Anda di halaman 1dari 51

OBSERVASI DAN REFLEKS TERHADAP APLIKASI ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PADA SYSTEM


PERNAPASAN

D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK : 1
FAHRINI SYAFITRI ( 170204019 )
AHYANA MAGHFIRAH (170204004)
UBAY ANWAIRI ( 170204074 )
DONI SYAHDI (170204013)

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadiran tuhan yang maha esa atas berkat dan
rahmat karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah “OBSERVASI DAN
REFLEKS TERHADAP APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN PADA SYSTEM PERNAPASAN” dengan baik selesainya
penyusunannya berkat bantuan moral maupun material dari berbagai pihak pada
kesempatan ini kelompok mengucapkan terimakasih kepada :
1. Parlindungan purba, SH, MM, selaku ketua yayasan sari mutiara Medan
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.kes, selaku Rektor universitas sari mutiara
Indonesia
3. Taruli Sinaga. SP, M.KM, selaku Dekan Fakultas farmasi dan ilmu kesehatan
4. Ns. Rinco Siregar, M. kep, M.NS selaku ketua program studi ners fakultas
farmasi dan ilmu kesehatan universitas sari mutiara Indonesia
5. Ns. Lasma Rina Sinurat, S.Kep, M.Kep selaku dosen pengajar yang telah
memberikan bimbingan,arahan, dan saran kepada kelompok dalam
menyelesaikan makalah ini.

Tim penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dari isi maupun susunannya, untuk itu tim penulis membuka diri terhadap kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang keperawatan, akhir kata tim
penulis mengucapkan terimakasih.

Medan November 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................
1.2 Rumus permasalahan ………………………………………………
1.3 Tujuan penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................


2.1 pengertan repirasi .....................................................................................
2.2 alat-alat pernapasan pada manusia ...........................................................
2.3 anatomi system pernapasan .......................................................................
2.4 fisiologo system pernapasan ......................................................................
2.5 mekanisme pernapasan manusia................................................................
2.6 frekuensia pernapasan …………………………………………………..
2.7 format pengkajian .....................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN………………………………………..
BAB IV PENUTUP.............................................................................................
4.1 Kesimpulan.......................................................................................
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas. Infeksi saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan
dengan infeksi sistem organ tubuh lain dan berkisar dari flu biasa dengan gejala
serta gangguan yang relative ringan sampai pneumonia berat.
Sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur. Seluruh struktur tersebut
terlibat dalam proses respirasi eksternal yaitu proses pertukaran oksigen (O2)
antara atmosfer dan darah serta pertukaran karbondioksida (CO2) antara darah dan
atmosfer. Respirasi eksternal adalah proses pertukaran gas antara darah dan
atmosfer, sedangkan respirasi internal adalah proses pertukaran gas antara darah
sirkulasi dan sel jaringan. Respirasi internal (pernapasan selular) berlangsung
diseluruh system tubuh. Yang termasuk struktur utama system pernapasan adalah
saluran udara pernapasan, terdiri dari saluran napas atas dan saluran napas bawah,
serta paru (parenkim paru).
Sebagai penanggulangan untuk meminimalisir angka terjadinya infeksi saluran
pernafasan dalam pelaksanaan kerja setiap perseorangan harus menjaga
keselamatan kerja. Sebesar 80-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian
manusia. Selain kelalaian manusia saat bekerja penanggulangan yang lain yaitu
perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Tenaga kerja sebagai sumber
daya manusia mempunyai peran yang penting dalam rangka mengembangkan dan
memajukan suatu industri. Oleh sebab itu pekerja harus diberi perlindungan
melalui usaha-usaha peningkatan dan pencegahan. Sehingga semua industri, baik
formal maupun informal diharapkan dapat menerapkan K3 di lingkungan
kerjanya.
1.2 Rumus Permasalahan
1. Apa yang dimaksud dengan sistem pernapasan?
2. Apa saja gangguan pada sistem pernapasan manusia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang sistem pernapasan.
2. Untuk mengetahui gangguan pada sistem pernapasan manusia.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan pada
sistem pernapasan manusia.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 PENGERTIAN RESPIRASI

Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari


pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi
di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara
bebas dan membuang karbon dioksida ke lingkungan.
Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :
1. Respirasi Luar merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan
udara.

2. Respirasi Dalam merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah


ke sel-sel tubuh.
Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara
dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu :
1. Respirasi / Pernapasan Dada

a. Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut

b. Tulang rusuk terangkat ke atas

c. Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam


dada kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Respirasi / Pernapasan Perut

a. Otot difragma pada perut mengalami kontraksi

b. Diafragma datar

c. Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan


udara pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.

Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam
keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun
menjadi berlipat-lipat kali dan bisa
sampai 10 hingga 15 kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus,
hemoglobin akan mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan
dengan besar kecil tekanan udara.
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg
dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya
hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita
hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter
darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang
dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan
darah.
Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :

a. Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2

b. Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2

c. Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2

d. Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2

Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung


oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung karbon
dioksida dan uap air. Tujuan proses pernapasan yaitu untuk
memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energy.
Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas:

1. Hidung

2. Faring

3. Trakea

4. Bronkus

5. Bronkiouls

6. paru-paru
2.2 ALAT – ALAT PERNAPASAN PADA MANUSIA

1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).
Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar
minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).
Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat
saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal
yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara.
Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang
berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Di sebelah belakang
rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang
disebut choanae.

Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan


selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke
dalam rongga hidung.
2. Faring (Tenggorokan)

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan


percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada
bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian
belakang.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat
terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring
akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke
saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang
terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa
menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga
mengakibatkan gangguan kesehatan.
Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar
masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring
juga menyediakan ruang dengung(resonansi) untuk suara percakapan.

3. Batang Tenggorokan (Trakea)

Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak


sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding
tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan
pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring
benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di
dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang
tenggorok (bronkus). Di dalam paru- paru, cabang tenggorok bercabang-
cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung
bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru
(alveolus).
4. Pangkal Tenggorokan (laring)

Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang


rawan. Laring berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring.
Salah satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak
di ujung bagian pangkal laring.
Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel
berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-
getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan
suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara. Pangkal
tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun.
Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok
(epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup
pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada
pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada
udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.
5. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)

Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu


bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama
dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan
pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari
lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi
bronkiolus. Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu
bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-
paru, bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah
kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus, lobaris (bronkus
sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua
bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam
gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus mengandung
kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah
oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus
adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru.
6. Paru-paru (Pulmo)

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian


samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh
diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru
kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua
selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung
menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan
selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang
rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus
tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan
dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia.
Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus
respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus
alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.

2.3 ANATOMI SISTEM PERNAFASAN


Bagian-bagian sistem pernafasan yaitu Cavum nasi, faring, laring, trakea,
karina, bronchus principalis, bronchus lobaris, bronchus segmentalis, bronchiolus
terminalis, bronchiolus respiratoryus, saccus alveolus, ductus alveolus dan alveoli.
Terdapat Lobus, dextra ada 3 lobus yaitu lobus superior, lobus media dan lobus
inferior. Sinistra ada 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Pulmo dextra
terdapat fissura horizontal yang membagi lobus superior dan lobus media,
sedangkan fissura oblique membagi lobus media dengan lobus inferior. Pulmo
sinistra terdapat fissura oblique yang membagi lobus superior dan lobus inferior.
Pembungkus paru (pleura) terbagi menjadi 2 yaitu parietalis (luar) dan Visceralis

(dalam), diantara 2 lapisan tersebut terdapat rongga pleura (cavum pleura).[4]

1. Hidung
Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior
yang dindingnya tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan.
Permukaan luarnya dilapisi kulit dengan kelenjar sebasea besar dan rambut.
Terdapat epitel respirasi: epitel berlapis silindris bersilia bersel goblet dan
mengandung sel basal. Didalamnya ada konka nasalis superior, medius dan
inferior. Lamina propria pada mukosa hidung umumnya mengandung banyak
pleksus pembuluh darah.
2. Alat penghidu

Mengandung epitel olfaktoria: bertingkat silindris tanpa sel


goblet, dengan lamina basal yang tidak jelas. Epitelnya disusun atas 3
jenis sel: sel penyokong, sel basal dan sel olfaktoris.
3. Sinus paranasal
Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam
tulang tengkorak yang berhubungan dengan rongga hidung. Ada 4
sinus: maksilaris, frontalis, etmoidalis dan sphenoidalis.

4. Faring

Lanjutan posterior dari rongga mulut. Saluran napas dan makanan


menyatu dan menyilang. Pada saat makan makanan dihantarkan ke
oesophagus. Pada saat bernapas udara dihantarkan ke laring. Ada 3
rongga : nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Mukosa pada
nasofaring sama dengan organ respirasi, sedangkan orofaring dan
laringofaring sama dengan saluran cerna. Mukosa faring tidak memilki
muskularis mukosa. Lamina propria tebal, mengandung serat elastin.
Lapisan fibroelastis menyatu dengan jaringan ikat interstisiel. Orofaring
dan laringofaring dilapisi epitel berlapis gepeng, mengandung kelenjar
mukosa murni.
5. Laring

Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm.


Terletak antara faring dan trakea. Dinding dibentuk oleh tulang rawan
tiroid dan krikoid. Muskulus ekstrinsik mengikat laring pada tulang
hyoid. Muskulus intrinsik mengikat laring pada tulang tiroid dan krikoid
berhubungan dengan fonasi. Lapisan laring merupakan epitel bertingkat
silia. Epiglotis memiliki epitel selapis gepeng, tidak ada kelenjar. Fungsi
laring untuk membentuk suara, dan menutup trakea pada saat menelan
(epiglotis). Ada 2 lipatan mukosa yaitu pita suara palsu (lipat vestibular)
dan pita suara (lipat suara). Celah diantara pita suara disebut rima glotis.
Pita suara palsu terdapat mukosa dan lamina propria. Pita suara terdapat
jaringan elastis padat, otot suara ( otot rangka). Vaskularisasi: A.V
Laringeal media dan Inferior. Inervasi: N Laringealis superior.
6. Trakea

Tersusun atas 16 – 20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya


dilapisi oleh jaringan ikat fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari:
tulang rawan, mukosa, epitel bersilia, jaringan limfoid dan kelenjar.
7. Bronchus

Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama.


Bronki primer bercabang menjadi bronki lobar, bronki segmental dan
bronki subsegmental. Struktur bronkus primer mirip dengan trakea
hanya cincin berupa lempeng tulang rawan tidak teratur. Makin ke distal
makin berkurang, dan pada bronkus subsegmental hilang sama sekali.
Otot polos tersusun atas anyaman dan spiral. Mukosa tersusun atas
lipatan memanjang. Epitel bronkus : kolumnar bersilia dengan banyak
sel goblet dan kelenjar submukosa. Lamina propria : serat retikular,
elastin, limfosit, sel mast, eosinofil.
8. Bronchiolus

Cabang ke 12 – 15 bronkus. Tidak mengandung lempeng tulang


rawan, tidak mengandung kelenjar submukosa. Otot polos bercampur
dengan jaringan ikat longgar. Epitel kuboid bersilia dan sel bronkiolar
tanpa silia (sel Clara). Lamina propria tidak mengandung sel goblet.
9. Bronchiolus respiratorius

Merupakan peralihan bagian konduksi ke bagian respirasi paru.


Lapisan : epitel kuboid, kuboid rendah, tanpa silia. Mengandung
kantong tipis (alveoli).
10. Duktus alveolaris

Lanjutan dari bronkiolus. Banyak mengandung alveoli. Tempat alveoli


bermuara.

11. Alveolus

Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat


terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan
udara yang dihirup. Jumlahnya 200 - 500 juta. Bentuknya bulat
poligonal, septa antar alveoli disokong oleh serat kolagen, dan elastis
halus.
Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng ( sel alveolar tipe I ), sel
alveolar besar ( sel alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng ( tipe I)
jumlahnya hanya 10% , menempati 95 % alveolar paru. Sel alveolar
besar (tipe II) jumlahnya 12 %, menempati 5 % alveolar. Sel alveolar
gepeng terletak di dekat septa alveolar, bentuknya lebih tebal, apikal
bulat, ditutupi mikrovili pendek, permukaan licin, memilki badan
berlamel. Sel alveolar besar menghasilkan surfaktan pulmonar.
Surfaktan ini fungsinya untuk mengurangi kolaps alveoli pada akhir
ekspirasi. Jaringan diantara 2 lapis epitel disebut interstisial.
Mengandung serat, sel septa (fibroblas), sel mast, sedikit limfosit. Septa
tipis diantara alveoli disebut pori Kohn. Sel fagosit utama dari alveolar
disebut makrofag alveolar. Pada perokok sitoplasma sel ini terisi badan
besar bermembran. Jumlah sel makrofag melebihi jumlah sel lainnya.
12. Pleura

Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung serat


elastin, fibroblas, kolagen. Yang melekat pada paru disebut pleura
viseral, yang melekat pada dinding toraks disebut pleura parietal. Ciri
khas mengandung banyak kapiler dan pembuluh limfe. Saraf adalah
cabang n. frenikus dan n. interkostal.

2.4 FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN

1) Sistem Respirasi

a. Fisiologi ventilasi paru

Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru.


Pergerakan udara ke dalam dan keluar paru disebabkan oleh:
1. Tekanan pleura : tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura
paru dan pleura dinding dada. Tekanan pleura normal sekitar -5 cm
H2O, yang merupakan nilai isap yang dibutuhkan untuk
mempertahankan paru agar tetap terbuka sampai nilai istirahatnya.
Kemudian selama inspirasi normal, pengembangan rangka dada
akan menarik paru ke arah luar dengan kekuatan yang lebih besar
dan menyebabkan tekanan menjadi lebih negatif (sekitar -7,5 cm
H2O).
2. Tekanan alveolus : tekanan udara di bagian dalam alveoli paru.
Ketika glotis terbuka dan tidak ada udara yang mengalir ke dalam
atau keluar paru, maka tekanan pada semua jalan nafas sampai
alveoli, semuanya sama dengan tekanan atmosfer (tekanan acuan 0
dalam jalan nafas) yaitu tekanan 0 cm H2O. Agar udara masuk,
tekanan alveoli harus sedikit di bawah tekanan atmosfer. Tekanan
sedikit ini (-1 cm H2O) dapat menarik sekitar 0,5 liter udara ke
dalam paru selama 2 detik. Selama ekspirasi, terjadi tekanan yang
berlawanan.
3. Tekanan transpulmonal : perbedaan antara tekanan alveoli dan
tekanan pada permukaan luar paru, dan ini adalah nilai daya elastis
dalam paru yang cenderung mengempiskan paru pada setiap
pernafasan, yang disebut tekanan daya lenting paru. Fisiologi
kendali persarafan pada pernafasan
Terdapat dua mekanisme neural terpisah bagi pengaturan pernafasan.

1. Mekanisme yang berperan pada kendali pernafasan volunter.


Pusat volunter terletak di cortex cerebri dan impuls dikirimkan
ke neuron motorik otot pernafasan melalui jaras kortikospinal.

2. Mekanisme yang mengendalikan pernafasan otomatis. Pusat


pernafasan otomatis terletak di pons dan medulla oblongata,
dan keluaran eferen dari sistem ini terletak di rami alba medulla
spinalis di antara bagian lateral dan ventral jaras kortikospinal.
Serat saraf yang meneruskan impuls inspirasi, berkumpul pada
neuron motorik N.Phrenicus pada kornu ventral C3-C5 serta neuron
motorik intercostales externa pada kornu ventral sepanjang segmen
toracal medulla. Serat saraf yang membawa impuls ekspirasi,
bersatu terutama pada neuron motorik intercostales interna
sepanjang segmen toracal medulla.
Neuron motorik untuk otot ekspirasi akan dihambat apabila neuron
motorik untuk otot inspirasi diaktifkan, dan sebaliknya. Meskipun
refleks spinal ikut berperan pada persarafan timbal-balik
(reciprocal innervation), aktivitas pada jaras descendens-lah yang
berperan utama. Impuls melalui jaras descendens akan merangsang
otot agonis dan menghambat yang antagonis. Satu pengecualian
kecil pada inhibisi timbal balik ini aadalah terdapatnya sejumlah
kecil aktifitas pada akson N.Phrenicus untuk jangka waktu singkat,
setelah proses inspirasi. Fungsi keluaran pasca inspirasi ini
nampaknya adalah untuk meredam daya rekoil elastik jaringan paru
dan menghasilkan pernafasan yang halus (smooth).

b. Pengaturan aktivitas pernafasan

Baik peningkatan PCO2 atau konsentrasi H+ darah arteri maupun


penurunan PO2 akan memperbesar derajat aktivitas neuron pernafasan
di medulla oblongata, sedangkan perubahan ke arah yang berlawanan
mengakibatkan efek inhibisi ringan. Pengaruh perubahan kimia darah
terhadap pernafasan berlangsung melalui kemoreseptor pernafasan di
glomus karotikum dan aortikum serta sekumpulan sel di medulla
oblongata maupun di lokasi lain yang peka terhadap perubahan kimiawi
dalam darah. Reseptor tersebut membangkitkan impuls yang
merangsang pusat pernafasan. Bersamaan dengan dasar pengendalian
pernafasan kimiawi, berbagai aferen lain menimbulkan pengaturan non-
kimiawi yang memengaruhi pernafasan pada keadaan tertentu. Untuk
berbagai rangsang yang memengaruhi pusat pernafasan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Berbagai rangsang yang memengaruhi pusat pernafasan4 Pengendalian kimia
CO2 (melalui konsentrasi H+ di LCS dan cairan interstitiel otak) O2
H+
Pengendalian non-kimia
Aferen nervus vagus dari reseptor di saluran pernafasan dan paru Aferen dari pons, hipoth
Aferen dari proprioseptor
Aferen dari baroreseptor: arteri, (melalui glomus karotikum
atrium, ventrikel, pulmonaldan aortikum)
c. Pengendalian kimiawi pernafasan

Mekanisme pengaturan kimiawi akan menyesuaikan ventilasi


sedemikian rupa sehingga PCO2 alveoli pada keadaan normal
dipertahankan tetap. Dampak kelebihan H+ di dalam darah akan
dilawan, dan PO2 akan ditingkatkan apabila terjadi penurunan mencapai
tingkat yang membayakan. Volume pernafasan semenit berbanding
lurus dengan laju metabolisme, tetapi penghubung antara metabolisme
dan ventilasi adalah CO2, bukan O2. Reseptor di glomus karotikum dan
aortikum terangsang oleh peningkatan PCO2 ataupun konsentrasi H+
darah arteri atau oleh penurunan PO2. Setelah denervasi kemoreseptor
karotikum, respons terhadap penurunan PO2 akan hilang, efek utama
hipoksia setelah denervasi glomus karotikum adalah penekanan
langsung pada pusat pernafasan. Respon terhadap perubahan

konsentrasi H+ darah arteri pada pH 7,3-7,5 juga dihilangkan, meskipun


perubahan yang lebih besar masih dapat menimbulkan efek. Sebaliknya,
respons terhadap perubahan PCO2 darah arteri hanya sedikit
dipengaruhi,; dengan penurunan tidak lebih dari 30-35%.
a. Kemoreseptor dalam batang otak
Kemoreseptor yang menjadi perantara terjadinya hiperventilasi pada
peningkatan PCO2 darah arteri setelah glomus karotikum dan
aortikum didenervasi terletak di medulla oblongata dan disebut
kemoreseptor medulla oblongata. Reseptor ini terpisah dari neuron
respirasi baik dorsal maupun ventral, dan terletak pada permukaan
ventral medulla oblongata.

Reseptor kimia tersebut memantau konsentrasi H+ dalam LCS, dan


juga cairan interstisiel otak. CO2 dengan mudah dapat menembus
membran, termasuk sawar darah otak, sedangkan H+ dan HCO3-
lebih lambat menembusnya. CO2 yang memasuki otak dan LCS
segera dihidrasi. H2CO3 berdisosiasi, sehingga konsentrasi H+ lokal
meningkat. Konsentrasi H+ pada cairan interstitiel otak setara
dengan PCO2 darah arteri.

b. Respons pernafasan terhadap kekurangan oksigen

Penurunan kandungan O2 udara inspirasi akan meningkatkan


volume pernafasan semenit. Selama PO2 masih diatas 60 mmHg,
perangsangan pada pernafasan hanya ringan saja,dan perangsangan
ventilasi yang kuat hanya terjadi bila PO2 turun lebih rendah.
Nsmun setiap penurunan PO2 arteri dibawah 100 mmHg
menghasilkan peningkatan lepas muatan dari kemoreseptor
karotikum dan aortikum. Pada individu normal, peningkatan
pelepasan impuls tersebut tidak menimbulkan kenaikan ventilasi
sebelum PO2 turun lebih rendah dari 60 mmHg karena Hb adalah
asam yang lebih lemah bila dibandingkan dengan HbO2, sehingga
PO2 darah arteri berkurang dan hemoglobin kurang tersaturasi
dengan O2, terjadi sedikit penurunan konsentrasi H+ dalam darah

arteri. Penurunan konsentrasi H+ cenderung menghambat


pernafasan. Di samping itu, setiap peningkatan ventilasi yang terjadi,
akan menurunkan PCO2 alveoli, dan hal inipun cenderung
menghambat pernafasan. Dengan demikian, manifestasi efek
perangsangan hipoksia pada pernafasan tidaklah nyata sebelum
rangsang hipoksia cukup kuat untuk melawan efek inhibisi yang
disebabkan penurunan konsentrasi H+ dan PCO2 darah arteri. [4]
c. Pengaruh H+ pada respons CO2

Pengaruh perangsangan H+ dan CO2 pada pernafasan tampaknya


bersifat aditif dan saling berkaitan dengan kompleks, serta berceda
halnya dari CO2 dan O2. Sekitar 40% respons ventilasi terhadap
CO2 dihilangkan apabila peningkatan H+ darah arteri yang
dihasilkan oleh CO2 dicegah. 60% sisa respons kemungkinan
terjadi oleh pengaruh CO2 pada konsentrasi H+ cairan spinal atau
cairan interstitial otak. [3]

d. Pengangkutan oksigen ke jaringan

Sistem pengangkut oksigen di dalam tubuh terdiri atas paru dan sistem
kardiovaskuler. Pengangkutan oksigen menuju jaringan tertentu
bergantung pada: jumlah oksigen yang masuk ke dalam paru, adanya
pertukaran gas dalam paru yang adekuat, aliran darah menuju jaringan
dan kapasitas darah untuk mengangkut oksigen. Aliran darah
bergantung pada derajat konstriksi jalinan vaskular di dalam jaringan
serta curah jantung. Jumlah oksigen di dalam darah ditentukan oleh
jumlah oksigen yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah dan afinitas
hemoglobin terhadap oksigen.

2.5 MEKANISME PERNAFASAN MANUSIA

Pernafasan pada manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:

1. Pernafasan dada

Pada pernafasan dada otot yang erperan penting adalah otot antar
tulang rusuk. Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
otot tulang rusuk luar yang berperan dalam mengangkat tulang-
tulang rusuk dan tulang rusuk dalam yang berfungsi menurunkan
atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula. Bila otot antar
tulang rusuk luar berkontraksi, maka tulang rusuk akan terangkat
sehingga volume dada bertanbah besar. Bertambah besarnya akan
menybabkan tekanan dalam rongga dada lebih kecil dari pada
tekanan rongga dada luar. Karena tekanan uada kecil pada rongga
dada menyebabkan aliran udara mengalir dari luar tubuh dan masuk
ke dalam tubuh, proses ini disebut proses ’inspirasi’ Sedangkan
pada proses espirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam, tulang
rusuk kembali ke posisi semuladan menyebabkan tekanan udara
didalam tubuh meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan
dalam rongga dada, dan aliran udara terdorong ke luar tubuh,
proses ini disebut ’espirasi’.

2. Pernafasan perut

Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma
dan otot dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi,
posisi diafragma akan mendatar. Hal itu menyebabkan volume
rongga dada bertambah besar sehingga tekanan udaranya semakin
kecil. Penurunan tekanan udara menyebabkan mengembangnya
paru-paru, sehingga udara mengalir masuk ke paru- paru(inspirasi).
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau
dalam keadaan tertidur sekalipun karma sistem pernapasan
dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat
dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara
dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan
dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler
dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara
di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka
udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada
lebih besar maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara
(inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme
pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara
bersamaan.
2.6 FREKUENSI PERNAFASAN

Jumlah udara yang keluar masuk ke paru-paru setiap kali bernapas


disebut sebagai frekuensi pernapasan. Pada umumnya,frekuensi pernapasan
manusia setiap menitnya sebanyak 15-18 kali. Cepat atau lambatnya
frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
a. Usia. Semakin bertambahnya usia seseorang akan semakin rendah
frekuensi pernapasannya.Hal ini berhubungan dengan energy yang
dibutuhkan.
b. Jenis kelamin. Pada umumnya pria memiliki frekuensi pernapasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.Kebutuhan akan oksigen
serta produksi karbondioksida pada pria lebih tinggi dibandingkan
wanita.
c. Suhu tubuh. Semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka aka semakin
cepat frekuensi pernapasannya, hal ini berhubungan dengan penigkatan
proses metabolism yang terjadi dalam tubuh.
d. Posisi atau kedudukan tubuh. Frekuensi pernapasan ketika sedang
duduk akan berbeda dibandingkan dengan ketika sedang berjongkok
atatu berdiri.Hal ini berhubungan erat dengan energy yang dibutuhkan
oleh organ tubuh sebagai tumpuan berat tubuh.
e. Aktivitas. Seseorang yang aktivitas fisiknya tingi seperti olahragawan
akan membutuhkan lebih banyak energi daripada orang yang diamatau
santai, oleh karena itu, frekuensi pernapasan orang tersebut juga lebih
tinggi. Gerakan dan frekuensi pernapasan diatur oleh pusat pernapasan
yang terdapat di otak. Selain itu, frekuensi pernapasan distimulus oleh
konsentrasi karbondioksida (CO₂) dalam darah.
2.7 GANGGUAN PADA SISTEM RESPIRASI
System pernapasan manusia yang terdiri atas bebebrapa organ dapat
mengalami ganguan. Gangguan ini biasa berupa kelainana atau penyakit.
Penyakitatau kelainan yang menyerang system pernapasan ini dapat
menyebabkan proses pernapasan. Berikut adalah beberapa contoh gangguan
pada system pernapasan manusia :
1. Emfisema, merupakan penyakit pada paru-paru. Paru-paru mengalami
pembengkakan karena pembuluh darah nya kemasukan udara.
2. Asma, merupakan kelainan penyumbatan saluran pernapasan yang
disebabkan oleh alergi, seperti debu,bulu, ataupun rambut. Kelainan ini
dapat diturunkan. Kelainan ini juga dapat kambuh jika suhu lingkungan.
3. Tuberkulosis (TBC), merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut menimbulkan bintil-bintil pada
dinding alveolus. Jika ini menyerang dan dibiarkan semakin luas, dapat
menyebabkan sel-sel paru-paru mati. Akibatnya paru- paru akan kuncup
atau mengecil. Hal tersebut menyebabkan para penderita TBC napasnya
sering terengah-engah.
4. Infuenza (flu), merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
infuenza. Penyakit ini timbul dengan gejala bersin-bersin, demam, dan
pilek.
5. Kanker paru-paru. Penyakit ini merupakan salah satu paling
berbahaya. Sel- sel kanker pada paru-paru terus tumbuh tidak
terkendali. Penyakit ini lama- kelamaan dapat menyerang seluruh
tubuh. Salah satu pemicu kanker paru- paru adalah kebiasaan
merokok. Merokok dapat memicu terjadinya kanker paru- paru dan
kerusakan paru-paru.
6. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran
pernapasan dan jaringan paru-paru. Misalnya, sel mukosa membesar
(disebut hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (disebut
hiperplasia). Dapat pula terjadi radang ringan, penyempitan saluran
pernapasan akibat bertambahnya sel sel dan penumpikan lendir, dan
kerusakan alveoli. Perubahan anatomi saluran pernapasan menyebabkan
fungsi paru – paru terganggu.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN (PARU) PADA
KLIEN Ny. “S” dengan TUBERCULOSIS PARU (TBC)

Tanggal Masuk : 18 Februari 2012


Tanggal Pengkajian : 18 Februari 2012

IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. “S”
Umur : 57 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Status Pernikahan : Nikah
Alamat : Jln. Sultan Sharir
Diagnosa Medis : TB Paru
Medrec : 002757

Penanggung Jawab : Tn. “A”


Umur : 23 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Nikah
Hubungan dengan Klien : Menantu

PENGKAJIAN
a. Alasan Utama Datang Ke Rumah Sakit
Klien mengatakan batuk berdarah dan sesak nafas.
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Saat pengkajian klien mengalami sesak nafas dan batuk berdahak.
c. Riwayat Penyakit Saat Ini
± 3 hari sebelum masuk rumah sakit, klien mengeluh batuk berdarah dan sesak nafas dengan
frekuensi sering. Sputum yang dikeluarkan bercampur darah dan buih.saat sesak klien
mengeluh nyeri dibagian dada dan kesulitan untuk tidur dengan KU lemah, TD 120/60 mmHg,
Nadi 80/menit serta frekuensi pernafasan 24/menit. Klien mengalami sesak jika beraktivitas
berat.

31
d. Riwayat Kesehatan Lalu
± 5 bulan yang lalu klien pernah menderita penyakit yang sama.
e. Riwayat Kesehatan keluarga
± 2 Tahun yang lalu suami klien pernah menderita penyakit yang sama.
f. Riwayat Alergi Terhadap Pengobatan
Klien tidak pernah mengalami alergi terhadap pengobatan.

PENGKAJIAN FISIK
1.      Keadaan umum : Lemah
 Kesadaran : Compos Mentis
TTV
TD : 120/60 mmHg
Pols : 80/menit
Rr : 24/menit
Suhu : 37˚ C
 TB : 150cm
 BB : 41 Kg
 Status Gizi
 BB : 41 Kg
 Tinggi : 150ST
 BB Ideal : 49,9 Kg
 Masalah Keperawatan : Tidak ada

Kebutuhan Sehari - hari

No Aktivitas Sebelum MRS Sesudah MRS


1 Pola Aktivitas
Makan:
Frekuensi 2 x Sehari 3 x sehari
Jenis Nasi, Lauk-Pauk, Sayur Nasi, Agar, buah, telur, roti dll
Jumlah 1 Porsi ½ Porsi
Masalah Tidak ada masalah Kurang nafsu makan

Minum :
Frekuensi >5 x sehari >5 x sehari
Jenis Air putih Air putih
2 Pola Eliminasi
BAB
32
No Aktivitas Sebelum MRS Sesudah MRS
Frekuensi
Konsistensi 2 x sehari 2 x sehari
Masalah Normal Cair
Tidak ada masalah Tidak ada masalah
BAK
Frekuensi
Warna >2 x sehari >2 x sehari
Masalah Kuning Kuning
Tidak ada masalah Tidak ada masalah
3 Pola Istirahat dan Tidur
Lama 6 Jam 2 Jam
Masalah Gangguan pola istirahat Gangguan pola istirahat
4 Personal Hygiene
Mandi
Frekuensi 2x sehari 2x sehari

Gigi dan mulut


Frekuensi 2x sehari 2x sehari

2.      Data Sistemik


a.       Sistem Persepsi Sensori
Pendengaran : Normal
Penglihatan : Memakai kacamata saat membaca
Penghidu : Normal
Peraba : Normal
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

b.      Sistem Penglihtan


Lapang Pandang : Normal
Kesimetrisan Mata : Kedua mata simetris
Kelopak Mata : Cekung
Konjuntiva : Anemis
Skelera : Tidak ikterik
Kornea : Hitam
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

33
c.       Sistem Pernapasan
Frekuensi : 24/menit
Batuk : Batuk berdahak bercampur buih
Bunyi Nafas : Ronkhi basah
Sumbatan Jalan Nafas : Adanya sputum
Bentuk Dada : Simetris
Masalah Keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif

d.      Sistem Kardiovaskular


TD : 120/60 mmHg
Pols : 80/menit
Suhu : 37˚ C
I : Bentuk dada Simetris
P : Murmur tidak ada
P : Tidak terdapat nyeri tekan
A : BJ1 dan BJ2
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

e.       Sistem Saraf


Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15
E (membuka mata) :4
V (mengikuti perintah) : 5
M (melokalisir nyeri) :6
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

f.       Sistem Intigumen


Warna Kulit : Tidak pucat
Luka : Tidak ada
Memar : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Turgor Kulit : Kurang Elastis
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

g.      Sistem Gastrointestinal


Nafsu Makan : Kurang

34
Porsi SMRS : 1 Porsi
Porsi MRS : ½ Porsi
Kemampuan Mengunyah : Normal
Kemampuan Menelan : Normal
Perut : Normal
Diet : BB
Masalah Keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

h.      Sistem Muskuloskeletal


Rentang Gerak : Bebas
Cara jalan : Tidak Seimbang dan dibantu saat berjalan
Kemampuan memenuhi aktivitas : Dibantu sebagian
Genggaman Tangan : Kuat tangan kanan dan kiri
Otot Kaki : Kuat kaki kanan dan kiri
Akral : Hangat
Fraktur : Tidak ada
Kekuatan Otot : 4 4
  4 4
Masalah Keperawatan : Intoleransi aktivitas
i.        Sistem Perkemihan
Urine : Kuning Jernih
Frekuensi : 2 x sehari
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

35
3.      Data Penunjang
Tanggal : 20 Februari 2012

No Data Hasil Lab Nilai Normal


1 Sputum BTA + BTA -
Pemeriksaan Rontgen Thoraks
Pada hasil pemeriksaan rontgen
thoraks, sering di dapatkan adanya suatu lesi
sebelum ditemukan adanya gejala subjektif
awal dan sebelum pemeriksaan fisik
menemukan kelainan pada paru.
Bila pemeriksaan rontgen
menemukan suatu kelainan, tidak ada
gambaran khusus mengenai TB paru awal
kecuali di lobus bawah dan biasanya berada
di sekitar hilus. Karakteristik kelainan ini
terlihat sebagai daerah bergaris-garis opaque
yang ukurannya bervariasi dengan batas lesi
yang tidak jelas.
Kriteria yang kabur dan gambar yang
kurang jelas ini sering diduga sebagai
pneumonia atau suatu proses edukatif, yang
akan tampak lebih jelas dengan pemberian
kontras.
Pemeriksaan rontgen thoraks sangat
berguna untuk mengevaluasi hasil
pengobatan dan ini bergantung pada tipe
keterlibatan dan kerentanan bakteri itu berkel
terhadap obat anti tuberkulosis, apakah sama
baiknya dengan respons dari klien.
Penyembuhan yang lengkap serinng kali
terjadi di beberapa area dan ini adalah
observasi yang dapat terjadi pada
penyembuhan yang lengkap.
Hal ini tampak paling menyolok pada
klien dengan penyakit akut yang relatif di
mana prosesnya dianggap berasal dari

36
tingkat eksudatif yang besar.
2 Thrombosit 282.000 150.000 – 400.000
3 Leuksit 12.300 5.000 – 10.000
4 Hematokrit 32 40 – 50
5 Ureum 27 15 – 40
6 Kalium 3,7 3,5 – 5,0

4.      Terapi yang Diberikan


         KSR 3x1
         Ambroxol 3x1
         INH 100 2x1
         INH 300 2x1
         Valsartan 1x1
         Retaphyl 2x1
         Pulmicart (digunakan saat sesak)
         RL gtt 20x/menit
PENGKAJIAN MASALAH PSIKOSOSIO DAN SPIRITUAL
Psikologis : Keluarga mengatakan bingung dengan keadaan klien, klien sering marah - marah
Sosial : Hubungan klien dengan keluarganya baik, hubungan klien dengan masyarakat
sekitar kurang baik sebab klien dijauhi masyarakat karena takut penyakit klien.
Spiritual : Klien beragama Islam. Sebelum masuk rumah sakit klien rajin sholat 5 waktu.
Tetapi setelah klien dirawat di rumah sakit, klien tidak mampu sholat lagi.

37
ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. “S” Dx Medis : Tubreculosis


Jenis Kelamin : Perempuan No MedRec : 0027457
No Kamar/Bed :7/4 Hari/Tanggal : Sabtu, 18 Feb 2012

Masalah
No Data Senjang Etiologi Keperawa Paraf
tan
1 DS : M. Tuberculosis Bersihan
 Pasien mengatakan di Inhalasi droplet jalan nafas
tenggorokanya ada Bakteri mencapai alveolus tidak
dahak Muncul reaksi radang efektif
DO : Terjadipengeluaran secret/mucul
 Bunyi nafas Ronkhi Akumuluasi secret jaan nafas
Basah Kebersihan jalan nafas tidak efektif
 Klien tampak sesah
nafas
 Secret berbuih
 Rr : 24/mnt
 N : 80/mnt
 Secret : ada
2 DS : Respon batuk – batuk  Nutrisi
 Klien mengatakan kurang
Penggunaan otot- otot abdomen  
kurang nafsu makan dari
Refluk pegal  
DO : kebutuhan
 Klien tampak tidak Mual muntah   tubuh
menghabiskan Nutrisi kurang dari kebutuhan
makanannya
 Ada sisa makanan di
piring klien
3 DS: Akumulasi secret dijalan nafas Intoleransi
 Klien mengatakan Menghalangi proses difusi oksigen aktivitas
badannya lemas Kompensasi tubuh meningkatkan
sehingga susah gerakan pernafasan sesak
beraktivitas Pola nafas tidak efektif
DO: Transportasi oksigen terganggu
Klien tampak Kelelahan kelemahan fisik
38
Masalah
No Data Senjang Etiologi Keperawa Paraf
tan
memanggil keluarga Otropi otot - otot
saat butuh sesuatu Keterbatasan aktivitas
Klien tampak lemas Aktivitas kehidupan sehari – hari
terganggu
4 DS : Bakteri mencapai alveolus Cemas
 Klien mengatakan Perjalanan penyakit TBC
sangat cemas tentang Muncul respon tubuh berupa Gejala
penyakitnya fisik yang menggganggu aktivitas

DO : Kurang komunikasi,
 Klien tampak bingung Support berlebih
 Klien tampak cemas Stressor keluarga
 Klien tampak gelisah Khawatir kondisi anggota keluarga
yang sakit
Kecemasan

Prioritas Masalah
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intoleransi aktivitas
4. Kecemasan pasien
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tida efektif b.d. adanya secret
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia
3. Intoleransi aktivitas b.d. keadaan umum lemah
4. Kecemasan b.d. kurang pengetahuan

39
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. “S” Dx Medis : Tubreculosis
Jenis Kelamin : Perempuan No MedRec : 0027457
No Kamar/Bed : 7 / 4 Hari/Tanggal : Sabtu, 18 Feb 2012

Diagnosa Tujuan Rencana


No Jam Rasional Paraf
Keperawatan (SMART) Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas 05.30 Setelah 1. Kajifungsi Penurunan bunyi napas
tidak efektif b.d. dilakukan pernafasan indikasi atelektasis,
adanya secret. askep 3x24 2. Catat ronkiin
jam bersihan kemampuan dikasiakumulasisecret /
DS : jalan nafas untuk ketidakmampuan

  Pasien menjadi mengeluarkan membersihkan jalan


efektif, secret napas sehingga ototak
mengatakan di
dengan 3. Anjurkan klien sesori digunakan dan
tenggorokanya
kriteria hasil: untuk latihan kerja pernapasan
ada dahak
1.     Sesak batuk efektif dan meningkat
nafas nafas dalam
DO : berk 4. Anjurkan klien Pengeluaran sulit bila
 Bunyi nafas uran untuk posisi semi secret tebal, sputum
Ronkhi Basah g fowler berdarah akibat
 Klien tampak 2.      Rr : 5. Berikan terapi kerusakan paru
sesah nafas 18x/ oksigen
 Secret berbuih mnt 6. Pantau TTV Batuk efektif membantu
 Rr : 24/mnt 3.      7. Kolaborasi mengeluarkan secret
Secre dengan tim medis    
 N : 80/mnt
t untuk membantu
 Secret : ada
hilan Meningkatkan ekspansi
terapi
g paru dan membuka area
atelektasis

Membantu suplai
oksigen

Mengetahui
Perkembangan
Pasien.

Diperlukan untuk
pengobatan lanjutan

40
Diagnosa Tujuan Rencana
No Jam Rasional Paraf
Keperawatan (SMART) Keperawatan
dalam proses
penyembuhan
2 Nutrisi kurang dari 06.00 Setelah 1. Catat status 1. Berguna dalam
kebutuhan tubuh dilakukan nutrisi klien mendefinisikan
b.d. anoreksia askep 3x24 2. Monitor intake nutrisi dan cairan
DS : jam kebutuhan output 2.  Mengukur
 Klien mengatakan nutrisi klien 3. Catat adanya keefektifan nutrisi
kurang nafsu terpenuhi, anoreksia dan dan cairan
makan dengan mual muntah 3. Menentukan jenis
DO kriteria hasil : 4. Anjurkan klien diet dan
 Klien tampak          untuk bedrest mendefinisikan
tidak Nafs 5. Anjurkan klien pemecahan masalah
menghabiskan u untun makan untuk meningkatkan
makanannya maka makanan porsi intake nutrisi

  Ada sisa n sedikit tapi sering 4. Dapat membantu


makanan di piring meni menghemat energi
klien ngkat 5. Mencegah irigasi
gaster
3 Intoleransi aktivitas 06.20 Setelah 1. Dekatkan benda-  1.     Klien dapat
b.d. keadaan umum dilakukan benda yang dengan mudah
lemah askep 3x24 dibutuhkan klien mengambil benda
jam aktivitas
2. yang dibutuhkan
DS: klien dapat 2.     Bantu
 Klien mengatakan terpenuhi, aktivitas  Dapat meringankan
badannya lemas dengan klien aktivitas yang tidak
sehingga susah kriteria hasil : bisa dilakukan klien
Libatkan keluarga
beraktivitas 3.   
        Klie dalam proses
 Keluarga dapat
n penyembuhan
DO : membantu kebutuhan
 Klien tampak tidak yang tidak bisa
 Ciptakan
memanggil kesul dilakukan klien
itan lingkungan yang
keluarga saat 4.    
mela traupetik
butuh sesuatu   Lingkungan yang
         Klien kuka
traupetik
tampak n
mempercepat proses
lemas aktiv
penyembuhan
itas

41
Diagnosa Tujuan Rencana
No Jam Rasional Paraf
Keperawatan (SMART) Keperawatan
        Klie
n
tidak
lema
s
4 Kecemasan b.d. 06.45 Setelah 1.     Pantau tingkat  Faktor ini
kurang pengetahuan dilakukan kecemasan mempengaruhi
askep selama persepsi klien
DS : 3x24 jam 2. Beri informasi terhadap ancaman
         Klien kecemasan tentang diri, potensial siklus
mengataka klien penyakit yang anxieta
n sangat berkurang diderita klien
cemas dengan  Dapat menambah
tentang kriteria hasil : 3. Dorong klien pengetahuan klien
penyakitny mengakui tentang penyakit yang
a Klien tidak permasalahan dideritanya
gelisah dan 3.    
DO : mengekspresika  Klien tidak akan merasa
         Klien Klien tidak n perasaan terbebani dengan
tampak bingung beban pikiran
bingung 4.     Libatkan sehingga dapat
         Klien keluarga dalam mempercepat proses
tampak Klien proses penyembuhan
cemas mengerti penyembuhan
 Memberi keyakinan
         Klien tentang
pada klien bahwa dia
tampak penyakitnya
tidak menghadapi
gelisah
masalah sendirian

42
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. “S” Dx Medis : Tubreculosis


Jenis Kelamin : Perempuan No MedRec : 0027457
No Kamar/Bed : 7 / 4 Hari/Tanggal : Selasa, 21 Feb 2012
Diagnosa
No Jam Tindakan Keperawatan Respon Paraf
Keperawatan
1 Bersihan 08.30 1.   Mengkaji fungsi 1. Klien bersedia di periksa
jalan nafas pernafasan dengan hasil :
tidak efektif 2. Bunyi nafas vesikular
b.d. adanya 3. Frekuensi pernafasan :
secret 20x/mnt.
08.35 2. Menganjurkan klien 4. Klien melakukan batuk
untuk latihan batuk efektif dan nafas dalam
efektif dan nafas untuk mengeluarkan
dalam secret
08.40 3.      3.     
3. Memberikan terapi 5. Klien bersedia dipasang
11.00
oksigen oksigen (2 liter /jam)
4.   4.    
4. Memantau TTV Klien bersedia diperiksa
dengan hasil:

o Pols : 80x/mnt
o TD : 120/80 mmHg
o T : 37˚C
o Rr : 20x/mnt

2 Nutrisi kurang 09.00 Mencatat status nutrisi 1.     Klien bersedia di periksa


dari kebutuhan klien dengan hasil :
tubuh b.d.
anoreksia o BB : 41 Kg

Memonitor intake output 3. Klien bersedia diperiksa


09.45
dan menyebutkan makanan
yang di dapatnya :
4. INTAKE

o Makanan : nasi, agar,

43
Diagnosa
No Jam Tindakan Keperawatan Respon Paraf
Keperawatan

telur, buah, roti, dll

Frekuensi : 3 x sehari
Porsi : 1 Porsi

o Minuman : Air putih


>5cangkir perhari

OUTPUT

o BAB : 2 x sehari
o BAK : >2 x sehari
Mencatat adanya anoreksia
09.10 dan mual muntah 3.     
Klien mengatakan
tidak mual lagi
3 Intoleransi 09.30 1.     Mendekatkan benda – 1.     Benda – benda yang
aktivitas b.d. benda yang dibutuhkan dibutuhkan didekatkan pada
keadaan klien klien.
umum lemah 2.      Klien bersedia dan berkata

09.35 2.     Membantu aktivitas jika butuh bantuan akan


klien memencet bel pemanggil
perawat

09.40
3.     Melibatkan Keluarga 3.     Keluarga bersedia untuk
dalam memenuhi membantu aktifitas klien

kebutuhan
4 Kecemasan 09.45 1.     Memantau tingkat 1.      Pasien cemas dan sudah
b.d. kurang kecemasan dengan tenang
pengetahuan melihat respon pasien

44
EVALUASI

Nama Pasien : Ny. “S” Dx Medis : Tubreculosis


Jenis Kelamin : Perempuan No MedRec : 0027457
No Kamar/Bed :7/4 Hari/Tanggal : Rabu, 22 Feb 2012

Diagnosa
No Jam Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas 14.30 S : Klien mengatakan sesak nafas berkurang
tidak efektif b.d.
adanya secre O : Klien tidak tampak sesak lagi setelah di pasang
oksigen
DS :
         Tidak terdengar suara ronkhi basah
   Pasien
RR : 20x/menit
mengatakan di
Secret : masih ada
tenggorokanya
A : MasalahTeratasi sebagian
ada dahak
P : Tindakan yang diteruskan :
DO :
 Kaji frekuensi pernafasan
 Bunyi nafas
 Berikan klien terapi oksigen
Ronkhi Basah
 Anjurkan klien untuk batuk efektif dan nafas
 Klien tampak
dalam
sesah nafas
 Pantau TTV
         Secret
berbuih
         Rr :
24/mnt
         N :
80/mnt
         Secret :
ada
2 Nutrisi kurang dari 14.40 S : Klien mengatakan sudah nafsu makan
kebutuhan tubuh
b.d. anoreksia O : Tidak tampak sisa makanan di piring klie
DS : Klien menghabiskan makanannya
 Klien A : Masalah teratasi
mengatakan
kurang nafsu P : Intervensi dihentikan
makan

45
Diagnosa
No Jam Evaluasi Paraf
Keperawatan

DO :
 Klien tampak
tidak
menghabiskan
makanannya
 Ada sisa
makanan di
piring klien

3 Intoleransi 15.00 S : Klien mengatakan badannya lemas sehingga


aktivitas b.d. aktivitasnya terganggu
keadaan umum
lemah O : Klien tampak masih lemah
DS:  Klien tampak masih memanggil keluarganya
    Klien saat butuh sesuatu
mengatakan
badannya lemas A : Masalah teratasi sebagian
sehingga susah
beraktivitas P : Intervensi yang diteruskan :
DO :  Dekatkan benda- benda yang dibutuhkan
   Klien tampak klien
memanggil  Bantu aktivitas klien
keluarga saat  Libatkan keluarga dalam proses
butuh sesuatu penyembuhan
 Klien tampak
lemas
4 Kecemasan b.d. 14.45 S :
kurang          Klien mengatakan tidak cemas lagi
pengetahuan          Klien mengatakan paham tentang penyakitnya

DS : O:
 Klien          Klien tampak tidak bingung lagi
mengatakan          Klien tampak tidak cemas lagi
46
Diagnosa
No Jam Evaluasi Paraf
Keperawatan
sangat cemas          Klien tampak tidak gelisah lagi
tentang
penyakitnya A : Masalah teratasi

DO : P : Intervensi dihentikan
Klien tampak
bingung
 Klien tampak
cemas
 Klien tampak
gelisah

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tgl/ Jam : Tanggal MRS :


Ruangan : Diagnosis Medis :
Nama/Inisial : No.RM :
Jenis Kelamin : Suku/ Bangsa :
IDENTITAS

Umur : Status Perkawinan :


Agama : Penanggung jawab :
Pendidikan : Hubungan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :

47
Keluhan utama saat MRS :

Keluhan utama saat pengkajian :

Riwayat penyakit saat ini :


RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN

Riwayat Allergi :

Riwayat Pengobatan

Riwayat penyakit sebelumnya dan Riwayat penyakit keluarga:

Jalan Nafas :  Paten  Tidak Paten


BREATHING

Nafas :  Spontan  Tidak Spontan


Obstruksi :  Lidah  Cairan  Benda Asing  Tidak Ada
 Muntahan  Darah  Oedema
Gerakan dinding dada:  Simetris  Asimetris
RR : ... ... x/mnt
Irama Nafas :  Cepat  Dangkal  Normal
Pola Nafas :  Teratur  Tidak Teratur
Jenis :  Dispnoe  Kusmaul  Cyene Stoke  Lain… …
Sesak Nafas :  Ada  Tidak Ada
Pernafasan Cuping hidung  Ada  Tidak Ada
Retraksi otot bantu nafas :  Ada  Tidak Ada
Deviasi Trakea :  Ada  Tidak Ada
Pernafasan :  Pernafasan Dada  Pernafasan Perut
Batuk :  Ya  Tidak ada
Sputum:  Ya , Warna: ... ... ... Konsistensi: ... ... ... Volume: ... … Bau: … …
 Tidak
Emfisema S/C :  Ada  Tidak Ada
Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor  Tidak ada
 Vesikuler  Stidor  Wheezing  Ronchi
Alat bantu nafas:  OTT  ETT  Trakeostomi
 Ventilator, Keterangan: ... ... ...
Oksigenasi : ... ... lt/mnt  Nasal kanul  Simpel mask  Non RBT mask  RBT Mask 
Tidak ada

48
Penggunaan selang dada :  Ada  Tidak Ada
Drainase :
Trakeostomi :  Ada  Tidak Ada
Kondisi trakeostomi:
Lain-lain: … …

Masalah Keperawatan:
Nadi :  Teraba  Tidak teraba  N: … …x/mnt
Irama Jantung :
Tekanan Darah : … … mmHg
Pucat :  Ya  Tidak
Sianosis :  Ya  Tidak
CRT :  < 2 detik  > 2 detik
Akral :  Hangat  Dingin  S: ... ...C
Pendarahan :  Ya, Lokasi: ... ... Jumlah ... ...cc  Tidak
Turgor :  Elastis  Lambat
BLOOD

Diaphoresis:  Ya Tidak
Riwayat Kehilangan cairan berlebihan:  Diare  Muntah  Luka bakar
JVP:
CVP:
Suara jantung:
IVFD :  Ya  Tidak, Jenis cairan: … …
Lain-lain: … …

Masalah Keperawatan:
Kesadaran:  Composmentis  Delirium  Somnolen  Apatis  Koma
BRAIN

GCS :  Eye ...  Verbal ...  Motorik ...


Pupil :  Isokor  Unisokor  Pinpoint  Midriasis
Refleks Cahaya: Ada  Tidak Ada
Refleks Muntah:  Ada  Tidak Ada
Refleks fisiologis:  Patela (+/-)  Lain-lain … …
Refleks patologis :  Babinzky (+/-)  Kernig (+/-)  Lain-lain ... ...
Refleks pada bayi:  Refleks Rooting (+/-)  Refleks Moro (+/-)
(Khusus PICU/NICU)  Refleks Sucking (+/-) 
Bicara :  Lancar  Cepat  Lambat
Tidur malam : … … jam Tidur siang : … … jam
Ansietas :  Ada  Tidak ada
Nyeri :  Ada  Tidak ada

Lain-lain: … …
49
Masalah Keperawatan:
Nyeri pinggang:  Ada  Tidak
BAK :  Lancar  Inkontinensia  Anuri
Nyeri BAK :  Ada  Tidak ada
Frekuensi BAK : … … Warna: ... ... Darah :  Ada  Tidak ada
Kateter :  Ada  Tidak ada, Urine output: ... ...
Lain-lain: … …
BLADDER

Masalah Keperawatan:
Keluhan :  Mual  Muntah  Sulit menelan
TB : ... ...cm BB : ... ...kg
Nafsu makan :  Baik  Menurun
Makan : Frekuensi ... ...x/hr Jumlah : ... ... porsi
Minum : Frekuensi ... ... gls /hr Jumlah : ... ... cc/hr
NGT:
Abdomen :  Distensi  Supel  ........
Bising usus:
BAB :  Teratur  Tidak
Frekuensi BAB : ... ...x/hr Konsistensi: ... ... .. Warna: ... ... darah (+/-)/lendir(+/-)
BOWEL

Stoma:

Lain-lain: … …

Masalah Keperawatan:
BONE

50
Deformitas :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...
Contusio :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...
Abrasi :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...
(Muskuloskletal & Integumen)

Penetrasi :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...


Laserasi :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...
Edema :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...
Luka Bakar :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...
Grade : ... Luas ... %

Jika ada luka/ vulnus, kaji:


Luas Luka : ... ...
Warna dasar luka: ... ...
Kedalaman : ... ...

Aktivitas dan latihan :0 1 2 3 4


Makan/minum :0 1 2 3 4 Keterangan:
Mandi :0 1 2 3 4 0; Mandiri
Toileting :0 1 2 3 4 1; Alat bantu
Berpakaian :0 1 2 3 4 2; Dibantu orang lain
Mobilisasi di tempat tidur :0 1 2 3 4 3; Dibantu orang lain
Berpindah :0 1 2 3 4 dan alat
Ambulasi :0 1 2 3 4 4; Tergantung total
Lain-lain: … …

Masalah Keperawatan:

51
(Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non trauma)
Kepala dan wajah :

Leher :

Dada :
HEAD TO TOE

Abdomen dan Pinggang :

Pelvis dan Perineum :

Ekstremitas :

Masalah Keperawatan:
:

52
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hari/Tgl/Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Normal Interprestasi

53
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….........................
……………………………………………………….......................................................................................................................................
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….........................

B. TERAPI
Hari/Tgl/Jam Jenis terapi Dosis Rute Fungsi

ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITIS

Nama Klien : Dx. Medis :


Data
No Interpretasi Diagnosa Keperawatan
Subyektif & Obyektif

54
55
RENCANA KEPERAWATAN KRITIS

Nama Klien : ... Umur/Jk : ... No. RM : ... Dx. Medis : ... TGL : ...

No. Dx Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

56
TINDAKAN KEPERAWATAN KRITIS

Nama Klien : Dx. Medis :


No.D Paraf
No Tgl/Jam Implementasi Evaluasi
x.

57
EVALUASI KEPERAWATAN KRITIS

Nama Klien : ... Dx. Medis: TGL

No. Diagnosa Keperawatan Evaluasi

S:

O;

A:
P:

58
BAB IV
KESIMPULAN

Gangguan sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan


mortalitas. Infeksi saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan
dengan infeksi sistem organ tubuh lain dan berkisar dari flu biasa dengan gejala
serta gangguan yang relative ringan sampai pneumonia berat. Sebagai
penanggulangan untuk meminimalisir angka terjadinya infeksi saluran pernafasan
dalam pelaksanaan kerja setiap perseorangan harus menjaga keselamatan kerja.
Sebesar 80-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian manusia. Selain
kelalaian manusia saat bekerja penanggulangan yang lain yaitu perilaku
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

59
Daftar Pustaka:

1. Heil, M., Hazel, A. and Smith, J. (2008). The mechanics of airway


closure. Respiratory Physiology & Neurobiology, 163(1-3), pp.214-
221.
2. Lesauskaite, V. and Ebejer, M. (1999). Age-related changes in the
respiratory system. Maltese Medical Journal, 11(1), p.25.
3. Majumder, N. (2015). Physiology of Respiration. IOSR Journal of
Sports and Physical Education, 2(3), pp.16-17.
4. Patwa, A. and Shah, A. (2015). Anatomy and physiology of respiratory
system relevant to anaesthesia. Indian Journal of Anaesthesia, 59(9),
p.533.
5. Srinivas, P. (2012). Steady State and Stability Analysis of Respiratory
Control System using Labview. International Journal of Control
Theory and Computer Modeling, 2(6), pp.13-23.
6. White, S., Danowitz, M. and Solounias, N. (2016). Embryology and
evolutionary history of the respiratory tract. Edorium Journal of
Anatomy and Embryology, 3, pp.54-62.
7. Mitrouska, I., Klimathianaki, M. and Siafakas, N. (2004). Effects of
Pleural Effusion on Respiratory Function. Canadian Respiratory
Journal, 11(7), pp.499-503.
8. Kelly, F. (2014). Influence of Air Pollution on Respiratory Disease.
European Medical Journal, 2, pp.96-103.
9. Kennedy, J. (2012). Clinical Anatomy Series‐ Lower Respiratory Tract
Anatomy. Scottish Universities Medical Journal., 1(2), pp.174‐179.
10. Fikriyah, S. and Febrijanto, Y. (2012). Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama
putra. Jurnal STIKES, 5(1), pp.99-108.

60

Anda mungkin juga menyukai