Anda di halaman 1dari 185

LOGO UMPALOPO

BUKU LOGBOOK PRAKTIK PROFESI


STASE PERSALINAN

IDENTITAS MAHASISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI

FOTO

Nama Mahasiswa :
NIM :
Tempat/ Tanggal Lahir :
No. HP :
Email :
Alamat :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI PROGRAM PROFESI


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS (ITKES)
MUHAMMADIYAH SIDRAP 2022/2023

1
SAMBUTAN
REKTOR ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

Dengan senantiasa memanjatkan puji dan syukur kepada Allah


SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya jualah maka Logbook
Praktik Stase Persalinan Program studi Pendidikan Profesi Bidan
Program Profesi ITKES Muhammadiyah Sidenreng Rappang tahun
2022/2023 dapat diselesaikan.
Kami haturkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas
kerjasama dalam melaksanakan tugas – tugas ini dengan baik
Harapan kami dengan Kepada semua pihak yang telah berjasa
dalam penyusunan loogbook ini, sekali lagi diucapkan terima kasih.
Dan marilah kita berkomitmen untuk memajukan Pendidikan Tinggi
ITKES Muhammadiyah Sidrap dengan menjadi bagian penting dalam
Peningkatan Sumber Daya Manusia yang islami dan berkemajuan.

Pangkajene, 11 Zulhijjah 1443 H


20 Juli 2022 M
Rektor,

DR.Muhammad Tahir, SKM.,M. Kes


NBM. 1069207

2
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,


karena atas izin-Nya jualah maka Logbook Praktik Stase Persalinan
. Program studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi ITKES
Muhammadiyah Sidenreng Rappang tahun 2022 - 2023 dapat
diselesaikan.
Kami sadar bahwa apa yang terkandung dalam pedoman ini

belum tersaji dengan optimal, sehingga perlu kritik dan saran demi

tersempurnanya pedoman ini.

Jazakumullahu khairan katsiran.

Fastabiqulkhaerat.

Sidrap, 20 Agustus 2022 Ketua Prodi


Pendidikan Profesi Bidan
ITKes Muhammadiyah Sidrap

Wilda Rezki Pratiwi, S.ST., M.


Kes NIDN : 0906129102

3
METODE BIMBINGAN EVALUASI
STASE Manaj
CBD BST K OMP DOPS Mini C OSLER OSCE Laporan TOTAL
TutorialK RefleksiK JournalR
(COC)
Keterampilan Dasar Praktik
Kebidanan 1 3 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 7

Asuhan Kebidanan pada Pra


1 2 0 1 0 2 1 0 1 0 0 2 10
Nikah dan Pra Konsepsi
Asuhan KebidananKehamilan
2 50 0 1 0 2 4 2 2 1 0 16 80
Asuhan KebidananPersalinan
1 23 1 1 0 1 5 2 2 1 0 2 39
Asuhan Kebidanan Bayi Baru
1 25 1 1 0 2 3 1 1 1 0 9 45
Lahir
Asuhan Kebidanan Nifas 1 60 1 1 0 2 5 2 2 1 0 20 95
Asuhan Kebidanan Pada Bayi,
1 61 0 1 0 2 5 2 2 1 0 20 95
Balita dan Anak Pra Sekolah
Asuhan Keluarga Berencana
1 10 0 1 0 2 1 1 1 1 0 2 20
dan Pelayanan Kontrasepsi
Asuhan Pada Remaja dan
1 2 0 1 0 0 0 1 2 0 0 1 8
Perimenopause
Asuhan Kebidanan
0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2
berkelanjutan
Asuhan Kebidanan Komunitas
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
Manajemen Pelayanan
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
Kebidanan
TOTAL 10 236 3 8 4 13 24 15 13 6 0 76 405

4
STASE IV

ASUHAN KEBIDANAN
PERSALINAN

58
STASE IV
ASUHAN PERSALINAN

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan pengalaman belajar klinik pada
mahasiswa dalam lingkup asuhan kebidanan kepada
ibu bersalin meliputi Persiapan persalinan fisiologis
Asuhan pada kala 1 persalinan, Konseling Persalinan,
Asuhan Persalinan Kala III, Kala IV fisiologi
Kegawatdaruratan Maternal pada persalinan
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada persalinan
secara holistic, komprehensif dan berkesinambungan
yang di dukung kemampuan berpikir kritis, rasionalisasi
klinis dan reflektif
b. Mampu mengelolah pertolongan persalinan fisiologi atas
tanggung jawab sendiri
c. Mampu melakukan deteksi dini, konsultasi, ko laborasi
dan rujukan, didukung kemampuan berpikir kritis dan
rasionalisasi klinis sesuai lingkup asuhan kebidanan
d. Mampu melakukan penanganan awal
kegawatdaruratan maternal neonatal sesuai standar
mutu yang berlaku
e. Mampu melakukan kemampuan manajemen pengelolah
pencegahan infeksi, pasien safety dan upaya bantuan
hidup dasar
f. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan dan
pelopor pelayanan kebidanan sesuai kode etik profesi

59
g. Mampu melakukan KIE, promosi kesehatan dan
konseling tentang pandangan tentang persalinan sebagai
profesi fisologi
h. Mampu melakukan upaya pemberdayaan perempuan
sebagai mitra untuk meningkatkan kesehatan
perempuan, ibu dan anak, dan antisipasi
masalah, pencegahan komplikasi dan
kegawatdaruratan.
i. Mampu membuat keputusan secara tepat dalam
pelayanan kebidanan berdasarkan pemikiran logis,
kritis, inovatif sesuai dengan kode etik
B. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN
Waktu Praktik :

Tempat :
Bagian :

C. KOMPETENSI YANG INGIN DICAPAI

1. Asuhan dan pendekatan pada persalinan normal

2. Melakukan asuhan persiapan dan ketahanan emosi


dalam persalinan

3. Mempertahankan kenyamanan dan manajemen nyeri

4. Perubahan psikologis selama persalinan dan


dampaknya

5. promosi dan advokasi contohnya pada gentle dan


active birth

6. Mempertahankan kenormalan persalinan (termasuk


analisis pendekatan gentle birth dan asuhan holistic
dalam kehamilan)

7. Mendampingi ibu bersalin

60
8. Peran bidan sebagai pendamping dan pelindung
dalam persalinan dan kelahiran (advocate)

9. Asuhan sayang ibu dan pelayanan kebidanan yang


responsive

10. Analisis intake/output

11. Status kesehatan ibu (chart review, keadaan umum)

12. Status kesehatan janin (chart review, pemantauan


DJJ, amniotic fluid evalution)

13. Dukungan pada persalinan

14. Status persalinan

15. Evaluasi aktivitas (posisi, nyeri, psikologi)

16. Penilaian kemajuan persalinan dengan partograf

17. dukungan pada ibu dan support system

18. Status kesehatan Ibu (keadaan umum, tanda-tanda


vital, pemeriksaan fisik)

19. Status kesehatan janin (pemantauan kesehatan janin,


amniotic fluid evalution)

20. Status persalinan (pemeriksaan fisik)

21. Nyeri/psikologis/ibu status

22. Manajemen dan administrasi obat yang digunakan


dalam asuhan persalinan

23. Persiapan persalinan

24. Menetukan posisi persalinan

25. Keterampilan pertolongan persalinan normal

26. Risk assessment tools

27. Keterampilan pertolongan persalinan sungsang

61
28. Keterampilan pertolongan persalinan dengan
ekstraksi vakum pada kepala di dasar panggul pada
kasus

29. Asuhan pada ibu bersalin dan bayi dengan kebutuhan


kompleks

30. Patient safety pada asuhan persalinan dan bayi baru


lahir

31. IMD

32. Mekanisme pelepasan plasenta

33. Kelahiran Plasenta

34. Perubahan fisik pada postpartum dini

35. Manajemen postpartum dini

36. Aspek emosi dan psikososial pada post partum dini

37. Kebutuhan pendidikan kesehatan health education


pada psot partum dini

38. Keterampilan melakukan manual plasenta pada


kasus retensio plasenta

39. Keterampilan komunikasi efektif termasuk dalam


pengkajian dan dokumntasinya (contoh SBAR)

40. Lingkup praktek Bidan dalam asuhan persalinan dan


BBL

41. Menilai penyebab dan manajemen trauma perineal

42. Pengendalian infeksi dan perawatan luka

43. Pembelajaran interprofessional dan bekerja


interdisiplin, refleksi praktik klinik, penurunan risiko
dan promosi kesehatan pada persalinan dan BBL

44. Manajemen postpartum dini

45. Aspek emosi dan psikososial pada post partum dini

62
46. Kebutuhan pendidikan kesehatan health education
pada psot partum dini

47. Keterampilan melakukan manual plasenta pada


kasus retensio plasenta

48. Keterampilan komunikasi efektif termasuk dalam


pengkajian dan dokumntasinya (contoh SBAR)

49. Lingkup praktek Bidan dalam asuhan persalinan dan


BBL

50. Menilai penyebab dan manajemen trauma perineal

51. Pengendalian infeksi dan perawatan luka

52. Pembelajaran interprofessional dan bekerja


interdisiplin, refleksi praktik klinik, penurunan risiko
dan promosi kesehatan pada persalinan dan BBL

53. Deteksi Awal Kegawatdaruratan peralinan Kala I, II, III


dan IV

54. Pencegahan Komplikasi

55. Penatalaksanaan awal asuhan Kegawatdaruratan


persalinan Kala I, II, III dan IV

56. Rujukan dan kolaborasi

D. TARGET
1. CBD 1
2. BST 23
3. Tutorial Klinik 1
4. Refleksi Kasus 1
5. Journal Reading 1
6. OMP 5
7. DOPS 2
8. Mini Cex 2
9. OSLER 1
10. Laporan Lengkap 2

63
64
65
66
67
68
69
70
71
LAPORAN CASE BASED DISCUSSION
(CBD) STASE ASUHAN KEBIDANAN
PERSALINAN DENGAN KETUBAN PECAH
DINI
DI ………………………
TAHUN AKADEMIK 2023

Preseptor Pembimbing Pendidikan : …………………..

Disusun Oleh :
(………….– 202210159)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam

obstetrik berkaitan dengan pent kelahiran prematur dan komplikasi infeksi

korioamnionitis hingga sepsis yang meningkatkan morbiditas dan

mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu (Yaze dan Dewi, 2016).

Pecahnya selaput janin bisa terjadi bila leher rahim tertutup atau melebar.

Terkadang hal itu bisa terjadi pada kehamilan yang sangat awal (sebelum

28 minggu) atau pada trimester ketiga (antara 28 minggu dan 34 minggu).

Faktor resiko yang sangat terkait dengan ketuban pecah dini atau

premature rupture of membranes (PROM) yaitu infeksi, malpresentasion

dari fetus, multiple pregnancy and excess amniotic fluid, servical

incompetence, trauma Abdomen (Gahwagi, 2015).

Masalah KPD berkaitan keluarnya cairan berupa air air dari vagina

setelah kehamilan berusia 22 minggu, ketuban dinyatakan pecah jika

terjadi sebelum proses persalinan berlangsung dan pecahnya selaput

ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37

minggu maupun kehamilan aterm (Saifuddin, 2010).

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2012),

memperlihatkan bahwa 54% dari kelahiran tidak mengalami komplikasi

selama persalinan. Wanita yang mengalami persalinan lama dilaporkan

sebesar 35% kelahiran, KPD lebih dari 6 jam sebelum kelahiran dialami

oleh 15% kelahiran. Perdarahan berlebih sebesar 8% dan demam sebesar

8%. Komplikasi lainnya dan kejang dialami juga pada saat persalinan

1
(masing-masing 5 dan 2 %). Sementara itu, partus lama dan perdarahan

merupakan dampak yang bisa ditimbulkan oleh KPD (SDKI, 2012).

Sementara itu, menurut penelitian Yaze dan Dewi (2016), insidensi

KPD terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm

insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm

insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua KPD pada

kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi

dalam satu minggu telah selaput ketuban pecah. 70% KPD terjadi pada

kehamilan cukup bulan. Sekitar 85% morbiditas dan morbilitas perinatal 3

disebabkan oleh prematuritas. KPD berhubungan dengan penyebab

kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40% (Yaze dan Dewi, 2016).

Pada umumnya kehamilan dan persalinan memiliki resiko bagi ibu

maupun janin. Pada kasus KPD komplikasi yang dapat terjadi yaitu infeksi

dalam persalinan, infeksi masa nifas, partus lama, meningkatnya tindakan

operatif obstetric atau sescio sesarea (SC), atau akan mengarah ke

morbiditas dan mortalitas ibu.

Selain KPD dapat memberi dampak buruk bagi ibu, KPD juga dapat

memberi resiko pada janin yaitu prematuritas (sindrom distres pernafasan,

hipotermia, masalah pemberian makan neonatal, retinopati premturit,

perdarahan intraventrikular, entercolitis necroticing, gangguan otak dan

resiko cerebral palsy, hiperbilirubienia, anemia, sepsis, prolapse

funiculi/penutunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder sekunder

pusat, prolaps uteri, persalinan lama, skor APGAR rendah, enselopati,

cerebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal, distress pernafasan),

2
dan oligohidromnion (sindrom deformitas janin, hypoplasia paru,

deformatis dan pertumbuhan janin terhambat), morbiditas dan mortalitas

perinatal (Marni dkk, 2016). AKI menjadi salah satu indikator penting

dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat.Salah satu prioritas

utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum

dalam program pemerintah nasional serta strategi making pregnancy safer

(MPS) atau kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari program Safe

Motherhood dengan tujuanuntuk mempercepat penurunan angka kesakitan

dan kematian ibu dan bayi baru lahir (Arifin, 2015).

Menurut laporan World Health Organization (WHO), AKI di dunia

masih tinggi, dan Indonesia berada di posisi teratas dengan jumlah

kematian ibu tertinggi yang disebabkan oleh ketuban pecah dini (KPD)

dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang lain. AKI di dunia

tahun 2014 yaitu

289.000 jiwa per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa negara memiliki AKI

cukup tinggi seperti Afrika Sub-Saharan 179.000 jiwa, Asia Selatan

69.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. AKI di negara–negaraAsia

Tenggara dimana Indonesia yaitu 190 per 100.000 kelahiran

hidup,Vietnam 49 per

100.000 kelahiran hidup,Thailand 26 per 100.000 kelahiran hidup,Brunei

27 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 29 per 100.000 kelahiran

hidup (WHO, 2014).

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

3
Dapat melakukan Asuhan Kebidanan pada Bersalin dengan

Ketuban Pecah Dini di BPM Hj. Rosmiati, S.ST Palopo

4
2. Tujuan Khusus

a. Untuk melakukan pengkajian dengan lengkap data subjektif

pada Ny. “K’ dengan Ketuban Pecah Dini di BPM Hj.

Rosmiati, S.ST Palopo.

b. Untuk melakukan pengkajian dengan lengkap data Objektif

pada Ny. “K’ dengan Ketuban Pecah Dini di BPM Hj.

Rosmiati, S.ST Palopo.

c. Untuk menganalisa kasus pada Ny. “K’ dengan Ketuban Pecah

Dini di BPM Hj. Rosmiati, S.ST Palopo.

d. Untuk melakukan penatalaksanaan kasus pada Ny. “K’ dengan

Ketuban Pecah Dini di BPM Hj. Rosmiati, S.ST Palopo.

e. Untuk membuat rencana tindak lanjut pada Ny. “K’ dengan

Ketuban Pecah Dini di BPM Hj. Rosmiati, S.ST Palopo.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

1. Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan

tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan

ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan (fah,

2014

). Sedangkan sumber lain mengatakan bahwa asuhan kebidanan adalah

penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung jawab bidan dalam

pelayanan yang diberikan kepada klien atau masalah kebidanan

(kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana,

kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan (Soepardan,

2008 ). Tujuan asuhan kebidanan adalah menjamin kepuasan dan

keselamatan ibu dan bayinya sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan

keluarga bahagia dan berkualitas melalui pemberdayaan perempuan

dan keluarganya dengan menumbuhkan rasa percaya diri. Keberhasilan

tujuan asuhan kebidanan antara lain dipengaruhi oleh adanya

keterkaitan penerapan masing- masing komponen yang dapat

mempengaruhi keberhasilan tujuan asuhan, baik dari pemberi asuhan,

maupun penerima asuhan (Soepardan, 2008 ).

2. Persalinan

Persalinan yaitu persalinan dapat didefinisikan secara medis

sebagai kontraksi uterus yang teratur dan semakin kuat, menciptakan

penipisan dan dilatasi serviks di sepanjang waktu, yang menimbulkan

dorongan kuat untuk melahirkan janin melalui jalan lahir melawan


6
resistansi jaringan lunak,otot,dan struktur tulang panggul (Kennedy

dkk, 2013). Sumber lain mengemukakan bahwa persalinan adalah

serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi

yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan

pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Kuswanti dan

Melina, 2014). Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial

bagi ibu dan keluarga (Aisyah dan Oktarina, 2012 ).

3. Sebab-sebab mulainya persalinan

Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,

sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulainya

kekuatan his atau kontraksi yang merupakan awal dari mulai terjadinya

persalinan. Teori tersebut antara lain:

a. Teori penurunan hormon

Satu sampai dua minggu sebelum persalinan terjadi penurunan

kadar estrogen dan progesteron. Progesteron mengakibatkan

relaksasi otot- otot rahim, sedangkan estrogen meningkatkan

kerentanan otot-otot rahim. Selama kehamilan terjadi

keseimbangan antara kadar estrogen dan progesteron, tetapi

akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron sehingga

timbul his.

b. Teori distensi Rahim

Rahim yang menjadi besar dan meregang akan

menyebabkan iskemik oto-otot rahim sehingga timbul

kontraksi untuk mengeluarkan isinya.

7
c. Teori iritasi mekanik

Di belakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion

ini ditekan oleh kepala janin, maka akan timbul kontraksi uterus.

d. Teori plasenta menjadi tua

Akibat plasenta tua, menyebabkan turunnya kadar progesteron

yang menyebabkan ketegangan pada pembuluh darah, hal ini

menimbulkan kontraksirahim.

e. Teori prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua menjadi sebab

permulaan persalinan karena menyebabkan kontraksi

pada miometrium pada setiap umur kehamilan.

f. Teori oxytocin Pada akhir kehamilan kadar oxytocin

bertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otototot rahim

(Kuswanti dan Melina, 2014 )

4. Tahap-tahap persalinan

Tahap-tahap pada persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu:

a. Kala 1 (kala pembukaan) Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir

bercampur darah atau blood show karena serviks mulai membuka

atau dilatasi dan menipis (effacement). Darah berasal dari

pecahnya pembuluh darah kapiler kanalis servikalis karena

pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.Kala pembukaan

dibagi atas 2 fase yaitu.

1) Fase laten

8
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan serviks secara bertahap. Fase laten berlangsung

lambat dari pembukaan 1-3 cm, lamanya 7-8 jam.

2) Fase aktif

Fase ini berlansung selama 6 jam, dan dibagi atas 3 sub fase :

a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi

4 cm. b) Periode dilatasi maksimal atau steady: selama 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm. c) Periode

deselarasi: berlangsung lambat, waktu 2 jam pembukaan

menjadi 10 cm atau lengkap.

b. Kala II atau kala pengeluara janin

Pada pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama

kira kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang

panggul sehingga terjadilah tekanan otot dasar panggul yang secara

reflekstoris menimbulkan mengedan. Karena tekanan pada rektum,

ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka

pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan.Vulva membuka dan

perineum menegang dengan his, mengedan yang terpimpin akan

lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi

1½ -2 jam dan pada multi ½ -1 jam (Aisyah dan Oktarina, 2012 ).

c. Kala III atau kala pengeluaran uri

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba

keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang

tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his

9
pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5- 10 menit seluruh

plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan

atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri

seluruh proses biasanya berlangsung 5-10 menit setelah bayi lahir.

Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira

100-200 cc (Aisyah dan Oktarina, 2012 ).

d. Kala IV atau kala pengawasan

Kala selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati

keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum

(Mochtar, 2002). Pada saat proses persalinan berlangsung, ada

beberapa faktor yang harus diamati, diawasi oleh tenaga kesehatan

(bidan dan dokter) yaitu nyeri, lama pembukaan, lama meneran,

robekan perineum, lama pelepasan plasenta dan volume perdarahan

(Aisyah dan Oktarina, 2012 ).

5. Tanda tanda persalinan

Memasuki proses persalinan terdapat beberapa tanda tanda yang

dirasakan oleh ibu dan dilihat oleh bidan melalui pemeriksaan Tanda-

tanda persalinan tersebut antara lain:

a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur

b) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekanrobekan kecil pada serviks

c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan sudah

ada (Kuswanti dan Melina, 2014 ).

10
6. Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses

terjadinya persalinan yaitu sebagai berikut:

a. Power

Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar.

Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot otot perut, kontraksi

diafragma dan kasi ligamen dengan kerjasama yang baik dan

sempurna.

b. Faktor janin (pasenger)

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor

janin, yang meliputi sikap janin, letak, presentasi, bagian terbawah,

dan posisi janin.

c. Presentasi

Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada dibagian bawah

rahim, yang dijumpai ketika palpasi atau pemeriksaan dalam.

Misalnya presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu.

d. Posisi janin

Menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan,

kiri, depan, atau belakang terhadap sumbu ibu (materal-pelvis).

Misalnya pada letak belakang kepala (LBK), ubun-ubun kecil

(UUK) kiri depan, ubun- ubun kecil (UUK) kanan belakang.

e. Faktor jalan lahir (passage)

Jalan lahir terdiri atas tulang-tulang panggul (rangka panggul) dan

bagian lunak (otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen).

11
f. Faktor psikologi

Keadaan psikologi ibu mempengaruhi proses persalinan.Ibu

bersalin yang didampingi oleh suami dan orang-orang yang

dicintainya cenderung mengalami proses persalinan yang lebih

lancar dibandingkan dengan ibu bersalin yang tanpa

didampingisuami atau orang-orang yang dicintainya.

g. Faktor penolong

Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk

memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian maternal

dan neonatal (Asrinah dkk, 2010 ).

7. Air Ketuban

a. Pengertian air ketuban

Air ketuban (AK) adalah cairan jernih dengan warna agak

kekuningan yang menyelimuti janin di dalam rahim selama masa

kehamilan berada di dalam kantong ketuban dan mempunyai

banyak fungsi. Air ketuban yang berubah menjadi berwarna

kehijauan atau kecoklatan menunjukkan bahwa neonatus telah

mengeluarkan mekonium menjadi petanda bahwa neonatus dalam

keadaan stress dan hipoksia (Kosim, 2010 ).

b. Fisiologi air ketuban

Janin bergerak bebas dalam air ketuban sehingga membantu

perkembangan otot dantulang. Kantung ketuban terbentuk saat 12

12
hari setelah pembuahan, kemudian segera terisi oleh air ketuban.

Saat minggu-minggu awal kehamilan air ketuban terutama

mengandung air yang berasal dari ibu setelah sekitar 20 minggu

urin janin membentuk sebagian besar air ketuban yang

mengandung nutrien, hormon dan antibodi yang melindungi janin

dari penyakit. Hal yang demikian merupakan hal yang penting

bahwa air ketuban dihirup ke dalam paru janin untuk membantu

paru mengembang sempurna. Air ketuban yang tertelan membantu

pembentukan mekonium keluar saat ketuban pecah. Apabila

ketuban pecah terjadi selama proses persalinan disebut ketuban

pecah spontan, apabila terjadi sebelum proses persalinan disebut

sebagai KPD.

B. Tinjauan umum Ketuban Pecah Dini

1. Pengertian ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput

ketuban secara spontan sebelum terjadinya tanda-tanda persalinan

(Prawiroharjo, 2008). Ketuban pecah dini merupakan keadaan

pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Pecahnya selaput

ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi

dalam kolagen matriks ekstraselular amnion, korion, dan apoptosis

membran janin (Jannah, 2018).

Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban

sebelum persalinan. Ketuban Pecah Dini menyebabkan hubungan

langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga

memudahkan terjadinya infeksi asenden. Salah satu fungsi selaput

13
ketuban adalah untuk melindungi atau menjadi pembatas dunia luar

dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangikemungkinan infeksi

dalam rahim. Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam

proses persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia

kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada premature

(Sarwono, 2008). Masalah KPD berkaitan dengan keluarnya cairan

berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu ketuban

dinyatakan pecah jika terjadi sebelum proses persalinan berlangusng

dan pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm

sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm (Saifudin,

2010).

Ada beberapa perhitungan yang mengukur Lag Period,

diantaranya 1 jam atau 6 jam sebelum intrapartum, dan diatas 6 jam

setelah ketuban pecah. Bila periode laten terlalu panjang dan ketuban

sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi pada ibu dan juga bayi

(Fujiyarti, 2016).

2. Etiologi

Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini menururt

(Manuaba, 2007) yaitu sebagai berikut:

a) Multipara dan Grandemultipara

b) Hidramnion

c) Kelainan letak sungsang atau lintang

d) Cephalo pelvic dispropportion (CPD)

e) Kehamilan ganda

f) Pendular abdomen (perut gantung). Adapun hasil penelitian

14
yang dilakukan (Rahayu dan Sari 2017) mengenai penyebab kejadian

ketuban

15
pecah dini pada ibu bersalin bahwa kejadian KPD mayoritas pada ibu

multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur kehamilan ≥37 minggu,

pembesara uterus normal dan letak janin presentase kepala.

3. Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes

melalui vagina, aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau

amoniak, berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering

karena uterus diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, bila

duduk atau berdiri kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya

“mengganjal atau menyumbat” kebocoran untuk sementara. Sementara

itu demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut

janinbertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

(Sunarti, 2017)

4. Patofisiologi

Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas

pada daerah tepi robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput

ketuban ini sangat erat kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat

terjadi karena penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar kolagen.

Selaput ketuban pecah karena pada tertentu terjadi perubahan biokimia

yang menyebabkan selaput ketuban mengalami kelemahan perubahan

struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas

kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.pada daerah

disekitar pecahnya selaput ketuban diidentifikasi sebagai suatu zona

”restriced zone of exteme altered morphologi (ZAM)” (Rangaswamy,

16
2012). Penelitian oleh (Rangaswamy dkk,2012), mendukung konsep

paracervical weak zone tersebut, menemukan bahwa selaput ketuban di

daerah paraservikal akan pecah dengan dengan hanya diperlukan 20-

50% dari kekuatan yang dibutuhkan untuk robekandi area selaput

ketuban lainnya. Berbagai penelitian mendukung konsep adanya

perbedaan zona selaput ketuban, khususnya zona disekitar serviks yang

secara signifikan lebih lemah dibandingkan dengan zona lainnya

seiring dengan terjadinya perubahan pada susunan biokimia dan

histologi paracervical weak zone ini telah muncul sebelum terjadinya

pecah selaput ketuban dan berperan sebagai initial breakpoint

(Rangaswamy dkk, 2012). Didapatkan hasil laju ditemukan lebih

tinggi pada amnion dari pasien dengan ketuban pecah dini

dibandingkan pasien tanpa ketuban pecah dini dan laju apopsis

ditemukan paling tinggi pada daerah sekitar serviks dibandingkan

darah fundus (Reti dkk, 2007).

5. Faktor Yang Mempengaruhi Ketuban Pecah dini

Menurut (Morgan, 2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat

disebabkan oleh beberapa faktor meliputi:

a. Usia

Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh

terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi

persalinan. Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah

antara umur 20-35 tahun. 20 Dibawah atau diatas usia tersebut

akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan. Usia

seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem

17
reproduksi,karena

18
organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya

dan keelastisannya dalam menerima kehamilan (Sudarto, 2016).

b. Sosial Ekonomi

Pendapatan merupakan faktor yang menetukan kualitas dan

kuantitas kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa

uang yang mempengaruhi seseorang dalam mempengaruhi

kehidupannya. Pendapatan yang meningkat merupakan kondisi

yang menunjang bagi terlaksana status kesehatan

seseorang.Rendahnya merupakan rintangan yang menyebabkan

seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai

kebutuhan (BPS, 2005).

c. Paritas

Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah

mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran

yang terlampau dekat diyakini lebih beresiko akan mengalami

KPD pada kehamilan berikutnya (Helen,2008). Paritas bisa

mempengaruhi terjadinya KPD karena selaput ketuban lebih tipis

sehingga mudah pecah sebelum waktunya. Pernyataan teori dari

menyatakan semakin banyak paritas,semakin mudah terjadinya

infeksi amnion karena rusaknya struktur serviks pada persalinan

sebelumnya.

d. Anemia

Anemia dapat menyebabkan ketuban pecah dini. Anemia pada

kehamilan dikarenakan kekurangan zat besi. Sehingga

menyebabkan ibu pucat, lemas, cepat lelah, mata berkunang-

19
kunang

20
serat HB kurang. Hal ini lah yang dapat menyebabkan ketuban

pecah dini pada ibu hamil yang menderita anemia.

e. Perilaku merokok

Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas

tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok

mengandung lebih dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi

termasuk karbonmonoksida, ammonia, aseton, sianida hydrogen,

dan lain-lain. Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan

gangguan-gangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini,

dan resiko lahir mati yang lebih tinggi(Sinclair, 2003).

f. Riwayat KPD

Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian

ketuban pecah dini dapat berpengaruh besar terhadap ibu jika

menghadapi kondisi kehamilan riwayat KPD sebelumnya beresiko

2-4 kali mengalami ketuban pecah dinni kembali. Patogenesis

terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan

kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban

pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah

mengalami KPD pada kehamilan menjelang persalinan maka pada

kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang

tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi

membran yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya.

g. Serviks yang Inkompetensik Inkompetensia serviks adalah istilah

untuk menyebut kelainan pada otot- otot leher atau leher rahim

21
(serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka

ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan

janin yang semakin besar.Inkompetensia serviks adalah serviks

dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi

sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan

kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi

berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules

h. Tekanan intra uterin

Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara

berlebihandapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini,

misalnya:

1. Trauma

Berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis.

2. Gemeli

Kehamilan kembar dalam suatu kehamilan dua janin atau

lebih. Pada kehamilan gameli terjadinya distensi uterus yang

berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim

secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi

rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban) relative

kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan

sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah

(Novihandari, 2016).

3. Komplikasi

Adapun pengaruh KPD terhadap ibu dan janin

menurut (Sunarti, 2017) yaitu:

22
a. Prognosis ibu

Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu

infeksi intrapartal dalam persalinan, infeksi

puerperalis/masa nifas, dry labour/partus lama,

perdarahan post partum, meningkatkan tindakan operatif

obstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas

maternal.

b. Prognosis janin

Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu

yaitu prematuritas (sindrom distes pernapasan,

hipotermia, masalah pemberian makanan neonatal),

retinopati premturit, perdarahan intraventrikular,

enterecolitis netroticing, gangguan otak dan resiko

cerebral palsy, hyperbilirubinemia, anemia, sepsis,

prolapse funiculi/penurunan tali pusat, hipoksia dan

asfiksia sekunder pusat,prolapse uteri, persalinan lama,

skor APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy,

perdarahan intracranial, gagal ginjal, distress pernafasan),

dan oligohidromnion (sindrom deformitas janin,

hypoplasia paru,deformitas ekstremitas dan pertumbuhan

janin, hypoplasia paru,defermitas ekstremitas dan

pertumbuhan janin terhambabat), morbiditas dan

mortalitas perinatal (Marni dkk, 2016).

23
4. Penatalaksanaan

KPD termasuk dalam kehamilan berisiko tinggi. Kesalahan

dalam mengelolah KPD akan membawa akibat meningkatnya

angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya.

Penatalaksanaan KPD masih dilema bagi sebagian besar ahli

kebidanan. Kasus KPD yang cukup bulan, jika kehamilan

segera diakhiri, maka akan akan meningkatkan insidensi secsio

sesarea, dan apabila menunggu persalinan spontan, maka akan

meningkatkan insiden chorioamnionitis.

Kasus KPD yang kurang bulan jika menempuh cara-cara

aktif harus di pastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan jika

menempuh cara koservatif dengan maksud memberikan waktu

pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan

infeksi yang akan memperjelek prognosis janin. Oleh Karena

itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk

menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur

kehamilan matang, choriamnionitis yang diikuti dengan sepsis

pada janin merupakan sebab utama meningkatnya morbiditas

dan mortalitas janin.

Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung

berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau

lamanya periode laten. Pastikan diagnosis terlebih dahulu

kemudian tentukan umur kehamilan, evaluasi ada tidaknya

infeksi maternal ataupun infeksi janin serta dalam keadaan

24
inpartu terdapat gawat janin. Penanganan ketuban pecah dini

dilakukan secara konservatif dan aktif pada penanganan

konservatif yaitu rawat di rumah sakit (Prawirohardjo, 2009).

Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan tidak di

ketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi

(USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin.

Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan

adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh Karena itu pada

kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk

menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur

kehamilan matang, choriamnionitis yang diikuti dengan sepsis

pada janin merupakan sebab utama meningkatnya morbiditas

dan mortalitas janin.

25
BAB III
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
DAN RENCANA TINDAK LANJUT PADA NY.”K” DENGAN
KETUBAN PECAH DINI DI BPM Hj. ROSMIATI, S.ST
TAHUN 2023

No.Register : XX XX 40 19

Tanggal Kunjungan : 20-03- 2023 Pukul 06.00

wita

Tanggal Pengkajian : 20- 03- 2023 Pukul 08.30

Pengkaji : Setiawati

Identitas Istri /suami

Nama : Ny.”K” / Tn.”M”

Umur : 33 tahun / 34 tahun

Nikah /lamanya : 1 kali /2 tahun

Suku : Luwu / Jawa

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / S1

Alamat : JL. Opu Tosappaile’

Subjektif

1. Ibu mengatakan ada pengeluaran air yang banyak dari jalan lahir di

rumah sejak pukul 05.00

2. Ibu mengatakan tidak ada keluar lendir bercampur darah

26
3. Ibu merasa kencang-kencang di perut tapi belum menjalar kepinggang

4. Ibu mengatakan hamil ± sembilan bulan

5. Ibu hamil anak pertama dan tidak pernah mengalami keguguran

6. HPHT : 18-6-2022

7. Ibu tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti asma, Diabetes

Mellitus, dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan jantung

Objektif

1. Keadaan umum baik

2. Kesadaran komposmentis

3. Pemeriksaan tanda-tanda

vital TD : 120/ 80 mmhg

Nadi : 80 x/i

Pernafasan : 20 x/i

Suhu : 36° C

4. TP : 25-3-2023

5. Wajah tidak anemis

6. Konjungtiva merah muda

7. Puting susu kanan kiri menonjol

8. Asi belum ada.

9. Tidak ada luka bekas operasi, tampak striae alba dan linea nigra

10. Palpasi Leopold

Leopold I : 3 jari bawah Px, 30 cm

Leopold II : Puka

Leopold III :

Kepala Leopold

IV : BDP

27
11. Lingkar Perut : 90 cm TBJ : 30x 90 = 2.700 gram

12. DJJ : 138 x/I kuat dan teratur

13. His : belum teratur

14. Pada genitalia tidak ada varices, tampak lembab, tidak ada

pembesaran kelenjar bartholini, tidak ada pelepasan lendir darah

15. Pemeriksaan dalam :

VT : pembukaan serviks Ø 3 cm

Selaput ketuban negatif (+)

sedikit Presentasi kepala

Penurunan kepala di Hodge I.

16. Pemeriksaan Laboratorium

: Hb : 11 g/dl

HBSAg :

NR HIV :

NR

Analisa

G1P0A0 UK 39 minggu 2 hari Inpartu Kala I Fase Laten dengan Ketuban Pecah

Dini (KPD)

Penatalaksanaan

1. Menginformasikan kepada ibu tentang pemeriksaan yang telah dilakukan

yaitu ibu mengalami KPD dengan UK aterm (39 minggu).

2. Menganjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisinya seperti makan dan

minum. Ibu bersedia untuk mengikuti anjuran yang telah di berikan.

28
3. Memposisikan ibu dengan posisi miring kiri

4. Memantau keadaan pasien dan kemajuan dari proses persalinan serta

memantau kesejahteraan janin

5. Kolaborasi dengan dokter Obgyn untuk diberikan terapi selama masa aktif

yaitu dengan pemasangan infus RL 500 ml dalam 20 tetes/mnt.

6. Mengobservasi kontraksi uterus, nadi, DJJ untuk memantau keadaan ibu dan

janin setiap 30 menit, TTV dan pemeriksaan dalam tiap 4 jam sekali untuk

mengetahui kemajuan proses persalinan.

7. Melakukan informed consent untuk tindakan rujukan, ibu dan keluarga

bersedia untuk di lakukan rujukan ke Rumah Sakit Umum Daerah

Sawerigading Palopo.

Rencana Tindak Lanjut

1. Memantau keadaan pasien dengan melakukan pemeriksaan TTV, DJJ,

kontraksi uterus dan menanyakan keluhan yang saat ini sedang dirasakan.

29
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai kesesuaian antara

tinjauan teori dengan penatalaksanaan yang dilakukan pada kasus Ketuban Pecah

Dini berdasarkan pengkajian pada Ny.”K“ yang dilaksanakan di BPM Hj.

Rosmiati, S.ST pada tanggal 20 Maret 2023 dalam studi kasus ini dilakukan

dalam bentuk SOAP.

A. Subjektif

Pada pengkajian anamneses ibu mengeluh ada pengeluaran cairan berwarna

putih dari jalan lahir. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian antara tinjauan teori

dengan kasus yang dialami oleh Ny.’K“.

B. Objektif

Berdasarkan teori tentang tanda dan gejala Ketuban Pecah Dini secara

umum memiliki kesamaan dengan kasus pada NY. K. Dari data obkektif pada

kasus Ny “K” terdapat hasil pemeriksaan tanda-tanda vital di mana tekanan darah

120/80 mmhg, 80x/menit, suhu 36 oC, pernafasan 20x/menit. Pemeriksaan fisik

pada genitalia keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma air

ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak dan berwarna pucat.

Berdasarkan perbandingan data objektif antara teori dengan temuan pada

kasus menunjukkan adanya kesamaan data sehingga dapat disimpulkan tidak ada

kesenjangan antara teori dengan kasus.

30
C. Analisa

Pada kasus Ny”K” diagnose Ketuban Pecah Dini. Diagnosa ini sesuai

dengan apa yang diterangkan oleh (Prawiroharjo, 2008). Ketuban Pecah Dini

merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Ketuban

Pecah Dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan

dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Salah satu

fungsi selaput ketuban adalah untuk melindungi atau menjadi pembatas dunia

luar dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi

dalam rahim. Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses

persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 39

minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada premature (Sarwono, 2008). Jadi

pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.

D. Penatalaksanaan

Kasus KPD yang cukup bulan, jika kehamilan segera diakhiri, maka akan

akan meningkatkan insidensi secsio sesarea, dan apabila menunggu

persalinan spontan, maka akan meningkatkan insiden chorioamnionitis.

Kasus KPD yang kurang bulan jika menempuh cara-cara aktif harus di

pastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan jika menempuh cara koservatif

dengan maksud memberikan waktu pematangan paru, harus bisa memantau

keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin.

Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan

lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya periode laten. Pastikan

diagnosis terlebih dahulu kemudian tentukan umur kehamilan, evaluasi ada

tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin serta dalam keadaan inpartu

terdapat gawat janin.

31
Penanganan ketuban pecah dini dilakukan secara konservatif dan aktif pada

penanganan konservatif yaitu rawat di rumah sakit (Prawirohardjo, 2009).

Menurut penelitian Syifa Saras Arani 2020 penatalaksanaan KPD

dilakukan dengan observasi keadaan pasien, melakukan komunikasi terauptik

kepada pasien untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara bidan

dan pasien melalui hubungan bidan dan pasien. Komunikasi terauptik

membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan

fikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.

Memberikan edukasi kepada pasien tentang kasus yang dialaminya dan

melakukan kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.

Berdasarakan penatalaksanaan pada Ny.”K” persalinan dengan ketuban

pecah dini menunjukkan bahwa pelaksanaan asuhan kebidanan mengacu

pada penatalaksanaan yang direkomendasikan dalam teori sehingga dapat

disimpulkan pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan.

E. Rencana Tindak Lanjut

Dari hasil yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar dari asuhan yang diberikan tercapai namun masih dalam pengawasan

dan tindakan selanjutnya. Berdasarkan studi kasus Ny. K persalinan

dengan ketuban pecah dini tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari

rencana tindak lanjut dengan tinjauan pustaka. Oleh karena itu bila

dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus Ny. K secara garis

besar tidak ditemukan adanya kesenjangan.

32
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pada pengkajian di peroleh hasil data subyektif ibu mengatakan keluarnya

cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma air ketuban berbau amis

adanya semburan cairan yang mendadak dari vagina yang terus menerus.

Data obyektif meliputi keadaan umum baik, kesadaran composmentis,

TTV (TD : 120/80 mmHg, Nadi: 80x/menit, RR : 20 x/menit, Suhu :

36°C). Pada pemeriksaan dalam pembukaan serviks Ø 3 cm, selaput

ketuban negatif (+) sedikit, Presentasi kepala, penurunan kepala di Hodge

I, pelepasan lendir darah (-).

2. Berdasarkan data subjektif dan objektif pada kasus ini dapat ditegakkan

diagnose kebidanan pada Ny.”K” adalah persalinan dengan ketuban pecah

dini.

3. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah memastikan diagnosis, tentukan

umur kehamilan, evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi

janin, apakah dalam keadaan inpartu dan terdapat kegawatan janin.

Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar dari vagina yang

kadang- kadang yang disertai tanda-tanda lain dari persalinan. Bila air

ketuban normal agaknya ketuban pecah dapat diragukan serviks. Penderita

dengan KPD harus masuk rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Jika

pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk

rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, korioamnionitis,

gawat janin,

33
persalinan diterminasi. Bila ketuban pecah dini pada kehamilan premature,

diperlukan penatalaksanaan yang komprehensif. Secara umum

penatalaksanaan pasien KPD yang tidak dalam persalinan serta tidak ada

infeksi dan gawat janin, penatalaksanaannya tergantung pada usia

kehamilan. Cara persalinan pada kasus KPD, persalinan dapat diselesaikan

dengan partus spontan, ekstraksi vakum, dan seksio sesarea. Rencana

tersebut berguna untuk pasien agar dapat terhindar dari berbagai

komplikasi yang dapat mengancam jiwa.

B. Saran

Profesi bidan harus mampu mengambil suatu keputusan klinik untuk

menghindari keterlambatan dalam merujuk sehingga dapat mencegah

terjadinya komplikasi yang mengancam jiwa klien.

34
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah Siti dan Oktarina,Aini.”perbedaan kejadian ketuban pecah dini Antara

Primipara dan Multipara”jurnal Midrop. Edisi 1 (2012).

Fujiyarti, 2016. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah

Dini. Jurnal Ilmiah Kebidanan.

Jannah, Nurul. Buku Ajar AsuhanKebidanan-Kehamilan.Yogyakarta :CV Andi

Offset, 2012.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. (2009). Gadar Obstetri & Ginekologi & Obstetri

Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC.

Saifuddin 2010. Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di

Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.

Sunarti, 2017. Gambaran karakteristik ibu bersalin dengan ketuban pecah dini di

Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang tahun 2009.

35
WORKSHEETS (LEMBAR KERJA)TUTORIAL KLINIK

Stase : Persalinan
Kasus : Asuhan Kebidanan Persalinan dengan ketuban Pecah Dini
Nama : Setiawati

No Komponen Pembahasan

1 Tutorial I :
Ibu mengatakan hamil pertama dan tidak pernah keguguran Ibu
mengatakan ada pengeluaran air dari jalan lahir sejak pukul :
Data Subjektif 03.30.
Ibu mengatakan kadang nyeri perut tapi belum tembus belakang
Pengerakan janin kuat dan aktif
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
komposmentis Tanda-
tanda vital :
TD : 120/80 mmhg
N : 80x/i
P : 20x/i
S: 36°C
TB : 155 cm
Data Objektif Kenaikan BB selama hamil : 15 kg
LILA : 25,5 cm
Pemeriksaan dalam :
Vulva vagina : Normal
Kesan panggul : Normal
Pembukaan portio : 3 cm
Presentase : kepala
Penumbungan : (-)
Hodge : 1-2
Molase ; (-)
Ketuban (+)
Pelepasan Air

1
Inpartu Kala 1 fase laten
Diagnosis
Banding

Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan


hasil pemeriksaan
Perencanaan
Melakukukan pemantauan TTV
Pemeriksaan
Memasang Infus RL 20 tts/i untuk mengantisipasi kondisi patologis
Penunjang
Mennganjurkan ibu makan minum
Memantau kondisi janin
2 Tutorial II :

Diagnosis Inpartu Kala 1 fase laten dengan KPD

1. Menginformasikan kepada ibu tentang pemeriksaan yang


telah dilakukan yaitu ibu mengalami KPD dengan UK aterm
(37 minggu).
2. Menganjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisinya seperti
makan dan minum. Ibu bersedia untuk mengikuti anjuran
yang telah di berikan.
3. Memposisikan ibu dengan posisi miring kiri
4. Memantau keadaan pasien dan kemajuan dari proses
persalinan serta memantau kesejahteraan janin
Penatalaksanaan
5. Kolaborasi dengan dokter umum untuk diberikan terapi
sesuai kasus
selama masa aktif yaitu dengan pemasangan Asuhan
kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini
infus RL 500 ml dalam 20 tpm
6. Mengobservasi kontraksi uterus, nadi, djj, untuk memantau
keadaan ibu dan janin tiap 30 mnt. TTV dan pemeriksaan
dalam tiap 4 jam sekali untuk mengetahui kemajuan
persalinan.

2
3
REFLEKSI KASUS PERSALINAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI

1. DISKRIPSI KASUS
Seorang perempuan usia 33 tahun datang berkunjung ke BPM Hj. Rosmiati, S.ST dengan

keluhan keluar air dari jalan lahir dan sekarang masih merembes sejak pukul 05.00

Wita, cairan yang keluar berwarna bening dan tidak berbau. Ibu merasa kencang-kencang di

perut tapi belum menjalar kepinggang, Ibu mengatakan hamil pertama dan tidak pernah

keguguran, umur kehamilan ± sembilan bulan. Ibu hamil anak pertama dan tidak pernah

mengalami keguguran. HPHT : 18-6-2022.

Pada pemeriksaan fisik di temukan tanda-tanda vital, TD : 120/ 80 mmhg, Nadi : 80 x/i,

Pernafasan : 20 x/i, Suhu : 36° C. Pada Palpasi Leopold di dapatkan hasil, Leopold I : 3 jari

bawah Px, 30 cm, Leopold II : Puka, Leopold III : Kepala, Leopold IV : BDP, Lingkar Perut :

90 cm, TBJ : 30x 90 = 2.700 gram, DJJ : 138 x/I kuat dan teratur, His : belum teratur.

Pada genitalia tidak ada varices, tampak lembab, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini,

tidak ada pelepasan lendir darah. Pemeriksaan dalam : VT : pembukaan serviks Ø 3 cm,

Selaput ketuban negatif (+) sedikit, Presentasi kepala , Penurunan kepala di Hodge I.

Pemeriksaan Laboratorium : Hb : 11 g/dl.

Pada kasus ini,pasien didiagnosa dengan G1P0A0 UK 39 minggu Inpartu Kala I Fase Laten

dengan Ketuban Pecah Dini (KPD), karena berdasarkan anamnesis pada pasien ditemukan

adanya pengeluaran cairan berwarna bening tidak berbau, his belum teratur, dan hasil

pemeriksaan dalam pembukaan serviks Ø 3 cm, Selaput ketuban negatif (+) sedikit. Diagnosa

ini sesuai dengan apa yang di maksud dengan dimana Ketuban Pecah Dini merupakan keadaan

pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.

2. EMOSI PRIBADI
Saya merasa penasaran tentang faktor resiko atau penyebab ketuban pecah dini serta
penatalaksanaannya.

4
3. EVALUASI
Karena ini adalah kasus yang pertama saya temukan di puskesmas, saya masih merasa
bingung harus bertindak seperti apa, saya baru bisa melakukan observasi keadaan pasien,
melakukan komunikasi terauptik kepada pasien untuk mendorong dan menganjurkan kerja
sama antara bidan dan pasien melalui hubungan bidan dan pasien. Dari kasus itu saya belajar
bagaimana penatalaksanaan pada Ketuban Pecah Dini.
4. ANALISIS KASUS
Kasus tersebut menarik karena persalinan dengan ketuban pecah dini jika tidak segera
ditangani akan menjadi infeksi pada janin secara langsung berhubungan dengan lama pecahnya
selaput ketuban.
5. KESIMPULAN
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah memastikan diagnosis, tentukan umur kehamilan,
evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin, apakah dalam keadaan inpartu dan
terdapat kegawatan janin. Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar dari
vagina yang kadang- kadang yang disertai tanda-tanda lain dari persalinan. Bila air ketuban
normal agaknya ketuban pecah dapat diragukan serviks. Penderita dengan KPD harus masuk
rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Cara persalinan pada kasus KPD, persalinan dapat
diselesaikan dengan partus spontan, ekstraksi vakum, dan seksio sesarea. Rencana tersebut
berguna untuk pasien agar dapat terhindar dari berbagai komplikasi yang dapat mengancam
jiwa.
6. TINDAK LANJUT
Memantau keadaan pasien dengan melakukan pemeriksaan TTV, DJJ, kontraksi uterus dan
menanyakan keluhan yang saat ini sedang dirasakan.

5
LAPORAN PRAKTIK PROFESI READING JURNAL
TENTANG KETUBAN PECAH DINI
TAHUN 2023

Preseptor Pembimbing Institusi : Syahriani, S.ST.,M.Kes

Disusun Oleh :
( Setiawati ; 202210159 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN DAN
KEBIDANAN ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

i
ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas izin-Nya
jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan Jurnal Reading tentang Ketuban
pecah Dini tepat pada waktunya.
Kami sadar bahwa apa yang terkandung dalam laporan ini belum tersaji

dengan optimal, sehingga perlu kritik dan saran demi tersempurnanya pedoman

ini. Namun penulis telah berusaha agar tulisan ini dapat bermanfaat.

Akhir kata penulis mengucapkan doa semoga Allah senatiasa

melimpahkan rahmat dan karuniNya kepada kita semua atas semua jerih payah

dari pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

Jazakumullahu khairan

katsiran. Fastabiqulkhaerat.

Sidrap, 6 Mei 2023


Penulis

Setiawati

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1

A. Masalah ....................................................................................... 1

B. Skala ........................................................................................... 1

C. Kronolgi........................................................................................... 1

D. Solusi............................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................. 4

A. Asuhan Kebidanan ....................................................................... 4

B. Telaah Jurnal ................................................................................ 9

BAB III KESIPULAN ........................................................................... 17

A. Kesimpulan ................................................................................. 17

B. Saran ........................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 19

LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Masalah

Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Premature rupture of Membranes (PROM)

merupakan ruptur atau pecahnya ketuban yang terjadi sebelum proses persalinan.

Risiko terjadinya infeksi bagi ibu dengan PROM meningkat dengan bertambahnya

durasi pecahnya ketuban. Pada janin akan meningkatkan risiko terjadinya kompresi

tali pusat sebanyak 73,1% dan ascending infection sebanyak 28,2%. Istilah PROM

digunakan pada pasien dengan usia kehamilan diatas 37 minggu atau aterm yang

datang dengan ketuban pecah secara spontan dan tanpa tanda-tanda persalinan. Dalam

keadaan normal perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini sekitar

1% dari seluruh kehamilan. Ketuban Pecah Dini menyebabkan terjadinya 1/3

persalinan preterm dan merupakan penyebab 18%-20% dari morbiditas dan mortalitas

perinatal.

B. Skala

Sekitar 1/3 perempuan yang mengalami KPD akan mengalami infeksi yang

berpotensi berat, bahkan fetus/neonatus akan berada pada risiko morbiditas dan

mortalitas yang lebih besar dibanding ibunya hingga 47,9% bayi mengalami

kematian. Potensi masalah yang muncul pada persalinan premature adalah infeksi

perinatal, dan kompresi tali pusat merupakan komplikasi yang umum terjadi pada

KPD. Ketuban Pecah Dini berhubungan dengan sekitar 18-20% kematian perinatal di

Amerika Serikat. Tatalaksana PROM pada kehamilan aterm adalah manajemen aktif

terminasi kehamilan yang dilakukan dengan induksi persalinan atau jika tidak

memungkinkan seksio secarea

C. Kronologi

1
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada daerah tepi

robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat

kaitannya

2
dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh infeksi atau

rendahnya kadar kolagen. 19 Selaput ketuban pecah karena pada tertentu terjadi

perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban mengalami kelemahan

perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas

kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.pada daerah disekitar

pecahnya selaput ketuban diidentifikasi sebagai suatu zona ”restriced zone of exteme

altered morphologi (ZAM)” (Rangaswamy, 2012). Penelitian oleh (Rangaswamy

dkk,2012),mendukung konsep paracervical weak zone tersebut, menemukan bahwa

selaput ketuban di daerah paraservikal akan pecah dengan dengan hanya diperlukan

20- 50% dari kekuatan yang dibutuhkan untuk robekandi area selaput ketuban

lainnya. Berbagai penelitian mendukung konsep adanya perbedaan zona

selaputketuban, khususnya zona disekitar serviks yang secara signifikan lebih lemah

dibandingkan dengan zona lainnya seiring dengan terjadinya perubahan pada susunan

biokimia dan histologi paracervical weak zone ini telah muncul sebelum terjadinya

pecah selaput ketuban dan berperan sebagai initial breakpoint (Rangaswamy dkk,

2012). Didapatkan hasil laju ditemukan lebih tinggi pada amnion dari pasien dengan

ketuban pecah dini dibandingkan pasien tanpa ketuban pecah dini dan laju apopsis

ditemukan paling tinggi pada daerah sekitar serviks dibandingkan darah fundus (Reti

dkk, 2007).

D. Solusi

KPD termasuk dalam kehamilan berisiko tinggi. Kesalahan dalam mengelolah

KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu

maupun bayinya. Penatalaksanaan KPD masih dilema bagi sebagian besar ahli

kebidanan. Kasus KPD yang cukup bulan, jika kehamilan segera diakhiri, maka akan

akan meningkatkan insidensi secsio sesarea, dan apabila menunggu persalinan

spontan, maka akan meningkatkan insiden chorioamnionitis.Kasus KPD yang kurang


3
bulan jika

4
menempuh cara-cara aktif harus di pastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan jika

menempuh cara koservatif dengan maksud memberikan waktu pematangan paru,

harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis

janin. Oleh Karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk

menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan matang,

choriamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab utama

meningkatnya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi

janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya

periode laten. Pastikan diagnosis terlebih dahulu kemudian tentukan umur kehamilan,

evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin serta dalam keadaan

inpartu terdapat gawat janin.Penanganan ketuban pecah dini dilakukan secara

konservatif dan aktif pada penanganan konservatif yaitu rawat di rumah sakit

(Prawirohardjo, 2009).

5
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA

A. Asuhan Kebidanan

Judul/ Waktu Deksripsi Kegiatan Resposisi TTD

Asuhan Subjektif :

kebidana 1. Ibu mengatakan ada

kehamilan pengeluaran air yang

pada Ny.Y banyak dari jalan lahir di

dengan rumah sejak pukul 05.00

Ketuban pecah Wita

dini 2. Ibu mengatakan tidak

Tanggal: ada keluar lendir

20/2/2023 bercampur darah

3. Ibu merasa kencang-

kencang di perut tapi

belum menjalar kepinggang

4. Ibu mengatakan hamil

± sembilan bulan

5. Ibu hamil anak pertama

dan tidak pernah

mengalami keguguran

6. HPHT : 18-06-2022

7. Ibu tidak pernah menderita

penyakit keturunan seperti

asma, Diabetes Mellitus,

6
dan penyakit menular

7
seperti TBC, hepatitis dan

jantung

Objektif :

1. Keadaan umum baik


2. Kesadaran komposmentis
3. Pemeriksaan tanda-tanda
vital TD : 130/ 80 mmhg
Nadi : 80
x/i Pernafasan :
20 x/i Suhu :
36 C
4. TP : 9-4-2023
5. Wajah tidak anemis
6. Konjungtiva merah muda
7. Puting susu kanan kiri
menonjol
8. Asi belum ada.
9. Tidak ada luka bekas
operasi, tampak striae
alba dan linea nigra
10. Palpasi Leopold
Leopold I : 3 jari bawah
Px, 30 cm
Leopold II : Puka
Leopold III :
Kepala Leopold
IV : BDP

8
11. Lingkar Perut : 90 cm

TBJ : 30x 90 = 2.700

gram

12. DJJ : 138 x/I kuat dan

teratur

13. His : belum teratur

14. Pada genitalia tidak ada

varices, tampak lembab,

tidak ada pembesaran

kelenjar bartholini, tidak ada

pelepasan lendir darah

15. Pemeriksaan dalam :

VT : pembukaan serviks Ø 3 cm

Selaput ketuban negatif (+)

sedikit Presentasi kepala

Penurunan kepala di Hodge I.

16. Pemeriksaan Laboratorium

: Hb : 11 g/dl

HBSAg : NR

HIV : NR

Analisa :

G1P0A0 UK 39 minggu Inpartu

Kala I Fase Laten dengan

Ketuban Pecah Dini (KPD)

9
Penatalaksanaan :

1. Menginformasikan kepada

ibu tentang pemeriksaan

yang telah dilakukan yaitu

ibu mengalami KPD dengan

UK aterm (39 minggu).

2. Menganjurkan ibu

memenuhi kebutuhan

nutrisinya seperti makan

dan minum. Ibu bersedia

untuk mengikuti anjuran

yang telah di berikan.

3. Memposisikan ibu dengan

posisi miring kiri

4. Memantau keadaan pasien

dan kemajuan dari proses

persalinan serta memantau

kesejahteraan janin

5. Kolaborasi dengan dokter

umum untuk diberikan

terapi selama masa aktif

yaitu dengan pemasangan

Asuhan kebidanan pada ibu

bersalin

dengan ketuban pecah dini.

10
infus RL 500 ml dalam 20

tpm.

6. Mengobservasi kontraksi

uterus, nadi, DJJ untuk

memantau keadaan ibu dan

janin setiap 30 menit, TTV

dan pemeriksaan dalam tiap

4 jam sekali untuk

mengetahui kemajuan

proses persalinan.

7. Melakukan informed

consent untuk tindakan

rujukan, ibu dan keluarga

bersedia untuk di lakukan

rujukan ke RSUD

Sawerigading Palopo

11
A. Telaah Jurnal

Jurnal Judul Populasi Intervensi Comprasion Outcome Time

International INDUCTION Ibu hamil keamanan Induksi Induksi 2 th

Journal of OF LABOUR dengan induksi persalinan persalinan


VERSUS
Biomedical KPD aterm persalinan segera pada segera pada
EXPECTANT
Research versus kasus KPD kasus KPD
MANAGEME
Vidyadhar B. manajemen cukup bulan cukup bulan
NT FOR
Bangal*, Pujil ekspektatif dengan dengan
PREMATURE
Gulati, Kunnal pada menggunak menggunakan
RUPTURE OF
K Shinde and wanita an misoprostol
MEMBRANE
Sai K Borawake S AT TERM
dengan misoprostol oral

ketuban oral menghasilkan

pecah dini interval yang

di atas usia lebih pendek

kehamilan antara

36 minggu, ketuban pecah

dalam hal dan

interval persalinan

induksi

persalinan,

intervensi

operasi.

12
International A 200 wanita Efikasi dan Membandin Misoprostol -

Journal of COMPARATI yang keamanan gkan efikasi adalah agen


VE STUDY
Medical Science dirawat di induksi antara yang efektif
OF LABOUR
and Public departemen persalinan misoprostol & aman
INDUCTION
Health · January kebidanan dengan yang untuk
WITH
2013 & misoprostol diberikan induksi
INTRAVAGI
Bhaumik Shah, ginekologi, . per vaginam persalinan
NAL
Noopur Nagar, pravara dengan pada wanita
MISOPROST
Shashwat Nagar. OL VERSUS rural oksitosin iv. dengan

INTRAVENO hospital, PROM.

US PMT, Loni

OXYTOCIN dengan

IN PROM di
PREMATURE
atas usia
RUPTURE OF
kehamilan
MEMBRANE
36 minggu.
S BEYOND

36 WEEKS

GESTATION.

13
Original Premature Ibu hamil Induksi Keefektifan Induksi 2 tahun

Research Article rupture of dengan dengan induksi persalinan

DOI: membranes at Ketuban PGE2 persalinan dini pada

10.18231/2394- term: Early pecah dini intraserviks dini dan kasus KPD

2754.2018.0001 induction di . untuk cukup bulan

Anuprita versus Departeme menilai dengan PGE-

Burande1,*, expectant n Obstetri hasil ibu 2 GEL

Anuja Dube2 management dan dan janin menghasilkan

Ginekologi pada pengurangan

kehamilan latensi

aterm persalinan

dengan tetapi juga

PGE2 meningkatkan

serviks intervensi

versus operatif.

manajemen

ekspektatif.

14
Dari hasil asuhan kebidanan pada Ny. Y dengan Ketuban pecah dini ibu

merasakan keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma air ketuban

berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna pucat.

Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada daerah tepi

robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat

kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh infeksi

atau rendahnya kadar kolagen. Selaput ketuban pecah karena pada tertentu terjadi

perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban mengalami kelemahan

perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas

kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.

KPD termasuk dalam kehamilan berisiko tinggi. Kesalahan dalam mengelolah

KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu

maupun bayinya. Penatalaksanaan KPD masih dilema bagi sebagian besar ahli

kebidanan. Kasus KPD yang cukup bulan, jika kehamilan segera diakhiri, maka akan

akan meningkatkan insidensi secsio sesarea, dan apabila menunggu persalinan

spontan, maka akan meningkatkan insiden chorioamnionitis.

Penanganan ketuban pecah dini dilakukan secara konservatif dan aktif pada

penanganan konservatif yaitu rawat di rumah sakit. Bila terdapat persalinan dalam

kala aktif, korioamnionitis, gawat janin, persalinan diterminasi. Bila ketuban pecah

dini pada kehamilan premature, diperlukan penatalaksanaan yang komprehensif.

Secara umum penatalaksanaan pasien KPD yang tidak dalam persalinan serta tidak

ada infeksi dan gawat janin, penatalaksanaannya tergantung pada usia kehamilan.

Cara persalinan pada kasus KPD, persalinan dapat diselesaikan dengan partus

spontan, ekstraksi vakum, dan seksio sesarea. Rencana tersebut berguna untuk pasien

agar dapat terhindar dari berbagai komplikasi yang dapat mengancam jiwa.

15
Hal ini sejalan dengan hasil jurnal Vidyadhar B. Bangal dkk ( 2012) yaitu ”

LABOR INDUCTION VERSUS EXPECTATIONS MANAGEMENT FOR

PREMATURE

MEMBRANE RESULTS IN TERM “dengan hasil bahwa Induksi persalinan segera

pada kasus KPD cukup bulan dengan menggunakan misoprostol oral menghasilkan

interval yang lebih pendek antara ketuban pecah dan persalinan. Induksi segera

persalinan aterm juga mengakibatkan peningkatan intervensi operatif. Morbiditas ibu

sebanding dengan induksi dan lini manajemen ekspektatif. Namun, morbiditas

neonatal lebih tinggi pada kelompok hamil. Misoprostol oral dalam dosis 50 µg

efektif dan aman untuk induksi, karena tidak ada komplikasi terkait obat ibu dan bayi

yang utama.

Kemudian didukung oleh jurnal Bhaumik Shah dkk ( 2013) dengan judul

“COMPARATIVE STUDY OF LABOR INDUCTION WITH OXYTOCIN IN

PREMATURE MEMBRANE RUPPERATION OUTSIDE 36 WEEKS OF

PREGNANCY MISOPROSTOL INTRAVAGINAL VERSUS INTRAVENOUS “

dengan hasil bahwa

semakin rendah skor uskup pra induksi, semakin banyak waktu yang dibutuhkan

pasien untuk melakukan persalinan aktif. Interval induksi-pelahiran secara signifikan

lebih tinggi pada kelompok oksitosin dibandingkan dengan kelompok misoprostol. :

Misoprostol adalah agen penginduksi yang lebih baik daripada oksitosin pada skor

uskup yang rendah & serviks yang tidak baik. Misoprostol adalah agen yang efektif &

aman untuk induksi persalinan pada wanita dengan PROM.

Hal ini sesuai dengan jurnal Anuprita Burande (2018) dengan judul ” Premature

rupture of membranes at term: Early induction versus expectant management “dengan

hasil bahwa : Pada kelompok A, 70,83% kasus persalinan spontan dimulai dalam 24

jam dan pada mereka dengan induksi 56,94% berhasil. Dari persalinan spontan
16
65,28% adalah primi dengan 58,33% memiliki Skor Uskup yang menguntungkan.

Pada mereka dengan induksi 73,61% adalah primi dengan 56,94% memiliki Skor

Bishop yang

17
menguntungkan. Induksi persalinan dini pada kasus KPD cukup bulan dengan PGE-2

GEL menghasilkan pengurangan latensi persalinan tetapi juga meningkatkan

intervensi operatif. Garis harapan memiliki morbiditas ibu dan bayi yang lebih besar.

Terkait dengan kasus tersebut menjelaskan bahwa :

1. Ada perbedaan signifikan secara statistik antara Rerata waktu bocor PV lebih lama

pada kelompok hamil primigravida maupun multigravida dibandingkan kelompok

induksi. Persalinan pervaginam terjadi pada 55,55% pasien pada kelompok induksi

dan 79,17% pada kelompok hamil. Dari persalinan spontan 65,28% adalah primi

dengan 58,33% memiliki Skor Uskup yang menguntungkan. Pada mereka dengan

induksi 73,61% adalah primi dengan 56,94% memiliki Skor Bishop yang

menguntungkan.

2. Ada perbedaan signifikan secara statistik menggunakan std error of difference antara

dua rata-rata (std. error of difference= 4,637, p<0,0001). Jika rata-rata interval waktu

persalinan induksi dibandingkan antar kelompok, terlihat bahwa interval induksi ke

persalinan lebih lama pada kelompok oksitosin 7,17 ± 1,20 jam pada primigravida dan

6,06 ± 1,09 jam pada multigravida. Sedangkan pada kelompok misoprostol 6,61±1,06

jam pada primigravida dan 5,27±1,11 jam pada multigravida. Perbedaan antara 2

kelompok ditemukan (p < 0,05) signifikan secara statistik ( menggunakan uji t).

3. Ada perbedaan signifikan antara dalam morbiditas akibat korioamnionitis pada

kelompok induksi dini. Ibu yang mengalami korioamnionitis mengalami nyeri perut

pada kelompok hamil dan nyeri tekan perut dan takikardia pada kelompok induksi.

Insiden korioamnionitis lebih tinggi pada kelompok hamil. Kelompok hamil juga

memiliki tingkat komplikasi luka yang lebih tinggi secara statistik dan tinggal di

rumah sakit lebih lama. Skor APGAR rendah pada menit pertama tercatat pada 8%

neonatus pada kelompok induksi dan pada 12% neonatus dalam kelompok harapan.

Insiden ini sesuai dengan penelitian lain. 22,22% bayi di kelompok A menderita
18
asfiksia lahir

19
(berat-6,94% dan ringan-13,88%) dibandingkan dengan 15,27% di kelompok-B

(ringan-8,33% dan berat 2,77%). Sepsis neonatus lebih banyak pada kelompok hamil

(yaitu 2) dibandingkan dengan kelompok induksi (yaitu 0).

Masalah potensial yang bisa terjadi pada ketuban pecah dini (KPD) berdasarakan

hasil referensi yaitu Pada ketuban pecah dini preterm terjadi risiko baik pada janin

maupun pada ibu. Komplikasi maternal meliputi infeksi intrauterin, retensio plasenta,

dan solusio plasenta; juga dilaporkan ada beberapa kasus sepsis dan kematian

maternal. Pada kehamilan preterm angka insiden korioamnionitis sekitar 13-60% dan

solusio plasenta terjadi pada 4- 12% kehamilan dengan ketuban pecah dini.

Komplikasi tersebut dapat terjadi jika pasien tidak mendapatkan perawatan secara

intensif dan tindakan segera jika mengalami diantara komplikasi diatas.

Rencana tindakan pada ketuban pecah dini yaitu pastikan diagnosis, tentukan umur

kehamilan, evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin, apakah

dalam keadaan inpartu dan terdapat kegawatan janin. Riwayat keluarnya air ketuban

berupa cairan jernih keluar dari vagina yang kadang- 82 kadang yang disertai tanda-

tanda lain dari persalinan.Bila air ketuban normal agaknya ketuban pecah dapat

diragukan serviks. Penderita dengan KPD harus masuk rumah sakit untuk diperiksa

lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang

untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, korioamnionitis, gawat

janin, persalinan diterminasi. Bila ketuban pecah dini pada kehamilan premature,

diperlukan penatalaksanaan yang komprehensif. Secara umum penatalaksanaan pasien

KPD yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin,

penatalaksanaannya tergantung pada usia kehamilan. Cara persalinan pada kasus

KPD, persalinan dapat diselesaikan dengan partus spontan, ekstraksi vakum, dan

seksio sesarea. Rencana

20
tersebut berguna untuk pasien agar dapat terhindar dari berbagai komplikasi yang dapat

mengancam jiwa.

21
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah mempelajari berbagai macam teori yang didapatkan dari referensi seperti

jurnal maupun buku mengenai kasus ketuban pecah dini (KPD), sehingga penulis

menghubungkan dengan teori dan konsep asuhan kebidanan dengan ketuban pecah

dini (KPD) maka dapat menarik kesimpulan dan saran yaitu:

A. Kesimpulan

1. Pemeriksaan yang dilakukan mendiagnosis ketuban pecah dini yaitu Diagnosis

KPD ditegakan 81 dengan memperhatikan data hasil pengkajian terhadap

riwayat klien seperti jumlah cairan yang hilang karena keluarnya sedikit cairan

terus menerus dan perasaan basah pada celana dalamnya, warna dan bau cairan

harus di perhatikan. Disamping itu pemeriksaan fisik dengan melakukan

palpasi abdomen, pemeriksaan speculum steril serta uji laboratorium (uji pakis

positif, uji kertas nitrizin positif.

2. Masalah potensial yang bisa terjadi pada ketuban pecah dini (KPD)

berdasarakan hasil referensi yaitu Pada ketuban pecah dini preterm terjadi

risiko baik pada janin maupun pada ibu. Komplikasi maternal meliputi infeksi

intrauterin, retensio plasenta, dan solusio plasenta; juga dilaporkan ada

beberapa kasus sepsis dan kematian maternal.

3. Terminasi juga dapat dilakukan persalinan dengan cara seksio sesarea yaitu

pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan

dinding rahim. Hal ini dilakukan dengan indikasi disproporsi sepalopelvik,

gawat janin, plasenta previa, pernah seksio sesarea sebelumnya.

4. Tindakan yang dilakukan pada pasien ketuban pecah dini sesuai dengan

intervensi yaitu Bidan diharapkan dapat melakukan penatalaksanaan ketuban

22
pecah dini dengan berdasar atas diagnosa pasti dari hasil pemeriksaan. Jika

umur kehamilan tidak diketahui secara pasti dapat dilakukan pemeriksaan

Ultrasonografi.

B. Saran

1. Dalam melakukan tugas sebagai bidan untuk memberikan tindakan perlu

diketahuirasional setiap tindakan yang diberikan kepada klien dan harus

dengan persetujuanklien

2. Sebagai bidan dalam melakukan tindakan perlu membina hubungan yang baik

antara klien ataupun keluarga sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.

3. Profesi bidan harus mampu mengambil suatu keputusan klinik untuk

menghindari keterlambatan dalam merujuk sehingga dapat mencegah

terjadinya komplikasi yang mengancam jiwa klien.

23
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah Siti dan Oktarina,Aini.”perbedaan kejadian ketuban pecah dini Antara Primipara dan

Multipara”jurnal Midrop.Edisi 1 (2012).

Bangal dkk, Labor Induction versus Expectations Management for Premature Membrane

Results in Term. International Journal of Biomedical Research.

Burande & Anuja, Premature rupture of membranes at term: Early induction versus

expectant management, Assistant Professor, Dept. Obstetrics and Gynecology, Swami

Ramanand Tirth Rural Medical College, Ambajogai, Dist-Beed, Maharashtra, India

Fujiyarti, 2016. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini.

Jurnal Ilmiah Kebidanan.

Jannah, Nurul. Buku Ajar AsuhanKebidanan-Kehamilan.Yogyakarta :CV Andi Offset, 2012.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. (2009). Gadar Obstetri & Ginekologi & Obstetri Ginekologi

Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC.

Saifuddin 2010. Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah

Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.

Shah, Comparative Study Of Labour Indoction with Oxytocin in Premature Menbrane

Rupperation Outside 36 Weeks Of Pregnancy Misoprostol Intravaginal versus

Intravenous, Department of Obstetrics & Gynecology, CU Shah Medical College

Surendranagar, Gujarat, India

Sunarti, 2017. Gambaran karakteristik ibu bersalin dengan ketuban pecah dini di Rumah

Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang tahun 2009.

24
25
MMaacchhinienTer aTnrsalantesdlabtyeGdo bogyle Google

View discussions, statistics, and author profiles for this publication at:

Rupture of the membrane in the term

Article in International Journal of Biomedical Research April 2012


DOI: 10.7439/ijbr.v3i3.328

QUOTATION READ

8 229

4 authors, including:

83 PUBLICATIONS 527 QUOTES 25 PUBLICATIONS 164 QUOTES

All content following this page is uploaded by Vidyadhar Bangal on December 11, 2015.

User has requested upgrade of downloaded files.


MMaacchhiinnee TTrraannssllaatteedd bbyy GGoooogglele

International Journal of Biomedical Research

LABOR INDUCTION VERSUS EXPECTATIONS MANAGEMENT FOR


PREMATURE MEMBRANE RESULTS IN TERM

Vidyadhar B. Bangal*, Pujil Gulati, Kunnal K Shinde and Sai K Borawake

* Department of Obstetrics and Gynecology (OBGY), Rural Medical College, Pravara Institute of Medical
Sciences (Deemed University), Loni, Dist. Ahmadnagar, Maharashtra, India

*Corresponding Author: vbb217@rediffmail.com This


article is available online at www.ssjournals.com
ABSTRACT

Background: Preterm premature rupture of membranes is premature rupture of membranes after 37 weeks of gestation and
before the onset of painful uterine contractions. This occurs in ten percent of cases. This case can be managed conservatively or
immediately. labor induction.

Objective: To determine the efficacy and safety of induction of labor versus expectant management in women with premature
rupture of membranes above 36 weeks' gestation, in terms of interval of induction of labour, operative intervention, and fetal
outcome Materials and Methods:
Prospective, randomized controlled study conducted over two years from November 2008 to October 2010 at Rural Medical
College, Loni. One hundred pregnant women with term PROM were randomly assigned to the induction and pregnancy groups
respectively.
Results: The mean interval from induction to delivery was significantly shorter in the induction group than in the pregnant group.
The incidence of maternal morbidity was comparable in the two groups. Neonatal morbidity was higher in the pregnant group. The
incidence of hyperstimulation was higher in the induction group compared to the
pregnant group. There were no maternal or perinatal deaths in any group. Intrapartum
complications and mode of delivery were similar in the two groups.
Conclusion: Immediate induction of labor in cases of term PROM using oral misoprostol results in a shorter induced labor
interval but an increased operative intervention rate.
Maternal morbidity is comparable to induction and expectant line management. However, neonatal morbidity was higher in the
pregnant group.
Keywords: Premature rupture of membranes, Labor induction, maternal morbidity, Neonatal morbidity, Misoprostol

1. INTRODUCTION
the literature avoids consensus as to whether to
Rupture of membranes before term is defined as
induce labor immediately or wait some time before
spontaneous rupture of membranes after 37 weeks of induction. Several studies have found safe
gestation and before the start of painful
expectant management for up to 48-98 hours without an
uterine contractions. It occurs in about 10% of
increased incidence of infection.
women after 36 weeks' gestation. 1 About 80% of full-
Others advocate early intervention with the same good
term women with PROM go into labor spontaneously
results without increasing complications as mentioned
within 24-48 hours.
above.
4-8 Recently, the use of oral misoprostol for cervical
A minority of patients (10-25%) have a latency period of
ripening and induction of labor has increased and is
more than 24 hours from PROM to the onset of
considered as an alternative agent for induction of
labour. The possibility of infection increases, if the
PROM.
latent period exceeds 24 hours. Keeping
It appears to be an effective method of induction of
these considerations in mind, there is a tendency labor under the term PROM.
to induce labor at the earliest. Early induction of labor
In particular, women with poor cervical scores may
helps reduce the risk of chorioamnionitis, the need for
benefit from this approach. 4. In light of this, a
neonatal antibiotic therapy, neonatal
randomized controlled study was conducted with the
intensive care (NICU), and increases maternal
following objectives. 1.To study the efficacy and
satisfaction. 1-3Induction of labor is indicated, if
safety of labor induction versus expectant management in
the fetus or mother benefits from delivery4
women with premature rupture of membranes above 36
There are conflicting reports in
weeks' gestation, in terms of surgery

IJBR 3 [03] [2012] 164ÿ39092


MMaacchhiinnee
TTrraannssllaatteedd bbyy
GGoooogglele bangal dkk Research Articles

intervention, and fetal outcome.


2.4 Methods of data collection: Detailed history
2 .To compare maternal and newborn outcomes between
was recorded according to research proforma; A general,
induction versus expectant management.
abdominal and obstetric examination was carried out.
3.To evaluate the efficacy and safety of oral misoprostol for
Premature rupture of membranes (PROM) is confirmed by
induction of labor in PROM.
sterile speculum examination of the vagina.
Routine and specific supporting examinations
2. MATERIALS AND METHODS Research including obstetric ultrasound, if needed.
2. After being interviewed, women who met the eligibility
This is a prospective randomized study of patients with
criteria were invited to voluntarily participate
spontaneous rupture of membranes after 36 weeks'
in this study. Those who accepted were carefully informed of
gestation at Pravara Rural Hospital, Rural Medical College
the aims and procedures of the study and then
teaching hospital, Loni from November 2008
asked to sign a consent form. 3.Patients were randomly
to November 2010. One hundred women admitted with
premature rupture of membranes at term i.e. beyond 36 assigned to Group I (induction of labour) and Group II
(pregnancy management) using computer generated
weeks of gestation registered for the study.
tables for study purposes, keeping in mind the inclusion and
exclusion criteria.
Fifty cases were allocated to each of the following
groups - Group I - Induction of labor in the early stages of
PROM (Active
management).
2.5 Management Protocol – Management

Active (Group I): Vaginal swabs for culture and sensitivity


Group II – Delayed Induction of Labor in PROM after 24
were sent on hospital admission, and again in the postnatal
hours (Expectant management).
period.
After initial assessment, labor induction was
The local ethics committee approved the study protocol.
performed with oral misoprostol 50µg tablet every 4th hour.
Furthermore, depending on the progress of labor may have to be
2.1 Data Source: Indoor case files of hundreds of patients
supplemented with pitocin drops.
who developed spontaneous rupture of membranes beyond
Patients are monitored for any hyper stimulation or
36 weeks' gestation at Pravara Rural Hospital, Rural
tachysystole or hyper tone associated with fetal
Medical College teaching hospital, Loni from
distress. Labor induction was considered successful, if the
November 2008 to November 2010 were included in this
woman delivered within 24 hours of starting the induction
study.
method or if there was a definite change in cervical score
after 6 hours of induction.
2.2 Sample size: The predicted sample size of the Maternal and fetal monitoring is carried out using a
study was 100.
2.3 Selection Criteria partograph. Each surgical intervention and its cause are

2.3.1 Inclusion criteria: 1. evaluated. Any complications that arose during induction, labor
or after delivery were recorded. Broad spectrum antibiotics are
Premature rupture of membranes as defined.
given. Immediate fetal outcome was monitored with the help of
2. Absence of active labor or features suggestive
the APGAR score. Maternal and fetal infections were
of fetal distress including meconium staining of
monitored, in the postnatal
the fluid. 3. Single pregnancy with peak
period until discharge 2.6 Management Protocol –
presentation and no known hypersensitivity to
Expectant Management (Group II): Patients
prostaglandins. 4. No contraindications
were monitored continuously. The mother's
for vaginal delivery. 5. No intervention outside
pulse, BP, and temperature were recorded every 4th
the hospital. 6. No other associated high risk
hour. spectrum antibiotics. The patient is given a clean
factors.
2.3.2 Exclusion criteria: sterile swab and there is no need for a P/V examination.
P/V when needed is done by maintaining
1.Prostaglandin
the strict aseptic measures. Patients were specifically observed
hypersensitivity.2.Previous Caesarean section for symptoms and signs of chorioamnioitis.
sections.3.Previous major uterine
surgery.4.CPD 5.Patients with fetal distress.6.Medical TLC, DLC and vaginal swabs
conditions such as heart disease, asthma, and
glaucoma.7.High-risk patients such as PET, Sufferers
diabetes, Rh incompatibility, twins.

IJBR 3 [03] [2012] 164ÿ39093


MMaacchhiinnee
TTrraannssllaatteedd bbyy
GGoooogglele bangal dkk Research Articles

Cultures sent on admission. If the patient failed to deliver within 24 patients in the induction group and 84% in the pregnant group
hours, cervical findings were reassessed and labor was induced (Tables.1,2). There was no difference in APGAR scores between the
with misoprostol 50 µgm orally. Patients were closely monitored during two groups. Maternal complications such as nausea,

induction and delivery as for group I cases. Vomiting, diarrhea were more common in the Induction group (ie
3) compared to the Expectant (ie 0), while developmental failure was more
common in the Expectation group.
They also continued to be observed until they were discharged as

mentioned for group I.


3. RESULTS From
Puerperal sepsis was seen in three cases of the pregnant group
Of the 100 PROM cases studied, 50 cases were induced with compared to one case in the induction group. There was no difference
oral misoprostol and 50 cases were maintained on the expected line of in vaginal smear cultures in the two groups.
management. Most cases occurred in the age group 15-20 and
21-25 years. The average gestational age in weeks was the same for the There were no cases of postpartum hemorrhage and retained placenta in
two groups, namely the Induction Group 38.56 weeks and the Pregnant any of the groups. (Table 3) Fetal distress was seen more in the induction
group 38.52 weeks. In that study, the majority of cases (73%). are group (ie 4) compared to the pregnant group (ie 3).
primigravidas. The average PV leak time was longer Neonatal sepsis was more common in the expectant group
in the pregnant group for both primigravidas and multigravidas than (ie 7) compared to the Induction group (ie 4). hyperbilirubinemia
the induction group.
the same in both was almost

groups.

Vaginal delivery occurs in 78% (Table 4)

Table No. 1: Mode of delivery in relation to parity in the Induction group and the Hope group

Spontaneous delivery Caesarean sectionIn(snt=ru8m1)e(nnt=a1l 7d)elivery (n=2)

Balance

Group I Group II Group I Group II Group I Group II 26 1 6 (78.8%) (2.5%) (18.2%) 16 1 (94.2%) (5.9%) 42 7 ( 84%)
Course
33 (14%)
first (n=73)
(82,5%) 1 (3%) 6
Multi
0 0
(n=27) 6 (15%)
Total 4

(60%) 39 (78%) 1 (2%) 1 (2%) (40%) 10 (20%)

Significant value = 0.189 (not significant)

Table No. 2: Maternal morbidity in relation to total duration of PROM:

PROM
Induction Group Hope Group
(Jam) <
Number of cases of Morbidity 01 0 14 0 Number of cases Morbidity 0 0 15 1(7%)
6
3(11%) 5(62%)
6-12
9(18%)
13-24 32 27
5(16%)
>24
2(67%)
Total 3 50 8 50
7 (14%)

Value x2 = 0.544, p>0.05, not significant. By conventional criteria, the difference in maternal morbidity between the induction group and the pregnant group
was not statistically significant.

Table No. 3: Maternal Morbidity in the Induction and Expectation Groups:

IJBR 3 [03] [2012] 164ÿ 39094


MMaacchhiinnee
TTrraannssllaatteedd bbyy
GGoooogglele bangal dkk Research Articles

Induction Group (n=50) Hope Group (n=50)


Maternal morbidity

Nausea, Vomiting, Diarrhoea 3

Puerperal pyrexia 3

Puerperal sepsis 1

Long labor 0

Chorioamnionitis
0

Total
7

One case of chorioamnionitis was observed in the pregnant group. The incidence of puerperal pyrexia was the same in both groups. There were no cases of prolonged
labor in the induction group, whereas two cases were seen in the pregnant group.

Table No.4: Neonatal Morbidity in the Induction and Expectation Groups

Induction Group (n=50) Hope Group (n=50)


Neonatal morbidity

The isolation of newborns 4(08%) 7(14%)

Hyperbilirubinemia 1(02%) 3(06%)

RDS
0
1(02%)
birth asphyxia
1(02%) 1(02%)
Total
7(14%) 11(22%)

Z value = 1.59, p <0.05, significant

After applying the Z test for the difference between the two proportions there
prompt induction with misoprostol was performed, the latency period was
was a significant difference between the proportions of
significantly shorter, so the duration of labor and the period of
neonatal morbidity in the Induction and Expectation groups. Neonatal
hospitalization was reduced. However, expectant management is another
sepsis was seen in 8% of cases in the induction group compared to 14% of
approach used in which, rates of operative
cases in the pregnant group, whereas hyperbilirubinemia was seen in 2%
intervention are lower, without increased perinatal and maternal
of cases in the induction group compared to 6% of cases in the pregnant
morbidity. PROM at term is associated with spontaneous onset of
group.
labor within 24 hours, in the majority of cases. Misbah Fabiana da
Graca10 concluded Kausar Javid that waiting for the
onset of labor to spontaneously stay at home is associated with long periods
of time
4. DISCUSSION 9
,

The management of PROM at term has been a controversial issue sick Shapiro11. Rovinsky recommends expectant management
in the last few decades. Whether to induce labor soon, for PROM for twenty and four hours, because
labor
begins spontaneously in 85% of their patients within that time.
to the possible risk of infection or to wait expectantly for the onset Gordon Gunn and Daniel Mishell report that 80-90% of women go into
of spontaneous labour, are issues that make decisions difficult. The spontaneous labor within twenty-four hours. Perinatal death
management strategy

12

Recommendations for women with term PROM have changed considerably four times more, when the latency period is extended
over the last decade, partly due to increased facilities by more than twenty-four hours. David Conway and Gordon
for the identification and treatment of maternal and neonatal infections. In Stirrrat
most reports, where

13

in their study of PROM ,

IJBR 3 [03] [2012] 164ÿ 39095


MMaacchhiinnee
TTrraannssllaatteedd bbyy
GGoooogglele bangal dkk Research Articles

reported that 74% of women gave birth to Graca10. This study had one case that spontaneously required induction. Cammu
chorioamnionibtiesfoinrethe pregnant group. Aqeela concluded that chorioamnionitis H et al 14, Grant et al reported
are also serious complications due to Ayaz 1
16
similar results. The results of Aqeela Ayaz16
consistent with the above studies. In the treatment of pregnant women because of the increase in this study, 98% of women
delivered at intervals between premature and spontaneous rupture of membranes before induction was
required. labor. In this study, organisms in group , 4.1. Duration of common PROM isolated in vaginal swabs Induction
and Pregnant Group: This study was E.coli, Candida, staphylococcus, showing that the mean time interval of pseudomonas and
coagulase negative staphylococci.

KPD to delivery was shorter in Bacterial vaginosis often causing KPD in the induction group (15.5 hours) than as well ,

as assisting in the onset of labor because of the pregnant group (18.5 hours). Results of research on its cytokine action. In this study,
these antibiotics were consistent with studies that prophylaxis was given to all mothers. In conducted by
Fabiana da Graca10 where another study conducted by Gibbs et al18 noted that the mean time interval of KPD to finding a
higher rate (12% ) of labor w as 18.9 hours in the chorioamnionitis induction group in the managed group compared to 27.5
,

hours in the pregnant group. conservatively, while in the absence of patients The results of this
study are also comparable to cases of induction with oral misoprostol developing chorioamnio studies conducted by Datta
Therapeutic safety of narrow prostaglandins and Mamta17, where it was noted that hence the average dose
required for the time interval of PROM to delivery Inducing optimal uterine activity was 18.10 hours in the induction group which could trigger
gastrointestinal side effects compared to 29.55 hours in cases such as nausea, vomiting and diarrhea. In the pregnant
group. This study was also similar to the present study, the gastrointestinal side effects study conducted by
Aqueela Ayaz10, where it (nausea, vomiting, and diarrhea) was noted in 8% of cases in the induction group. noted that the
average KPD time interval is up to 4.3. Relationship between mode of delivery in the Induction and
Expectation Group: delivery was 11.6 hours in the induction group This study showed that there was a decrease
compared to 17 hours in the pregnant group.

4.2 Maternal Morbidity: In this study, the incidence of caesarean section was higher for maternal morbidity was 14% in the
induction group (20%) compared to the induction group and 18% in the pregnant group (14%). Even though the pregnancy was
caused by puerperal pyrexia, the difference was not significant. The main indication is sepsis and
, chorioamnionitis. Tan BP and caesarean section in the Hannah ME induction group in his study were induction failures
(12%) and serious concluding that the incidence of fetal chorioamnionitis (8%). While caesarean section was 0.8%
8 in the induction group and the pregnant group was mainly performed for 1.4% in the pregnant group. Misbah Kausar
fetal distress (6%) and failure to thrive (6%).

9 Javid in his study reported, 3% Fabiana da Graca10 reported that the incidence of chorioamnionitis in the cesarean section group
was performed in 31% of induction women and 7.8% in the pregnant group. in the pregnant group, the 20% incidence rate of
postpartum pyrexia compared to that in the misoprostol group, but the difference in the induction group was less than 1% and this
was not statistically significant. (p=0.22)

pregnant group of less than 1.8%. In this study, no The results of this study were inconsistent with the
9

cases of chorioamnionitis resulting from Misbah were reported in the induction group whereas, 2% cases of caesarean caesarean
section were lower in the pregnant group experiencing chorioamnionitis. in the pregnant group. [24% versus Puerperal Fever was
6% in the second 34%]. J. Morales and Lazar AJ19 were the group. Fabiana da Graca10 noted that the conservative management
of her research on follow-up of postnatal mothers in patients with premature
rupture of membranes, the results were good in both groups at term, significantly with minimal rates of puerperal infection,
reducing the incidence of caesarean section without the need for antibiotic therapy and other complications. There
was no significant difference between the two groups. places mother and baby at high risk of infection.

Researcher The results of this study are consistent with the results of
Morales and Lazar AJ19. In this study, Fabiana da 83% primigravida and 60% multigravida
have

IJBR 3 [03] [2012] 164ÿ39096


MMaacchhiinnee
TTrraannssllaatteedd bbyy
GGoooogglele bangal dkk Research Articles

spontaneous vaginal delivery in the induction group.


injections of Ampicillin 150mg/kg/day and Gentamycin 4mg/ kg
Meanwhile, in the pregnant group, 59% of primigravidas
OD were administered.
and 94% of multigravidas experienced spontaneous
4.4.3 Hyperbilirubinemia: The incidence of hyperbilirubinemia
delivery . this is in accordance with vaginal
was higher in the pregnant group (6%) compared to (2%) in the
the research by Hannah ME8 and Snehamay C20
induction group. Sanchez Ramoz22 found 18% and 15.05% of
above. In the present study, spontaneous onset of
cases had hyperbilirubinemia respectively in
labor in the induction group and the pregnant group was 78% the oxytocin and misoprostol groups.
and 84%, respectively. In this study the incidence of
instrumental vaginal delivery was 2% in the induction group and 4.4.4 Respiratory Distress Syndrome: Sanchez Ramoz22
2% in the pregnant group. reported a higher incidence of respiratory
distress in the induction group compared to the
There was no significant difference between the two groups. pregnant group.
Snehamay C20 observed in her study that operative In this study, 2% of neonates suffered from respiratory
or instrumental vaginal delivery was 3.5% in the induced and distress in the induction group, whereas no cases were seen
14.2% in the pregnant group. in the pregnant group.
Therefore, the results of this study coincide with that of
4.4. Neonatal Outcomes: In this study, the main Sanchez Ramoz22.
causes of neonatal morbidity were sepsis, neonatal
CONCLUSION
hyperbilirubinemia, respiratory distress syndrome and
birth asphyxia. Immediate induction of labor in cases of KPD at term using

oral misoprostol resulted in a shorter interval between rupture


4.4.1 Apgar score: A low APGAR score at first minute of membranes and delivery. Immediate induction of term labor
was noted in 6% of neonates in the induction group and has also resulted in increased operative intervention. Maternal
in 8% of neonates in the pregnant group. This incident is in morbidity is comparable to induction and expectant line
accordance with the research of Fabia da Graca10, Datta management.
Mamta17 and Aqueela Ayaz16.
However, neonatal morbidity was higher in the
4.4.2 Neonatal Sepsis: In this study the incidence pregnant group. Oral misoprostol in a dose of 50 µg was
of neonatal sepsis was 8% in the induction group and effective and safe for induction, as there were no major
14% in the pregnant group. maternal and neonatal drug-related complications.
There was no incidence of neonatal sepsis in the induction
group and a five percent incidence was seen in the pregnant
group in this study. conducted by Aqueela
LIST
Ayaz16 in 2008. Neonatal infection rates did not differ
significantly in the study conducted by Hannah ME8. REFERENCES 1. Mead PB. Management of patients with
Neonatal infection is 3% for induction premature rupture of membranes.
Perinatology clinic, 1980; 7:243–55.
in the prostaglandin group and 2.8% for the pregnant 2. DA wing, Paul RH. Induction of labor with misoprostol for
group. The most common microorganisms associated with premature rupture of membranes after 36 weeks' gestation.
PROM causing neonatal sepsis include group B Am J Obstet and Gynaecol, 1998; 179 (1): 94 – 9.
Streptococcus, E. coli, coagulase negative Staphylococcus,
Listeria Haemophilus influenzae and

The organisms commonly present monocytogenes. 21 3. Bennett KA et al. Covert randomized comparison of oral
in this study were staphylococcus, streptococcus, gram
and vaginal administration of misoprostol for labor
negative staphylococcus.
induction. Obstetrics and gynecology, 1998; 92 (4 point
1): 48 – 6.
Prophylactic antibiotics were given to neonates born
twenty-four hours after PROM and prolonged labour.
4. There is no premature rupture of membranes at term
Therapeutic antibiotics were administered to all blood culture
advantage of delaying induction more than 24 hours.
positive neonates.
J. Perinat Med. 1996; 24(6):573-9.
The commonly used combination of antibiotics is Cefotaxime
injection 100 mg/kg/day BD and amikacin 10 mg/kg/day.
5. Sanjay bra rao et al. Is oral misoprostol an
Another combination used is
a promising alternative to standard oxytocin in third
labour? stage from

IJBR 3 [03] [2012] 164ÿ39097


MMaachcinheinTrean Tslartaend sbylaGtoeodgle by Google

bangal dkk Research Articles

http:// www.bhj.org/ journal/ 2002_4401


amniotic fluid from women with clinical intra-
_jan/ org_30.htm.
amniotic infection at term. J Infect Dis
6. Lin, Monique G. MD et al, Misoprostol for induction
of labor in women with premature rupture of 1982;145:1–8.
19. Morales WJ, Lazar AJ, Management of ruptured membranes at
membranes: a meta-analysis.
term.
Obstetrics and gynecology. 2005;
South Med J 1986; 79(8): 955-8.
106(3):593-601
20. Snehamay C, Nath MS, Kumar BP, Sudipta B.
7. Hofmeyr GJ et al, Titrated oral misoprostol
Premature rupture of membranes at term:
solution for induction of labor: a multicenter
immediate induction with PGE2 gel
randomized trial.
compared with delayed induction with
Br J Obstet Gynaecol 2001; 108(9):952-9.
oxytocin. J Obstet Gynaecol India 2006;56:224– 9.
8. Tan BP, MY Hannah. Prostaglandins for
21. Kifah Al-Qa'Qa' et al. Neonatal outcomes and
premature rupture of membranes at or near
term. Cochrane database prenatal antibiotic treatment in premature
rupture of membranes. Journal of Pakistani
system rev.2000; (2): CD000178.
9. Misbah Kausar Javid, Samia Hassan et al. medical science. Dec 2005; 21:4.

Management of premature rupture of membranes at


22. Sanchez Ramoz. J. Induction of labor by
term. Med Professional J 2008; 15(2):
216-219. intravg. Misoprostol in terms of PROM. Obgi
1997; 89:633–42.
10. Fabiana da Graca Krupa, Jose Guilherme Cecatti et al,
Misoprostol versus pregnant management in premature
rupture of membranes at term. BJOG: International
Journal of Obstetrics and Gynecology.

2005; 112:.1284-1290.

11. Rovinsky and Shapiro. PROM management on


terms. Obstetrics and Gynecology 1968;
32:855.
12. Gunn Gordon dan D Mishell: PROM. Am J
Obstetrics and Gynecology 1970; 35:469-73.
13. Conway David, Stirrat G. Management of
spontaneous rupture of membranes in the absence of
labor in a term primigravid woman. I.
J. Obstetrics and Gynaecol 1984; 150:947-951.

14. Cammu H, Verlaenen H et al: Ketuban rupture


early at term in nulliparous women:
danger. Gynecology Obstet 1990; 76(4):671-4.

15. Grant S et al: Management of premature rupture of


membranes in primi: Report of a prospective
randomized trial. Mr. J. of Obstetrics and Gynecology 1992; 43:582-4.

16. Aqueela Ayaz, Seed Shazia et al. Ruptured membranes


before term labor in a patient
A with an unfavorable cervix:

active versus conservative management. Taiwan J


Obstet Gynecol.June 2008; 47:.2.
17. Datta Mamta Rath, Kabiraj Manas.
Induction of labor with oral misoprostol in women
with premature rupture of membranes. J Obstet
Gynecol India. 2007;57(6): 505-508.

18. 18 Gibbs RS, Blanco JD, St Clair PJ,


Castaneda Y.S. quantitative bacteriology

IJBR 3[03][2012]164ÿ170 170

View publication statistics


MMaacchihneinTera TnrsalantesdlabtyeGdo obgyle Google

View discussions, statistics, and author profiles for this publication at:

intravenous oxytocin in

Premature rupture of membranes below 36 weeks of gestation

Article in International Journal of Medical Science and Public Health January 2013

DOI: 10.5455/ijmsph.2013.210420133

QUOTATION READ

2 63

3 authors, among others:

20 PUBLICATIONS 9 CITATION

All content following this page is uploaded by Shashwat Nagar on December 22, 2021.

User has requested upgrade of downloaded files.


MMaacchhiinnee TTrraannssllaattee dd bb yy GG oo o o gg lel e
B ha u m ik S h a h e t al. Induksi Persalinan dengan Misoprostol Intravaginal Vs.
Oxytocin Intra Vena pada PROM

RESEARCH ARTICLES

COMPARATIVE STUDY OF LABOR INDUCTION WITH


MISOPROSTOL INTRAVAGINAL VERSUS INTRAVENOUS
OXYTOCIN IN PREMATURE MEMBRANE RUPPERATION OUTSIDE
36 WEEKS OF PREGNANCY

Bhaumik Shah1, Noopur Nagar2, Shashwat Nagar2


Department of Obstetrics & Gynecology, CU Shah Medical College Surendranagar, Gujarat, India
1

2
Department of P & SM, CU Shah Medical College Surendranagar, Gujarat, India

Correspondence to: Shashwat Nagar (ssn.9982@gmail.com)

DOI: 10.5455/ijmsph.2013.210420133
Date Received: 22.03.2013 Date Received: 21.04.2013

ABSTRACT

Background: The recommended strategies for women with term PROM have changed a great deal over the last few decades.
PROM occurs in approximately 10% of patients above 36 weeks' gestation. IV oxytocin infusion is time-tested as a labor inducing agent but is associated with
high maternal and perinatal morbidity. Misoprostol is of increasing interest as an alternative induction agent.

Purpose & Objectives: (1) To study the efficacy and safety of labor induction with intravaginal misoprostol and iv oxytocin in women with premature rupture of
membranes above 36 weeks' gestation. (2) To evaluate & compare the efficacy of misoprostol administered vaginally with iv oxytocin.

Materials and Methods: A prospective randomized study was conducted in which 200 women admitted to the department of obstetrics & gynecology, pravara
rural hospital, PMT, Loni with PROM above 36 weeks' gestation were included in which 100 were assigned to two misoprostol groups each. vaginal & oxytocin
infusion group.
Results: Nearly 58% of KPD cases occurred in the age group of 21-25 years. No significant relationship was found between the prevalence of KPD and parity. It appears
that the lower the pre-induction bishop score, the more time it takes for the patient to enter into active labour. The induction-delivery interval was significantly higher in the
oxytocin group than in the misoprostol group.

Conclusion: Misoprostol is a better inducing agent than oxytocin on low bishop's score & unfavorable cervix.
Misoprostol is an effective & safe agent for induction of labor in women with PROM.

KEY WORDS: Premature rupture of membranes; oxytocin; misoprostol; Bishop Score; Induction Delivery
Hose; Balance

Introduction maternal morbidity. Recently Misoprostol has been


gaining increasing interest as an alternative induction agent.
The recommended management strategies for women with KPD
This appears to be an effective method of induction of labor
at term have changed considerably over the last few decades, known as PROM.[4]
partly because of improvements in the identification and
The advantages of misoprostol include its effectiveness, low
treatment of mothers and children. cost and because of ease of administration

given intravaginally rather than in the endocervix.


neonatal infections and partly because of a better Therefore this study was undertaken to compare the
understanding of the impact of various interventions on maternal results of misoprostol versus Oxytocin infusion
and newborn outcomes
for induction of labor in women with pregnancies above 36 weeks of
Premature rupture of membranes (PROM) occurs in about 10% gestation with premature rupture of
of patients over 36 weeks of gestation.[1-3] membranes.

Goals and objectives


Many techniques for labor induction are available. Intravenous
Oxytocin infusion is time-tested as a labor induction agent 1. To study the efficacy & safety of induction

but is associated with increased perinatal risk & delivery with intravaginal misoprostol and intravenous oxytocin in
women with
632 International Journal of Medicine and Public Health | 2013 | Vol 2 | Problem 3
MMaacchhiinnee TTrraannssllaattee dd bb yy GG o ooo gg lel e
B h a um i k S h a h et al. Induksi Persalinan dengan Misoprostol
Intravaginal Vs. Oxytocin Intra Vena pada PROM

premature rupture of membranes after 36 weeks of gestation. posterior vaginal fornix and repeated every four hours until

achieve effective uterine contractions. The maximum dose given

2. To evaluate and compare the efficacy between is 150 ÿg.


misoprostol given vaginally with oxytocin
intravenously.
Group-B (Intravenous Oxytocin Group): Oxytocin was administered intravenously by

standard incremental infusion protocol.


Materials and methods Start with a small dose of 2 units in 500 ml RL in 8 drops per

minute and accelerate until a contraction is reached adequate.


Study Design: Prospective randomized study. Maximum dose

Study Group: 200 women admitted to the Department


22 mU per minute for multigravida and 40 mU per minute for
Obstetrics and Gynecology, Pravara Rural Hospital,
primigravida were given.
PMT, Loni with ruptured membranes before labor above

gestational age of 36 weeks enrolled in the study where 100


Data were analyzed using SPSS for windows and variables
cases were divided into 2 groups: 1. Vaginal group misoprostol
were compared and associated using the Z test (for differences
2. Infusion group
in means and proportions) and the X2 test.
oxytocin

Results
Selection Criteria

Table-1 shows the incidence of PROM in


A. Inclusion criteria: (1) Premature rupture of membranes as indicated
different age groups. There are 58% of cases in
defined. (2) Absence of active or emergency labour fetus.
age group 21-25 years. Distribution of subjects on both
(3) Single pregnancy with vertex presentation and
group A and B in the age group above are almost the same. This
No known hypersensitivity to
reflects the childbearing age of most women in our country.
prostaglandin. (4)

There are no contraindications for vaginal delivery.


B. Exclusion criteria: (1) Hypersensitivity to Table-1: Age Wise Distribution of Subjects with PROM (N=200)

prostaglandins. (2) Previous caesarean section.


Group B Total Oxytocin
(3) Previous major uterine surgery. (4) CPD (5) Patients Entry age
Misoprostol (N=200)
Years
with fetal distress. (6) Medical conditions such as disease Group A No NO. (%)
(%)
heart, asthma and glaucoma. 15-20
No. (%) 34 32 (16%) 66 (33%) 56 (28%) (17%) 60
21-25
116 (58%) 12 (06%) 18 (09%) (30%) 06 100 (50%)
25 above
200(100%)
Total
PROM at gestational age (weeks) (03%) 100 (50%)
Study Methodology:

21
The woman who came to Pravara Rural Hospital during 37
42
2-year period with spontaneous rupture of membranes beyond age
38 38
36 weeks of gestation were enrolled for a comparative study effectiveness
39
of misoprostol and oxytocin infusions administered via vagina. Patients
40
were randomly assigned to group A [misoprostol Intravaginal] and group
41+
B (IV-oxytocin) were randomized to use
53
computer generated random tables for study purposes, 46

considering the inclusion and exclusion criteria. Written information Figure-1: Wise Distribution of Gestational
Ages Subject (Sunday) (n=200)

Figure-1 reflects the incidence of PROM by age group

different pregnancies. There is not much difference in the cases of KPD in


Consent was taken for induction of labor in all
different age groups. Picture-2 shows
case.
prevalence of KPD at different parities. Most cases are

primigravidas (60%) others are (40%). When


Group-A (Intravaginal Misoprostol Group): Fifty

micrograms of misoprostol placed in


633 International Journal of Medicine and Public Health | 2013 | Vol 2 | Problem 3
MMaacchhiinnee TTrraannssllaattee dd bb yy GG o ooo gg lel e
B h a um i k S h a h et al. Induksi Persalinan dengan Misoprostol
Intravaginal Vs. Oxytocin Intra Vena pada PROM

chi square test was applied to determine the relationship


statistically significant using the std error of difference
between variables, found no statistically significant
between the two means (std. error of difference= 4.637,
relationship (value ÿ2 = 1.5, df = 1, p>0.05)
p<0.0001). (Table 4)

PROM Prevalence in Parity


If the average time interval of induced labour Compared
66 First
between groups, it was seen that the interval of induction to
70
54
Multi labor was longer in the oxytocin
60 46
group 7.17 ± 1.20 hours in primigravidas and 6.06 ± 1.09
50 34

40 hours in multigravidas. Whereas in the


30
misoprostol group it was 6.61 ± 1.06 hours in primigravidas
20
and 5.27 ± 1.11 hours in multigravidas. The difference
10

0
between the 2 groups was found (p<0.05)
Oxytocin
Misoprost
to be statistically significant (using the t test). (Table 5)
Figure-2: Parity Wise Distribution of
Subjects (Sundays) (n=200)

Table-3: Relationship between Pre-Induction and Initial Bishop


Table-2 reveals the distribution of cases below Scores Active Labor in Both Groups (Misoprostol Vs
both drugs according to Bishop's score before Oxytocin)

induction. A Bishop score of less than 4 (0-3) was found in Group A (hours) Group B (hours)
Bishop
Misoprostol Oxytocin
score
58% of cases in the misoprostol group and 48% in the
(n=100) (n=100)
oxytocin group. Meanwhile, the misoprostol and oxytocin 0-3 4.30 6.30
groups had Bishop's Score 4-6 respectively with 38% and 4-6 4.00 6.00
7 and above
50%. 3 5

Means 3.87 5.77


Table-4: Relationship between Bishop Score and
Table-2: Pre Induction Bishop wise score
Induction Delivery Interval in Both Groups (Misoprostol
Distribution of Cases in Both Groups (Misoprostol Vs Oxytocin)
Vs Oxytocin)

Group A (hours) Group B (hours)


Group A: Misoprostol Group B: Oxytocin Score
(n=100) bishop Misoprostol Oxytocin
(n=100)
Score
First Multi First Multi (n=100) (n=100)
0-3 09.45 10.45
NO. (%) NO. (%) NO. (%) No (%)
4-6 9.00 9.45
0-3 40 (20%) 18 (09%) 20 (10%) 24 (12%) 4-6 22 (11%) 16 (08%) 34 (17%) 16
7 and above 7.15 8.00
(08% ) 7-9 02 (01%) 02 (01%) 04 (02%) 02 (01%) 10-13 00 (00%) 00 (00%)
Means 8.5 9.3
00 (00%) 00 (00%)

Table-5: Average Induction – Delivery Time Interval


Total 64 (32%) 36 (18%) 58 (29%) 42 (21%)
in Both Groups (Misoprostol Vs Oxytocin) group A
Table-3 shows that the lower the Bishop score before Group B

Results
induction, the more time it takes for the patient to enter Balance Misoprostol Oxytocin
nilai 't' 'p' value
Means ± SD Means ± SD

into active labour, regardless of the drug used. It was noted


First 6.61±1.06 7.17±1.20 1.99 p<0.05 Significant Many 5.27±1.11 6.06±1.09
that with a Bishop's score of 0-3, the average time it took 2.24 p<0.05 Significant

patients to have active labor with misoprostol was 4.30


hours and 6.30 hours with oxytocin. With a Bishop score Discussion

of 4-6, the average time it takes for patients to enter into


Many prospective trials have attempted to compare
active labor with misoprostol is 4.00 hours and with
the effects of prompt induction with expectant management in
oxytocin is
women with term PROM and an unfavorable cervix. This
6.00 hours. The findings of the above studies may
seem contradictory but also show that the times taken
are more consistent with each other if slightly similar when
patients are induced with misoprostol (Std. error of difference= 4.63, p<0.0001). protocols for expectant
management are compared. In particular, several studies have prospectively compared early
induction with expectant management to the point of
delivery or infection.[2,4-7]
It was observed, that the average induction interval
with misoprostol was 8.5 hours and with oxytocin was 9.3
hours and this difference was
634 International Journal of Medicine and Public Health | 2013 | Vol 2 | Problem 3
Machine Translated by Google
Machine TranslatedBhaumik
by Shah et al. Induksi Persalinan dengan Misoprostol Intravaginal Vs. Oxytocin Intra Vena pada
PROM

The aim of this study was to compare vaginal misoprostol current study. Where the mean ± SD in primigravidas is
(Cytotec) with intravenous oxytocin for induction of (01.21 ± 0.47), and in multigravidas is (3.47 ± 0.125) and
labor in women with premature rupture of membranes above which is significant and consistent with our study.[9]
36 weeks' gestation in two hundred women attending Pravara
Rural Hospital.
Conclusion

Wing DA et al in a similar study compared immediate Misoprostol is a better induction agent than
induction with expectant management for indefinite time
oxytocin on low Bishop's Score and unfavorable cervix. Misoprostol is
in women with PROM at 36 weeks' gestation or more &
an effective and safe agent for induction of labor in women
found a statistically significant
with premature rupture of membranes.
reduction in cesarean delivery (21% vs. 7%, P<0.001 ) and
Misoprostol is an alternative agent for induction of
intraamniotic infection (12% vs. 4%, P<0.01)
term labor in viable pregnancies.
in the hopeful treated group of women.
Vaginal application of 50 µg every 4 hours results in
more vaginal deliveries in 24 hours and shorter induction
Several studies have found that most expectantly treated
time to labor than oxytocin infusion
women initiate spontaneous labor within 24 to 48 hours of
prenatal amniorexis.[2]

Reference
This study shows that the average time interval for the
onset of labor as well as for 1. Windrim R, Bennett K, Mundle W, Young DC. Pemberian
Oral misoprostol for labor induction: a randomized controlled trial.
The incidence of vaginal delivery was longer in the Obstetric Gynecology. 1997;89(3):392-7.
oxytocin group compared to the misoprostol
2. DA wing, Paul RH. Induction of labor with misoprostol for premature
group (6.61 ± 1.06 hours and 7.17 ± 1.20 hours) and
rupture of membranes after 36 weeks' gestation.
(5.27 ± 1.11 hours and 6.06 ± 1.09 hours respectively in Am J Obstet Gynecol. 1998;179(1):94-9.
primigravidas and muitigravidas (the difference is
3. Bennett KA, Butt K, Crane JM, Hutchens D, Young DC.
significant).results have also been found by many other
Covert randomized comparison of oral and vaginal administration of
authors such as Morgan Ortiz F et al where the mean misoprostol for labor induction.
interval of induction in misoprostol was 11 hours and in Obstetric Gynecology. 1998;92(4 Chapter 1):481-6.
4. Russell KP, Anderson GV. Aggressive management of ruptured
oxytocin was
membranes. Am J Obstet Gynecol. 1962; 83:930-37
18 hours.These findings are consistent with our results .[8]
5. Rovinsky JJ, Shapiro WJ. PROM management on terms.
Obstet Ginekol. 1968; 32: 855.
6. Kappy KA, Cetrulo CL. Premature rupture of the amniotic membranes.
In this study, it was observed that the interval for Comparison of induced and spontaneous labor. J Reprod Med.
induced labor in multigravidas was lower than for 1982;27(1):29-33.

primigravidas with unfavorable cervix in both 7. Marshall VA. Management of premature rupture of membranes at or near
term. J Nurse Obstetrics. 1993; 38(3): 140-5.
groups. With misoprostol 54.54% and 67.67%
respectively, and with oxytocin 43.45% and 52.33% in 8. Morgan Ortiz F, Báez Barraza J, Quevedo Castro E, Cuetos Martínez CB,

primigravidas and multigravidas. Osuna Ramírez I. Misoprostol and oxytocin for the induction of cervical
ripening and labor in patients with term gestation and premature rupture of
The reason may be that in primigravidas the cervix is membranes.
tubular and unfavorable with fewer bishops' scores. As such, Ginecol Obstet Mex. 2002;70:469-76.

we have seen that misoprostol is known to cause


9. Sobande AA, Albar HM. Induced labor with
unfavorable cervical ripening by increasing collagenase prostaglandin E2 in different parity groups after premature rupture of
activity and increasing the proportion of membranes. East Mediterr Health J. 2003;9(3):309-15.

low affinity glycosaminoglycans compared to high affinity


glycosaminoglycans. So the increased success rate in the
Cite this article as: Shah B, Nagar N, Nagar S. A comparative study of
prostaglandin group was due to turning an unfavorable cervix labor induction with intravaginal misoprostol versus intravenous
into a more favorable cervix oxytocin in premature rupture of membranes beyond 36 weeks' gestation. Public
Health Int J Med Sci 2013; 2:632-635.

labor induction. Other studies such as AA Sobande et al Source of Support: None


conducted in Soudi Arebia, are in line with Conflict of interest: None declared

635 International Journal of Medicine and Public Health | 2013 | Vol 2 | Problem 3
View publication statistics
MMaacchhiinnee TTrraannssllaatteedd bbyy GGoooogglele

Original Research Articles DOI: 10.18231/2394-2754.2018.0001

Premature rupture of membranes at term: Early induction versus expectant management

Anuprita Burande1,*, Anuja Dube2

Assistant Professor, Dept. Obstetrics and Gynecology, Swami Ramanand Tirth Rural Medical College, Ambajogai, Dist-Beed, Maharashtra,
India

*Correspondence Author:
Email: anupritaburande10@gmail.com

Abstract
Introduction: Preterm premature rupture of membranes is spontaneous rupture of the membranes after 37 weeks of gestation and before the onset of
painful uterine contractions. It occurs in ten percent of cases and is managed either hopelessly or actively.

Purpose: This study was conducted to study the effectiveness of early labor induction and to assess maternal and fetal outcomes at term with cervical PGE2
versus expectant management.
Materials and Methods: This is a randomized control trial conducted in the Department of Obstetrics and Gynecology from October 2014 to September
2016 with a sample size of 144. They were divided into two groups – Group A containing subjects with expectant management and Group B with subjects.
induced with intracervical PGE2 and the results were compared.
Results: In group A, 70.83% cases of spontaneous labor started within 24 hours and in those with induction 56.94% were successful.
Of the spontaneous deliveries 65.28% were primi with 58.33% having a favorable Bishop Score. Of those with induction 73.61% were primi with
56.94% having a favorable Bishop Score.
Conclusion: Early induction of labor in cases of term PROM with PGE-2 GEL results in reduced labor latency but also improves operative
intervention. The expectation line has greater maternal and infant morbidity.

Keywords: Amniotic fluid, Expectative management, Intracervical PGE2, Premature rupture of membranes, Term pregnancy.

Introduction
prognosis, many times leading to psychological sequelae of the mother.
Premature rupture of membranes (PROM) refers to its loss the 5

integrity of the amniotic membrane before delivery which


In light of this, a randomized controlled study was conducted with
results in the leakage of amniotic fluid and the formation of communication
the following objectives. 1) To study the effectiveness of
between the amniotic cavity and the endocervical canal
early labor induction with cervical PGE2 versus expectant
and vaginal. 1

The rupture management in women with term PROM, 2) To compare maternal


amniotic fluid occurs after 37 weeks is called term KPD and if it occurs before
and fetal outcomes in term PROM with early labor induction with
37 weeks it is called premature PROM. PROM occurs due to smoking, vitamin
cervical PGE2 versus expectant management.
C deficiency, amniocentesis, and infection. It occurs in about 5-10% of all

Materials and methods


2

80% of pregnancies occur at term. After obtaining approval from the Ethics Committee Institutional
The current PROM management is still material and written informed consent of all patients, this randomized control trial
great debate to date. Accurate prediction of maternal was conducted in a total of 144 cases, who
chorioamnionitis and early neonatal infection (EONI) remains a attended OPD/IPD Obstetrics and Gynecology at a tertiary care hospital from
critical challenge and is associated with increased neonatal morbidity and October 2014 to September 2016.
mortality. This study included all pregnant women who had term singleton
3

While induction of labor has produced pregnancies in cephalic presentation with PROM of less than 6 hours and
decreased incidence of maternal and fetal sepsis, but also associated cervical dilatation of less than 3 cm. Patients with symptomatic
with a higher incidence of cesarean section rates because of fetal distress chorioamnionitis, PROM before completion of 37 weeks, meconium-
and uterine hyperstimulation. About 60-70% stained amniotic fluid, medical or obstetric complications suggesting
cases of term PROM are followed by onset of labor within 24 hours imminent delivery, multiple pregnancies on admission were excluded from the
and an additional 20-30% will begin within 72 hours. 1,4 Prostaglandin- PGE2 study.
and PGE1 have been used for

Cervical maturation and myometrial stimulation of the cervix are not good
with low preinduction Bishop score. Detailed anamnesis was recorded according to the study proforma and

It has been shown that in patients with expectant management, a thorough, general and systemic examination is carried out.
with prolonged hospitalization without active intervention with the fetus and A detailed abdominal and obstetric examination was performed

neonate, it is uncertain to record presentation, status of uterine contractions, and pattern of fetal heart
rate. Premature rupture of membranes (PROM) confirmed by speculum

Indian Journal 1
Obstetrics and Gynecology Research, January-March, 2018;5(1):1-4
MMaacchhiinnee TTrraannssllaatteedd bbyy GGoooogglele

Anuprita Burande et al. et al

The term premature rupture of membranes: Early induction versus pregnancy…in

vaginal examination and sterile dressings in doubtful cases. Routine and

specific supporting examinations including obstetric ultrasound, if needed. Cervical swab

sent for culture and sensitivity. Cervical effacement, dilatation, presence/ absence of
induction failure with/without chorioamnionitis. At the time of childbirth,
membranes noted by vaginal examination. Study patients were randomly allocated into two
all patients were followed clinically and investigated for evidence of infection.
groups of 72 patients in each group, using computer generated tables.
The clinical parameters considered for maternal morbidity were fever, tachycardia,

abdominal pain, foul-smelling lochia, uterine subinvolution, and evaluation of the suture line.

Laboratory parameters such as complete blood count, urine culture and sensitivity, and

cervical swab culture and sensitivity were performed. Antibiotic

replacement was performed whenever needed depending on culture and sensitivity reports.

Group A - Expected management for 24 hours and Group B - Early induction group with PROM
Neonatal morbidity is considered in cases of neonatal septicemia, seizures, or with birth
less than 6 hours with intracervical PGE2 gel. Group A was divided into group A1 in which
asphyxia.
spontaneous labor started within 24 hours of expectant management and

group A2 in which induction was required after 24 hours. Similarly, group B was divided into

group B1 in which induction was successful and group B2 in which reinduction

was required after 6 hours with oxytocin or prostaglandins.

Result of

Of the 144 cases of PROM studied, 72 cases were induced with the gel

Intracervical PGE2 and 72 cases were maintained on line of expectant management. Most

All patients received antibiotics via the parenteral route cases occur in the age group of 20-25 years. The mean age of patients in group A was

until delivery. Group A was monitored for uterine contractions and fetal heart activity for 24 24.3±3.22 years and that in group B was 23.8±3.70 years.

hours. Similarly, group B was monitored for uterine contractions and fetal heart activity after

induction until delivery. The average gestational age in weeks was the same for the two groups,

namely the pregnant group 38.9 ± 0.99 weeks and the induction group 38.9 ± 0.89 weeks.
Vaginal examination is performed to confirm labor progress or induction failure after 6 Most of the cases (69.44%) were primigravidas which are shown in table 1.
hours of induction.
Reinduction was performed after 10 hours of initial induction in case

induction failure. Emergency LSCS is performed for fetal distress, labor that does not

progress, and

Table 1 Distribution of Patients According to Parity Group A

Group B Total % Total % Total


Balance
Total % 65.28 69.44 34.72 30.55 100 100

Primigravida

Multigravida
Total
47 53 73,61 100

25 19 26,38 44

72 72 100 144

The average PV leak time was longer in the primigravida and multigravida pregnant groups compared to the induction group. Labor vaginal

delivery occurred in 55.55% of patients in the induction group and 79.17% in the pregnant group.

Of the spontaneous deliveries 65.28% were primi with 58.33% having a favorable Bishop Score. In those with induction 73.61% were primi with 56.94% having a favorable Bishop Score (Table 2).

Table 2 Distribution of cases by type of delivery Group A Total

Delivery Type % 57 79,17 Group B


15 20,83 0 0 42 Number %

Vagina 58,33 30 41,67 40 55,55


LSCS
31 43,06
Instrumental
1,39

Good 1
56,94
Bishop scores
on entry Unfavorable 41 31 43,06

In group A, 70.83% cases of spontaneous labor started within 24 hours and in those with induction 56.94% were successful (Table

3).

Table 3: PROM- Delivery Interval (PDI)

Time Group A Group B Total %


Total % 31.94 56.94

ÿ6 hours 9,72 23

7-12 hours 7 51 70,83 41

Indian Journal
2
Obstetrics and Gynecology Research, January-March, 2018;5(1):1-4
MMaacchhiinnee TTrraannssllaatteedd bbyy GGoooogglele

Anuprita Burande et al. et al

The term premature rupture of membranes: Early induction versus pregnancy…in

13-24 hours 12.5 ÿ24 hours 6.994 Table 4 shows the

maternal and 5

5 6,94

3 4,16

Table 5 shows the fetal outcomes in the early induction and pregnancy management groups. The mean NICU admissions in groups A and group B

were 6.94±21.30 and 4.16±43.52 respectively.

The need for antibiotics was higher in the pregnant group (5.56+47.22) than the induced group (1.39±23.61).

Table 4: maternal outcomes

Results
group A Group B
Nausea, Vomiting, Diarrhoea Total % Total %

0 0 3 4.16
Postpartum Hemorrhagic Fever (PPH)
4 5,55 2 2,77
Sepsis
5 6,94 6 8,33
Chorioamnionitis
4 5,55 3 4,16
Nol
4 5,55 1,38

55 76,38 1 57 79,16
Table 5: Neonatal Outcomes

Results group A Group B


Total % Total %

birth asphyxia 16 22.22 7 4.16

APGAR mild <7 10 13.88 6 8.33


APGAR weight <5 5 6.94 2 2.77
2 2.77 0 0,0
Sepsis
Stillbirth/early neonatal death 0 0,0 0 0,0
Nol 51 70.83 61 84.72

Discussion Maximum LSCS performed for fetal distress followed by

Term PROM is a benign condition with approximately 80-90% induction failure. Most cases require 7-12 hours for active labor followed by cases requiring less

women give birth spontaneously within 24-48 hours without medical intervention for these than 6 hours for active labour.

women the prognosis is very good, and premature amniorexis can be considered
6-9
PROM for time of delivery was reduced in the induction group than in the pregnant group.

physiological10,11. APGAR scores and Bishop scores were comparable between the two groups.

Unfortunately 5-10% of women won't

give birth spontaneously and 2-5% still do not give birth 7 days after full term PROM. As the Maternal complications such as Nausea, Vomiting, Diarrhea were more common in the

interval between rupture of membranes and delivery increases beyond 24 hours, the likelihood of Induction group (ie 3) compared to the Hope group (ie 0). We observed intrapartum pyrexia in

chorioamnionitis and perinatal death increases. Why some women enter labor immediately after 5.55% of the pregnant group compared to 2.77% of the induced

the rupture of membranes while others have a long latency period is unclear. For the subgroup of group; this is compared with the studies of Suneela et al12 and Sumaira et al [13]

women who experience short latency periods, rupture of membranes may occur as a result of a

cascade of events associated with the early


.
PPH happened

stages of labour. at 6.94% in group A and 8.33% in group B, whereas Suneela et al12 reported 6.7%

PPH in the pregnant group and 10% in the induced group. This result may be due

to the fact that labor induction has a higher incidence of PPH. 12,15 Puerperal Sepsis was seen in

four cases of the pregnant group compared to three cases in the induction

group. There was a significant reduction in morbidity due to chorioamnionitis in the early

In our study, both groups (pregnant management induction group. Mothers with chorioamnionitis experienced abdominal pain in the pregnant group

and induced groups) were comparable with respect to mean maternal age, gestational age, and abdominal tenderness and tachycardia in the induction group. The incidence of

educational status, socioeconomic background, rural-urban distribution. chorioamnionitis is higher in the pregnant group. The pregnant group also had a statistically higher

rate of wound complications and a longer hospital stay.

As their socio-demographic profiles were similar, therefore, any differences in outcomes in these

two groups were primarily due to different management protocols and not to demographic

differences.

In the pregnant group, the birth rate was found correlated with previous studies. 12.13 Journal of India

vaginal discharge was higher while in the induction group the LSCS rate was higher, this
A low APGAR score in the first minute is recorded in

8% of neonates in the induction group and 12% of neonates

3
Obstetrics and Gynecology Research, January-March, 2018;5(1):1-4
MMaacchhiinnee TTrraannssllaatteedd bbyy GGoooogglele

Anuprita Burande et al. et al


The term premature rupture of membranes: Early induction versus pregnancy…in

in the hope group. This incidence is in agreement with other 6. Dare MR, Middleton P, CrowtherCAetal. The early birth
studies. 22.22% of babies in group A su16f-f1e8red from birth planned versus expectant management (waiting)
asphyxia (severe-6.94% and mild-13.88%) compared to 15.27% for premature rupture of membranes at term (>37 terms). Sistem basis
data Cochrane rev. 2006;1.
in group-B (mild-8.33% and severe 2.77%) .
7. Conway DI, Prendiville WJ, Morris A, et al: Management of spontaneous rupture of
Neonatal sepsis was more common in the pregnant group (ie 2)
membranes without labor in primigravidas at term. AJOG
compared to the induction group (ie 0). This may be due to the fact 1984;150.
that there was a long delivery interval in group A (pregnant group). 8. Morales WJ, Lazar AJ: Management of Current Rupture of the Membranes term.
There were no stillbirths or early neonatal deaths in either group. South Med J. 1986;79.
9. Cammu H, Verlaenen H, Derde MP: Premature rupture of membranes at term in
nulliparous women: Danger?
Obstet Ginekol. 1990; 76.
Conclusion
10. Hjertberg R, Hammarstrom M, Moberger B et al.
We conclude that with early induction of labor Premature rupture of membranes at term in a nulliparous woman with
using PGE-2 GEL in patients with term PROM, labor latency and a mature cervix.
PROM labor intervals decrease along with better maternal Actaobstetgynaecolscand 1996;75:48-53.

satisfaction and feto-maternal outcomes. Early induction of labor in 11. Lee T, Carpenter M, Heber WW, Silver HM. Preterm premature rupture of
membranes: risk of recurrent complications in subsequent pregnancies
cases of term PROM using the PGE-2 GEL has also resulted in
among a population-based sample of gravid women. Am J Obstet Gynecol
increased operative intervention. The 2003;188:209–13.
pregnant group undergoing conservative management had higher
maternal and fetal morbidity, sepsis, length of stay in hospital and 12. Suneela K. Prenatal rupture of membranes:

NICU which caused anxiety and distress for patients and doctors. Expectancy Management vs Induction of Labor. Sch. J App Med Sci 2016;4
(4D):1424-7.
Therefore, all patients presenting with premature rupture of
13. Shanti K, G Prameela Devi, T Bharathi, PA
membranes at term should be actively managed with induction of
Chandrasekharan. Comparative study of active vs expectant management
labor after assessing the cervical condition according to Bishop's and maternal and newborn outcomes in PROM. IOSR JDMSS
Pre-Induction score so as to reduce the incidence of sepsis and 2015;14(4):34-9.
maternal and fetal morbidity. 14. Sumaira Yasmeen, Aiman Yasmin, Noor Nasir Khattak,
Rukhsana Karim, Mehnaz Raees. Active versus conservative
PROM management at term. J Postgrad Med Institute
2013;27(1):63-8.
Acknowledgment 15. Gary Cunningham F et al. (2014) Normal Childbirth.
The authors sincerely thank
Chapter 22, McG Gram Hill publishers, William Obst- (24th ed.), NY, USA, 886 –
department of Obstetrics and Gynecology, surgeons, other staff 933;948.
from operating theaters and administration 16. Fabiana da Graca Krupa, Jose Guilherme Cecatti dkk,
(Swami Ramanand Tirth Rural Medical College, Ambajogai.), for Misoprostol versus expectant management of premature rupture of
membranes at term. BJOG: International Journal of Obstetrics and
study permits and providing facilities to carry out work.
Gynecology 2005;112:1284- 90.

17. Aqueela Ayaz, Seed Shazia et al. Prenatal rupture of membranes in a


Funding: No source of funding patient with an unfavorable cervix: active versus conservative
management.
Conflict of interest: None stated Taiwan J Obstet Gynecol. 2008;47:2
18. Datta Mamta Rath, Kabiraj Manas. labor induction
with oral misoprostol in women with premature rupture of membranes. J
Obstet Gynecol India 2007;57(6):505-8.

Reference 1.

Larranaga-Azcarate C, Campo-Molina G, Perez


Rodrÿ´guez AF et al. Dinoprostone vaginal slow-release
system compared with expectant management in the active treatment of
premature rupture of membranes over time: impact on maternal and fetal
outcomes. Acta obstetrica 2008;87:195–200.

2. Duff P. Premature rupture of membranes in term patients induction of labor


versus expectant management.
Clinobstetgynaecol 1998;883-91.
3. Shah K. Doshi H. Journal of Midwifery and

Indian Gynecology 2012;62(2):172-5.


4. Hoffmann RA, Anthony J, Fawcus S. Oral misoprostol vs. placebo in the
management of premature rupture of membranes at: Int J of
gynec obstetric 2001;72:215– 21.

5. The term premature rupture of membranes, The Royal

Australian and New Zealand College of Obstetrics and Gynecology (C Obs


36):1-9.

Indian Journal
4
Obstetrics and Gynecology Research, January-March, 2018;5(1):1-4
Format OMP ( One Minute Preceptor) 1

Nama Mahasiswa: Setiawati

No Langkah Hasil Catatan


Pembimbing Lahan
1 Patient Encounter Identitas pasien Anamnesis dan
Interaksi dengan Pasien Nama : Ny. “SJ pemriksaan fisik
Umur : 30 Tahun dilakukan secara
(Pemeriksaan dilakukan S: sistematis
oleh Pembimbing dan - Ibu mengatakan keluar cairan dari
Mahasiswa dalam jalan lahir 5 menit yang lalu .
konsep BST) - Perut Ibu terasa mules dan ingin
ada dorongan ingin meneran
HPL : 8/4/2023

O:
-Keadaan umum baik.
-Kesadaran composmentis.
-Tanda-tanda vital:
TD: 120/80 mmHg N: 80
x/menit S: 36,8˚ C P: 22
x/menit
-Pemeriksaan dalam = Pembukaan 10
cm .
2 Get a Commitment Diagnosis : G3P2A0 Inpartu Kala I Mampu
Fase Aktif Fisiologi menjelaskan hasil
Tanyakan komitmen
Diagosis Banding: Ketuban Pecah pemriksaan pada
mahasiswa terkait Dini kasus
dengan hasil Pemeriksaan Dalam:
VT 10 cm
pemeriksaan pada Terapi :
Kasus Persiapan kelahiran bayi yaitu
melakukan manajemen kala II
3 Problem For Hasil Analisis : Mampu
Teori yang mendukung yaitu , menganalisis
Underlying Reasoning
Manuaba 2013 menyatakan selaput kasus yang
Menggali bukti-bukti ketuban dapat pecah pada saat didapat
memasuki fase aktif yaitu dimana
yang mendukung
pembukaan serviks mencapai 5- 10
cm. Sementara ketuban pecah dini
adalah ketuban yang pecah sebelum
ibu memasuki fase aktif atau berada
pada fase laten yaitu dipembukaan
kurang dari 4 cm
4 Reinforce what Hasil Tanggapan Pembimbing Sudah dilakukan
dengan baik
was done well
(feedback)
Katakana apa yang
dilakukan mahasiswa
sudah benar

5 Help Learner identify Evaluasi


1. Meminta mahasiswa
and give guidance
mengevaluasi
about emissions and kesalahan/kekurangan yang
errors telah dilakukan)
Hasil
Mahasiswa telah mampu
Perbaiki kesalahan mengevaluasi kekurangan

mahasiswa yang
berulang

2. Saran Perbaikan keterampilan


oleh pembimbing untuk
Mahasiswa
Hasil
Tingkatkan keterampilan

6 Tech general (Pembimbing Menjelaskan konsep Konsep secara


secara umum) umum telah di
principles
jelaskan dengan
Mengajarkan konsep baik
umum
Format OMP ( One Minute Preceptor) 2

Nama Mahasiswa: Setiawati

No Langkah Hasil Catatan


Pembimbing Lahan
1 Patient Encounter Identitas pasien
Interaksi dengan Pasien Nama : Ny. “E Penulisan SOAP
Umur : 31 Tahun lengkap dan
(Pemeriksaan dilakukan S: sistematis
oleh Pembimbing dan _- Ibu hamil pertama dan tidak
Mahasiswa dalam pernah keguguran
konsep BST) - Ibu mengatakan keluar cairan dari
jalan lahir 1 jam yang lalu .
- Perut Ibu terasa mules
HPHT : 10/6/2022

O:
-Keadaan umum baik.
-Kesadaran composmentis.
-Tanda-tanda vital:
TD: 120/80 mmHg N: 80
x/menit S: 36,8˚ C P: 22
x/menit
-Pemeriksaan dalam = Pembukaan 4 cm
.
2 Get a Commitment Diagnosis : G1P0A0 Inpartu Kala I Mampu
Fase Aktif Fisiologi menjelaskan
Tanyakan komitmen
Diagosis Banding: _ dengan baik hasil
mahasiswa terkait Pemeriksaan Dalam: pemeriksaan
dengan hasil VT 10 cm
Terapi :
pemeriksaan pada Persiapan kelahiran bayi yaitu
Kasus melakukan manajemen kala II

3 Problem For Hasil Analisis : Mampu


Menurut Depkes RI 2008, kala I menganalisis
Underlying Reasoning
kasus yang
Menggali bukti-bukti persalinan dimulai sejak terjadinya didapat

yang mendukung kontraksi uterus yang teratur dan


meningkat (frekuensi dan kekuatannya)
hingga serviks membuka lengkap (10
cm). Kala I persalinan terdiri dari dua
fase laten dan fase aktif.
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi
tiga kali atau lebih dlam waktu 10 menit,
dan berlangsung selama 40 detik atau
lebih) b) Dari pembukaan 4 cm hingga
mencapai pembukaan lengkap atau 10
cm, akan terjadi dengan kecepatan rata –
rata 1 cm per jam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga
2cm (multipara) c) Terjadi penurunan
bagian terbawah janin
4 Reinforce what was Hasil Tanggapan Pembimbing Sudah dilakukan
dengan baik
done well
(feedback)
Katakana apa yang
dilakukan mahasiswa
sudah benar

5 Help Learner identify Evaluasi


3. Meminta mahasiswa
and give guidance
mengevaluasi
about emissions and kesalahan/kekurangan yang
errors telah dilakukan)
Hasil
Mahasiswa telah mengevaluasi
Perbaiki kesalahan kesalahan

mahasiswa yang
berulang 4. Saran Perbaikan keterampilan
oleh pembimbing untuk
Mahasiswa
Hasil
Tingkatkan keterampilan dan
pengetahuan
6 Tech general (Pembimbing Menjelaskan konsep Konsep secara
secara umum) umum telah
principles
dijelaskan dengan
Mengajarkan konsep baik.
umum
Format OMP ( One Minute Preceptor) 3

Nama Mahasiswa: Setiawati

No Langkah Hasil Catatan


Pembimbing Lahan
1 Patient Encounter Identitas pasien Pemeriksaan telah
Interaksi dengan Pasien Nama : Ny. “SJ dilakukan secara
Umur : 30 Tahun sistematis
(Pemeriksaan dilakukan S:
oleh Pembimbing dan - Ibu mengatakan ingin bersalin,
Mahasiswa dalam
konsep BST) - ibu merasakan mules pada
perutnya menjalar ke pinggang
sejak pukul 20.00 WITA
HPHT : 10/6/2022
O:
-Keadaan umum baik.
-Kesadaran composmentis.
-Tanda-tanda vital:
TD: 110/80 mmHg N: 80
x/menit S: 36,8˚ C P: 22
x/menit
- Palpasi Leopold
- Leopold I TFU pertengahan pusat
dengan px, teraba bagian bulat, lunak,
dan tidak melenting yaitu bokong di
fundus.
- Leopold II Teraba 1 bagian yang keras
dan memanjang di sebelah kanan perut
ibu yaitu punggung. Dan di sebelah kiri
perut ibu terdapat bagian-bagian kecil
janin.
- Leopold III Teraba satu bagian keras
dan bulat yaitu kepala diatas simfisis.
- Leopold IV Bagian terbawah janin
sudah masuk pintu atas panggul
(Divergen)
TFU menurut Mac.Donald : 32 cm
TBJ : (TFU – 11) X 155 = (32-11) x 155
= 3.255 gram.
-. Kontraksi : 2x/10‘/25‖ 3)
-Penurunan : 4/5 4)
-Pergerakan : Teraba dan terlihat
- Auskultasi 1) DJJ : 138 x/i, reguler
-Pemeriksaan Dalam (Pukul 00.00)
a. Pembukaan serviks : 2 cm
b. Ketuban : Utuh
c. Molase : Tidak Ada
d. Denominator : UUK Ki-Dep
e. Penurunan Kepala : Hodge II
f. Konsistensi serviks : Elastis dan Lunak
2 Get a Commitment Diagnosis : G2P2A0 Inpartu Kala I Mampu
Fase laten Fisiologi menjelaskan hasil
Tanyakan komitmen
Diagosis Banding: Ketuban Pecah pemeriksaan pada
mahasiswa terkait Dini kasus
dengan hasil Terapi :
Persiapan kelahiran bayi yaitu
pemeriksaan pada pemantauan kemajuan persalinan
Kasus
3 Problem For Hasil Analisis : Mampu
Menurut Depkes RI 2008, kala I menganilsis kasus
Underlying Reasoning
yang didapat.
Menggali bukti-bukti persalinan dimulai sejak terjadinya
yang mendukung kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat (frekuensi dan kekuatannya)
hingga serviks membuka lengkap (10
cm). Kala I persalinan terdiri dari dua
fase laten dan fase aktif. Fase laten pada
kala I persalinan : a) Dimulai sejak awal
berkontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara
bertahap. b) Berlangsung hingga serviks
membuka kurang dari 4 cm c) Pada
umumnya, fase laten berlangsung hampir
atau hingga 8 jam.
4 Reinforce what Hasil Tanggapan Pembimbing Sudah dilakukan
dengan baik
was done well
(feedback)
Katakana apa yang
dilakukan mahasiswa
sudah benar

5 Help Learner identify Evaluasi


5. Meminta mahasiswa
and give guidance
mengevaluasi
about emissions and kesalahan/kekurangan yang
telah dilakukan)
errors
Hasil

Mahasiswa telah mengevaluasi


Perbaiki kesalahan kekurangan
mahasiswa yang
berulang

6. Saran Perbaikan keterampilan


oleh pembimbing untuk
Mahasiswa
Hasil
Tingkatkan keterampilan

6 Tech general (Pembimbing Menjelaskan konsep Konsep secara


secara umum) umum telah
principles
dijelaskan dengan
Mengajarkan konsep baik.
umum
Format OMP ( One Minute Preceptor) 4

Nama Mahasiswa: Setiawati

No Langkah Hasil Catatan


Pembimbing Lahan
1 Patient Encounter Identitas pasien Anamnesis dan
Interaksi dengan Pasien pemeriksaan fisik
Nama : Ny. “M telah dilkukan
(Pemeriksaan dilakukan Umur : 28 Tahun secara lengkap dan
oleh Pembimbing dan sistematis.
Mahasiswa dalam S:
konsep BST)
- Ibu mengatakan perutnya
semakin mules sampai menjalar
ke pinggang.
- Ibu mengatakan adanya
pengeluaran lendir
bercampur darah dari
kemaluannya.
- HPHT : 23/6/2023

O:
-Keadaan umum baik.
-Kesadaran composmentis.
-Tanda-tanda vital:
TD: 120/80 mmHg N: 80
x/menit S: 36,7˚ C P: 23
x/menit
Abdomen
- HIS : 3x/10‘/35‖
- DJJ : 140 x/i
Pemeriksaan Dalam (Pukul 04.00)
- Pembukaan : 4 cm
- Penurunan kepala : Hodge III
- Molase : Tidak Ada
- Ketuban : Utuh
- Konsistensi serviks : Elastis dan
Lunak
- Denominator : UUK Ki-Dep
2 Get a Commitment Diagnosis : G2P1A0, inpartu kala I fase Mampu
menjelaskan hasil
Tanyakan komitmen aktif, usia kehamilan 36-38 minggu, pemeriksaan pada
mahasiswa terkait punggung kanan (PUKA), presentasi kasus.
dengan hasil kepala, janin tunggal, hidup, intrauterin,
pemeriksaan pada
bagian kepala janin sudah masuk PAP
Kasus
(Divergen), keadaan ibu dan janin baik.
Diagosis Banding: -

Terapi :
Pemantauan kemajuan persalinan
Mempersiapkan tempat, alat-alat dan
perlengkapan ibu dan bayi untukproses
persalinan
3 Problem For Hasil Analisis : Mampu
menganilisa kasus
Underlying Reasoning Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan yang didapat.
Menggali bukti-bukti meningkat secara bertahap (kontraksi
yang mendukung dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga
kali atau lebih dlam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih) b)
Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai
pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi
dengan kecepatan rata – rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1
cm hingga 2cm (multipara) c) Terjadi
penurunan bagian terbawah janinbg
4 Reinforce what Hasil Tanggapan Pembimbing Sudah dilakukan
dengan baik.
was done well
Katakana apa yang (feedback)
dilakukan mahasiswa
sudah benar
5 Help Learner identify Evaluasi
and give guidance 7. Meminta mahasiswa
about emissions and mengevaluasi
errors kesalahan/kekurangan yang telah
dilakukan)
Perbaiki kesalahan
Hasil
mahasiswa yang
berulang

8. Saran Perbaikan keterampilan


oleh pembimbing untuk
Mahasiswa
Hasil
6 Tech general (Pembimbing Menjelaskan konsep Konsep secara
secara umum) umum telah
principles
dijelaskan dengan
Mengajarkan konsep baik dan lengkap.
umum
Format OMP ( One Minute Preceptor) 5

Nama Mahasiswa: Setiawati

No Langkah Hasil Catatan


Pembimbing Lahan
1 Patient Encounter Identitas pasien Anamnesis dan
Interaksi dengan Pasien pemriksaan fisik
Nama : Ny. “K” telah dilakukan
(Pemeriksaan dilakukan Umur : 33 Tahun dengan baik.
oleh Pembimbing dan
Mahasiswa dalam S: Ibu mengatakan adanya keinginan
konsep BST)
untuk buang air besar (BAB).
HPL : 28/6/2022

O:
-Keadaan umum baik.
-Kesadaran composmentis.
-Tanda-tanda vital:
TD: 120/80 mmHg N: 80
x/menit S: 36,8˚ C P: 22
x/menit
Abdomen
-HIS : 5x/10‘/45‖
-DJJ : 148 x/i
Pemeriksaan Dalam (Pukul 10.00)
- Pembukaan : 10 cm (lengkap)
- Penurunan kepala : Hodge IV
- Molase : 0
- Ketuban : Selaput ketuban pecah
dan airketuban jernih.
2 Get a Commitment Diagnosis : Mampu
menjelaksan hasil
Tanyakan komitmen G1P0A0, inpartu kala pemeriksaan pada
mahasiswa terkait II Diagosis Banding: - kasus
dengan hasil Terapi :
pemeriksaan pada
Persiapan kelahiran bayi yaitu melakukan
Kasus
manajemen kala II
3 Problem For Hasil Analisis : Mampu
menganlisis kasus
Underlying Reasoning Kala II persalinan dimulai ketika yang didapat.
Menggali bukti-bukti pembukaan serviks sudah lengkap dan
yang mendukung berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II
juga disebut sebagai kala pengeluaran
bayi. Gejala dan tanda kala II persalinan
adalah: Ibu merasa ingin meneran
bersamaan dengan terjadinya kontraksi,
Ibu merasakan adannya peningkatan
tekanan pada rektum dan vagina,
perineum menonjol, Vulva dan spingter
ani membuka, meningkatkan pengeluaran
lendir bercampur darah. Sedangkan tanda
pasti kala II ditentukan melalui
pemeriksaan dalam yang hasilnya adalah
pembukaan serviks telah lengkap dan
terlihatnya bagian kepala bayi melalui
introitus vagina.
4 Reinforce what Hasil Tanggapan Pembimbing
was done well
Katakana apa yang (feedback)
dilakukan mahasiswa
sudah benar
5 Help Learner identify Evaluasi
and give guidance 9. Meminta mahasiswa
about emissions and mengevaluasi
errors kesalahan/kekurangan yang telah
dilakukan)
Perbaiki kesalahan
Hasil
mahasiswa yang
Mahasiswa telah mengevaluasi
berulang
kekurangan

10. Saran Perbaikan keterampilan


oleh pembimbing untuk
Mahasiswa
Hasil
Tingakatkan ketrampilan

6 Tech general (Pembimbing Menjelaskan konsep Konsep secara


secara umum) umum telah
principles
dijelaskan secara
Mengajarkan konsep lengkap.
umum
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan

nifas yang lalu Ibu mengatakan ini

kehamilan pertamanya

7. Riwayat kontrasepsi Ibu mengatakan

belum pernah menggunakan kontrasepsi

8. Riwayat kesehatan

a. Kesehatan pada ibu Ibu mengatakan

tidak pernah menderita penyakit menular,

menahun dan menurun seperti DM, Asma,

AIDS/HIV

b. Kesehatan pada keluarga Ibu

mengatakan bahwa keluarganya tidak

pernah memiliki / menderita penyakit

menular, menahun, menurun dan tidak

ada riwayat kembar

9. Pola pemenuhan kebutuhan sehari–hari

a. Pola nutrisi Selama hamil Sebelum

hamil Makan : 3x / hari : 3x / hari Jenis :

nasi, sayur, lauk pauk : nasi, sayur, lauk

pauk Minum : 7x / hari : 6x / hari Jenis :

air putih : air putih

b. Eliminasi BAB BAK Frekuensi : 1x /

hari : 4x / hari Sifat : lembek : cair

Keluhan : tidak ada : tidak ada


a. Ibu mengatakan BAB terakhir jam

15.00 WITA

b. Ibu mengatakan BAK terakhir jam

07.00 WITA

c. Pola istirahat Tidur siang : 1 jam Tidur

malam : 7 jam

d. Personal hygine Mandi : 2x /hari Gosok

gigi : 2x /hari Ganti pakaian : 2x /hari

Keramas : 2x /minggu Ibu mengatakan

melakukan personal hygiene mandi,

gosok gigi, ganti pakaian, dan keramas

terakhir jam 06.00 WIB

Data Objektif

Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Antropometri : TB: 151 cm BB: 55

kg Lila : 24 cm

d. Tanda–tanda vital

e. Tekanan Darah : 110/ 80 mmHg

Suhu : 36,6 C

f. Respirasi : 22x/menit

Nadi : 80x /mnt

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala : bersih, tidak ada

ketombe, tidak rontok, rambut hitam

b. Muka : simetris antara kanan dan kiri,


konjungtiva merah muda, seklera putih

c. Mulut : simetris, kembab bibir,

lidah bersih, gigi tidak ada caries

d. Hidung : tidak ada sklera dan tidak ada

polip

e. Telinga : simetris kanan dan kiri, tidak

ada secret, pendengaran baik

f. Leher : tidak ada pembengkakan

kelenjar tyroid, limfe, vena Jugularis g.

Dada : simetris Jantung : irama teratur

(lup dup)

Paru–paru : tidak terdapat weezing dan

stridor

Payudara : simetris antara kanan dan kiri,

tidak terdapat benjolan

Puting susu : kanan dan kiri puting

menonjol, colostrum sudah keluar h.

Abdomen Inspeksi : tidak ada luka bekas

operasi dan tidak ada linea

Palpasi leopold I–III

Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX Pada

bagian fundus teraba bulat, besar, lunak

tidak melenting (bokong)

Leopold II : Bagian kanan perut ibu

teraba bagian kecil janin dan ruang

kosong (ekstermitas), bagian kiri perut ibu

teraba tahanan keras, memanjang seperti


papan (punggung kiri)

Leopold III : Bagian bawah janin bulat,

keras dan melenting (kepala) dan sudah

masuk PAP

Leopld IV : posisi tangan divergen,

penurunan 2/5

Letak : memanjang

Presentasi : kepala

Pergerakan : aktif

Penurunan : 2/5

mc. donald : 25 cm

TBJ : (25 – 11) x 155 = 2.170 gram

Auskultasi : Djj 132x/ mnt Puntum

maksimum : 3 jari dibawah pusat sebelah

kiri perut ibu

Genetalia

Inspeksi Vulva ibu bersih, tidak ada

odem dan tidak terdapat varises,

keluar lendir, pemeriksaan dalam jam

07.00 WITA, hasil pemeriksaan

dalam yaitu: tidak ada luka parut

porsio tebal, pembukaan 5 cm,

presentasi kepala, ketuban utuh

,penurunan 2/5. j. Ekstermitas atas

dan bawah Tidak terdapat odem pada

tangan dan kaki, tidak ada varises

bagian kaki, reflek patella pada kaki


kanan dan kiri + k. Data penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan lab

Analisa :

Ny. E G1P0A0 usia kehamilan 40

minggu kala I janin tunggal hidup

intra uterin presentasi kepala

Penatalaksanaan :

1. Menjelaskan pemeriksaan yang

telah dilakukan pada ibu, bahwa

ibu dalam keadaan persalinan

normal pada kala 1 fase laten,

pada hasil pemeriksaan tanda–

tanda vital dan pemeriksaan

dalam, : ibu sudah mengerti

kondisi dirinya dan janinnya

2. Memberitahu ibu jika masih kuat

untuk berjalan, ibu diperbolehkan

untuk jalan–jalankecil. Hasil : Ibu

mengerti

3. Menganjurkan ibu untuk

mobilisasi miring kiri agar

mempercepat penurunan kepala

bayi. Hasil : ibu mengerti dan

sudah miring kiri

4. Menganjurkan ibu untuk tarik


nafas, membaca istigfar dan

memberitau ibu untuk tidak

meneran terlebih dahulu ketika

berkontraksi, dikarenakan

pembukaan masih 1 cm belum

waktunya untuk meneran. Hasil :

ibu men Menyiapkan alat dan

tempat untuk melakukan

penolongan persalinan Hasil :

Alat dan tempat sudah disiapkan

5. Memberikan inform consent

kepada pasien dan keluarga

Hasil : pasien dan keluarga sudah

menandatangi inform consent.

6. Memantau DJJ dan kemajuan

persalinan Hasil : kemajuan

persalinan sudah dipantau dalam

patograf

KALA II Tanggal : 24 Maret

Pukul 23.00 WITA

DATA SUBJEKTIF

1. Ibu mengatakan mules semakin

sering dan hebat serta ada rasa

ingin meneran dan ingin BAB

DATA OBJEKTIF

1. Keadaan umum : baik

2. Kesadaran : compasmentis
3. Tanda–tanda vital TD : 110/80 mmHg

Nadi : 80x/ mnt Suhu : 36,6C Respirsi :

22x/ mnt

4. His 5x dalam 10 menit lamanya

45 detik

5. DJJ 143x/menit, pungtum maksimum

3 jari dibawah pusat

6. Kandung kemih 50 cc

7. Vulva membuka, adanya dorongan

ingin meneran, perineum menonjol

8. Pemeriksaan dalam

Dinding vagina : tidak ada varises, dan

tidak ada luka jahitan Porsio : sudah tidak

teraba Pembukaan : 10 cm Ketuban :

Jernih Presentasi : kepala Penunjuk kepala

: UUK Penurunan : 0/5

Analisa :

G1P0A0 UK 41 minggu inpartu kala II

janin tunggal hidup intra uterin presentasi

kepala

Penatalaksanaan :

1. Memberitahu ibu dan keluarga

bahwa akan dilakukan persalinan

normal Hasil : ibu dan keluarga

mengerti

2. Melihat tanda gejala kala II

a. Ibu merasa ada dorongan kuat


untuk meneran

b. Ibu merasa ada tekanan pada

anus c. Prineum menonjol vulva

dan spinger ani membuka

Hasil: sudah terlihat tanda–tanda

gejala kala II

3. Menyiapkan peralatan

Memastikan kelengkapan alat

pertolongan persalinan lengkap

termasuk mematahkan ampul

oksitosin dan memasukkan ke

spuit 3cc. Hasil: peralatan

persalinan sudah lengkap dan

sudah disiapkan

4. Menyiapkan diri untuk

memberikan pertolongan

persalinan lengkap APD, mencuci

tangan memakai sarung tangan

kanan untuk periksa dalam. Hasil:

persiapan diri sudah dilakukan

5. Memastikan kembali pembukaan

lengkap dan melakukan

pemeriksaan detak jantung janin

Hasil: pembukaan sudah lengkap

dan keadaan detak jantung janin

baik

6. Menyiapkan ibu dan keluarga


untuk membantu proses

pemimpinan meneran bantu

keluarga untuk menyiapkan posisi

ibu untuk meneran pastikan ibu

dalam keadaan nyaman Hasil: ibu

diposisikan dorsal recumbent dan

sudah nyaman

7. Pimpin ibu meneran

a. Memebritahu ibu untuk

meneran pada saat ada kontraksi,

menyesuaikan pimpinan meneran

dengan kecepatan lahirnya kepala,

caranya gigi saling beradu,

bokong jangan diangkat, jangan

berteriak, mata dibuka, lihat

keperut atau dagu menempel

didada

b. Memberikan ibu kesempatan

istirahat disaat tidak ada kontraksi

c. Meminta keluarga untuk

memberikan ibu minum saat

istirahat Hasil: ibu dan keluarga

mengerti.

8. Persiapan pertolongan kelahiran janin

a. Meletakkan handuk diatas

perut ibu, meletakkan duk dilipat

1/3 diletakkan dibawah bokong


ibu

b. Membuka tutup partus set dan

perhatikan kelengkapan alat lagi

c. Memakai sarung tangan kedua

tangan Hasil: persiapan

pertolongan persalinan sudah siap

9. Menolong kelahiran bayi

a. Lahirnya kepala bayi

1) Saat kepala sudah terlihat 5 – 6 cm

divulva, posisikan tangan (stagnen)

tangan kanan beradadiperineum dan

tanagn kiri berada diatas siympisis.

2) Ketika kepala sudah lahir, periksa

lilitan tali pusat pada leher bayi dan

longgarkan tali pusat bayi lalu lepaskan

kepala bayi dari lilitan, tunggu bayi

melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

b. Lahirnya bahu bayi Ketika sudah paksi

luar tempatkan kedua tangan posisi

(bipariental) tangan kiri berada dibawah

dan tangan kanan berada diatas, lalu

arahkan secara hati–hati kepala bayi

kearah bawah sampai lahir bahu atas dan

arahkan ke atas sampai bahu bawah lahir.

c. Lahir badan dan kaki bayi

1) Ketika bahu sudah lahir, geser tangan


kanan kearah bawah kearah prineum ibu

untuk menyangga kepala, lengan dan siku

sebelah bawah, gunakan tangan kiri untuk

menyusuri dan memegang tangan dan

siku sebelah atas.

2) Setelah badan dan lengan lahir, tangan

kiri menyusuri tangkai bawah (selipkan

jari telunjuk tangan kiri diantara kedua

lutut janin) Hasil: bayi sudah lahir jam :

23.00 wib

10. Penanganan bayi baru lahir

a. Melakukan penilaian spintas (bayi lahir

cukup bulan,menangis kuat, warna kulit

kemerahan dan tonus otot aktif) Hasil:

bayi lahir cukup bulan, menangis kuat,

tonus otot aktif, warna kulit kemerahan,

jenis kelamin laki–laki.

b. Mengeringkan tubuh bayi diatas perut

ibu, keringkan dari muka, kepala, tubuh

bayi kecuali telapak tangan, tanpa

membersihkan vernik dan membersihkan

hidung dan mulut bayi menggunakan

dilly, ganti handuk kering. Hasil: bayi

sudah dikeringkan.

KALA III

DATA SUBJEKTIF

Ibu mengatakan senang atas kelahiran


bayinya dan ibu mengatakan perutnya

masih terasa mulas

DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan keadaan umum

a. Keadaan umum : baik

kesadaran : composmentis

b. Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Pernapasan : 20x/ mnt

c. Nadi : 80x / mnt suhu : 36,6C

d. TFU : sepusat kandung kemih: kosong

e. Kontraksi uterus : keras

2. Inspeksi : Tali pusat tejulur dari dalam

uterus yang masih terlihat didepan pintu

vagina

Analisa

P1A0 kala III persalinan normal

Penatalaksanaan :

1. Palpasi untuk menentukan tidak ada

janin kedua dan nilai kontraksi Hasil:

tidak ada janin kedua dan kontraksi keras

2. Memberitahu ibu akan disuntikkan

oksitosin dipaha kanan ibu Hasil: ibu

mengerti dan sudah disuntikkan

3. Menjepit tali pusat dengan klem jarak

3 cm dari pusat dan 5 cm dari pusat, lalu

potong tali pusat diantara 2 klem Hasil:


tali pusat telah dipotong

4. Observasi tanda–tanda pelepasan

plasenta Hasil: uterus membulat, tali pusat

memanjang, ada semburan darah tiba–tiba

5. Menegangkan tali pusat terkendali dan

tangan kiri berada diatas syimpisis

(dorsocranial), ketika plasenta sudah

nampak dibagian vagina keluarkan

plasenta dengan memilin atau memutar

sampai plasenta dan selaput ketuban lahir

Hasil: plasenta sudah lahir pukul 00.10

6. Masase fundus uteri setelah plasenta

lahir selama 15 detik Hasil: mases sudah

dilakukan

7. Nilai kelengkapan plasenta dan panjang

tali pusat Hasil: kotiledon lengkap, selaput

utuh, panjang tali pusat 20cm, berat

plasenta 450 gram, tebal 2,5cm, diameter

20 cm

8. Periksa robekan jalah lahir Hasil: jalan

lahir terdapat robekan laserasi derajat 2

dan sudah dilakukan penjahita di

perenium ibu

KALA IV

DATA SUBJEKTIF

Ibu mengatakan masih sedikit lelah,

perutnya masih terasa mulas dan ibu


merasa bahagia dengan kelahiran bayinya

DATA OBJEKTIF

1. Keadaan umum : baik

2. Tanda – tanda vital Tekanan Darah :

110/80 mmHg Suhu : 36,6C Respirasi :

22x / mnt Nadi : 82x/ mnt

3. Abdomen TFU : 2 jari dibawah pusat

Kontraksi : keras Kandung kemih :

kosong

4. Perdarahan : < 150 cc

5. . Robekan : terdapat robekan derajat 2

Analisa

P2A0 persalinan normal kala IV

Penatalaksaan :

1. Memastikan bahwa kontraksi uterus

tetap baik dan menganjurkan ibu untuk

masase Hasil: kontraksi baik dan ibu

sudah melakukan masase

2. Memberitahu ibu bahwa rasa nyeri

yang dialaminya adalah normal, karena

kembalinya pengecilan rahim ibu

kesemula sebelum terjadinya kehamilan

Hasil: ibu mengerti

3. Mengecek kembali robekan jalan lahir

derajat 2 untuk mulai melakukan

penjahitan

a. Gunakan kasa bersih untuk


membersihkan daerah luka dari darah atau

bekuan darah,dan nilai kembali luas dan

dalamnya robekan pada daerah perineum

b. Beritau ibu akan disuntik lidokain 1%,

tusukan jarum suntik pada ujung/ robekan

prineum, suntikkan secara subkutan

sepanjang tepi luka sebelum

menyuntikkan lakukan aspirasi untuk

memastikan tidak ada darah yang terhisap

dan tunggu 1–2 menit sebelum melakukan

jahitan untuk mendapatkan hasil optimal

dari anastesi

c. Lakukan inspeksi vagina dan perineum

untuk melihat robekan

d. Lakukan penjahitan pertama di atas

ujung luka didalm vagina ibu

e. Ikat jahitan pertama dengan simpul

mati, potong ujung benang yang bebas

tanpa jarum, hingga tersisa kira–kira 1 cm

f. Jahit mukosa vagina dengan

menggunakan jahitan jelujur hingga tepat

dibelakang lingkaran himen

g. Setelah mencapai ujung luka yang

paling akhir dari luka, putarlah arah jarum

dan mulai menjahit kearah vagina,

denggan menggunakan jahitan untuk

menutup jaringan subcuticuler


h. Pindahkan jahitannya dari bagian luka

perineal kembali kevagina di belakang

cincin himen untuk diamankan, diikat dan

dipotong benangnya

i. Ikatlah jahitanya dengan simpul mati,

untuk membuat simpul tersebar benar–

benar kuat, buatlah 1 ½ kali simpul

j. Potong kedua ujung benang, dan hanya

disisaka masing – masing 1 cm Hasil:

penjahitan robekan jalan lahir sudah

selesai dilakukan 4. Membersihkan ibu

dari darah lendir dan ketuban dengan air

DTT dan pakaikan pakaian yang bersih

dan pakaikan pembalut Hasil: ibu sudah

dipakaikan baju bersih dan nyaman

5. Dekontaminasi tempat persalinan

dengan cairan clorin 0,5% Hasil: tempat

persalinan sudah dikontaminasi

6. Membersihkan alat dan rendam dalam

larutan clorin 0,5% 10 menit Hasil:

peralatan sudah direndam dalam clorin

7. Membersihkan sarung tangan

dengan larutan clorin 0,5% dan

melepaskannya secara terbalik dan

mencuci tangan dengan sabun Hasil:

mencuci tangan sudah dilakukan

8. Observasi keadaan umum, tekanan


darah, suhu, nadi, kontraksi, TFU,

kandung kemih dan perdarahan selama 2

jam, yang dilakukan setiap 15 menit dijam

pertama dan 30 menit dijam kedua Hasil :

Tekanan Darah : 110/8 mmHg Suhu :

3,36C Nadi : 82x /mnt Kontraksi : keras

kandung kemih : kososng TFU : 2 jari

dibawah pusat

9. Selama melakukan observasi kala

IV, memberikan vit k, salep mata pada

bayi dan membantu ibu untuk menyusui

bayinya. Hasil : bayi sudah disusukan

10. Melengkapi partograf Hasil: partograf

sudah dilengkap

11. Melakukan dokumentasi Hasil: sudah

dilakukan dokumentasi
g. Keluhan selama hamil TM 1 : mual

muntah TM III : Tidak ada TM II : pusing

5. Riwayat obstetri G2P0A0

6. Riwayat kehamilan, persalinan dan

nifas yang lalu Ibu mengatakan ini

kehamilan pertamanya
7. Riwayat kontrasepsi Ibu mengatakan

belum pernah menggunakan kontrasepsi

8. Riwayat kesehatan

a. Kesehatan pada ibu Ibu mengatakan

tidak pernah menderita penyakit menular,

menahun dan menurun seperti DM, Asma,

AIDS/HIV

b. Kesehatan pada keluarga Ibu

mengatakan bahwa keluarganya tidak

pernah memiliki / menderita penyakit

menular, menahun, menurun dan tidak

ada riwayat kembar

9. Pola pemenuhan kebutuhan sehari–hari

a. Pola nutrisi Selama hamil Sebelum

hamil Makan : 3x / hari : 3x / hari Jenis :

nasi, sayur, lauk pauk : nasi, sayur, lauk

pauk Minum : 7x / hari : 6x / hari Jenis :

air putih : air putih

b. Eliminasi BAB BAK Frekuensi : 1x /

hari : 4x / hari Sifat : lembek : cair

Keluhan : tidak ada : tidak ada

a. Ibu mengatakan BAB terakhir jam

15.00 WITA

b. Ibu mengatakan BAK terakhir jam

18.00 WITA

c. Pola istirahat Tidur siang : 1 jam Tidur

malam : 7 jam
d. Personal hygine Mandi : 2x /hari Gosok

gigi : 2x /hari Ganti pakaian : 2x /hari

Keramas : 2x /minggu Ibu mengatakan

melakukan personal hygiene mandi, gosok

gigi, ganti pakaian, dan keramas terakhir

jam 06.00 WITA

Data Objektif

Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Antropometri : TB: 152 cm BB: 57

kg Lila : 24 cm

d. Tanda–tanda vital

e. Tekanan Darah : 120/ 80 mmHg

Suhu : 36,6 C

f. Respirasi : 22x/menit

Nadi : 82x /mnt

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala : bersih, tidak ada ketombe,

tidak rontok, rambut hitam

b. Muka : simetris antara kanan dan kiri,

konjungtiva merah muda, seklera putih

c. Mulut : simetris, kembab bibir,

lidah bersih, gigi tidak ada caries

d. Hidung : tidak ada sklera dan tidak ada

polip

e. Telinga : simetris kanan dan kiri, tidak


ada secret, pendengaran baik

f. Leher : tidak ada pembengkakan

kelenjar tyroid, limfe, vena Jugularis g.

Dada : simetris Jantung : irama teratur

(lup dup)

Paru–paru : tidak terdapat weezing dan

stridor

Payudara : simetris antara kanan dan kiri,

tidak terdapat benjolan

Puting susu : kanan dan kiri puting

menonjol, colostrum sudah keluar h.

Abdomen Inspeksi : tidak ada luka bekas

operasi dan tidak ada linea

Palpasi leopold I–III

Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX Pada

bagian fundus teraba bulat, besar, lunak

tidak melenting (bokong)

Leopold II : Bagian kanan perut ibu

teraba bagian kecil janin dan ruang

kosong (ekstermitas), bagian kiri perut ibu

teraba tahanan keras, memanjang seperti

papan (punggung kiri)

Leopold III : Bagian bawah janin bulat,

keras dan melenting (kepala) dan sudah

masuk PAP

Leopld IV : posisi tangan divergen,

penurunan 2/5
Letak : memanjang

Presentasi : kepala

Pergerakan : aktif

Penurunan : 2/5

mc. donald : 25 cm

TBJ : (25 – 11) x 155 = 2.170 gram

Auskultasi : Djj 132x/ mnt Puntum

maksimum : 3 jari dibawah pusat sebelah

kiri perut ibu

Genetalia

Inspeksi Vulva ibu bersih, tidak ada

odem dan tidak terdapat varises,

keluar lendir, pemeriksaan dalam jam

19.00 WIB, hasil pemeriksaan dalam

yaitu: tidak ada luka parut porsio

tebal, pembukaan 4 cm, presentasi

kepala, ketuban utuh ,penurunan 2/5.

j. Ekstermitas atas dan bawah Tidak

terdapat odem pada tangan dan kaki,

tidak ada varises bagian kaki, reflek

patella pada kaki kanan dan kiri + k.

Data penunjang Tidak dilakukan

pemeriksaan lab

Analisa :

G2P1A0 usia kehamilan 37 minggu

kala I janin tunggal hidup intra uterin


presentasi kepala

Penatalaksanaan :

1. Menjelaskan pemeriksaan yang telah

dilakukan pada ibu, bahwa ibu

dalam keadaan persalinan normal

pada kala 1 fase laten, pada hasil

pemeriksaan tanda–tanda vital dan

pemeriksaan dalam, : ibu sudah

mengerti kondisi dirinya dan

janinnya

2. Memberitahu ibu jika masih kuat

untuk berjalan, ibu diperbolehkan

untuk jalan–jalankecil. Hasil : Ibu

mengerti

3. Menganjurkan ibu untuk

mobilisasi miring kiri agar

mempercepat penurunan kepala

bayi. Hasil : ibu mengerti dan

sudah miring kiri

4. Menganjurkan ibu untuk tarik

nafas, membaca istigfar dan

memberitau ibu untuk tidak

meneran terlebih dahulu ketika

berkontraksi, dikarenakan

pembukaan masih 4 cm belum

waktunya untuk meneran. Hasil :

ibu men Menyiapkan alat dan

tempat untuk melakukan


penolongan persalinan Hasil :

Alat dan tempat sudah disiapkan

5. Memberikan inform consent

kepada pasien dan keluarga

Hasil : pasien dan keluarga sudah

menandatangi inform consent.

6. Memantau DJJ dan kemajuan

persalinan Hasil : kemajuan

persalinan sudah dipantau dalam

patograf

KALA II Tanggal : 26 Maret

Pukul 20.25WIB

DATA SUBJEKTIF

2. Ibu mengatakan mules semakin

sering dan hebat serta ada rasa

ingin meneran dan ingin BAB

DATA OBJEKTIF

1. Keadaan umum : baik

2. Kesadaran : compasmentis

3. Tanda–tanda vital TD : 110/80 mmHg

Nadi : 80x/ mnt Suhu : 36,6C Respirsi :

22x/ mnt

4. His 5x dalam 10 menit lamanya

45 detik

5. DJJ 143x/menit, pungtum maksimum

3 jari dibawah pusat

6. Kandung kemih 50 cc
7. Vulva membuka, adanya dorongan

ingin meneran, perineum menonjol

8. Pemeriksaan dalam

Dinding vagina : tidak ada varises, dan

tidak ada luka jahitan Porsio : sudah tidak

teraba Pembukaan : 10 cm Ketuban :

Jernih Presentasi : kepala Penunjuk kepala

: UUK Penurunan : 0/5

Analisa :

G2P1A0 UK 37 minggu inpartu kala II

janin tunggal hidup intra uterin presentasi

kepala

Penatalaksanaan :

1. Memberitahu ibu dan keluarga

bahwa akan dilakukan persalinan

normal Hasil : ibu dan keluarga

mengerti

2. Melihat tanda gejala kala II

a. Ibu merasa ada dorongan kuat

untuk meneran

b. Ibu merasa ada tekanan pada

anus c. Prineum menonjol vulva

dan spinger ani membuka

Hasil: sudah terlihat tanda–tanda

gejala kala II

3. Menyiapkan peralatan

Memastikan kelengkapan alat

pertolongan persalinan lengkap


termasuk mematahkan ampul

oksitosin dan memasukkan ke

spuit 3cc. Hasil: peralatan

persalinan sudah lengkap dan

sudah disiapkan

4. Menyiapkan diri untuk

memberikan pertolongan

persalinan lengkap APD, mencuci

tangan memakai sarung tangan

kanan untuk periksa dalam. Hasil:

persiapan diri sudah dilakukan

5. Memastikan kembali pembukaan

lengkap dan melakukan

pemeriksaan detak jantung janin

Hasil: pembukaan sudah lengkap

dan keadaan detak jantung janin

baik

6. Menyiapkan ibu dan keluarga

untuk membantu proses

pemimpinan meneran bantu

keluarga untuk menyiapkan posisi

ibu untuk meneran pastikan ibu

dalam keadaan nyaman Hasil: ibu

diposisikan dorsal recumbent dan

sudah nyaman

7. Pimpin ibu meneran

a. Memebritahu ibu untuk


meneran pada saat ada kontraksi,

menyesuaikan pimpinan meneran

dengan kecepatan lahirnya kepala,

caranya gigi saling beradu,

bokong jangan diangkat, jangan

berteriak, mata dibuka, lihat

keperut atau dagu menempel

didada

b. Memberikan ibu kesempatan

istirahat disaat tidak ada kontraksi

c. Meminta keluarga untuk

memberikan ibu minum saat

istirahat Hasil: ibu dan keluarga

mengerti.

8. Persiapan pertolongan kelahiran janin

a. Meletakkan handuk diatas

perut ibu, meletakkan duk dilipat

1/3 diletakkan dibawah bokong

ibu

b. Membuka tutup partus set dan

perhatikan kelengkapan alat lagi

c. Memakai sarung tangan kedua

tangan Hasil: persiapan

pertolongan persalinan sudah siap

9. Menolong kelahiran bayi

a. Lahirnya kepala bayi

1) Saat kepala sudah terlihat 5 – 6 cm


divulva, posisikan tangan (stagnen)

tangan kanan beradadiperineum dan

tanagn kiri berada diatas siympisis.

2) Ketika kepala sudah lahir, periksa

lilitan tali pusat pada leher bayi dan

longgarkan tali pusat bayi lalu lepaskan

kepala bayi dari lilitan, tunggu bayi

melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

b. Lahirnya bahu bayi Ketika sudah paksi

luar tempatkan kedua tangan posisi

(bipariental) tangan kiri berada dibawah

dan tangan kanan berada diatas, lalu

arahkan secara hati–hati kepala bayi

kearah bawah sampai lahir bahu atas dan

arahkan ke atas sampai bahu bawah lahir.

c. Lahir badan dan kaki bayi

1) Ketika bahu sudah lahir, geser tangan

kanan kearah bawah kearah prineum ibu

untuk menyangga kepala, lengan dan siku

sebelah bawah, gunakan tangan kiri untuk

menyusuri dan memegang tangan dan

siku sebelah atas.

2) Setelah badan dan lengan lahir, tangan

kiri menyusuri tangkai bawah (selipkan

jari telunjuk tangan kiri diantara kedua

lutut janin) Hasil: bayi sudah lahir jam :


22.25 wita

10. Penanganan bayi baru lahir

a. Melakukan penilaian spintas (bayi lahir

cukup bulan,menangis kuat, warna kulit

kemerahan dan tonus otot aktif) Hasil:

bayi lahir cukup bulan, menangis kuat,

tonus otot aktif, warna kulit kemerahan,

jenis kelamin laki–laki.

b. Mengeringkan tubuh bayi diatas perut

ibu, keringkan dari muka, kepala, tubuh

bayi kecuali telapak tangan, tanpa

membersihkan vernik dan membersihkan

hidung dan mulut bayi menggunakan

dilly, ganti handuk kering. Hasil: bayi

sudah dikeringkan.

KALA III

DATA SUBJEKTIF

Ibu mengatakan senang atas kelahiran

bayinya dan ibu mengatakan perutnya

masih terasa mulas

DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan keadaan umum

a. Keadaan umum : baik

kesadaran : composmentis

b. Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Pernapasan : 20x/ mnt

c. Nadi : 80x / mnt suhu : 36,6C


d. TFU : sepusat kandung kemih: kosong

e. Kontraksi uterus : keras

2. Inspeksi : Tali pusat tejulur dari dalam

uterus yang masih terlihat didepan pintu

vagina

Analisa

P2A0 kala III persalinan normal

Penatalaksanaan :

1. Palpasi untuk menentukan tidak ada

janin kedua dan nilai kontraksi Hasil:

tidak ada janin kedua dan kontraksi keras

2. Memberitahu ibu akan disuntikkan

oksitosin dipaha kanan ibu Hasil: ibu

mengerti dan sudah disuntikkan

3. Menjepit tali pusat dengan klem jarak

3 cm dari pusat dan 5 cm dari pusat, lalu

potong tali pusat diantara 2 klem Hasil:

tali pusat telah dipotong

4. Observasi tanda–tanda pelepasan

plasenta Hasil: uterus membulat, tali pusat

memanjang, ada semburan darah tiba–tiba

5. Menegangkan tali pusat terkendali dan

tangan kiri berada diatas syimpisis

(dorsocranial), ketika plasenta sudah

nampak dibagian vagina keluarkan

plasenta dengan memilin atau memutar


sampai plasenta dan selaput ketuban lahir

Hasil: plasenta sudah lahir pukul 00.10

6. Masase fundus uteri setelah plasenta

lahir selama 15 detik Hasil: mases sudah

dilakukan

7. Nilai kelengkapan plasenta dan panjang

tali pusat Hasil: kotiledon lengkap, selaput

utuh, panjang tali pusat 20cm, berat

plasenta 450 gram, tebal 2,5cm, diameter

20 cm

8. Periksa robekan jalah lahir Hasil: jalan

lahir terdapat robekan laserasi derajat 2

dan sudah dilakukan penjahita di

perenium ibu

KALA IV

DATA SUBJEKTIF

Ibu mengatakan masih sedikit lelah,

perutnya masih terasa mulas dan ibu

merasa bahagia dengan kelahiran bayinya

DATA OBJEKTIF

1. Keadaan umum : baik

2. Tanda – tanda vital Tekanan Darah :

110/80 mmHg Suhu : 36,6C Respirasi :

22x / mnt Nadi : 82x/ mnt

3. Abdomen TFU : 2 jari dibawah pusat

Kontraksi : keras Kandung kemih :

kosong
4. Perdarahan : < 150 cc

5. . Robekan : terdapat robekan derajat 2

Analisa

P2A0 persalinan normal kala IV

Penatalaksaan :

1. Memastikan bahwa kontraksi uterus

tetap baik dan menganjurkan ibu untuk

masase Hasil: kontraksi baik dan ibu

sudah melakukan masase

2. Memberitahu ibu bahwa rasa nyeri

yang dialaminya adalah normal, karena

kembalinya pengecilan rahim ibu

kesemula sebelum terjadinya kehamilan

Hasil: ibu mengerti

3. Mengecek kembali robekan jalan lahir

derajat 2 untuk mulai melakukan

penjahitan

a. Gunakan kasa bersih untuk

membersihkan daerah luka dari darah atau

bekuan darah,dan nilai kembali luas dan

dalamnya robekan pada daerah perineum

b. Beritau ibu akan disuntik lidokain 1%,

tusukan jarum suntik pada ujung/ robekan

prineum, suntikkan secara subkutan

sepanjang tepi luka sebelum

menyuntikkan lakukan aspirasi untuk

memastikan tidak ada darah yang terhisap


dan tunggu 1–2 menit sebelum melakukan

jahitan untuk mendapatkan hasil optimal

dari anastesi

c. Lakukan inspeksi vagina dan perineum

untuk melihat robekan

d. Lakukan penjahitan pertama di atas

ujung luka didalm vagina ibu

e. Ikat jahitan pertama dengan simpul

mati, potong ujung benang yang bebas

tanpa jarum, hingga tersisa kira–kira 1 cm

f. Jahit mukosa vagina dengan

menggunakan jahitan jelujur hingga tepat

dibelakang lingkaran himen

g. Setelah mencapai ujung luka yang

paling akhir dari luka, putarlah arah jarum

dan mulai menjahit kearah vagina,

denggan menggunakan jahitan untuk

menutup jaringan subcuticuler

h. Pindahkan jahitannya dari bagian luka

perineal kembali kevagina di belakang

cincin himen untuk diamankan, diikat dan

dipotong benangnya

i. Ikatlah jahitanya dengan simpul mati,

untuk membuat simpul tersebar benar–

benar kuat, buatlah 1 ½ kali simpul

j. Potong kedua ujung benang, dan hanya

disisaka masing – masing 1 cm Hasil:


penjahitan robekan jalan lahir sudah

selesai dilakukan 4. Membersihkan ibu

dari darah lendir dan ketuban dengan air

DTT dan pakaikan pakaian yang bersih

dan pakaikan pembalut Hasil: ibu sudah

dipakaikan baju bersih dan nyaman

5. Dekontaminasi tempat persalinan

dengan cairan clorin 0,5% Hasil: tempat

persalinan sudah dikontaminasi

6. Membersihkan alat dan rendam dalam

larutan clorin 0,5% 10 menit Hasil:

peralatan sudah direndam dalam clorin

7. Membersihkan sarung tangan

dengan larutan clorin 0,5% dan

melepaskannya secara terbalik dan

mencuci tangan dengan sabun Hasil:

mencuci tangan sudah dilakukan

8. Observasi keadaan umum, tekanan

darah, suhu, nadi, kontraksi, TFU,

kandung kemih dan perdarahan selama 2

jam, yang dilakukan setiap 15 menit dijam

pertama dan 30 menit dijam kedua Hasil :

Tekanan Darah : 110/8 mmHg Suhu :

3,36C Nadi : 82x /mnt Kontraksi : keras

kandung kemih : kososng TFU : 2 jari

dibawah pusat

9. Selama melakukan observasi kala IV,


memberikan vit k, salep mata pada bayi

dan membantu ibu untuk menyusui

bayinya. Hasil : bayi sudah disusukan

10. Melengkapi partograf Hasil: partograf

sudah dilengkap

11. Melakukan dokumentasi Hasil: sudah

dilakukan dokumentasi
TATA TERTIB MAHASISWA DI LAHAN PRAKTIK
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

A. Sikap
1. Disiplin dalam tugas
2. Kerja sama dengan orang lain sesuai dengan ketentuan institusi
3. Inisiatif dalam bekerja
4. Bertanggung jawab dalam tugas yang diberikan
5. Komunikasi yang baik dengan klien
6. Perhatian dalam bekerja
7. Jujur, sopan dan teliti dalam bekerja
B. Waktu kehadiran
1. Jam 07.30 sampai 14.00 WITA untuk dinas pagi
2. Jam 14.00 sampai 21.00 WITA untuk dinas sore
3. Jam 21.00 sampai 07.30 WITA untuk dinas malam
C. Tidak diperkenankan meninggalkan ruangan tempat praktik tanpa seizin kepala
ruangan/pembimbing atau petugas ruangan serta tidak diperkenankan
meninggalkan lokasi/wilayah praktik klinik tanpa seizin C.I institusi
D. Sanksi penggantian dinas praktik diberikan kepada mahasiswa apabila
(disesuaikan oleh lahan) :
1. Izin 1 hari ganti dinas 1 hari
2. Sakit 1 hari ganti dinas 1 hari (harus ada surat keterangan Dokter)
3. Alpa 1 hari ganti dinas 2 hari
4. Bila mahasiswa merusak, menghilangkan alat-alat di ruangan praktik berkewajiban
mengganti alat tersebut
5. Mahasiswa berkewajiban menjaga kebersihan dan kesterilan alat-alat dan bahan
praktik yang dimiliki di lahan praktik
6. Tidak diperkenankan menggunakan alat-alat dan bahan praktik milik lahan praktik,
milik klien dan atau memindahkan tanpa sepengetahuan kepala ruangan
7. Mahasiswa baik secara pribadi atau kelompok berkewajiban mengganti alat-alat,
bahan-bahan praktik yang hilang atau rusak selama praktik
8. Mahasiswa hendaknya membawa sendiri alat-alat pemeriksaan fisik

1
E. Ketentuan Pakaian Praktik
1. Pada saat melakukan praktik, mahasiswa harus menggunakan pakaian praktik
lengkap (putih-putih) dengan atribut, sepatu putih dan berpenampilan rapi, bersih
dan sopan
2. Menggunakan atribut :
a. Papan nama di sebelah kanan
b. Lencana (Logo) di sebelah kiri
3. Tidak diperkenankan memakai training spak (baju olahraga) saat melakukan praktik
kecuali persetujuan pihak lahan
4. Tidak diperkenankan memakai perhiasan kecuali jam tangan (yang memakai jarum
detik) saat melakukan praktik.
Demikianlah buku pedoman ini disusun sebagai acuan dalam mencapai target yang telah
ditetapkan. Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai