1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tumor tulang
2. Untuk mengetahui etiologi dari tumor tulang
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari tumor tulang
4. Untuk mengetahui WOC dari tumor tulang
5. Untuk mengetahui diagnosa dan Tindakan keperawatan dari tumor tulang
6. Untuk mengetahui farmakologi dari tumor tulang
7. Untuk mengetahui diet/nutrisi dari tumor tulang
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari tumor tulang
9. Untuk mengetahui manajemen perawatan dan pembedahan dari tumor tulang
10. Untuk mengetahui rehabilitasi dari tumor tulang
11. Untuk mengetahui aspek legal etis
12. Untuk mengetahui fungsi advokasi
13. Untuk mengetahui health education dari tumor tulang
1.4 Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Agar mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
memahami tentang tumor tulang.
2. Tenaga Kesehata (Perawat)
Agar mengetahui tentang bagaimana kita dapat mengaplikasikannya
dalam dunia kerja, baik dengan pasien / klien, kehidupan pribadi maupun
dengan teman sejawat dan lingkungan.
3. Mahasiswa
Menambah wawasan teori kepada mahasiswa tentang tumor tulang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem muskuloskeletal yang bersifat
neoplastik.Dalam arti sempit berarti benjolan, sedangkan setiap pertumbuhan yang baru
dan abnormal disebut noeplasma (Chairuddin). Pertumbuhan neoplasma dalam tulang
kemungkinannya benigna (jinak) atau maligna(ganas). Tumor tulang ini dapat
dibedakanmenjadi tumor tulang primer dan tumor tulangsekunder. (Riadi, A. R. K.
(2020).
2.2 ETIOLOGI
2.2.1 Tumor Tulang Jinak (benigna)
Penyebab dari tumor tulang tidak diketahui. Tumor tulang biasanya muncul pada
area yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat. Tetapi pada penelitian
biomolekuler lebih lanjut ditemukan beberapa mekanisme terjadinya neoplasma tulang,
yaitu melalui identifikasi mutasi genetik yang spesifik dan penyimpangan kromosom
pada tumor. Keabnormalan dari gen supresor tumor dan gen pencetus oncogen. Menurut
penelitian juga disebutkan bahwa terjadinya mutasi cromosom P53 dan Rb juga dapat
menjadi penyebab terjadinya tumor (Robins 1999, 551, “Basic of Pathology Disease”).
Selain itu penyebabnya bisa karena adanya trauma dan infeksi yang berulang
misalnya Bone infarct, osteomyelitis chronicpaget disease. Faktor lingkungan berup
apaparan radiasi dan zat karsinogenik (timbal, karbon dan bahan metal lain), serta gaya
hidup (perokok, alkoholik, dan sering terpapar stress) juga merupakan factor predisposisi
terjadinya tumor tulang ini. (Astuti, I. S. (2019).
2.2.2 Tumor Tulang Ganas(Maligna)
Faktor penyebab tumor maligna yaitu:
1. Faktor genetik atau keturunan dimana bisa diturunkan dari embrionik mesoderm.
2. Virus, Virus dapat dianggap bisa menyatukan diri dalam sel sehingga mengganggu
generasi mendatang dari populasi sel.
3. Pemajanan terhadap radiasi pengionisasi dapat terjadi saat prosedur radiografi
berulang atau ketika terapi radiasi digunakan untuk mengobati penyakit.
4. Agen hormonal, Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya gangguan
dalam keseimbangan hormon baik dalam pembentukan hormon tubuh sendiri
(endogenus) atau pemberian hormoneksogenus.
5. Kegagalan sistem imun, Kegagalan sisem imun untuk berespon dengan tepat
terhadap sel-sel maligna memungkinkan tumor tumbuh sampai pada ukuran yang
terlalu besar untuk diatasi oleh mekanisme imun normal.
6. Agen kimia, Kebanyakan zat kimia yang berbahaya menghasilkan efek-efek toksik
dengan menggunakan struktur DNA pada bagian-bagian tubuh (zat warna
aminoaromatik, anilin, nikel, seng, polifinilchlorida).
Tumor
Terjadi Penimbunan
destruksi periosteum terbaru
tulang
Pertumbuhan tulang
Rongga sendi yang abortif
sempit, terjadi
erosi. Adanya massa pada
tulang
Metastase
Ansietas Kematian
2.6 DIAGNOSA DAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Nyeri akut
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Ansietas
DIAGNOSA
No TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
1 Nyeri Akut (D.0077) Tujuan : setelah dilakukan intervensi MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
dalam 1x 24 jam, masalah dapat diatasi Observasi
dengan kriteria hasil sebagai berikut : - lokasi, karakteristik, durasi,
Tingkat nyeri (L.08066) frekuensi, kualitas, intensitas
Indikator Ekpektasi nyeri
Kemmapuan Meningkat - Identifikasi skala nyeri
menuntaskan - Identifikasi respon nyeri non
aktifitas verbal
Keluhan Menurun - Identifikasi faktor yang
nyeri memperberat dan memperingan
Meirngis Menurun nyeri
Sikap Menurun - Identifikasi pengetahuan dan
protektif keyakinan tentang nyeri
Gelisah Menurun - Identifikasi pengaruh budaya
Kesulitas Menurun terhadap respon nyeri
tidur - Identifikasi pengaruh nyeri pada
Menarik diri Menurun kualitas hidup
Berfokus pada Menurun - Monitor keberhasilan terapi
diri sendiri komplementer yang sudah
Diaforesis Menurun diberikan
Perasaan Menurun - Monitor efek samping
depresi penggunaan analgetik
(tertekan) Terapeutik
Perasaan takut Menurun Berikan teknik nonfarmakologis
mengalami untuk mengurangi rasa nyeri
cedera - mis. TENS, hypnosis,
berulang akupresur, terapi musik,
Anoreksia Menurun biofeedback, terapi pijat,
Perinium Menurun aroma terapi, teknik imajinasi
terasa tertekan terbimbing, kompres
Uterus teraba Menurun hangat/dingin, terapi bermain)
membulat - Control lingkungan yang
Ketegangan Menurun memperberat rasa nyeri (mis.
otot Suhu ruangan, pencahayaan,
Pupil dilatasi Menurun
kebisingan)
Muntah Menurun
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Mual Menurun
- Pertimbangkan jenis dan
Frekunsi Membaik
nadi sumber nyeri dalam pemilihan
Pola nafas Membaik strategi meredakan nyeri
Tekanan Membaik Edukasi
darah - Jelaskan penyebab, periode,
Proses Membaik dan pemicu nyeri
berfikir - Jelaskan strategi meredakan
Fokus Membaik nyeri
Fungsi Membaik - Anjurkan memonitor nyri
berkemih secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. 2. Dukungan Mobilisasi
{I.05173}
Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu (mis pagar
tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan pergerakan,
jika perlu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasl
- Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobiliansi
diri
Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis, duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ka
kursi)
Edukasi
Kolaborasi
Orientasi
Terapeutik
Edukasi
2.7 FARMAKOLOGI
Obat-obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk
osteosarkoma adalah : doxorubicin (Andriamycin), cisplatin (Platinol), ifosfamide
(Ifex), mesna (Rheumatrex). Protocol standar yang digunakan adalah doxorubicin
dan cisplatin dengan atau tanpa methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi
induksi (neoadjuvant) atau terai adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah dengan
ifosfamide. Dengan menggunakan pengobatan multi-agent ini, dengan dosis yang
intensif, terbukti memberikan perbaikan terhadap survival rate 60-80%.
Tatalaksana nyeri dapat mengikuti tiga langkah stepladder WHO:
4. Nyeri ringan: analgetik sederhana seperti NSAID atau paracetamol
5. Nyeri sedang: opioid lemah dan analgetik sederhana
6. Nyeri berat: pioid kuat dan analgetik sederhana
Terapi nyeri adjuvan seperti kortikosteroid (deksamatason), antikonvulsan
(gabapentin) atau antidepresan (amitriptilin) juga dapat diberikan sebagai
tambahan. Nyeri breakthrough dapat ditangani dengan opioid kerja cepat seperti
morfin lepas cepat, morfin intravena atau fentanil intravena.
2.10 REHABILITASI
2.10.1 Impending fracture atau sudah terjadi fraktur patologis
Tatalaksana pencegahan fraktur patologis :
1. Edukasi pencegahan fraktur patologis : prinsip menjaga kesegarisan dan
pengurangan beban pada tulang dengan gangguan / hendaya
2. Latihan ambulasi dan latihan keseimbangan aman dengan alat bantu jalan,
pembebanan sesuai kondisi tulang
3. Terapi medikamentosa untuk menghambat progresivitas metastasis tulang:
biphosponate, kemoterapi, dan lain-lain sesuai dengan penyebab
2.10.2 Keterbatasan lingkup gerak sendi pada area sekitar massa tumor atau area
operasi, sejak sebelum dan atau sesudah operasi.
Tatalaksana sesuai jenis operasi dan hendaya yang ada :
1. Operasi amputasi, tatalaksana :
a. pemeliharaan lingkup gerak sendi dan penguatan sisi puntung
b. evaluasi prostesis sesuai tipe operasi
c. latihan ambulasi dan keseimbangan dengan alat bantu jalan, dengan atau
tanpa prosthesis.
d. Pemilihan alat bantu jalan sesuai gangguan pasca operasi
2. Limb sparing procedure dan operasi fiksasi interna
a. latihan sesuai hendaya pasca tindakan
b. latihan ambulasi dengan atau tanpa alat bantu jalan.
c. Pemilihan alat bantu jalan sesuai gangguan pascaoperasi
3. Operasi eksisi : latihan lingkup gerak sendi dan peregangan sesuai hendaya,
precaution, dan toleransi
2.10.3 Tungkai bengkak / limfedema ektremitas bawah pada disfungsi drenase
limfatik.
Tatalaksana ditujukan untuk pengontrolan tungkai bengkak dan komplikasi /
keluhan serta pengembalian fungsi tungkai terkena dengan:
Edukasi, reduksi edema dengan manual lymphatic drainage (MLD) dan kompresi
eksternal, serta kompresi garmen dengan balutan/stocking, latihan gerak
ekstremitas dan pernafasan. Atasi komplikasi: nyeri, infeksi, limforrhoea.
2.10.4 Gangguan kekuatan otot pada cedera saraf tepi sebelum dan atau sesudah
operasi.
Tatalaksana sesuai hendaya / gangguan yang ada: latihan penguatan dan stimulasi
saraf dari otot yang terganggu serta pengembalian kemampuan aktivitas.
2.10.5 Kelemahan umum, fatigue dan sindrom dekondisi akibat tirah baring lama.
Tatalaksana sesuai hendaya / gangguan yang ada. Pencegahan sindrom dekondisi
dengan latihan pernapasan, lingkup gerak sendi, penguatan otot, ketahanan
kardiopulmonar, ambulasi dan keseimbangan, dan Electrical Stimulation (ES /
NMES).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Tumor Tulang ini
dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik
keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan
proses keperawatan.
Daftar Pustaka
Aprianto, A., Debataraja, N. N., & Imro’ah, N. (2020). Metode Cochrane-Orcutt
Untuk Mengatasi Autokorelasi Pada Estimasi Parameter Ordinary Least
Squares. Bimaster: Buletin Ilmiah Matematika, Statistika Dan
Terapannya, 9(1).
Astuti, I. S. (2019). Subjective Well Being Pada Remaja Penyandang Tunadaksa
Bukan Bawaan (Doctoral Dissertation, Universitas Mercu Buana Yogyakarta).
Cahyati, M., Abidin, Z. Z., Lodra, E. H., & Pasaribu, R. (2021). Tumor Odontogenik:
Buku Ajar. Universitas Brawijaya Press.
Dewi, R., Kp, S., Kes, M. H., & Kep, M. (2021). Teknik Relaksasi Lima Jari
Terhadap Kualitas Tidur, Fatique Dan Nyeri Pada Pasien Kanker Payudara.
Deepublish.
Jessyca, D. (2020). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ca
Rektum Di Ruang Kemoterapi Rsud Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
Kalimantan Timur.
Rachmanto, A. R., Retnani, D. P., Dewi, R. R. K., & Pa, S. (2021). Akurasi
Diagnosis Fine Needle Aspiration Biopsy (Fnab) Tumor Payudara
Dibandingkan Dengan Pemeriksaan Histopatologi Di Instalasi Patologi
Anatomi Rs Tipe B Wava Husada Malang Periode Tahun 2018-
2020 (Doctoral Dissertation, Universitas Brawijaya).
Riadi, A. R. K. (2020). Karakteristik Penderita Tumor Sinonasal Di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 1 Januari–31
Desember 2018 (Doctoral Dissertation, Universitas Hasanuddin).
Suriya, M., Ners, M. K., Zuriati, S. K., & Ners, M. K. (2019). Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Pada Sistem Muskuloskeletal
Aplikasi Nanda Nic & Noc. Pustaka Galeri Mandiri.
Tuzzahra, D. U., Anggraeni, S., & Supriatno, B. (2021). Rekonstruksi Desain
Kegiatan Laboratorium Indera Pengecap Melalui Model Ancor:
(Reconstruction Of Tastebuds Practical Laboratory Design Through Ancor
Model). Biodik, 7(2), 117-130.