Anda di halaman 1dari 18

NAMA : Fahrini Syafitri

NIM : 170204019
KELAS : PSIK 4.2
MAKUL : Keperawatan Kritis 2
DOSEN : Ns. Agnes Marbun, S.Kep, M.Kep

Tugas Kep.Kritis

Jelaskan trend dan isu end of life di keperawatan kritis dan sertakan jurnalnya?

End of Life Care diberikan pada pasien yang menjelang meninggal atau fase kritis dengan
menerapkan Teori Peaceful End of  Life. (Ruland & Moore,1998 dalam Aligood & Tomey, 2014).
Teori ini terdiri dari konsep persiapanyang baik dalam menghadapi kematian.
Menurut Beckstrand et al (2015) menyatakan bahwa perawat mengalami kesulitan dalam memberikan
pelayanan End of Life yang baik pada pasien, khususnya pada pasien yang tidak mempunyai identitas.
Perawat yang bertugas di IGD merasa bahwa pendampingan end of life pada pasien
terlantar bukan merupakan prioritas, mereka masih memprioritaskan pasien dengan kondisi
Emergency.
Perawatan pasien dalam tahap End of Life ,yang membutuhkan penanganan yang bertujuan untuk
memberikan rasanyaman, ketenangan, kedekatan suport sosial.
Perawatan pasien yang menjelang fase End of Life melibatkan berbagai disiplin yang meliputi pekerja
sosial, ahli agama, perawat, dokter (dokter ahli atau dokter umum yang berfokus pada perawatan yang
holistic meliputi fisik, emosional, sosial, dan spiritual. (Hockenberry & Wilson, 2005).
STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAN PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT
(IGD) DALAM MERAWAT PASIEN TERLANTAR PADA FASE END OF LIFE
DI RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Maria Imaculata Ose1, Retty Ratnawati2, Retno Lestari3
1
Universitas Borneo Tarakan
2,3
Staf Pengajar Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Pasien terlantar dalam keadaan kritis yang memasuki fase End of Life sering dirawat di IGD. Kondisi tanpa
ada keluarga yang mendampingi dan lingkungan IGD yang sibuk dan bising menjadi hambatan juga
tantangan dalam perawatan End of Life. Perawatan pasien terlantar dalam tahap End of Life membutuhkan
penanganan yang bertujuan memberikan rasa nyaman, ketenangan, kedekatan dukungan social. Penelitian
ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman perawat dalam merawat pasien terlantar dalam fase End
of Life di ruang IGD RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Desain penelitian dengan metode kualitatif dengan
pendekatan Fenomenologi interpretif, yang melibatkan 7 perawat IGD. Data dikumpulkan melalui Indepth
interview dan dianalisis dengan menggunakan analisa tematik Braun & Clark. Hasil penelitian menghasilkan
7 tema yaitu 1. merasakan hati tersentuh pada pasien terlantar menjelang ajal 2. Tidak membedakan
perlakuan pada pasien terlantar dengan pasien lain yang menjelang ajal 3. Menghargai harkat dan
martabat pasien 4. Memilih perawatan suportif sebagai tindakan terbaik 5. Terpaksa meninggalkan pasien
tanpa pendampingan spritual 6. Mengalami konflik dalam menempatkan pasien terlantar yang menjelang
ajal 7. Mengharapkan situasi lingkungan kerja yang mendukung. Kesimpulan adalah perawat bersikap
profesional, menghormati harkat dan martabat dalam memberikan perawatan tanpa membedakan
perlakuan dengan pasien lain yang menjelang ajal. Perasaan hati yang tersentuh muncul saat merawat
pasien terlantar yang menjelang ajal tanpa didampingi keluarga. Perawatan End of Life lebih berfokus pada
perawatan suportif, sedangkan dukungan spiritual tidak dapat diberikan di IGD karena karakteristik
lingkungan yang sibuk dan lebih memprioritaskan pasien kritis. Hal ini menimbulkan konflik dan dilema bagi
perawat sehingga diperlukan adanya ruangan khusus dan tim kerohanian untuk menyiapkan kematian yang
damai dan bermartabat.
Kata Kunci: Pasien terlantar, End of Life, Perawatan Gawat Darurat.
Abstract
Homeless patients who are encountering the End of Life phase are regularly admitted to the emergency
department. Barriers to treating these patients arise due to no family assistance and unconducive
environment. Treatments given to the patients who are facing the End of Lifephase should be able to make
the patients feel comfortable, calm, and socially supported. This research aimed to explore the experiences
of the nurses who care for the homeless patients in the emergency department of RSUD dr. Saiful Anwar
Malang. This research was designed qualitatively employing the interpretive phenomenological approach.
There were seven nurses participating in this study. Data was obtained through an in-depthinterview and
analyzed by the Braun & Clark’s thematic analysis. The results have successfully found seven themes: 1.
Nurses feel touched at the moment the patients are facing the dead 2. Nurses give mutual treatments to all
patients, including the homeless 3. Nurses respect the homeless 4. Nurses prefer supportive treatments as
the best intervention 5. Nurses have to leave the homeless without any spiritual assistance 6. Nurses face
conflicts where to place the homeless 7. Nurses expect a conducive working environment. In conclusion the
nurses maintained their professionalism, respected the homeless patients, gave mutual treatments to the
patients. They felt touched because there was no family assisted the patients when they were struggling at
the edge of their life. Treatments given to the patients at the End of Life phase were focused more on
supportive treatments. No spiritual assistance could be provided by the emergency department due to busy
environment and priority given to other dying patients. These have become problematic for the nurses. So,
the availability of rooms for the homeless and spiritual teams can be helpful to prepare the patients die in
peace and dignity.
Keywords: Homeless Patients, End of Life, Emergency of Nursing.
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol:4, No.2; Korespondensi : Maria Imaculata Ose. Universitas Borneo Tarakan.
Alamat: Jl. S. Mahakam Asmil Kompi C 613 Kampung 4 Tarakan.Email. onijuntak@gmail.com. No. Hp
085652149185
www.jik.ub.ac.id

174
PENDAHULUAN perawat, terutama jika tidak ada yang

Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit mendampingi. IGD RSUD dr. Saiful Anwar

pertama dalam pelayanan kesehatan di cukup banyak pasien terlantar. Berdasarkan

Rumah Sakit yang memprioritaskan pasien Laporan Tahunan RSUD dr. Saiful Anwar

sesuai dengan tingkat keadaan gawat darurat. (2014) di IGD menerima pasien terlantar pada

Dalam hal ini perawat dituntut untuk mampu tahun 2012 sebanyak 69 orang, pada tahun

dalam berkomunikasi dan memberikan 2013 sebanyak 55 orang pasien terlantar, dan

pelayanan secara profesional. Kondisi pasien tahun 2014 mengalami peningkatan 75 orang

yang datang ke IGD bervariasi, baik yang pasien yang terlantar.

mengancam jiwa maupun yang menjelang Berdasarkan pengamatan peneliti pada bulan
ajal. Pasien dengan kondisi mengancam desember 2015 di IGD RSUD dr.Saiful Anwar,
nyawa berfokus pada tindakan resusitasi, perawat tidak dapat maksimal menemani dan
sedangkan pada pasien yang menjelang ajal selalu berada mendampingi disisi pasien
lebih berfokus pada perawatan End of Life. terlantar ini. Persepsi perawat pada pasien

End of Life Care diberikan pada pasien yang terlantar dengan End of Life bukanlah pasien

menjelang meninggal atau fase kritis dengan yang prioritas lagi. Banyak pasien lain dalam

menerapkan Teori Peaceful End of Life. kondisi emergency yang membutuhkan

(Ruland & Moore, 1998 dalam Aligood & penanganan sehingga perawat tidak memiliki

Tomey, 2014). Teori iniyang mencakup konsep banyak waktu untuk fokus membantu pasien

persiapan yang baik dalam menghadapi terlantar melewati fase End of Life.

kematian. Intervensi dalam konsep teori ini


Wolf, (2015) menyebutkan bahwa perawat di
dilakukan yang bertujuan pasien merasa
IGD sudah menyediakan End of Life Care, dan
bebas dari rasa nyeri, merasa kenyamanan,
perawat mengakui sudah menerapkan End of
merasa dihargai, dihormati dan berada dalam
Life Care namun terdapat keterbatasan dalam
kedamaian dan ketenangan juga merasa
pelaksanaan fase End of Life meliputi
dekat dengan orang dirawatnya.
beberapa hal yaitu pengalaman perawat, dan
Beckstrand et al (2015) menyebutkan perawat pengetahuan perawat, persepsi perawat,
mengalami hambatan dalam memberikan jumlah perawat saat menghadapi pasien
pelayanan End of Lifeyang baik pada pasien dengan kondisi yang kritis. IGD merupakan
yang tidak memiliki identitas. Selain itu lingkungan yang sibuk, bising dan memiliki
perawatan End of Life menjadi sulit dilakukan privasi yang sangat rendah. Kondisi ini
dan menimbulkan permasalahan bagi menyebabkan pasien terlantar tidak
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016
mendapatkan perawatan End of Life. Hal ini yang berkerja di IGD dalam rawat pasien
sangat bertolak belakang dengan yang terlantar dengan fase End of Life belum
dibutuhkan untuk perawatan pasien terlantar banyak diuraikan secara komprehensif dan
dalam tahap End of Life, yang membutuhkan mendalam, sehingga eksplorasi dalam
penanganan yang bertujuan untuk terhadap pengalaman dan makna
memberikan rasa nyaman, ketenangan, pengalaman IGD dalam merawat pasien
kedekatan dukungan sosial. Hal ini sejalan terlantar dengan fase End of Life penting di
dengan penelitian yang dilakukan oleh lakukan.
Beckstand et al (2015) yang menyebutkan IGD
METODE
merupakan bukan tempat yang ideal saat
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
menghadapi kematian.
dengan pendekatan fenomenologi iinterpretif.
Hasil wawancara pada beberapa perawat IGD Partisipan dalam penelitian ini adalah perawat
RSUD dr.Saiful Anwar menyatakan bahwa yang berkerja di ruang IGD RSUD dr. Saiful
pasien terlantar yang menjelang ajal biasanya Anwar. Tahap pemilihan partisipan dengan
sendiri tanpa ada yang mendampingi teknik purposive sampling berdasarkan
menimbulkan rasa keprihatinan oleh perawat. kriteria inkulsi dan memilih partisipan yang
Tantangan lain dalam pelaksanaan End of Life sudah dikenal oleh peneliti, dengan
yaitu kurangnya staf, kurangnya dukungan pertimbangan agar dalam pengambilan data
sosial (penyediaan tokoh agama, dukungan dan Indepth interview partisipan tidak merasa
keluarga), waktu, dan tidak ada area khusus canggung, dan kaku serta mendapatkan
untuk pasien terlantar yang menjelang ajal. informasi yang lebih mendalam. Adapun
kriteria partisipan adalah: (1) Perawat yang
Penelitian ini bertujuan melihat pengalaman
memiliki pengalaman kerja 8-19 tahun di
perawat IGD merawat pasien terlantar dalam
ruang Critical Care IGD RSUD dr.Saiful Anwar,
fase End of Life. Adanya kunjungan pasien
(2) Perawat yang memiliki pengalaman
terlantar dalam fase End of Life yang tidak
pengalaman merawat pasien terlantar pada
memiliki keluarga sehingga perawat memiliki
fase End of Life (3) Pendidikan partisipan D3
tanggung jawab dalam mendampingi pasien
keperawatan-S1 Keperawatan (4) Dalam
terlantar di IGD. Kondisi IGD yang
keadaan sehat secara fisik, (5) Bersedia
mengambarkan lingkungan perawatan yang
sebagai partisipan dengan menandatangani
sibuk dan intensitas kerja yang cepat.
surat kesediaan menjadi partisipan. Proses
Penelitian dan literatur terkait dengan
seleksi terhadap partisipan diawali dengan
pembahasan mengenai pengalaman perawat
peneliti bertemu Kepalawww.jik.ub.ac.
Perawatan
id
173
ruang Critical Care etik di RSUD dr. ada kecurangan menempatkan pasien
kemudian Saiful Anwar pemberian nota terlantar yang
menjelaskan tujuan dinas 5. Memilih menjelang ajal 8.
HASIL
dari penelitian. perawatan suportif Mengharapkan
Hasil penelitian ini
Pengambilan data menemukan ada 8
sebagai tindakan situasi lingkungan
dimulai dari kepala tema berdasarkan terbaik 6. Terpaksa kerja yang
ruangan sebagai analisis tematik meninggalkan mendukung.
partisipan kunci, Braun &Clack (2006) pasien tanpa
Tema Merasa hati
selanjutnya yang dilakukan. pendampingan
tersentuh pada
dikembangkan ke Delapan tema yang spritual 7.
pasien terlantar
partisipan lainnya. dihasilkan Mengalami konflik
menjelang ajal
Pada penelitian ini, dalam
dalam Merasa kasihan
saturasi data
mengandung
dicapai pada
penelitian ini makna rasa iba hati
wawancara
mengambarkan dan menyatakan
partisipan ke tujuh.
pengalaman rasa belas kasih.
Data dikumpulkan
perawat IGD Merasa kasihan
melalui wawancara
merawat pasien terbangun dari
mendalam(Indepth
terlantar dalam fase perasaan kasihan,
interview)dengan
End of Life yaitu1. empati, iba dan
pertanyaan terbuka
Merasakan hati rasa penyesalan.
dan dikembangkan
tersentuh pada Ungkapan perasaan
oleh
pasien terlantar kasihan partisipan
peneliti.Analisis
menjelang ajal 2. sebagai berikut:
data dilakukan
Tidak membedakan “…..yah aslinya
dengan
perlakuan pada dilema di sini
menggunakan
pasien terlantar memandang
Analisa tematik
dengan pasien lain gak
Braun & Clark yang
yang menjelang ajal keluarganya
terdiri dari 6
3. Menghargai itukan kasihan
tahapan.Penelitian
harkat dan martabat sebenarnya…”
ini telah
pasien 4. (P3)
mendapatkan laik
Memastikan tidak “….kalau
174
perasaan ketika melihat dan tidak memiliki bedanya
kasihan pasti merawat pasien- keluarga dan kondisi perlakuan
ada .. yah pasien terlantar yang sangat ..”(P5)
terbentur yang tidak ada memprihatikan dari
juga .. (P4) keluarganya segi hygiene namun Tema Menghargai
“ ....yang dengan kondisi secara psikologis Harkat dan
terlintas pasti yang menjelang perawat tidak Martabat pasien
empati itu ajal. membedakan- terlantar
yah ada .. bedakan pasien dari Dari tema ini
Tema Tidak
(P4)) sisi terlantar dibangun dari
membedakan
“ …ehm.... maupun tidak subtema
perlakuan pada
kasihan yah... terlantar. mengupayakan
pasien terlantar
apalagi yang “..Sama….. gak memberikan
dengan pasien lain
tidak ada ada bedanya perawatan
yang menjelang
keluarganya antara telantar menjelang ajal yang
ajal.
…”(P7) dan tidak baik dan
Perlakuan menjadi
terlantar….”(P1 bermartabat.
Ungkapan perbuatan yang
partisipan diatas dikenakan ) Mengupayakan
“…jadi kalau memberikan
dapat disimpulkan terhadap sesuatu
bahwa partisipan atau orang lain. saya pribadi perawatan
tidak ada menjelang ajal yang
tersebut Tidak
merasakan membedakan perbedaan baik dan
pada pasien bermartabat
tersentuh, iba, perlakuan pada
rasa belas kasih pasien terlantar terlantar yang mengandung arti
kritis ..“(P7) melakukan usaha
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 “…gak perawatan
November 2016
dengan pasien lain sama bagi setiap memperlakuka menjelang ajal yang

yang menjelang ajal pasien yang datang n lebih.. baik dengan

mengandung ke IGD walaupun menurut saya memperlakukan

makna kontekstual pasien tersebut sesuai dengan pasien terlantar

perawat tidak memiliki kebutuhnya… sebagai seseorang

memberikan hak keluarga. Walaupun saya kira gak dengan manusiawi.

dan perlakuan yang pasien terlantar ada sih Pasien


www.jik.ub.ac.
id
175
terlantar tetaplah terlantar melakukan
seorang manusia atau tidak tindakan apa-
seutuhnya yang terlantar apa
mana tetap wajib sama ..makanya
mendapatkan saja ..”(P5) saya tetap
perlakuan yang Selain memandang melakukan
layak. Hal ini pasien terlantar yang terbaik
diungkapkan oleh sebagai seorang ….”(P4)
partisipan : manusia
Tema memilih
“..yah seutuhnya, sikap
perawatan
aslinya berusaha
suportif sebagai
dilema di memberikan
tindakan terbaik
sini pelayanan secara
Perawatan suportif
memandan manusiawi pada
menjadi tindakan
g itukan pasien terlantar,
yang terbaik bagi
kasihan perawat
pasien-pasien yang
sebenarnya memposisikan
menjelang ajal.
cuman seandainya pasien
Perawatan suportif
mr.x ..mr.x sebagai
mengandung
jugakan keluarganya. Hal
makna perawatan
manusia ini menjadi suatu
yang diberikan
..”(P1) alasan kuat untuk
setelah tindakan
“…Mr x berusaha
resusitasi dan
dipandang memberikan
................... usaha
pelayanan yang
sebagai komprehensif
layak, dalam fase
manusia dinyatakan
................... menjelang ajal.

mr.x kan
“…....andaikan
manusia ..”
itu keluarga
(P3)
saya yang
“..sama-
diposisi itu ..
sama
saya tidak
manusia ..
bisa

176
dan ditentukan tidak berhasil. Usaha suportif lebih tinggi.Tema terpaksa meninggalkan
adalah perawatan lanjutan pada pasien tanpa pasien tanpa pendampingan spiritual
melakukan intubasi dan pembukaan jalan dibangun dari subtema lebih memprioritas
nafas secara non-invasif. Pasien yang pasien yang harapan hidup lebih tinggi, tidak
menjelang ajal perawatannya lebih berfokus mampu melakukan pendampingan spiritual
pada kebutuhan fisik dan kebutuhan dasar. dan mengalami ketidakseimbangan antara
Perawatan suportif dalam pemenuhan beban kerja dan tenaga perawat.
kebutuhan dasar meliputi pemberiaan Perawat IGD lebih memprioritas pasien yang
oksigen, pemberiaan cairan, obat-obatan harapan hidup lebih tinggi. Hal ini seperti yang
antinyeri. diungkapkan oleh partisipan:
“…Kalau perawatan...... yang menjelang “Kalau ada pasien lain yang gawat.. ya
ajal harus di ini ... gak .. jadi itu hanya prioritas tetap pada pasien yang hidup
istilah secara umum-umum... sama saja .. dulu …. kalau yang pertama kita
secara medis itu atau kesehatan itu yah kepentingannya menyelamatkan nyawa ..
sudah kita.. sudah melakukan ini (P2)”
prosedurnya, obat-obatnya sudah
“...... kita memprioritaskan apa yang
masuk... seperti itu oksigen, cairan ini
masih bisa kita dilakukan dengan pasien
tetap kita berikan……”(P3)
yang lain ... dibanding dengan pasien
“…kalau saya oksigen tidak stop, infus
terminal” (P4)
tetap jalan tapi tidak ada tindakan yang
“kalau saya secara pribadi sendiri ..itu
lain ... yah sudah … sudah terpasang itu
saya yang mendominakan pasien yang
kita tidak melepas itu ... berarti alat yang
belum terminal..”(P6)
terpasang pada saat resusitasi, sebelum
resusitasinya dinyatakan gagal yah sudah “kita secara psikologis kita meningkat

dibiarkan saja sampai meninggal ... “(P2) yang harapan hidupannya lebih tinggi
..”(P6)
Tema Terpaksa meninggalkan pasien tanpa
pendampingan spiritual “… disini banyak pasien ..kalau ada

Meninggalkan pasien yang terlantar kondisi yang gawat lainnya tentu saja

menjelang ajal ketika ada pasien kritis yang yang hidup dulu,.. tetap yang hidup dulu

membutuhkan penanganan, menjadi pilihan ...... kalau penyelamatan nyawa itu

yang dilakukan oleh partisipan, memilih utama, kemudian nanti baru menyiapkan

pasien yang prioritas harapan hidup yang pasien yang terlantar untuk berangkat

Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016


176
dengan tenang” memfasilitasi “Kalau di IGD “…..kalau sisi
(P3)
keluarga untuk ..selama di IGD kerohaniannya

Dukungan spiritual memberikan sih saya belum protokolnya ada

ini menjadi bagian dukungan ke pernah ... tapi

dalam pemberian rohanian atau dikunjungi oleh aplikasinya

pelayanan pasien spiritual. petugas disini belum

menjelang ajal. IGD “…tetap mbak kerohanian.... berjalan…..” (P6)

RSUD dr. Saiful fasilitas keluarga mungkin yang “…..tapi dalam

Anwar telah .. bukan hanya belum kita SOP boleh

memiliki Standar memanggil punya itu didampingi oleh

Operasional keluarga .. tapi adalah layanan rohaniawan ..

Prosedur untuk memberi kerohanian ustad.... tapi di

Pelayanan kesempatan (P2). rumah sakit ini

Kerohanian terkait keluarga untuk belum ada


“…
dengan pelayanan memberikan tampaknya
pendampingan
pasien yang dukungan …”(P6)
oleh rohaniwan
menjelang ajal kepada kita hanya Perawat menyadari
(terminal). pasiennya .. kita
sebatas pasien terlantar
sendiri kalau wacana…”(P1) juga harus
Perawat belum terlibat ke
mendapatkan
dapat pasiennya saya
dukungan spiritual
mengaplikasikan kira gak…. Itu
dalam menghadapi
pelayanan kalau ada
ajal. Terbatasnya
kerohanian pada keluarganya…
waktu, tingginya
pasien terlantar (P2)
beban kerja dan
karena banyaknya
Belum adanya team tidak adanya team
beban kerja dan
kerohanian dan khusus kerohanian
kurangnya tenaga
belum adanya dalam pelaksanaan
perawat. Namun
tenaga rohaniawan dukungan spiritual
apabila pasien
yang membantu yang dilakukan
tersebut memiliki
memberikan perawat pada
keluarga maka
dukungan spiritual. pasien yang
perawat akan
menjelang ajal
www.jik.ub.ac.
id
177
dilakukan dengan sudah gak ...... kalau secara dengan mana
spontan
spontan dan sadar lagi .. yang harus kita
yah….”(P5)
situasional saat masuk dengan prioritaskan...
Tugas perawat di
menghadapi trauma atau tergantung dari
IGD selain
pasien tersebut. kadang dengan kondisi
melakukan tindakan
“...…kalau saya penyebab lain pasien..”(P4)
mandiri, perawat
pribadi seperti dan tidak “…semuanya
juga bertugas dalam
itu ... yang didampingi perawat jadi
kelengkapan
jelas dalam keluarga yah .. multi fungsi
administrasi dan
kita mimpin setahu saya selama
kelengkapan
doa bukannya tidak pernah perawatan disini
dokumentasi pasien
tidak mau atau dilakukan“… .. “(P6)
yang menjadi
tidak bisa yang nanti kalau kita Peran perawat di IGD
tanggung jawab
jelas... banyak mimpin doa selain melaksanakan
perawat IGD..
pekerjaan lain nanti di fungsi mandirinya,
“…kita harus di
yang harus komplainin perawat juga
tuntut
diselesaikan yang lain (P5) melaksanakan
administrasi,
(P6) “….Selama ini tindakan kolaborasi
kelengkapan
“…cuman perawatan dan kegiatan atas
dokumentasi,
kalau masalah umum saja, instruksi dari tenaga
pasien yang
spritual itu belum ada medis lainnya.
akan pindah
yang kurang di perawatan “..nanti kalau
keruangan ...
kita ”(P3) secara khusus dokternya sudah
jika kita tidak
“…..misalnya spritual yah mungkin gak
mengerjakan
mr.x datang hanya bisa mengejar
itu .. maka IGD
gak ada spontan aja .. yah.... yang
akan penuh
keluarganya tapi yah lebih dominan
…” (P7)
kadang- atau belum perawatnya..”(P
“…tapi kan kita
kadang pernah ada kita 2)
juga ada
berikan “… bukan kita
dibebani
ngomong...”(P dukungan tidak mau yah ..
dengan
1) spiritual….yah yang lain pasien
target
“….gak ada ... cuman juga banyak
..dibebani
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016
178
yang harus ketenangan hati kita kan
memerlukan .. menginfus bagi pasien yang minimal dari
mungkin juga atau lainnya menghadapi fase petugas
dokternya istilahnya menjelang ajal. kebutuhan
memerlukan lebih yang
“.. secara
kita membantu diharapan
halnya
yang lain (P3) kendalanya
petugasnya
sumber
juganya
Jumlah tenaga
dayanya
kurang secara
perawat dengan
minimal
BOR ..
beban kerja yang
sekali ..”(P3)
pasiennya
tidak seimbang
juga tidak wes “…karena
dirasakan oleh
karuan seperti kan ..
partisipan sehingga
itu jumlahnya
tidak mampu
….ditambah terbatas ..
melakukan
lagi kondisi tenaga
pendampingan
disini situasi kesehatannya..
secara maksimal.
yang sulit beban kerja
Kurangnya tenaga
jumlah perawat
perawat
pasiennya sangat
mengurangi
100, kita yang banyak ..
keterlibatan dalam
jaga cuman jumlah
pendampingan
ber pasiennya
secara intens.
4 .. tenaganya tidak sesuai
Pendampingan sangat jauh “.
perawatnya
dalam makna dan
kontekstual yaitu memang di lebih sedikit dan
memberikan protokol tidak ideal ” (P7)

dukungan secara didampingi


emosional, sosial, seperti ini..
kenyamanan juga tapi kalau
memberikan dalam
perasaan aplikasinya

www.jik.ub.ac.
id
179
Tema Mengalami konflik dalam ..... histeris pasiennya …”(P2)
menempatkan pasien terlantar yang
Tema Mengharapkan situasi lingkungan kerja
menjelang ajal
yang mendukung.
IGD RSUD dr. Saiful Anwar tidak memiliki
Adanya team kerohanian yang diharapkan
ruangan khusus untuk pasien-pasien yang
dapat lebih berperan dan berfokus dalam
menjelang ajal. Seperti yang diungkap oleh
memberikan pendampingan dan dukungan
partisipan dibawah ini
spiritual pada pasien-pasien yang menjelang
“…kalau ruangan khusus disini gak ada ..
ajal terutama bagi pasien yang tidak memiliki
ruangannya yah general seperti p1, p2
dan didampingi oleh keluarga. Harapan ini di
dan P3 sebenarnya sih kalau idealnya,
ungkapkan oleh partisipan sebagai berikut:
sangat tidak ideal .. …” (P6)

“….. tetap ada pendampingan dari pihak


“…kendalanya itu pasien P1 datang
rumah sakit pada fase ajal itu harusnya
tempat penuh .. kita berbenturan yaitu,
ada team bimbingan rohani...”(P4)
kalau mau mengeser .. sudah di label
pasien menjelang ajal .. tidak ada “……pasien yang tidak ada keluarganya
tindakan tapi menunggu ajal tuh ...taruh bisa kita lakukan dengan menjelang ajal
ditempat yang agak kepinggir sedikit harus ada team yang berperan……
yang mungkin nanti dengan catatan tidak harapannya….”(P3)
sampai melupakannya..” (P2)
Harapan adanya sarana ruangan khusus untuk
Hambatan lain yang muncul yaitu dalam perawatan pasien-pasien yang menjelang ajal
kesulitan menjaga dan mempertahankan baik pasien terlantar maupun yang memiliki
privasi pasien. Banyaknya pasien yang tidak keluarga. Dengan adanya ruangan khusus
memiliki ruangan khusus untuk pasien yang diharapkan pasien mendapatkan suasana
menjelang ajal menjadi suatu kesulitan untuk yang lebih nyaman, dan tenang.
menjaga dan mempertahankan privasi pada
“…. mungkin perlu dipikirkan atau
pasien tersebut. seperti yang diungkap oleh
disiapkan ruangan khusus untuk pasien
partisipan :
yang menjelang ajal mau terlantar atau
“ ….karena saya sudah beberapa kali tidak, apa yah istilah ruangan khusus,
menemui eh .. apa yah .. sebelahnya semacam ruangan upacara khusus,
tidak meninggal sebenarnya, ruangan kecil sehingga kalau itu ingin
meninggalnya jauh P1, pasiennya di p3 melakukan upacara dalam kecil-kecilan
kita bisa…...memfasi
www.jik.ub.ac.
id
179
litasi atau dalam merupakan dampak menjadikan suatu
mungkin ingin perawatannya. Hal dari seringnya hal yang sangat
berdoa disana ini menjadikan merawat pasien menyedihkan.
lebih kecenderungan yang meninggal dan
Mengatasi
privasi…”(P2) munculnya merupakan suatu
perubahan
perubahan hal yang wajar.
“….harapan psikologis yaitu
psikologis timbul Fridh, Forsberg, &
saya .. dengan
perasaan tersentuh, Bergbom, (2009)
memang harus mengendalikan
mengalami suatu menyebutkan
ada tempat.. perasaan,
perasaan yang bahwa pasien yang
kalau untuk dimana
berbeda saat meninggal dalam
IGD memang membedakan
merawat pasien keadaan tanpa
tempat pasien simpatiempati,
terlantar yang didampingi oleh
DNR itu harus menyampingkan
menjelang ajal, keluarga akan
ada …oh iya empati, tidak
menjadi tersentuh,
kalau terpengaruh oleh
muncul perasaan
lingkungannya perasaan.
kasihan, iba, empati
lebih tenang Pengendalian dan
dan rasa penyesalan
kan lebih enak mengatasi
karena tidak ada
membimbing.. perubahan
keluarga yang
”(P3) psikologis yang
mendampingi dalam
dirasakan sangat
PEMBAHASAN tahap akhir dalam
perlu disadari oleh
Perawat memiliki kehidupan yang
perawat IGD untuk
kecenderungan dirasakan oleh
tetap bersikap
merasa hati perawat. Hal ini
professional dalam
tersentuh dan sejalan dengan
melakukan
terharu pada penelitian yang
perawatan pasien
pasien yang dirawat dilakukan oleh
terlantar yang
secara langsung. Enggune., et al 2014
menjelang ajal.
Pasien terlantar yang menyebutkan
Bersikap
yang menjelang ajal bahwa perasaan
professional
hanya sendiri tanpa empati dan
dengan
ada dukungan dan perasaan sedih
memberikan
pendampingan
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016
180
perawatan caring menyebutkan mengontrol gejala. Ketidakmampuan
secara fisik, secara perawat Situasi kerja yang perawat untuk
emosional dan menunjukan nilai- kurang mendukung, mendampingi
psikologis. Hal ini nilai humanistic terlebih di IGD spiritual ini
sejalan dengan (rasa kemanusian) pasien-pasien yang menimbulkan dilema
yang diungkapkan dengan nilai harapan hidupnya bagi perawat saat
oleh Hudak & kebaikan, empati lebih tinggi menjadi disisi lain perawat
Gallo (2010) yang dan caring pada prioritas. Kondisi menyadari
menyatakan pasien dengan Prioritas kebutuhan spiritual
bahwa perawat mengutamakan berdasarkan tingkat bagi pasien namun
peka dalam kepentingan dan level kegawatan disisi lain lingkungan
membangun rasa pasien yang akan dari setiap pasien. kerja dan banyaknya
empati pada berdampak rasa Decker, lee, tugas dan pasien lain
pasien, tapi bukan kebahagian dan Morphet (2014) yang membutuhkan
perawat yang kepuasaan dari menyebutkan perhatian dari
kehilangan perawat tersebut. Situasi IGD yang perawat. Perawat
kendali. Perawatan pasien sibuk, dengan memiliki peran

terlantar yang banyaknya dalam melakukan


Sikap menghargai
menjelang ajal tuntutan, mungkin intervensi secara
harkat dan
kondisi End of Life sulit untuk langsung atau
martabat menjadi
membutuhkan memberikan mengatur akses
bagian dalam
fokus memberikan pendampingan untuk mendapatkan
perawatan pasien
perawatan kematian yang baik. perawatan spiritual
terlantar yang
suportif. Bailey, Murphy, & bagi pasien yang
menjelang ajal.
Perawatan Porock(2011) dan menjelang ajal.
Watson (2010)
Chan (2011) Tingginya tuntutan,
suportif yang terlantar yang
menyebutkan dan kurangnya
diberikan yaitu menjelang ajal.
bahwa pasien- waktu
perawatan lanjut Bailey, Murphy, &
pasien dengan mempengaruhi dan
kebutuhan dasar, Porock(2011)
resusistasi selalu menjadi hambatan
memberikan menyebutkan
didahului diatas keterampilan
kenyamanan dan pasien di IGD
perawatan End of interpersonal dalam
mengobservasi juga dengan perawatan
Life. penyediaan
memonitor pasien suportif untuk
www.jik.ub.ac.
id
181
spritual dari pasien lain sosial (Beckstrand agama, perawat,
seorang perawat menimbulkan et.al, 2012, Decker, dokter (dokter ahli
untuk penyediaan dampak psikologis et.al, atau dokter umum
perawatan yang tidak 2015).Perawatan yang berfokus pada
menjelang kenyaman bagi pasien yang perawatan yang
kematian yang pasien menjelang fase holistic meliputi
optimal lain.Lingkungan End of Life fisik, emosional,
kerja yang melibatkan sosial, dan spiritual.
Penempatan
kondusif berbagai displin (Hockenberry
ruangan menjadi
merupakan yang meliputi &Wilson, 2005).
suatu
prasyarat perawat pekerja sosial, ahli
permasalahan
untuk Hasil penelitian ini pada pasien terlantar
yang terjadi di
menyediakan dapat digunakan yang menjelang ajal
IGD, terbatasnya
perawatan End of sebagai sarana di IGD.
ruangan dengan
Life yang evaluasi pelayanan
jumlah pasien Penelitian ini
berkualitas. perawatan End of
yang melebihi memiliki
perawat sangat Life maupun
kapasitas area P1 keterbatasan, yaitu
membutuhkan perawatan pada
maka mengeser peneliti tidak
ruangan pasien terlantar.
pasien karena mengeksplorasi
perawatan yang Evaluasi yang
tidak adanya terkait upaya
khusus untuk dilakukan sebagai
ruangan khusus kolaboratif perawat
pasien yang perbaikan dan
untuk pasien yang dengan dokter dan
menjelang aja. penyempurnaan
menjelang ajal. anggota lain dari tim
Perawatan pasien pelayanan End of
Perawat perawatan
dalam tahap End Life. diharapkan
mengalami kesehatan.
of Life, yang dengan
kesulitan menjaga Kolaborasi bagian
membutuhkan mempertimbangkan
dan dari tanggung jawab
penanganan yang adanya team
mempertahankan dalam merawat
bertujuan untuk kerohanian dan
privasi pasien dan pasien. Fokus tenaga
memberikan rasa team khusus yang
pasien lain karena medis penanganan
nyaman, berfokus untuk
ruangan yang dan pengobatan
ketenangan, pendampingan, dan
menyatu dan pada pasien dengan
kedekatan suport dukungan spiritual
terlihat oleh harapan hidup yang
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016
182
lebih tinggi, dapat dijadikan perawatan End of Adanya fasilitas
sehingga tidak gambaran kondisi Life yaitu kondisi ruangan yang
berperan secara IGD pada lingkungan kerja di khusus dan team
nyata pada pasien umumnya di IGD tidak adanya kerohanian bagi
dalam transisi Indonesia. team kerohanian pasien terlantar
pasien yang dan tidak adanya diharapkan dapat
KESIMPULAN
menjelang ajal ruangan khusus menyiapkan
Perawat tetap
dirumah Sakit RSUD untuk pasien yang kematian yang
bersikap
dr. Saiful Anwar. End of Life. Selain damai dan
profesional
Penelitian ini hanya itu pelayanan IGD bermartabat
menghormati
dilakukan terbatas yang lebih dengan tidak
harkat dan
di satu rumah sakit memprioritaskan adanya perlakuan
martabat pasien
yang tentunya pasien dengan yang berbeda
dalam
memiliki perbedaan kesempatan antara pasien
memberikan
kebijakan dan hidupnya lebih terlantar dengan
perawatan. Konflik
keterkaitan dengan tinggi. pasien lain yang
batin, emosi,
lembaga-lembaga menjelang ajal.
perasaan hati
yang berhubungan
tersentuh muncul
dengan kebijakan
dengan melihat DAFTAR PUSTAKA
bagi pasien Louis Missoury :
kondisi pasien Alligood, M., &
terlantar di rumah Mosby Elseveir.
terlantar Tomey, A.
Bailey, C., Murphy,
sakit yang lainnya. (2014). Nursing
menjelang ajal. R., & Porock, D.
Theorist and
Sehingga hasilnya (2011).
Their Work.
mungkin tidak Dukungan spiritual Sixth Edition. St
tidak dapat Trajectories of end- Beckstrand., et, al.

diberikan namun of-life care in the (2015). Rural

perawatan suportif emergency Emergency

menjadi bagian department. Annals Nurse’s End of

perawatan terbaik of Emergency Life care

bagi pasien Medicine, 57 obstacle

terlantar yang 362– experiences:

menjelang ajal. 369.http://doi.org/1 stories from the

Tantangan dan 0.1016/j.annemerg last frontier.

hambatan dalam med.2 010.10.010 Journal Of


www.jik.ub.ac.
id
183
Emergency experiences of Bahasa, Critical Care
Nursing. 1- 9 emergency Kemdikbud
Nursing, 25(5),
(Pusat Bahasa).
nurses in 233–241.
Braun, V & Clark, V.
Enggune, M.,
providing end-
(2006). Using Hudak, C., & Gallo,
Ibrahim, K., &
of-life care to
Thematic B. (2010).
Agustina, H. R.
patients in the
Analysis in Keperawatan
(2014).
emergency
Psychologi. kritis
Persepsi
department.
Qualitative pendekatan
Perawat
Ebta Setiawan.
Research in holistik (Edisi 6.
Neurosurgical
Kamus Besar
Psychology 3 Vol. 1). Jakarta:
Critical Care
Bahasa
(77-101). Buku
Unitterhadap
Indonesia
Chan, G. K. (2011). Kedokteran
Perawatan
Online. 2012-
Trajectories of EGC.
Pasien
2016 versi
Approaching (Hockenberry
1.9: Badan
Death in the Menjelang &Wilson, 2005)
Pengembang
Emergency Laporan Tahunan
an dan Ajal.Jurnal
Department : RSUD dr. Saiful
Pembinaan Keperawatan
Clinician Anwar (2014)
Padjadjaran,
Narratives of
2(1). Wolf, L,. A., Altair
Patient
M. D, et al.
Fridh, I., Forsberg,
Transitions to
(2015).
A., &
the End of Life.
Exploring
Bergbom, I.
Journal of Pain
the
(2009). Doing
and Symptom
managemen
one’s utmost:
Management,
t of death:
Nurses'
Emergency
descriptions of
nurses’
caring for
http://doi.org/
perceptions
dying patients
10.1016/j.jpain
of
in an intensive
symman.20 11.
Challenges
care
Decker, K., Lee, S.,
and
environment.
& Morphet, J.
facilitators
Intensive and
(2015). The
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 in the
184
Provision
of end-of-
life care in
the
Emergency
departmen
t. Journal
Of
Emergency
Nursing. 41
(5) : e23-
e33

Watson, J (2010).
Caring
science
and the
next
decade of
holistic
healing:tra
nsforming
self and
system
from inside
out.

www.jik.ub.ac.
id
185

Anda mungkin juga menyukai