Anda di halaman 1dari 10

EVIDENCE BASED MIDWIFE

OLEH :

NAMA : SELLA NANDA ALISA L.Y


NPM : 2126040136.P
KELAS : A REGULER

Dosen Pengampu : Violita Siska Mutiara, SST., M.Kes

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2022
TINJAUAN TEORI

A. Evidence Based Midwifery (Practice)

EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat
profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. RCM
Bidan Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers, 1987), dan telah
lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk kebidanan pengetahuan dan praktek. Pada
awal abad ini, peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian, dan dalam membuka
kedua atas dan mengeksploitasi baru kesempatan untuk kemajuan akademik. Sebuah
kebutuhan yang berkembang diakui untuk platform yang paling ketat dilakukan dan
melaporkan penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan. EBM
secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada
konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003 (Hemmings et al, 2003).
Itu dirancang 'untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan
kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi '(Silverton,
2003).

EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek dan
profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif,
analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort
studi, terstruktur, logis dan transparan, sehingga bidan benar dapat menilai arti dan
implikasi untuk praktek, pendidikan dan penelitian lebih lanjut.

B. Asuhan Persalinan Normal

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Saifuddin,10)

Sedangkan persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara
spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses
persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia
kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi
berada dalam kondisi sehat.

Di dalam asuhan Persalinan terdapat 5 (lima) aspek disebut juga sebagai 5 (lima)
benang merah yang perlu mendapatkan perhatian, ke 5 aspek tersebut yaitu:

1. Aspek Pemecahan Masalah yang diperlukan untuk menentukan Pengambilan


Keputusan Klinik (Clinical Decision Making).
2. Aspek Sayang Ibu yang Berarti sayang Bayi aman, sesuai evidence based, dan
member sumbangan pada keselamatan jiwa ibu. Memungkinkan ibu merasa nyaman,
aman, secara emosional serta merasa didukung dan didengarkan. Menghormati
praktek-praktek budaya, keyakinan agama, dan ibu/keluarganya sebagai pengambil
keputusa Menggunakan cara pengobatan yang sederhanan sebelum memakai
teknologi canggih Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat
dipahami ibu.
3. Aspek Pencegahan Infeksi
4. Aspek Pencatatan (Dokumentasi)
5. Aspek Rujukan

C. Contoh EBM Pada Asuhan Persalinan

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama
disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklamsia, sepsis dan komplikasi keguguran.
Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat
dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir
semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat
yang sangat rendah.

Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:

a) Keluarga Berencana
Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan
b) Asuhan Antenatal Terfokus
Memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya,
menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi
c) Asuhan Pascakeguguran
Menatalaksanakan gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap
terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya
d) Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi
Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan
tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan
dan kematian
e) Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.
Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya
keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan
tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana
pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang
umumnya akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat terjadinya fokus
asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah
terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu
terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi.
Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan
terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut
diatas:
1. Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri
Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling dini.
Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan
pascapersalinan, diantaranya manipulasi minimal proses persalinan, penatalaksanaan
aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Upaya rujukan
obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap persalinan patologis dan dilakukan
saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.
2. Laserasi/episiotomy
Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena
dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan
seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada
perineum.
3. Retensio plasenta
Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan,
mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian uterotonika
segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali.
4. Partus Lama
Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan
penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses
persalinan. Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan rasa tenang
dan aman selama proses persalinan berlangsung. Pendampingan ini diharapkan dapat
mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin kebersamaan, berbagi tanggung
jawab diantara penolong dan keluarga klien
5. Asfiksia Bayi Baru Lahir
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya
pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan
teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk
memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter
terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat,
menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar,
memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu).
Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia, memberikan pertolongan
secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia.
6. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi sebagai kebutuhan dasar persalinan
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah
mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan mendapatkan rasa
aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan dengan
tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan akan berlangsung
lebih cepat.
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :

1) Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai


martabatnya.
2) Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum memulai
asuhan tersebut.
3) Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4) Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
5) Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6) Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu
beserta anggota keluarga yang lain.
7) Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain
selama persalinan dan kelahiran bayinya.
8) Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan
mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
9) Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
10) Menghargai privasi ibu.
11) Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran
bayi.
12) Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya.
13) Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi
pengaruh yang merugikan.
14) Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan
(episiotomi,pencukuran, dan klisma).
15) Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
16) Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.
17) Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
18) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan,
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi baru
lahir pada setiap kelahiran bayi.

D. Contoh Evidence Based Posisi Meneran Saat Persalinan

Tujuan dan Keuntungan

a. Tujuan

1. Memberikan kenyamanan dalam proses persalinan


2. Mempermudah atau memperlancar proses persalinan dan kelahiran bayi

3. Mempercepat kemajuan persalinan


b. Keuntungan dan manfaat posisi meneran bagi ibu bersalin dan bayi

1. Mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan

2. Lama kala II lebih pendek

3. Laserasi perineum lebih sedikit

4. Menghindari persalinan yang harus ditolong dengan tindakan

5. Nilai APGAR lebih baik

E. Posisi yang Dianjurkan

Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain :


1. Setengah duduk atau duduk
Posisi ini mengharuskan ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki
ditekuk dan paha dibuka ke arah samping.

Keuntungan : Posisi ini membuat ibu merasa nyaman karena membantu ibu untuk
beristirahat diantara kontarksi, alur jalan lahir yang perlu ditempuh untuk bisa keluar
lebih pendek, suplai oksigen dari ibu ke janin berlangsung optimal, dan gaya
grafitasi membantu ibu melahirkan bayinya.

Kekurangan : Posisi ini bisa menyebabkan keluhan pegal di punggung dan


kelelahan, apalagi kalau proses persalinannya lama.

2. Lateral (miring)
Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu
kaki diangkat sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Biasa dilakukan bila
posisi kepala bayi belum tepat. Normalnya posisi ubun-ubun bayi berada di depan
jalan lahir, menjadi tidak normal bila posisi ubun-ubun berada di belakang atau
samping. Miring ke kiri atau ke kanan tergantung posisi ubun-ubun bayi. Jika di
kanan, ibu diminta miring ke kanan dengan harapan bayinya akan memutar. Posisi
ini juga bisa digunakan bila persalinan berlangsung lama dan ibu sudah kelelahan
dengan posisi lainnya.

Keuntungan : Peredaran darah balik ibu mengalir lancar, pengiriman oksigen dalam
darah ibu ke janin melalui plasenta tidak terganggu, karena tidak terlalu menekan,
proses pembukaan berlangsung perlahan-lahan sehingga persalinan relatif lebih
nyaman, dan dapat mencegah terjadinya laserasi.
Kekurangan : Posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit kesulitan membantu
proses persalinan, kepala bayi lebih sulit dipegang atau diarahkan, bila harus
melakukan episiotomi pun posisinya lebih sulit.

3. Berdiri atau jongkok


Beberapa suku di Indonesia Timur, mulai Lombok Timur hingga Papua,
wanitanya mempunyai kebiasaan melahirkan dengan cara jongkok.

Keuntungan : Posisi ini menguntungkan karena pengaruh gravitasi tubuh, ibu tak
harus bersusah-payah mengejan, bayi akan keluar lewat jalan lahir dengan
sendirinya (membantu mempercepat kemajuan kala dua), memudahkan dalam
pengosongan kandung kemih, dan mengurangi rasa nyeri. Pada posisi jongkok
berdasarkan bukti radiologis dapat menyebabkan terjadinya peregangan bagian
bawah simfisis pubis akibat berat badan sehingga mengakibatkan 28% terjadinya
perluasan pintu panggul.

Kekurangan : Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi ini sangat berpeluang
membuat kepala bayi cedera, sebab bayi bisa “meluncur” dengan cepat. Supaya hal
ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan yang empuk dan steril untuk
menahan kepala dan tubuh bayi. Dokter atau bidan pun sedikit kesulitan bila harus
membantu persalinan melalui episiotomi atau memantau perkembangan
pembukaan.

4. Merangkak
Posisi meragkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada punggung.

Keuntungan : ibu merasa lebih nyaman dan efektif untuk meneran, mempermudah
janin dalam melakukan rotasi, membantu ibu mengurangi nyeri punggung, dan
peregangan pada perinium berkurang.

5. Menungging

Keuntungan : Mendorong kepala bayi keluar dari panggul selama kontraksi ,


kadang – kadang dianjurkan pada persalinan dini jika kontraksi sering terjadi dan
untuk mengurangi nyeri pinggang , serta mengurangi tekenan pada leher rahim
yang bengkak.

6. Berjalan-jalan
Posisi ini hanya dapat dilakukan bila ketuban belum pecah dan bila ibunya masih
mampu untuk melakukannya. Posisi ini dapat menyebabkan ibu cepat menjadi
lelah.
Keuntungan : Menyebabkan terjadinya perubah sendi panggul , dapat
mmempercepat turunnya kepala janin.
F. Posisi yang Tidak Dianjurkan

Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di anjurkan untuk mulai
mengatur posisi telentang / litotomi. Tetapi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
ternyata posisi telentang ini tidak boleh dilakukan lagi secara rutin pada proses persalinan,
hal ini dikarenankan :

a. Dapat menyebabkan Sindrome supine hypotensi karena tekanan pada vena kava
inferior oleh kavum uteri, yang mengakibatkan ibu pingsan dan hilangnya oksigen
bagi bayi

b. Dapat menambah rasa sakit

c. Bisa memperlama proses persalinan

d. Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernafasan

e. Membuat buang air lebih sulit

f. Membatasi pergerakan ibu

g. Bisa membuat ibu merasa tidak berdaya

h. Bisa membuat kemungkinan terjadinya laserasi pada perineum

i. Bisa menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung.

G. Patofisiologi

Jika ibu berbaring telentang maka berat uterus (isinya janin, cairan, ketuban dan lain-
lain) akan menekan vena kava interior, hal ini dapat mengakibatkan kurangnya aliran
darah ibu ke plasenta sehingga menyebabkan hipoksia/difisiensi oksigen pada janin.
Pada posisi ini juga akan menyulitkan ibu untuk meneran.

H. Tindakan Bidan Sebelum Menolong Persalinan

Sebelum bidan menolong persalinan sebaiknya melakukan hal – hal sebagai berikut

1. Menjelaskan kepada ibu bersalin dan pendamping tentang kekurangan dan kelebihan
berbagai posisi pada saat persalinan

2. Memberikan kesempatan pada ibu memilih sendiri posisi yang dirasakan nyaman

3. Membicarakan tentang posisi-posisi pada ibu semasa kunjungan kehamilan.

4. Memperagakan tekhnik dan metode berbagai posisi kepada ibu sebelum memasuki
kala II.

5. Mendukung ibu tentang posisi yang dipilihnya.


6. Mengajak semua petugas untuk meninggalkan posisi litotomi.

7. Menyediakan meja bersalin/tempat tidur yang memberi kebebasan menggunakan


berbagai posisi dan mudah dibersihkan.
Daftar Pustaka

Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, EGC : Jakarta..

Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta.

Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.


www.google.com

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/makalah-evidence-based-kebidanan-
dalam.html#ixzz2JHRI1r1B
http://blogdiahcungir.blogspot.com/2012/10/evidence-based-posisi-meneran-saat.html

Anda mungkin juga menyukai