Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK PEMBUATAN GIGI TIRUAN OLEH TUKANG GIGI

Mazia Kamalia Deto (31102000045) dan Meilan Arsanti, S.Pd.,M. Pd


Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sultan Agung Semarang

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk memberikan edukasi bagi masyarakat sekaligus literatur
untuk pembaca terkait dampak pembuatan gigi tiruan oleh tukang gigi. Pembuatan gigi tiruan
yang dilakukan oleh tukang gigi berpotensi membuat kondisi gigi menjadi rusak dikarenakan
tukang gigi masih sangat minim dalam pengetahuan gigi dan estetikannya. Orang yang
seharusnya melakukan pembuatan gigi tiruan adalah dokter gigi yang memang sudah
memiliki ilmu yang cukup baik dalam ranah gigi dan mulut terlebih lagi, dokter gigi memiliki
izin yang dapat dipertanggung jawabkan. Namun, dikarenakan terbatasnya dokter gigi di
daerah-daerah tertentu serta biaya pembuatan dan pemasangan gigi tiruan yang tergolong
mahal sehingga masyarakat awam lebih memilih untuk melakukannya dengan tukang gigi.
Pada artikel ini, penulis menggunakan metode dokumen dan deskriptif dalam menyusun
artikel ini. Metode dokumen yang menuntut penulis mencari sumber yang kredibel melalui
jurnal, artikel ilmiah dan sumber lain yang dapat mendukung pembuatan aertikel ini,
sedangkan pendekatan dengan metode deskriptif yakni penulis menjabarkan terkait dampak
pembuatan gigi tiruan oleh tukang gigi di masa lalu hingga sekarang.
Kata Kunci : Tukang gigi, Gigi tiruan, Dokter gigi, Dampak

Abstract
This article aims to provide education for the public as well as literature for readers
regarding the impact of making dentures by dental artisans. The manufacture of dentures
performed by dental artisans has the potential to damage the condition of the teeth because
dental artisans are still very minimal in dental knowledge and aesthetics. The person who
should do the fabrication of dentures is a dentist who already has quite good knowledge in
the area of teeth and mouth, moreover, dentists have licenses that can be accounted for.
However, due to the limited number of dentists in certain areas and the cost of making and
installing dentures which are quite expensive, ordinary people prefer to have them done by a
dental artisan. In this article, the author uses document and descriptive methods in compiling
this article. The document method requires the writer to find credible sources through
journals, scientific articles and other sources that can support the making of this article,
while the descriptive method approach, in which the writer describes the impact of making
dentures by dental artisans in the past until now.
Keywords : Dentist, Dentures, Dentist, Impact
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi merupakan hal yang sangat penting untuk dijaga oleh setiap manusia.
Sehingga pada perawatan dan penggunaan ornamen-ornamen pada gigi harus selalu
diperhatikan dari segi kehigenisan serta kesehatannya. Salah satunnya dengan pembuatan gigi
tiruan untuk seseorang yang umunya pada mereka tersisa hanya satu atau beberapa gigi saja.
Gigi tiruan merupakan gigi palsu yang digunakan sebagai alat bantu fungsional pengganti
gigi manusia yang hilang akibat adanya proses pencabutan, trauma dan seorang lanjut usia
yang sudah rentan mengalami gigi ompong. Adapun fungsi dari gigi tiruan tesebut yakni
mengembalikan fungsi gigi, estetika dan rongga mulut juga mengembalikan kepercayaan diri
bagi seseorang. Gigi tiruan terbuat dari bahan heat curing acrylic sesuai dengan ketentuan
kesehatan yang berlaku.
Gigi tiruan tidak dapat dipasang secara asal-asalan oleh seseorang yang tidak piawai
dalam bidangnya. Pembuatan gigintiruan harus memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku
sesuai dengan PERMENKES, yang paling penting adalah adannya izin dan syarat ketentuan
resmi dari pihak yang berwajib. Sayangnya pembuatan gigi tiruan seringkali dilakukan oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab dimana hal ini akan sangat membahayakan pasien
yang meminta untuk dibuatkan gigi tiruan. Praktik pembuatan gigi tiruan yang kurang
bertanggung jawab tersebut biasanya dilakukan oleh tukang gigi yang pada prakteknya tidak
jarang tidak memiliki izin resmi dan persyaratan hygenie dan sanitasi. Sebenarnya tukang
gigi dapat melakukan praktek untuk membuat gigi tiruan namun mereka harus memenuhi
ketentuan dan syarat yang berlaku di PERMENKES tiga diantaranya yakni tidak
membahayakan kesehatan, membuat gigi tiruan berbahan heat curing acrylic yang memenuhi
persyaratan dan kesehatan, dan memasangkan gigi tiruan lepasan kepada pasien sebagian
dan/atau penuh yang terbuat dari bahan heat curing acrylic dengan tidak memenuhi sisa akar.
Sebagai perizinan resmi maka tukang gigi harus mendapatkan izin resmi tersebut kepada
pemerintah setempat supaya dapat dilakukan pengawasan penuh pada praktek sekaligus
tempat yang digunakan ungtuk praktek. Apakah layak dan memenuhi standar untuk
melakukan praktek pembuatan gugi tiruan atau tidak. Persyaratan kehigeniasan dan sanitasi
juga sangat penting dalam pembukaan praktek tersebut.
Akibat banyaknya praktek tukang gigi dalam membuat gigi tiruan yang sangat kurang
dari segi sanitaasi, higenitas dan ke ilegalan dalam melakukan praktek karena tidak memiliki
izin tersebut sangat berpotensi buruk pada kesehatan gigi pasien. Banyak pasien setelah
melakukan pemasangan gigi tiruan oleh tukang gigi merasakan sakit yang tidak seperti pada
umumnya. Pasien tentunya mengalami berbagai kerugian tidak hanya rasa sakit yang
ditimbulkan setelah pemasangan gigi tiruan oleh tukang gigi tetapi juga kerugian materi yang
mengharuskan pasien berobat untuk memulihkan giginya seperti semula. Menurut jurnal
kedokteran gigi Surakarta, pasien banyak yang mengalami kerusakan pada gigi hingga infeksi
dikarenakan pemasangan gigi tiruang yang tidak sesuai prosedural. Dampak yang dirasakan
oleh pasien tentunnya jauh lebih merugikan secara fisik dan materil. Untuk itu, supaya orang-
orang dapat memilih pilihan yang tepat dimana mereka harus membuat dan memasang gigi
tiruan artikel ini akan membahas lebih lanjut terkait dampak apa saja yang ditimbulkan akibat
pembuatan gigi tiruan oleh tukang gigi. Hal tersebut guna memberikan edukasi dan literasi
bagi orang-orang yang memiliki pengetahuan awam terkait hal tersebut. Tulisan ini disusun
dengan metode dokumen dan pendekatan secara deskriptif sehingga disusun berdasarkan
literatur yang terpercaya dan sangat mudah dipahami oleh pembaca.
PEMBAHASAN
A. Syarat dan Ketentuan Tukang Gigi Melakukan Praktik
Dalam melakukan praktiknya, tukang gigi harus memiliki standar kelayakan dari segi
pengetahuan, keahlian dan tempat yang higenis untuk melakukan praktik pembuatan
sekaligus pemasangan gigi tiruan. Sedangkan untuk mendapatkan izin atas standar tukang
gigi tersebut apakah layak atau tidak dapat dilihat pada peraturan PERMENKES nomor 39
tahun 2014 mengenai pembinaan, pengawasan dan perizinan pekerjaan tukang gigi. Berdasar
pada ketentuan pasal 1 angka 1 PERMENKES no.39 tahun 2014 mengenai pembinaan,
pengawasan dan perizinan pekerjaan tukang gigi di Indonesia menyatakan bahwasannya :
“tukang gigi merupakan setiap orang yang memiliki kemampuan membuat dan memasangkan
gigi tiruan lepasan.” Sedangkan pekerjaan atau sebuah syarat dan ketentun tukang gigi dapat
diperbolehkan melakukan praktiknya dalam membuat dan memasang gigi tiruan yang diatur
pada pasal 6 ayat (1) dan (2), yaitu :
1) Pekerjaan Tukang Gigi hanya boleh dilakukan apabila ;
a) Tidak membahayakan dan tidak membahayakan kesakitan dan kematian dalam
artian aman.
b) Tidak bertentangan dengan upaya-upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
c) Tidak bertentangan dengan adanya norma-norma dan nilai-nilai yang hidup
didalam masyarakat.
2) Pekerjaan Tukang Gigi sebagaimana yang termaksud pada ayat (1) hanya berupa ;
a) Untuk membuat gigi tiruan lepasan Sebagian dan/atau penuh yang bahnnya
dianjurkan terbuat dari bahan heat curing acrylic yang telah memenuhi ketentuan
persyaratan kesehatan.
b) Memasang gigi tiruan lepasan sebagian dan/atau penuh pada pasien yang terbuat
dari bahan heat curing acrylic dengan tidak menutupi sisa akar gigi.
Semua kewajiban tukang gigi juga diatur lebih lanjut lagi pada pasal 7 PERMENKES
no. 39 tahun 2014 mengenai pembinaan, pengawasan, dan perizinan. Dalam peraturan
PERMENKES pekerjaan tukang gigi disebutkan bahwasannya dalam melakukan preaktik,
tukang gigi berkewajiban diantaranya sebagai berikut.
a) Melakukan pekerjaan tukang gigi sesuai dengan standarisasi pekerjaan tukang
gigi.
b) Menghormati hak pengguna jasa tukang gigi.
c) Memberitahu informasi yang jelas dan tepat terhadap pengguna jasa tukang
gigi terkait tindakan yang dilakukannya.
d) Melakukan pencatatan pelayanan (services) yang dibuat dalam pembukuan
khusus.
e) Membuat laporan secara berkala tiap tiga bulan kepada pemerintah (Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) yang meliputi diantaranya jumlah
pengguna jasa tukang gigi serta tindakan yang dilakukan oleh tukang gigi.
Jadi, sudah jelas tukang gigi dapat membuat dan memasang gigi tiruan pada pasien
dengan hanya memiliki standar sesuai aturan yang sudah disebutkan dalam PERMENKES.
Banyaknya tukang gigi hanya mengandalkan minim pengetahuan mereka terkait pemasangan
dan pembuatan gigi tiruan dalam menerapkannya kepada pasien tanpa berfikir bahwa hal
tersebut dapat membahayakan kesehatan gigi pasien. Tukang gigi harus sigap menaati
peraturan pemerintah tentang apa yang harus mereka lakukan sebelum menjalankan
pekerjaannya sebagai tukang gigi. Setelah dirasa cukup maka tukang gigi dapat mendaftarkan
diri pada pihak yang berwajib supaya tukang gigi dapat dilihat kredibilitasnya dalam
menangani pasien serta pembuatan alat bantu kesehatan gighi, lalu adanya pengawasan yang
akurat dari pemerintrah terkait kelayakan tempat pelayanan berlangsung.

B. Dampak Akibat Pembuatan Gigi Tiruan oleh Tukang Gigi


1. Peradangan Gigi dan Gusi
Meskipun tukang gigi dapat melakukan praktik untuk membuat sekaligus
memasangkan gigi tiruan kepada pasien, tetapi tukang gigi nyatanya masih banyak yang
memiliki ilmu yang sangat rendah terkait hal tersebut. Banyak pasien yang sering
mengeluhkan gigi sakit usai melakukan pemasangan gigi tiruan oleh tukang gigi.Tak hanya
itu, pasien juga mengalami kondisi gigi yang berongga yang sebelumnya terlebih dahulu
melakukan penambalan gigi di tukang gigi. Dokter gigi yang mendapati keluhan serupa
memberikan keterangan bahwa gigi yang sakit tersebut disebabkan oleh adanya peradangan
dan kondisi seluruh bagian gigi yang mengalami kegoyangan. Gigi dengan kondisi yang
dialami pasien tentunnya sangat merugikan pasien dari segi kesehatan dan materi. Biaya yang
dikeluarkan untuk menyembuhkan kondisi gigi yang seperti itu sangatlah tidak sedikit jauh
dari biaya yang dikeluarkan untuk memasang dan membuat gigi tiruan kepada tukang gigi.

Gambar 1.1 Peradangan pada Gigi dan Gusi

2. Bau Mulut dan Infeksi Gigi


Tukang Gigi pada pembuatan gigi tiruan sekaligus memasangkannya kepada pasien
juga didapati membuat pasiennya mengalami bau mulut dan infeksi pada gigi. Pada kasus
yang dialami oleh pasien drg.Erfa Santoso yang menegluhkan mulutnya yang bau padahal
sudah gosok gigi secara rutin dan masalah lainnya pada gigi yang ternyata itu merupakan
infeksi gigi. Saat ditanya oleh dr.Erfa Santoso ternyata pasiennya usai melakukan
pembuatan sekaligus pemasangan gigi tiruan dengan tukang gigi. Pasalnya gigi tiruan
yang dibuat oleh tukang gigi bukan dibuat dengan model gigi tiruan lepasan, justru dibuat
permanen dan dipasangkan cekat atau dipasang permanen pada gigi pasien.

Gambar 1.2 Bau Mulut Gambar 1.3 Infeksi Gigi

Kondisi gigi dan mulut seperti pada gambar diatas, merupakan dampak dari praktik
yang dilakukan oleh tukang gigi yang tidak bertangung jawab. Tukang gigi tersebut
melakukan pembuatan dan pemasangan gigi tiruan dengan ilmu yang sangat trendah dan
menggunakan prosedur yang asal-asalan. Selain itu menurut drg.Erfa Santoso akan sangat
berbahaya apabila tukang gigi melakukan pencabutan gigi apalagi pada gigi dewasa. Tukang
gigi tidak memiliki ilmu untuk mengetahui indikasi sekaligus kontra indikasi saat pencabutan
gigi. Terlebih lagi jika tukang gigi melakukan penambalan gigi tanpa adanya pengetahuan
terkait kondisi gigi yang berlubang tersebut sangatlah berbahaya, dan hanya akan merugikan
pasien karena untuk melakukan penambalan gigi harus melalui berbagai macam prosedur
kepada pasien itu sendiri termasuk perawatan intensif pada saluran akar sebelum ditambal.
3. Susunan Gigi yang Berantakan
Susunan gigi yang berantakan akibat korban tukang gigi sudah sering ditemui oleh
dokter gigi setelah melakukan pemeriksaan terhadap pasiennya. Seperti yang dialami
pasien drg. Handoko yang merupakan dokter gigi asal Surakarta, beliau mengatakan
bahwa ada pasiennya yang mengalami gigi yang susunannya berantakan seusai
melakukan pemasangan behel dengan tukang gigi. Kerusakan yang dialami oleh pasien
drg.Handoko sudah terlanjur parah sehingga mengharuskan pasiennya dilakukan
penanganan oleh dokter gigi spesialis orthodonti guna memperbaiki susunan rahang
menjadi normal kembali dan dapat digunakan serta berfungsi dengan benar.

Gambar 1.4 Susunan Gigi Berantakan KorTuGi


4. Kista/Tumor di Seluruh Bagian Rahang Atas
Kista rahang atau dapat disebut dengan kista odontogenic merupakan kantung yang
berisikan cairan yang berkembang pada tulang rahang diatas gigi yang belum mengalami
erupsi. Kist ini biasanya memengaruhi gigi geraham atau gigi taring. Kista rahang juga
sering ditemui oleh pasien dokter gigi yang merupakan korban tukang gigi. Dokter gigi
asal Surakarta, drg. Handoko menyatakan bahwa adanya korban tukang gigi yang
sebelumnya melakukan pemasangan gigi tiruan pada tukang gigi dengan alasan ingin
memiliki gigi yang cantik dengan harga yang murah namun malah berujung penyakit.
Pasien yang dating pada drg.Handoko tersebut mengalami komplikasi yang parah akibat
tukang gigi yang tidak membuat sekaligus memasang gigi tiruan sesuai dengan standar
peraturan KEMENKES.

Gambar 1.5 Hasil Rontgen Pasien Kista Rahang

Gigi tiruan yang dibuat oleh tukang gigi tersebut dibuat permanen sehingga tidak
dapat dibersihkan oleh pasien., selain itu juga ternyata pasien masih mempunyai sisa akar
gigi yang tidak diambil ditutup permanen oleh tukang gigi dengan adanya gigi palsu tersebut.
Akibatnya, gusi pasien tersebut mengalami infeksi yang kemudian tidak sesegera mungkin
diobati dan akhirnya menimbulkan jista atau tumor diseluruh bagian rahang atas pasien.
Pasien tersebut lalu dirujuk ke rumah sakit terdekat hingga pada akhirnya nyawa pasien
sudah tidak dapat tertolong lagi. Hal seperti inilah yang sangat disayangkan oleh dokter gigi
karena apabila tukang gigi melakukan praktik sesuai aturan yang berlaku dengan benar, maka
tidsk akan terjadi hal serupa hingga merenggut nyawa seseorang.
5. Gusi Bengkak
Gusi bengkak merupakan kondisi ketika gusi memerah, nyeri, menonjol dan mudah
berdarah. Kondisi tersebut umumnya terjadi akibat penyakit pada gigi atau gusi tetapi
tidak dipungkiri adanya sebab lain. Kondisi seperti ini juga tidak jarang dialami oleh
seseorang yang menjadi korban tukang gigi. Pada pasien drg. Maria, dokter gigi asal
Surakarta itu menemui pasien yang mengalami pembengkakan yang cukup serius pada
gusinya. Pembengkakan gusi tersebut diakibatkan karena pemasangan gigi tiruan oleh
tukang gigi yang tidak sesuai prosedur yang benar. Didapati juga pasien dengan usia
lanjut yang mengalami gusi yang sangat bengkak dan cukup besar akibat penambalan gigi
oleh tukang gigi yang menambal dengan bahan gigi tiruan atau akrilik yang seharusnya
tidak digunakan untuk menambal gigi. Akhirnya terpaksa semua gigi yang ada pada
pasien lanjut usia tersebut harus dicabut dikarenakan kondisi yang membahayakan bagli
kesehatannya. Gusi bengkak yang dialami oleh pasien korban tukang gigi rata-rata hanya
mendiamkan hal tersebut, menganggap bahwa gusi bengkak tersebut hanya masaklah
biasa dan bukan akibat dari praktik tukang gigi yang tidak memenuhi standar untuk
melakukan hal tersebut.

Gambar 1.6 Gusi Bengkak


Menurut drg. Maria, tukang gigi yang melakukan praktik diluar kewenangannya sangatlah
membahayakan masyarakat. Kebanyakan dari mereka tidak mengerti standar sterilisasi alat-alat yang
mereka gunakan untuk memeberikan pelayanan bagi pasien. Mereka juga tidak memiliki pengetahuan
yang cukup terkait obat-obatan yang mereka berikan kepada pasiennya.

C. Hal yang Harus Dilakukan Agar Terhindar dari Malapraktik Tukang Gigi
Sebagai orang yang menempatkan kesehatan pada urutan pertama yang terpenting
dalam hidup, tentunnya harus memilih pelayanan yang tentunnya baik dan aman bagi
kesehatan. Salah satunnya pada kesehatan gigi, banyak yang masih menagnggap enteng
bahwa gigi seseorang dapat diberikan pelayanannya kepada tukang gigi yang mereka tidak
ketahui bahwa tukang gigi yang melakukan praktih terhadap mereka tidaklah memiliki ilmu
yang cukup bahkan tidak mengikuti anjuran dari KEMENKES.
Menurut jurnal kedokteran gigi oleh Sofi, Rosihah dan Widodo Universitas Lambung
Mangkurat, Banjarmasin, pengetahuan pengguna gigi tiruan yang dibuat oleh dokter gigi jauh
kebih tinggi dibandingkan dengan tukang gigi, tetapi tidak sedikit juga orang yang memilih
untuk melakukan pembuatan sekaligus pemasangan gigi tiruan dengan tukang gigi.
Alasannya pembuatan gigi tiruan di dokter gigi lebih tinggi biayanya dibandingkan dengan
pembuatan gigi tiruan di tukang gigi. Padahal, pembuatan sekaligus pemasangan dengan
dokter gigi jauh lebih aman dan tentunya dokter gigi sudah memiliki ilmu yang cukup dengan
standar sterlisasi yang sangat memadai, tak hanya itu izin praktik juga mereka sudah pasti
mendapatkan dari pemerintah sesuai dengan syarat dan ketentuam yang berlaku untuk
melakukan praktik. Sehingga pasien tidak akan mengalami kerugian yang fatal seperti yang
dialami oleh pasien tukang gigi. Berikut hal-hal yang harus dilakukan agar terhindar dari
malapraktik tukang gigi.
a) Membaca banyak literatur terkait ketentuan apa saja yang harus dilakukan oleh
tukang gigi secara benar.
b) Melihat alat dan bahan apakah steril atau tidak.
c) Tidak tergiur dengan harga murah yang ditawarkan oleh tukang gigi.
d) Bertanya apakah tukang gigi sudah memiliki izin resmi praktik atau belum.
e) Konsultasikan pada dokter gigi terlebih dahulu untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan.
KESIMPULAN
Tukang gigi dapat melakukan praktik ketika mereka mengikuti aturan dari pemerintah
dengan baik dan benar selain itu tukang gigi harus memiliki izin resmi dan syarat lulus
sterlisasi alat dan tempat untuk melakukan praktik,. Dalam membuat dan memasang gigi
tiruan, tukamg gigi harus memakai alat yang steril dan bahan gigi tiruan sesuai anjuran dari
KEMENKES dan peratura dari PERMENKES sayangnya hal tersebut tidak diindahkan bagi
kebanyakan tukang gigi yang melakukan pembuatan sekaligus pemasnagan gigi tiruan
sehingga mengakibatkan banyak masalah pada gigi dan mulut pasien hingga pasien
kehilangan nyawannya. Masyarakat harus sadar akan hal ini, jangan hanya karena harga yang
murah mereka langsung memakai jasa tukang gigi untuk membuat kondisi giginya semakin
memburuk. Dianjurkan bagi yang ingin membuat sekaligus memasang gigi tiruan di tukang
gigi untuk selalu mengetahui hal-hal serupa mulai dari peraturan, syarat hingga izin resmi
yang ada pada tukang gigi. Jika tidak, dampaknya sangat buruk bagi kesehatan. Dampak dari
pembuatan gigi tiruan serta pemasangan oleh tukang gigi seringkali dikeluhkan pada dokter
gigi. Jadi, demi keamanan kesehatan yang terpercaya lakukan penanganan gigi kepada yang
lebih kredibel seperti dokter gigi.
DAFTAR PUSTAKA
Adhiatmitha, Kadek Eka, Ni Kd Fiora Rena Pertiwi, and Desak Nyoman Ari Susanti,
‘Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Tingkat Perilaku Pemeliharaan Kebersihan Gigi
Tiruan Lepasan Akrilik Pada Lansia Di Desa Penatahan Kabupaten Tabanan Bali’, Bali
Dental Journal, 2.1 (2018), 17–23 <https://doi.org/10.51559/bdj.v2i1.19>
Asim, Fauziah M., ‘Analisis Perbandingan Tingkat Kehilangan Gigi Pada Pasien Lansia
Yang Datang Ke Dokter Gigi Dan Ke Tukang Gigi’, Jurnal Ilmiah Dan Teknologi
Kedokteran Gigi, 15.2 (2019), 57 <https://doi.org/10.32509/jitekgi.v15i2.917>
Behera, Sidhartha Shakti Prasad, Rudhi Sundar Nayak, Kakarlapudi Akhila Devi, Pratik
Agarwal, and Surabhi Soumya, ‘Denture Related Pathosis and Its Management’,
International Journal of Oral Health Dentistry, 6.3 (2020), 188–92
<https://doi.org/10.18231/j.ijohd.2020.039>
Dewi Siti Rusdiana Puspa, Handayani Pudji, Beumaputra Arya Prasetya, Mozartha Martha,
‘Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Praktik Gigi Ilegal’, Jurnal Penelitian
Perawat Profesional, 4.2 (2022), 599–606
<http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/download/83/65>
Ilmi, M. Bahrul, Khairul Anam, and Erwin Ernadi, ‘Determinan Persepsi Masyarakat
Terhadap Fungsi Gigi Tiruan Di Wilayah Kerja Puskesmas Juai’, Jurnal Akademika
Baiturrahim Jambi, 10.2 (2021), 418 <https://doi.org/10.36565/jab.v10i2.394>
Kusumawardani, Adelina Fitria, and Widodo Tresno Novianto, ‘Tindak Pidana Oleh Oknum
Tukang Gigi Dan Penyedia Jasa Layanan Perawatan Gigi Di Surakarta’, Jurnal Hukum
Pidana Dan Penanggulangan Kejahatan, 8.2 (2019), 149–62
Mangundap, Gledis C. M., Vonny N. S. Wowor, and Christy N. Mintjelungan, ‘Efektivitas
Penggunaan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Terhadap Fungsi Pengunyahan Pada
Masyarakat Desa Pinasungkulan Kecamatan Modoinding’, E-GIGI, 7.2 (2019), 81–86
<https://doi.org/10.35790/eg.7.2.2019.24161>
Melati, Mela Citra, Aan Kusmana, Hadiyat Miko, Rudi Triyanto, and Citra Rahayu,
‘Kesehatan Gigi Dan Mulut Dalam Perspektif Islam’, ARSA (Actual Research Science
Academic), 4.3 (2019), 13–23
<http://edukasional.com/index.php/ARSA/article/view/104>
Pratama, Muhammad Anugrah, ‘Minat Kembali’, 2020, 62–73
Rahman, Fathul, Debby Saputera, Rosihan Adhani, Mahasiswa Pendidikan Kedokteran Gigi,
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Bagian Prostodentik, and
others, ‘Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Gigi Tiruan Pada Lansia (Tinjauan
Terhadap Biaya Perawatan, Kecemasan Dan Sarana)’, Stomatognatic (J. K. G Unej),
13.1 (2016), 5–11
Retno Sari, Firdaus Sultan, ‘Perawatan Edentulous Klas I Applegate Kennedy Dengan’,
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi), 4.2 (2021), 35–40
<https://journals.ums.ac.id/index.php/jikg/article/download/15766/7060>
Rumambi, Brigita B., Vonny N. S. Wowor, and Krista V. Siagian, ‘Motivasi Penderita Yang
Kehilangan Gigi Terhadap Penggunaan Gigi Tiruan’, E-GiGi, 9.2 (2021), 129
<https://doi.org/10.35790/eg.9.2.2021.32959>
Silalahi, Pebriyanti Roulina, S. Suryani Catur, and Indah Mertisia, ‘Prosedur Pembuatan Gigi
Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik Pada Gigi 2 Dental Procedure : Acrylic Removable
Partial Dentures in the 2 Teeth To Replace Nonformal Removable Partial Dentures’,
Jurnal Analisis Kesehatan, 6.1 (2017), 611–15
Wahab, Sofia Arnesti, Rosihan Adhani, and Widodo, ‘Perbandingan Karakteristik Pengguna
Gigi Tiruan Yang Dibuat Di Dokter Gigi Dengan Tukang Gigi Di Banjarmasin
(Tinjauan Terhadap Pengetahuan Dan Biaya Pembuatan Gigi Tiruan)’, Dentino Jurnal
Kedokteran Gigi, 1.1 (2017), 50–55

Anda mungkin juga menyukai