IDENTITAS MAHASISWA
karena atas rahmat dan karuniaNya jualah maka Logbook Praktik Stase Persalinan
Kami haturkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas kerjasama
Harapan kami dengan Kepada semua pihak yang telah berjasa dalam
penyusunan loogbook ini, sekali lagi diucapkan terima kasih. Dan marilah kita
Sidrap dengan menjadi bagian penting dalam Peningkatan Sumber Daya Manusia
Rektor,
diselesaikan.
belum tersaji dengan optimal, sehingga perlu kritik dan saran demi
Jazakumullahu khairan
katsiran.
Fastabiqulkhaerat.
4
STASE
IV
ASUHAN
KEBIDANAN
PERSALINAN
STASE IV
ASUHAN PERSALINAN
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
persalinan
2. Tujuan Khusus
jawab sendiri
kelahiran (advocate)
12. Status kesehatan janin (chart review, pemantauan DJJ, amniotic fluid
evalution)
18. Status kesehatan Ibu (keadaan umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik)
evalution)
persalinan
29. Asuhan pada ibu bersalin dan bayi dengan kebutuhan kompleks
30. Patient safety pada asuhan persalinan dan bayi baru lahir
31. IMD
37. Kebutuhan pendidikan kesehatan health education pada psot partum dini
plasenta
klinik, penurunan risiko dan promosi kesehatan pada persalinan dan BBL
46. Kebutuhan pendidikan kesehatan health education pada post partum dini
klinik, penurunan risiko dan promosi kesehatan pada persalinan dan BBL
dan IV
D. TARGET
1. CBD 1
2. BST 23
3. Tutorial Klinik 1
4. Refleksi Kasus 1
5. Journal Reading 1
6. OMP 5
7. DOPS 2
8. Mini Cex 2
9. OSLER 1
8 Deteksi dini Ny. “S”/ 22 Thn 06 -10- Inpartu kala I fase laten
komplikasi Tn. “D”/ 30 Thn 2022 his lemah. VT pembukaan
dan penyulit Kmp. Jollo 1cm ketuban merembes,
persalinan G1P0A0. sejak tadi malam.
Lapor dokter jaga rencana
rujuk karena berpotensi
KPD.
No Tanda
Jenis Identitas Pasien Tanggal Tangan Catatan
Keterampilan Preceptor
1 Penyuntikan Ny.”W”/84Thn 4-10- 2022 Melakukan
Oxytosin Tn.”D”/30 Thn penyuntikan oxytosin
Kmp. Bulu 10 unit IM pada 1/3
Cindea paha atas bagian
distal.
Lahir dengan
PBK, Spontan,
A/S: 7/10
BB : 3400g
PB : 51cm
Disusun Oleh :
MUKARRAMAH EMBA
NIM 2021102122
1. Latar Belakang
kematian ibu selama kehamilan, persalinan dan nifas atau pengelolaannya dan
bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau jatuh, disetiap 100.000
kelahiran hidup (KH). Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian
bayi usia dibawah satu tahun dari setiap 1.000 kelahiran hidup (KH). AKI di
Indonesia hingga tahun 2019 dilaporkan masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000
kelahiran hidup, lebih tinggi dari target Sustainable Development Goals (SDGs)
yakni kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup (Susiana. Sali, 2019). Hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 dilaporkan AKB
di Indonesia masih tetap tinggi yaitu 24 per 1.000 kelahiran hidup (KH), namun
target yang diharapkan dapat menurunkan AKB menjadi 16 per 1.000 kelahiran
dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologis yang
memungkinkan perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
yang mengarah pada penciptaan kehidupan baru, hal tersebut merupakan momen
paling menyentuh dan spesial dalam kehidupan seorang wanita dan merupakan
pengalaman unik yang bisa mereka dapatkan dan pada persalinan normal ini
seorang ibu dilatih untuk menghilangkan rasa takut dan kegelisahannya dalam
Indonesia dimana angka kematian ibu bersalin yang cukup tinggi. Keadaan ini
disertai dengan komplikasi yang mungkin saja timbul selama persalinan, sehingga
kesakitan ibu dan perinatal. Persalinan sampai saat ini masih merupakan masalah
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui upaya
yang terintegritas dan lengkap tetapi dengan intervensi, sehingga setiap intervensi
yang akan di aplikasikan dalam asuhan persalinan normal mempunyai alasan dan
bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan
pada ibu karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinannya,
membuat ibu lebih yakin untuk menjalani hal tersebut serta untuk mendeteksi
yang sesuai dengan standar yang ada, salah satunya upaya yaitu perlunya bidan
Persalinan Normal (APN) juga dapat mempengaruhi dimana sikap bidan yang
pelaksaan asuhan persalinan normal yang dilakukan. Sikap bidan terhadap asuhan
persalina normal (APN) yaitu dibuktikan dengan adanya tindakan yang sesuai saat
salah satu faktor keberhasilan bidan dalam menyelamatkan ibu dan bayi dimasa
kritis yaitu masa persalinan dan nifas. Maka upaya untuk meningkatkan kualitas
sikap bidan yang mendukung terhadap pelaksaan APN melalui kegiatan seminar,
2. Tujuan
Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita
bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua
harus berdasarkan bukti. Bukti inipun tidak sekedar bukti tapi bukti ilmiah terkini
informasi berdasarkan bukti dari penelitian (Gray, 1997). Jadi, evidence based
didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari
para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya
kebidanan di dunia. Oleh karena itu bukti ilmiah tersebut harus ditelaah terlebih
EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada
sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan
dan penelitian lebih lanjut.
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian
yaitu:
( depkes RI, 2004). Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu
dan bayinnya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu juga
bercampur darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari
ketika serviks mendatar dan membuka. Kala I adalah kala pembukaan yang
Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks
membuka sampai 3 cm dan aktif (7 jam) dimana serviks membuka antara 3-10
cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif. Pada pemulaan his,
kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient (ibu yang
cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat
terjadi paling cepat dan meningkat dari tiga sampai empat sentimeter sampai
sekitar 8 sentimeter. Pada kondisi normal kecepatan pembukaan konstanta, rata-
rata tiga sentimeter per jam, dengan kecepatan maksimal tidak lebih dari 1,2
sentimeter per jam pada nulipara. Pada multipara, kecepatan rata-rata pembukaan
nulipara adalah 1,6 sentimeter per jam dan normalnya paling sedikit 1,0
sentimeter per jam. Pada multipara, kecepatan penurunan rata-rata 5,4 sentimeter
per jam, dengan kecepatan minimal 2,1 sentimeter per jam (Varney, 2004, hlm.
679).
ambulansi;
Kala II mulai bila pembukaan serviks lengkap. Umumnya pada akhir kala
I atau pembukaan kala II dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul,
Kadang-kadang pada permulaan kala II wanita tersebut mau muntah atau muntah
His akan lebih timbul sering dan merupakan tenaga pendorong janin
pula. Di samping itu his, wanita tersebut harus dipimpin meneran pada waktu ada
his. Di luar ada his denyut jantung janin harus diawasi (Wiknjosastro, 1999,
hlm.194).
adalah:
alamiahnya dan beristirahat di antara dua kontraksi. Jika menginginkan, ibu dapat
proses kelahiran berlangsung. Ibu akan meneran tanpa henti selama 10 detik atau
terkatup atau valsava manuver. Meneran dengan cara ini berhubungan dengan
merupakan kelanjutan tanggung jawab bidan pada waktu pelaksanaan asuhan kala
Persiapan persalinan;
Penatalaksanaan kelahiran;
Partus kala III disebut pula kala uri. Kala III ini, seperti dijelaskan tidak
kalah pentingnya dengan kala I dan II. Kelainan dalam memimpin kala III dapat
mengakibatkan kematian karena perdarahan. Kala uri dimulai sejak dimulai sejak
plasenta dari implantasi pada dinding uterus; 2) pengeluaran plasenta dari kavum
Terjadi perdarahan.
rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga
Oleh karena itu plasenta akan menekuk, menebal, kemudian terlepas dari
dinding uterus. Setelah lepass, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau
setelah lahir bahu anterior, mengklem tali pusat segera setelah pelahiran bayi,
menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk pelahiran plasenta (Varney, 2007,
hlm. 827).
Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva, satu tangan
Apabila uterus bekontraksi maka tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan
tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri
Setelah plasenta lepas anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong
Karena selaput ketuban mudah sobek, pegang plasenta dengan keua tangan
dan secara lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terilinmenjadi satu.
selaput ketuban.
Berika informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh pasien dan
(perineum)
d). Kala IV
tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat
sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah
Kontraksi uterus
Menurut Rohani dkk (2011, hlm. 234) secara umum asuhan kala IV
persalinan adalah:
Pemeriksaan fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit
jam ke 2. Jika kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus sampai menjadi
Bayi sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat tepat untuk
memberikan ASI
a. DATASUBJEKTIF
1. Biodata
Menikah ke 1
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 17 tahun
Siklus : 28 hari
FlourAlbus : -
Disminore : -
HPHT : 24-01-2022
HPL : 31-10-2022
( - ) Perdarahan ( - ) Lain-lain
( - ) Perdarahan ( - ) Lain-lain
a) Trimester I
Pada trimester I ibu mengatakan mual, ibu dianjurkan untuk tetap makan sedikit
Pada trimester II ibu mengeluh karena janinnya sungsang. Ibu dianjurkan untuk
istirahat,menungging atau sujud seperti orang sholat. terapi oral yang diberikan
c) TrimesterIII
Pada trimester III ibu mengatakan posisi janin sudah normal. Ibu dianjurkan
6. Riwayat PeriksaANC
a) TM I : 1 kali
b) TM II : 2 kali
c) TM III : 2 kali
9. Riwayat Ginekology
( √) Mertua ( √ ) Keluarga
a) Pola Nutrisi : Ibu mengatakan setelah hamil trimester III ini nafsu makan
sama seperti sebelum hamil ± 3x sehari dengan porsi nasi dan lauk.
Minum ± 8 gelas/hari.
b) Pola Eliminasi : Ibu mengatakan BAB 1x sehari , BAK 6-8x sehari dan
c) Pola istirahat : Ibu mengatakan tidur siang 1 jam, dan tidur malam 7-8
jam.
sholat.
perut.
b. DATA SUBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 80 X/menit
Suhu : 37oC
RR : 22 X/menit
TB : 153 cm
BB : BB sebelum hamil : 40 kg
BB saat hamil : 65 kg
LILA : 30 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Leher : tidak terlihat pembesaran kelenjar tyroid, tidak terlihat bendungan vena
jugularis
Ekstremitas :
b. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe, tidak teraba bendungan
vena jugularis
Payudara : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan, ASI belum
keluar
Abdomen
(bokong)
(punggung)
(ekstermitas)
TFU : 33 cm
c. Auskultasi
d. Perkusi
Pemeriksaan Dalam
Dilakukan oleh : Bidan
2) Serviks : lunak
3) Pembukaan : 6 cm
4) Efficement : 75%
5) Ketuban : utuh
6) Bag.Terdahulu : kepala
8) Penurunan : Hodge II
10) Ada/tidak bagian terkecil : tidak ada bagian terkecil di samping bagian
terendah
3. Pemeriksaan Penunjang
G2P1A0 Usia Kehamilan 41 minggu inpartu kala I fase aktif dengan kehamilan
normal
d. PENATALAKSANAAN
3.2.2 Kala II
a. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan ada rasa seperti ingin buang air besar dan ada dorongan ingin
meneran.
b. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Nadi : 80 X/menit
Suhu : 37,8oC
TB : 153 cm
BB : BB sebelum hamil : 40 kg
BB saat hamil : 65 kg
LILA : 30 cm
Pemeriksaan dalam
2. Serviks : lunak
3. Pembukaan : 10cm
4. Efficement : 100%
5. Ketuban : utuh
6. Bag.Terdahulu : kepala
8. Hodge : III-IV
9. Molase 0
c. ASSESMENT
d. PENATALAKSANAA
3. Memakai APD
12. Memberitahu keluarga untuk membantu menyiapkan ibu pada posisi yang
nyaman
16. Meletakkan kain bersih dibawah bokong ibu (lipat 1/3 bagian)
22. Memegang kepala dibantu melahirkan bahu depan dan belakang secara
biparietal
27. Memeriksa apakah ada bayi kedua atau tidak (tidak ada bayi kedua)
a. DATASUBJEKTIF
Ibu senang dengan kelahiran anaknya dan mengeluh perutnya masih terasa mules.
b. DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, pemeriksaan abdomen TFU setinggi pusat, kontraksi keras,
tidak teraba adanya tanda janin kedua, kandung kemih kosong. Pemeriksaan
vagina tali pusat tampak menjulur di depan introitus vagina, memanjang dan
P2A0 dengan inpartu kala III fisiologis keadaan ibu dan bayi baik
d. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik pada 1/3 paha bagian atas sebelah
kanan
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
5. Memposisikan bayi pada dada ibu supaya bayi dapat mencari putting susu
7. Memposisikan tangan kiri diatas perut ibu dan tangan kanan memegang tali
10. Memegang dan memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin (plasenta
11. Melakukan masase fundus uteri sebanyak 15x dalam 15 detik (kontraksi
keras)
12. Memeriksa kelengkapan plasenta (kontiledon dan selaput lengkap)
3.2.4 Kala IV
a. DATASUBJEKTIF
Ibu merasa senang karena bayinya lahir dan persalinan berjalan lancar.
b. DATAOBJEKTIF
Kesadaran : composmentis,
N : 80 X/menit.
S : 37,70C,
RR : 24 X/menit.
Pemeriksaan payudara dengan hasil puting susu menonjol dan ASI lancar,
c. ASSESMENT
Ny.K usia 34 tahun P2A0 dengan kala IV fisiologis dengan jahitan perineum.
d. PENATALAKSANAAN
1. Cek kontraksi
2. Celup sarung tangan (klorin,DTT,keringkan)
8. Dekontaminasi alat
pada bayi
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
Kala I
Nyeri perut tembus kebelakang mulai sejak jam 06.45 WIB serta mengeluarkan
lendir bercampur darah. Ibu datang ke Puskesmas jam 11.00 WIB. Hasil observasi
hodge II, dan tidak ada bagian kecil disekitar bagian terendah. Pada observasi
dan memberikan motivasi ibu dapat menjalani persalinan dengan lancar tanpa
penyulit. Ibu juga berdoa untuk kelancaran persalinannya, dan juga berdoauntuk
keselamatan anaknya
Posisi yang dianjurkan adalah posisi setengah duduk. Yang diambil oleh
Ny.K adalah posisi setengah duduk dimana menurut teori posisi tersebut dapat
membantu turunnya kepala.
Kala II
dengan bayi lahir dan menurut teori pada primigravida kala II berlangsung rata –
rata 1,5 – 2 jam dan pada multipara rata – rata 0,5 – 1 jam (Wakyani. 2015).
Kasus pada Ny.K tidak sesuai dengan teori dan ditemukan kesenjangan
Kala III
Kala III pada Ny.K berlangsung 15 menit dimana setelah bayi lahir dan
melakukan PTT dan menilai pelepasan plasenta. Setelah ada tanda pelepasan
plasenta berupa uterus globurel, tali pusat bertambah panjang dan ada semburan
darah tiba-tiba, lahirlah plasenta. Plasenta lahir lengkap pada pukul 08.20 WIB,
Menurut Sri dan Rimandini (2014) kala III merupakan tahap kala ketiga
persalinan yang berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir. Tanda – tanda
mendadak dan tali pusat bertambah panjang. Proses kala III pada kasus ini
Kala IV
10.20 WIB) dengan memantau tanda vital ibu, kontraksi, kandung kemih dan
pengeluaran pervaginam. Pengawasan dilakukan setiap 15 menit sekali 1 jam
tanda vital (TD, suhu, pernafasan, Nadi) dan TFU setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua kala IV, suhu dipantau paling
sedikit satu kali selama kala IV dan mengosongkan kandung kemih setiap kali
diperlukan.
setelah melahirkan, duduk ,dan turun sendiri dari tempat tidur ke kamar mandi
G. KESIMPULAN
A. Simpulan
kegawatdaruratan,
Keadaan ibu pada waktu bersalin baik, dan tidak ditemukan masalah
B. Saran
1. Bagi penulis
kebidanan selanjutnya
pelayanman
H. REFERENSI
Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri.
Preseptor Lahan
Preseptor Lahan
61
LEMBAR BIMBINGAN POST CONFERENCE
58
WORKSHEETS (LEMBAR KERJA)TUTORIAL KLINIK
Stase : PERSALINAN
Kasus : Inpartu Kala 1 fase aktif dengan his lemah
Nama : Mukarramah Emba
No Komponen Pembahasan
1 Tutorial I :
NY “ S” G1P0A0
Data Subjektif
Ibu mengeluh nyeri di perut tembus kebelakang, disertai
pelepasan lender darah Sejak dini hari Pkl 03.30 WITA,
gerakan anak masih dirasakan kuat dan aktif.
BAB Terakhir 09 – 11 -2022 Pkl 12.00 WITA
BAK Terakhir 10 – 11 – 2022 Pkl 07.00 WITA
Ibu Nampak lemas
Pemeriksan umum
Data Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Bentuk tubuh : Lordosis
Ekpresi wajah : Meringis kesakitan
Tanda vital
Suhu: 37 c Pernapasan : 24 kali/ menit
Tekanan : 120/80 mmhg
TB : 153 cm
Kenaikan BB salama
Hamil 13 kg
Lila : 24 cm
Pemeriksaan Vaginal Toucher
Vulva : normal
Kesan 68
Panggul : Normal
Pembukaan portio : 5 cm
Presentasi : Kepala
Penumbungan : (-)
Hodge ; 1-2
Molase : (-)
Ketuba : (+)
Pelepasan : lender,darah, air
mengantuk dan selalu ingin tertidur
Nadi : 80 kali / menit
Diagnosis Inpartu kala 1 fase aktif Dilatasi Cerviks 5 cm, Hodge 2-3.
Perencanaan Menjelaskan Pada ibu dan keluarga kondisi ibu dan hasil
Pemeriksaan pemeriksaan
Penunjang Melakukan pemantauan TTD dan Partograf
Mempersilahkan ibu untuk tidur jika mengantuk
Memasang infus Rl 20 tts/mnt untuk mengantisipasi kondisi
patologis
Menganjurkan ibu untuk minum susu dan makan telur, nasi
saat tersadar, untuk mempersiapkan tenaga saat ibu His dan
kekuatan meneran
Mengajarkan tehnik pemberian makanan dan minuman kepada
keluarga sat membantu ibu memberikan intake
Pantau blass ibu jika terjadi penimbunan Urine, lakukan kateter
atau persilahkan ibu ke kamar mandi untuk BAK
2 Tutorial II :
Inpartu Kala 2 Ibu tidak koperatif meneran
Diagnosis
70
SISTEMATIKA DAN PENILAIAN PENYUSUNAN REFLEKSI KASUS
Refleksi Kasus yaitu mahasiwa merefleksikan kasus yang pernah di temui selama
1. DISKRIPSI KASUS
Tgl 26 Oktober 2022 Ny “K” masuk kamar bersalin dengan inpartu kala 1
fase aktif . Pembukaan 9 cm, Ketuban (+), TYD 150/100 mmHg. Lapor
dokter jaga. Pasang Infus Nacl 28 tts/mnt, Isi partograf, Pelajari hasil ANC.
dengan hasil Lab Protein Urine posistif 1.Udema tungkai. Tp ibu tgl 28
Oktober 2022
2. EMOSI PRIBADI
kondisi ibu tersebut tidak fisiologi. Ada resiko terjadi inpendin. Namun
memipin persalinan. Pemantauan ketata TTV ibu dan tanda Inpendin. Tima
3. EVALUASI
preceptor LAhan dan Tim Kamar bersalin. Dan proses kelahiran bayi dan
kala 3, 4 ibu berlangsung Normal. Tidak ada perdarahan, TD terkendali
110/80 mmHg. Bayi lahir selamat BB : 2700 gram. A/S 8/10. PBL 50 cm.
Kondisi ibu dan bayi baik. Teruskan pemberian infus Nacl 28 tts/mnt dan
4. ANALISIS KASUS
penanggung jawab, Tersedia kamar operasi dan Tim ponek. Namun untuk
dimana di pukmesmas ada Tim PONED yang telah dilatih untuk menangani
5. KESIMPULAN
Dalam langkah langkah penaganan, tidak ada Prosedur yang dilalui keluar
dari SOP penagnana persalinan dengan PE. Selama proses tersebut. Kami
mahasiswa mendapat banyak pengalaman khusunya penagnana kedaruratan
menagnani kasus patologi kasus khusus.Karena kasus Resiko pada ibu hamil,
bersalin dapat dating secara tiba tiba, menuntut bidan harus tanggap dan dapat
6. TINDAK LANJUT
mendapat pendampingan dan pemahaman yang lebih kuat. Agar ibu dan
semua tindakan yang dilakukan bias beresiko kepada ibu dan janinnya.
hingga ibu melewati masa krisisnya yakni masa nifas hingga 40 hari.
upayakan oleh ibu dan suami, karena kondisi persalinan ibu saat ini sangat
keluarga
BAB I PENDAHULUAN
A. MASALAH
turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun
kematian ibu yaitu perdarahan 60%, Infeksi 25%, Gestosis 10%, penyebab lain
5%. Infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar merupakan akibat dari
kemih, dan sebanyak 65% adalah karena ketuban pecah dini (KPD) yang banyak
yang terjadi dalam kolagen matriks ekstraselular amnion, korion, dan apoptosis
World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 Angka Kematian Ibu
(AKI) di dunia masih tinggi dengan jumlah 289.000 jiwa. Beberapa Negara
berkembang AKI yang cukup tinggi seperti di Afrika Sub-Saharan sebanyak jiwa.
AKI di Negara – Negara Asia Tenggara salah satunya di Indonesia sebanyak 190
dan Singapura 10 per 100.000 Kelahiran Hidup (UNICEF et al. 2015 dalam
Qomariah, 2018)
(SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar
359 per 100.000 kelahiran hidup. Faktor yang dapat menyebabkan kematian ibu
dan infeksi 10-20%. Infeksi pada kehamilan 23% dapat disebabkan oleh kejadian
Selatan pada tahun 2015 jumlah kematian ibu yang di laporkan menjadi 149 orang
atau 99.38 per 100.000 kelahiran hidup, terdiri dari kematian ibu hamil
nifas 86 orang (57,71%), adapun kematian ibu menurut umur yaitu <20 tahun
sebanyak 21 orang, umur 20-34 tahun sebanyak 83 orang, dan >35 tahun
dimana terjadi 5 kematian ibu dari jumlah 25.181 kelahiran hidup di kota
sebanyak 178 (6,74%), Pada Tahun 2017 sebanyak 2.473 orang ibu bersalin yang
mengalami KPD sebanyak 35 (3,03%), Pada Tahun 2018 sebanyak 2.565 orang
ibu bersalin yang mengalami KPD sebanyak 64 (2,49%), Pada Tahun 2019
periode januari sampai dengan April sebanyak 882 orang ibu bersalin yang
B. SKALA
Ada beberapa faktor yang mengalami Ketuban pecah dini (KPD) yaitu usia
kehamilan, paritas, umur ibu, pekerjaan dimana usia kehamilan merupakan 280
hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir.
Kehamilan aterm atau kehamilan ≥37 minggu sebanyak 8-10% ibu hamil akan
mengalami KPD, dan sebanyak 1% kejadian KPD pada ibu hamil preterm <37
minggu. Pada sebagian besar ibu bersalin dengan KPD yaitu antara umur
kontraksi rahim, dan gerakan janin. Sedangkan pada paritas yang mengalami
terjadinya ketuban pecah dini merupakan Indeks kehamilan resiko tinggi adalah
paritas 1 dan >3, merupakan terjadi pembesaran uterus dan peregangan berulang
sehingga mudah terjadi KPD. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau
bagi ibu maupun janin. Karena disebabkan belum matangnya alat reproduksi
untuk hamil, dimana rahim belum bisa menahan kehamilan dengan baik sehingga
selaput ketuban belum matang dan mudah mengalami robekan sehingga dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Sedangkan pada umur >35 tahun
keadaan otot- otot dasar panggul tidak lagi elastik, sehingga mudah terjadi
Kekuatan his semakin lama semakin kuat diikuti oleh pengeluaran lendir darah.
Perdarahan tersebut berasal dari pembuluh darah yang pecah pada kanalis
servikalis sat terjadi pendataran serviks. Kadang- kadang ketuban pecah terlebih
melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang
hubungan usia kehamilan paritas, umur ibu, pekerjaan dengan kejadian Ketuban
C. KRONOLOGI
partus kira- kira 280 (40 minggu dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Pada
umumnya ibu dengan preterm lebih, cenderung mengalami ketuban pecah dini
perbesaran dan usia uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Tetapi dari hasil uji
statistic yang telah dilakukan, diperoleh hasil ibu dengan usia kehamilan aterm
juga mengalami ketuban pecah dini. Hal ini dapat disebabkan oleh Faktor lain
seperti pola pekerjaan ibu hamil yang terlalu berat dapat berakibat pada kelelahan
dan akan menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah
dini. Berdasarkan penelitian ini di hasil analisis usia kehamilan terhadap kejadian
KPD di dapatkan ibu dengan Preterm yang mengalami sebanyak 3 (1,1%) dan
usia kehamilan dengan preterm yang tidak mengalami sebanyak 0 (0,0%) dengan
total sebanyak 3 (1,1%), jumlah ini lebih rendah di bandingkan dengan usia
kehamilan aterm yang mengalami sebanyak 46 (16,7%) dan usia kehamilan aterm
yang tidak mengalami sebanyak 226 (82,2%) dengan total sebanyak 272 (98,9%).
faktor diantaranya kehamilan dibawaa <36 beresiko terjadi infeksi rahim, cedera
fisik, rahim dan kantung ketuban yang terlalu teregang, kebiasaan buruk seperti
kehamilan sebelumnya.
selaput janin diatas os serviks internal yang memicu robekan, perdarahan dan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia kehamilan aterm yang tidak
mengalami ketuban pecah dini sebanyak 226 (82,2%) dapat dipengaruhi faktor
lain yaitu pendidikan dimana ibu hamil yang berpendidikan tinggi serta mengerti
dengan kondisinya akan langsung datangi kepetugas kesehatan, Tingkat
D. SOLUSI
selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
masukan atau sumber data untuk penelitian selanjutnya dan melakukan penelitian
No register : 46xxxx
DATA SUBJEKTIF
a. Keluhan utama
Air yang keluar sedikit demi sedikit dan bertambah banyak hingga satu
sarung basah, berwarna jernih dan tidak berbau. Mengeeluh ada keluar cairan
melalui vagina yang berwarna jernih pada tanggal Oktober 2022 jam 03;00
wita, satu sarung basah akibat cairan yang keluar, dan ibu tidak merasakan
c. Riwayat menstruasi
1. Menarche : 13 tahun
d. Riwayat perkawinan
Ibu menikah 1x secara sah dengan Tn “S” pada tahun 2009, saat Ny “R”
Adapun riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu dapat dilihat pada
tabelberikut :
Tabel 3.5
Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu
Tempat
No Tahun Jenis partus Jenis kelaminBBL PBL Penolong Keadaan
partus
Pervaginam gram cm
2 2019 Persalinan Perempuan 3000 51 Puskesmas Bidan Baik
Pervaginam gram cm
Keluhan-keluhan:
hipertensi.
adalah suami.
e. Riwayat KB
Sejak kelahiran anak keduanya yaitu pada tahun 2019 ibu mulai menjadi
akseptor KB depo progestin/ suntik 3 bulan dan berhenti pada bulan agustus
Selama inpartu:
b) BAB : Ibu belum BAB (BAB terakhir ibu pada jam 02.00 wita
dirumahnya)
a) Mandi : 2 kali sehari (pagi dan sore) dengan menggunakan sabun mandi
b) Sikat gigi : 2 kali (setelah makan dan sebelum tidur) dengan menggunakan
pasta gigi
Kebiasaan : Tidur siang tidak teratur, tidur malam 6-8 jam Selama
inpartu : Ibu tidak pernah tidur
DATA OBJEKTIF
2. Kesadaran komposmentis
5. Tanda-tanda vital:
a. Kepala : bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok, rambut hitam dan lurus,
b. Wajah : tidak pucat, tidak ada chloasma gravidarum, tidak oedema, tidak
c. Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah mudah, schlera putih,
d. Hidung : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak pengeluaran secret,
e. Mulut dan gigi : bersih, bibir merah muda dan tidak pecah-pecah, tidak
ada caries, tidak ada karang gigi, tidak ada stomatitis, gusi tidak berdarah,
f. Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran serumen, tidak ada
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan vena
jugularis
h. Payudara : payudara simetris kiri dan kanan, putting susu bersih dan
ada nyeri tekan, terdapat pengeluaran kolostrum jika putting susu dipencet
3.036 gram
Denyut jantung janin : terdengar jelas, kuat dan teratur pada kuadran kiri
j. Ekstremitas atas : jari lengkap, pergerakan aktif, tidak ada benjolan, tidak
l. Genitalia dan anus : tidak ada varises, nampak pengeluaran lendir dan air
ketuban, tidak ada oedema, tidak ada hemorroid
c. Pembukaan : 5 cm
d. Ketuban : jernih
f. Penurunan : Hodge II
a. Pemeriksaan USG
Poliklinik KIA
2. Letak : kepala
3. FHR : 0 bpm
5. UK : ± minggu, TP: ±
ASSESMENT
Diagnosa : GIII PII A0, gestasi 38 minggu 4 hari, intra uterin, tunggal, hidup,
keadaan ibu dan janin dalam pengawasan, inpartu kala I fase aktif dengan KPD.
PLANNING (P)
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga Hasil : ibu telah
menit), denyut jantung janin (djj) dan his tiap 1 jam pada kala I fase aktif
dan tiap 30 menit pada kala I fase aktif, kecuali jika ada indikasi, maka
Hasil: Terlaksana
2. Portio : melesap
3. Pembukaan : 10 cm (lengkap)
4. Ketuban : kering
6. Penurunan : hodge IV
7. Molase : tidak ada
ibu menarik napas melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut selama
timbul kontraksi
Hasil : ibu selalu beristighfar saat ibu merasakan sakit akibat kontraksi
B. KALA II
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
1. Perineum menonjol
4. Pembukaan 10 cm (lengkap)
ASSESMENT
Perlangsungan kala II
PLANNING
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua (dorongan kuat
untuk meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva dan vagina
wadah partus set. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pertolongan
persalinan yaitu :
a. Partus set
kateter nelaton, penjepit tali pusat, kasaa steril, spoit 3 cc dan gunting tali
pusat.
b. Hecting set
Hecting set terdiri atas nelvuder, catgut, jarum, pinset anatomi, pinset
Obat dan bahan terdiri atas cairan infus, oksitosin, lidokain, salep mata,
Adapun yang harus disiapkan diluar partus set yaitu air desinfeksi tingkat
tingkat tinggi dan kapas desinfeksi tingkat tinggi, larutan klorin 0,5%,
dan termometer.
dan air mengalir. Hasil : perhiasan telah disimpan dan tangan telah bersih
5. Menggunakan sarung tangan steril pada tangan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam. Hasil : sarung tangan telah dipakai pada tangan kanan
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set. Hasil : oksitosin 1
oleh air matang, dengan gerakan dari depan ke belakang dari vulva ke
b. Portio : melesap
c. Pembukaan : 10 cm (lengkap)
f. Penurunan : hodge IV
g. Molase : 0
Hasil : sarung tangan telah direndam dalam larutan klorin 0,5 % secara
terbalik
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai dan ternyata
denyut jantung yang didapatkan diatas normal dengan frekunsi 174 kali per
menit.
Hasil : denyut jantung janin terdengar jelas pada kuadran kiri bawah perut ibu
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin dalam
pengawasan, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah
merasa ingin meneran. Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
Hasil : ibu tetap dalam posisi setengah duduk karena sakitnya yang bertambah
sering
15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu atau
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
18. Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan. Hasil : sarung tangan telah
dipakai pada kedua tangan
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang
handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika telah lahir dan
kain kering dan bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Setelah
itu kita melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum dngan
satu tangan, dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi
perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada
belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap
fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum).
20. Setelah kepala keluar, menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril
kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin Hasil : tidak
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental,
gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas. Hasil : lengan
dan badan telah lahir
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan
jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin) Hasil : seluruh badan telah
lahir
Hasil : bayi lahir spontan tanggal 18 Oktober 2022, jam 11;40 wita,
tidak aktif, terdapat fleksi pada ekstremitas dan APGAR score 8/10.
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
dengan handuk/ kain yang kering serta membiarkan bayi di atas perut ibu
Hasil : ibu telah diselimuti dengan handuk bersih dan kering, serta telah
C. KALA III
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
4. Perdarahan ± 150 cc
5. Kala II berlangsung sealama ± 10 menit tanpa ada penyulit serta tali pusat
ASSESMENT
PLANNING
1. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
3. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (IM) di
1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin). Hasil : oksitosin telah disuntikkan di 1/3 paha atas bagian distal
lateral
4. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama. Hasil : tali pusat
telah dijepit
5. Memotong dan mengikat tali pusat (dengan satu tangan mengangkat tali
sambil melindungi perut bayi diantara 2 klem Hasil : tali pusat telah
dipotong
6. Mengikat tali pusat dengan benang desinfeksi tingkat tinggi atau steril
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya atau menjepit tali
pusat dengan penjepit tali pusat Hasil : tali pusat telah dijepit
7. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di
kepala bayi. Hasil : bayi telah diselimuti dengan kain hangat dan topi telah
terpasang di kepala
8. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
9. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
Hasil : satu tangan telah berada diatas perut ibu dan tangan lainnya
10. Setelah uterus berkontraksi, meregangkan tali pusat dengan tangan kanan,
lahir (tetap lakukan tekanan dorso kranial). Hasil : plasenta telah terlepas
12. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
13. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
14. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan
plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap tanggal 07 Juli 2017, jam 21.20
wita
tingkat II dan telah dijahit luar dan dalam sebanyak 6 jahitan secara jelujur
16. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
18. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata
anterolateral. Hasil : berat bayi lahir 3000 gram, panjang bayi lahir 48 cm,
lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 32 cm, lingkar perut 31 cm, APGAR
score 8/10, dan telah disuntik vitamin K (IM) dipaha kiri anterolateral
D. KALA IV
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
5. Perdarahan ± 150 cc
ASSESMENT
kontraksi.
jam pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam ke 2 pasca persalinan
Hasil:
12:05 100 cc
12:20 50 cc
12:35 30 cc
12:50 20 cc
13:20 10 cc
13:50 5 cc
Total ± 215 cc
4. Memeriksakan tanda-tanda vital ibu (kecuali pernapasan), tinggi fundus
uteri, kontraksi uterus dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
baik. Hasil : bayi bernapas dengan normal yaitu 50 kali per menit
Abstark
Tahun 2016 jumlah ibu bersalin INC sebanyak 2.638 orang ibu bersalin yang
mengalami KPD sebanyak 178 (6,74%), Pada Tahun 2017 sebanyak 2.473 orang
ibu bersalin yang mengalami KPD sebanyak 35 (3,03%), Pada Tahun 2018
sebanyak 2.565 orang ibu bersalin yang mengalami KPD sebanyak 64 (2,49%),
Pada Tahun 2019 periode januari sampai dengan april sebanyak 882 orang ibu
bersalin yang mengalami KPD 49 (5,55%). Tujuan dilakukan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan usia kehamilan, paritas, usia ibu, pekerjaan dengan
kehamilan dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di RSIA Sitii Khadijah
I Makassar 2019 dengan jumlah populasi 882 orang dan jumlah sampel 275 orang
dengan menggunakan teknik Random sampling. Dari hasil uji statistik dengan
menggunakan uji Chi-Square (Fisher’s Exact Test). Di peroleh untuk variabel usia
kehamilan p= 0,05 < dari α = 0,05 artinya ada hubungan antara usia kehamilan
terhadap kejadiian ketuban pecah dini unuk variabel paritas nilai p= 0,01 < dari α
= 0,05 artinya ada hubungan antara paritas terhadap kejadian ketuban pecah dini.
Correctionb) diperoleh untuk variabel umur ibu nilai p = 0,503> = (0,05) artinya
tidak ada hubungan antara umur ibu dengan ketuban pecah dini. Untuk variabel
pekerjaan nilai p = 0,029< = (0,05) artinya ada hubungan antara pekerjaan
dengan ketuban pecah dini. Kesimpulan dari empat variabel yaitu usia kehamilan,
paritas, umur ibu, pekerjaan ada tiga variabel yang berhubungan yaitu usia
kehamilan, peritas, pekerjaan dan ada satu yang tidak berhubungan yaitu umur ibu
Pendahuluan
turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun
kematian ibu yaitu perdarahan 60%, Infeksi 25%, Gestosis 10%, penyebab lain
5%. Infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar merupakan akibat dari
kemih, dan sebanyak 65% adalah karena ketuban pecah dini (KPD) yang banyak
biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstraselular amnion, korion, dan
Ibu (AKI) di dunia masih tinggi dengan jumlah 289.000 jiwa. Beberapa Negara
berkembang AKI yang cukup tinggi seperti di Afrika Sub-Saharan sebanyak
179.000 jiwa, Asia Selatan sebanyak 69.000 jiwa, dan di Asia Tenggara sebanyak
16.000 jiwa. AKI di Negara – Negara Asia Tenggara salah satunya di Indonesia
sebanyak 190 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2017, dalam Indryaswari,
2019).
dan Singapura 10 per 100.000 Kelahiran Hidup (UNICEF et al. 2015 dalam
Qomariah, 2018)
(SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar
359 per 100.000 kelahiran hidup. Faktor yang dapat menyebabkan kematian ibu
dan infeksi 10-20%. Infeksi pada kehamilan 23% dapat disebabkan oleh kejadian
Data dari profil dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun
2015 jumlah kematian ibu yang di laporkan menjadi 149 orang atau 99.38 per
100.000 kelahiran hidup, terdiri dari kematian ibu hamil 19 orang (12,75%),
kematian ibu bersalin 44 orang (29,53%), kematian ibu nifas 86 orang (57,71%),
adapun kematian ibu menurut umur yaitu <20 tahun sebanyak 21 orang, umur 20-
34 tahun sebanyak 83 orang, dan >35 tahun sebanyak 45 orang (Dinkes, 2016)
Angka Kematian Ibu di Kota Makassar menunjukkan penurunan dari
dimana terjadi 5 kematian ibu dari jumlah 25.181 kelahiran hidup di kota
Tahun 2016 jumlah ibu bersalin sebanyak 2.638 orang ibu bersalin yang
mengalami KPD sebanyak 178 (6,74%), Pada Tahun 2017 sebanyak 2.473 orang
ibu bersalin yang mengalami KPD sebanyak 35 (3,03%), Pada Tahun 2018
sebanyak 2.565 orang ibu bersalin yang mengalami KPD sebanyak 64 (2,49%),
Pada Tahun 2019 periode januari sampai dengan aprilsebanyak 882 orang ibu
bersalin yang mengalami KPD 49 (5,55%) (Data RSIA Sitti Khadijah I Makassar
2019).
Ada beberapa faktor yang mengalami Ketuban pecah dini (KPD) yaitu
usia kehamilan, paritas, umur ibu, pekerjaan dimana usia kehamilan merupakan
280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir.
Kehamilan aterm atau kehamilan ≥37 minggu sebanyak 8-10% ibu hamil akan
mengalami KPD, dan sebanyak 1% kejadian KPD pada ibu hamil preterm <37
minggu. Pada sebagian besar ibu bersalin dengan KPD yaitu antara umur
kontraksi rahim, dan gerakan janin. Sedangkan pada paritas yang mengalami
terjadinya ketuban pecah dini merupakan Indeks kehamilan resiko tinggi adalah
paritas 1 dan >3, merupakan terjadi pembesaran uterus dan peregangan berulang
sehingga mudah terjadi KPD. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau
alat reproduksi untuk hamil, dimana rahim belum bisa menahan kehamilan
dengan baik sehingga selaput ketuban belum matang dan mudah mengalami
pada umur >35 tahun keadaan otot- otot dasar panggul tidak lagi elastik, sehingga
Kekuatan his semakin lama semakin kuat diikuti oleh pengeluaran lendir darah.
Perdarahan tersebut berasal dari pembuluh darah yang pecah pada kanalis
servikalis sat terjadi pendataran serviks. Kadang- kadang ketuban pecah terlebih
melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang
hubungan usia kehamilan paritas, umur ibu, pekerjaan dengan kejadian Ketuban
2019.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei s.d Juni 2019 Tempat penelitian
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang mengalami Ketuban
Pecah Dini dan ibu bersalin yang tidak mengalami Ketuban Pecah Dini pada
bulan Januari sampai April 2019 di RSIA Sitti Khadijah I Makassar sebanyak 882
orang.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin di RSIA Sitti Khadijah I
N
N=
1+ N ( d ) 2
Keterangan:
N = besarnya populasi
882
N=
3.205
N = 275,195 = 275
jadi, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak 275 orang.
penelitian mengambil secara acak dari 882 populasi yang ada di RSIA Sitti
Khadijah I Makassar dan diambil sebanyak 275 orang untuk dijadikan sampel.
Statistik).
Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di RSIA
Sitti Khadijah I Makassar 2019
Umur N %
<20 Tahun 1 0,4
20-35 Tahun 263 95,6
>35 Tahun 11 4,0
Jumlah 275 100
Sumber : Data Sekunder 2019
20-35 tahun sebanyak 263 (95,6%) dan sebagian kecil pada umur < 20 tahun
sebanyak (0,4).
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di RSIA
Sitti Khadijah I Makassar 2019
Pendidikan N %
Tidak Sekolah 3 1,1
SD 7 2,5
SMP 16 5,8
SMA 207 73,3
Perguruan Tinggi 42 15,3
Jumlah 275 100
Sumber : Data Sekunder 2019
Pekerjaan N %
IRT 196 71,3
PNS 15 5,5
Wiraswasta 20 7,3
Karyawan 25 9,1
Lain-lain 19 6,9
Jumlah 275 100
Sumber : Data Sekunder 2019
responden 20- 35 T ahun sebanyak 241 (87,6%), sebagian kecil pada umur <20
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di RSIA Siti Khadijah I Makassar
2019
Pendidikan n %
SMP 31 11,3
SMA 217 78,9
D3 27 9,8
Jumlah 275 100
Sumber: Data Sekunder
pendidikan responden SMA sebanyak 217 (78,9%) dan sebagian kecil pendidikan
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di RSIA
Sitti Khadijah I Makassar Tahun 2019
Pendidikan N %
IRT 175 63,6
PNS 16 5,8
Wiraswasta 35 12,7
Karyawan 13 4,7
Lain-lain 36 13,1
Jumlah 275 100
Sumber : Data sekunder 2019
pekerjaan responden IRT sebanyak 175 (63,3%) dan sebagian kecil pekerjaan
dini. Dari 275 responden Ibu yang mengalami usia kehamilan preterm dengan
ketuban pecah dini sebanyak 3(1,1%) dan usia kehamilan dengan preterm yang
jumlah ini lebih aterm yang mengalami sebanyak 46 (16,7%) dan usia kehamilan
aterm yang tidak mengalami sebanyak 226 (82,2%) dengan total sebanyak 272
(98,9%).
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh
nilai p= 0,05 < dari α= 0,05, ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan
demikian ada hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian ketuban pecah
dini. Dari 275 responden Paritas yang beresiko mengalami sebanyak 29 10,5%
dan paritas yang beresiko tidak mengalami sebanyak 87 (31,6%) dengan total
sebanyak 116 (42,2%) jumlah ini lebih tinggi di bandingkan dengan paritas tidak
beresiko yang mengalami sebanyak 20 (7,3%) dan paritas tidak beresiko yang
tidak mengalami sebanyak 139 (50,5%) dengan total sebanyak 159 (57,8%).
Dari hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p= 0,01 < dari α = 0,05,
ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian ada hubungan antara
paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar.
Tabel 9
Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian ketuban pecah dini
Di RSIA Sitti Khadijah I Makassar Tahun 2019
n % n % n %
Beresiko 12 4,4 43 15,6 55 20
Tidak Beresiko 37 13,5 183 66,5 220 80 0,503
Total 49 17,8 226 82,2 275 100
Sumber: Data Sekunder
Pecah Dini. Dari 275 responden Ibu bersalin dengan umur beresiko yang
mengalami KPD sebanyak 12 (4,4%) dan yang tidak mengalami KPD sebanyak
sebanyak 37 (13,5) dan yang tidak mengalami KPD sebanyak 183 (66,5%).
nilai p (0,503) > (0,05), makabisa diambil kesimpulan bahwa pada penelitian
hubungan antara umur ibu dengan kejadian ketuban pecah dini ini berarti Ho
diterima dan Ha ditolak, dengan demikian tidak ada hubungan antara umur ibu
Tabel 10
Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSIA Sitti Khadijah
I Makassar Tahun 2019
n % n % n %
Bekerja 25 9,1 75 27,3 100 36,4
Tidak Bekerja 24 8,7 151 54,9 175 63,6 0,029
Total 49 17,8 226 63,6 275 100
Sumber: Data Sekunder 2019
Menunjukkan hasil analisis hubungan antara pekerjaan dengan Ketuban
Pecah Dini. Dari 275 responden Ibu bersalin yang bekerja mengalami KPD
Sedangkan ibu bersalin yang tidak bekerja mengalami KPD sebanyak 24 (8,7) dan
antara pekerjaan ibu dengan kejadian ketuban pecah dini ini berarti Ho ditolak dan
Ha diterima, dengan demikian ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian
Pembahasan
partus kira- kira 280 (40 minggu dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Pada
umumnya ibu dengan preterm lebih, cenderung mengalami ketuban pecah dini
perbesaran dan usia uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Tetapi dari hasil uji
statistic yang telah dilakukan, diperoleh hasil ibu dengan usia kehamilan aterm
juga mengalami ketuban pecah dini. Hal ini dapat disebabkan oleh Faktor lain
seperti pola pekerjaan ibu hamil yang terlalu berat dapat berakibat pada kelelahan
dan akan menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah
dini.
Berdasarkan penelitian ini di hasil analisis usia kehamilan terhadap
(1,1%) dan usia kehamilan dengan preterm yang tidak mengalami sebanyak 0
(0,0%) dengan total sebanyak 3 (1,1%), jumlah ini lebih rendah di bandingkan
dengan usia kehamilan aterm yang mengalami sebanyak 46 (16,7%) dan usia
kehamilan aterm yang tidak mengalami sebanyak 226 (82,2%) dengan total
faktor diantaranya kehamilan dibawaa <36 beresiko terjadi infeksi rahim, cedera
fisik, rahim dan kantung ketuban yang terlalu teregang, kebiasaan buruk seperti
kehamilan sebelumnya.
selaput janin diatas os serviks internal yang memicu robekan, perdarahan dan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia kehamilan aterm yang tidak
mengalami ketuban pecah dini sebanyak 226 (82,2%) dapat dipengaruhi faktor
lain yaitu pendidikan dimana ibu hamil yang berpendidikan tinggi serta mengerti
(0,05) > α (0,05), maka diambil kesimpulan bahwa pada penelitian hubungan
antara usia kehamilan ibu dengan kejadian ketuban pecah dini ini berarti Ho
ditolak dan Ha diterima, jadi kesimpulannya adalah ada hubungan antara usia
Makassar.
0,000 < 0,05 dan didapatkan X2 hitung = 7,509> X2 tabel dengan df = 1 yaitu
kejadian ketuban pecah dini dengan usia kehamilan di RSUD dr. Rubini
Mempawah.
dicapai pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram. Berdasarkan
penelitian ini hasil analisis paritas terhadap kejadian KPD di dapatkan ibu yang
mengalami sebanyak 87 (31,6%) dengan total sebanyak 116 (42,2%) jumlah ini
sebanyak 20 (7,3%) dan paritas tidak beresiko yang tidak mengalami sebanyak
(31,6%), ini berarti tidak selamanya paritas beresiko mengalami KPD, karena
dapat di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, semakin tinggi tingkat
Toxoid), makanan yang bergizi. Jadi ibu bisa mencegah sebelum terjadinya KPD
ketuban pecah dini sebanyak 20 (7,3%) karena konsistensi serviks yang tipis,
kemungkinan terjadinya ketuban pecah dini lebih besar dengan adanya tekanan
intrauterin pada saat persalinan. konsistensi serviks yang tipis dengan proses
lengkap.
beresiko, tidak mengalami KPD sebanyak 139 (50,5%) karena dapat di sebabkan
kebiasaan hidup sehat (konsumsi makanan sehat, minum cukup dan olahraga
terutama setelah buang air kecil dan besar. sehingga nantinya dapat menurunkan
Dari hasil uji statistic dengan menggunakan Chi Square diperoleh nilai p
(0,01) > α (0,05), maka bisa diambil kesimpulan bahwa pada penelitian hubungan
antara usia paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah dini ini berarti Ho ditolak
dan Ha diterima, jadi kesimpulannya adalah ada hubungan antara paritas terhadap
(2016) dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value 0,010 ≤ 0,05 berarti
ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan terjadinya ketuban pecah
Umur ibu merupakan salah satu tolak ukur kesiapan seorang ibu untuk
melahirkan, dimana usia ideal untuk menjalani proses kehamilan dan persalinan
adalah usia 20-35 tahun. Wanita yang berusia kurang dari 20 tahun biasanya
memiliki kondisi psikis yang belum matang serta kemampuan finansial yang
Hasil analisisis hubungan antara umur ibu dengan ketuban pecah dini.
Ibu bersalin dengan umur beresiko yang mengalami KPD sebanyak 12 (4,4%) dan
yang tidak mengalami KPD sebanyak 43 (15,6%). Jumlah ini lebih kecil
KPD sebanyak 12 (4,4%) ini menunjukkan usia ibu yang <20 tahun, termasuk
usia terlalu muda dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan
sehingga rentan mengalami ketuban pecah dini. Sedangkan usia>35 tahun
tergolong usia yang terlalu tua untuk melahirkan khususnya pada ibu primi (tua)
Dari hasil penelitian diperoleh terdapat umur ibu beresiko tetapi tidak
mengalami KPD sebanyak 43 (15,6%), ini berarti tidak selamanya umur beresiko
kematangan organ reproduksi. Jadi ibu bisa mencegah sebelum terjadinya KPD
dengan cara pemeriksaan ANC secara teratur, pentingnya menjaga pola hidup
nilai p (0,503) > (0,05), maka bisa diambil kesimpulan bahwa pada penelitian
hubungan antara umur ibu dengan kejadian ketuban pecah dini ini berarti Ho
diterima dan Ha ditolak, jadi kesimpulannya adalah dengan demikian tidak ada
hubungan antara umur ibu dengan kejadian ketuban pecah dini di RSIA Sitti
Khadijah I Makassar.
Mawaddah (2016) dari hasil analisis dengan uji chi square menunjukkan nilai p =
(0,11) > (0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara faktor usia dengan
kejadian KPD. Hal tersebut memperlihatkan bahwa faktor usia tidak berpengaruh
diperbolehkan untuk bekerja, tetapi jangang terlampau berat. Ibu harus mampu
mengatur waktu untuk istirahat, karena bila terlalu lelah untuk bekerja
Hasil analisis hubugan antara pekerjaan dengan ketuban pecah dini. Ibu
bersalin yang bekerja mengalami KPD sebanyak 25 (9,1%) dan yang tidak
dengan yang tidak bekerja mengalami KPD sebanyak 24 (8,7%) dan yang tidak
Dari hasil penelitian diperoleh terdapat ibu yang bekerja mengalami KPD
sebanyak 25 (9,1%), hal ini dikarenakan pola pekerjaan ibu hamil berpengaruh
terhadap kebutuhan energi. Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan
dengan kerja lama melebihi 3 jam perhari dapat berakibat kelelahan. Bekerja
terlalu lelah akan meningkatkan produksi hormon oksitosin oleh hipofise posterior
yang merupakan pemicu terjadinya kontraksi dini. Kontraksi yang semakin lama
semakin sering akan menyebabkan selaput ketuban tidak lagi mampu menahan
kehamilannya.
Dari hasil penelitian diperoleh terdapat ibu yang tidak bekerja mengalami
KPD sebanyak 24 (8,7%), ini berarti tidak selamanya ibu yang bekerja mengalami
KPD, ada juga yang tidak bekerja mengalami KPD, pada kelompok yang dibagi
berdasarkan pekerjaan pasien ketuban pecah dini didapatkan pekerjaan ibu rumah
tangga merupakan pekerjaan yang paling dominan. Namun demikian, pekerjaan
lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah dini (Wiadnya, 2016).
< (0,05), makabisa diambil kesimpulan bahwa pada penelitian hubungan antara
pekerjaan ibu dengan kejadian ketuban pecah dini ini berarti Ho ditolak dan Ha
Pendapat yang sama dengan penelitian ini disampaikan oleh Nur Rohmawati, dkk
(2018) dari hasil analisis dengan uji chi square yang diperoleh pvalue = (0,019)
dimana nilai value kurang dari 0,05 (0,019 < 0,05) Ho ditolak dan Ha diterima
artinya ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kejadian ketuban pecah
dini
Kesimpulan
Dari empat variabel yaitu usia kehamilan, paritas, umur ibu, pekerjaan ada tiga
variabel yang berhubungan yaitu usia kehamilan, peritas, pekerjaan dan ada satu
yang tidak berhubungan yaitu umur ibu dengan kejadian ketuban pecah dini di
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan untuk peneliti selanjutnya,
diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan atau
sumber data untuk penelitian selanjutnya dan melakukan penelitian lebih lanjut
Maria agatha, sari, 2016. Hubungan Usia Kehamilan Dan Paritas Ibu
Bersalin Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini.
Bertitik tolak dari hal tersebut diatas maka penulis mencoba untuk
mengambil Asuhan kebidanan intra natal pada klien dengan kasus partus lama
dengan mengkaji dan memaparkannya lewat karya tulis ini guna mencari solusi
berhubungan dengan keadaan klien, baik yang bersumber dari perawatan klien
maupun dari sumber lain yang menunjang seperti status klien melalui rekam
medik.
partus kira- kira 280 (40 minggu dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Pada
umumnya ibu dengan preterm lebih, cenderung mengalami ketuban pecah dini
perbesaran dan usia uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Tetapi dari hasil uji
statistic yang telah dilakukan, diperoleh hasil ibu dengan usia kehamilan aterm
juga mengalami ketuban pecah dini. Hal ini dapat disebabkan oleh Faktor lain
seperti pola pekerjaan ibu hamil yang terlalu berat dapat berakibat pada kelelahan
dan akan menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah
dini.
selaput janin diatas os serviks internal yang memicu robekan, perdarahan dan
infeksi yang bisa menyebabkan KPD. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia
kehamilan aterm yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 226 (82,2%)
dapat dipengaruhi faktor lain yaitu pendidikan dimana ibu hamil yang
dicapai pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram. Berdasarkan
penelitian ini hasil analisis paritas terhadap kejadian KPD di dapatkan ibu yang
mengalami sebanyak 87 (31,6%) dengan total sebanyak 116 (42,2%) jumlah ini
sebanyak 20 (7,3%) dan paritas tidak beresiko yang tidak mengalami sebanyak
139 (50,5%) dengan total sebanyak 159 (57,8%) Dari hasil penelitian didapatkan
saat hamil, gangguan fisiologis seperti emosional dan kecemasan akan kehamilan.
(31,6%), ini berarti tidak selamanya paritas beresiko mengalami KPD, karena
dapat di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, semakin tinggi tingkat
Toxoid), makanan yang bergizi. Jadi ibu bisa mencegah sebelum terjadinya KPD
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari empat variabel yaitu usia kehamilan, paritas, umur ibu, pekerjaan
ada tiga variabel yang berhubungan yaitu usia kehamilan, peritas, pekerjaan dan
ada satu yang tidak berhubungan yaitu umur ibu dengan kejadian ketuban pecah
Saran
selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
masukan atau sumber data untuk penelitian selanjutnya dan melakukan penelitian
Jannah, 2018. Hubungan Antara Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Maria agatha, sari, 2016. Hubungan Usia Kehamilan Dan Paritas Ibu Bersalin
B. Waktu kehadiran
institusi
2. Sakit 1 hari ganti dinas 1 hari (harus ada surat keterangan Dokter)
ruangan
2. Menggunakan atribut :
Demikianlah buku pedoman ini disusun sebagai acuan dalam mencapai target