Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BINAAN

PADA NY. N DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK

DI RW III KELURAHAN GEDAWANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Komunitas Semester V

Oleh :

Sulthoni Ika Hapsari H.

P1337424116045

PRODI DIII KEBIDANAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini dengan judul
“Asuhan Kebidanan Keluarga Binaan Pada Ny. N Dengan Kekurangan Energi
Kronik. Laporan ilmiah ini disusun untuk memenuhi target kompetensi mata kuliah
Praktik Klinik Fisiologis. Penulis mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak
yang telah membantu untuk menyelesaikan laporan ini, antara lain:

1. Ibu Sri Rahayu, SKp. Ns, STr. Keb, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Semarang
2. Ibu Titik Supartinah, S.SiT, M.Kes selaku pembimbing institusi
3. Orangtua yang telah mendukung baik secara materil maupun nonmateril
4. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca


demi sempurnanya laporan ini. Penulis tetap berharap semoga laporan ilmiah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Semarang, November 2019

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya meningkatkan kualitas SDM seharusnya dimulai sedini mungkin


sejak janin dalam kandungan. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat
menentukan kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat
ditentukan sejak masa janin dalam kandungan. Bila keadaan kesehatan dan
status gizi ibu hamil baik, maka besar peluang janin yang dikandungnya akan
baik dan keselamatan ibu sewaktu melahirkan akan terjamin. Ibu hamil adalah
salah satu kelompok yang paling rawan terhadap masalah gizi. Masalah gizi
yang dialami ibu hamil sebelum atau selama kehamilan dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Masalah gizi yang dialami ibu hamil
seperti kekurangan energi kronis (KEK), anemia, dan kurang yodium
(Mawaddah dan Hardinsyah, 2008).

Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru suatu periode


pertumbuhan. Kondisi kesehatan di masa lampau sekaligus keadaan kesehatan
ibu saat ini merupakan landasan suatu kehidupan baru (Bobak et al, 2004).
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi. Karena itu,
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya akan meningkat dari sebelumnya.
Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin. Pertambahan besarnya organ kandungan, serta perubahan
komposisi dan metabolisme tubuh ibu sehingga kekurangan zat gizi tertentu
yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna
(Rahmaniar, 2003).

Kebutuhan nutrisi selama kehamilan meningkat untuk nutrisi tertentu.


Untuk memenuhi tuntutan gizi yang tinggi selama kehamilan, seorang wanita
harus hati-hati dalam membuat pilihan makanan. Kebutuhan energi bervariasi
dengan perkembangan kehamilan. Dalam trimester pertama, wanita hamil tidak
memerlukan energi tambahan, tetapi saat kehamilan berlanjut, kebutuhan
energinya meningkat. Wanita hamil membutuhkan tambahan 340 kalori setiap
hari selama trimester kedua dan tambahan 450 kalori setiap hari selama trimester
ketiga (DeBruyne et al, 2008).

Kualitas bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu
sebelum dan selama mengandung. Apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum
dan selama kehamilan akan menyebabkan bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR). Selain itu akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin,
anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus dan
sebagainya (Supariasa, 2002).

Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan dimana status


gizi seseorang buruk disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan sumber
energi yang mengandung zat gizi makro yang berlangsung lama atau menahun
(Rahmaniar et al, 2011)..Selanjutnya, Depkes (2002) menyatakan bahwa kurang
energi kronis pada kehamilan telah banyak diketahui memberikan dampak
negatif pada ibu hamil serta kepada janin yang dikandungnya. Salah satu dampak
negatif yang sangat menonjol adalah risiko kematian ibu saat melahirkan dan
bayi lahir dengan berat badan rendah. Ibu hamil yang menderita KEK dan
anemia mempunyai risiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III
kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya mereka
mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR,
kematian saat persalinan, pendarahan, dan pasca persalinan yang sulit karena
lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan. Bayi yang dilahirkan dengan
BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru,
sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan,
bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya (Adriani dan Wirjatmadi,
2012).
Nutrisi merupakan satu dari banyak faktor yang ikut mempengaruhi asil
akhir kehamilan. Status nutrisi dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktorfaktor
yang membuat nutrisi seorang wanita berisiko, seperti kemiskinan, kurang
pendidikan, lingkungan yang buruk, kebiasaan makan yang aneh, dan kondisi
kesehatan yang buruk akan terus berpengaruh pada status gizi dan pertumbuhan
serta perkembangan janin. Ibu hamil dengan status gizi buruk perlu mendapat
perawatan khusus (Bobak et al, 2004).

Pendidikan merupakan salah satu ukuran yang digunakan dalam status


sosial ekonomi. Pada perempuan, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin
rendah angka kematian bayi dan ibu (Timmreck, 2005). Dalam penelitian
Kartikasari (2012) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka
semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan
berkesinambungan. Lebih lanjut dikatakan bahwa pendidikan ibu
mempengaruhi status gizi ibu hamil karena tingginya tingkat pendidikan akan
ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima
informasi tentang gizi. Orang dengan pendidikan yang tinggi semakin besar
peluangnya untuk mendapatkan penghasilan yang cukup dan pada gilirannya
nanti berkesempatan untuk hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat
(Khomsan, 2006).

Selanjutnya Khomsan (2006) mengatakan bahwa perempuan yang bekerja


diluar rumah dan mendapatkan penghasilan akan meningkatkan pengaruhnya
dalam alokasi pendapatan keluarga. Pendapatan yang berasal dari perempuan
berkorelasi erat dengan semakin membaiknya derajat kesehatan keluarga. Dalam
penelitian Hermawan (2006) menunjukkan bahwa tingkat pendapatan
mempunyai hubungan yang nyata positif dengan status gizi ibu hamil. Hal ini
berarti semakin tinggi tingkat pendapatan, maka status gizi ibu hamil semakin
baik. Kekurangan gizi bisa terjadi akibat ketidaktahuan. Seseorang mudah akses
pangannya bisa saja memilih makanan yang kurang atau tidak bergizi karena
ketidaktahuannya. Tingkat pengetahuan gizi seseorang akan berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan. Oleh karena itu,
diperlukan pengetahuan ibu yang baik mengenai gizi dan kesehatan agar
kebutuhan gizi selama hamil bisa terpenuhi (Mawaddah dan Hardinsyah,2008).

Prevalensi wanita yang mengalami KEK adalah 15 – 47% di hampir semua


negara khususnya negara-negara berkembang seperti Bangladesh, India,
Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilangka dan Thailand. Hal ini terjadi karena
sebagian besar wanita yang mengalami kekurangan energi disebabkan
kurangnya asupan makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan
mereka (WHO, 1997). Jika dipertimbangkan dalam perspektif global,
pencegahan kekurangan energi kronis di kalangan perempuan di Negara-negara
berkembang harus diberi prioritas tinggi (Shaheen dan Lindholm, 2006). Di
Indonesia berdasarkan data Riskesdas (Kemenkes, 2013) prevalensi ibu hamil
yang mengalami KEK sebesar 24,2 %.

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latah belakang diatas maka dapar dirumuskan masalah sebagai
berikut.
a. Apa itu kekurangan energi kronis (KEK)?
b. Apa itu etiologi KEK?
c. Bagaimana tanda dan gejala KEK ?
d. Bagaimana patogenesa KEK ?
e. Bagaimana penanggulangan KEK ?
f. Bagaimana anjuran diet untuk ibu hamil ?

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan
pengetahuan ibu hamil tentang Kekurangan Energi Kronik pada ibu hamil di
wilayah Rw 3 Kelurahan Gedawang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian tentang Kurang Energi Kronik.
b. Untuk mengetahui tanda dan gejala KEK.
c. Untuk mengetahui patogenesa KEK.
d. Untuk mengetahui penanggulangan KEK.
e. Untuk memberi anjuran diet bagi ibu hamil dengan KEK.
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. DEFINISI KEK

Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro


menyatakan bahwa Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu
penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada
wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). KEK adalah penyebabnya
dari ketidak seimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan
pengeluaran energi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dari Kurang
Energi Protein (KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang kurus dan lemak
akibat kurang energi yang kronis. Definisi ini diperkenalkan oleh World Health
Organization(WHO).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja
putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung
lama atau menahun.Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan
dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang
dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm.

2. ETIOLOGI

1. Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi ini terdiri dari:

a) Pendapatan Keluarga

Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang dengan tingkat


ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatan untuk
makan, sedangkan dengan tingkat ekonomi tinggi akan berkurang belanja untuk
makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan
kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik
makanan yang diperoleh, dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin
besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan
beberapa jenis makanan lainnya

b) Pendidikan Ibu

Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting


yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan
tinggi diharapkan pengetahuan / informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih
baik.

c) Faktor pola konsumsi

Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung sumber


besi heme (hewani) yang rendah dan tinggi sumber besi non heme (nabati), menu
makanan juga banyak mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor
penghambat penyerapan besi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).

d) Factor perilaku

Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya wanita


lebih memberikan perhatian khusus pada kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu
hamil harus mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori / hari Jika ibu tidak
punya kebiasaan buruk seperti merokok, pecandu dsb, maka status gizi bayi yang
kelak dilahirkannya juga baik dan sebaliknya (Arisman, 2007).

2. Faktor Biologis

Faktor biologis ini diantaranya terdiri dari :

a) Usia Ibu Hamil


Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan
kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu (Baliwati,
2004: 3). Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi
kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa
pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan
(Soetjiningsih, 1995: 96). Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun
dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik

b) Jarak kehamilan

Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun.
Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara
kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup
lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran
dibawah 2 tahun. (Aguswilopo, 2004 : 5).

Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak


yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh
kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang
cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan
mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi
berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 : 3).

c) Paritas

Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat
hidup (viable).(Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:

 Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali
dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat
janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.
 Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih
kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
 Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau
lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah
mencapai batas kehamilan. Kehamilan dengan jarak pendek dengan
kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun / kehamilan yang terlalu sering
dapat menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras cadangan zat gizi
tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna seperti sebelum masa
kehamilan (Departemen Gizi dan KesmasFKMUI,2007).

d) Berat badan saat hamil

Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan rata-rata untuk
umur tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan yang harus
diberikan agar kehamilannya berjalan dengan lancar. Di Negara maju pertambahan
berat badan selama hamil.sekitar 12-14 kg. Jika ibu kekurangan gizi
pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah ( Erna, dkk, 2004 ). Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10
– 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar
3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus
bertujuan memantau pertumbuhan janin.

3. TANDA DAN GEJALA KEK

Ibu KEK adalah ibu yang ukuran LILAnya < 23,5 cm dan dengan salah satu
atau beberapa criteria sebagai berikut :
a. Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg
b. Tinggi badan ibu < 145 cm
c. Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg
d. Indeks masa tubuh ( IMT ) sebelum hamil < 17, 00
e. Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr %)
4. PATOGENESA

Kurang energy pada ibu hamil akan terjadi jika kebutuhan tubuh akan
energy tidak tercukupi oleh diet. Ibu hamil membutuhkan energi yang lebih besar
dari kebutuhan energy individu normal.Hal ini dikarenakan pada saat hamil ibu, ibu
tidak hanya memenuhi kebutuhan energy untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk
janin yang dikandungnya. Oleh sebab itu jika pemenuhan kebutuhan energy pada
ibu hamil kurang dari normal, maka hal itu tidak hanya akan membahayakan ibu,
tetapi juga janin yang ada di dalam kandungan ibu.

Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk


mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau
energy.Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein maupun
lemak merupakan hal yang sangat penting dalam usaha untuk mempertahankan
kehidupan.

Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai


bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat
sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Sehingga jika
keadaan ini berlanjut terus menerus, maka tubuh akan menggunakan cadangan
lemak dan protein amino yang digunakan untuk diubah menjadi karbohidrat. Jika
keadaan ini terus berlanjut maka tubuh akan mengalami kekurangan zat gizi
terutama energi yang akan berakibat buruk pada ibu hamil.

5. UPAYA PENANGGULANGAN KEK

a. KIE mengenai KEK dan faktor yang mempengaruhinya serta bagaimana


menanggulanginya.
b. PMT Bumil diharapkan agar diberikan kepada semua ibu hamil yang ada.
Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindak lanjuti sebelum usia
kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makanan tambahan yang Tinggi
Kalori dan Tinggi Protein dan dipadukan dengan penerapan Porsi Kecil tapi
Sering, pada faktanya memang berhasil menekan angka kejadian BBLR di
Indonesia.Penambahan 200 – 450 Kalori dan 12 – 20 gram protein dari
kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi
janin.
c. Konsumsi tablet Fe selama hamil
Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin maupun mineral meningkat
sesuai dengan perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir trimester kedua
dimana terjadi proses hemodelusi yang menyebabkan terjadinya peningkatan
volume darah dan mempengaruhi konsentrasi hemoglobin darah.
Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian tablet
besi, akan tetapi pada keadaan gizi kurang bukan saja membutuhkan suplemen
energi juga membutuhkan suplemen vitamin dan zat besi. Keperluan yang
meningkat pada masa kehamilan, rendahnya asupan protein hewani serta
tingginya konsumsi serat / kandungan fitat dari tumbuh-tumbuhan serta protein
nabati merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya anemia besi.

6. ANJURAN DIET
Masalah KEK pada ibu hamil dapat ditanggulangi dengan berbagai macam cara,
yaitu sebaga iberikut:
1) Pemantauan status gizi dan kesehatan melalui pemeriksaan di Posyandu atau
Polindes dengan menggunakan KMS ibu hamil dan pita LILA
2) PMT bagi ibu hamil (pemberian makanan tambahan kudapan atau makanan
biasa dengan komposisi energi 600-700 kkal dan protein 15-20 gram selama 90
hari makan) sasaran keluarga miskin program JPS-BK untuk mengatasi masalah
KEK.
3) Suplementasi tablet besi-folat, (kadar besi 60 mg, asamfolat 250 ug),
dikonsumsi minimal 90 tablet selama kehamilan (Dr. Suparyanto, M.Kes.
2011).
Selain program-program di atas, masalah KEK pada ibu hamil dapat dibantu
dengan cara pengaturan diet yang benar pada penderita. KEK Seorang ibu hamil
memerlukan tambahan energy untuk pertumbuhan janin, plasenta dan jaringan-
jaringan lainnya sebesar 300 kkal per hari. Tambahan energy ibu hamil diperoleh
dari karbohidrat.Selain tambahan energy ibu hamil juga dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein.Tambahan protein yang
dibutuhkanpada trimester pertama, kedua dan ketiga sebesar 17 gram per hari
(HardinsyahdanTambunan 2004).

Timbulnya KEK pada ibu hamil disebabkan oleh rendahnya konsumsi


energy dan protein serta zat gizilainnya selama kehamil.Oleh karena itu, jenis diet
yang tepat untuk ibu hamil penderita KEK adalah Diet Energi Tinggi Protein
Tinggi.Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) merupakan diet yang
mengandung energy dan protein di atas kebutuhan individu normal.Diet ini biasa
diberikan pada pasien yang mengalami kekurangan energyi dan protein contohnya
KEK pada ibu hamil.

Tujuan pemberian diet ETPT adalah untuk memenuhi kebutuhan energy dan
protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh
dan juga menambah berat badan hinga mencapai berat badan normal. Bahan
makanan yang dianjurkan dalam pemberian diet ETPT ini adalah semua bahan
makanan sumber karbohidrat, meningkatkan konsumsi protein baik hewani
maupun nabati, sert ameningkatkan asupan sayuran dan buahan.
BAB III

PENUTUP

1. Simpulan

KEK adalah penyebabnya dari ketidak seimbangan antara asupan


untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi (Departemen Gizi dan
Kesmas FKMUI, 2007). Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan
dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein)
yang berlangsung lama atau menahun.Risiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai
kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK
bilamana LILA <23,5 cm.

2. Saran

a. Bagi ibu hamil

Diharapkan ibu dapat memahami peran dan fungsi bidan dalam


memberikan pelayanan dan meningkatkan pengetahuannya tentang
kebutuhan energi pada ibu hamil, sehingga bayinya dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik.

b. Bagi instansi pelayanan kesehatan

Diharapkan dapat memberi bahan masukan agar meningkatkan


pelayanan kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada neonatus untuk
mengurangi angka kematian bayi di wilayah kerjanya.

c. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan pihak institusi tetap memberikan teori secara lengkap dan


benar serta lebih meningkatkan kualitas dan pendidikan terhadap
mahasiswanya.
d. Bagi penulis

Diharapkan mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan dengan


tepat dan benar. Serta tetap belajar untuk mendapatkan ilmu dan
pengetahuan yang baru pada asuhan neonatus.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1996. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat.


Pedoman Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Enargi Kronis.Jakarta.

Depkes RI. 1997. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

Saraswati, E. 1998. Resiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia
untuk melahirkan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). Penelitian Gizi dan Makanan jilid 21.

Anda mungkin juga menyukai