelas 3, sudah menikah, beragama islam, suku
bangsa betawi, pendidikan terakhir SMK, berbahasa Indonesia sebagai bahsa sehari-
hari, bekerja sebagai freelance, tinggal di Tegal Alur, dan sumber biaya berasal dari
BPJS.
Keluhan utama klien pada saat pengkajian adalah tidak bisa tidur, perut terasa
nyeri dan penuh. Hal ini di faktori oleh infeksi pada hepar yang dibuktikan dengan hasil
HbsAg reaktif, keluhan timbul secara bertahap, berlangsung -/+ 4 hari secara terus
menerus, untuk mengatasi rasa sakitnya klien minum obat yang diberikan di Rumah
Sakit. Klien tidak memiliki alergi pada oabt, makanan, binatang dan lingkungan. Klien
tidak memiliki riwayat kecelakaan. Klien pernah dirawat di RSUD Tarakan 1 tahun lalu
karena sakit kuning (Hepatitis B) dan dirawat selama minggu. Klien memiliki riwayat
pemakaian obat curcuma tablet.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, klien merupakan anak ke 2 dari 2
bersaudara, ayah ibu klien sudah meninggal, isteri klien merupakan anak ke 3 dari 7
bersaudara, mertua laki-laki klien sudah meninggal. Klien tinggal serumah dengan isteri
dan 2 orang anaknya (laki dan perempuan). Klien tidak memiliki anggota keluarga yang
menajdi faktor resiko penyakit yang klien alami saat ini.
Orang terdekat klien adalah isteri dan anak, pola komuniaksi klien dengan
keluarga baik, pembuat keputusan adalah klien sendiri selaku kepala keluarga. Klien
mengatakan jarang mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Selama sakit klien tidak
bekerja sehingga perekonomian keluarga klien menurun. Untuk menghadapi stress,
klien akan tidur.klien emngatakan saat ini sangat memikirkan kesehatan dirinya dan
klien ingin lekas sembuh. Klien beragama Islam, tidak ada aktivitas agama yang
bertentangan dengan kesehatan, klien melaukan kegiatan agama denagn sholat. Kondisi
lingkungan rumah klien bersih dan tidak kumuh.
Sebelum sakit, klien makan 3x/hari, nafsu makan baik, porsi makan yang
dihabiskan ½ porsi. Saat sakit klien makan 3x/hari, nafsu makan tidak baik dan makan
habis hanya 1-2 porsi karena klien merasa mual. Makanan yang tidak disukai klien
adalah bubur, klien tidak memiiki alergi pada makanan, tidak ada makanan pantangan,
tidak menggunakan NGT. Pola eliminasi klien sebelum sakit, bab 1-2x/hari, waktunya
tidak tentu, warna feses kuning kecoklatan, konsistensi semi padat, tidak menggunakan
laxative, saat sakit klien abb 1-2x/hari, waktu tidak tentu, warna abu-abu, konsistensi
semi padat, menggunakan laxative. Pola personal hygiene, sebelum sakit klien mandi
2x/hari, oral hygiene 2x/hri, cuci rambut 1x/hari, setelah sakit klien tidak mandi dan
tidak cuci rambut, klien oral hygiene 1x/hari.
Sebelum sakit klien tidur siang 2 jam/hari, tidur malam 8jam/hari, tidak ada
kebiasaan sebelum tidur. Setelah sakit klien tidak tidur siang, tidur malam 3jam/hari,
tidak ada kebiasaan sebelum tidur. Saat sebelum sakit klien bekerja 12jam/hari, tidak
olahraga, klien mengatakan sering merasa lelah ketika bekerja, saat sakit klien
mengatakan tidak bekerja dan tidak berolahraga, klien mengeluh perutnya sakit ketika
duduk, tiduran atau berdiri. Sebelum sakit klien merokok 1-2x/hari, tidak menggunakan
NAPZA, saat sakit klien tidak merokok, tidak menggunakan NAPZA.
Pada pengkajian fisik ditemukan data sebagai berikut, BB 72,5kg, BBSMRS 69
kg, TB 165cm, IMT 26,6 (obesitas I), BBI 58,5kg. tekanan darah 119/76mmHg, Nadi
82x/menit, RR 22x/menit, suhu tubuh 36,30C. lingkar lengan 25,5cm. keadaan umum
ringan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada sistem penglihatan, mata
simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva anemis,
kornea normal, sclera ikterik, pupil isokor, tidak ada kelainan otot-otot mata, fungsi
penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda radang, klien tidak menggunakan kaca mata,
reflex cahaya baik.
Pada sistem pendengaran, daun telinga normal, karakteristik serumen berwarna
kuning, semi padat, bau khas serumen, kondisi telinga tengah normal, tidak ada cairan
dari telinga, tidak ada peraaan penuh di telinga, tidak ada tinnitus, fungsi pendengaran
baik, tidak ada gangguan keseimbangan, tidak menggunakan alat bantu pendengaran,
sistem wicara normal.
Pada sistem pernapsan, jalan napas bersih, pernapasan agak sesak, tidak
menggunakan otot bantu napas, RR 22x/menit, Irma anapas teratur, pernapasan spontan,
kedalaman baik, tidak ada batuk, tidak ada sputum, pada palpasi dada tidak teraba
adanya pembesaran massa pada dada, pada perkusi dada terdengar bunyi sonor, suara
napas vesikuler, tidak ada nyeri saat bernapas dan tidak menggunakan alat abntu napas.
Pada sistem kardiovaskuler, nadi 82x/menit, irama teratur, nadi teraba kuat,
Distensi vena jugularis sebesar 11cm, akral hangat, kulit kuning, CRT <3 detik, edema
di tungkai atas dan bawah, derajat 4, kanan dan kiri. Kecepatan denyut apical
83x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung, tidak ada sakit dada. Klien
tidak ada gangguan hematologi.
Pada sistem saraf pusat, tidak ada keluhan sakit kepala, kesadaran compos
mentis, GCS 15, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan sistem
persyarafan. Pada sistem pencernaan keadaan gig tidak caries, tidak mengguanakan gigi
aplsu, tidak ada stomatitis, lidah kotor, dan salifa normal. Tidak ada muntah, terdapat
neyri pada perut, skala 8 terasa seperti melilit-lilit, nyeri setempat, nyeri di seluruh
kuadran abdomen. Bising usus tidak terdengar, tidak ada diare, warna feses abu-abu,
konsstensi feses semi padat, tidak ada konstipasi, hepar teraba, abdomen distensi,
lingkar perut 101cm, peristaltic usus tidak dapat dikaji karena distensi abdomen.
Pada sistem endokrin, tidak teraba adanya perbesaran kelenjar tiroid, nafas tidak
berbau keton, tidak ada luka gangrene. Pada sistem urogenital, intake 200cc, infuse
1250cc, AM 362,5cc/kgbb, urin 300cc, IWL 1087,5cc/jam, balance cairan 1.812,5-
1387,5 = +425cc. klien mengalami retensi urin, urin keluar 50/bak, tidak ada keluhan
sakit pinggang.
Pada sistem integument, turgor kulit baik, akral hangat, warna kulit kuning,
keadaan kulit baik, tidak ada kelainan kulit, klien di vemplon di tanagn kanan, kon disi
kulit tidak tampak kemeraha, tidak ada phlebitis. Pada sistem musculoskeletal, klien
tidak mengalami kesulitan dalam bergerak, tidak ada sakit pada tulang, sendi, kulit.
Tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang sendi,tonus oto baik, kekuatan otot
5555 5555
ekstremitas atas dan bawah, dextra dan sinistra adalah
5555 5555
Klien mendapat terapi diet 1750kkal, protein 70kkal, lemak 30kkal, rendah
kolesterol, putel 3x1/hari. Terapi obat klien adalah Spironolactone 1x100ml, Curcuma
3x40mg (2 tab), Urdafalk 3x250mg (1 tab), Furosemide 1x10mg (1 tab), Lasix 1x20mg,
Cefotaxime 3x1gr, SNMC 2x20ml, Omz 2x40mg
Hasil pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan adalah pada tanggal 06
Maret 2021 SGOT (AST) 279 U/L (nilai normal : <45 U/L), SGPT (ALT) 398 U/L
(nilai normal <41 U/L). pada tanggal 07 Maret 2021 Bilirunin indirek 16.2 mg/dl (nilai
normal : 0.1-0.7 mg/dl), Bilirubin total 39.0 mg/dl (nilai normal 0.1-1.2 mg/dl),
Bilirubin direk 22.81 mg/dl (nilai normal : <= 0.2 mg/dl). Pada tanggal 11 Maret 2021
pemeriksaan HBsAg reaktif (nilai rujukan : non reaktif), Albumin 2.9 g/dl (nilai normal
: 3.5-5.2 g/dl), Protein 6.5 g/dl (nilai normal : 6.6-8.8 g/dl)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan hasil pengkajian kepada Tn. S yang dilakukan pada 10 Maret 2021,
kelompok merumuskan 4 diagnosa keperawatan uatam, yaitu : Diagnosa pertama
Hipervolemi b.d gangguan mekanisme regulasi d.d klien sesak ketika berbaring, edema
tungkai atas dan bawah derajat 4, berat badan meningkat dalam waktu singkat, distensi
abdomen, Hemoglobin 13.5 g/dl (14.0-16.0), Hematocrit 33.8 % (40.0-48.0) D.0022
Diagnosa kedua yaitu Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis (infeksi) d.d
Kien mengatakan sakit perut seperti melilit-lilit, terasa penuh, S Skala Nyeri 8 (1-10),
Klien tampak meringis, Sulit tidur, Nafsu makan berubah. D.0077
Daignosa ketiga yaitu Risiko Defisit Nutrisi d.d ketidakmampuan mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient D.0032
Diagnosa keempat yaitu Resiko Infeksi d.d Penyakit kronis (SH, Hep B),
Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (penurunan hemoglobin, supresi respon
inflamasi) D.0142

C. RENCANA KEPERAWATAN
Berdasarkan perumusan diagnosa keperawtaan yang telah dilakukan, kelompok
kemudian menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut, antara lain :
Diagnosa pertama : Hipervolemi berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
keseimbangan cairan meningkat, dengan kriteria hasil: output urin meningkat (70
cc/bak), edema menurun (derajat 3), asites menurun, lingkar perut (80 cm), berat badan
membaik (58,5 kg). Intervensi yang dilakukan adalah, periksa tanda dan gejala
hypervolemia (dispnea, edema, jvp/cvp meningkat), identifikasi penyebab
hypervolemia, monitor intake dan output cairan, batasi asupan cairan dan garam,
anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5 ml/kg/jam dalam 6 jam, ajarkan cara
membatasi cairan, kolaborasi pembrian diuretic furosemide 1x10mg (1 tab), lasix
1x20mg.
Diagnosa kedua : Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(infeksi) dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
tingkat nyeri menurun, dengan kriteria hasil: keluhan nyeri menurun (skala 3), meringis
menurun, gelisah menurun, kesulitan tidur menurun. Intervensi yang dilakukan adalah,
identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi
skala nyeri, identifikasi respons nyeri non verbal, identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri, berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(kompres hangat), kontrol lingkungan yang mempercepat rasa nyeri (suhu ruangan),
jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri,
kolaborasi pemberian analgetik (cefotaxime 3x1gr, parenteral)
Diagnose ketiga : Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient dengan tujuan setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam status nutrisi membaik dengan
kriteria hasil: porsi makanan yang dihabiskan meningkat (setengah porsi), serum
albumin meningkat (3.5 g/dl), nyeri abdomen menurun (skala 3), frekuensi makan
membaik (skala 3). Intervensi yang dilakukan adalah, identifikasi status nutrisi,
identifikasi alergi dan intoleransi makanan, identifikasi makanan yang disukai,
identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient, monitor asupan makan, monitor berat
badan, monitor hasil pemeriksaan laboratorium, lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu, fasilitas menentukan pedoman diet (mis, piramida makanan), sajikan
makanan secara menarik dan suhu yang sesuai, berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi, berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein, diet : 1750 kkal,
protein 70 kkal, lemak 30 kkal, rendah kolestrol, putih telur 3x1 hari, berikan suplemen
makanan, jika perlu (curcuma 3x40mg (2 tab), anjurkan posisi duduk, jika mampu,
ajarkan diet yang diprogramkan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu, diet : 1750 kkal, protein 70 kkal,
lemak 30 kkal, rendah kolestrol , putih telur 3x1 hari.
Diagnose keempat : Resiko Infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
(Sirosis Hepatitis, Hepatitis B), ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
(penurunan hemoglobin, supresi respon inflamasi) dengan tujuan setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam risiko infeksi menurun, dengan kriteria hasil:
nyeri menurun (skala 3), mafsu makan membaik (skala 3), hasil lab leukosit (10.00
103µl). Intervensi yang dilakukan adalah, monitor tanda dan gejala infeksi lokasi dan
sistemik, batasi jumlah pengunjung, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien, pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi,
anjurkan meningkatkan asupan nutrisi. Manajemen medikasi meliputi intervensi
identifikasi penggunaan obat sesuai resep, identifikasi masa kadaluwarsa obat, monitor
keefektifan dan efek samping pemberian obat, anjurkan menghubungi petugas,
kesehatan jika terjadi efek samping obat.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Setelah menyusun rencana tindakan kelompok lalu mengimplementasikannya
mulai tanggal 11 sampai 13 Maret 2021, implementasi yang telah dilakukan oleh
kelompok sebagai berikut :
Implementasi diagnosa pertama : Hipervolemi berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi. Implementasi yang dilakukan sudah sesuai intervensi yang dibuat
kelompok yaitu periksa tanda dan gejala hypervolemia (dispnea, edema, jvp/cvp
meningkat), identifikasi penyebab hypervolemia, monitor intake dan output cairan,
batasi asupan cairan dan garam, anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5 ml/kg/jam
dalam 6 jam, ajarkan cara membatasi cairan, kolaborasi pembrian diuretic furosemide
1x10mg (1 tab), lasix 1x20mg.
Implementasi diagnosa kedua : Nyeri Akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis (infeksi). Implementasi yang dilakukan sudah sesuai intervensi
yang dibuat kelompok yaitu identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respons nyeri non verbal,
identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri, berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (kompres hangat), kontrol lingkungan yang mempercepat
rasa nyeri (suhu ruangan), jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, jelaskan
strategi meredakan nyeri, kolaborasi pemberian analgetik (cefotaxime 3x1g, parenteral).
Implementasi diagnosa ketiga : Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient.
Implementasi yang dilakukan sudah sesuai intervensi yang dibuat kelompok yaitu
identifikasi status nutrisi, identifikasi alergi dan intoleransi makanan, identifikasi
makanan yang disukai, identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient, monitor asupan
makan, monitor berat badan, monitor hasil pemeriksaan laboratorium, lakukan oral
hygiene sebelum makan, jika perlu, fasilitas menentukan pedoman diet (mis, piramida
makanan), sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai, berikan makanan
tinggi serat untuk mencegah konstipasi, berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein, diet : 1750 kkal, protein 70 kkal, lemak 30 kkal, rendah kolestrol, putih telur
3x1 hari, berikan suplemen makanan, jika perlu (curcuma 3x40mg (2 tab), anjurkan
posisi duduk, jika mampu, ajarkan diet yang diprogramkan, kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu, diet :
1750 kkal, protein 70 kkal, lemak 30 kkal, rendah kolestrol , putih telur 3x1 hari.
Implementasi diagnosa keempat : Resiko Infeksi berhubungan dengan penyakit
kronis (Sirosis Hepatitis, Hepatitis B), ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
(penurunan hemoglobin, supresi respon inflamasi). Implementasi yang dilakukan sudah
sesuai intervensi yang dibuat kelompok yaitu monitor tanda dan gejala infeksi lokasi
dan sistemik, batasi jumlah pengunjung, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien, pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko
tinggi, anjurkan meningkatkan asupan nutrisi. Manajemen medikasi meliputi intervensi
identifikasi penggunaan obat sesuai resep, identifikasi masa kadaluwarsa obat, monitor
keefektifan dan efek samping pemberian obat, anjurkan menghubungi petugas,
kesehatan jika terjadi efek samping obat.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Setelah mengimplementasikan rencana tindakan, kelompok melakukan evaluasi
pada tanggal 11 sampai 13 Maret 2021 sebagai berikut :
Evaluasi diagnosa pertama : Hipervolemi berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi pada hari kamis, 11 Maret 2021. Data subjektif : Klien
mengatakan minum -/+ 100ml, Klien mengatakan pipis sekitar 100 ml, Klien
mengatakan makan hanya 2 sendok. Data objektif : Edema tungkai atas dan bawah
derajat 4, Lingkar perut 101 cm. Balance cairan : intake: minum: 100 cc + makan: 10 cc
+ AM: 5x72,5: 362,5 cc/kg/bb. Output: urin: 100 cc + Iwl: 15 x 72,5/24 jam : 45,3125
cc/24 jam. Intake- output : 472,5 145,31 : +617,81 cc. Analisa : Hipervolemia belum
teratasi. Planning : Lanjutkan intervensi manajemen hipervolemia
Evaluasi diagnosa kedua : Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis (infeksi) pada hari kamis, 11 Maret 2021. Data subjektif : klien mengatakan
masih merasa sakit dan sesak, klien mengatakan melilit-lilit penuh, klien mengatakan
tidak bisa duduk dengan posisi semi fowler karena sesak dari tekanan perut, klien
mengatakan tidak bisa tidur. Data objektif : klien tampak gelisah dan meringis , skala
nyeri 8, td: 128/75 mmHg, n: 83x/menit, s: 36,9 oc, rr : 25x/menit. Analisa : nyeri akut
belum teratasi. Planning : lanjutkan intervensi manajemen nyeri
Evaluasi diagnosa keempat : Resiko Infeksi berhubungan dengan penyakit
kronis (Sirosis Hepatitis, Hepatitis B), ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
(penurunan hemoglobin, supresi respon inflamasi) pada hari kamis, 11 Maret 2021.
Data subjektif : klien mengatakan masih mual jika makan, klien mengatakan nafsu
makan berkurang. Data objektif : makan 2 sendok, minum 50 ml. Analisa : resiko
infeksi belum teratasi. Planning: lanjutkan intervensi pencegahan infeksi
Evaluasi diagnosa pertama : Hipervolemi berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi pada hari Jumat, 12 Maret 2021. Data subjektif : klien mengatakan
minum -/+ 100ml, klien mengatakan pipis sekitar 100 ml, klien mengatakan makan
hanya 2 sendok. Data objektif : edema tungkai atas dan bawah derajat 4, lingkar perut
101 cm.Balance cairan : intake: minum: 100 cc+ makan: 10 cc + AM: 5x72,5: 362,5
cc/kg/bb. Output: urin: 100 cc, Iwl: 15 x 72,5/24 jam : 45,3125 cc/24 jam. Intake-
output : 472,5 145,31 : +617,81 cc. Analisa : hipervolemia belum teratasi. Planning :
lanjutkan intervensi manajemen hipervolemia
Evaluasi diagnosa kedua : Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis (infeksi) pada hari Jumat, 12 Maret 2021. Data subjektif : klien mengatakan
masih merasa sakit dan sesak, klien mengatakan melilit-lilit penuh, lien mengatakan
tidak bisa duduk dengan posisi semi fowler karena sesak dari tekanan perut, klien
mengatakan tidur malam hanya 2-3jam. Data objektif : klien tampak gelisah dan
meringis, skala nyeri 7, TD: 122/61 mmHg, N: 89x/menit, S: 36,5 oC, RR : 20x/menit.
Analisa : nyeri akut belum teratasi. Planning: lanjutkan intervensi manajemen nyeri.
Evaluasi diagnose ketiga : Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient pada hari
Jumat, 12 Maret 2021. Data subjektif : klien mengatakan masih mual jika makan, klien
mengatakan nafsu makan berkurang, klien mengatakan masih nyeri di perut seperti
melilit. Data objektif : klien makan 2 sendok, klien minum 50 ml, TD: 122/61 mmHg,
N: 89x/menit, S: 36,5 oC, RR : 20x/menit. Analisa : resiko defisit nutrisi belum teratasi.
Planning : lanjutkan intervensi manajemen nutrisi.
Evaluasi diagnosa keempat : Resiko Infeksi berhubungan dengan penyakit
kronis (Sirosis Hepatitis, Hepatitis B), ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
(penurunan hemoglobin, supresi respon inflamasi) pada hari Jumat, 12 Maret 2021.
Data subjektif : klien mengatakan setelah dilakukan kompres hangat nyeri berkurang,
klien mengatakan masih mual jika makan, klien mengatakan nafsu makan berkurang.
Data objektif : makan 2 sendok, inum 50 ml. Analisa : resiko infeksi belum teratasi.
Planning : lanjutkan intervensi pencegahan infeksi.
Evaluasi diagnosa pertama : Hipervolemi berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi pada hari Sabtu, 13 Maret 2021. Data subjektif : klien
mengatakan minum -/+ 100ml, klien mengatakan pipis sekitar 100 ml, klien
mengatakan makan hanya 2 sendok. Data objektif : edema tungkai atas dan bawah
derajat 4, lingkar perut 101 cm. Balance cairan : intake: minum: 100 cc + makan: 10 cc
+ AM: 5x72,5: 362,5 cc/kg/bb. Output: urin: 100 cc + punksi asites: 1200 cc + Iwl: 15 x
72,5/24 jam : 45,3125 cc/24 jam. Intake- output : 472,5 – 1345,31 : -872,81 cc. Analisa
: hipervolemia belum teratasi. Planning : lanjutkan intervensi manajemen hipervolemia.
Evaluasi diagnosa kedua : Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis (infeksi) pada hari Sabtu, 13 Maret 2021. Data subjektif : klien mengatakan
masih merasa sakit dan sesak, klien mengatakan melilit-lilit penuh, klien mengatakan
tidak bisa duduk dengan posisi semi fowler karena sesak dari tekanan perut, klien
mengatakan tidur 2-3 jam. Data objektif : klien tampak sedikit meringis, skala nyeri 6,
TD: 125/70 mmHg, N: 88x/menit, S: 36,60C, RR : 21x/menit. Analisa : nyeri akut
belum teratasi. Planning : lanjutkan intervensi manajemen nyeri.
Evaluasi diagnose ketiga : Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient pada hari
Sabtu, 13 Maret 2021. Data subjektif : klien mengatakan masih mual jika makan, klien
mengatakan nafsu makan berkurang, klien mengatakan masih nyeri di perut seperti
melilit, Data objektif : klien makan 2 sendok, klien minum 50 ml, TD: 125/70 mmHg,
N: 88x/menit, S: 36,60C, RR : 21x/menit. Analisa : resiko defisit nutrisi belum teratasi.
Planning : lanjutkan intervensi manajemen nutrisi.
Evaluasi diagnosa keempat : Resiko Infeksi berhubungan dengan penyakit
kronis (Sirosis Hepatitis, Hepatitis B), ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
(penurunan hemoglobin, supresi respon inflamasi) pada hari Sabtu, 13 Maret 2021.
Data subjektif : klien mengatakan setelah dilakukan kompres hangat nyeri berkurang,
klien mengatakan masih mual jika makan, klien mengatakan nafsu makan berkurang.
Data objektif : makan 2 sendok, minum 50 ml. Analisa : resiko infeksi belum teratasi.
Planning : lanjutkan intervensi pencegahan infeksi.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini kelompok akan membahas keterkaitan dan kesenjangan antara teori
dengan kasus yang dikelola selama 6 hari mulai tanggal 10 – 16 Maret 2021 yaitu
“Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Sirosis Hepatis Di Lantai 7 Gedung B RSUD
Tarakan Jakarta”. Pembahasan ini menggambarkan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan dan membandingkan dengan tinjauan teori serta menemukan faktor
pendukung, penghambat dan mencari solusi penyelesaian masalah. Uraian pembahasan
ini disesuaikan berdasarkan tahapan proses keperawatan yaitu melakukan pengkajian,
mendirikan diagnosa, merumuskan rencana, melakukan implementasi dan mengevaluasi
tindakan yang telah dilakukan.

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan ialah langkah awal proses keperawatan dan sebuah
proses yang sistematis dalam pengumpulan berbagai sumber data untuk megevaluasi
dan mengidentifikasi kasus kesehatan pasien. Tujuan pengkajian ialah menetapkan data
dasar tentang kebutuhan, masalah kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang
dilakukan pasien. Pengkajian bersifat dinamis dan memungkinakan perawat untuk
secara bebas menggali masalah yang relevan (Potter & Perry, 2012).
Berdasarkan hasil anamnesa yang telah dilakukan, diketahui pasien bernama Tn.
S usia 40 tahun dengan diagnosa media Sirosis Hepatis, Hepatitis B, nomor register
01428178 di rawat di ruang cempaka kelas 3, sudah menikah, beragama islam, suku
bangsa betawi, pendidikan terakhir SMK, berbahasa Indonesia sebagai bahsa sehari-
hari, bekerja sebagai freelance, tinggal di Tegal Alur, dan sumber biaya berasal dari
BPJS.
Keluhan utama klien pada saat pengkajian adalah tidak bisa tidur, perut terasa
nyeri dan penuh. Menurut Nurarif & Kusuma (2015), keluhan utama pada pasien
dengan Sirosis Hepatis adalah nyeri pada abdomen, sesak napas, gangguan BAB dan
BAK. Hal ini di faktori oleh infeksi pada hepar yang dibuktikan dengan hasil HbsAg
reaktif, keluhan timbul secara bertahap, berlangsung -/+ 4 hari secara terus menerus,
untuk mengatasi rasa sakitnya klien minum obat yang diberikan di Rumah Sakit. Klien
tidak memiliki alergi pada obat, makanan, binatang dan lingkungan. Klien tidak
memiliki riwayat kecelakaan. Klien pernah dirawat di RSUD Tarakan 1 tahun lalu
karena sakit kuning (Hepatitis B) dan dirawat selama minggu. Klien memiliki riwayat
pemakaian obat curcuma tablet. Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pasien yang
dengan Sirosis Hepatis memiliki riwayat hepatitis kronis, riwayat gagal jantung, riwayat
pemakaian obat-obatan, dan merokok
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, klien merupakan anak ke 2 dari 2
bersaudara, ayah ibu klien sudah meninggal, isteri klien merupakan anak ke 3 dari 7
bersaudara, mertua laki-laki klien sudah meninggal. Klien tinggal serumah dengan isteri
dan 2 orang anaknya (laki dan perempuan). Klien tidak memiliki anggota keluarga yang
menajdi faktor resiko penyakit yang klien alami saat ini.
Sebelum sakit, klien makan 3x/hari, nafsu makan baik, porsi makan yang dihabiskan ½
porsi. Saat sakit klien makan 3x/hari, nafsu makan tidak baik dan makan habis hanya 1-
2 porsi karena klien merasa mual. Menurut Black & Hawks, 2009 bahwa pada sirosis
lanjut, pengkajian diperoleh komplikasi berat dengan dasar fisiologis asites disebabkan
malnutrisi. Penderita sirosis hepatis juga memiliki tanda gejala mual dan muntah.
Makanan yang tidak disukai klien adalah bubur, klien tidak memiiki alergi pada
makanan, tidak ada makanan pantangan, tidak menggunakan NGT. Pola eliminasi klien
sebelum sakit, bab 1-2x/hari, waktunya tidak tentu, warna feses kuning kecoklatan,
konsistensi semi padat, tidak menggunakan laxative, saat sakit klien abb 1-2x/hari,
waktu tidak tentu, warna abu-abu, konsistensi semi padat, menggunakan laxative.
Menurut Sherlock (2011), feses pucat didapati karena bilirubin yang tidak terkonjugasi
akibat dari gangguan metabolisme bilirubin yang disebabkan oleh terganggunya fungsi
hati pada pasien dengan Sirosis Hepatis. Klien BAK sebelum sakit 3-4x/hari, warna
kuning jernih, setelah sakit klien pipis 3-4x/hari, warna kuning kecoklatan. Menurut
Black & Hawks, 2009 urine berwarna gelap disebabkan peningkatan urobilinogen. Pola
personal hygiene, sebelum sakit klien mandi 2x/hari, oral hygiene 2x/hri, cuci rambut
1x/hari, setelah sakit klien tidak mandi dan tidak cuci rambut, klien oral hygiene
1x/hari. Sebelum sakit klien tidur siang 2 jam/hari, tidur malam 8jam/hari, tidak ada
kebiasaan sebelum tidur. Setelah sakit klien tidak tidur siang, tidur malam 3jam/hari,
tidak ada kebiasaan sebelum tidur. Saat sebelum sakit klien bekerja 12jam/hari, tidak
olahraga, klien mengatakan sering merasa lelah ketika bekerja, saat sakit klien
mengatakan tidak bekerja dan tidak berolahraga, klien mengeluh perutnya sakit ketika
duduk, tiduran atau berdiri. Sebelum sakit klien merokok 1-2x/hari, tidak menggunakan
NAPZA, saat sakit klien tidak merokok, tidak menggunakan NAPZA.
Pada pengkajian fisik ditemukan data sebagai berikut, BB 72,5kg, BB SMRS 69
kg, TB 165cm, IMT 26,6 (obesitas I), BBI 58,5kg. tekanan darah 119/76mmHg, Nadi
82x/menit, RR 22x/menit, suhu tubuh 36,30C. lingkar lengan 25,5cm. keadaan umum
ringan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada sistem penglihatan, mata
simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva anemis,
kornea normal, sclera ikterik, pupil isokor, tidak ada kelainan otot-otot mata, fungsi
penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda radang, klien tidak menggunakan kaca mata,
reflex cahaya baik. Menurut Lynn S Bickley (2012), pada pemeriksaan fisik wajah
ditemukan konjungtiva tampak anemis/ pucat, sclera ikterik.
Pada sistem pernapsan, jalan napas bersih, pernapasan agak sesak, tidak
menggunakan otot bantu napas, RR 22x/menit, Irma anapas teratur, pernapasan spontan,
kedalaman baik, tidak ada batuk, tidak ada sputum, pada palpasi dada tidak teraba
adanya pembesaran massa pada dada, pada perkusi dada terdengar bunyi sonor, suara
napas vesikuler, tidak ada nyeri saat bernapas dan tidak menggunakan alat bantu napas.
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), keluhan utama pada pasien dengan Sirosis Hepatis
adalah nyeri pada abdomen, sesak napas, gangguan BAB dan BAK.
Pada sistem kardiovaskuler, nadi 82x/menit, irama teratur, nadi teraba kuat,
Distensi vena jugularis sebesar 11cm, akral hangat, kulit kuning, CRT <3 detik, edema
di tungkai atas dan bawah, derajat 4, kanan dan kiri. Kecepatan denyut apical
83x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung, tidak ada sakit dada. Klien
tidak ada gangguan hematologi.
Pada sistem saraf pusat, tidak ada keluhan sakit kepala, kesadaran compos
mentis, GCS 15, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan sistem
persyarafan. Pada sistem pencernaan keadaan gigi tidak caries, tidak mengguanakan
gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah kotor, dan salifa normal. Tidak ada muntah,
terdapat neyri pada perut, skala 8 terasa seperti melilit-lilit, nyeri setempat, nyeri di
seluruh kuadran abdomen. Bising usus tidak terdengar, tidak ada diare, warna feses abu-
abu, konsstensi feses semi padat, tidak ada konstipasi, hepar teraba, abdomen distensi
dan asites, lingkar perut 101cm, peristaltic usus tidak dapat dikaji karena distensi
abdomen. Menurut Sherlock (2011), Asites merupakan manifestasi kardinal sirosis dan
bentuk berat lain dari penyakit hati.
Pada sistem endokrin, tidak teraba adanya perbesaran kelenjar tiroid, nafas tidak
berbau keton, tidak ada luka gangrene. Pada sistem urogenital, intake 200cc, infuse
1250cc, AM 362,5cc/kgbb, urin 300cc, IWL 1087,5cc/jam, balance cairan 1.812,5-
1387,5 = +425cc. klien mengalami retensi urin, urin keluar 50/bak, tidak ada keluhan
sakit pinggang.
Pada sistem integument, turgor kulit baik, akral hangat, warna kulit kuning,
keadaan kulit baik, tidak ada kelainan kulit, klien di vemplon di tanagn kanan, kondsi
kulit tidak tampak kemerahan, tidak ada plebitis. Menurut Lynn S Bickley (2012),
fungsi hati yang terganggu mengakibatkan bilirubin tidak terkonjugasi Fungsi hati yang
terganggu mengakibatkan bilirubin tidak terkonjugasi sehingga kulit tampak ikterik.
5555 5555
Pada sistem musculoskeletal, klien tidak mengalami kesulitan dalam bergerak, tidak ada
5555 5555
sakit pada tulang, sendi, kulit. Tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang
sendi,tonus oto baik, kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah, dextra dan sinistra
adalah
Klien mendapat terapi diet 1750kkal, protein 70kkal, lemak 30kkal, rendah
kolesterol, putel 3x1/hari. Terapi obat klien adalah Spironolactone 1x100ml, Curcuma
3x40mg (2 tab), Urdafalk 3x250mg (1 tab), Furosemide 1x10mg (1 tab), Lasix 1x20mg,
Cefotaxime 3x1gr, SNMC 2x20ml, Omz 2x40mg. Peritonitis bakterial spontan (SBP)
merupakan komplikasi berat dan sering terjadi pada asites yang ditandai dengan infeksi
spontan cairan asites tanpa adanya fokus infeksi intraabdominal. Pada penderita sirosis
hati dan asites berat, frekuensi SBP berkisar 30% dan angka mortalitas 25%. Escheria
coli merupakan bakteri usus yang sering menyebabkan SBP, namun bakteri gram
negatif seperti Streptococcus viridians, Staphylococcus amerius bisa ditemukan.
Diagnosis SBP ditegakkan bila pada sampel cairan ditemukan angka sel netrofil > 250
mm3.Untuk penanganan SBP diberikan antibiotika golongan sefalosporin generasi
kedua atau cefotaxim 2 gram IV tiap 8 jam selama 5 hari.
Hasil pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan adalah pada tanggal 06
Maret 2021 SGOT (AST) 279 U/L (nilai normal : <45 U/L), SGPT (ALT) 398 U/L
(nilai normal <41 U/L). pada tanggal 07 Maret 2021 Bilirunin indirek 16.2 mg/dl (nilai
normal : 0.1-0.7 mg/dl), Bilirubin total 39.0 mg/dl (nilai normal 0.1-1.2 mg/dl),
Bilirubin direk 22.81 mg/dl (nilai normal : <= 0.2 mg/dl). Pada tanggal 11 Maret 2021
pemeriksaan HBsAg reaktif (nilai rujukan : non reaktif), Albumin 2.9 g/dl (nilai normal
: 3.5-5.2 g/dl), Protein 6.5 g/dl (nilai normal : 6.6-8.8 g/dl). Menurut Lynn S Bickley
(2012), adapun uji faal Hepar yang dilakukan yaitu nilai Bilirubin meningkat (> 1.3
mg/dL), SGOT meningkat (> 3-45 u/L), SGPT meningkat (> 0-35 u/L) , Protein total
menurun (< 6.1- 8.2 gr %) dan Albumin menurun (< 3.5-5.2 mg/L).
Faktor pendukung : dalam melakukan pengkajian ini kelompok dipermudah dengan
adanya format pengkajian yang lengkap dan sistematis. Faktor penghambat :
kemampuan menganalisa data pada kasus belum maksimal dan dalam pengkajian belum
dapat mendalam dan menyeluruh. Solusi : yang dilakukan oleh kelompok adalah
mencari sumber dari buku, ebook dan melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing
maupun CI.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI 2016, diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap
pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan,
pada resiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosa keperawatan
merupakan bagian vutal dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk
membantu klien mencapai kesehatan yang optimal.
Diagnosa pertama Hipervolemi berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi. Analisa : Penyakit hati akan menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
pembuluh darah Vena hati yang selanjutnya meningkatkan resiko keluarnya cairan dari
pembuluh darah ke jaringan sekitar, termasuk rongga peritoneal. Kondisi ini disebabkan
karena adanya gangguan pada fungsi hati dan kurangnya protein dalam tubuh yang
diproduksi di hati (Win, C & Boskey, E, 2019).
Diagnosa kedua Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(infeksi). Analisa : Reaksi inflamasi adalah suatu respon jaringan akibat adanya
rangsangan fisik maupun kimiawi yang bersifat merusak jaringan tubuh. Akibat adanya
rangsangan tersebut, mediator inflamasi atau nyeri seperti histamin, serotinin,
bradikinin maupun prostaglandin terlepas didalam tubuh. Dengan keluarnya mediator
tersebut, tubuh akan mendapat rangsangan panas, nyeri, merah, bengkak serta adanya
gangguan fungsi pada area jaringan yang rusak. Kerusakan jaringan yang
mengakibatkan gangguan sel yang terkait dengan inflamasi akan mempengaruhi
membran sel hingga leukosit mengeluarkan enzim lisosomal dan asam arakhidonat.
Adanya reaksi nyeri/inflamasi merupakan bentuk pertahanan diri tubuh terhadap
rangsangan benda asing (RSUD Buleleng, 2018).
Diagnosa ketiga Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient. Analisa : Pasien sirosis
hepatis mengalami masalah nutrisi dikarenakan beberapa hal yaitu kehilangan nafsu
makan (anoreksia) karena nyeri abdomen, mual, terasa penuh pada abdomen, gangguan
pencernaan dan absorpsi nutrien serta meningkatnya kebutuhan energi. Kondisi ini
sangat memicu terjadinya komplikasi berupa asites dan esefalopati hepatikum (Tsiaousi,
Hatzitolios, Trygonis, dan Savopoulos, 2008 dalam Lasma dan Bunga 2018).
Diagnosa keempat Resiko Infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (Sirosis
Hepatitis, Hepatitis B), ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (penurunan
hemoglobin, supresi respon inflamasi). Analisa : Pada saat sirosis terjadi, cedera hati
akan meninggalkan bekas luka dan membuat hati tidak bekerja secara normal termasuk
tidak mampu membuat protein baru, melawan infeksi, hingga mencerna makanan dan
menyimpan energi.
Kerusakan hati tentu dapat menyebabkan masalah di seluruh bagian tubuh.
Setiap kali hati terluka, entah disebabkan oleh penyakit atau konsumsi alkohol, hati
akan mencoba memperbaiki dirinya sendiri.
Pada prosesnya, jaringan parut akan terbentuk. Semakin lama sirosis dibiarkan,
semakin banyak infeksi yang dihasilkan membentuk jaringan parut yang membuat hati
sulit berfungsi (MayoClinic, 2018).
C. Rencana Keperawatan
Perencanaan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan. Tahap
pertama dalam perencanaan adalah penentuan prioritas masalah, kedua perumusan
tujuan dengan kriteria hasil yang ditargetkan, dan ketuga yaitu penetapan intervensi
keperawatan (Potter & Perry, 2015). Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek-
aspek yang dapat diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau dari persepsi
pasien, keluarga atau komunitas sebagai respons terhadap intervensi keperawatan.
Luaran keperawatan menunjukkan status diagnosis keperawatan setelah dilakukan
intervensi keperawatan (Germini et al, 2010; ICNP,2015 dalam SLKI, 2018). Kriteria
hasil merupakan karakteristik pasien yang dapat diamati atau diukur oleh perawat dan
dijadikan sebagai dasar untuk menilai pencapaian hasil intervensi keperawatan (SLKI,
2018).
Pada langkah pertama yaitu menyusun prioritas dimana kelompok
memprioritaskan Hipervolemi karena diagnosa ini sudah memenuhi 80% syarat gejala
dan tanda mayor serta diagnosa ini merupakan diagnosa yang paling mengancam nyawa
pada pasien kelolaan kelompok dan diagnosa ini sudah berdasarkan teori hierarki
Maslow yaitu kebutuhan nutrisi dan cairan. Untuk perioritas diagnosa kedua yaitu
Nyeri Akut karena diagnosa ini sudah memenuhi 80% syarat gejala dan tanda mayor,
kemudian kelompok juga mempertimbangkan teori hierarki Maslow dalam
memprioritaskan diagnosa ini, yaitu kebutuhan psikologis. Urutan perioritas ketiga yaitu
diagnosa Resiko Defisit Nutrisi karena sudah memenuhi syarat 80% dari tanda dan
gejala mayor, kemudian kelompok juga mempertimbangkan teori hierarki Maslow
dalam memprioritaskan diagnosa ini, yaitu kebutuhan nutrisi dan cairan. Urutan
prioritas keempat yaitu diagnosa Resiko Infeksi karena karena sudah memenuhi syarat
80% dari tanda dan gejala mayor, kemudian kelompok juga mempertimbangkan teori
hierarki Maslow dalam memprioritaskan diagnosa ini, yaitu lingkungan.
Dalam intervensi keperawatan, terdapat tujuan dimana harus menggambarkan
kondisi yang diharapkan disertai jangka waktu dan kriteria hasil mengacu pada prinsip
SMART yaitu Spesifik yang berarti kriteria hasil harus spesifik, Measureable yang
bermakna harus dapat diukur, Achieveable bermakna kriteria hasil memungkinkan
untuk dapat dicapai, Reasonable bermakna harus dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah dan Time bermakna pencapaian harus jelas batas waktunya.
Intervensi diagnosa keperawatan pertama yaitu Hipervolemia, setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3x24 jam klien belum menunjukkan status cairan membaik.
Analisa : pada kasus Tn. S intervensi telah dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan yang terdapat pada teori, seperti periksa tanda dan gejala hipervolemia
(dispnea, edema, JVP/CVP meningkat) dengan rasional untuk mengetahui adanya tanda
gejala yang signifikan pada hipervolemia.
Intervensi diagnosa keperawatan pertama yaitu Nyeri Akut, setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3x24 jam klien belum menunjukkan tingkat nyeri menurun.
Analisa : pada kasus Tn. S intervensi telah dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan yang terdapat pada teori, seperti identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dengan rasional berguna dalam pengawasan
keefektivan obat, kemajuan penyembuhan, perubahan pada karakteristik nyeri
menunjukan terjadinya abses / peritoritis, memerlukan upaya evaluasi medik dan
intervensi.
Intervensi diagnosa keperawatan pertama yaitu Resiko Defisit Nutrisi, setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien belum menunjukkan status nutrisi
meningkat. Analisa : pada kasus Tn. S intervensi telah dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan yang terdapat pada teori, seperti identifikasi status nutrisi dengan rasional
Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien.
Intervensi diagnosa keperawatan pertama yaitu Resiko Infeksi, setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien belum menunjukkan tingkat infeksi
menurun. Analisa : pada kasus Tn. S intervensi telah dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan yang terdapat pada teori, seperti monitor tanda dan gejala infeksi lokasi
dan sistemik dengan rasional untuk mengetahui adanya tanda dan gejala infeksi.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan dan
kegiatan komunikasi (Potter & Perry, 2012).
Implementasi diagnosa pertama : Hipervolemi berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi. Analisa : Implementasi yang dilakukan sudah sesuai intervensi
yang dibuat kelompok yaitu periksa tanda dan gejala hypervolemia (dispnea, edema,
jvp/cvp meningkat), identifikasi penyebab hypervolemia, monitor intake dan output
cairan, batasi asupan cairan dan garam, anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5
ml/kg/jam dalam 6 jam, ajarkan cara membatasi cairan, kolaborasi pembrian diuretic
furosemide 1x10mg (1 tab), lasix 1x20mg.
Implementasi diagnosa kedua : Nyeri Akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis (infeksi). Analisa : Implementasi yang dilakukan sudah sesuai
intervensi yang dibuat kelompok yaitu identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respons nyeri
non verbal, identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri, berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (kompres hangat), kontrol lingkungan
yang mempercepat rasa nyeri (suhu ruangan), jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri, kolaborasi pemberian analgetik (cefotaxime
3x1g, parenteral).
Implementasi diagnose ketiga : Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient. Analisa
: Implementasi yang dilakukan sudah sesuai intervensi yang dibuat kelompok yaitu
identifikasi status nutrisi, identifikasi alergi dan intoleransi makanan, identifikasi
makanan yang disukai, identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient, monitor asupan
makan, monitor berat badan, monitor hasil pemeriksaan laboratorium, lakukan oral
hygiene sebelum makan, jika perlu, fasilitas menentukan pedoman diet (mis, piramida
makanan), sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai, berikan makanan
tinggi serat untuk mencegah konstipasi, berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein, diet : 1750 kkal, protein 70 kkal, lemak 30 kkal, rendah kolestrol, putih telur
3x1 hari, berikan suplemen makanan, jika perlu (curcuma 3x40mg (2 tab), anjurkan
posisi duduk, jika mampu, ajarkan diet yang diprogramkan, kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu, diet :
1750 kkal, protein 70 kkal, lemak 30 kkal, rendah kolestrol , putih telur 3x1 hari.
Implementasi diagnose keempat : Resiko Infeksi berhubungan dengan penyakit
kronis (Sirosis Hepatitis, Hepatitis B), ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
(penurunan hemoglobin, supresi respon inflamasi). Analisa : Implementasi yang
dilakukan sudah sesuai intervensi yang dibuat kelompok yaitu monitor tanda dan gejala
infeksi lokasi dan sistemik, batasi jumlah pengunjung, cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan pasien, pertahankan teknik aseptic pada pasien
berisiko tinggi, anjurkan meningkatkan asupan nutrisi. Manajemen medikasi meliputi
intervensi identifikasi penggunaan obat sesuai resep, identifikasi masa kadaluwarsa
obat, monitor keefektifan dan efek samping pemberian obat, anjurkan menghubungi
petugas, kesehatan jika terjadi efek samping obat.

E. Evaluasi Keperawatan
Dokumentasi pada tahap evaluasi adalah membandingkan secara sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan
kenyataan yang ada pada klien, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan merupakan tahap
akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain (Potter & Perry,
2012).
Evaluasi diagnosa pertama : Hipervolemi berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi pada hari Sabtu, 13 Maret 2021 belum teratasi dengan tujuan dan
kriteria hasil yang belum memenuhi standar yaitu, Data subjektif : klien mengatakan
minum -/+ 100ml, klien mengatakan pipis sekitar 100 ml, klien mengatakan makan
hanya 2 sendok. Data objektif : edema tungkai atas dan bawah derajat 4, lingkar perut
101 cm. Balance cairan : intake: minum: 100 cc + makan: 10 cc + AM: 5x72,5: 362,5
cc/kg/bb. Output: urin: 100 cc + punksi asites: 1200 cc + Iwl: 15 x 72,5/24 jam :
45,3125 cc/24 jam. Intake- output : 472,5 1345,31 : -872,81 cc. Analisa : hipervolemia
belum teratasi. Planning : lanjutkan intervensi manajemen hipervolemia.
Evaluasi diagnosa kedua : Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis (infeksi) pada hari Sabtu, 13 Maret 2021 belum teratasi dengan tujuan dan
kriteria hasil yang belum memenuhi standar yaitu, Data subjektif : klien mengatakan
masih merasa sakit dan sesak, klien mengatakan melilit-lilit penuh, klien mengatakan
tidak bisa duduk dengan posisi semi fowler karena sesak dari tekanan perut, klien
mengatakan tidur 2-3 jam. Data objektif : klien tampak sedikit meringis, skala nyeri 6,
TD: 125/70 mmHg, N: 88x/menit, S: 36,60C, RR : 21x/menit. Analisa : nyeri akut
belum teratasi. Planning : lanjutkan intervensi manajemen nyeri.
Evaluasi diagnose ketiga : Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient pada hari
Sabtu, 13 Maret 2021 belum teratasi dengan tujuan dan kriteria hasil yang belum
memenuhi standar yaitu, Data subjektif : klien mengatakan masih mual jika makan,
klien mengatakan nafsu makan berkurang, klien mengatakan masih nyeri di perut
seperti melilit, Data objektif : klien makan 2 sendok, klien minum 50 ml, TD: 125/70
mmHg, N: 88x/menit, S: 36,60C, RR : 21x/menit. Analisa : resiko defisit nutrisi belum
teratasi. Planning : lanjutkan intervensi manajemen nutrisi.
Evaluasi diagnosa keempat : Resiko Infeksi berhubungan dengan penyakit
kronis (Sirosis Hepatitis, Hepatitis B), ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
(penurunan hemoglobin, supresi respon inflamasi) pada hari Sabtu, 13 Maret 2021
belum teratasi dengan tujuan dan kriteria hasil yang belum memenuhi standar yaitu,
Data subjektif : klien mengatakan setelah dilakukan kompres hangat nyeri berkurang,
klien mengatakan masih mual jika makan, klien mengatakan nafsu makan berkurang.
Data objektif : makan 2 sendok, minum 50 ml. Analisa : resiko infeksi belum teratasi.
Planning : lanjutkan intervensi pencegahan infeksi.
BAB V

PENUTUP
Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal
10 sampai 16 Maret 2021 pada Tn. S Dengan Sirosis Hepatis Di Lantai 7 Gedung B
RSUD Tarakan Jakarta, maka dalam bab ini kelompok akan menyimpulkan proses
keperawatan yang telah dilakukan dan memberikan beberapa saran kepada pihak-pihak
terkait.
A. Kesimpulan
Setelah kelompok melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. S Dengan Sirosis
Hepatis Di Lantai 7 Gedung B RSUD Tarakan Jakarta pada tanggal 10 sampai 16
Maret 2021, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
Pada tahap pengkajian ditemukan faktor resiko dari timbulnya gangguan fungsi
hati yang menyebabkan pasien mengalami Sirosis Hepatis yaitu adanya riwayat
Hepatis B pada klien yang juga klien sempat dirawat 1 tahun lalu dengan keluhan
sakit kuning (diagnosa medis : Hepatis B). Manifestasi klinis yang muncul ialah
nyeri pada perut, sesak napas, Bab abu-abu, Bak kuning kecoklatan, konjungtiva
anemis, sklera ikterik, kulit kuning, adanya asites pada abdomen, merasa mual
ketika makan.
Kelompok menulis 4 prioritas diagnosa keperawatan yaitu Hipervolemi
berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, Nyeri Akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis (infeksi), Resiko Defisit Nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient, Resiko Infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (Sirosis Hepatitis,
Hepatitis B), ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (penurunan hemoglobin,
supresi respon inflamasi). Dimana keempat diagnosa yang diangkat sudah sesuai
dengan teori yang ada di Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) sebagai
acuannya.
Rencana keperawatan pada kasus kelolaan yang telah disusun oleh kelompok,
pada umumnya sudah sesuai dengan teori, dengan seluruh diagnosa yang diharapkan
pada diagnosa Hipervolemi berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
dapat membaik, pada diagnosa Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis (infeksi) dapat menurun, pada diagnosa Resiko Defisit Nutrisi
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient dapat menurun, dan pada diagnosa Resiko Infeksi
berhubungan dengan penyakit kronis (Sirosis Hepatitis, Hepatitis B),
ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (penurunan hemoglobin, supresi
respon inflamasi dapat menurun dalam 3x24 jam pelaksanaan serta memenuhi
seluruh kriteria hasil yang telah dirancang. Pada kasus Tn. S ini intervensi secara
umum telah dilakukan sesuai dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI).
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan telah sesuai dengan perencanaan yang
telah disusun oleh kelompok pada kasus. Faktor pendukung dari intervensi yang
telah dilakukan oleh kelompok adalah antara kelompok, pasien dan keluarga sudah
menjalin hubungan saling percaya yang baik, adanya kerjasama antara kelompok
dengan perawat ruangan dengan berkolaborasi dalam pemberian asuhan
keperawatan, dan keluarga pasien yang kooperatif sehingga memudahkan kelompok
dalam melakukan tindakan keperawatan. Faktor penghambat dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan adalah keterbatasan kemampuan keterampilan
pada kelompok. Solusi yang kelompok lakukan yaitu berkonsultasi dengan dosen
pembimbing tentang pelaksanaan asuhan keperawatan, memperluas kerjasama
denga perawat ruangan dan kobolasi dengan tim medis lainnya dalam melakukan
pelaksanaan yang sesuai denga renca keperawatan yang telah dibuat.
Evaluasi yang dilakukan oleh kelompok selama 3 hari pada tanggal 14 sampai
16 Maret 2021, didapati bahwa dari keempat diagnosa yaitu Hipervolemi
berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, Nyeri Akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis (infeksi), Resiko Defisit Nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient, Resiko Infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (Sirosis Hepatitis,
Hepatitis B), ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (penurunan hemoglobin,
supresi respon inflamasi), dimana dari keempat diagnosa tersebut belum teratasi
dalam kurung waktu 3x24 jam sehingga tujuan belum tercapai dan intervensi
dilanjutkan oleh perawat ruangan.
B. Saran
Rumah Sakit : saran yang dapat kelompok berikan kepada rumah sakit adalah
agar dapat meningkatkan dan mempertahankan standar asuhan keperawatan dalam
hal ini proses keperawatan pasien dengan Sirosis Hepatis sehingga mutu pelayanan
rumah sakit dapat tetap terjaga.
Institusi pendidikan : kelompok berharap pihak akademik dapat menyediakan
sumber buku yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan Sirosis
Hepatis sebagai bahan informasi yang penting dalam pembuatan laporan ini dan
dapat meningkatkan kualitas serta strategi pendidikan terutama dengan pembuatan
asuhan keperawatan dalam praktik maupun teori.
Profesi keperawatan : kelompok berharap agar perawat ruangan dapat
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan dan dapat memberikan asuhan
keperawatan dengan sebaik-baiknya dalam hal ini pasien dengan Sirosis Hepatis.
Mahasiswa keperawatan : kelompok berharap agar seluruh mahasiswa
keperawatan dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman serta keterampilan
dalam proses keperawatan medikal bedah dalam hal ini pasien dengan Sirosis
Hepatis, dimana hal tersebut menjadi sangat penting untuk kelangsungan dan
keberhasilan penyembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Destiana. 2013. Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat


Perkotaan pada Pasien dengan Sirosis Hepatis di Ruang PU 6 RSPAD Gatot
Soebroto Jakarta Pusat. Depok : Karya Ilmiah Akhir FIK UI

American Cancer Society (2016). Liver Cancer Risk Factors

Black, M. J., & Hawks, J. H. (2009). Clinical management for positive outcome (8th
ed.). Philadelphia WB Saunders Company.

Cleveland Clinic (2019). Cirrhosis of the Liver.

DiGiulio Mary, Donna Jackson, Jim Keogh (2014), Keperawatan Medikal bedah,
Ed. I, Yogyakarta: Rapha publishin

Fitriani, Kattria. 2013. Gambaran Pemberian Informasi Kesehatan tentang Managemen


Sirosis Hepatis pada Pasien di Rumah Sakit Umum Kota Banda Aceh. Fakultas
Keperawatan. Universitas Syiah Kuala

Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-


2017, edisi 10. Jakarta: EGC

Ika. 2015. Sirosis Hati Masih Menjadi Persoalan Kesehatan Dunia, diakses
dalam:https://ugm.ac.id/id/berita/10339sirosis.hati.masih.menjadi.persoalan.kese
hatan.dunia, pada tanggal 20 April 2021
Kostodia, Veronika. 2019. Asuhan KeperawatanPada Tn. L.K Dengan “Sirosis
Hepatis” Di Ruang Kelimutu RSUD PROF DR.W.Z. JOHANNES KUPANG.
Karya Ilmiah Akhir Politeknik Kesehatan KEMENKES KUPANG

Lynn S Bickley.2012.Buku sakupemeriksaanfisikdanriwayat.Jakarta:EGC

Marselina, Ni Made Tuty. 2014.GambaranKlinisPasienSirosisHati :StudiKasus Di


RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode 2010-2012. Semarang :Karya Ilmiah
Akhir FIK UNDIP

Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Cirrhosis

National Health Service UK (2017). Health A-Z. Cirrhosis.

National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (2018). Cirrhosis.

Nurdjana, Siti.2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Sirosis Hati. Indonesia:
Penerbit: Interna Publishing. Edisi 6. P.1978

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Indikator Diagnostik, edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan Keperawatan, edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Prodromos, et al. (2012). Beyond “Cirrhosis”: A Proposal From the International Liver
Pathology Study Group. American Journal of Clinical Pathology, 137(1), pp. 5-
9.Punnoose, A., Lynm, C. & Golub, R. (2012). Cirrhosis. JAMA, 307(8),
doi:10.1001/jama.2012/82.
Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses
dan Praktik. Jakarta: EGC

RSUD BULELENG. (2018) Artikel : Memahami Proses terjadinya Nyeri


Inflamasi, diakses pada tanggal 23 April 2021 pukul 17.05

R. S Lasma, T. B Bunga. (2019). Peningkatan Status Gizi Pasien Sirosis Hepatis


Melalui Regimen Nutrisi Di RS Sari Mutiara Medan. Idea Nursing Journal
Vol. IX No. 2 2018. ISSN : 2087-2879. Prodi Ners, Universitas Sari
Mutiara Indonesia

Sherlock, S., 2011. Diseases of the Liver and Biliary System. USA: Penerbit
Willey Blackwell. Edisi 12. P.103-120

Siti Nurdjanah. Sirosis hepatitis. In: sudoyo AW, Setiyohadi B, Alvi I, simadribrata MK,
Setia S (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 5th ed. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Falkultas Kedokteran Indonesia. 2009. Page 668-673

WebMD (2019). Cirrhosis and Your Liver.

Wint, C. & Boskey, E. (2019). Ascites Causes and Risk Factors. Heatlhline.
LAMPIRAN
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal Pengkajian : 10 Maret 2021


Tanggal Masuk : 6 Maret 2021
Ruang/Kelas : Cempaka/Kelas 3
Nomor Register : 01428178
Diagnosa Medis : Sirosis Hepatis, Hepatitis B

A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 40 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Betawi
Pendidikan : SMK
Bahasa Yang Digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Freelance
Alamat : Tegal Alur
Sumber biaya (Pribadi, Perusahaan, lain-lain) : BPJS
Sumber Informasi (Pasien/Keluarga) : Pasien dan keluarga

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama : Tidak bisa tidur, perut terasa nyeri dan penuh,
sesak saat posisi tidur
b. Kronologis keluhan
▪ Faktor pencetus : Infeksi pada Hepar dibuktikan dengan hasil
HBsAg reaktif
▪ Timbul keluhan : ( - )Mendadak, ( √ ) Bertahap
▪ Lamanya : -/+ 4 hari, secara terus menerus
▪ Upaya mengatasi : Minum obat dari RS

2. Riwayat kesehatan masa lalu


a. Riwayat Alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan) : Tidak ada
b. Riwayat kecelakaan : Tidak ada
c. Riwayat dirawat di Rumah sakit (kapan, alasan dan berapa lama) : Klien dan
keluarga mengatakan pernah di rawat di RS Tarakan 1 tahun yang lalu karena
sakit kuning, dirawat selama minggu
d. Riwayat pemakaian obat : Curcuma tablet

3. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan Keterangan)


4. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor
resiko
Tidak ada
5. Riwayat Psikososial dan Spiritual
a. Siapakah orang terdekat dengan pasien ? Istri dan anak
b. Interaksi dalam keluarga
▪ Pola Komunikasi : Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam
berkomunikasi dengan keluarga, Klien mengatakan sering berbincang-
bincang dengan keluarga setelah pulang kerja
▪ Pembuat Keputusan : Tn. S selaku kepala keluarga
▪ Kegiatan Kemasyarakatan : Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan
kemasyarakatan
c. Apakah dampak sakit pasien terhadap keluarga ?
Perekonomian keluarga menurun karena klien tidak bekerja selama sakit,
keluarga khawatir terhadap kesehatan klien
d. Apakah masalah yang mempengaruhi pasien ? Klien mengatakan ekonomi dan
pekerjaan sangat berpengaruh bagi klien untuk menghidupi keluarganya
e. Mekanisme koping terhadap stress :
( - ) Pemecahan masalah (-) Minum obat
( - ) Makan (-) Cari pertolongan
(√ ) Tidur (-) Lain-lain (Misal : marah, diam)
f. Persepsi pasien terhadap penyakitnya
▪ Hal apakah yang sangat dipikirkan saat ini ? Klien mengatakan saat ini
sangat memikirkan kesehatan dirinya
▪ Apakah harapan setelah menjalani perawatan? Klien mengatakan ingin
lekas sembuh dari penyakitnya ini
▪ Apakah perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit? Klien mengatakan
merasakan perubahan ekonomi, aktivitas, pola tidur dan nutrisi
g. Sistem nilai kepercayaan
▪ Apakah ada nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan ? Tidak ada
▪ Apakah aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan ? Sholat
▪ Bagaimanakah kondisi Lingkungan Rumah ? Baik, bersih dan tidak kumuh
6. Pola Kebiasaan
Pola Kebiasaan
Hal Yang Dikaji
Sebelum Sakit Di Rumah Sakit

Pola Nutrisi
▪ Frekuensi makan : …. x/hari 3x/hari 3x/hari
▪ Nafsu makan : baik/tidak Baik Tidak baik
▪ Porsi makan yang dihabiskan ½ porsi 1-2 sdm,
merasa mual

▪ Makanan yang tidak disukai Bubur Bubur


▪ Makanan yang membuat alergi Tidak ada Tidak ada
▪ Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
▪ Makanan diet Rendah lemak Rendah lemak
▪ Penggunaan obat-obatan Tidak ada Tidak ada
sebelum makan
▪ Penggunaan alat bantu (NGT, Tidak ada Tidak ada
dll)

Pola Eliminasi BAK


▪ Frekuensi 3-4x/hari 3-4x/hari
▪ Warna Kuning jernih Coklat pekat
▪ Keluhan Tidak ada Tidak ada
▪ Penggunaan alat bantu Tidak ada Tidak ada
(kateter, dll)

Pola Eliminasi BAB


▪ Frekuensi 1-2x/hari 1-2x/hari
▪ Waktu Tidak tentu Tidak tentu
(pagi/siang/malam/tidak tentu)
▪ Warna Kuning kecoklatan Abu-abu
▪ Konsistensi Semi padat Semi padat
▪ Keluhan Tidak ada Tidak ada
▪ Penggunaan Laxatif : ya / tidak Tidak Ya

Pola personal Hygiene


▪ Frekuensi mandi 2x/hari Tidak
▪ Frekuensi oral Hygiene 2x/hari 1x/hari
▪ Frekuensi cuci rambut 1x/hari Tidak

Pola Istirahat dan Tidur


▪ Lama tidur siang : … jam/hari 2jam/hari Tidak tidur
▪ Lama tidur malam : ….. 8jam/hari 3jam/hari
jam/hari
▪ Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Tidak ada

Pola Aktivitas dan Latihan


▪ Waktu bekerja : 12 jam Tidak
▪ Olahraga : ya / tidak Tidak Tidak
▪ Frekuensi olahraga : ……
x/minggu
▪ Keluhan dalam beraktivitas Klien mengatakan Klien
sering merasa lelah mengatakan
ketika bekerja perutnya sakit
ketika duduk,
tiduran atau
berdiri

Kebiasaan Yang
Mempengaruhi Kesehatan
▪ Merokok : ya / tidak Ya, 1-2x/kali, 3-4 Tidak
Frekuensi, jumlah, lama batang/hari, 22
tahun
▪ Minuman keras/NAPZA : Tidak Tidak
Ya/Tidak
Frekuensi, jumlah, lama

C. PENGKAJIAN FISIK
1. Pemeriksaan Fisik Umum :
a. Berat badan : 72,5 kg
b. Berat badan SMRS: 69 kg Tinggi badan : 165 cm
c. IMT : 26,6 (Obesitas I) Berat badan ideal : 58,5 kg
d. TTV : Tekanan darah : 119/76 mmHg Nadi : 82 x/menit
Frekuensi nafas : 22 x/menit Suhu tubuh 36,3 oC
e. Lingkar lengan : 25,5 cm
f. Keadaan umum : ( √) Ringan ( - ) Sedang ( - ) Berat
g. Pembesaran kelenjar getah bening : ( √ ) Tidak ( - ) Ya, lokasi : Tidak ada
2. Sistem Penglihatan :
a. Posisi mata : ( √ ) Simetris ( - ) Asimetris
b. Kelopak mata : ( √ ) Normal ( - ) Ptosis
c. Pergerakan bola mata : ( √ ) Normal ( - ) Abnomal
d. Konjungtiva : ( - ) Merah muda ( √ ) Anemis ( - ) Sangat
merah
e. Kornea : (√ ) Normal ( - ) Keruh/berkabut
f. Sklera : ( √ ) Ikterik ( - ) Anikterik
g. Pupil : ( √ ) Isokor ( - ) Anisokor
h. Otot-otot mata : ( √ ) Tidak ada kelainan ( - ) Juling keluar
( - ) Juling ke dalam ( - ) berada diatas
i. Fungsi penglihatan : ( √ ) Baik ( - ) Kabur
( - ) Dua bentuk/diplopia
j. Tanda-tanda radang : Tidak ada
k. Pemakaian kaca mata : ( √ ) Tidak ( - ) Ya, jenis : tidak ada
l. Pemakaian lensa kontak : Tidak ada
m. Reaksi terhadap cahaya : Baik
3. Sistem Pendengaran
a. Daun telinga : ( √ ) Normal ( - ) Tidak, kanan/kiri : Tidak ada
b. Karakteristik serumen (warna, konsistensi, bau) : Kuning, semi padat, serumen
c. Kondisi telinga tengah : ( √ ) Normal ( - ) Kemerahan
( - ) Bengkak ( - ) Terdapat lesi
d. Cairan dari telinga : ( √ ) Tidak ( - ) Ada, ............................
e. Perasaan penuh di telinga : ( - ) Ya ( √ ) Tidak
f. Tinitus : ( - ) Ya ( √ ) Tidak
g. Fungsi pendengaran : ( √ ) Normal ( - ) Kurang ( - ) Tuli
h. Gangguan keseimbangan : ( √ ) Tidak ( - ) Ya
i. Pemakaian alat bantu : ( - ) Ya ( √ ) Tidak
4. Sistem Wicara : ( √ ) Normal ( - ) Tidak
( - ) Aphasia ( - ) Aphonia
( - ) Dysartria ( - ) Dysphasia
( - ) Anarthia
5. Sistem Pernafasan :
a. Jalan nafas : ( √ ) Bersih ( - ) Ada sumbatan : Sekret yang kental
b. Pernafasan : ( - ) Tidak sesak ( - ) Sesak ( √ ) Agak sesak
c. Menggunakan otot bantu pernafasan : ( - ) Ya ( √ ) Tidak
d. Frekuensi : 22 x/menit
e. Irama : ( √ ) Teratur ( - ) Tidak teratur
f. Jenis pernafasan : (spontan, kausmaul, cheynestoke, biot, dll) : spontan
g. Kedalaman : ( √ ) Dalam ( - ) Dangkal
h. Batuk : ( √ ) Tidak ( - ) Ya : ……(produktif/tidak produktif)
i. Sputum : ( √ ) Tidak ( - ) Ya : …… (putih, kuning, hijau)
j. Konsistensi : ( - ) Kental ( - ) Encer
k. Terdapat darah : ( - ) Ya ( √ ) Tidak
l. Palpasi dada : Tidak teraba adanya pembesaran pada dada
m. Perkusi dada : Bunyi sonor
n. Suara nafas : ( √ ) Vesikuler ( - ) Ronkhi
( - ) Wheezing ( - ) Rales
o. Nyeri saat bernafas : ( - ) Ya ( √ ) Tidak
p. Penggunaan alat bantu nafas : ( √ ) Tidak ( - ) Ya, oksigen

6. Sistem Kardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer
• Nadi : 82 x/menit
• Irama : ( √ ) Teratur ( - ) Tidak teratur
Denyut : ( - ) Lemah ( √ ) Kuat
• Distensi vena jugularis : ( √ ) Ya, ukuran 11cm ( - ) Tidak
• Temperatur kulit : ( √ ) Hangat ( - ) Dingin
• Warna kulit : ( ) Pucat ( - ) Cyanosis ( - )
Kemerahan ( √ ) Kuning
• Pengisian kapiler : <3 detik
• Edema : ( √ ) Ya, ada ( - ) Tidak
( √ ) Tungkai atas, derajat 4, kanan dan kiri
(√ ) Tungkai bawah, derajat 4, kanan dan kiri
( - ) Periorbital ( - ) Muka
( - ) Skrotalis ( - ) Anasarka
b. Sirkulasi jantung
• Kecepatan denyut apical : 83 x/menit
• Irama : ( √ ) Teratur ( - ) Tidak teratur
• Kelainan bunyi jantung : ( - ) Murmur ( - ) Gallop
• Sakit dada : ( - ) Ya ( √) Tidak
• Timbulnya : ( - ) Saat beraktivitas ( - ) Tanpa aktivitas
( - ) Seperti ditusuk-tusuk
( - ) Seperti terbakar ( - ) Seperti tertimpa benda berat
• Skala nyeri : Tidak ada
7. Sistem Hematologi
Gangguan Hematologi :
• Pucat : ( √ ) Tidak ( - ) Ya
• Perdarahan : ( √ ) Tidak ( - ) Ya, tidak ada
( - ) Ptechie ( - ) purpura ( - ) Mimisan
( - ) perdarahan gusi ( - ) Echimosis

8. Sistem Saraf Pusat


• Keluhan sakit kepala : Tidak ada (vertigo/migrant, dll)
• Tingkat kesadaran : ( √ ) Compos mentis ( - ) Apatis
( - ) Somnolent ( - ) Soporokoma
• Glasgow come scale (GCS) : 15
• Tanda-tanda peningkatan TIK : ( √ ) Tidak ( - ) Ya, tidak ada
( - ) Muntah proyektil
( - ) Nyeri kepala hebat
( - ) Papil edema
• Gangguan sistem persyarafan : ( - ) Kejang ( - ) Pelo
( - ) Mulut mencong ( - ) Disorientasi
( - ) Polineuritis/kesemutan
( - ) Kelumpuhan ekstremitas
(Kanan/kiri/atas/bawah)
• Pemeriksaan refleks :
a. Refleks fisiologis : ( √ ) Normal ( - ) Tidak
b. Refleks patologis : ( √ ) Tidak ( - ) Ya, tidak ada
9. Sistem Pencernaan
a. Keadaan mulut : Gigi : ( - ) Caries ( √ ) Tidak
1) Penggunaan gigi palsu : ( - ) Ya ( √ ) Tidak
2) Stomatis : ( - ) Ya ( √ ) Tidak
3) Lidah kotor : ( √ ) Ya ( - ) Tidak
4) Salifa : ( √ ) Normal ( - ) Abnormal
b. Muntah : ( √ ) Tidak, ( - ) Ya, tidak ada
• Isi : ( - ) Makanan ( - ) Cairan ( - ) Hitam
• Warna : ( - ) Sesuai warna makanan ( - ) Kehijauan
( - ) Coklat ( - ) Kuning ( - ) Hitam
• Frekuensi : Tidak ada
• Jumlah : Tidak ada
c. Nyeri daerah perut : ( √ ) Ya ( - ) Tidak
d. Skala nyeri :8
e. Lokasi & karakter nyeri :
( - ) Seperti ditusuk-tusuk ( √ ) Melilit-lilit ( - ) Cramp
( - ) Panas/seperti terbakar ( √ ) Setempat ( - ) Menyebar
( - ) Berpindah-pindah ( √ ) Kanan atas
( √ ) Kanan bawah ( √ ) Kiri atas ( √ ) Kiri bawah
f. Bising usus : Tidak terdengar
g. Diare : ( √ ) Tidak ( - ) Ya, tidak ada
Lamanya : Tidak ada, frekuensi : Tidak ada
h. Warna feaces : ( - ) Kuning kecoklatan ( - ) Putih seperti air cucian beras
( - ) Coklat ( - ) Hitam ( - )Dempul ( √ ) Abu-abu
i. Konsistensi faeces : ( √ ) Setengah padat ( - )Cair ( - )Berdarah
( - )terdapat lendir ( - )Tidak ada kelainan
j. Konstipasi : ( √ ) Tidak ( - )Ya, tidak ada
Lamanya, tidak ada
k. Hepar : ( √ ) Teraba ( - ) Tak teraba
l. Abdomen : ( - ) Kembung ( √ ) Acities ( √ ) Distensi,
lingkar perut 101 cm
Data Tambahan: Klien tampak memegangi perut karena sakit, klien merasa mual
ketika makan, peristaltik usus tidak dapat terkaji karena distensi abdomen
10. Sistem Endokrin
Perbesaran kelenjar tiroid : ( √ ) Tidak ( - )Ya
( - )Exoptalmus
( - )Tremor
( - )Diaporesis
Nafas berbau keton ( - )Ya ( √ ) Tidak
( - )Poliuri ( - )Polidipsi ( - )Poliphagi
Luka gangren ( √ ) Tidak ( - )Ya, lokasi tidak ada
Kondisi luka, tidak ada
11. Sistem Urogenital
Balance cairan :
• Intake:
- Minum: 200 cc
- Infus 1250 cc
- AM: 5x72,: 362,5 cc/kg/bb
• Output:
- Urin: 300 cc
- Iwl: 15 x 72,5 : 1087,5 cc/jam
• Intake- output : 1.812,5 – 1387,5 : 425 cc

Perubahan pola kemih : ( √ ) Retensi, 50 ml/BAK ( - )Urgency ( - )Disuria


( - )Tidak lampias ( - )Nokturia ( - )Inkontinensia
( - )Anuria
Distensi/ketegangan kandung kemih : tidak dapat dikaji
Keluhan sakit pinggang : ( - )Ya ( √ ) Tidak
Skala nyeri : Tidak ada
12. Sistem Integumen
Turgor kulit : ( √ ) Baik ( - )Buruk
Temperatur kulit : Akral hangat
Warna kulit : ( - )Pucat ( - )Sianosis (-)Kemerahan
( √ ) Kuning
Keadaan kulit : ( √ ) Baik ( - ) Lesi ( - ) Ulkus
( - ) Luka, lokasi : tidak ada
( - ) Insisi operasi, lokasi : tidk ada
( - ) Gatal-gatal ( - ) Memar/lebam
( - ) Kelainan pigmen : tidak ada
( - ) Luka bakar, Grade : tidak, Porsentase : tidak
( - ) dekubitus, lokasi : tidak ada
Kelainan kulit : ( √ ) Tidak ( - ) Ya, jenis : tidak ada
Lokasi vemplon di tangan kanan, kondisi kulit tidak tampak kemerahan, tidak
ada plebitis
13. Sistem Muskoloskeletal
Kesulitan dalam pergerakan : ( - ) Ya ( √ ) Tidak
Sakit pada tulang, sendi, kulit : ( - ) Ya ( √ ) Tidak
Fraktur : ( - ) Ya ( √ ) Tidak
Lokasi, tidak ada
Kondisi, tidak ada
Kelainan bentuk tulang sendi : ( - ) Kontraktur ( - ) Bengkak
( √ ) Lain-lain, sebutkan : tidak ada
Kelainan struktur tulang belakang : ( - ) Skoliasis ( - ) Lordosis ( - ) Kiposis
Keadaan tonus otot : ( √ ) Baik ( - ) Hipotoni
( - ) Hipertoni ( - ) Atoni

5555 5555
Kekuatan otot : 5555 5555

DATA TAMBAHAN :
TABEL ABCD NUTRISI
ANTROPOMETRI BIOKIMIA CLINCAL SIGN DIIT
Umur: 40 tahun 2 Hemoglobin: 12,6 Tanda umum: TD 1750 kkal
bulan 6 hari g/dL (14,0-16,0) 119/76 mmHg, o Protein 70
Nadi 82x/menit, kkal
RR 22x/menit, o Lemak 30
Suhu tubuh 36,5 kkal
°C, o Rendah
Berat Badan: 58,5 Hematokrit: Rambut: kolestrol
KG 33,8% (40,0- Rambut hitam, o Putih telur
48,0) tipis, ditribusi 3x1 hari
rambut merata,
rambut terlihat
kotor, berminyak
Tinggi Badan: 165 Total limfosit: Kulit: berwarna
CM tidak ada data kuning disekujur
tubuh, tugor kulit
baik, kulit agak
kering, tidak ada
luka, tidak lesi,
tidak ada tanda-
tanda infeksi
Lingkar lengan atas Serum albumin: Mata: Posisi mata
25,5 cm 2.9 g/dl (3,5-5,2) simetris, kelopak
mata simetris, bola
mata simetris,
konjungtiva
anemis, kornea
jernih, sklera
ikterik, pupil
isokor, otot
ekstraokuler
simetris, fungsi
penglihatan
normal, reaksi
terhadap cahaya
langsung (+)

Transferrin: tidak Mulut: mukosa


ada data bibir kering,
berwarna agak
kuning, tidak ada
sariawan, tidak ada
luka, tidak ada lesi,
tidak ada tanda-
tanda infeksi
Keseimbangan Gigi: terlihat kotor,
nitrogen: tidak tidak karies, tidak
ada data menggunakan gigi
palsu
Lipit serum: tidak Muskuloskeletal:
ada data tonus otot baik,
tidak ada fraktur,
tidak ada luka
Glukoksa serum: Gastrointestinal:
tidak ada data Bising usus tidak
terdengar, tidak
ada diare, warna
fese abu-abu,
konsistensi semi
padat, tidak ada
konstipasi, hepar
teraba, ada distensi
abdomen, lingkar
perut 101 cm
Endokrin: Tidak
ada pembesaran
kelenjar tiroid,
nafas tidak berbau
keton, tidak ada
luka gangrene
Kardiovaskuler:
Nadi 82x/menit,
irama teratur, tidak
ada distensi Vena
jugularis,
temperatur kulit
normal, warna
kulit kuning, CRT
<3 detik, ada
edema di tungkai
atas sampai
tungkai bawah
dengan derajat 4,
tidak ada kelainan
bunyi jantung dan
tidak ada keluhan
sakit dada
System saraf:
Tidak ada keluhan
sakit kepala,
tingkat kesadaran
compos mentis,
GCS 15, tidak ada
gangguan sistem
persyaratan
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Hematologi, fungsi hati, fungsi ginjal (06/03/2021)

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin 12.6 g/dL 14.0-16.0
Hematokrit 33.8 % 40.0-48.0
Eritrosit 4.59 106µL 4.60-6.20
Leukosit 10.33 103µL 5.00-10.00
Trombosit 227 103µL 150-400
MCV 73.6 Fl 82.0-92.0
MCH 27.5 Pg 27.0-310
MCHC 37.3 g/dL 32.0-37.0

FUNGSI HATI
SGOT (AST) 279 U/L <45
SGPT (ALT) 398 U/L <41

FUNGSI GINJAL
Ureum 22 mg/dL 19-44
Kreatinin 0.9 mg/dL 0.6-1.3

DIABETES
Glukosa Darah 111 mg/dL <140
sewaktu

ELEKTROLIT
Elektrolit (Na, K, Cl)
Natrium (Na) 139 mEq/L 135-150
Kalium (K) 4.2 mEq/L 3.6-5.5
Klorida (Cl) 110 mEq/L 94-111
2. Pemeriksaan Antigen SARS-CoV-2 (07/03/2021) :
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN
IMUNOSEROLOGI
Antigen SARS-CoV-2 Non Reaktif Non Reaktif

3. Pemeriksaan Fungsi Hati (07/03/2021) :


PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN

FUNGSI HATI
Bilirubin Indirek 16.2 Mg/dl 0.1-0.7
Bilirubin Total 39.0 Mg/dl 0.1-1.2
Bilirubin Direk 22.81 Md/dl <= 0.2

4. Pemeriksaan Imunoserologi Hepatitis


PEMERIKSAAN HASIL RUJUKAN SATUAN KETERANGAN
IMUNOSEROLOGI
HEPATITIS
HBV DNA Kuantitatif

• Konvensional 1,15 x 105 cp/ml Tidak terdeteksi Copies/ml Instrumen: Cobas


Log=8,06 Taqman
Batas deteksi:
1,16 x 102
Copies/ml
• SI 1,96 x 107 Tidak terdeteksi IU/ml Instrumen: Cobas
IU/Ml Taqman
Log=7,30 Batas deteksi:
2,00 x 101 IU/ml

5. Pemeriksaan (11/03/2021)

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI


RUJUKAN
IMUNOSEROLOGI
HBsAg Reaktif Non Reaktif
Anti HCV total Non Reaktif Non Reaktif

Albumin 2.9 g/dl 3.5-5.2

Globulin 3.60 g/dl 2.8-3.2

Protein 6.5 g/dl 6.6-8.8

D. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Cairan : - (saat ini pasien di pemvlon)
2. Diet : 1750 kkal
⎯ Protein 70 kkal
⎯ Lemak 30 kkal
⎯ Rendah kolestrol
⎯ Putih telur 3x1 hari
3. - Obat :
Obat Oral :
⎯ Spironolactone 1x100ml
Indikasi : tekanan darah tinggi, edema, hiperaldosteronisme
⎯ Curcuma 3x40mg (2 tab)
Indikasi : untuk memelihara kesahatan fungsi hati dan meningkatkan
nafsu makan
⎯ Urdafalk 3x250mg (1 tab)
Indikasi : batu empedu, pasien dengan primary biliary cholangitis
⎯ Furosemide 1x10mg (1 tab)
Indikasi : penumpukan cairan dan pembengkakan pada tubuh
Obat parenteral :
⎯ Lasix 1x20mg
Indikasi : edema, insufiensi vena, hipertensi
⎯ Cefotaxime 3x1gr
Indikasi : untuk menangani infeksi akibat bakteri, mencegah infeksi luka
operasi
⎯ SNMC 2x20ml
Indikasi : memperbaiki fungsi hati abnormal pada penyakit hati kronis
⎯ Omz 2x40mg
Indikasi : pasien dengan asam lambung dan tukak lambung

Jakarta, 10 Maret 2021


Yang mengkaji

Kelompok 10 A
ANALISA DATA

Nama Klien / Umur : Tn. S / 40 th No. RM : 01428178


Ruangan / No. Kamar : Cempaka / 04

Hari/ Data Etiologi Masalah TTD &


Tanggal Nama
Jelas
Rabu, 10 DS : Agen pencedera Nyeri Akut
Maret - Kien mengatakan sakit fisiologis (inflamasi) D.077
2021 perut seperti melilit-lilit,
terasa penuh
- Klien mengatakan sulit
tidur
- Klien mengatakan skala
nyeri 8

DO :
- P: Ketika klien posisi
supine
- Q: Seperti melilit-lilit
- R: Sakit menyebar pada Kelompok
abdomen kuadran 1,2,3,4 10A
- S: Skala Nyeri 8 (1-10)
- T: Terjadi secara
bertahap sejak 4 hari
yang lalu, terus menerus
- Klien tampak meringis
memegangi perut
- Nafsu makan berubah
- HBsAg: reaktif
Rabu, 10 DS:- -Penyakit kronis Resiko Infeksi
Maret DO: (Sirosis Hepatis, D.0142
2021 -Penyakit kronis: Hepatitis B)
• HBsAg: Reaktif -Ketidakadekuatan
• HBV DNA Kuantitatif pertahanan tubuh
1) Konvensional: 1,15 x sekunder (penurunan
10^5 cp/ml hemoglobin, supresi
Log=8,06 respon inflamasi) Kelompok
2) SI: 10A
1,96 x 10^7 IU/Ml
Log=7,30
• SGOT: 279 U/L
• SGPT: 398 U/L
• Bilirubin indirek: 16,2
mg/dl
• Bilirubin total: 39,0
mg/dl
• Bilirubin direk: 22.81
mg/dl

-Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder:
• Hemoglobin: 12.6 g/dl
• Leukosit:10.33 10^3µL
• Hematokrit: 33.8 %
• Eritrosit:4.59 10^6µL
Rabu, 10 DS: Ketidakmampuan Risiko Defisit
Maret - Klien mengatakan sakit mencerna makanan, Nutrisi
2021 perut seperti melilit-lilit, ketidakmampuan D. 0032
terasa penuh mengabsorbsi nutrien
- Klien mengatakan Kelompok
merasa mual ketika 10A
makan
- Klien mengatakan
makan 1-2 sendok
DO:
- ABCD nutrisi:
• Antropometri:
o Umur: 40 tahun 2
bulan 6 hari
o BB: 58,5 KG
o TB: 165 CM
o Lila: 25,5 cm
o IMT: 26,6
• Biokimia :
o Hemoglobin: 12,6
g/dL (14,0-16,0)
o Hematokrit: 33,8%
(40,0-48,0)
o Serum albumin: 2.9
g/dl (3,5-5,2)
o SGPT: 398 U/L

• Clinical Sign:
o Kulit: berwarna
kuning disekujur
tubuh, tugor kulit
baik, kulit agak
kering
o Mata:konjungtiva
anemis, kornea
jernih, sklera ikterik,
pupil isokor
o Mulut: mukosa bibir
kering, berwarna
agak kuning,
Muskuloskeletal:
tonus otot baik
o Gastrointestinal:
Bising usus tidak
terdengar, tidak ada
diare, warna fese
abu-abu, konsistensi
semi padat, tidak ada
konstipasi, hepar
teraba, ada distensi
abdomen, lingkar
perut 101 cm
• Diet : 1750 kkal
o Protein 70 kkal
o Lemak 30 kkal
o Rendah kolestrol
o Putih telur 3x1 hari
- HBsAg: Reaktif

4 DS: Gangguan mekanisme Hipervolemi Kelompok


- Klien mengatakan sesak regulasi D.0022 10A
saat tiduran
- Klien mengatakan begah
pada perut
DO:
- Edema pada tungkai atas
dan bawah, derajat 4
- BB meningkat sebelum
masuk RS 69 kg setelah
masuk RS 72,5 kg
- Urine 50 ml
- Balance cairan 425 cc
- Distensi abdomen
- Lingkar perut 101 cm
- Hemoglobin 13.5 g/dl
(14.0-16.0)
- Hematocrit 33.8 %
(40.0-48.0)
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Klien / Umur : Tn. S / 40 th No. RM : 01428178


Ruangan / No. Kamar : Cempaka / 04

No Hari/tanggal Diagnosa Paraf


ditemukan
1 Rabu, 10 Hipervolemi b.d gangguan mekanisme regulasi b.d klien Kelompok
Maret 2021 sesak ketika berbaring, edema tungkai atas dan bawah 10 A
derajat 4, berat badan meningkat dalam waktu singkat,
distensi abdomen, Hemoglobin 13.5 g/dl (14.0-16.0),
Hematocrit 33.8 % (40.0-48.0) D.0022

2 Rabu, 10 Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis (infeksi) d.d Kelompok
Maret 2021 Kien mengatakan sakit perut seperti melilit-lilit, terasa 10 A
penuh, S Skala Nyeri 8 (1-10), Klien tampak meringis,
Sulit tidur, Nafsu makan berubah. D.0077
3 Rabu, 10 Risiko deficit nutrisi d.d ketidakmampuan mencerna Kelompok
Maret 2021 makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient 10 A
D.0032
4 Rabu, 10 Resiko infeksi d.d Penyakit kronis (Sirosis Hepatitis, Kelompok
Maret 2021 Hepatitis B), Ketidakadekuatan pertahanan tubuh 10 A
sekunder (penurunan hemoglobin, supresi respon
inflamasi) D.0142
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien / Umur : Tn. S / 40 th No. RM : 01428178
Ruangan / No. Kamar : Cempaka / 04

No Tujuan dan Intervensi Keperawatan Rasional Paraf


DX kriteria hasil
1. Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia Manajemen Hipervolemia
Tindakan Observasi Observasi
keperawatan 1. Periksa tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui
selama 3x24 jam hypervolemia (dispnea, adanya tanda gejala
keseimbangan edema, JVP/CVP yang signifikan pada
cairan meningkat, meningkat) hypervolemia
dengan kriteria 2. Identifikasi penyebab 2. Agar mengetahui
hasil: hypervolemia penyebab
1. Output urin 3. Monitor intake dan hipervolemia
meningkat output cairan 3. Untuk mengetahui
(70 Terapeutik adanya kelebihan
cc/BAK) 4. Batasi asupan cairan dan cairan
2. Edema garam Terapeutik
menurun Edukasi 4. Untuk
(derajat 3) 5. Anjurkan melapor jika meminimalkan
3. Asites haluaran urin <0,5 terjadinya kelibahan
menurun, ml/kg/jam dalam 6 jam cairan pada tubuh
lingkar 6. Ajarkan cara membatasi Edukasi
perut (80 cairan 5. Agar bisa segera di
cm) Kolaborasi tindak lanjuti dengan
4. Berat 7. Kolaborasi pembrian cepat jika hal
badan diuretic Furosemide tersebut terjadi
membaik 1x10mg (1 tab), Lasix 6. Agar pasien dan
(58,5 kg) 1x20mg keluarga tidak
sembarangan dalam
memberi minum
pada pasien
Kolaborasi
7. Untuk mengeluarkan
cairan yang berlebih
di dalam tubuh

2. Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri


Tindakan Observasi Observasi
keperawatan 1. Identifikasi lokasi, 1. Berguna dalam
selama 3x24 jam karakteristik, durasi, pengawasan
tingkat nyeri frekuensi, kualitas, keefektivan obat,
menurun, dengan intensitas nyeri kemajuan
kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri penyembuhan,
1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi respons nyeri perubahan pada
menurun non verbal karakteristik nyeri
(skala 3) 4. Identifikasi pengetahuan menunjukan
2. Meringis dan keyakinan tentang terjadinya abses /
menurun nyeri peritoritis,
3. Gelisah Terapeutik memerlukan upaya
menurun 5. Berikan Teknik evaluasi medik dan
4. Kesulitan tidur nonfarmakologis untuk intervensi
menurun mengurangi rasa nyeri 2. Klien mengerti cara
(kompres hangat) penyampaian nyeri
6. Kontrol lingkungan yang yang dirasakan
mempercepat rasa nyeri 3. untuk mengetahui
(Suhu ruangan) tingkatan nyeri
Edukasi 4. untuk mengetahui
7. Jelaskan penyebab, pemahaman klien
periode, dan pemicu tentang nyeri
nyeri Terapeutik
8. Jelaskan strategi 5. Intervensi dini pada
meredakan nyeri kontrol nyeri
Kolaborasi memudahkan
9. Kolaborasi pemberian pemulihan otot /
analgetik (Cefotaxime jaringan dengan
3x1gr, parenteral) menurunkan
tegangan
6. rangsangan sensori
dapat meningkatkan
rasa nyeri

Edukasi
7. mengurangi aktivitas
yang meningkatkan
rasa nyeri
8. Intervensi dini pada
kontrol nyeri
memudahkan
pemulihan otot /
jaringan dengan
menurunkan
tegangan
Kolaborasi
9. Mengontrol/mengur
angi nyeri untuk
meningkatkan
istirahat dan
meningkatkan kerja
sama dengan aturan
terapeutik
3. Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
Tindakan Observasi Observasi
keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Membantu mengkaji
selama 3x24 jam 2. Identifikasi alergi dan keadaan pasien
status nutrisi intoleransi makanan 2. mengkonsumsi
membaik dengan 3. Identifikasi makanan asupan makanan
kriteria hasil: yang disukai tanpa adanya efek
1. Porsi 4. Identifikasi kebutuhan samping atau rasa
makanan kalori dan jenis nutrient tidak nyaman
yang 5. Monitor asupan makan 3. menumbuhkan
dihabiskan 6. Monitor berat badan napsu makan yang
meningkat 7. Monitor hasil tinggi
(setengah pemeriksaan 4. untuk mengetahui
porsi) laboratorium jenis kebutuhan
2. Serum Terapeutik kalori yang
albumin 8. Lakukan oral hygiene dibutuhkan
meningkat sebelum makan, jika 5. untuk mengetahui
(3.5 g/dl) perlu peningkatan asupan
3. Nyeri 9. Fasilitas menentukan makan paien
abdomen pedoman diet (mis, 6. Mengetahui
menurun piramida makanan) keadekuatan nutrisi
(skala 3) 10. Sajikan makanan secara 7. Untuk mengevaluasi
4. Frekuensi menarik dan suhu yang hasil perkembangan
makan sesuai pasien yang
membaik 11. Berikan makanan tinggi sebelumnya
(skala 3) serat untuk mencegah Terapeutik
konstipasi 8. akumulasi partikel
12. Berikan makanan tinggi makanan di mulut
kalori dan tinggi protein dapat menambah
• Diet : 1750 kkal baru dan rasa tak
o Protein 70 kkal sedap yang
o Lemak 30 kkal menurunkan nafsu
o Rendah kolestrol makan.
o Putih telur 3x1 hari 9. agar pasien dapat
13. Berikan suplemen memahami diet yang
makanan, jika perlu sehat
(Curcuma 3x40mg (2 10. Meningkatkan nafsu
tab) makan yang adekuat
Edukasi 11. Untuk mencegah
14. Anjurkan posisi duduk, konstipasi
jika mampu 12. Makanan tinggi
15. Ajarkan diet yang kalori dibutuhkan
diprogramkan pada kebanyakan
Kolaborasi pasien yang
16. Kolaborasi dengan ahli pemasukannya
gizi untuk menentukan dibatasi
jumlah kalori dan jenis 13. Agar meningkatkan
nutrient yang dibutuhkan, nafsu makan
jika perlu Edukasi
• Diet : 1750 kkal 14. menurunkan rasa
o Protein 70 kkal penuh pada
o Lemak 30 kkal abdomen dan dapat
o Rendah kolestrol meningkatkan
o Putih telur 3x1 hari pemasukan
15. Mengatur pola diet
seimbang dan
bergizi
Kolaborasi
16. untuk meredakan
rasa nyeri dan
meningkatkan nafsu
makan
17. Diet sesuai dengan
kebutuhan nutrisi
pasien
4. Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi Pencegahan Infeksi
Tindakan Observasi Observasi
keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui
selama 3x24 jam infeksi lokasi dan adanya tanda dan
risiko infeksi sistemik gejala infeksi
menurun, dengan Terapeutik Terapeutik
kriteria hasil: 2. Batasi jumlah 2. Agar bisa istirahat
1. Nyeri pengunjung dengan tenang
menurun 3. Cuci tangan sebelum dan 3. Untuk mencegah
(skala 3) sesudah kontak dengan terjadinya infeksi
2. Mafsu makan pasien dan lingkungan nosokomial
membaik pasien 4. Untuk mencegah
(skala 3) 4. Pertahankan Teknik terjadinya infeksi
3. Hasil lab aseptic pada pasien Edukasi
leukosit berisiko tinggi 5. Untuk menjaga
(10.00 103µL) Edukasi asupan makanan
5. Anjurkan meningkatkan yang dibutuhkan
asupan nutrisi tubuh

Manajemen Medikasi Manajemen Medikasi


Observasi Observasi
1. Identifikasi penggunaan
1. Untuk memvalidasi
obat sesuai resep
resep dari dokter
2. Identifikasi masa
2. Untuk mengetahui
kadaluwarsa obat
apakah obat tersebut
3. Monitor keefektifan dan
masih layak untuk
efek samping pemberian
diberikan ke pasien
obat
3. Untuk mengetahui
Edukasi
efek sambaing obat
4. Anjurkan menghubungi yang diberikan
petugas Kesehatan jika Edukasi
terjadi efek samping obat 4. Agar jika terjadi
efek samping pada
pasien dapat segera
ditangani oleh
petugas kesehatan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien / Umur : Tn. S


No. Register : 01428178
Ruangan / No. Kamar : Cempaka/04

HARI/TANGGAL, NO. TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


JAM DX & NAMA
Kamis, 11 Maret 1, Mengkur tanda-tanda vital
2021 2,3,4 TD: 122/66 mmHg
07.46 N: 89x/menit Kelompok
S: 37,6 oC 10 A
RR : 25 (Asfira)

08.35 1 Memeriksa tanda dan gejala hypervolemia


(dispnea, edema, JVP meningkat)
DS :
- Klien mengatakan sesak jika
berpindah tempat mau pipis ataupun
setelah berjalan dari kamar mandi
- Klien mengatakan kedua kakinya
bengkak
DO :
- Edema di tungkai atas dan tungkai Kelompok
bawah derajat 4 10 A
- Hasil pengukuran JVP 11 (Asfira)

09.00 1 Mengidentifikasi penyebab hypervolemia


DS : -
DO :
- Kadar albumin darah 2,9 mg/dL
09. 55 2 Mengidentifikasi nyeri
DS :
DO :
- P : infeksi pada hepar
dibuktikan dengan HBsAg
Reaktif
- Q : Melilit-lilit, terasa penuh
- R : seluruh kuadran pada
abdomen Kelompok
- S : skala 8 10 A
- T : terus menerus (Asfira)

10.00 2 Melakukan relaksasi nafas dalam


DS:
- Klien mengatakan masih merasa
sakit dan sesak
DO:
- RR: 25x/menit
- P : infeksi pada hepar dibuktikan
dengan HBsAg
- Q : Melilit-lilit penuh
- R : seluruh kuadran pada abdomen
- S : skala 8 Kelompok
- T : terus menerus 10 A
- Klien tampak gelisah dan meringis (Asfira)

10.07 Mengontrol lingkungan yang mempercepat


2
rasa nyeri
DS :
- Klien mengatakan tidak bisa tidur
DO :
- Pencahayaan baik, tidak kebisingan
yang mengganggu klien di ruang
rawat Kelompok
10 A
(Resmita)
1 Memonitor intake dan output cairan
14.15
DS :
- Klien mengatakan minum dari pagi
-/+ 100 ml dan pipis sebanyak
100ml
DO : Kelompok
- Intake 50ml, output 100ml 10 A
(Resmita)
14.30 Mengidentifikasi masa kadaluarsa obat
4 - EXP 14-04-2023

Melakukan kolaborasi memberika


1,2
Cefotaxim 1x1mg, furosemide 1x10mg,
Kelompok
curcuma 2 tablet (1x40mg)
10 A
DS :
(Resmita)
- Klien mengatakan akan meminum
obat curcuma sebelum akan makan
dan obat lainnya setelah makan
DO :
- Cefotaxim 1 gr, furosemide 1x10
mg dan curcuma 2 tablet (40mg)
telah diberikan jam 14.40

15.30 Memonitor keefektifan dan efek samping


4
pemberian obat
- Setelah 1 jam pemberian obat
cefotaxim dan curcuma tidak ada
efek samping

Mengedukasi dan menganjurkan posisi


15.40
2 semi fowler
DS:
- Klien mengatakan tidak bisa duduk
dengan posisi semi fowler karena
sesak dari tekanan perut
DO:
- Klien tidak mampu duduk semi
fowler dan lebih memilih untuk
supine

15.45 Memonitor infeksi


4
DS:-
DO:
- Hemoglobin: 12.6 g/dl
- Leukosit:10.33 103µL
- Hematokrit: 33.8 %
- Eritrosit:4.59 106µL

Membatasi jumlah pengunjung


15.50
4 DS:-
DO:
- Pengunjung dibatasi hanya yang
menjaga pasien saja yang
diperbolehkan masuk

4
Mengidentifikasi masa kadaluarsa obat
- EXP 14-04-2023
Melakukan kolaborasi memberika
2
Cefotaxim 1gr dan curcuma 2 tablet
(40mg)
DS :
- Klien mengatakan akan meminum
obat curcuma sebelum akan makan
dan obat lainnya setelah makan
DO :
- Cefotaxim 1x1 mg dan curcuma 2
tablet (1x40mg) telah diberikan

Memonitor keefektifan dan efek samping


4
pemberian obat
- Setelah 1 jam pemberian obat
cefotaxim dan curcuma tidak ada
efek samping

Jumat, 12 Maret
2021 1,2,3,4 Mengukur tanda-tanda vital
08.30 TD: 122/61 mmHg
N: 89x/menit
S: 36,5 oC
RR : 20x/menit (Resmita)

09.42 2 Mengidentifikasi nyeri


DS : - Klien mengatakan perutnya masih
nyeri
- P : nyeri pada saat miring ke kiri
- Q : Melilit-lilit penuh
- R : seluruh kuadran pada abdomen
- S : skala 7
- T : terus menerus
DO : Klien tampak meringis, terpasang
nasal kanul 4L (Resmita)

11.05 1 Memonitor intake dan output cairan


DS :
- Klien mengatakan minum dari pagi
-/+ 100 ml dan pipis sebanyak
100ml
DO :
- Intake 50ml, output 100ml (Resmita)

Mengidentifikasi masa kadaluarsa obat


11.10 1,2,3
- EXP 14-04-2023

Melakukan kolaborasi memberika


1,2
Cefotaxim 1x1mg, furosemide 1x10mg,
curcuma 2 tablet (1x40mg)
DS :
- Klien mengatakan akan meminum
obat curcuma sebelum akan makan
dan obat lainnya setelah makan
DO :
- Cefotaxim 1x1 mg, furosemide
(Resmita)
1x10 mg dan cucrcuma 2 tablet
(1x40mg) telah diberikan

12.37 4 Memonitor keefektifan dan efek samping


pemberian obat
- Setelah 1 jam pemberian obat
cefotaxim dan curcuma tidak ada
efek samping
12.42 3 Mengidentifikasi status nutrisi
(Shifa)
DS:-
D0:
- 1750 kkal
- Protein 70 kkal
- Lemak 30 kkal
- Rendah kolestrol
- Putih telur 3x1 hari

12.43 3
Menganjurkan makan dan minum
dihabiskan
DS:
(Shifa)
- Klien mengatakan masih mual jika
makan
- Klien mengatakan nafsu makan
berkurang
DO:
- Makan 2 sendok
- Minum 50 ml

(Shifa)
3
13.15
Menyajikan makanan dengan suhu yang
sesuai
DS:-
DO:
- Makanan diberikan dalam keadaan
hangat

14.30 2
Menganjurkan melakukan kompres hangat
untuk meredakan nyeri
DS: (Shifa)
- Klien dan keluarga mengatakan
akan melakukan teknik kompres
hangat untuk meredakan nyeri
DO:
- Klien dan keluarga mampu
melakukan teknik kompres hangat

4
Memonitor tanda dan gejala infeksi
14.35 DS : - (Shifa)
DO :
- Hemoglobin: 12.6 g/dl
- Leukosit:10.33 103µL
- Hematokrit: 33.8 %
- Eritrosit:4.59 106µL
- HBsAg reaktif

Membatasi jumlah pengunjung


4
17.15 DS :
- Klien dan keluarga mangatakan
hanya ada 1 orang yang menjaga (Shifa)
klien di ruang rawat
- Klien mengatakan tidur malam
hanya 2-3 jam
DO :
- Hanya ada isteri klien di ruang
rawat yang menjaga klien

4 Mengidentifikasi masa kadaluarsa obat


17.20 - EXP 14-04-2023
Melakukan kolaborasi memberikan
2,3 Cefotaxim 1x1mg dan curcuma 2 tablet (Asfira)
17.30 (1x40mg)
DS :
- Klien mengatakan akan meminum
obat curcuma sebelum akan makan
dan obat lainnya setelah makan
DO :
- Cefotaxim 1x1 mg dan cucrcuma 2
tablet (1x40mg) telah diberikan (Asfira)

Menganjurkan meningkatkan asupan


3
nutrisi
DS :
- Klien mengatakan tidak nafsu
makan, merasa mual
DO :
- Klien hanya makan 2 sendok

Sabtu, 13 Maret
2021 1,2,3,4 Mengukur tanda-tanda vital
08.30 TD: 125/70
N: 88x/menit
S: 36,6℃
RR : 21x/menit (Shifa)

11.00 4 Mencuci tangan sebelum dan sesudah


kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
DS:-
DO:
- Sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan
pasien mencuci tangan dengan 6
langkah (Shifa)

4 Mengidentifikasi masa kadaluarsa obat


11.03
- EXP 14-04-2023

1 Melakukan kolaborasi memberika


Cefotaxim 1x1mg, furosemide 1x10mg,
curcuma 2 tablet (1x40mg)
DS :
- Klien mengatakan akan meminum
obat curcuma sebelum akan makan
dan obat lainnya setelah makan
DO :
- Cefotaxim 1x1 mg, furosemide (Shifa)
1x10 mg dan curcuma 2 tablet
(1x40mg) telah diberikan

12.00 Memonitor keefektifan dan efek samping


4
pemberian obat
- Setelah 1 jam pemberian obat
cefotaxim dan curcuma tidak ada
(Asfira)
efek samping

12.30 1 Memonitor intake dan output cairan


DS :
- Klien mengatakan minum dari pagi
-/+ 100 ml dan pipis sebanyak 50ml
DO :
- Intake 50ml, output 50ml
Kelompok
14.00 2 Mengidentifikasi nyeri 10 A
DS : (Asfira)
- P : infeksi pada hepar
- Q : Melilit-lilit penuh
- R : seluruh kuadran pada abdomen
- S : skala 7
- T : terus menerus
DO : Kelompok
- Klien tampak meringis 10 A
- Klien terinfeksi pada Hepar yang (Asfira)
dibuktikan dengan hasil lab HBsAg
Reaktif

14.05 2 Menganjurkan melakukan kompres hangat


untuk meredakan nyeri
DS:
- Klien mengatakan setelah dilakukan Kelompok
kompres hangat nyeri berkurang 10 A
DO: (Resmita)
- Telah dilakukan kompres hangat
- Skala nyeri: 6

4 Memonitor tanda dan gejala infeksi


14.20
DS : -
DO :
- Hemoglobin: 12.6 g/dl
- Leukosit:10.33 103µL Kelompok
- Hematokrit: 33.8 % 10 A
- Eritrosit:4.59 106µL (Resmita)
- HBsAg reaktif
15.00 3 Mengidentifikasi status nutrisi
DS:-
D0:
- 1750 kkal
- Protein 70 kkal
- Lemak 30 kkal
- Rendah kolestrol
- Putih telur 3x1 hari

4 Mengidentifikasi masa kadaluarsa obat


16.00 - EXP 14-04-2023

2.3 Melakukan kolaborasi memberika


Cefotaxim 1x1mg dan curcuma 2 tablet
(1x40mg)
DS : Klien mengatakan akan meminum
obat curcuma sebelum akan makan dan
obat lainnya setelah makan
DO : Cefotaxim 1x1 mg dan curcuma 2
tablet (1x40mg) telah diberikan

4 Memonitor keefektifan dan efek samping


17.00
pemberian obat
- Setelah 1 jam pemberian obat
cefotaxim dan curcuma tidak ada
efek samping

18.00
3 Menganjurkan makan dan minum
dihabiskan
DS:
- Klien mengatakan masih mual jika
makan
- Klien mengatakan nafsu makan
berkurang
DO:
- Makan 2 sendok
- Minum 50 ml

Dilakukan Tindakan pungsi asites pada jam


10.00 dengan dr Rino, karakteristik putih
jernih berjumlah 1200 cc
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien / Umur : Tn. S


No. Register : 01428178
Ruangan / No. Kamar : Cempaka/04

No Evaluasi Paraf
DX
1 Kamis, 11 Maret 2021
S:
- Klien mengatakan minum -/+ 100ml
- Klien mengatakan pipis sekitar 100 ml
- Klien mengatakan makan hanya 2 sendok

O:
- Edema tungkai atas dan bawah derajat 4
- Lingkar perut 101 cm
- Balance cairan :
• Intake:
- Minum: 100 cc
Kelompok
- Makan: 10 cc
10 A
- AM: 5x72,5: 362,5 cc/kg/bb
• Output:
- Urin: 100 cc
- Iwl: 15 x 72,5/24 jam : 45,3125 cc/24 jam
• Intake- output : 472,5 – 145,31 : +617,81 cc
A:
Hipervolemia belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi manajemen hipervolemia

2 S:
- Klien mengatakan masih merasa sakit dan sesak
- Klien mengatakan melilit-lilit penuh
- Klien mengatakan tidak bisa duduk dengan posisi semi
fowler karena sesak dari tekanan perut
- Klien mengatakan tidak bisa tidur

O:
- Klien tampak gelisah dan meringis
- Skala nyeri 8
- TD: 128/75 mmHg
- N: 83x/menit
- S: 36,9 oC
- RR : 25x/menit
A:
Nyeri akut belum teratasi
P:
Kelompok
Lanjutkan intervensi manajemen nyeri
10A
4 S:
- Klien mengatakan masih mual jika makan
- Klien mengatakan nafsu makan berkurang
O:
- Makan 2 sendok
- Minum 50 ml
A:
Resiko infeksi belum teratasi
P: Kelompok
Lanjutkan intervensi pencegahan infeksi 10A

No Evaluasi Paraf
DX
1. Jumat, 12 Maret 2021
S:
- Klien mengatakan minum -/+ 100ml
- Klien mengatakan pipis sekitar 100 ml
- Klien mengatakan makan hanya 2 sendok

O:
- Edema tungkai atas dan bawah derajat 4
- Lingkar perut 101 cm
- Balance cairan :
• Intake:
- Minum: 100 cc Kelompok
- Makan: 10 cc
10A
- AM: 5x72,5: 362,5 cc/kg/bb
• Output:
- Urin: 100 cc
- Iwl: 15 x 72,5/24 jam : 45,3125 cc/24 jam
• Intake- output : 472,5 – 145,31 : +617,81 cc

A:
Hipervolemia belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi manajemen hipervolemia
2. S:
- Klien mengatakan masih merasa sakit dan sesak
- Klien mengatakan melilit-lilit penuh
- Klien mengatakan tidak bisa duduk dengan posisi semi
fowler karena sesak dari tekanan perut
- Klien mengatakan tidur malam hanya 2-3jam

O:
- Klien tampak gelisah dan meringis
- Skala nyeri 7
- TD: 122/61 mmHg
- N: 89x/menit
- S: 36,5 oC
- RR : 20x/menit

A:
Nyeri akut belum teratasi

P: Kelompok
Lanjutkan intervensi manajemen nyeri 10A
3. S:
- Klien mengatakan masih mual jika makan
- Klien mengatakan nafsu makan berkurang
- Klien mengatakan masih nyeri di perut seperti melilit

O:
- Klien makan 2 sendok
- Klien minum 50 ml
- TD: 122/61 mmHg
- N: 89x/menit
- S: 36,5 oC
- RR : 20x/menit
A:
Resiko defisit nutrisi belum teratasi
P: Kelompok
Lanjutkan intervensi manajemen nutrisi 10A
4. S:
- Klien mengatakan setelah dilakukan kompres hangat nyeri
berkurang
- Klien mengatakan masih mual jika makan
- Klien mengatakan nafsu makan berkurang
O:
- Makan 2 sendok
- Minum 50 ml
A:
Resiko infeksi belum teratasi
P: Kelompok
Lanjutkan intervensi pencegahan infeksi 10A
No Evaluasi Paraf
DX
1. Sabtu, 13 Maret 2021
S:
- Klien mengatakan minum -/+ 100ml
- Klien mengatakan pipis sekitar 100 ml
- Klien mengatakan makan hanya 2 sendok

O:
- Edema tungkai atas dan bawah derajat 4
- Lingkar perut 101 cm
- Balance cairan :
• Intake:
- Minum: 100 cc Kelompok
10A
- Makan: 10 cc
- AM: 5x72,5: 362,5 cc/kg/bb
• Output:
- Urin: 100 cc
- Punksi asites: 1200 cc
- Iwl: 15 x 72,5/24 jam : 45,3125 cc/24 jam
• Intake- output : 472,5 – 1345,31 : -872,81 cc

A:
Hipervolemia belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi manajemen hipervolemia
2. S:
- Klien mengatakan masih merasa sakit dan sesak
- Klien mengatakan melilit-lilit penuh
- Klien mengatakan tidak bisa duduk dengan posisi semi
fowler karena sesak dari tekanan perut
- Klien mengatakan tidur 2-3 jam
O:
- Klien tampak sedikit meringis
- Skala nyeri 6
- TD: 125/70
- N: 88x/menit
- S: 36,6℃
- RR : 21x/menit
A:
Nyeri akut belum teratasi
P: Kelompok
Lanjutkan intervensi manajemen nyeri 10A
3. S:
- Klien mengatakan masih mual jika makan
- Klien mengatakan nafsu makan berkurang
- Klien mengatakan masih nyeri di perut seperti melilit
O:
- Klien makan 2 sendok
- Klien minum 50 ml
- TD: 125/70
- N: 88x/menit
- S: 36,6℃
- RR : 21x/menit
A:
Resiko defisit nutrisi belum teratasi
Kelompok
P:
10A
Lanjutkan intervensi manajemen nutrisi
4. S:
- Klien mengatakan setelah dilakukan kompres hangat nyeri
berkurang
- Klien mengatakan masih mual jika makan
- Klien mengatakan nafsu makan berkurang
O:
- Makan 2 sendok
- Minum 50 ml
A:
Resiko infeksi belum teratasi
P: Kelompok
Lanjutkan intervensi pencegahan infeksi 10A

Anda mungkin juga menyukai