Anda di halaman 1dari 5

Analisis kasus pelanggaran kode etik profesi dokter

Kasus
Seorang penderita gawat darurat dirawat di suatu rumah sakit dan ternyata memerlukan
pembedahan segera. Ternyata pembedahan tertunda-tunda, sehingga penderita
meninggal dunia.
Pelanggaran etik dan hukum kasus ini ada 2 kemungkinan:
a. Jika tertundanya pembedahan tersebut disebabkan kelalaian dokter, maka sikap dokter
tersebut bertentangan dengan lafal sumpah dokter, KODEKI Bab II pasal 10 dan KUHP
pasal 304 dan 306.
Lafal sumpah dokter:
Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderita.
KODEKI Bab II pasal 10
Seorang dokter wajib
kemanusiaan.

melakukan

pertolongan

darurat

sebagai

suatu

tugas

KUHP pasal 304


Barang siapa yang dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan seseorang dalam
kesengsaraan, sedangkan ia wajib memberi kehidupan, perawatan dan pemeliharaan
berdasarkan hukum yang berlaku baginya atau karena suatu perjanjian, dihukum
dengan hukuman penjara selama-lamanya 2 tahun 8 bulan
KUHP pasal 306 (2)
Jika salah satu perbuatan tersebut berakibat kematian, maka bersalah dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya 9 tahun.
b. Jika tertundanya pembedahan tersebut disebabkan keluarga penderita belum
membayar uang panjar untuk rumah sakit, maka rumah sakitlah yang terkena pasalpasal KUHP 304 dan 306, sedangkan dokter terkena pelanggaran KODEKI.
Analisis pelanggaran kode etik dokter yaitu:
a. Pelanggaran etika
Dokter tersebut telah melanggar kode etik kedokteran yang merupakan kode etik
profesi kedokteran.
b. Pelanggaran moral

Karena norma moral disini adalah tentang bagaimana manusia harus hidup supaya
menjadi baik sebagai manusia. Ada perbedaan antara kebaikan moral dan kebaikan
pada umumnya. Kebaikan moral merupakan kebaikan manusia sebagai manusia
sedangkan kebaikan pada umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu
segi saja, misalnya sebagai dokter. Oleh karena itu secara langsung dokter tersebut
telah melakukan pelanggaran moral sebagai seorang dokter.
c. Pelanggaran hukum
Sudah jelas bahwa disini dokter atau rumah sakit telah melakukan pelanggaran hukum
karena dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan seseorang dalam
kesengsaraan, sedangkan ia wajib memberi kehidupan, perawatan dan pemeliharaan.
d. Pelanggaran agama
Dokter tersebut telah melanggar sumpah yang telah dilafalkan sebagai seorang dokter,
yang dilihat dari sisi agama bahwa melanggar sumpah adalah sebagai suatu
pelanggaran terhadap nilai-nilai agama yang telah diajarkan.

1. Permasalahan Etika KedokteranDugaan Pelanggaran Etik Kompilasi laporan pengaduan


publik kepada MKEK/ PB IDI antara Maret 2008 Mei 2011 : Dokter tidak di tempat
Kurang / tidak memberi informasi Berdagang, jual jamu Mengadvertensikan diri Praktek
melalui telefon, fax Sulit bertemu / berkomunikasi dengan dokter
2. Informed consent tidak dilakukan Sexual harassment Abortion Kolaborasi dengan
farmasi Dokter marah-marah
UUK melalui Pasal 108 Ayat (1) menentukan, bahwa praktik kefarmasian dalam pengadaan, distribusi
& pelayanan sediaan farmasi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu yang mempunyai
keakhlian & kewenangan untuk itu & Ayat (2) menentukan pengaturan lebih lanjut akan diatur dengan
Peraturan Pemerintah (PP).
Kemudian ketentuan Pidana dalam UUK melalui Pasal 198, ditetapkan tentang barangsiapa yang tanpa
kewenangan & keakhlian melakukan pekerjaan seperti Pasal 108 Ayat (1), maka akan dikenakan sanksi
pidana denda Rp. 100.000.000,-.

bidang farmasi dipisahkan secara resmi dari bidang kedokteran sejak tahun 1240 dengan
dikeluarkannya dekrit Two Sicilies oleh raja Jerman Frederick II. Dekrit itu antara lain
menyatakan bahwa seorang tabib tidak boleh menguasai tempat penyimpanan obat atau
melakukan bentuk eksploitasi apapun terhadap penderita melalui hubungan bisnis penjualan
obat. Kini sebagaimana berlaku di berbagai negara di dunia, pekerjaan kefarmasian
dipisahkan dari pekerjaan kedokteran.
Peraturan Pemerintah no. 1 tahun 1988 Tentang Masa Bakti dan Praktek Dokter dan Dokter
Gigi, Bab V mengenai Pembinan dan Pengawasan pasal 12. Dalam pasal ini, disebutkan
bahwa dokter dapat melakukan dispensing hanya dalam keadaan darurat dan jika tak
tersedia sarana kesehatan atau untuk tujuan menolong. UU Tentang Praktik Kedokteran No.
29 Tahun 2004, pasal 35 Ayat (i) UUPK, dokter mempunyai wewenang menyimpan obat
dalam "jumlah dan jenis yang diizinkan"; dan bahkan melalui pasal yang sama, Ayat (j),
dokter mempunyai wewenang meracik dan menyerahkan obat kepada pasien di daerah

terpencil yang tidak ada apotik. Artinya apabila dokter boleh menyimpan obat, maka dokter
boleh juga membagikan obat langsung kepada pasien.

Mail

Copy

Home > News > Nasional


Senin, 03 Juni 2013, 15:44 WIB

Enam Dokter Diduga Gunakan


Krim Ilegal Untuk Pasien
Rep: eko widiyatno/ Red: Taufik Rachman

Dokter

REPUBLIKA.CO.ID,CILACAP -- Penggerebekan rumah produksi krim kosmetik


ilegal di Purwokerto oleh BPOM beberapa waktu lalu, ternyata berbuntut
panjang. Bahkan dari hasil penyelidikan BPOM, ada sejumlah dokter di
berbagai kota di Jawa Tengah yang menggunakan produk krim kosmetik
ilegal kepada pasiennya.
''Para dokter yang menggunakan krim kosmetik ilegal tersebut, akan kita
laporkan ke dinas kesehatan Provinsi dan kabupaten/kota tempat dokter itu
membuka praktik. Instansi itu yang nantinya melakukan pembinaan
terhadap dokter-dokter bersangkutan,'' kata Kepala BPOM Zulaimah, di sela

operasi penggerebekan yang dilakukan di rumah produksi jamu BKO, di


Cilacap, Senin (3/6).
Dia menyebutkan, dari pelacakan yang dilakukan pihaknya, tercatat ada
enam dokter dari berbagai kota yang memberikan krim kosmetik ilegal ini
pada pasiennya. Namun para dokter tersebut, tidak ada dokter spesialis.
''Mereka merupakan dokter umum yang menjadi penanggung jawab di salonsalon kecantikan,'' jelasnya. Namun para dokter itu, mengaku tidak tahu jika
krim kosmestik ilegal yang diberikan pada pasiennya adalah krim kosmetik
yang mengandung obat kimia berbahaya.
Seperti dibritakan sebelumnya, petugas BPOM Semarang sebelumnya telah
melakukan penggerebekan terhadap rumah produksi krim kosmetik ilegal
yang berada di komplek Perumahan Permata Hijau Purwokerto, pada 15 Mei
2013. Dalam penggerebekan tersebut, BPOM menyita ratusan dus krim
kosmetik yang belum memiliki izin produksi dan izin edar.

Anda mungkin juga menyukai