Anda di halaman 1dari 126

BUKU LOGBOOK PRAKTIK

PROFESI STASE PERSALINAN

IDENTITAS MAHASISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM PROFESI

Nama Mahasiswa : MUKARRAMAH EMBA


NIM : 2021102122
Tempat/ Tgl Lahir : PANGKEP/21 JANUARI 1983
No. HP : 081342179811
Email : mukarramahemba@gmail.com
Alamat : JL. A. MANDACINGI NO. 31 PANGEP

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI


PROGRAM PROFESI INSTITUT TEKNOLOGI
KESEHATAN DAN SAINS (ITKES)
MUHAMMADIYAH SIDRAP
2022/2023
SAMBUTAN
REKTOR ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

Dengan senantiasa memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT,

karena atas rahmat dan karuniaNya jualah maka Logbook Praktik Stase Persalinan

Program studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi ITKES Muhammadiyah

Sidenreng Rappang tahun 2022/2023 dapat diselesaikan.

Kami haturkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas kerjasama

dalam melaksanakan tugas – tugas ini dengan baik

Harapan kami dengan Kepada semua pihak yang telah berjasa dalam

penyusunan loogbook ini, sekali lagi diucapkan terima kasih. Dan marilah kita

berkomitmen untuk memajukan Pendidikan Tinggi ITKES Muhammadiyah

Sidrap dengan menjadi bagian penting dalam Peningkatan Sumber Daya Manusia

yang islami dan berkemajuan.

Pangkajene, 25 Muharram 1444 H


23 Agustus 2022 M

Rektor,

DR.Muhammad Tahir, SKM.,M. Kes


NBM. 1069207
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,

karena atas izin-Nya jualah maka Logbook Praktik Stase Persalinan.

Program studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi ITKES

Muhammadiyah Sidenreng Rappang tahun 2022 - 2023 dapat

diselesaikan.

Kami sadar bahwa apa yang terkandung dalam pedoman ini

belum tersaji dengan optimal, sehingga perlu kritik dan saran demi

tersempurnanya pedoman ini.

Jazakumullahu khairan

katsiran.

Fastabiqulkhaerat.

Sidrap, 23 Agustus 2022


Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Bidan ITKes Muhammadiyah
Sidrap

Wilda Rezki Pratiwi, S.ST.,


M. Kes NIDN : 0906129102
METODE BIMBINGAN EVALUASI
STASE Manaj
Laporan TOTAL
CBD BST TutorialK RefleksiK K JournalR OMP DOPS Mini C OSLER OSCE
(COC)
Keterampilan Dasar Praktik
Kebidanan 1 3 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 7

Asuhan Kebidanan pada Pra


1 2 0 1 0 2 1 0 1 0 0 2 10
Nikah dan Pra Konsepsi
Asuhan KebidananKehamilan
2 50 0 1 0 2 4 2 2 1 0 16 80
Asuhan KebidananPersalinan
1 23 1 1 0 1 5 2 2 1 0 2 39
Asuhan Kebidanan Bayi Baru
1 25 1 1 0 2 3 1 1 1 0 9 45
Lahir
Asuhan Kebidanan Nifas 1 60 1 1 0 2 5 2 2 1 0 20 95
Asuhan Kebidanan Pada
1 61 0 1 0 2 5 2 2 1 0 20 95
Bayi, Balita dan Anak Pra
Sekolah
Asuhan Keluarga Berencana
1 10 0 1 0 2 1 1 1 1 0 2 20
dan Pelayanan Kontrasepsi
Asuhan Pada Remaja dan
1 2 0 1 0 0 0 1 2 0 0 1 8
Perimenopause
Asuhan Kebidanan
0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2
berkelanjutan
Asuhan Kebidanan Komunitas
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
Manajemen Pelayanan
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
Kebidanan
TOTAL 10 236 3 8 4 13 24 15 13 6 0 76 405

4
STASE
IV
ASUHAN
KEBIDANAN
PERSALINAN
STASE IV
ASUHAN PERSALINAN

A. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Memberikan pengalaman belajar klinik pada mahasiswa dalam lingkup

asuhan kebidanan kepada ibu bersalin meliputi Persiapan persalinan

fisiologis Asuhan pada kala 1 persalinan, Konseling Persalinan , Asuhan

Persalinan Kala III, Kala IV fisiologi Kegawatdaruratan Maternal pada

persalinan

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada persalinan secara

holistic,komprehensif dan berkesinambunganyang di dukung

kemampuan berpikir kritis,rasionalisasi klinisdan reflektif

b. Mampu mengelolah pertolongan persalinan fisiologi atas tanggung

jawab sendiri

c. Mampu melakukan deteksi dini,konsultasi,kalaborasi dan

rujukan,didukung kemampuan berpikir kritis dan rasionalisasi

klinis sesuai lingkup asuhan kebidanan

d. Mampu melakukan penanganan awal kegawatdaruratan maternal

neonatal sesuai standar mutu yang berlaku

e. Mampu melakukan kemampuan manajemen pengelolah

pencegahan infeksi,pasien safety dan upaya bantuan hidup dasar

f. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan dan pelopor

pelayanan kebidanan sesuai kode etik profesi


g. Mampu melakukan KIE,promosi kesehatan dan konseling tentang

pandangan tentang persalinan sebagai profesi fisologi

h. Mampu melakukan upaya pemberdayaan perempuan sebagai mitra

untuk meningkatkan kesehatan perempuan,ibudananak,dan

antisipasi masalah,pencegahan komplokasi dan kegawatdaruratan.

i. Mampu membuat keputusan secara tepat dalam pelayanan

kebidanan berdasarkan pemikiran logis,kritis,inovatif sesuai

dengan kode etik


B. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN

Waktu Praktik : 3-10-2022 s/d 12-11-2022

Tempat : PUSKESMAS BOWONG CINDEA

Bagian : KAMAR BERSALIN

C. KOMPETENSI YANG INGIN DICAPAI

1. Asuhan dan pendekatan pada persalinan normal

2. Melakukan asuhan persiapan dan ketahanan emosi dalam persalinan

3. Mempertahankan kenyamanan dan manajemen nyeri

4. Perubahan psikologis selama persalinan dan dampaknya

5. promosi dan advokasi contohnya pada gentle dan active birth

6. Mempertahankan kenormalan persalinan (termasuk analisis pendekatan

gentle birth dan asuhan holistic dalam kehamilan)

7. Mendampingi ibu bersalin

8. Peran bidan sebagai pendamping dan pelindung dalam persalinan dan

kelahiran (advocate)

9. Asuhan sayang ibu dan pelayanan kebidanan yang responsive

10. Analisis intake/output

11. Status kesehatan ibu (chart review, keadaan umum)

12. Status kesehatan janin (chart review, pemantauan DJJ, amniotic fluid

evalution)

13. Dukungan pada persalinan

14. Status persalinan

15. Evaluasi aktivitas (posisi, nyeri, psikologi)


16. Penilaian kemajuan persalinan dengan partograf

17. dukungan pada ibu dan support system

18. Status kesehatan Ibu (keadaan umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik)

19. Status kesehatan janin (pemantauan kesehatan janin, amniotic fluid

evalution)

20. Status persalinan (pemeriksaan fisik)

21. nyeri/psikologis/ibu status

22. Manajemen dan administrasi obat yang digunakan dalam asuhan

persalinan

23. persiapan persalinan

24. menetukan posisi persalinan

25. keterampilan pertolongan persalinan normal

26. Risk assessment tools

27. keterampilan pertolongan persalinan sungsang

28. keterampilan pertolongan persalinan dengan ekstraksi vakum pada kepala

di dasar panggul pada kasus

29. Asuhan pada ibu bersalin dan bayi dengan kebutuhan kompleks

30. Patient safety pada asuhan persalinan dan bayi baru lahir

31. IMD

32. Mekanisme pelepasan plasenta

33. Kelahiran Plasenta

34. perubahan fisik pada postpartum dini

35. manajemen postpartum dini


36. Aspek emosi dan psikososial pada post partum dini

37. Kebutuhan pendidikan kesehatan health education pada psot partum dini

38. Keterampilan melakukan manualplasenta pada kasus retensio

plasenta

39. Keterampilan komunikasi efektif termasuk dalam pengkajian dan

dokumntasinya (contoh SBAR)

40. Lingkup praktek Bidan dalam asuhan persalinan dan BBL

41. Menilai penyebab dan manajemen trauma perineal

42. Pengendalian infeksi dan perawatan luka

43. Pembelajaran interprofessional dan bekerja interdisiplin, refleksi praktik

klinik, penurunan risiko dan promosi kesehatan pada persalinan dan BBL

44. manajemen postpartum dini

45. Aspek emosi dan psikososial pada post partum dini

46. Kebutuhan pendidikan kesehatan health education pada post partum dini

47. Keterampilan melakukan manual plasenta pada kasus retensio plasenta

48. Keterampilan komunikasi efektif termasuk dalam pengkajian dan

dokumentasinya (contoh SBAR)

49. Lingkup praktek Bidan dalam asuhan persalinan dan BBL

50. Menilai penyebab dan manajemen trauma perineal

51. Pengendalian infeksi dan perawatan luka

52. Pembelajaran interprofessional dan bekerja interdisiplin, refleksi praktik

klinik, penurunan risiko dan promosi kesehatan pada persalinan dan BBL

53. Deteksi Awal Kegawatdaruratan peralinan Kala I, II, III dan IV


54. Pencegahan Komplikasi

55. Penatalaksanaan awal asuhan Kegawatdaruratan persalinan Kala I, II, III

dan IV

56. Rujukan dan kolaborasi

D. TARGET
1. CBD 1

2. BST 23

3. Tutorial Klinik 1

4. Refleksi Kasus 1

5. Journal Reading 1

6. OMP 5

7. DOPS 2

8. Mini Cex 2

9. OSLER 1

10. Laporan Lengkap 2


E. PENILAIAN

CBD, BST, Tutorial Klinik, Refleksi Kasus, Journal Reading, OMP,DOPS,

Mini Cex, Osler dan Laporan Lengkap

No Target Tanggal Catatan Nilai


Stase Pelaksanaan
1. CBD 4 Oktober 2022 Mampu menjelaskan kasus persalinan
nor,al dengan baik, melakukan
penanganan persalinan
Muali kala I-IV dengan baik.
5 Oktober 2022 Mampu melakukan pemantauan vital sign
2. BST pada pasien inpartu secara baik dan
benar, dan melakukan pencatatan di buku
laporan.
6 Oktober 2022 Mampu melakukan penilain kemajuan
3. BST persalinan dengan memggunakan
partograph.

10 Oktober 2022 Mampu melakukan keterampilan


4. BST komunikasi yang efektif termasuk dalam
pengkajian dan pendokumentasian.

10 Oktober 2022 Mampu melakukan pengisian partograph


5. BST secara sistematis dan lengkap, mengisi
laporan jaga secara lengkap sesuai hasi
pemeriksaan pasien.
12 Oktober 2022 Mampu melakukan pemantauan dan
6. BST penanganan persalinan kala I secara
sistematis, dan melakukan
pendokumentasian.

17 Oktober 2022 Melakukan pemantauan dan penanganan


7. BST kemajuan persalinan dengan baik.

19 Oktober 2022 Mampu menerapkan asuhan sayang ibu


8. BST dan pelayanan kebidanan yang
responsive.

21 Oktober 2022 Mampu melalukan pertolongan


9. BST persalinan normal dengan 60 langkah
APN
21 Oktober 2022 Mampu memasang infus intravena
10. BST dengan baik dan benar.

24 Oktober 2022 Melakukan pengisian buku KIA secara


11. BST sistematis dan lengkap, mengisi buku
laporan jaga dengan lengkap sesuai hasi
pemeriksaan pasien.
24 Oktober 2022 Mampu melakukan manajemen aktif kala
12. BST III

25 Oktober Mampu melakukan asuhan dan


13. BST 2022 pendekatan pada persalinan normal.

25 Oktober Mampu melakukan persiapan dan dan


14. BST 2022 ketahanan emosi dalam persalinan.

26 Oktober 2022 Mampu melakukan penilaian kemajuan


15. BST persalinan dengan menggunakan
partograph.

1 November Mampu menilai status Kesehatan janin


16. BST 2022 (Pemantauan kesehatan janin, amniotic
fluid evaluation)

1 November Mampu menilai status kesehatan ibu


17. BST 2022 seperti ;
Keadaan umum pasien, Vital sign,
pemeriksaan fisik
2 November Mampu melaksanakan peran sebagai
18. BST 2022 pendamping dan pelindung dalam
persalinan dan kelahiran

2 November Melaksanakan asuhan sayang ibu dan


19. BST 2022 pelayanan kebidanan yang responsive

4 November Mampu melakukan pemeriksaan dalam


20. BST 2022 (VT) secara sistematis.
4 November Mampu melakukan manajemen post
21. BST 2022 partum dini.

7 November Mampu melakukan deteksi awal


22. BST 2022 kegawatdaruratan persalinan Kala I, II,
III, dan IV

7 November Mampu melakukan penatalaksanaan awal


23. BST 2022 asuhan kegawatdaruratan persalinan Kala
I, II, III, dan IV

9 November Mampu memberikan kebutuhan


24. BST 2022 Pendidikan Kesehatan health education
pada post partum dini.

25. Tutoria 2 November Mendiskusikan mengenai penangan kasus


l Klinik 2022 pasien inpartu kala I dengan
Preeklampsia ringan dengan memberikan
tablet Nifedipine 10 mg tiap 8 jam.
26. Refleks 7 November
i Kasus 2022

27. Journa 12 Oktober 2022 Membahas beberapa jurnal mengenai


l ketuban pecah dini dan menyimpulkan
Readin bahwa prosedur yang dilakukan di
g Puskesmas Bowong Cindea telah sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan.

28. OMP 10 Oktober 2022 Pada saaat menerima pasien dengan


kasus Preeklampsia Berat sebaiknya
diberikan penanganan awal sebelum
pasien di rujuk k rumah sakit.
Berkolaborasi dengan dokter untuk
pemasangan kateterisasi dan pemberian
obat MgSO4 40% sesuai dengan SOP

29. OMP 19 Oktober 2022 Melakukan penangan pada pasien yang


kelelahan dan membutuhkan pemasangan
infus intravena dan pemberian intake oral
yang adekuat. Seperti makanan yang
mengandung kalori tinggi.

30. OMP 26 Oktober 2022 Mampu melakukan deteksi awal pada


pasien inpartu dengan menggunakan
partograph untuk menilai kemajuan
persalinan. Dan keadaan bayi.
31 OMP 4 November Mampu memberikan edukasi kepada ibu
2022 dan keluarga saat melakukan
pendampingan persalinan. Sehingga
pasien kooperatif melakukan anjuran dan
dapat mengedan dengan baik.

32 OMP 4 November Pada saat menerima pasien dengan


2022 anemia dilakukan pemasangan infus
intavena dengan menggunakan abocath
18 untuk menjaga kemungkinan pasien
memerlukan transfuse darah.

33 DOPS 12 Oktober 2022 Mahasiswa mampu melaksanakan


penatalaksaanan pada penanganan pasien
dengan Preeklampsia TD = 150/100
mmHg.
Dengan pemberian Nifedipine 10 mg dan
pemberian MgSO4 40% serta
pemasangan kateter tetap.

34 DOPS 19 Oktober 2022 Mahasiswa mampu melaksanakan APN


60 langkah pada NY. J secara sistematis.

35 MINI 17 Oktober 2022 Dalam melakukan pelayanan pada pasien


CEX inpartu NY. S Mahasiswa mampu
memberikan pelayanan secara baik dan
professional.

36 MINI 2 Novemberr Dalam melakukan pelayanan pada pasien


CEX 2022 NY.B Mahasiswa mampu menerapkan
asuhan saying ibu pada pasien tersebut.

37 OSLER 19 November Mahasiswa mampu melakukan tindakan


2022 secara komprehensif pada pasien
persalinan Ny. N. Mampu mengkaji,
menganalisis dan memberikan tindakan
yang sesuai dengan keadaan psien
kemampuan kerja secara tehnis dan
sistematis telah dikuasai dengan baik.
38 Lapora 12 Oktober 2022 Secara keseluruhan kemampuan
n mahasiswa dalam melakukan pelayanan
Lengka pasien inpartu telah memenuhi kriteria
p bidan professional. Selama mengikuti
praktek telah bnyak melakukan
pelayanan secara komprehensif pada
pasien selama mengikuti praktek.

39 Lapora 10 Oktober 2022 Penilaian menyangkut keterampilan,


n kemampuan menganamnese, mengkaji
Lengka data focus yang menjadu kunci tindak
p lanjut dan untuk penegakan diagnose
pasien, telah difahami denga baik dan
telah dilakuakan secara baik selama
melakukan praktek.

a. Bed Side Teaching (BST)

No Jenis Identitas Tanggal Tanda Catatan


Keterampilan Pasien Tangan
Preceptor

1 Persalinan Ny.”S”/ 23 Thn 04 -10- Lahir spontan, PBK,


Normal Tn.”J” / 27 Thn 2022 aterem,
Kmp. Parang- Kala I ± 12 jam
parang Kala II ± 1 jam 10 menit
P2A0 Kala III ± 6 menit
Lahir dengan Kala IV 2 jam berlangsung
PBK, Spontan, normal
A/S: 8/10
BB : 3200 g
PB : 49 cm

2 Persalinan Ny.”A” / 24Thn 12 -10- Lahir spontan, PBK,


normal Tn.”S” / 27Thn 2022 aterem,
Kmp. Bulu Kala I ± 8 jam
Cindea Kala II ± 1 jam
P3A0 Kala III ± 7 menit
Lahir dengan Kala IV 2 jam berlangsung
PBK, Spontan, normal
A/S: 8/10
BB :2600 g
PB : 48 cm
3 Persalinan Ny.”H”/ 29 Thn 17 -10- Lahir spontan, PBK,
normal Tn.”R” / 35 Thn 2022 aterem,
Kmp. Talappasa Kala I ± 10 jam
P5A1 Kala II ± 1 jam
Lahir dengan Kala III ± 11 menit
PBK, Spontan, Kala IV 2 jam berlangsung
A/S: 8/10 normal
BB : 2900 g
PB : 50 cm

4 Persalinan Ny.”U”/ 33Thn 19-10- Lahir spontan, PBK,


normal Tn.”I” / 35Thn 2022 aterem,
Kmp. Bonto Kala I ± 7 jam
Rannu Kala II ± 1 jam 20 menit
P2A0 Kala III ± 9 menit
Lahir dengan Kala IV 2 jam berlangsung
PBK, Spontan, normal
A/S: 8/10
BB : 2850 g
PB : 50 cm

5 Persalinan Ny.”G”/ 33Thn 21 -10- Lahir spontan, PBK,


normal Tn.”R” / 35Thn 2022 aterem,
Kmp. Ujung Kala I ± 11 jam
P4A0 Kala II ± 1 jam 05 menit
Lahir dengan Kala III ± 10 menit
PBK, Spontan, Kala IV 2 jam berlangsung
A/S: 8/10 normal
BB : 3300 g
PB : 50 cm

6 Persalinan Ny.”F”/ 21Thn 24 -10- Lahir spontan, PBK,


normal Tn.”M”/ 35Thn 2022 aterem,
Kmp. Kala I ± 08 jam
Lempangeng Kala II ± 1 jam 20 menit
P1A0 Kala III ± 07 menit
Lahir dengan Kala IV 2 jam berlangsung
PBK, Spontan, normal
A/S: 8/10
BB : 2750 g
PB : 50 cm
7 Deteksi dini Ny. “H”/ 27 Thn 05 -10- Inpartu Kala I fase laten
komplikasi Tn. “M”/ 27 Thn 2022 dengan PEB T: 160/110
dan penyulit Kmp. Siang mmHg. Berikan
persalinan G2P0A1. Nifedipine 10 mg. lapor
Riwayat ANC dokter jaga persiapan
PEB rujukan.
Riwayat opname Infus NaCL 20 tts/i
d RS tgl 29
September 2022

8 Deteksi dini Ny. “S”/ 22 Thn 06 -10- Inpartu kala I fase laten
komplikasi Tn. “D”/ 30 Thn 2022 his lemah. VT pembukaan
dan penyulit Kmp. Jollo 1cm ketuban merembes,
persalinan G1P0A0. sejak tadi malam.
Lapor dokter jaga rencana
rujuk karena berpotensi
KPD.

9 Deteksi dini Ny. “A”/ 34 Thn 10 -10- Inpartu kala 1 dengan


komplikasi Tn. “K”/ 37 Thn 2022 denyut jantung janin
dan penyulit Kmp. Bulu cindea Takikardi 165x/menit.
persalinan G1P0A0. Lapor dokter jaga rencana
rujuk karena gawat janin.

10 Persalinan Ny.”F”/ 29 Thn 12 -10- Telah dilakukan


Patologi Tn.”M”/ 31Thn 2022 manajemen aktif kala III,
Kmp. Baru terjadi perdarahan 500cc.
P5A0 Dilakukan penanganan
Lahir dengan PPH dengan melakukan
PBK, Spontan, KBI dan KBE. Sampai
A/S: 8/10 kontrasi teraba keras.
BB : 3800 g Memasang kateter tetap.
PB : 50 cm Memasang infus RL +
drip Oxytosin 10iu 28
tts/menit
Observasi perdarahan
sambal menyiapkan
rujukan.
11 Persalinan Ny.”S”/ 32 Thn 17 -10- Inpartu kala III dengan
Patologi Tn.”A ”/35 Thn 2022 retensio placenta telah
Kmp. Ujung dilakukan manajemen
P3A0 aktif kala III. Lapor dokter
Lahir dengan jaga. Persiapan pasien
PBK, Spontan, untuk di rujuk.
A/S: 7/10 Memasang infus RL +
BB : 3200g drip Oxytosin
PB : 51cm

12 Partograf Ny.”E”/27 Thn 19 -10- Inpartu kala I fase aktif


Tn.”H”/34 Thn 2022 dengan Djj tachicardi
Kmp. Baru 169x/i, Pembukaan 5 cm.
G3P2A0 berikan oxygen pada ibu 3
liter/menit sesuai instruksi
dokter jaga. Observasi
kondisi ibu dan janin
lakukan rujukan k RS.

13 Partograf Ny.”S”/ 32 Thn 24 -10- Inpartu kala I fase aktif


Tn.”N”/35 Thn 2022 memanjang. Partograf
Kmp. Ujung melewati garis waspada,
P3A0 His tdk adekuat, Ketuban
Lahir dengan pecah spontan 6 jam yang
PBK, Spontan, lalu. Berpotensi KPD
A/S: 7/10 Lapor dokter jaga rencana
BB : 3200g rujuk ke RS
PB : 51cm

14 Partograf Ny.”J”/ 34 Thn 04 -10- Partograf melewati garis


Tn.”A”/ 35 Thn 2022 waspada. Pada saat inpartu
Kmp. kala I fase aktif
Leppangeng memanjang. His tdk
G4P2A1 adekuat. Pembukaan tdk
mengalami kemajuan
sejak 1 jam yang lalu.
Advice dari dokter jaga
agar pasien di rujuk k RS
15 Partograf Ny.”C”/ 34 Thn 05 -10- Inpartu kala I fase aktif
Tn.”S”/ 40 Thn 2022 dengan Djj tachicardi
Kmp. Biring 169x/i, Pembukaan 6 cm.
Kassi berikan oxygen pada ibu 3
G4P2A1 liter/menit sesuai instruksi
dokter jaga. Observasi
kondisi ibu dan janin
lakukan rujukan k RS

16 Partograf Ny.”I”/ 21 Thn 06 -10- Partograf melewati garis


Tn.”K”/ 30 Thn 2022 waspada. Pada saat inpartu
Kmp. Bujung kala I fase aktif
Tangaya memanjang. His tdk
G1P0A0 adekuat. Pembukaan tdk
mengalami kemajuan
sejak 1 jam yang lalu.
Advice dari dokter jaga
agar pasien di rujuk k RS

17 Teknik Ny.”D”/ 24 Thn 10 -10- Melakukan penyuntikan


Pengurangan Tn.”G”/ 32 Thn 2022 Lidocain 1% sebelum
Nyeri Kmp. melakukan hetting ruptur
Lempangeng perineum tingkat 3
P2A0
Lahir dengan
PBK, Spontan,
A/S: 8/10
BB : 3200g
PB : 51cm

18 Teknik Ny.”M”/ 31 Thn 12 -10- Mengajarkan tehnik


Pengurangan Tn.”J”/ 32 Thn 2022 relaksasi ibu dengan
Nyeri Kmp. Bowong menarik nafas pelan dan
Cindea dalam, dan
P4A1 menghenuskskannya
Lahir dengan melalui mulut, secara terus
PBK, Spontan, menrus saat his dirasakan,
A/S: 8/10
BB : 2500 g
PB : 48 1cm
19 Teknik Ny.”S”/ 28 Thn 04 -10- Mengajarkan ibu untuk
Pengurangan Tn.”K”/ 27 Thn 2022 berjalan jalan di sekitar
Nyeri Kmp.Bulu Cindea tempat tidur dan ruangan
P4A0 kamar bersalin saat jedah
Lahir dengan his, untuk membantu
PBK, Spontan, mempercepat penurunan
A/S: 8/10 kepala, hingga proses
BB : 2750 g persalinan dapat di lalui
PB : 48 cm lebih singkat dengan
metode yang benat

20 Teknik Ny.”A”/ 23 Thn 12 -10- Mengajarkan keluarga


Pengurangan Tn.”G”/ 28 Thn 2022 melakukan massasge
Nyeri Kmp. Majennang punggung ibu saat his
P2A1 muncul, dan
Lahir dengan menganjurkan ibu untuk
PBK, Spontan, relasasi dengan menarik
A/S: 8/10 nafas.
BB : 3200g
PB : 51cm

21 Teknik Ny.”W”/ 33 Thn 02 -11- Mengajarkan tehnik


Pengurangan Tn.”E”/ 34 Thn 2022 relaksasi ibu dengan
Nyeri Kmp. Bontoa menarik nafas pelan dan
P3A0 dalam, dan
Lahir dengan menghenuskskannya
PBK, Spontan, melalui mulut, secara terus
A/S: 8/10 menrus saat his dirasakan,
BB : 2900g tidak melakukan metode
PB : 50cm yang keliru yang dapat
menambah kondisi
nyerinya

22 Penjahitan Ny.”D”/ 26 Thn 04 -11- Melakukan penjahitan


Perineum Tn.”G”/ 28 Thn 2022 dengan tehnik jelujur di
Kmp. Taraweang daerah dasar panggul.
P1A0
Lahir dengan
PBK, Spontan,
A/S: 8/10
BB : 2400g
PB : 48cm

23 Penjahitan Ny.”A”/ 24 Thn 04 -10- Melakukan penjahitan


Perineum Tn.”F”/ 32 Thn 2022 ruptur perinuem tingkat 2
Kmp. Bowong di lokasi arah jam 7 dan
Cindea jam 9. Dengan terlebih
P4A1 dahulu menyutinkkan
Lahir dengan lidocaine 1%
PBK, Spontan,
A/S: 7/10
BB : 3100g
PB : 51cm
C. OMP

No Tanda
Jenis Identitas Pasien Tanggal Tangan Catatan
Keterampilan Preceptor
1 Penyuntikan Ny.”W”/84Thn 4-10- 2022 Melakukan
Oxytosin Tn.”D”/30 Thn penyuntikan oxytosin
Kmp. Bulu 10 unit IM pada 1/3
Cindea paha atas bagian
distal.
Lahir dengan
PBK, Spontan,
A/S: 7/10
BB : 3400g
PB : 51cm

2 Penjahitan Ruptur Ny.”A”/23Thn 05 -10- Melakukan penjahitan


Perineum Tn.”S”/ 31 Thn 2022 rupture perineum TK
Kmp. Sekoa 2. Dengan
P1A0 menyuntikkan
Lahir dengan lidocaine 1 % terlebih
PBK, Spontan, dahulu
A/S:87/10
BB : 3100g
PB : 50cm

3 Pemasangan Infus Ny.”L” 20 Thn 10 -10- Melakukan


intavena Tn.”F”/22 Thn 2022 pemasangan infus
Kmp. Parang intavena pada ibu post
parang partum dengan anemia
P3A1 Hb = 9,5 g/dl
A/S: 7/10
BB : 2500g
PB : 48 cm

4 Resusitasi Cairan Ny.”A”/ 24 17 -10- Kolaborasi dengan


Thn 2022 dokter dengan
Tn.”F”/ 32 Thn melakukan
Kmp. Bowong pemasangan infus IV
Cindea dan pemasangan
G5P4A0 oxygen untuk
dengan gawat memastikan ibu
janin mendapat pasokan
oxygen yang cukup.
5 Ny.”K”/26 Thn 26 -10-
Tn.”T”/36 Thn 2022
Kmpung Baru
P4A1
Lahir dengan
PBK, Spontan,
A/S: 8/10
BB : 3700g
PB : 51cm
LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)
STASE PERSALINAN
ASUHAN KEBIDANAN INTERNAL CARE PADA NY “ K “
DENGAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL
DI RUANGAN BERSALIN RAWAT INAP
PUSKESMAS BOWONG CINDEA KAB PANGKEP
TAHUN AKADEMIK 2022 - 2023

Preseptor Pembimbing Pendidikan : Reski Dyevi Akib, S.ST,M.Keb

Disusun Oleh :
MUKARRAMAH EMBA
NIM 2021102122

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN CASE BASED
DISCUSSION (CBD) STASE PERSALINAN
ASUHAN KEBIDANAN INTERNAL CARE PADA NY “S”
DENGAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI RUANGAN
BERSALIN RAWAT INAP PUSKESMAS
BOWONG CINDEA KAB PANGKEP

TAHUN AKADEMIK 2022 -2023

Tempat, Tanggal ………..

Preseptor Institusi Preseptor Lahan Mahasiswa


TTD TTD TTD

Reski Dyevi Akib S.ST, M.Keb Asmawati, S.Tr.Keb Mukarramah Emba


NIDN : 0917079403 NIP : 197405022003 Nim : 2021102122
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan kesejahteraan

masyarakat di suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya

kematian ibu selama kehamilan, persalinan dan nifas atau pengelolaannya dan

bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau jatuh, disetiap 100.000

kelahiran hidup (KH). Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian

bayi usia dibawah satu tahun dari setiap 1.000 kelahiran hidup (KH). AKI di

Indonesia hingga tahun 2019 dilaporkan masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000

kelahiran hidup, lebih tinggi dari target Sustainable Development Goals (SDGs)

yakni kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup (Susiana. Sali, 2019). Hasil

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 dilaporkan AKB

di Indonesia masih tetap tinggi yaitu 24 per 1.000 kelahiran hidup (KH), namun

target yang diharapkan dapat menurunkan AKB menjadi 16 per 1.000 kelahiran

hidup di tahun 2024 (Kemenkes RI, 2020c).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup

dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologis yang

memungkinkan perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya

melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa

komplikasi baik ibu maupun janin (Nurul Jannah, 2017: 1).


Persalinan normal juga dapat dikatakan sebagai suatu fenomena alam

yang mengarah pada penciptaan kehidupan baru, hal tersebut merupakan momen

paling menyentuh dan spesial dalam kehidupan seorang wanita dan merupakan

pengalaman unik yang bisa mereka dapatkan dan pada persalinan normal ini

seorang ibu dilatih untuk menghilangkan rasa takut dan kegelisahannya dalam

menghadapi persalinannya (Eun-Young Choi, dkk, 2015: 233).

Persalinan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia dimana angka kematian ibu bersalin yang cukup tinggi. Keadaan ini

disertai dengan komplikasi yang mungkin saja timbul selama persalinan, sehingga

memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam bidang kesehatan,

meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menurunkan angka kematian,

kesakitan ibu dan perinatal. Persalinan sampai saat ini masih merupakan masalah

dalam pelayanan kesehatan.

Hal ini diakibatkan pelaksanaan dan pemantauan yang kurang maksimal

dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut

pada komplikasi (Atika Purwandari, dkk, 2014: 47).

Asuhan persalinan normal ini bertujuan untuk menjaga kelangsungan dan

memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui upaya

yang terintegritas dan lengkap tetapi dengan intervensi, sehingga setiap intervensi

yang akan di aplikasikan dalam asuhan persalinan normal mempunyai alasan dan

bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan

keberhasilan proses persalinan. Asuhan persalinan memegang kendali penting

pada ibu karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinannya,
membuat ibu lebih yakin untuk menjalani hal tersebut serta untuk mendeteksi

komplikasi yang mungkin terjadi dan ketidaknormalan dalam proses persalinan

(Aat Agustini, dkk, 2012: 2).

Maka untuk melaksanakan standar Asuhan Persalinan Normal (APN)

diperlukan pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat memberikan pelayanan

yang sesuai dengan standar yang ada, salah satunya upaya yaitu perlunya bidan

mengikuti pelatihan APN terutama yang belum pernah mengikuti. Hubungan

antara kompetensi bidan berdasarkan sikap dengan pelaksanaan Asuhan

Persalinan Normal (APN) juga dapat mempengaruhi dimana sikap bidan yang

kurang mendukung dapat menyebabkan kurangnya kepatuhan bidan dalam

pelaksaan asuhan persalinan normal yang dilakukan. Sikap bidan terhadap asuhan

persalina normal (APN) yaitu dibuktikan dengan adanya tindakan yang sesuai saat

persalinan berdasarkan 58 langkah asuhan persalinan normal yang merupakan

salah satu faktor keberhasilan bidan dalam menyelamatkan ibu dan bayi dimasa

kritis yaitu masa persalinan dan nifas. Maka upaya untuk meningkatkan kualitas

pelaksanaan APN dapat dapat dilakukan instansi kesehatan dengan menumbuhkan

sikap bidan yang mendukung terhadap pelaksaan APN melalui kegiatan seminar,

pelatihan dan pengawasan (Suyanti, 2015)

2. Tujuan

Dilaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny ”K” Gestasi 38-

40 Minggu dengan Asuhan Persalinan Normal di Puskesmas Bowong Cindea.


B. TINJAUAN TEORI (BerdasarkanEvidance Based Midwifery/EBM)

1. Evidance Based Midwifery (Practise)

Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita

sering mendengar tentang Evidence based. Evidence based artinya berdasarkan

bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua

harus berdasarkan bukti. Bukti inipun tidak sekedar bukti tapi bukti ilmiah terkini

yang bias dipertanggung jawabkan.

Suatu istilah yang luas yang digunakan dalam proses pemberian

informasi berdasarkan bukti dari penelitian (Gray, 1997). Jadi, evidence based

midwifery adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan bukti dari

penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Praktek kebidanan sekarang lebih

didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari

para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya

kini tidak dianjurkan lagi.

Tidak semua EBM dapat langsung diaplikasikan oleh semua professional

kebidanan di dunia. Oleh karena itu bukti ilmiah tersebut harus ditelaah terlebih

dahulu, mempertimbangkan manfaat dan kerugian serta kondisi setempat seperti

budaya, kebijakan dan lain sebagainya.

EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada

praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai

penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka

terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan transparan,

sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan
dan penelitian lebih lanjut.

2. Asuhan Persalinan Normal

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik

pada ibu maupun pada janin (Saifuddin,10)

Sedangkan persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang

dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian

selama proses persalinan . Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi

belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap.

Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.

Di dalam asuhan persalinan terdapat 5 (lima) aspek disebut juga sebagai

5 (lima) benang merah yang perlu mendapatkan perhatian, ke 5 aspek tersebut

yaitu:

1.     Aspek Pemecahan Masalah yang diperlukan untuk menentukan Pengambilan

Keputusan   Klinik (Clinical Decision Making).

2.      Aspek Sayang Ibu yang Berarti sayang Bayi

3.      Aspek Pencegahan Infeksi

4.      Aspek Pencatatan (Dokumentasi)

5.      Aspek Rujukan

Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan

membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam

penatalaksanaan. ( saifudin, abdul bari. 2002).


Partograf adalah alat bantu yang di gunakan selama fase aktif persalinan

( depkes RI, 2004). Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu

dan bayinnya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu juga

mecegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.

Mencatat temuan pada partograf

a). Kala I (pembukaan)

Menurut Rohani dkk (2011) inpartu ditandai dengan keluarnya lendir

bercampur darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari

pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran

ketika serviks mendatar dan membuka. Kala I adalah kala pembukaan yang

berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap).

Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks

membuka sampai 3 cm dan aktif (7 jam) dimana serviks membuka antara 3-10

cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif. Pada pemulaan his,

kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient (ibu yang

sedang bersalin) masih dapat berjalan-jalan. Lama kala I untuk primigravida

berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam.

Berdasarkan Kunve Friedman, diperhitungkan pembukaan multigravida 2

cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat

diperkirakan (Sulasetyawati dan Nugraheny, 2010, hlm. 7).

Menurut Friedmen, fase percepatan memulai fase persalinan dan

mengarah ke fase lengkung maksimal adalah waktu ketika pembukaan serviks

terjadi paling cepat dan meningkat dari tiga sampai empat sentimeter sampai
sekitar 8 sentimeter. Pada kondisi normal kecepatan pembukaan konstanta, rata-

rata tiga sentimeter per jam, dengan kecepatan maksimal tidak lebih dari 1,2

sentimeter per jam pada nulipara. Pada multipara, kecepatan rata-rata pembukaan

selama fase lengkung maksimal 5,7 sentimeter per jam.

Fase perlambatan adalah fase aktif. Selama waktu ini, kecepatan

pembukaan melambat dan serviks mencapai pembukaan 8 sampai 10 sentimeter

sementara penurunan mencapai kecepatan maksimum penurunan rata-rata

nulipara adalah 1,6 sentimeter per jam dan normalnya paling sedikit 1,0

sentimeter per jam. Pada multipara, kecepatan penurunan rata-rata 5,4 sentimeter

per jam, dengan kecepatan minimal 2,1 sentimeter per jam (Varney, 2004, hlm.

679).

 Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010, hal. 75) asuhan-asuhan kebidanan

pada kala I yaitu:

 Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan partograf; 

 Pemantauan terus-menerus vital sign; 

 Pemantauan terus menerus terhadap keadaan bayi; 

 Pemberian hidrasi bagi pasien; 

 Menganjurkan dan membantu pasien dalam upaya perubahan posisi dan

ambulansi; 

 Mengupayakan tindakan yang membuat pasien nyaman; 

 Memfasilitasi dukungan keluarga.  


b). Kala II (pengeluaran janin)

Kala II mulai bila pembukaan serviks lengkap. Umumnya pada akhir kala

I atau pembukaan kala II dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul,

ketuban pecah sendiri.Bila ketuban belum pecah, ketuban harus dipecahkan.

Kadang-kadang pada permulaan kala II wanita tersebut mau muntah atau muntah

disertai rasa ingin mengedan kuat.

His akan lebih timbul sering dan merupakan tenaga pendorong janin

pula. Di samping itu his, wanita tersebut harus dipimpin meneran pada waktu ada

his. Di luar ada his denyut jantung janin harus diawasi (Wiknjosastro, 1999,

hlm.194).

Menurut Wiknjosastro (2008, hlm.77) gejala dan tanda kala II persalinan

adalah:

 Ibu merasa ingin meneran bersamaan adanya kontraksi; 

 Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya; 

 Vulva-vagina dan sfingter ani membuka; 

 Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah. 

 Penatalaksanaan Fisiologis Kala II 

Penatalaksanaan didasarkan pada prinsip bahwa kala II merupakan

peristiwa normal yang diakhiri dengan kelahiran normal tanpa adanya


intervensi.Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu meneran sesuai dorongan

alamiahnya dan beristirahat di antara dua kontraksi. Jika menginginkan, ibu dapat

mengubah posisinya, biarkan ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan

proses kelahiran berlangsung. Ibu akan meneran tanpa henti selama 10 detik atau

lebih, tiga sampai empat kali perkontraksi (Sagady, 1995).

Meneran dengan cara ini dikenal sebagai meneran dengan tenggorokan

terkatup atau valsava manuver. Meneran dengan cara ini berhubungan dengan

kejadian menurunnya DJJ dan rendahnya APGAR.

 Asuhan Kala II Persalinan 

Menurut Rohani dkk (2011, hlm. 150) asuhan kala II persalinan

merupakan kelanjutan tanggung jawab bidan pada waktu pelaksanaan asuhan kala

I persalinan, yaitu sebagai berikut:

 Evaluasi kontinu kesejahteraan ibu; 

 Evaluasi kontinu kesejahteraan janin; 

 Evaluasi kontinu kemajuan persalinan; 

 Perawatan tubuh wanita; 

 Asuhan pendukung wanita dan orang terdekatnya beserta keluarga; 

 Persiapan persalinan; 

 Penatalaksanaan kelahiran; 

 Pembuatan keputusan untuk penatalaksanaan kala II persalinan. 


c). Kala III

Partus kala III disebut pula kala uri. Kala III ini, seperti dijelaskan tidak

kalah pentingnya dengan kala I dan II. Kelainan dalam memimpin kala III dapat

mengakibatkan kematian karena perdarahan. Kala uri dimulai sejak dimulai sejak

bayi lahir lengkap sampai plasenta lahir lengkap.

Terdapat dua tingkat pada kelahiran plasenta yaitu: 1) melepasnya

plasenta dari implantasi pada dinding uterus; 2) pengeluaran plasenta dari kavum

uteri (Wiknjosastro, 1999, hlm. 198).

 Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010, hlm. 8) lepasnya plasenta sudah

dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut: 

 Uterus mulai membentuk bundar

 Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah Rahim; 

 Tali pusat bertambah panjang; 

 Terjadi perdarahan. 

 Perubahan Fisiologis Kala III 

Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan berkurangnya ukuran

rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga

uterus ini menyebabkan implantasi plasenta karena tempat implantasi menjadi


semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah.

Oleh karena itu plasenta akan menekuk, menebal, kemudian terlepas dari

dinding uterus. Setelah lepass, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau

bagian atas vagina (Rohani dkk, 2011, hlm. 8).

 Penatalaksanaan Fisiologis Kala III 

Penatalaksanaan aktif didefinisikan sebagai pemberian oksitosin segera

setelah lahir bahu anterior, mengklem tali pusat segera setelah pelahiran bayi,

menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk pelahiran plasenta (Varney, 2007,

hlm. 827). 

Menurut Wiknjosastro (2008) langkah pertama penatalaksanaan kala III

pelepasan plasenta adalah: 

 Mengevaluasi kemajuan persalinan dan kondisi ibu.

 Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva, satu tangan

ditempatkan di abdomen ibu untuk merasakan, tanpa melakukan masase. Bila

plasenta belum lepas tunggu hingga uterus bekontraksi. 

 Apabila uterus bekontraksi maka tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan

tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri

bergerak ke atas menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan. 

 Setelah plasenta lepas anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong

keluar melalui introitus vagina. 

 Lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang

plasenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah penampung.

 Karena selaput ketuban mudah sobek, pegang plasenta dengan keua tangan
dan secara lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terilinmenjadi satu.

Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan

selaput ketuban. 

 Asuhan Persalinan Kala III 

 Memberikan pujian kepada pasien atas keberhasilannya;

 Lakukan manajemen aktif kala III; 

 Pantau kontraksi uterus; 

 Berikan dukungan mental pada pasien; 

 Berika informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh pasien dan

pendamping agar proses pelahiran plasenta lancer; 

 Jaga kenyamanan pasien dengan menjaga kebersihan tubuh bagian bawah

(perineum) 

d). Kala IV

Setelah plasenta lahir lakukan rangsangan taktil (masase uterus) yang

bertujuan untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.Lakukan evaluasi

tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat

sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah

pusat. Kemudian perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan periksa


kemungkinan perdarahan dari robekan perineum.

Lakukan evaluasi keadaan umum ibu dan dokumentasikan semua asuhan

dan temuan selama persalinan kala IV (Wiknjosastro, 2008, hlm. 110). 

Menurut Sulisetyawati dan Nugraheny (2010) kala IV mulai dari lahirnya

plasenta selama 1-2 jam. Kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan

pascapersalinan, paling sering terjadi 2 jam pertama. 

 Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut: 

 Tingkat kesadaran pasien

 Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan. 

 Kontraksi uterus 

 Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya

tidak melebihi 400-500 cc.  

 Asuhan Kala IV Persalinan 

Menurut Rohani dkk (2011, hlm. 234) secara umum asuhan kala IV

persalinan adalah: 

 Pemeriksaan fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit

jam ke 2. Jika kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus sampai menjadi

keras. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan tiap 15

menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam ke 2. 

 Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi. 

 Bersihkan perineum dan kenakan pakaian yang bersih dan kering. 

 Biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan bayinya,

bantu ibu posisi yang nyaman. 


 Biarkan bayi didekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi. 

 Bayi sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat tepat untuk

memberikan ASI 

 Pastikan ibu sudah buang air kecil tiga jam pascapersalinan. 

 Anjurkan ibu dan keluarga mengenal bagaimana memeriksa fundus dan

menimbulkan kontraksi serta tanda-tanda bahaya ibu dan bayi

E. DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Kala I Fase Aktif

a. DATASUBJEKTIF

1. Biodata

Nama ibu : Ny. K Nama Suami : Tn. J

Umur : 24 tahun Umur : 27 tahun

Suku : Bugis Suku : Bugis

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Bulu Cindea

2. Keluhan Utama : Ibu mengeluh nyeri peru tembus kebelakang dan

mengeluarkan lender bercampur darah mulai tanggal 18-10-2022 jam 11.45

WIB. Gerakan janin aktif.


3. Riwayat Perkawinan

Menikah ke 1

Nikah Umur : 24 Tahun

4. Riwayat Menstruasi

Menarche : 17 tahun

Lama : 6-7 hari

Banyak : 2-3x ganti pembalut/hari

Siklus : 28 hari

Teratur atau tidak : teratur

FlourAlbus : -

Disminore : -

5. Riwayat Hamil Sekarang

HPHT : 24-01-2022

HPL : 31-10-2022

Gerakan janin pertama kali dirasakan : usia 16 minggu pertama

Hamil Muda : ( √ ) Mual ( √ ) Muntah

( - ) Perdarahan ( - ) Lain-lain

Hamil Tua : ( - ) Pusing ( - ) Sakit kepala

( - ) Perdarahan ( - ) Lain-lain

a) Trimester I

Pada trimester I ibu mengatakan mual, ibu dianjurkan untuk tetap makan sedikit

tapi sering, terapi oral diberikan, vit. B6 dan BC.


b) Trimester II

Pada trimester II ibu mengeluh karena janinnya sungsang. Ibu dianjurkan untuk

istirahat,menungging atau sujud seperti orang sholat. terapi oral yang diberikan

: vitamin, tablet Fe dan calcium.

c) TrimesterIII

Pada trimester III ibu mengatakan posisi janin sudah normal. Ibu dianjurkan

mencukupi nutrisi agar berat janin tetap stabil.

6. Riwayat PeriksaANC

a) TM I : 1 kali

b) TM II : 2 kali

c) TM III : 2 kali

7. Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas, dan KB yang lalu (-)

8. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga.

( - ) Kanker ( - ) Penyakit Hati

( - ) Hipertensi ( - ) Diabetes Militus

( - ) Penyakit Ginjal ( - ) Penyakit Jiwa

( - ) Kelainan Bawaan ( - ) Hamil Kembar

( - )Tuberculosis (TBC) ( - ) Epilepsi ( - ) Alergi

9. Riwayat Ginekology

( - ) Infertilitas ( - ) InfeksiVirus ( - ) PMS

( - ) Cervisitis Cronis ( - ) Endometriosis ( - ) Myoma

( - ) Polip Serviks ( - ) Kanker Kandungan

( - ) Pemerkosaan ( - ) Operasi Kandungan


10. Riwayat Psikologi

Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini:

Social support dari : ( √) Suami ( √ ) Orangtua

( √) Mertua ( √ ) Keluarga

11. Pola kebiasaansehari-hari

a) Pola Nutrisi : Ibu mengatakan setelah hamil trimester III ini nafsu makan

sama seperti sebelum hamil ± 3x sehari dengan porsi nasi dan lauk.

Minum ± 8 gelas/hari.

b) Pola Eliminasi : Ibu mengatakan BAB 1x sehari , BAK 6-8x sehari dan

tidak ada masalah eliminasi selama kehamilan.

c) Pola istirahat : Ibu mengatakan tidur siang 1 jam, dan tidur malam 7-8

jam.

d) Pola aktivitas : Ibu mengatakan hanya mengerjakan pekerjaan rumah,

dan terkadang berjalan-jalan di pagi hari dan sujud-sujud di waktu selesai

sholat.

e) Pola personal hygine : ibu mengatakan mandi 2x sehari dan mengganti

celana dalam 4x sehari.

f) Polake biasaan: Ibu mengatakan sebelum hamil tidak pernah merokok,

meminum-minuman keras,mengkonsumsi jamu, dan tidak pernah pijat

perut.
b. DATA SUBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 110/80 mmHg

Nadi : 80 X/menit

Suhu : 37oC

RR : 22 X/menit

TB : 153 cm

BB : BB sebelum hamil : 40 kg

BB saat hamil : 65 kg

LILA : 30 cm

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Muka : tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum

Mata : konjungtiva merah muda,skelra tidak ikterik

Mulut : bibir lembab, tidak ada stomatitis

Leher : tidak terlihat pembesaran kelenjar tyroid, tidak terlihat bendungan vena

jugularis

Payudara : bersih, puting susu menonjol, aerola hiperpigmentasi

Abdomen : terlihat pembesaran, tampak linea nigra

Ekstremitas :

Atas : tidak oedema, pergerakan bebas


Bawah : tidak oedema, tidak varises,pergerakan bebas

b. Palpasi

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe, tidak teraba bendungan

vena jugularis

Payudara : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan, ASI belum

keluar

Abdomen

Leopold I : Teraba bulat, lunak tidak melenting

(bokong)

Leopold II : Puka : teraba panjang keras seperti papan

(punggung)

Puki : teraba bagian-bagian kecil

(ekstermitas)

Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting (kepala)

Leopold IV : Divergen, 3/5

TFU : 33 cm

TBJ : (33-12 (kepala sudah masuk

PAP)) x 155 = 3,255 gram

c. Auskultasi

Abdomen : DJJ :135 x/menit, kontraksi 3x 10’20”.

d. Perkusi

Ekstremitas : Reflek patella +/+

Pemeriksaan Dalam
Dilakukan oleh : Bidan

Jam : 03.30 WIB

1) Vulva vagina : lendir (+), lendir darah(+)

2) Serviks : lunak

3) Pembukaan : 6 cm

4) Efficement : 75%

5) Ketuban : utuh

6) Bag.Terdahulu : kepala

7) Bag.Terendah : Ubun-ubun kecil di jam 1

8) Penurunan : Hodge II

9) Molase : 0. tidak teraba molase

10) Ada/tidak bagian terkecil : tidak ada bagian terkecil di samping bagian

terendah

3. Pemeriksaan Penunjang

Hemoglobin : 12 g/dL Golongan Darah : B+

USG : Posisi janin baik

Glukosa urine : Negatif

Protein urine : Negatif

Hepatitis B : Non Reaktif

HIV : Non Reaktif

Syifilis : Non Reaktif


c. ASSESMENT

G2P1A0 Usia Kehamilan 41 minggu inpartu kala I fase aktif dengan kehamilan

normal

d. PENATALAKSANAAN

Hari/tanggal : Rabu 18-10-2022 Jam : 11.30 WIB

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu sudah

pembukaan 6 cm, keadaan ibu dan janin baik.

2. Memposisikan ibu dengan nyaman

3. Inform Consent pertolongan persalinan

4. Mengobservasi TTV, kontraksi, pengeluaran pervaginam, DJJ

5. Memfasilitasi kebutuhan nutrisi cairan

6. Memfasilitasi tempat persalinan yang nyaman

7. Menyiapkan tempat, alat, obat, penolong dan pendamping (suami/keluarga)

8. Siagakan pertolongan persalinan

9. Evaluasi kemajuan pembukaan 4 jam lagi atau bila ada indikasi

3.2.2 Kala II

Hari/tanggal : Rabu 19-10-2022 Jam : 13.30 WIB

a. DATA SUBJEKTIF

Ibu mengatakan ada rasa seperti ingin buang air besar dan ada dorongan ingin

meneran.

b. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80 X/menit

Suhu : 37,8oC

TB : 153 cm

BB : BB sebelum hamil : 40 kg

BB saat hamil : 65 kg

LILA : 30 cm

Konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik.

DJJ :139 x/menit, kontraksi 4x 10’35”.

Pemeriksaan dalam

Dilakukan oleh : Bidan

Jam : 07.30 WIB

1. Vulva vagina : lendir (+), lendir darah(+)

2. Serviks : lunak

3. Pembukaan : 10cm

4. Efficement : 100%

5. Ketuban : utuh

6. Bag.Terdahulu : kepala

7. Bag.Terendah : Ubun-ubun kecil

8. Hodge : III-IV

9. Molase 0

10. Ada/tidak bagianterkecil : tidak ada bagian terkecil disamping bagian


terendah

c. ASSESMENT

G2P1A0 usia kehamilan 41 minggu inpartu kala II dengan kehamilan Normal

d. PENATALAKSANAA

Hari/tanggal : Rabu 19-10-2022 Waktu :12.30 WIB

1. Memastikan tanda gejala kala II

2. Memastikan kelengkapan alat

3. Memakai APD

4. Mencuci tangan 6 langkah

5. Memakai sarung tangan DTT

6. Memasukkan oksitosin ke dalam spuit

7. Melakukan vulva hygiene dengan kapas DTT

8. Memastikan pembukaan lengkap

9. Mencelupkan sarung tangan ke larutan klorin 0,5%

10. Memeriksa DJJ saat tidak ada kontraksi (139x/menit)

11. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap

12. Memberitahu keluarga untuk membantu menyiapkan ibu pada posisi yang

nyaman

13. Membantu bimbingan meneran

14. Mengkaji ibu mengambil posisi yang nyaman

15. Meletakkan handuk bersih di perut ibu

16. Meletakkan kain bersih dibawah bokong ibu (lipat 1/3 bagian)

17. Membuka partus set


18. Memakai sarung tangan

19. Melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain

20. Mengecek lilitan tali pusat

21. Menunggu kepala melakukan putar paksi luar

22. Memegang kepala dibantu melahirkan bahu depan dan belakang secara

biparietal

23. Menyangga kepala bayi dengan tangan kanan

24. Menyusuri bahu,tangan,bokong, dan kaki (lahir seluruhnya jam

25. Melakukan penilaian dan meletakkan bayi di perut ibu (menangis

kuat,warna kulit kemerahan)

26. Mengeringkan tubuh bayi dan mengganti dengan pakaian baru

27. Memeriksa apakah ada bayi kedua atau tidak (tidak ada bayi kedua)

3.2.3 Kala III

Hari/tanggal : Rabu 19-10-2022 Jam : 11.05 WIB

a. DATASUBJEKTIF

Ibu senang dengan kelahiran anaknya dan mengeluh perutnya masih terasa mules.

b. DATA OBJEKTIF

Keadaan umum baik, pemeriksaan abdomen TFU setinggi pusat, kontraksi keras,

tidak teraba adanya tanda janin kedua, kandung kemih kosong. Pemeriksaan

vagina tali pusat tampak menjulur di depan introitus vagina, memanjang dan

adanya semburan darah tiba-tiba.


c. ASSESMENT

P2A0 dengan inpartu kala III fisiologis keadaan ibu dan bayi baik

d. PENATALAKSANAAN

Hari/tanggal : Rabu 19-10-2022 Jam : 12.05 WIB

1. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik pada 1/3 paha bagian atas sebelah

kanan

2. Menyuntikkan oksitosin secara IM sesuai prosedur

3. Menjepit tali pusat dengan menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan

memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama

4. Menggunting tali pusat dan mengikat tali pusat

5. Memposisikan bayi pada dada ibu supaya bayi dapat mencari putting susu

(IMD), selimut, dan memakaikan topi pada bayi)

6. Memindahkan klem didepan vulva dengan jarak 5-10 cm didepan vulva

7. Memposisikan tangan kiri diatas perut ibu dan tangan kanan memegang tali

pusat sejajar lantai

8. Meletakkan tangan dorsokranial ketika his

9. Melakukan perengan tali pusat

10. Memegang dan memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin (plasenta

lahir seluruhnya jam

11. Melakukan masase fundus uteri sebanyak 15x dalam 15 detik (kontraksi

keras)
12. Memeriksa kelengkapan plasenta (kontiledon dan selaput lengkap)

13. Evaluasi kemungkinan laserasi

3.2.4 Kala IV

Hari/tanggal : Rabu 19-10-2022 Jam : 12.20 WIB

a. DATASUBJEKTIF

Ibu merasa senang karena bayinya lahir dan persalinan berjalan lancar.

b. DATAOBJEKTIF

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis,

TTV : TD : 120/70 mmHg

N : 80 X/menit.

S : 37,70C,

RR : 24 X/menit.

Pemeriksaan payudara dengan hasil puting susu menonjol dan ASI lancar,

tidak ada benjolan abnormal.

Pemeriksaan abdomen :TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik,

kandung kemih: kosong, terdapat luka dengan laserasi perineum derajat 2,

perdarahan kurang lebih 100cc.

c. ASSESMENT

Ny.K usia 34 tahun P2A0 dengan kala IV fisiologis dengan jahitan perineum.

d. PENATALAKSANAAN

Hari/tanggal : Rabu 19-10-2022 Jam : 12.20 WIB

1. Cek kontraksi
2. Celup sarung tangan (klorin,DTT,keringkan)

3. Cek kandung kemih

4. Mengajarkan massase fundus uterus pada ibu dan keluarga

5. Evaluasi estimasi jumlah pendarahan ±100cc

6. Mengecek nadi ibu (80x/menit)

7. Pantau bayi (pernapasan bayi)

8. Dekontaminasi alat

9. Buang sampah yang terkontaminasi

10. Bersihkan ibu

11. Posisikan ibu pada posisi nyaman

12. Dekontaminasi tempat bersalin dan celemek

13. Celupkan sarung tangan dan lepas secara terbalik

14. Cuci tangan 6 langkah

15. Sarung tangan DTT (perawatan bayi setelah IMD)

16. Memberikan salep mata, menyuntikkan vitamin K dan pemeriksaan fisik

pada bayi

17. Melakukan imunisasi Hb0

18. Lepas sarung tangan

19. Cuci tangan

20. Lengkapi partograf (terlampir)

3.3 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada BBL


F. PEMBAHASAN

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik

pada ibu maupun pada janin

Kala I

Pada kala I Ny.K datang ke Puskesma Bowong Cindea dengan keluhan

Nyeri perut tembus kebelakang mulai sejak jam 06.45 WIB serta mengeluarkan

lendir bercampur darah. Ibu datang ke Puskesmas jam 11.00 WIB. Hasil observasi

his dengan 3 kali dalam 10 menit dan lamanya 20 detik. Pada

pemeriksaan dalam dengan hasil pembukaan serviks 6 cm, ketuban utuh,

bagian terendah kepala, moulage 0 bersentuhan, begian terdahulu bokong, di

hodge II, dan tidak ada bagian kecil disekitar bagian terendah. Pada observasi

pemeriksaan dalam kedua denganhasil pembukaan serviks 10 cm pada waktu

pukul 07.30 WIB.

Pada Ny.K pembukaan 6 ke pembukaan 10 memerlukan waktu 4 jam

yang termasuk kemajuan persalinan lebih cepat. Sehingga penulis memberikan

asuhan berupa dukungan psikologis dengan memberikan pemikiran yang positif

dan memberikan motivasi ibu dapat menjalani persalinan dengan lancar tanpa

penyulit. Ibu juga berdoa untuk kelancaran persalinannya, dan juga berdoauntuk

keselamatan anaknya

Posisi yang dianjurkan adalah posisi setengah duduk. Yang diambil oleh

Ny.K adalah posisi setengah duduk dimana menurut teori posisi tersebut dapat
membantu turunnya kepala.

Kala II

Pada Ny.K kala II berlangsung 35 menit dari pembukaan lengkap sampai

dengan bayi lahir dan menurut teori pada primigravida kala II berlangsung rata –

rata 1,5 – 2 jam dan pada multipara rata – rata 0,5 – 1 jam (Wakyani. 2015).

Kasus pada Ny.K tidak sesuai dengan teori dan ditemukan kesenjangan

antara teori dan praktek.

Kala III

Kala III pada Ny.K berlangsung 15 menit dimana setelah bayi lahir dan

dipastikan tidak ada janin kedua, dilakukan penyuntikan oksitosin 10 UI IM,

melakukan PTT dan menilai pelepasan plasenta. Setelah ada tanda pelepasan

plasenta berupa uterus globurel, tali pusat bertambah panjang dan ada semburan

darah tiba-tiba, lahirlah plasenta. Plasenta lahir lengkap pada pukul 08.20 WIB,

kemudian melakukan massase uterus selama 15 detik.

Menurut Sri dan Rimandini (2014) kala III merupakan tahap kala ketiga

persalinan yang berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir. Tanda – tanda

pelepasan plasenta yaitu adanya perubahan bentuk uterus, semburan darah

mendadak dan tali pusat bertambah panjang. Proses kala III pada kasus ini

berlangsung selama 15 menit sesuai dengan teori proses biasanya berlangsung

dalam waktu 5–30 menit setelah bayi lahir (Walyani, E. 2015).

Kala IV

Pengawasan kala IV berlangsung selama 2 jam pukul (08.20 WIB –

10.20 WIB) dengan memantau tanda vital ibu, kontraksi, kandung kemih dan
pengeluaran pervaginam. Pengawasan dilakukan setiap 15 menit sekali 1 jam

pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua.

Menurut Sari dan Rimandhini (2014) segera setelah kelahiran plasenta,

sejumlah perubahan maternal terjadi sehingga perlu dilakukan pemantauan pada

tanda vital (TD, suhu, pernafasan, Nadi) dan TFU setiap 15 menit pada 1 jam

pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua kala IV, suhu dipantau paling

sedikit satu kali selama kala IV dan mengosongkan kandung kemih setiap kali

diperlukan.

Dengan demikian pemantauan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori

dan pemantauan dilakukan dengan menggunakan partograf.

4.3 Asuhan Masa Nifas

Ny.K melakukan mobilisasi dengan miring ke kiri dan ke kanan segera

setelah melahirkan, duduk ,dan turun sendiri dari tempat tidur ke kamar mandi

setelah 2 jam melahirkan. Mobilisasi perlu dilakukan, karena dapat

mencegaterjadinya tromboli dan tromboemboli. Mobilisasi ini dilakukan dengan

cara melihat kondisi ibu.

G. KESIMPULAN

A. Simpulan

Setelah melakukan Praktik Klinik Kebidanan dalam menerapkan

keterampilan Asuhan Kebidanan. Sesuai dengan asuhan kebidanan di Puskesmas

Bowong Cindea yang dilaksanakan pada tanggal 24 Maret – 25 Mei 2017

mahasiswa mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam melaksanakan

asuhan kebidanan, dengan melakukan asuhan kebidanan yang komprehensif.


1. Asuhan kebidanan pada masa Kehamilan

Asuhan kebidanan yang diberikan sudah sesuai standar dan dari

pemeriksaan keadaan ibu pada waktu hamil tidak ditemukan masalah

kegawatdaruratan,

2. Asuhan kebidanan pada masa Persalinan

Keadaan ibu pada waktu bersalin baik, dan tidak ditemukan masalah

penyulit dalam persalinan, proses pesalinan berjalan lancar.

B. Saran

1. Bagi penulis

Meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan sesuai

standar kebidanan sehingga dapat mengaplikasikan dalam praktik klinik

kebidanan selanjutnya

2. Bagi tempat praktik

Meningkatkan kualitas pelayanan terutama pada kehamilan, persalinan,

nifas serta bayi baru lahir secara professional, sehingga tindakan

yangdilakukan sesuai dengan perkembangan ilmu berdasarkan standar

pelayanman

H. REFERENSI

Saadong Djuhadiah.2010.Asuhan Kebidanan Persalinan Normal: Makassar

Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri.

Jakarta. EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saifuddin, Abdul Bari. 2006.

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:


YBP-SP.
Saleha.2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika.Suherni.2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Format Laporan BST
LEMBAR MONITORING PRE DAN POST CONFERENCE
1. KEGIATAN 1
NAMA MAHASISWA : MUKARRAMAH EMBA
NIM : 2021102122
TEMPAT PRAKTIK : PUSKESMAS BOWONG CINDEA
MATERI BIMBINGAN : PENANGANAN KASUS KPD DI PUSKESMAS
BOWONG CINDEA

PRE CONFERENCE POST CONFERENCE


Hari / Masukan Tanda Hari Masukan Tanda Tangan
Tanggal Pembimbing Tangn Tanggal Pembimbing Pembimbing
Pembimbig
Senin, Penanganan Senin Saat menerima
3-10- pasien yg 3 -10- pasien inpartu
2022 datang dengan 2022 dengan riwayat
Ketuban pecah pecah ketuban
dini dengan mahasiswa di
harapkan mampu
gestasi 36
menilai dengan
minggu, tepat Dengan
Diharapkan melakukan
mahasiswa kolaborasi denga
mampu dokter. Memutuskan
meningkatkan untuk dirujuk untuk
pengetahuan dilakukan induksi
dan persalinan.
keterampilan
dalam
menganalisis
dan
penatalaksanaan
ketuban pecah
dini sesuai
prosedur.

Preseptor Lahan

( ASMAWATI, S.Tr. Keb )


2. KEGIATAN 2
NAMA MAHASISWA : MUKARRAMAH EMBA
NIM : 2021102122
TEMPAT PRAKTIK : PUSKESMAS BOWONG CINDEA
MATERI BIMBINGAN : PENANGANAN PREEKLAMPSIA

PRE CONFERENCE POST CONFERENCE


Hari / Masukan Tanda Hari / Masukan Tanda Tangan
Tanggal Pembimbing Tangan Tanggal Pembimbing Pembimbing
Pembimbi
ng
Selasa Penanganan Inpartu Selasa Mahasiswa mampu
11-10-2022 dengan PE pada 11 -10-2022 menilai secara tepat
Ny. “S” dengan TD prosedur untuk
: 150/100 mmHg penanganan
Preeklampsia denga
dengan keluhan
berkolaborasi dengan
nyeri kepala bagian dokter jaga untuk
frontal, segera pemberian obat
berkolaborasi antihipertensi
dengan dokter jaga Nifedipine 10 mg dan
untuk pemberian MgSO4
penatalaksanaan PE 40% loading dose
dan segera (IV) serta memasang
melakukan kateter tetap sebelum
prosedur rujukan. melakukan rujukan.

Preseptor Lahan

( ASMAWATI, S.Tr. Keb )


LEMBAR BIMBINGAN PRE CONFERENCE
NAMA MAHASISWA : MUKARRAMAH EMBA

TEMPAT PRAKTEK : PUSKESMAS BOWONG CINDEA

WAKTU PELAKSANAAN : 12 OKTOBER 2022

HAL YANG DIDISKUSIKAN CATATAN PRESEPTOR LAHAN


Mahasiswa telah memahami bawa sebelum
melakukan tindakan terlebih dahulu
1. Kesiapan Mahasiswa menyiapakn diri, waktu pembimbing dan
kesediaan pasien

Kontrak waktu dengan pembimbing dan


2. Rencana Kegiatan (Kontrak kesiapan pasien telah dilakukan oleh
Belajar) mahasiswa menjelang jadwal penilai BST

Memahami bahwa setelah Proses BST


akan di akhiri dengan diskusi dan umpan
3. Umpan Balik balik, antar pembimbing dan mahasiswa
untuk mendiskusikan hal hal yang perlu
dipertahankan karen sdh baik dan perlu di
perbaiki jika dianggap masih kurang

Preseptor Lahan Mahasiswa Preseptor Institusi

(ASMAWATI, STr.Keb (MUKARRAMAH EMBA) RESKY DYEVI AKIB, S.ST, M.Keb

61
LEMBAR BIMBINGAN POST CONFERENCE

NAMA MAHASISWA : MUKARRAMAH EMBA


TEMPAT PRAKTIK : PUSKESMAS BOWONG CINDEA
WAKTU PELAKSANAAN :

HAL YANG DIDISKUSIKAN CATATAN PRESEPTOR LAHAN


Mahasiswa telah menyiapkan diri dengan baik
sebelum melakukan tindakan dan pelayanan,
menyiapakn pasien dan pembimbing dalam
1. Kesiapan Mahasiswa memberikan penialain skill Tindakan

Mahasiswa telah melakukan kontrak waktu


dan informed consent dengan pasien sebelum
melakukan penatalaksanaan tindakan,
melaporkan ke pembimbing dan meminta
kesediaan untuk diberikan penilaian
2. Rencana Kegiatan (Kontrak Belajar)

Setelah melakukan tindakan, mahasiswa


mampu memberikan umpan balik saat
dilakukan sesi tanya jawab oleh pembimbing
3. Umpan Balik terkait tindakan dan alasan tindakan yang
diberikan. Mampu mengambarkan kondisi
pasien dan kaitannya dengan teori yang di
gunakan

Preseptor Lahan Mahasiswa Preseptor Institusi

(ASMAWATI, STr.Keb (MUKARRAMAH EMBA) RESKY DYEVI AKIB, S.ST, M.Keb

58
WORKSHEETS (LEMBAR KERJA)TUTORIAL KLINIK

Stase : PERSALINAN
Kasus : Inpartu Kala 1 fase aktif dengan his lemah
Nama : Mukarramah Emba

No Komponen Pembahasan

1 Tutorial I :
NY “ S” G1P0A0
Data Subjektif
Ibu mengeluh nyeri di perut tembus kebelakang, disertai
pelepasan lender darah Sejak dini hari Pkl 03.30 WITA,
gerakan anak masih dirasakan kuat dan aktif.
BAB Terakhir 09 – 11 -2022 Pkl 12.00 WITA
BAK Terakhir 10 – 11 – 2022 Pkl 07.00 WITA
Ibu Nampak lemas
Pemeriksan umum
Data Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Bentuk tubuh : Lordosis
Ekpresi wajah : Meringis kesakitan
Tanda vital
Suhu: 37 c Pernapasan : 24 kali/ menit
Tekanan : 120/80 mmhg
TB : 153 cm
Kenaikan BB salama
Hamil 13 kg
Lila : 24 cm
Pemeriksaan Vaginal Toucher
Vulva : normal
Kesan 68
Panggul : Normal
Pembukaan portio : 5 cm
Presentasi : Kepala
Penumbungan : (-)
Hodge ; 1-2
Molase : (-)
Ketuba : (+)
Pelepasan : lender,darah, air
mengantuk dan selalu ingin tertidur
Nadi : 80 kali / menit

Diagnosis Inpartu kala 1 fase aktif Dilatasi Cerviks 5 cm, Hodge 2-3.

Banding Ketuban (+). Kondisi Ibu kelehan, ingin tertidur

Perencanaan Menjelaskan Pada ibu dan keluarga kondisi ibu dan hasil
Pemeriksaan pemeriksaan
Penunjang Melakukan pemantauan TTD dan Partograf
Mempersilahkan ibu untuk tidur jika mengantuk
Memasang infus Rl 20 tts/mnt untuk mengantisipasi kondisi
patologis
Menganjurkan ibu untuk minum susu dan makan telur, nasi
saat tersadar, untuk mempersiapkan tenaga saat ibu His dan
kekuatan meneran
Mengajarkan tehnik pemberian makanan dan minuman kepada
keluarga sat membantu ibu memberikan intake
Pantau blass ibu jika terjadi penimbunan Urine, lakukan kateter
atau persilahkan ibu ke kamar mandi untuk BAK
2 Tutorial II :
Inpartu Kala 2 Ibu tidak koperatif meneran
Diagnosis

Menjelaskan kepada ibu untuk melakukan tehnik meneran


yang baik dan benar seperti yang pernah di ajarkan saat
Penatalaksanaan 69
memasuki kala 1 fase aktif, atau saat mengikuti kelas ibu
hamil,
sesuai kasus
Meminta bantuan keluarga untuk memposisikan ibu setengah
duduk dengan nymana, Suami dipersilahkan naik ketempat
tidur untuk menjadi sadaran ibu dan memberi semangat pada
ibu sat his tiba dan meneran dengan benar
Ajarkan tehnik relaksasi saat his meredah
Sampaikan perkembangan posisi janin pemantauan TTV dan
Djj janin selama proses kala 2
Feedback (dari preceptor & preseptor Institusi )
3
Saat melakukan tindakan di dampingi oleh preceptor lahan, melakukan diskusi ttg
tatalaksanaan tindakan penaganan ibu selama inpartu hingga menjalani kala 4
persalinan, selama proses preceptor banyak memberi masukan dan bantuan
utamanya untuk meyakinkan ibu agar mempercayakan penolong persalinannya
kepada Mahasiswa. Melaporkan setiap hasil pemeriksaan dan tindakan kepasien
kepada presetor lahan, Melakukan laporan kepada reseptor institusi proses
pendampingan menolong persalinan Ny “ H” tanggal 11 – 11 -2022.
Akan menghadapkan kasus yang telah di tangani ke preceptor Institusi untuk
mendapatkan saran dan kritik terkait Teori dan praktik klinik dalam melakukan
Tindakan

Preseptor Lahan Mahasiswa Preseptor Institusi

(ASMAWATI, STr.Keb (MUKARRAMAH EMBA) RESKY DYEVI AKIB, S.ST, M.Keb

70
SISTEMATIKA DAN PENILAIAN PENYUSUNAN REFLEKSI KASUS

Refleksi Kasus yaitu mahasiwa merefleksikan kasus yang pernah di temui selama

praktik di lahan ( sesuaikan dengan kaidah pengambilan kasus pada refleksi

kasus : menarik, dilematik dll).

1. DISKRIPSI KASUS

Kasus penanganan Persalinan dengan PE ringan

Tgl 26 Oktober 2022 Ny “K” masuk kamar bersalin dengan inpartu kala 1

fase aktif . Pembukaan 9 cm, Ketuban (+), TYD 150/100 mmHg. Lapor

dokter jaga. Pasang Infus Nacl 28 tts/mnt, Isi partograf, Pelajari hasil ANC.

Ditemukan Kondisi Ibu selama ANC didiagnosa PE ringan Oleh dokter

dengan hasil Lab Protein Urine posistif 1.Udema tungkai. Tp ibu tgl 28

Oktober 2022

2. EMOSI PRIBADI

Saat menerima pasien segera memfokuskan diri karena menyadari bahwa

kondisi ibu tersebut tidak fisiologi. Ada resiko terjadi inpendin. Namun

keputusan untuk merujuk perlu dipertimbangkan mengingat ibu sudah

pembukaan 9 cm dengan his yang adekuat. Setelah melakukan kolaborasi

dengan dokter disarankan pemberian Nopedipin 10 mg di bawah lidah dan

memipin persalinan. Pemantauan ketata TTV ibu dan tanda Inpendin. Tima

siap denagn tindakan kegawat daruratan

3. EVALUASI

Selama proses pendampingan Persalinan, Mahasiswa didampingi oleh

preceptor LAhan dan Tim Kamar bersalin. Dan proses kelahiran bayi dan
kala 3, 4 ibu berlangsung Normal. Tidak ada perdarahan, TD terkendali

110/80 mmHg. Bayi lahir selamat BB : 2700 gram. A/S 8/10. PBL 50 cm.

Kondisi ibu dan bayi baik. Teruskan pemberian infus Nacl 28 tts/mnt dan

nipedipin 10 mg setiap 6 jam. Melaporkan secara berkala perkembangan

kondisi ibu kepada dokter jaga

4. ANALISIS KASUS

Secara Teori, SOP penanganan PE, dan evidence based, Persalinan PE

seyogyanya dilakukan di sarana yang lengkap. Ada Spesialis sebagai

penanggung jawab, Tersedia kamar operasi dan Tim ponek. Namun untuk

kondisi kedaruratan Di puskesmas dimana dengan pertimbangan kondisi ibu

yang tidak lagi memungkinkan dilakukan rujukan karena memungkinkan

terjadi komplikasi yang lebih berat jika terjadi inpendin Eklamsia di

perjalanan. Maka keputusan Klinik segera di ambil, dengan menimbang

beberapa faktor resiko. Keputusan ini diambil secara tim di Puskesmas

dimana di pukmesmas ada Tim PONED yang telah dilatih untuk menangani

kasus kedaruratan Memaparkan analisis dengan menggunakan referensi yang

relevan dengan pendekatan eviden base midwifery terhadap kasus. Analisis

dapat dilihat dari berbagai kemungkinan (bisa melalui anamneses,

pemeriksaan, diagnose, terapi danketrampilan skill). Melihat dari aspek

social, ekonomi, budaya, dan etis.

5. KESIMPULAN

Dalam langkah langkah penaganan, tidak ada Prosedur yang dilalui keluar

dari SOP penagnana persalinan dengan PE. Selama proses tersebut. Kami
mahasiswa mendapat banyak pengalaman khusunya penagnana kedaruratan

Obstetri di Puskesmas.Dimana Pada Kondisi tertentu bidan yang dalam

batasannya menangani kasus fisiologi, perlu juga membekali diri dalam

menagnani kasus patologi kasus khusus.Karena kasus Resiko pada ibu hamil,

bersalin dapat dating secara tiba tiba, menuntut bidan harus tanggap dan dapat

mengambil keputusan klinik segera

6. TINDAK LANJUT

Untuk Kondisi pasien yang didiagnosa PE selama kehamilan, Perlu

mendapat pendampingan dan pemahaman yang lebih kuat. Agar ibu dan

keluarga tersebut tidak lagi menunda kedatangannya kefasilitas kesehatan.

Tanda persalinan yang di dapatkan dirumah, haruslah segera di sikapi untuk

segera datang ke sarana. Karena keterlambatan keluarga mengambil

keputusan akan berakibat terelambatan tiba di saran kesehatan. Sehingga

semua tindakan yang dilakukan bias beresiko kepada ibu dan janinnya.

Untuk kasus tersebut, tindak lanjut Bidan di pelayanan adalah memantau

hingga ibu melewati masa krisisnya yakni masa nifas hingga 40 hari.

Menganjurkan ibu untuk menggunakan Kontrasepsi pasca salin non

hormonal misalnya IUD. Karena menunda kehamilan berikutnya mesti di

upayakan oleh ibu dan suami, karena kondisi persalinan ibu saat ini sangat

beresiko. Hingga kesiapan ibu untuk kehamilan berikutnya mesti di

pertimbangankan, direncanakan secara baik dan matang olegh ibu dan

keluarga
BAB I PENDAHULUAN

A. MASALAH

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun

janin (Hidayat Asri, 2010)

Dalam proses persalinan terdapat komplikasi yang mengakibatkan

kematian ibu yaitu perdarahan 60%, Infeksi 25%, Gestosis 10%, penyebab lain

5%. Infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar merupakan akibat dari

adanya komplikasi/penyulit kehamilan, seperti koriamnionitis, infeksi saluran

kemih, dan sebanyak 65% adalah karena ketuban pecah dini (KPD) yang banyak

menimbulkan infeksi pada ibu dan bayi (Jannah, 2018)

Ketuban pecah dini merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum

persalinan. Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia

yang terjadi dalam kolagen matriks ekstraselular amnion, korion, dan apoptosis

membran janin (Jannah, 2018)

World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 Angka Kematian Ibu

(AKI) di dunia masih tinggi dengan jumlah 289.000 jiwa. Beberapa Negara

berkembang AKI yang cukup tinggi seperti di Afrika Sub-Saharan sebanyak jiwa.

AKI di Negara – Negara Asia Tenggara salah satunya di Indonesia sebanyak 190

per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2017, dalam Indryaswari, 2019).

AKI Yang telah dipublikasikan untuk kawasan Association of South east


Asian Nations (ASEAN) diantaranya Myanmar mencapai 178 per 100.000

Kelahiran Hidup, Indonesia 126 per 100.000 Kelahiran Hidup, Malaysia 6

per 100.000 Kelahiran Hidup, Thailand 20 per 100.000 Kelahiran Hidup,

dan Singapura 10 per 100.000 Kelahiran Hidup (UNICEF et al. 2015 dalam

Qomariah, 2018)

Di Indonesia berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar

359 per 100.000 kelahiran hidup. Faktor yang dapat menyebabkan kematian ibu

ini diantaranya adalah pendarahan 60-70%, pre-eklamsia dan eklamsia 10-20%,

dan infeksi 10-20%. Infeksi pada kehamilan 23% dapat disebabkan oleh kejadian

ketuban pecah dini.(Abrar, 2017).

Data yang didapatkan dari profil dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi

Selatan pada tahun 2015 jumlah kematian ibu yang di laporkan menjadi 149 orang

atau 99.38 per 100.000 kelahiran hidup, terdiri dari kematian ibu hamil

19 orang (12,75%), kematian ibu bersalin 44 orang (29,53%), kematian ibu

nifas 86 orang (57,71%), adapun kematian ibu menurut umur yaitu <20 tahun

sebanyak 21 orang, umur 20-34 tahun sebanyak 83 orang, dan >35 tahun

sebanyak 45 orang (Dinkes, 2016)

Angka Kematian Ibu di Kota Makassar menunjukkan penurunan dari

20,33/100.000 KH di tahun 2014 menjadi 19,85/100.000 KH di tahun 2015,

dimana terjadi 5 kematian ibu dari jumlah 25.181 kelahiran hidup di kota

makassar. (Profil Kesehatan Kota Makassar, 2015)

Berdasarkan data Medical Record Puskesmas Bowong CindeaPada Tahun


2016 jumlah ibu bersalin sebanyak 2.638 orang ibu bersalin yang mengalami KPD

sebanyak 178 (6,74%), Pada Tahun 2017 sebanyak 2.473 orang ibu bersalin yang

mengalami KPD sebanyak 35 (3,03%), Pada Tahun 2018 sebanyak 2.565 orang

ibu bersalin yang mengalami KPD sebanyak 64 (2,49%), Pada Tahun 2019

periode januari sampai dengan April sebanyak 882 orang ibu bersalin yang

mengalami KPD 49 (5,55%) (Data Puskesmas Bowong Cindea 2019).

B. SKALA

Ada beberapa faktor yang mengalami Ketuban pecah dini (KPD) yaitu usia

kehamilan, paritas, umur ibu, pekerjaan dimana usia kehamilan merupakan 280

hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir.

Kehamilan aterm atau kehamilan ≥37 minggu sebanyak 8-10% ibu hamil akan

mengalami KPD, dan sebanyak 1% kejadian KPD pada ibu hamil preterm <37

minggu. Pada sebagian besar ibu bersalin dengan KPD yaitu antara umur

kehamilan 37 - 42 minggu. Saat mendekati persalinan terjadi peningkatan matrix

metalloproteinase yang cenderung menyebabkan KPD dan pada trimester akhir

akan menyebabkan selaput ketuban mudah pecah dikarenakan pembesaran uterus,

kontraksi rahim, dan gerakan janin. Sedangkan pada paritas yang mengalami

terjadinya ketuban pecah dini merupakan Indeks kehamilan resiko tinggi adalah

paritas 1 dan >3, merupakan terjadi pembesaran uterus dan peregangan berulang

sehingga mudah terjadi KPD. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau

dari sudut kematian maternal.

Kehamilan pada usia muda (<20 tahun) sering terjadi penyulit/komplikasi

bagi ibu maupun janin. Karena disebabkan belum matangnya alat reproduksi
untuk hamil, dimana rahim belum bisa menahan kehamilan dengan baik sehingga

selaput ketuban belum matang dan mudah mengalami robekan sehingga dapat

menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Sedangkan pada umur >35 tahun

keadaan otot- otot dasar panggul tidak lagi elastik, sehingga mudah terjadi

penyulit/komplikasi seperti serviks mudah berdilatasi sehingga dapat

menyebabkan pembukaan serviks terlalu dini sehingga dengan mudahnya terjadi

ketuban pecah dini.

Aktivitas yang berlebihan dapat memicu terjadinya ketuban pecah dini,

mulanya akan menimbulkan His (kontraksi rahim) atau perdarahan pervaginam.

Kekuatan his semakin lama semakin kuat diikuti oleh pengeluaran lendir darah.

Perdarahan tersebut berasal dari pembuluh darah yang pecah pada kanalis

servikalis sat terjadi pendataran serviks. Kadang- kadang ketuban pecah terlebih

dahulu sebelum adanya his yang teratur.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian tertarik untuk

melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang

hubungan usia kehamilan paritas, umur ibu, pekerjaan dengan kejadian Ketuban

Pecah Dini di Puskesmas Bowong Cindea

C. KRONOLOGI

Usia kehamilan adalah lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai

partus kira- kira 280 (40 minggu dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Pada

umumnya ibu dengan preterm lebih, cenderung mengalami ketuban pecah dini

dikarenakan masih lemahnya kekuatan selaput ketuban yang berhubungan dengan

perbesaran dan usia uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Tetapi dari hasil uji
statistic yang telah dilakukan, diperoleh hasil ibu dengan usia kehamilan aterm

juga mengalami ketuban pecah dini. Hal ini dapat disebabkan oleh Faktor lain

seperti pola pekerjaan ibu hamil yang terlalu berat dapat berakibat pada kelelahan

dan akan menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah

dini. Berdasarkan penelitian ini di hasil analisis usia kehamilan terhadap kejadian

KPD di dapatkan ibu dengan Preterm yang mengalami sebanyak 3 (1,1%) dan

usia kehamilan dengan preterm yang tidak mengalami sebanyak 0 (0,0%) dengan

total sebanyak 3 (1,1%), jumlah ini lebih rendah di bandingkan dengan usia

kehamilan aterm yang mengalami sebanyak 46 (16,7%) dan usia kehamilan aterm

yang tidak mengalami sebanyak 226 (82,2%) dengan total sebanyak 272 (98,9%).

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia kehamilan preterm yang

mengalami ketuban pecah dini sebanyak 3 (1,1%) karena disebabkan beberapa

faktor diantaranya kehamilan dibawaa <36 beresiko terjadi infeksi rahim, cedera

fisik, rahim dan kantung ketuban yang terlalu teregang, kebiasaan buruk seperti

merokok atau menggunakan narkoba selama kehamilan,dan riwayat KPD pada

kehamilan sebelumnya.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia kehamilan aterm yang

mengalami ketuban pecah dini sebanyak 46 (16,7%) karena kelemahan pada

selaput janin diatas os serviks internal yang memicu robekan, perdarahan dan

infeksi yang bisa menyebabkan KPD.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia kehamilan aterm yang tidak

mengalami ketuban pecah dini sebanyak 226 (82,2%) dapat dipengaruhi faktor

lain yaitu pendidikan dimana ibu hamil yang berpendidikan tinggi serta mengerti
dengan kondisinya akan langsung datangi kepetugas kesehatan, Tingkat

pendidikan akan menentukan pengetahuan seseorang, semakin tinggi tingkat

pendidikan ibu semakin banyak pengetahuan yang ia dapat.

D. SOLUSI

Berdasarkan hasil penelitian yang dapat diajukan untuk peneliti

selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan

masukan atau sumber data untuk penelitian selanjutnya dan melakukan penelitian

lebih lanjut dengan variable yang berbeda.


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. ASUHAN KEBIDANAN ( LOGBOOK DAN DATA FOKUS)

ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL CARE PATOLOGI PADA NY “N”

DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI

PUSKESMAS BOWONG CINDEA KAB PANGKEP

No register : 46xxxx

Tanggal masuk : 18 Oktober 2022, jam 08: 20 wita

Tanggal pengkajian : 18 Oktober 2022, jam 08:30 wita

Tanggal partus : 18 Oktober 2022, jam 11: 40

Nama mahasiswa : Mukarramah Emba

Identitas istri/ suami

Nama : Ny “N”/ Tn “S”

Umur : 30 tahun/ 32 tahun Nikah/ lamanya : 1x/ +10 tahun

Suku : Bugis/ Makassar

Agama : Islam/ Islam

Pendidikan : SMA/ SMA

Pekerjaan : IRT/ Wiraswasta

Alamat : Bulu Cindea

DATA SUBJEKTIF

a. Keluhan utama

Ibu masuk dengan keluhan terdapat pengeluaran air pervaginam.


b. Riwayat keluhan utama

Air yang keluar sedikit demi sedikit dan bertambah banyak hingga satu

sarung basah, berwarna jernih dan tidak berbau. Mengeeluh ada keluar cairan

melalui vagina yang berwarna jernih pada tanggal Oktober 2022 jam 03;00

wita, satu sarung basah akibat cairan yang keluar, dan ibu tidak merasakan

mules atau nyeri perut tembus belakang.

c. Riwayat menstruasi

1. Menarche : 13 tahun

2. Siklus : 28-30 hari

3. Lamanya : 5-7 hari

4. Banyaknya : 2-3x ganti pembalut per hari

5. Teratur/ tidak teratur : teratur

6. Sifat darah : encer

7. Dismenore : tidak ada

d. Riwayat perkawinan

Ibu menikah 1x secara sah dengan Tn “S” pada tahun 2009, saat Ny “R”

berusia 20 tahun dan Tn “S” berusia 22 tahun

e. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

Adapun riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu dapat dilihat pada

tabelberikut :
Tabel 3.5
Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu
Tempat
No Tahun Jenis partus Jenis kelaminBBL PBL Penolong Keadaan
partus

1 2014 Persalinan Laki-laki 2,800 50 Puskesmas Bidan Baik

Pervaginam gram cm
2 2019 Persalinan Perempuan 3000 51 Puskesmas Bidan Baik

Pervaginam gram cm

a. Riwayat kehamilan sekarang

1. Hari pertama haid terakhir tanggal 21 januari 2022

2. Hari tafsiran persalinan tanggal 28 Oktober 2022

3. Umur kehamilan 38 minggu 4 hari

4. Menurut ibu kehamilannya ± 9 bulan

5. Ibu merasakan pergerakan janinnya berkurang dirasakan pada perut

sebelah kanan dan dirasakan sampai sekarang.

6. Ibu memeriksakan kehamilan sebanyak 6 kali di BPS Trimester I : 2x

Trimester II : 2x Trimester III : 2x

7. Ibu telah mendapat suntikan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) sebanyak 2

kali : TT I : 23 Maret 2022 di PKM TT II : 24 april 2022 di PKM

Keluhan-keluhan:

Trimester I : mual muntah di pagi hari

Trimester II : tidak ada keluhan

Trimester III : sering kencing dan nyeri perut bagian bawah


8. Penyuluhan

Ibu belum pernah mendapat penyuluhan selama kehamilannya

b. Riwayat kesehatan sekarang dan yang lalu

1. Tidak ada riwayat penyakit jantung, diabetes melitus, asma, dan

hipertensi.

2. Tidak ada riwayat penyakit menular: tuberculosis, malaria, hepatitis dan

penyakit menular seksual.

3. Tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-obatan.

4. Tidak ada riwayat operasi dan sebelumnya tidak pernah diopname di

Rumah sakit maupun di Puskesmas.

c. Riwayat penyakit keluarga

Di dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes

melitus, asma dan penyakit keturunan lainnya.

d. Riwayat sosial ekonomi, psikososial, dan spiritual

1. Yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam keluarga

adalah suami.

2. Hubungan ibu dengan suami, keluarga, maupun tetangga baik.

3. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami.

4. Ibu rajin beribadah dan berdoa untuk kelancaran persalinannya.

e. Riwayat KB

Sejak kelahiran anak keduanya yaitu pada tahun 2019 ibu mulai menjadi

akseptor KB depo progestin/ suntik 3 bulan dan berhenti pada bulan agustus

tahun 2021 dengan alasan ingin hamil lagi.


f. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar

1. Kebutuhan nutrisi Kebiasaan :

a) Pola makan : nasi, sayur, lauk

b) Frekuensi : 3 kali sehari

c) Kebutuhan minum : 6-8 gelas per hari Selama inpartu:

Ibu makan, tetapi hanya sedikit dan lebih banyak minum

2. Kebutuhan eliminasi Kebiasaan:

a) BAK : 5-6 kali sehari, warna kuning muda, bau amoniak.

b) BAB : 1 kali sehari, konsistensi padat, warna kuning.

Selama inpartu:

a) BAK : Ibu BAK di tempat tidur karena telah terpasang popok

b) BAB : Ibu belum BAB (BAB terakhir ibu pada jam 02.00 wita

dirumahnya)

3. Personal hygiene Kebiasaan:

a) Mandi : 2 kali sehari (pagi dan sore) dengan menggunakan sabun mandi

b) Sikat gigi : 2 kali (setelah makan dan sebelum tidur) dengan menggunakan

pasta gigi

c) Keramas : 3 kali seminggu dengan menggunakan shampo

d) Ganti pakaian : 2 kali sehari Selama inpartu:

Ibu belum mandi dan sikat gigi

4. Kebutuhan istirahat dan tidur

Kebiasaan : Tidur siang tidak teratur, tidur malam 6-8 jam Selama
inpartu : Ibu tidak pernah tidur

DATA OBJEKTIF

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran komposmentis

3. Hari tafsiran persalinan tanggal 28 Oktober 2022

4. Usia gestasi 38 minggu 4 hari

5. Tanda-tanda vital:

Tekanan darah : 120/80 mmHg Pernapasan : 20 kali per

menit Nadi : 80 kali per menit Suhu : 36,8 ◦C (axilla)

6. Tinggi badan : 158 cm

7. Berat badan sebelum hamil : 47 kg

8. Berat badan sekarang : 60 kg

9. Lingkar lengan atas (LILA) : 26 cm

10. Pemeriksaan fisik (Head To Toe)

a. Kepala : bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok, rambut hitam dan lurus,

tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

b. Wajah : tidak pucat, tidak ada chloasma gravidarum, tidak oedema, tidak

ada nyeri tekan

c. Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah mudah, schlera putih,

kelopak mata tidak bengkak

d. Hidung : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak pengeluaran secret,

tidak oedema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip

e. Mulut dan gigi : bersih, bibir merah muda dan tidak pecah-pecah, tidak
ada caries, tidak ada karang gigi, tidak ada stomatitis, gusi tidak berdarah,

dan tidak ada gigi yang tanggal

f. Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran serumen, tidak ada

peradangan, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan vena

jugularis

h. Payudara : payudara simetris kiri dan kanan, putting susu bersih dan

menonjol, tampak hiperpigmentasi pada areola, tidak ada benjolan, tidak

ada nyeri tekan, terdapat pengeluaran kolostrum jika putting susu dipencet

i. Abdomen : Leopold I : 3 jari di bawah processus xiphoideus (tinggi fundus

uteri 33 cm), teraba bokong

Leopold II : punggung kiri (puki)

Leopold III : kepala

Leopold IV : bergerak dalam panggul (4/5) LP : 92 cm TBJ :

3.036 gram

Denyut jantung janin : terdengar jelas, kuat dan teratur pada kuadran kiri

bawah perut ibu dengan frekuensi 146 kali per menit

His : 2x dalam 10 menit durasi 30-35 detik

j. Ekstremitas atas : jari lengkap, pergerakan aktif, tidak ada benjolan, tidak

ada nyeri tekan

k. Ekstremitas bawah : tidak ada varises, pergerakan aktif, tidak ada

benjolan, tidak oedema

l. Genitalia dan anus : tidak ada varises, nampak pengeluaran lendir dan air
ketuban, tidak ada oedema, tidak ada hemorroid

11. Pemeriksaan dalam

Vaginal Toucher (VT) tanggal 18 Oktober 2022 , jam 08:30 wita

a. Vulva dan vagina : tidak ada kelainan

b. Portio : tebal/ lunak

c. Pembukaan : 5 cm

d. Ketuban : jernih

e. Presentase : ubun-ubun kecil kanan lintang

f. Penurunan : Hodge II

g. Molase : tidak ada

h. Penumbungan : tidak ada

i. Kesan panggul : normal

j. Pelepasan : lendir, darah dan air ketuban

12. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan USG

Tanggal 23 Agustus 2022 , jam 08:20 wita oleh dokter V. Sp.OG di

Poliklinik KIA

1. GIII PII A0 gravid tunggal, hidup

2. Letak : kepala

3. FHR : 0 bpm

4. TBJ : ± 2.950 gram

5. UK : ± minggu, TP: ±

6. Plasenta di posterofundal grade 1


7. Oligohidramnion

ASSESMENT

Diagnosa : GIII PII A0, gestasi 38 minggu 4 hari, intra uterin, tunggal, hidup,

keadaan ibu dan janin dalam pengawasan, inpartu kala I fase aktif dengan KPD.

PLANNING (P)

Tanggal 18 Oktober 2022 , jam 08:30 wita

1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga Hasil : ibu telah

mengetahui keadaannya sekarang

2. Mengobservasi tanda-tanda vital setiap 4 jam (kecuali nadi setiap 30

menit), denyut jantung janin (djj) dan his tiap 1 jam pada kala I fase aktif

dan tiap 30 menit pada kala I fase aktif, kecuali jika ada indikasi, maka

dilakukan tiap 30 menit.

3. Pemantauan DJJ terakhir didapatkan DJJ abnormal Hasil: 174x/ menit

a. Segera memasang oksigen untuk ibu dalam jumlah 6-8 l/menit,

kemudian hentikan pemberian cairan infus RL.

Hasil: Terlaksana

b. Melakukan vaginal toucher (VT) kontrol, jam 11.30 wita

1. Vulva dan vagina : membuka

2. Portio : melesap

3. Pembukaan : 10 cm (lengkap)

4. Ketuban : kering

5. Presentasi : ubun-ubun kecil didepan sympisis

6. Penurunan : hodge IV
7. Molase : tidak ada

8. Penumbungan : tidak ada

9. Kesan panggul : normal

10. Pelepasan : lendir, darah, dan air ketuban

c. Mengajarkan teknik relaksasi dan pengaturan napas pada saat kontraksi,

ibu menarik napas melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut selama

timbul kontraksi

d. Hasil : ibu telah melakukannya

e. Menganjurkan pengosongan kandung kemih sesering mungkin

Hasil : kandung kemih telah kosong

f. Memberi makan dan minum jika tidak ada his

Hasil : ibu telah diberi makan dan minum disela-sela his

g. Menganjurkan kepada ibu untuk senangtiasa berdoa untuk

kelancaran persalinannya dan untuk kesehatan ibu dan bayinya nanti

Hasil : ibu selalu beristighfar saat ibu merasakan sakit akibat kontraksi

h. Mencatat dalam partograf

Hasil : partograf telah dilengkapi

B. KALA II

DATA SUBJEKTIF

1. Sakitnya bertambah kuat dan tembus kebelakang

2. Ibu merasa ingin buang air besar

3. Adanya dorongan kuat untuk meneran


4. Adanya tekanan pada anus

DATA OBJEKTIF

1. Perineum menonjol

2. Vulva dan vagina membuka

3. His 5x dalam 10 menit dengan durasi 50-55 detik

4. Pembukaan 10 cm (lengkap)

5. Penurunan kepala hodge IV (0/5)

6. Pelepasan lendir, darah, mekonium dan air ketuban

ASSESMENT

Perlangsungan kala II

PLANNING

Tanggal 18 Oktober 2022 , jam 11:30 wita

1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua (dorongan kuat

untuk meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva dan vagina

membuka). Hasil : tanda dan gejala kala II telah dirasakan

2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan

1 ampul oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 3 ml ke dalam

wadah partus set. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pertolongan

persalinan yaitu :

a. Partus set

Partus set terdiri atas 2 klem kocher, ½ kocher, 1½ handscoon steril,

kateter nelaton, penjepit tali pusat, kasaa steril, spoit 3 cc dan gunting tali

pusat.
b. Hecting set

Hecting set terdiri atas nelvuder, catgut, jarum, pinset anatomi, pinset

sirurgi, dan gunting benang

c. Obat dan bahan

Obat dan bahan terdiri atas cairan infus, oksitosin, lidokain, salep mata,

vitamin K, hepatitis B dan betadin.

d. Diluar partus set

Adapun yang harus disiapkan diluar partus set yaitu air desinfeksi tingkat

tingkat tinggi dan kapas desinfeksi tingkat tinggi, larutan klorin 0,5%,

tempat sampah, delee, lenek, perlak, handuk kering, tensimeter, stetoskop

dan termometer.

e. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri terdiri dari topi, masker, kacamata, celemek,

handscoon, alas kaki tertutup/ sepatu boot

3. Memakai celemek plastik Hasil : celemek telah dipakai

4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun

dan air mengalir. Hasil : perhiasan telah disimpan dan tangan telah bersih

5. Menggunakan sarung tangan steril pada tangan yang akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam. Hasil : sarung tangan telah dipakai pada tangan kanan

6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan

oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set. Hasil : oksitosin 1

ampul telah berada didalam wadah partus set


7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah dibasahi

oleh air matang, dengan gerakan dari depan ke belakang dari vulva ke

perineum. Hasil : vulva dan perineum telah bersih

8. Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah lengkap dan

selaput ketuban sudah pecah.

Periksa dalam tanggal 18 Oktober 2022, jam 11.30 wita

a. Vulva dan vagina : membuka

b. Portio : melesap

c. Pembukaan : 10 cm (lengkap)

d. Air ketuban : kering

e. Presentasi : ubun-ubun kecil didepan sympisis

f. Penurunan : hodge IV

g. Molase : 0

h. Penumbungn : tidak ada

i. Kesan panggul : normal

j. Pelepasan : lendir, darah, dan air ketuban

9. Mencelupkan handscoon ke dalam larutan klorin 0,5% dengan teknik terbalik,

membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5%.

Hasil : sarung tangan telah direndam dalam larutan klorin 0,5 % secara

terbalik

10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai dan ternyata

denyut jantung yang didapatkan diatas normal dengan frekunsi 174 kali per
menit.

Hasil : denyut jantung janin terdengar jelas pada kuadran kiri bawah perut ibu

dengan frekuensi 174 kali per menit.

11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin dalam

pengawasan, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah

merasa ingin meneran. Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada

saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa

nyaman). Hasil : ibu dalam posisi setengan duduk

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran. Hasil : telah dilakukan pimpinan meneran

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

Hasil : ibu tetap dalam posisi setengah duduk karena sakitnya yang bertambah

sering

15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika

kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.Hasil : handuk

bersih telah diletakkan diatas perut ibu

16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu atau

gunakan underpad. Hasil : underpad telah terpasang dibawah bokong ibu

17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan Hasil : alat telah lengkap

18. Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan. Hasil : sarung tangan telah
dipakai pada kedua tangan

19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang

handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika telah lahir dan

kain kering dan bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Setelah

itu kita melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum dngan

satu tangan, dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi

perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada

belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap

fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum).

Hasil : kepala telah lahir

20. Setelah kepala keluar, menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril

kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin Hasil : tidak

terjadi lilitan tali pusat

21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan. Hasil : kepala bayi telah melakukan putaran paksi luar

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental,

menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut

gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah

arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan

bahu belakang. Hasil : kedua bahu telah lahir

23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk

menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas

untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas. Hasil : lengan
dan badan telah lahir

24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah

bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan

jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin) Hasil : seluruh badan telah

lahir

25. Melakukan penilaian selintas :

a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?

b. Apakah bayi bergerak aktif ?

Hasil : bayi lahir spontan tanggal 18 Oktober 2022, jam 11;40 wita,

dengan segera menangis dan bernapas tanpa bantuan, bergerak dengan

tidak aktif, terdapat fleksi pada ekstremitas dan APGAR score 8/10.

26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah

dengan handuk/ kain yang kering serta membiarkan bayi di atas perut ibu

Hasil : ibu telah diselimuti dengan handuk bersih dan kering, serta telah

berada di atas perut ibu

C. KALA III

DATA SUBJEKTIF

1. Ibu lelah setelah melahirkan

2. ibu merasakan nyeri perut bagian bawah

DATA OBJEKTIF

1. Bayi lahir spontan tanggal 18 Oktober 2022, jam 11:40 wita

2. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar


3. Tinggi fundus uteri setinggi pusat

4. Perdarahan ± 150 cc

5. Kala II berlangsung sealama ± 10 menit tanpa ada penyulit serta tali pusat

masih nampak di vulva

ASSESMENT

Perlangsungan kala III

PLANNING

Tanggal 18 Oktober 2022, jam 11:40 wita

1. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam

uterus. Hasil : bayi tunggal

2. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi

baik.Hasil : ibu bersedia untuk disuntik

3. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (IM) di

1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan

oksitosin). Hasil : oksitosin telah disuntikkan di 1/3 paha atas bagian distal

lateral

4. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3

cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah (ibu) dan jepit

kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama. Hasil : tali pusat

telah dijepit

5. Memotong dan mengikat tali pusat (dengan satu tangan mengangkat tali

pusat yang telah dijepit, kemudian melakukan pengguntingan talu pusat

sambil melindungi perut bayi diantara 2 klem Hasil : tali pusat telah
dipotong
6. Mengikat tali pusat dengan benang desinfeksi tingkat tinggi atau steril

pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan

mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya atau menjepit tali

pusat dengan penjepit tali pusat Hasil : tali pusat telah dijepit

7. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di

kepala bayi. Hasil : bayi telah diselimuti dengan kain hangat dan topi telah

terpasang di kepala

8. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

Hasil : klem telah dipindahkan

9. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,

untuk mendeteksi, sementara itu tangan lain meregangkan tali pusat.

Hasil : satu tangan telah berada diatas perut ibu dan tangan lainnya

meregangkan tali pusat

10. Setelah uterus berkontraksi, meregangkan tali pusat dengan tangan kanan,

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorso

krainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan peregangan

tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan

mengulangi prosedur. Hasil : dorso kranial telah dilakukan

11. Melakukan peregangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong meregangkan tali pusat


dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan

lahir (tetap lakukan tekanan dorso kranial). Hasil : plasenta telah terlepas

dari tempat implantasinya

12. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan

hati-hati, pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran

searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban. Hasil : plasenta dan selaput ketuban telah lahir

13. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan

menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba kerasHasil :

kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar

14. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan

untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah

lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.Hasil :

plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap tanggal 07 Juli 2017, jam 21.20

wita

15. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Hasil : terjadi ruptur

tingkat II dan telah dijahit luar dan dalam sebanyak 6 jahitan secara jelujur

16. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam. Hasil : uterus berkontraksi baik (teraba keras dan bundar)


17. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling

sedikit 1 jam. Hasil : IMD telah dilakukan

18. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata

antibiotik profilaksis, dan vitamin K 1 mg intramaskuler di paha kiri

anterolateral. Hasil : berat bayi lahir 3000 gram, panjang bayi lahir 48 cm,

lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 32 cm, lingkar perut 31 cm, APGAR

score 8/10, dan telah disuntik vitamin K (IM) dipaha kiri anterolateral

19. Setelah satu jam pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi

hepatitis B di paha kanan anterolateral. Hasil : hepatitis B telah

disuntikkan dipaha kanan anterolateral

D. KALA IV

DATA SUBJEKTIF

1. Ibu lelah setelah selesai persalinannya

2. Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah

DATA OBJEKTIF

1. Ibu tampak lelah setelah menjalani persalinannya

2. Plasenta lahir lengkap tanggal 18 Oktober 2022, jam 11:50 wita

3. Kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar)

4. Tinggi fundus uteri setinggi pusat

5. Perdarahan ± 150 cc

6. Kandung kemih kosong

ASSESMENT

Perlangsungan kala IV dengan kelelahan


PLANNING

Tanggal 18 Oktober 2022, jam 11:50 wita

1. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

Hasil : kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar

2. Mengajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.

Hasil : ibu telah melakukannya

3. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah, setiap 15 menit selam 1

jam pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam ke 2 pasca persalinan

Hasil:

Tabel 3.7Observasi Perdarahan

Jam Jumlah perdarahan

12:05 100 cc

12:20 50 cc

12:35 30 cc

12:50 20 cc

13:20 10 cc

13:50 5 cc

Total ± 215 cc
4. Memeriksakan tanda-tanda vital ibu (kecuali pernapasan), tinggi fundus

uteri, kontraksi uterus dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pasca persalinan dan setiap 30 menit pada jam ke 2 pasca persalinan.


Tabel 3.8

Observasi TTV, TFU, Kontraksi dan Kandung Kemih

Jam TD N S Tinggi Kontraksi Kandung


fundus uteri kemih
12:05 120/80 78 36,8 ◦C Setinggi Baik Kosong
Pusat
12:20 120/80 80 Setinggi Baik Urin ± 50 cc
Pusat
12:35 120/80 78 Setinggi Baik Urin ± 50 cc
Pusat
12:50 120/80 82 Setinggi Baik Urin ± 50 cc
Pusat
13:20 120/80 80 36,6 ◦C Setinggi Baik Urin ± 100
Pusat Cc
13:50 120/80 82 Setinggi Baik Kosong
Pusat

1. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan

baik. Hasil : bayi bernapas dengan normal yaitu 50 kali per menit

2. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di

dekontaminasi. Hasil : alat sudah dilarutkan dalam larutan klorin 0,5 %,

telah dicuci dan telah bersih

3. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

Hasil : Sampah yang terkontaminasi telah dibuang ketempat sampah


B. Telaah jurnal

Abstark

Berdasarkan data Medical Record Puskesmas Bowong CindeaPada

Tahun 2016 jumlah ibu bersalin INC sebanyak 2.638 orang ibu bersalin yang

mengalami KPD sebanyak 178 (6,74%), Pada Tahun 2017 sebanyak 2.473 orang

ibu bersalin yang mengalami KPD sebanyak 35 (3,03%), Pada Tahun 2018

sebanyak 2.565 orang ibu bersalin yang mengalami KPD sebanyak 64 (2,49%),

Pada Tahun 2019 periode januari sampai dengan april sebanyak 882 orang ibu

bersalin yang mengalami KPD 49 (5,55%). Tujuan dilakukan penelitian ini adalah

untuk mengetahui hubungan usia kehamilan, paritas, usia ibu, pekerjaan dengan

kejadian ketuban pecah dini di Puskesmas Bowong Cindea2019.

Penelitian ini menggunakan Metode penelitian analitik dengan

menggunakan pendekatan Cross Section Study untuk mengetahui hubungan usia

kehamilan dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di RSIA Sitii Khadijah

I Makassar 2019 dengan jumlah populasi 882 orang dan jumlah sampel 275 orang

dengan menggunakan teknik Random sampling. Dari hasil uji statistik dengan

menggunakan uji Chi-Square (Fisher’s Exact Test). Di peroleh untuk variabel usia

kehamilan p= 0,05 < dari α = 0,05 artinya ada hubungan antara usia kehamilan

terhadap kejadiian ketuban pecah dini unuk variabel paritas nilai p= 0,01 < dari α

= 0,05 artinya ada hubungan antara paritas terhadap kejadian ketuban pecah dini.

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square (Continuity

Correctionb) diperoleh untuk variabel umur ibu nilai p = 0,503> = (0,05) artinya

tidak ada hubungan antara umur ibu dengan ketuban pecah dini. Untuk variabel
pekerjaan nilai p = 0,029< = (0,05) artinya ada hubungan antara pekerjaan

dengan ketuban pecah dini. Kesimpulan dari empat variabel yaitu usia kehamilan,

paritas, umur ibu, pekerjaan ada tiga variabel yang berhubungan yaitu usia

kehamilan, peritas, pekerjaan dan ada satu yang tidak berhubungan yaitu umur ibu

dengan kejadian ketuban pecah dini

Pendahuluan

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun

janin (Hidayat Asri, 2010)

Dalam proses persalinan terdapat komplikasi yang mengakibatkan

kematian ibu yaitu perdarahan 60%, Infeksi 25%, Gestosis 10%, penyebab lain

5%. Infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar merupakan akibat dari

adanya komplikasi/penyulit kehamilan, seperti koriamnionitis, infeksi saluran

kemih, dan sebanyak 65% adalah karena ketuban pecah dini (KPD) yang banyak

menimbulkan infeksi pada ibu dan bayi (Jannah, 2018)

Ketuban pecah dini merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban

sebelum persalinan. Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses

biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstraselular amnion, korion, dan

apoptosis membran janin (Jannah, 2018)

World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 Angka Kematian

Ibu (AKI) di dunia masih tinggi dengan jumlah 289.000 jiwa. Beberapa Negara
berkembang AKI yang cukup tinggi seperti di Afrika Sub-Saharan sebanyak

179.000 jiwa, Asia Selatan sebanyak 69.000 jiwa, dan di Asia Tenggara sebanyak

16.000 jiwa. AKI di Negara – Negara Asia Tenggara salah satunya di Indonesia

sebanyak 190 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2017, dalam Indryaswari,

2019).

AKI Yang telah dipublikasikan untuk kawasan Association of South east

Asian Nations (ASEAN) diantaranya Myanmar mencapai 178 per 100.000

Kelahiran Hidup, Indonesia 126 per 100.000 Kelahiran Hidup, Malaysia 6

per 100.000 Kelahiran Hidup, Thailand 20 per 100.000 Kelahiran Hidup,

dan Singapura 10 per 100.000 Kelahiran Hidup (UNICEF et al. 2015 dalam

Qomariah, 2018)

Di Indonesia berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar

359 per 100.000 kelahiran hidup. Faktor yang dapat menyebabkan kematian ibu

ini diantaranya adalah pendarahan 60-70%, pre-eklamsia dan eklamsia 10-20%,

dan infeksi 10-20%. Infeksi pada kehamilan 23% dapat disebabkan oleh kejadian

ketuban pecah dini.(Abrar, 2017).

Data dari profil dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun

2015 jumlah kematian ibu yang di laporkan menjadi 149 orang atau 99.38 per

100.000 kelahiran hidup, terdiri dari kematian ibu hamil 19 orang (12,75%),

kematian ibu bersalin 44 orang (29,53%), kematian ibu nifas 86 orang (57,71%),

adapun kematian ibu menurut umur yaitu <20 tahun sebanyak 21 orang, umur 20-

34 tahun sebanyak 83 orang, dan >35 tahun sebanyak 45 orang (Dinkes, 2016)
Angka Kematian Ibu di Kota Makassar menunjukkan penurunan dari

20,33/100.000 KH di tahun 2014 menjadi 19,85/100.000 KH di tahun 2015,

dimana terjadi 5 kematian ibu dari jumlah 25.181 kelahiran hidup di kota

makassar. (Profil Kesehatan Kota Makassar, 2015)

Berdasarkan data Medical Record RSIA Sitti Khadijah I Makassar Pada

Tahun 2016 jumlah ibu bersalin sebanyak 2.638 orang ibu bersalin yang

mengalami KPD sebanyak 178 (6,74%), Pada Tahun 2017 sebanyak 2.473 orang

ibu bersalin yang mengalami KPD sebanyak 35 (3,03%), Pada Tahun 2018

sebanyak 2.565 orang ibu bersalin yang mengalami KPD sebanyak 64 (2,49%),

Pada Tahun 2019 periode januari sampai dengan aprilsebanyak 882 orang ibu

bersalin yang mengalami KPD 49 (5,55%) (Data RSIA Sitti Khadijah I Makassar

2019).

Ada beberapa faktor yang mengalami Ketuban pecah dini (KPD) yaitu

usia kehamilan, paritas, umur ibu, pekerjaan dimana usia kehamilan merupakan

280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir.

Kehamilan aterm atau kehamilan ≥37 minggu sebanyak 8-10% ibu hamil akan

mengalami KPD, dan sebanyak 1% kejadian KPD pada ibu hamil preterm <37

minggu. Pada sebagian besar ibu bersalin dengan KPD yaitu antara umur

kehamilan 37 - 42 minggu. Saat mendekati persalinan terjadi peningkatan matrix

metalloproteinase yang cenderung menyebabkan KPD dan pada trimester akhir

akan menyebabkan selaput ketuban mudah pecah dikarenakan pembesaran uterus,

kontraksi rahim, dan gerakan janin. Sedangkan pada paritas yang mengalami

terjadinya ketuban pecah dini merupakan Indeks kehamilan resiko tinggi adalah
paritas 1 dan >3, merupakan terjadi pembesaran uterus dan peregangan berulang

sehingga mudah terjadi KPD. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau

dari sudut kematian maternal.

Kehamilan pada usia muda (<20 tahun) sering terjadi

penyulit/komplikasi bagi ibu maupun janin. Karena disebabkan belum matangnya

alat reproduksi untuk hamil, dimana rahim belum bisa menahan kehamilan

dengan baik sehingga selaput ketuban belum matang dan mudah mengalami

robekan sehingga dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Sedangkan

pada umur >35 tahun keadaan otot- otot dasar panggul tidak lagi elastik, sehingga

mudah terjadi penyulit/komplikasi seperti serviks mudah berdilatasi sehingga

dapat menyebabkan pembukaan serviks terlalu dini sehingga dengan mudahnya

terjadi ketuban pecah dini.

Aktivitas yang berlebihan dapat memicu terjadinya ketuban pecah dini,

mulanya akan menimbulkan His (kontraksi rahim) atau perdarahan pervaginam.

Kekuatan his semakin lama semakin kuat diikuti oleh pengeluaran lendir darah.

Perdarahan tersebut berasal dari pembuluh darah yang pecah pada kanalis

servikalis sat terjadi pendataran serviks. Kadang- kadang ketuban pecah terlebih

dahulu sebelum adanya his yang teratur.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian tertarik untuk

melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang

hubungan usia kehamilan paritas, umur ibu, pekerjaan dengan kejadian Ketuban

Pecah Dini di RSIA Sitti Khadijah I Makassar


Metode Penelitian Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitiansurvey analitik dengan pendekatan

Cross Sectional Study untuk mengetahui hubungan Ketuban Pecah

DinidenganUmur Ibu dan Pekerjaan Di RSIA Sitti Khadijah I Makassar tahun

2019.

Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei s.d Juni 2019 Tempat penelitian

dilaksanakan di RSIA Sitti Khadijah I Makassar

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang mengalami Ketuban

Pecah Dini dan ibu bersalin yang tidak mengalami Ketuban Pecah Dini pada

bulan Januari sampai April 2019 di RSIA Sitti Khadijah I Makassar sebanyak 882

orang.

Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin di RSIA Sitti Khadijah I

Makassar pada bulan Januari-April 2019. Dengan menggunakan rumus :

N
N=
1+ N ( d ) 2

Keterangan:

n = besarnya sampel penelitian

N = besarnya populasi

d = degree of reability (0,05)

dengan perhitungan sebagai berikut


882
N=
1+ 882 ( 0,06 ) 2

sar pada bulan Januari-April 2019. Dengan menggunakan rumus :

882
N=
3.205

N = 275,195 = 275

jadi, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak 275 orang.

Tehnik Pengambilan Sampel

Teknik Pengambilan Sampel dilakukan secara simple random sampling dimana

penelitian mengambil secara acak dari 882 populasi yang ada di RSIA Sitti

Khadijah I Makassar dan diambil sebanyak 275 orang untuk dijadikan sampel.

Pengolahan dan Penyajian Data

Pengkumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder,

pengolahan data dilakukan menggunakan sistem komputerisasi (software

Statistik).

Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di RSIA
Sitti Khadijah I Makassar 2019
Umur N %
<20 Tahun 1 0,4
20-35 Tahun 263 95,6
>35 Tahun 11 4,0
Jumlah 275 100
Sumber : Data Sekunder 2019

Menunjukkan distribusi responden berdasarkan. Sebagian besar umur responden

20-35 tahun sebanyak 263 (95,6%) dan sebagian kecil pada umur < 20 tahun

sebanyak (0,4).
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di RSIA
Sitti Khadijah I Makassar 2019

Pendidikan N %
Tidak Sekolah 3 1,1
SD 7 2,5
SMP 16 5,8
SMA 207 73,3
Perguruan Tinggi 42 15,3
Jumlah 275 100
Sumber : Data Sekunder 2019

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden memiliki pendidikan


adalah sekolah menengah atas (SMA) yaitu sebanyak 207 orang (73,3%) dan yang
tamat perguruan tinggi yaitu 42 orang (15,3%).
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di RSIA
Sitti Khadijah I Makassar 2019

Pekerjaan N %
IRT 196 71,3
PNS 15 5,5
Wiraswasta 20 7,3
Karyawan 25 9,1
Lain-lain 19 6,9
Jumlah 275 100
Sumber : Data Sekunder 2019

Berdasarkan tabel diatas, sebagai besar responden memiliki pekerjaan


sebagaiIbu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebesar 196 orang (71,3%) dan yang
pekerjaan sebagai Karyawan sebesar 25 orang (9,1%).
Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
di RSIA Sitti Khadijah I Makassar Tahun 2019
Umur N %
<20 tahun 19 6,9
20-35 tahun 241 87,6
>35 tahun 15 5,5
Jumlah 275 100
Sumber: Data Sekunder

Menunjukkan distribusi responden berdasarkan. Sebagian besar umur

responden 20- 35 T ahun sebanyak 241 (87,6%), sebagian kecil pada umur <20

tahun 19 (6,9%) dan >35 tahun 15(5,5%).

Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di RSIA Siti Khadijah I Makassar
2019
Pendidikan n %
SMP 31 11,3
SMA 217 78,9
D3 27 9,8
Jumlah 275 100
Sumber: Data Sekunder

Menunjukkan distribusi responden berdasarkan. Sebagian besar

pendidikan responden SMA sebanyak 217 (78,9%) dan sebagian kecil pendidikan

responden SMP sebanyak 31 (11,3%), D3 ebanyak (9,8%)

Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di RSIA
Sitti Khadijah I Makassar Tahun 2019
Pendidikan N %
IRT 175 63,6
PNS 16 5,8
Wiraswasta 35 12,7
Karyawan 13 4,7
Lain-lain 36 13,1
Jumlah 275 100
Sumber : Data sekunder 2019

Menunjukkan distribusi responden berdasarkan. Sebagian besar

pekerjaan responden IRT sebanyak 175 (63,3%) dan sebagian kecil pekerjaan

responden padaLain- lain sebanyak 36 (13,1%), Wiraswasta sebanyak 35 (12,7%),

PNS sebanyak 16 (5,8%), dan Karyawan sebanyak 13 (4,7%)


Table 7
Hubungan Usia Kehamilan Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini
Di RSIA Sitti Khadijah I Makassar 2019
Ketuban pecah dini
Tidak Total
Usia Kehamilan Mengalami Ρ
Mengalami
n % N % n %
Preterm 3 1,1% 0 0% 3 1,1%
Aterm 46 16,7% 226 82,2% 272 98,9% 0,005
Total 49 17,8% 226 82,2% 275 100%
Sumber : Data Sekunder 2019

Berdasarkan data tabel antara usia kehamilan dengan ketuban pecah

dini. Dari 275 responden Ibu yang mengalami usia kehamilan preterm dengan

ketuban pecah dini sebanyak 3(1,1%) dan usia kehamilan dengan preterm yang

tidak mengalami sebanyak 0 (0,0%) dengan total sebanyak 3 orang (1,1%),

jumlah ini lebih aterm yang mengalami sebanyak 46 (16,7%) dan usia kehamilan

aterm yang tidak mengalami sebanyak 226 (82,2%) dengan total sebanyak 272

(98,9%).

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh

nilai p= 0,05 < dari α= 0,05, ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan

demikian ada hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian ketuban pecah

dini di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar

Berdasarkan data tabel antara paritas dengan kejadian ketuban pecah

dini. Dari 275 responden Paritas yang beresiko mengalami sebanyak 29 10,5%

dan paritas yang beresiko tidak mengalami sebanyak 87 (31,6%) dengan total

sebanyak 116 (42,2%) jumlah ini lebih tinggi di bandingkan dengan paritas tidak

beresiko yang mengalami sebanyak 20 (7,3%) dan paritas tidak beresiko yang
tidak mengalami sebanyak 139 (50,5%) dengan total sebanyak 159 (57,8%).

Dari hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p= 0,01 < dari α = 0,05,

ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian ada hubungan antara

paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar.

Tabel 9
Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian ketuban pecah dini
Di RSIA Sitti Khadijah I Makassar Tahun 2019
n % n % n %
Beresiko 12 4,4 43 15,6 55 20
Tidak Beresiko 37 13,5 183 66,5 220 80 0,503
Total 49 17,8 226 82,2 275 100
Sumber: Data Sekunder

Menunjukkan hasil analisis hubungan antara Umur Ibu dengan Ketuban

Pecah Dini. Dari 275 responden Ibu bersalin dengan umur beresiko yang

mengalami KPD sebanyak 12 (4,4%) dan yang tidak mengalami KPD sebanyak

43 (15,6%) Sedangkan ibu bersalin yang tidak beresiko mengalami KPD

sebanyak 37 (13,5) dan yang tidak mengalami KPD sebanyak 183 (66,5%).

Dari hasil uji statistic dengan menggunakan Uji Chi-Squarediperoleh

nilai p (0,503) > (0,05), makabisa diambil kesimpulan bahwa pada penelitian

hubungan antara umur ibu dengan kejadian ketuban pecah dini ini berarti Ho

diterima dan Ha ditolak, dengan demikian tidak ada hubungan antara umur ibu

dengan kejadian ketuban pecah dini di RSIA Sitti Khadijah I Makassar.

Tabel 10
Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSIA Sitti Khadijah
I Makassar Tahun 2019
n % n % n %
Bekerja 25 9,1 75 27,3 100 36,4
Tidak Bekerja 24 8,7 151 54,9 175 63,6 0,029
Total 49 17,8 226 63,6 275 100
Sumber: Data Sekunder 2019
Menunjukkan hasil analisis hubungan antara pekerjaan dengan Ketuban

Pecah Dini. Dari 275 responden Ibu bersalin yang bekerja mengalami KPD

sebanyak 25 (9,1%) dan yang tidak mengalami KPD sebanyak 75 (27,3%).

Sedangkan ibu bersalin yang tidak bekerja mengalami KPD sebanyak 24 (8,7) dan

yang tidak mengalami KPD sebanyak 151 (54,9%).

Dari hasil uji statistic dengan menggunakan Uji Chi-Squarenilai p

(0,029)< (0,05), makabisa diambil kesimpulan bahwa pada penelitian hubungan

antara pekerjaan ibu dengan kejadian ketuban pecah dini ini berarti Ho ditolak dan

Ha diterima, dengan demikian ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian

ketuban pecah dini di RSIA Sitti Khadijah I Makassar.

Pembahasan

Hubungan Usia kehamilan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

Usia kehamilan adalah lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai

partus kira- kira 280 (40 minggu dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Pada

umumnya ibu dengan preterm lebih, cenderung mengalami ketuban pecah dini

dikarenakan masih lemahnya kekuatan selaput ketuban yang berhubungan dengan

perbesaran dan usia uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Tetapi dari hasil uji

statistic yang telah dilakukan, diperoleh hasil ibu dengan usia kehamilan aterm

juga mengalami ketuban pecah dini. Hal ini dapat disebabkan oleh Faktor lain

seperti pola pekerjaan ibu hamil yang terlalu berat dapat berakibat pada kelelahan

dan akan menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah

dini.
Berdasarkan penelitian ini di hasil analisis usia kehamilan terhadap

kejadian KPD di dapatkan ibu dengan Preterm yang mengalami sebanyak 3

(1,1%) dan usia kehamilan dengan preterm yang tidak mengalami sebanyak 0

(0,0%) dengan total sebanyak 3 (1,1%), jumlah ini lebih rendah di bandingkan

dengan usia kehamilan aterm yang mengalami sebanyak 46 (16,7%) dan usia

kehamilan aterm yang tidak mengalami sebanyak 226 (82,2%) dengan total

sebanyak 272 (98,9%).

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia kehamilan preterm yang

mengalami ketuban pecah dini sebanyak 3 (1,1%) karena disebabkan beberapa

faktor diantaranya kehamilan dibawaa <36 beresiko terjadi infeksi rahim, cedera

fisik, rahim dan kantung ketuban yang terlalu teregang, kebiasaan buruk seperti

merokok atau menggunakan narkoba selama kehamilan,dan riwayat KPD pada

kehamilan sebelumnya.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia kehamilan aterm yang

mengalami ketuban pecah dini sebanyak 46 (16,7%) karena kelemahan pada

selaput janin diatas os serviks internal yang memicu robekan, perdarahan dan

infeksi yang bisa menyebabkan KPD.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia kehamilan aterm yang tidak

mengalami ketuban pecah dini sebanyak 226 (82,2%) dapat dipengaruhi faktor

lain yaitu pendidikan dimana ibu hamil yang berpendidikan tinggi serta mengerti

dengan kondisinya akan langsung datangi kepetugas kesehatan, Tingkat

pendidikan akan menentukan pengetahuan seseorang, semakin tinggi tingkat

pendidikan ibu semakin banyak pengetahuan yang ia dapat.


Dari hasil uji statistic dengan menggunakan Chi Square diperoleh nilai p

(0,05) > α (0,05), maka diambil kesimpulan bahwa pada penelitian hubungan

antara usia kehamilan ibu dengan kejadian ketuban pecah dini ini berarti Ho

ditolak dan Ha diterima, jadi kesimpulannya adalah ada hubungan antara usia

kehamilan terhadap kejadian ketuban pecah dini di RSIA Sitti Khadijah 1

Makassar.

Pendapat yang sama dengan penelitian ini di sampaikan oleh Maria

(2016) Pada perhitungan uji statistik dengan estimasi α = 0,05, diperoleh p =

0,000 < 0,05 dan didapatkan X2 hitung = 7,509> X2 tabel dengan df = 1 yaitu

3,841. Maka Ho ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara

kejadian ketuban pecah dini dengan usia kehamilan di RSUD dr. Rubini

Mempawah.

Hubungan Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

Paritas adalah kelahiran bayi yang mampu bertahan hidup. Paritas

dicapai pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram. Berdasarkan

penelitian ini hasil analisis paritas terhadap kejadian KPD di dapatkan ibu yang

beresiko mengalami sebanyak 29 10,5% dan paritas yang beresiko tidak

mengalami sebanyak 87 (31,6%) dengan total sebanyak 116 (42,2%) jumlah ini

lebih tinggi di bandingkan dengan paritas tidak beresiko yang mengalami

sebanyak 20 (7,3%) dan paritas tidak beresiko yang tidak mengalami sebanyak

139 (50,5%) dengan total sebanyak 159 (57,8%)

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa paritas primipara dan

grendemultipar beresiko yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 29


(10,5%) berkaitan dengan kondisi psikologis, mencakup saat hamil, gangguan

fisiologis seperti emosional dan kecemasan akan kehamilan.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa paritas primipara dan

grendemultipar beresiko yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 87

(31,6%), ini berarti tidak selamanya paritas beresiko mengalami KPD, karena

dapat di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi tentang

pemeriksaan kehamilan secara teratur, pemberian vitamin, suntik TT (Tetanus

Toxoid), makanan yang bergizi. Jadi ibu bisa mencegah sebelum terjadinya KPD

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa paritas multipara yang mengalami

ketuban pecah dini sebanyak 20 (7,3%) karena konsistensi serviks yang tipis,

kemungkinan terjadinya ketuban pecah dini lebih besar dengan adanya tekanan

intrauterin pada saat persalinan. konsistensi serviks yang tipis dengan proses

pembukaan serviks sehingga dapat beresiko ketuban pecah sebelum pembukaan

lengkap.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa peritas multipara tidak

beresiko, tidak mengalami KPD sebanyak 139 (50,5%) karena dapat di sebabkan

oleh beberapa faktor yaitu pemeriksaan kehamilan dilakukan secara teratur,

kebiasaan hidup sehat (konsumsi makanan sehat, minum cukup dan olahraga

teratur), membersihkan daerah kemaluan secara benar (dari depan ke belakang)

terutama setelah buang air kecil dan besar. sehingga nantinya dapat menurunkan

resiko terjadinya ketuban pecah dini

Dari hasil uji statistic dengan menggunakan Chi Square diperoleh nilai p
(0,01) > α (0,05), maka bisa diambil kesimpulan bahwa pada penelitian hubungan

antara usia paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah dini ini berarti Ho ditolak

dan Ha diterima, jadi kesimpulannya adalah ada hubungan antara paritas terhadap

kejadian ketuban pecah dini di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar.

Pendapat yang sama dengan penelitian ini di sampaikan oleh rosmiarti

(2016) dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value 0,010 ≤ 0,05 berarti

ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan terjadinya ketuban pecah

dini Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

Hubungan Umur Ibu Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

Umur ibu merupakan salah satu tolak ukur kesiapan seorang ibu untuk

melahirkan, dimana usia ideal untuk menjalani proses kehamilan dan persalinan

adalah usia 20-35 tahun. Wanita yang berusia kurang dari 20 tahun biasanya

memiliki kondisi psikis yang belum matang serta kemampuan finansial yang

kurang mendukung.Sementara wanita yang berusia lebih dari 35 tahun cenderung

mengalami penurunan kemampuan reproduksi.

Hasil analisisis hubungan antara umur ibu dengan ketuban pecah dini.

Ibu bersalin dengan umur beresiko yang mengalami KPD sebanyak 12 (4,4%) dan

yang tidak mengalami KPD sebanyak 43 (15,6%). Jumlah ini lebih kecil

dibandingkan dengan yang tidak beresiko mengalami KPD sebanyak 37 (13,5%)

dan yang tidak mengalami KPD sebanyak 183 (66,5%).

Dari hasil penelitian diperoleh terdapat umur ibu beresiko mengalami

KPD sebanyak 12 (4,4%) ini menunjukkan usia ibu yang <20 tahun, termasuk

usia terlalu muda dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan
sehingga rentan mengalami ketuban pecah dini. Sedangkan usia>35 tahun

tergolong usia yang terlalu tua untuk melahirkan khususnya pada ibu primi (tua)

dan beresiko tinggi mengalami ketuban pecah dini.

Dari hasil penelitian diperoleh terdapat umur ibu beresiko tetapi tidak

mengalami KPD sebanyak 43 (15,6%), ini berarti tidak selamanya umur beresiko

mengalami KPD. Hal ini dikarenakan perkembangan atau kematangan organ

reproduksi setiap wanita tidak sama. Banyak faktor yang mempengaruhi

kematangan organ reproduksi. Jadi ibu bisa mencegah sebelum terjadinya KPD

dengan cara pemeriksaan ANC secara teratur, pentingnya menjaga pola hidup

sehat seperti mengonsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, membiasakan

diri menjaga personal hygiene sehingga nantinya dapat menurunkan resiko

terjadinya ketuban pecah dini.

Dari hasil uji statistic dengan menggunakan Uji Chi-Square diperoleh

nilai p (0,503) > (0,05), maka bisa diambil kesimpulan bahwa pada penelitian

hubungan antara umur ibu dengan kejadian ketuban pecah dini ini berarti Ho

diterima dan Ha ditolak, jadi kesimpulannya adalah dengan demikian tidak ada

hubungan antara umur ibu dengan kejadian ketuban pecah dini di RSIA Sitti

Khadijah I Makassar.

Pendapat yang sama dengan penelitian ini disampaikan oleh Sakinah

Mawaddah (2016) dari hasil analisis dengan uji chi square menunjukkan nilai p =

(0,11) > (0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara faktor usia dengan

kejadian KPD. Hal tersebut memperlihatkan bahwa faktor usia tidak berpengaruh

terhadap kejadian ketuban pecah dini pada ibu hamil


Hubungan Pekerjaan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

Kehamilan bukanlah merupakan halangan untuk berkarya asalkan

dikerjakan dalam pengertian sedang hamil. Pada dasarnya, ibu hamil

diperbolehkan untuk bekerja, tetapi jangang terlampau berat. Ibu harus mampu

mengatur waktu untuk istirahat, karena bila terlalu lelah untuk bekerja

dikhawatirkan dapat merangsang kontraksi rahim (His) lebih awal.

Hasil analisis hubugan antara pekerjaan dengan ketuban pecah dini. Ibu

bersalin yang bekerja mengalami KPD sebanyak 25 (9,1%) dan yang tidak

mengalami KPD sebanyak 75 (27,3%). Jumlah ini lebih besar dibandingkan

dengan yang tidak bekerja mengalami KPD sebanyak 24 (8,7%) dan yang tidak

mengalami KPD sebanyak 151 (54,9%).

Dari hasil penelitian diperoleh terdapat ibu yang bekerja mengalami KPD

sebanyak 25 (9,1%), hal ini dikarenakan pola pekerjaan ibu hamil berpengaruh

terhadap kebutuhan energi. Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan

dengan kerja lama melebihi 3 jam perhari dapat berakibat kelelahan. Bekerja

terlalu lelah akan meningkatkan produksi hormon oksitosin oleh hipofise posterior

yang merupakan pemicu terjadinya kontraksi dini. Kontraksi yang semakin lama

semakin sering akan menyebabkan selaput ketuban tidak lagi mampu menahan

kehamilannya.

Dari hasil penelitian diperoleh terdapat ibu yang tidak bekerja mengalami

KPD sebanyak 24 (8,7%), ini berarti tidak selamanya ibu yang bekerja mengalami

KPD, ada juga yang tidak bekerja mengalami KPD, pada kelompok yang dibagi

berdasarkan pekerjaan pasien ketuban pecah dini didapatkan pekerjaan ibu rumah
tangga merupakan pekerjaan yang paling dominan. Namun demikian, pekerjaan

IRT juga dapat menguras energi yang berakibat kelelahan mengakibatkan

lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah dini (Wiadnya, 2016).

Dari hasil uji statistic dengan menggunakan Uji Chi-Squarenilai p (0,029)

< (0,05), makabisa diambil kesimpulan bahwa pada penelitian hubungan antara

pekerjaan ibu dengan kejadian ketuban pecah dini ini berarti Ho ditolak dan Ha

diterima, jadi kesimpulannya adalah dengan demikian ada hubungan antara

pekerjaan ibu dengan kejadian ketuban pecah dini

Pendapat yang sama dengan penelitian ini disampaikan oleh Nur Rohmawati, dkk

(2018) dari hasil analisis dengan uji chi square yang diperoleh pvalue = (0,019)

dimana nilai value kurang dari 0,05 (0,019 < 0,05) Ho ditolak dan Ha diterima

artinya ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kejadian ketuban pecah

dini

Kesimpulan

Dari empat variabel yaitu usia kehamilan, paritas, umur ibu, pekerjaan ada tiga

variabel yang berhubungan yaitu usia kehamilan, peritas, pekerjaan dan ada satu

yang tidak berhubungan yaitu umur ibu dengan kejadian ketuban pecah dini di

RSIA Sitti Khadijah I Makassar Tahun 2019.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan untuk peneliti selanjutnya,

diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan atau

sumber data untuk penelitian selanjutnya dan melakukan penelitian lebih lanjut

dengan variable yang berbeda.


Daftar Pustaka

DINKES, 2016. Profil Kesehatan Prov. Sulawesi Selatan 2015.

Hidayat Asri, 2010. Asuhan Persalinan Normal

Indryaswari, Deni Septiani, 2019. Penyakit Penyerta Pada Kehamilan


Dengan Status Lahir Bayi Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Delanggu Klaten

Jannah, 2018. Hubungan Antara Paritas Dengan Kejadian Ketuban


Pecah Dini Pada Ibu Hamil. Volume 2 No. 1, Maret 2018

Maria agatha, sari, 2016. Hubungan Usia Kehamilan Dan Paritas Ibu
Bersalin Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini.

Mawaddah Sakinah. 2016. Hubungan Usia Ibu, Paritas,Jumlah


anin,Dan Anemia Dengan Diagnosis KejadianKetuban Pecah Dini (KPD) Di
Rumah Sakit Umum Tangerang Selatan Pada Tahun 2015. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal 30

Qomariah, Sitti, dkk. 2018. Analisis Penggunaan Kontrasepsi Suntik


Terhapat Gangguan Menstruasi Jurnal Asuhan Ibu dan Anak

Rohmawati Nur, Fibriana. 2018. Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit


Umum Daerah Ungaran. Universitas Negeri Semarang, (Online),
(http://journal.unnes.a c.id/sju/index.php/higeia diakses 26 Juni 2019)

Rosmiarti, 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin Di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang Tahun 2013. Volume 2, Nomor 1,September
2016
Berikut contoh tabel reading jurnal:

Jurnal Judul Populasi Intervensi Comparasion Outcome Time


Faktor yang Penelitian Hubungan Dari empat
Ikrawanty Populasi Usia Waktu
Berhubungan yang variabel
Ayu W, Terhadap dalam digunakan kehamilan yaitu usia penelitian
Melisa Kejadian penelitian adalah Dengan kehamilan, dilaksanakan
Febrianti, Ana Ketuban ini adalah Kejadian pada bulan
penelitiansur paritas, Mei
Octaviani Pecah Dini Ketuban
semua ibu vey analitik umur ibu, s.d Juni 2019
Akademi Pecah Dini
(KPD) di dengan
Kebidanan
bersalin Hubungan pekerjaan
Puskesmas pendekatan ada tiga
yang Paritas
Pelamonia Bowong Cross variabel
Makassar mengalami Dengan
CindeaTahun Sectional yang
Ketuban Kejadian
2019 Study untuk berhubunga
Pecah Dini Ketuban
mengetahui Pecah Dini n yaitu usia
dan ibu hubungan kehamilan,
bersalin Ketuban Hubungan peritas,
yang tidak Pecah Umur Ibu pekerjaan
mengalami DinidenganU Dengan dan ada satu
Ketuban mur Ibu dan Kejadian yang tidak
Pekerjaan Di Ketuban berhubunga
Pecah Dini
Puskesmas Pecah Dini n yaitu umur
pada bulan Bowong ibu dengan
Januari Cindeatahun Hubungan kejadian
sampai 2019. Pekerjaan ketuban
April 2019 Dengan pecah dini di
Kejadian Puskesmas
di
Ketuban
Puskesmas Bowong
Pecah Dini
Bowong CindeaTahun
2019.
Cindeaseb
anyak 882
orang.

Bertitik tolak dari hal tersebut diatas maka penulis mencoba untuk

mengambil Asuhan kebidanan intra natal pada klien dengan kasus partus lama

dengan mengkaji dan memaparkannya lewat karya tulis ini guna mencari solusi

terbaik atas permasalahan di atas.


Studi Dokumentasi Membaca dan mempelajari status kesehatan yang

berhubungan dengan keadaan klien, baik yang bersumber dari perawatan klien

maupun dari sumber lain yang menunjang seperti status klien melalui rekam

medik.

Usia kehamilan adalah lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai

partus kira- kira 280 (40 minggu dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Pada

umumnya ibu dengan preterm lebih, cenderung mengalami ketuban pecah dini

dikarenakan masih lemahnya kekuatan selaput ketuban yang berhubungan dengan

perbesaran dan usia uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Tetapi dari hasil uji

statistic yang telah dilakukan, diperoleh hasil ibu dengan usia kehamilan aterm

juga mengalami ketuban pecah dini. Hal ini dapat disebabkan oleh Faktor lain

seperti pola pekerjaan ibu hamil yang terlalu berat dapat berakibat pada kelelahan

dan akan menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah

dini.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia kehamilan aterm yang

mengalami ketuban pecah dini sebanyak 46 (16,7%) karena kelemahan pada

selaput janin diatas os serviks internal yang memicu robekan, perdarahan dan

infeksi yang bisa menyebabkan KPD. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia

kehamilan aterm yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 226 (82,2%)

dapat dipengaruhi faktor lain yaitu pendidikan dimana ibu hamil yang

berpendidikan tinggi serta mengerti dengan kondisinya akan langsung datangi

kepetugas kesehatan, Tingkat pendidikan akan menentukan pengetahuan

seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin banyak pengetahuan


yang ia dapat Hubungan Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

Paritas adalah kelahiran bayi yang mampu bertahan hidup. Paritas

dicapai pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram. Berdasarkan

penelitian ini hasil analisis paritas terhadap kejadian KPD di dapatkan ibu yang

beresiko mengalami sebanyak 29 10,5% dan paritas yang beresiko tidak

mengalami sebanyak 87 (31,6%) dengan total sebanyak 116 (42,2%) jumlah ini

lebih tinggi di bandingkan dengan paritas tidak beresiko yang mengalami

sebanyak 20 (7,3%) dan paritas tidak beresiko yang tidak mengalami sebanyak

139 (50,5%) dengan total sebanyak 159 (57,8%) Dari hasil penelitian didapatkan

bahwa paritas primipara dan grendemultipar beresiko yang mengalami ketuban

pecah dini sebanyak 29 (10,5%) berkaitan dengan kondisi psikologis, mencakup

saat hamil, gangguan fisiologis seperti emosional dan kecemasan akan kehamilan.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa paritas primipara dan

grendemultipar beresiko yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 87

(31,6%), ini berarti tidak selamanya paritas beresiko mengalami KPD, karena

dapat di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi tentang

pemeriksaan kehamilan secara teratur, pemberian vitamin, suntik TT (Tetanus

Toxoid), makanan yang bergizi. Jadi ibu bisa mencegah sebelum terjadinya KPD
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari empat variabel yaitu usia kehamilan, paritas, umur ibu, pekerjaan

ada tiga variabel yang berhubungan yaitu usia kehamilan, peritas, pekerjaan dan

ada satu yang tidak berhubungan yaitu umur ibu dengan kejadian ketuban pecah

dini di Puskesmas Bowong CindeaTahun 2019.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan untuk peneliti

selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan

masukan atau sumber data untuk penelitian selanjutnya dan melakukan penelitian

lebih lanjut dengan variable yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

DINKES, 2016. Profil Kesehatan Prov. Sulawesi Selatan 2015.

Hidayat Asri, 2010. Asuhan Persalinan Normal

Indryaswari, Deni Septiani, 2019. Penyakit Penyerta Pada Kehamilan Dengan

Status Lahir Bayi Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Delanggu Klaten

Jannah, 2018. Hubungan Antara Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

Pada Ibu Hamil. Volume 2 No. 1, Maret 2018

Maria agatha, sari, 2016. Hubungan Usia Kehamilan Dan Paritas Ibu Bersalin

Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini.

Mawaddah Sakinah. 2016. Hubungan Usia Ibu, Paritas,Jumlah Janin, Dan

Anemia Dengan Diagnosis Kejadian

Ketuban Pecah Dini (KPD) Di Rumah


LAMPIRAN

Jurnal Asli dilampirkan


TATA TERTIB MAHASISWA DI LAHAN PRAKTIK
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
A. Sikap

1. Disiplin dalam tugas

2. Kerja sama dengan orang lain sesuai dengan ketentuan institusi

3. Inisiatif dalam bekerja

4. Bertanggung jawab dalam tugas yang diberikan

5. Komunikasi yang baik dengan klien

6. Perhatian dalam bekerja

7. Jujur, sopan dan teliti dalam bekerja

B. Waktu kehadiran

1. Jam 07.30 sampai 14.00 WITA untuk dinas pagi

2. Jam 14.00 sampai 21.00 WITA untuk dinas sore

3. Jam 21.00 sampai 07.30 WITA untuk dinas malam

C. Tidak diperkenankan meninggalkan ruangan tempat praktik tanpa seizin

kepala ruangan/pembimbing atau petugas ruangan serta tidak

diperkenankan meninggalkan lokasi/wilayah praktik klinik tanpa seizin C.I

institusi

D. Sanksi penggantian dinas praktik diberikan kepada mahasiswa apabila

(disesuaikan oleh lahan) :

1. Izin 1 hari ganti dinas 1 hari

2. Sakit 1 hari ganti dinas 1 hari (harus ada surat keterangan Dokter)

3. Alpa 1 hari ganti dinas 2 hari

4. Bila mahasiswa merusak, menghilangkan alat-alat di ruangan praktik


berkewajiban mengganti alat tersebut

5. Mahasiswa berkewajiban menjaga kebersihan dan kesterilan alat-alat dan

bahan praktik yang dimiliki di lahan praktik

6. Tidak diperkenankan menggunakan alat-alat dan bahan praktik milik lahan

praktik, milik klien dan atau memindahkan tanpa sepengetahuan kepala

ruangan

7. Mahasiswa baik secara pribadi atau kelompok berkewajiban mengganti

alat-alat, bahan-bahan praktik yang hilang atau rusak selama praktik

8. Mahasiswa hendaknya membawa sendiri alat-alat pemeriksaan fisik

E. Ketentuan Pakaian Praktik


1. Pada saat melakukan praktik, mahasiswa harus menggunakan pakaian

praktik lengkap (putih-putih) dengan atribut, sepatu putih dan

berpenampilan rapi, bersih dan sopan

2. Menggunakan atribut :

a. Papan nama di sebelah kanan

b. Lencana (Logo) di sebelah kiri

3. Tidak diperkenankan memakai training spak (baju olahraga) saat

melakukan praktik kecuali persetujuan pihak lahan

4. Tidak diperkenankan memakai perhiasan kecuali jam tangan (yang

memakai jarum detik) saat melakukan praktik.

Demikianlah buku pedoman ini disusun sebagai acuan dalam mencapai target

yang telah ditetapkan. Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai