Anda di halaman 1dari 71

BUKU LOGBOOK PRAKTIK PROFESI STASE

ASUHAN KEBIDANAN PADA ASUHAN BAYI,


BALITA DAN APRAS
IDENTITAS MAHASISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI

Nama Mahasiswa : Risqa Jurman


NIM : 202210122
Tempat/ Tanggal Lahir : Saruran / 24 Mei 1990
No. HP : 085342166188
Email : risqajurman73@gmail.com
Alamat : Saruran , Kec : Anggeraja Kab : Enrekang

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI PROGRAM PROFESI


INSTITUT TEKHNOLOGI DAN SAINS (ITKES)
MUHAMMADIYAH SIDRAP
2022/2023
SAMBUTAN REKTOR ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

1
Dengan senantiasa memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT,
karena atas rahmat dan karuniaNya jualah maka Logbook Praktik Stase
Asuhan Kebidanan pada Bayi, Balita dan APRAS Program studi
Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi ITKES Muhammadiyah Sidenreng
Rappang tahun 2022/2023 dapat diselesaikan.
Kami haturkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas kerjasama
dalam melaksanakan tugas – tugas ini dengan baik
Harapan kami dengan Kepada semua pihak yang telah berjasa dalam
penyusunan loogbook ini, sekali lagi diucapkan terima kasih. Dan marilah
kita berkomitmen untuk memajukan Pendidikan Tinggi ITKES
Muhammadiyah Sidrap dengan menjadi bagian penting dalam Peningkatan
Sumber Daya Manusia yang islami dan berkemajuan.

Pangkajene, 11 Zulhijjah 1443 H


20 Juli 2022 M
Rektor,

TTD
DR.Muhammad Tahir, SKM.,M. Kes
NBM. 1069207

2
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas


izin-Nya jualah maka Stase Asuhan Kebidanan pada Bayi, Balita dan
APRAS . Program studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi ITKES
Muhammadiyah Sidenreng Rappang tahun 2022 - 2023 dapat diselesaikan.
Kami sadar bahwa apa yang terkandung dalam pedoman ini belum

tersaji dengan optimal, sehingga perlu kritik dan saran demi

tersempurnanya pedoman ini.

Jazakumullahu khairan katsiran.

Fastabiqulkhaerat.

Sidrap, 20 Agustus 2022


Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
ITKes Muhammadiyah Sidrap

TTD
Wilda Rezki Pratiwi, S.ST., M. Kes
NIDN : 0906129102

3
4
METODE BIMBINGAN EVALUASI
STASE Manaj
CBD BST Tutorial Refleksi K Journal OMP DOPS Mini C OSLER OSCE
K K (COC) R Laporan TOTAL
Keterampilan Dasar Praktik
1 3 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 7
Kebidanan
Asuhan Kebidanan pada Pra
Nikah dan Pra Konsepsi 1 2 0 1 0 2 1 0 1 0 0 2 10

Asuhan Kebidanan Kehamilan


2 50 0 1 0 2 4 2 2 1 0 16 80
Asuhan Kebidanan Persalinan
1 23 1 1 0 1 5 2 2 1 0 2 39
Asuhan Kebidanan Bayi Baru
1 25 1 1 0 2 3 1 1 1 0 9 45
Lahir
Asuhan Kebidanan Nifas
1 60 1 1 0 2 5 2 2 1 0 20 95
Asuhan Kebidanan Pada Bayi,
1 61 0 1 0 2 5 2 2 1 0 20 95
Balita dan Anak Pra Sekolah
Asuhan Keluarga Berencana
dan Pelayanan Kontrasepsi 1 10 0 1 0 2 1 1 1 1 0 2 20

Asuhan Pada Remaja dan


1 2 0 1 0 0 0 1 2 0 0 1 8
Perimenopause
Asuhan Kebidanan
0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2
berkelanjutan
Asuhan KebidananKomunitas
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
Manajemen Pelayanan
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
Kebidanan

TOTAL 10 236 3 8 4 13 24 15 13 6 0 76 405


4
STASE VII

ASUHAN BAYI, BALITA DAN


APRAS
5 6
STASE ASUHAN BAYI, BALITA DAN APRAS

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Memberikan pengalaman belajar klinik pada mahasiswa


dalam lingkup asuhan kebidanan kepada pada bayi, balita dan
anak prasekolah.
2. Tujuan Khusus
Mampu melakukan asuhan kebidanan pada bayi,anak,balita,dan
prasekolah secara holistik,komprehensif dan berkesinambungan yang
didukung kemampuan berpikir kritis,rasionalisasi klinis dan refleksi

B. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN Waktu


Praktik : 1 Juli-15 Juli
Tempat : PKM Anggeraja
Bagian : MTBS,Poli KIA

C. KOMPETENSI YANG INGIN DICAPAI

1. Asuhan bayi sehari-hari Asuhan kebidanan pada puerperium

2. Identifikasi bayi risiko tinggi

3. Asuhan Bayi Kembar

4. Pemberian Pengganti Air Susu Ibu (PASI)

5. Memandikan Bayi

6. Pemberian Imunisasi sesuai program

7. Pemeriksaan Tumbuh kembang bayi dan balita menggunakan buku


Kesehatan Ibu dan Anak (KIA

8. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)

9. Identifikasi rujukan tumbuh kembang bayi, balita dan anak pra


sekolah

10. Identifikasi rujukan kegawatdaruratan bayi, balita dan anak


prasekolah

11. Fasilitasi Kelas Ibu Balita

7
12. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

13. Asuhan bayi dengan gangguan pada masalah kulit (ruam


popok, biang keringat)

14. Asuhan Bayi berkebutuhan khusus

15. Identifikasi autis

16. Tatalaksana awal kegawatdaruratan pada bayi, balita dan


anak sekolah

17. Tatalaksana awal kejang

18. Pertolongan pertama kecelakaan/ jatuh pada bayi, balita


dan anak pra sekolah

19. Pertolongan pertama bayi, balita dan anak pra sekolah

20. kemasukan benda asing ke hidung telinga, mulut dan


kemaluan

21. Pelaporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

D. TARGET
1. CBD 1
2. BST 61
5. Journal Reading 2
6. OMP 5
7. DOPS 2
8. Mini Cex 2
9. OSLER 1
10. Laporan Lengkap 1
11. Laporan Data Fokus 19
ix
x
xi
xii
xiii
xiv
xv
xvi
xvii
xviii
xix
xx
xxi
xxii
xxiii
xxiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejang demam merupakan penyebab kejang tersering pada anak.
Kejang demam. secara umum didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang
terjadi pada anak usia 6bulan sampai 5 tahun, serta berhubungan dengan
kenaikan suhu tubuh yaitu suhu yang melebihi 3 C. Kejang ini disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranial. Apabila kejang demam terjadi pada usia
kurang dari 6 bulan, maka harus dipikirkan penyebab lain seperti infeksi
susunan saraf pusat maupun epilepsi yang terjadi bersamaan dengan
demam. Kejang demam memiliki prevalensi yang berbeda di tiap negara,
di AmerikaSerikat, Amerika Selatan, danEropa Barat prevalensi kejang
demam berkisar antara 2%-5%. Prevalensi lebih tinggi ditunjukkan oleh
negara di Asia yaitu, India berkisar 5%-10% dan Jepang 8,3%-9,9%.
Kejadian kejang demam tertinggi terjadi di Guam dengan prevalensi
sebesar 14%. Menurut para ahli 2%- 5% anakdi bawah 5 tahun pernah
mengalami bangkitan kejang demam. Kejadian paling banyak terjadi pada
usia 6 bulan sampai dengan 22 bulan, dimana kejadian tertinggi terjadi
pada usia 18 bulan.
Belum ada data terbaru mengenai kejang demam secara nasional.
Namun berdasarkandata Departemen Kesehatan tahun 2013, angka
kejadian kejang demam berkisar 2%-3%. Kejang demam dapat terjadi
pada anak antara usia 6 bulan sampai dengan 7 tahun,dan 50% diantaranya
terjadi antara usia 1 sampai dengan 2 tahun. Penyebab kejangdemam
terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan akut yang mencapai 80%
dariseluruh anak yang mengalami kejang demam. Insiden kejang demam
pada anak laki-laki lebih sering dibandingkan pada anak perempuan
dengan rasio 1,1:1 hingga 2:1.Faktor utama terjadinya kejang demam
adalah demam.

xxv
Demam diartikan sebagai suhutubuh yang melampaui batas normal,
yang dapat disebabkan oleh kelainan pada otakataupun disebabkan
bahanbahan toksik yang memengaruhi pusat pengaturan suhu tubuh.
Demam yang tinggi dapat merangsang terjadinya kejang. Peningkatan
suhutubuh dapat memengaruhi nilai ambang kejang dan eksitabilitas
neural karenaberpengaruh pada kanal ion, metabolism seluler, serta
produksi adenosine triphosphate (ATP). Kejang demam dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu kejang demam sederhana (80%) dan kejang
demam kompleks (20%).

Kejang demam sederhana berdurasi tidak lebih dari 15 menit, bersifat


umum, bentuk kejang berupa tonik atau klonik, akan berhenti sendiri,
tanpa gerakan fokal, dan tidak berulang dalam waktu 24 jam.Sedangkan
kejang demam kompleks durasinya lebih dari 15 menit, fokal atau kejang
umum didahului kejang parsial, serta berulang atau lebih dari satu kali
dalam 24 jam.Terdapat tiga subtipe pada kejang demam kompleks, yaitu
kejang lama (prolonged febrile seizures), kejang fokal, dan kejang
multipel. Kejang lama merupakan subtipe yang utama pada kejang demam
kompleks. Kejang lama diartikan sebagai kejang yang berdurasi lebih dari
15 menit. Apabila durasi kejang mencapai 30 menit serta tanpapemulihan
kesadaran di antara kejang, maka kejang tersebut sudah termasuk febrile
status epilepticus (FSE). Berdasarkan studi sebelumnya, kejang demam
yang lama berkaitan dengan peningkatan risiko kejang demam berulang,
epilepsi, dan FSE. Faktor risiko kejang lama belum jelas diketahui, namun
kemungkinan ada beberapa faktor risiko kejang demam kompleks dan
FSE yang dapat diindikasikan sebagai faktor risiko kejang lama. Studi
sebelumnya menyatakan bahwa usia dan riwayat kejang pada keluarga
merupakan faktor risiko kejang demam kompleks. Penelitian yang
dilakukan Nugraha A dkk (2014) mendapatkan hasil bahwa riwayat
kejang pada keluarga meningkatkan risiko sebesar 4,6 kali untuk
terjadinya kejang demam kompleks. Lee CY dkk (2018) menyatakan

xxvi
bahwa bahwa anak dengan onset kejang pada usia kurang dari18 bulan
secara signifikan lebih banyak mengalami kejang demam kompleks
daripada kejang demam sederhana. Sedangkan faktor risiko FSE
berdasarkan penelitian Jr Nordli dkk (2013) meliputi usia relatif muda,
suhu tubuh relatif rendah, jenis kelamin perempuan, dan adanya riwayat
kejang demam pada keluarga. Penelitian yang dilakukan Sharafi R dkk
(2019) juga menyatakan bahwa usia yang relatif muda, suhu tubuh.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui risiko kejang lama pada pasien kejang demam di PKM
Anggeraja dan mahasiswa mampu menerapkan asuhan pada kasus
kejangdemam .
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui proporsi kejang lama pada pasien kejang
demam di
PKM Anggeraja
2. Mengetahui hubungan usia, suhu, jenis kelamin, riwayat
kejang demam pada keluarga, riwayat epilepsi pada keluarga, anemia,
dan riwayat
perkembangan dengan kejang lama pada pasien
kejang demam
3. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
1. Memperoleh pengetahuan mengenai proporsi
kejang lama pada pasien kejang demam di Instalasi Rawat
Inap Anak di PKM Anggeraja
2. Memperoleh pengetahuan mengenai faktor risiko
kejang lama pada pasien kejang demam di PKM Anggeraja

xxvii
2. Bagi PKM Anggeraja
1. Sebagai sumber informasi dan data awal bagi
institusi dan klinisi untuk meneliti lebih lanjut faktor risiko
kejang lama pada pasien kejang demam
2. Memberikan data dan masukan untuk
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.

xxviii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kejang Demam 1. Definisi


Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan
sementara sebagai
mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan
pelepasan listrik serebral yang berlebihan. Kejang demam adalah terbebasnya
sekelompok neuron secara tiba-tiba yang suatu kerusakan kesadaran,
gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara. Kejang demam
adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 38°c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang
demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering
dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan
oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada
infeksi bakteri atau virus.
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh
yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial
listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan
berupa kejang.
Kejang demam dibagi menjadi dua jenis, yaitu kejang demam
simpleks dan kejang demam kompleks. Kejang demam simpleks
adalah kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit, kejang tonik
klonik umum, sembuh spontan, tanpa kejang fokal, dan tidak berulang
dalam 24 jam. Kejang demam kompleks adalah kejang fokal atau
parsial, berlangsung lebih dari 15 menit, berulang dalam 24 jam,
didapatkan abnormalitas status neurologi, dan didapatkan riwayat
kejang tanpa demam pada orangtua atau saudara kandungnya.
Definisi kejang demam menurut National Institutes of Health
Consensus

xxix
Conference adalah kejadian kejang pada bayi dan anak, biasanya
terjadi antara usia 3 bulan sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam
tanpa adanya bukti-bukti infeksi atau sebab yang jelas di intrakranial.
Kejang disertai demam pada anak yang sebelumnya menderita kejang
tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini. Sedangkan definisi
menurut International League Against Epilepsy Commision on
Epidemiology and Prognosis adalah kejang pada anak setelah usia 1
bulan, berhubungan dengan demam dan penyakit yang tidak
disebabkan karena infeksi pada susunan saraf pusat, tanpa ada kejang
pada masa neonatal atau kejang tanpa provokasi sebelumnya. Kejadian
terbanyak pada kejang demam lebih sering terjadi dikarenakan oleh
infeksi virus dibandingkan infeksi bakteri, umumnya terjadi pada 24
jam pertama sakit dan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut,
seperti faringitis dan otitis media,pneumonia, infeksi saluran kemih,
serta gangguan gastroenteritis.
2. Patofisiologi
Patofisiologi Unit dasar sistem saraf adalah sel khusus yang
dinamakan neuron.
Neuron memiliki perbedaan sangat jelas dalam ukuran dan
penampilannya, tetapi memiliki karakteristik tertentu. Neuron memiliki
dendrit dan badan sel yang berfungsi menerima impuls saraf dari neuron di
dekatnya dan selanjutnya ditransferkan ke akson.
Pada ujung akson terdapat sejumlah kolateral yang berakhir dalam
sinap terminal. Sinap terminal ini tidak menempel pada neuron yang
akan distimulasi melainkan pada celah sinaptik. Jika suatu impuls saraf
berjalan melalui akson dan sampai di sinap terminal maka akan memicu
sekresi neurotransmitter. Neurotransmitter ini akan berdifusi melewati
celah sinaptik dan menstimulasi neuron selanjutnya . Sel neuron
dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari lipoid di sebelah dalam
dan ionic di permukaan luar. Dalam keadaan normal, membran sel
neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ionkalium dan sangat sulit

xxx
dilalui oleh ion natrium dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida.
Akibatnya, konsentrasi ion kalium di dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi ion natrium menjadi rendah, sedangkan di luar sel neuron
terdapat keadaan sebaliknya. Karea perbedaan potensial disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-
ATPase pada permukaan sel. Suatu rangsangan pada membran neuron
setempat dapat mengakibatkan perubahan-peruahan premeabilitas
membran, dengan akibat ion-ion natrium sekarang dapat mengadakan
difusi dan masuk kedalam sel neuron atau akson.
Masuknya ion-ion natrium bermuatan listrik positif di dalam
dan negatif di luar,sehingga terjadi suatu keadaan yang sebaliknya dari
keadaan istirahat dan peristiwa ini disebut depolarisasi. Kejang terjadi
bila terdapat depolarisasi berlebihan pada neuron dalam sistem saraf
pusat. Depolarisasi berlebihan dapat disebabkan karena gangguan
produksi energi yang diperlukan untuk mempertahankan potensial
membran (missal kondisi hipoksemia, iskemia, hipoglikemia),
ketidaksinambungan neurotransmitter eksitator dan inhibitor, serta
interaksi antara kalsium dan magnesium dengan membrane saraf yang
menyebabkan hambatan pergerakan natrium sehingga terjadi
peningkatan ion natrium yang masuk ke dalam sel dan depolarisasi.
B. Anatomi Otak & Fisiologi 1. Anatomi
a. Otak
Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari syaraf sentral yang terletak
di dalam rongga
tengkorak (Kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.
Bagian-bagian otak :
1. Hipotalamus merupakan bagian ujung depan diesenfalon
yang terletak di bawah sulkus hipotalamik dan di depan nukleus
interpundenkuler hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan daerah inti.

xxxi
Terletak pada anterior dan inferior talamus berfungsi mengontrol dan
mengatur sistem syaraf autonom juga bekerja dengan hipofisis untuk
mempertahankan keeimbangan
cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan
vasokontriksi atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi hormonal
dengan
kelenjar hipofisis, juga sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan,
sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan seksual dan
pusat respon emosional.
2. Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga
ventrikel dan aktivitasprimernya sebagai pusat penyambung sensasi bau
yang diterima semua impuls memori, sensasi dan nyeri melalui bagian ini.
3. Traktus Spinotalamus (serabut-serabut segera menyilang
kesisi yang berlawanan dan masuk ke medulla spinulis dan naik). Bagian ini
bertugas mengirim impuls nyeri dan temperatur ke talamus dan kortek
serebri.
4. Kelenjar Hipofisis dianggap sebagai masker kelenjar
karena sejumlah hormon- hormon dan fungsinya diatur oleh kelenjar ini.
Hipofisis merupakan bagian otak yang tiga kali lebih sering timbul tumor
pada orang dewasa.
5. Hipotesis Termostatik : mengajukan bahwa suhu tubuh
diatas titik tersebut akan menghambat nafsu makan.
6. Mekanisme Aferen : empat hipotesis utama tentang
mekanisme aferen yang terlibat dalam pengaturan masukan makanan telah
diajukan, dan keempat hipotesis itu tidak ada hubunganya satu dengan yang
lain.
2. Fisiologi
Hipotalamus mempunyai fungsi sebagai pengaturan suhu tubuh dan
untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh. a. Pirogen
Endogen

xxxii
Demam yang ditimbulkan oleh Sitokin mungkin disebabkan oleh
pelepasan prostaglandin lokal di hipotalamus. Penyuntikan prostaglandin
kedalam hipotalamus menyebabkan demam. Selain itu efek antipiretik
aspirin bekerja langsung pada hipotalamus, dan aspirin menghambat sintesis
prostaglandin.
b. Pengaturan Suhu
Dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot, asimilasi
makanan, dan oleh semua proses vital yang berperan dalam
metabolisme basal. Panas dikeluarkan dari tubuh melalui radiasi,
konduksi (hantaran) dan penguapan air disaluran nafas dan kulit.
Keseimbangan pembentukan pengeluaran panas
menentukan suhu tubuh, karena kecepatan reaksi-reaksi kimia
bervariasi sesuai dengan suhu dank arena sistem enzim dalam
tubuh memiliki rentang suhu normal yang sempit agar berfungsi
optimal, fungsi tubuh normal bergantung pada suhu yang relatif
konstan.
C. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai patologis termasuk tumor
ota,truma,
bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit
dan gejala putus alcohol dan gangguan metabolik, uremia,
overhidrasi, toksik subkutan, sabagian kejang merupakan
idiopatuk.
3. Perkembangan Perilaku /Adaptasi Sosial
Perkembangan perilaku pada tahap tumbuh kembang tiap usia adalah
sebagai berikut :
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali dengan
kemampuan
mengamati tangannya; tersenyum spontan dan membalas senyum bila
diajak tersenyum ; mengenal ibunya dengan penglihatan,
penciuman,

xxxiii
pendengaran, dan kontak; tersenyum pada wajah manusia; waktu tidur
dalam sehari lebih sedikit daripada waktu terjaga; membentuk siklus
tidur bangun; menangis bila terjadi sesuatu yang aneh; membedakan
wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal; senang
menatap wajah wajah yang dikenalnya; serta terdiam bila ada orang yang
tak dikenal (asing).

xxxiv
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI, BALITA, APRAS DENGAN


KEJANG DEMAM

1. Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 11 – 07 - 2023


Tanggal Masuk : 10- 07- 2023
Waktu pengkajian : 10. 45 wita
Kamar/ruang : Ruang Anak
Oleh : Risqa Jurman
2. Data Subjektif
1. Identitas Anak
Nama Inisial Klien : An. N
Umur : 4 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Hubungan Dengan Klien : Ayah dari pasien
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Alamat ; Cakke
3. Diagnosa Medis
Saat Masuk : Kejang Demam
Saat Pengkajian : Demam
a. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang (alasan Masuk PKM)
Klien datang ke IGD PKM Anggeraja Pada tanggal 10 Juli 2023 Pukul

xxxv
12.15 wita Dengan keluhan demam Sejak 2 hari disertai kejang 1 kali
berdurasi ± 5

menit disertai batuk .


b. Keluhan Utama Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian keluarga An. N mengatakan badan An. N panas .
pagi ini
suda tidak kejang
3. Data Objektif
a. . Penampilan umum
Saat dilakukan pengkajian An. N terlihat gelisah dan menangis.
Keluarga mengatakan An. N mengalami demam, badan pasien panas, akral
hangat ,kulit nampak kemerahan.tidak ada edema.Saat di lakukan
pemeriksaan tanda-
tanda vital di
dapat Nadi 100X/menit, pernapasan 24x/menit , suhu 38,2oC
b. Pengkajian Respirasi
Saat dilakukan pengkajian klien mengalami batuk tidak disertai pilek
semenjak 3 hari yang lalu. Tidak terdapat dispnea, tidak menggunakan alat
bantu pernapasanti, kesadaran
composmentis
c. Pengkajian sirkulasi
Saat dilakukan pengkajian,Nadi normal 100X/menit.Frekuensi dan irama
nadi normal. Tidak ada pendarahan , CRT> 3 detik.
d. . Pengkajian Nutrisi dan Cairan
An. N sebelum sakit keluarga mengatakan nafsu makan pasien baik, minum
air
putih, susu. Tetapi saat sakit An. N kurang nafsu makan, makanan yang
diberikan tidak pernah di habiskan hanya menghabiskan±1/4 dari makanan
nya terjadi penurunan berat badan .sebelum sakit keluarga mengatakan An.
N memiliki bobot 16 kg. Tetapi saetelah sakit berat badan An .N 14

xxxvi
kg.Tidak ada nyeri Abdomen. An. N mengkonsumsi air putih sekitar 5 gelas
perhari atau sekitar 1.250 ml. terpasang infus RL 1000 cc/24 jam

e. Pengkajian Eleminasi
An. N tidak memiliki masalah pada BAK.±4-5 x/hari. Begitu juga dengan
BAB
atau defekasi BAB 1-2 x/hari berwarna kuning dan bau khas fesses.
Pengkajian aktivitas dan istirahat Saat dilakukan pengkajian pasien terlihat
lemas dan gelisah.An. N tidak memiliki masalah pada pergerakan hanya
mengalami keterbatasan dalam pergerakan fisik (terpasang infus). Untuk
istirahat, keluarga mengatakan An.N selalu rewel dan susah tidur karena
ruang yang panas dan lingkungan yang ramai kurang mendukung untuk
An.N beristirahat.An.N hanya tidur sekitar 3-4 jam saja.
f. Pengkajian Neorosensori
Pasien tidak mengalami sakit kepala, tidak ada cedera medulla spinalis.
g. Pengkajian Nyeri dan Kenyamanan
Pasien terlihat gelisah dan rewel
h. Pengkajian Tumbuh kembang
Pertumbuhan fisik klien tidak mengalami masalah . Tinggi badan An. N
sesuai
yaitu 103 cm,status gizi baik tetapi nafsu makan menurun, berat badan
sebelum sakit 16 kg, saat sakit : 14 kg terjadi penurunan berat badan
sebanyak 1 kg
i. Pengkajian Kebersihan Diri
An.N dibantu dengan keluarga untuk membersihkan diri (dilap dengan
handuk basah)
dan dibantu untuk toilet.
Assesment
Bayi, Balita, Apras An.N dengan Hipertermia pada Kasus Kejang Demam
Penatalaksanaan;
Bayi, Balita, Apras An.N dengan Hipertermia pada Kasus Kejang Demam
b. Berikan kompres dingin

xxxvii
Rasional : Perpindahan panas secara konduksi c.
Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
Rasional : Saat demam kebutuhan akan cairan
tubuh meningkat. d. Observasi kejang dan tanda
vital tiap 4 jam
Rasional : Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan
dilakukan.
e. Batasi aktivitas selama anak panas
Rasional : Aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan
panas.
f. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai instruksi. Rasional
: Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai
Propilaksis

xxxviii
BAB IV
PEMBAHASAN

Tidak ada kerusakan jaringan kulit, pasien sempat mengalami


kejadian kejang sekali + 5 menit akibat demam tinggi yang dialami, tidak
ada tanda kejang
berulang.Mobilisasi dibantu keluarga seperti bangun dari tempat tidur dan
berjalan ke kamar
mandi.
Diagnosa Kebidanan : Potensial terjadi kejang ulang berhubungan

xxxix
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Kejang demam adalah perubahan potensial listrik serebral yang
berlebihan akibat kenaikan suhu dimana suhu rectal diatas 38°C sehingga
mengakibatkan renjatan kejang yang biasanya terjadi pada anak dengan
usia 3 bulan
sampai 5 tahun.
2. Data yang didapat dari pengkajian berupa ibu klien mengtakan
ankanya panas, tubuh klien teraba hangat, hasil pengukuran tanda-tanda
vital klien yaitu
nadi :
125x/menit, suhu : 38,8°C, RR: 30x/menit, ibu klien mengatakan
anaknya tidak nafsu makan, klien mengatakan mulutnya pahit dan malas
makan. Klien
makan hanya habis ¼ porsi karena klien tidak suka, klien lebih suka
makan
pisang, kklien tampak lemah dan pucat, konjungtiva tampak anemis, BB
Klien
turun 2 kg.
3. Diagnosa kebidanan yang muncul :
a. Peningkatan suhu tubuh : hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi.
b. Perubahan pola nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang tidak adekuat : adanya anoreksia.
c. Resiko tinggi kejang berulang berhubungan dengan hipertermi
4. Tindakan kebidanan yang telah dilakukan yaitu mengukur TTV,
memotivasi klien banyak minum, menimbang BB klien, memberi motivasi
danpendidikan kesehatan tentang nutrisi, membantu gosok gigi, dan
mengajak klien

xl
dalam aktivitas seperti terapi bermain.
5. Ketiga diagnosa pada An.S telah dilakukan tindakan
keperawtan oleh penulis dan semuanya telah teratsi, baik secra penuh
maupun sebgaian.
B. Saran
1. Bidan perlu memberikan pendidikan kesehatan tentang
manajemen demam pada anak untuk mencegah kejang demam.
2. Anjurkan orang tua untuk melakukan manajemen anak
demam untuk mencegah terjadinya kejang demam.

xli
DAFTAR PUSTAKA

Lumbantobing, SM. 1989. Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak.


Jakarta:
Gaya Baru
Lynda, Juall C. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta: EGC
Marilyn, E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Matondang, Corry S. 2000. Diagnosis Fisis Pada Anak Edisi ke 2. Jakarta:


Sagung Seto
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Rendle, John. 1994. Ikhtisar Penyakit Anak Edisi ke 6. Jakarta: Binapura
Aksara
Santosa, NI. 1989. Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan). Jakarta: DEPKES
RI
Santosa, NI. 1993. Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga. Jakarta:
DEPKES RI
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Suharso, Darto.1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya:F.K.
Universitas
Airlangga Surabaya
Sumijati, M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang
Lazim
Terjadi Pada Anak. Surabaya: PERKANI
Wahidiyat, Iskandar. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Jakarta: Info
Medika

xlii
LAPORAN PRAKTIK PROFESI READING JURNAL TENTANG
ASUHAN KEBIDANAN BAYI,BALITA,APRAS PADA An. “N” DENGAN
KEJANG DEMAM
DI PKM ANGGERAJA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Preseptor Pembimbing Pendidikan : SYAHRIANI,S.ST.,M.Kes

Disusun Oleh :
Risqa Jurman
202210122

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

xliii
xliv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan prkatik

profesi reading jurnal yang berjudul “Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia”.

Dalam laporan ini dibahas mengenai telaah jurnal. Adapun maksud dan

tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi target dalam

praktik profesi bidan pada stase BBL.

Penulis menyadari bahwa tidak tertutup kemungkinan didalamnya

terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi parapembaca pada umumnya.

Anggeraja, 2023

Penulis,

(Risqa Jurman )

xlv
DAFTAR ISI

Hal.

SAMPUL DEPAN ……………………………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………... ii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………... iii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iv

BAB I

PENDAHULUAN………………………………………………………………. 1

BAB II

TINJAUAN TEORI …………………………………………………………….. 3

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….……………… 20

LAMPIRAN…………………………………………………………………….. 28

xlvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Masalah
Kejang demam merupakan penyebab kejang tersering pada anak. Kejang
demam. secara umum didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi
pada anak usia 6bulan sampai 5 tahun, serta berhubungan dengan kenaikan
suhu tubuh yaitu suhu yang melebihi 3 C. Kejang ini disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranial. Apabila kejang demam terjadi pada usia kurang dari 6
bulan, maka harus dipikirkan penyebab lain seperti infeksi susunan saraf pusat
maupun epilepsi yang terjadi bersamaan dengan demam. Kejang demam
memiliki prevalensi yang berbeda di tiap negara, di AmerikaSerikat, Amerika
Selatan, danEropa Barat prevalensi kejang demam berkisar antara 2%-5%.
Prevalensi lebih tinggi ditunjukkan oleh negara di Asia yaitu, India berkisar
5%-10% dan Jepang 8,3%-9,9%. Kejadian kejang demam tertinggi terjadi di
Guam dengan prevalensi sebesar 14%. Menurut para ahli 2%- 5% anakdi
bawah 5 tahun pernah mengalami bangkitan kejang demam. Kejadian paling
banyak terjadi pada usia 6 bulan sampai dengan 22 bulan, dimana kejadian
tertinggi terjadi pada usia 18 bulan.
B. Skala
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang
menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral
yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.
Kejang demam dibagi menjadi dua jenis, yaitu kejang demam simpleks
dan kejang demam kompleks. Kejang demam simpleks adalah kejang yang
berlangsung kurang dari 15 menit, kejang tonik klonik umum, sembuh spontan,
tanpa kejang fokal, dan tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam kompleks
adalah kejang fokal atau parsial, berlangsung lebih dari 15 menit, berulang
dalam 24 jam, didapatkan abnormalitas status neurologi, dan didapatkan
riwayat kejang tanpa demam pada orangtua atau saudara kandungnya

47
C. Kronologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai patologis termasuk tumor
ota,truma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit
dan gejala putus alcohol dan gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik
subkutan, sabagian kejang merupakan idiopatuk.
Patofisiologi Unit dasar sistem saraf adalah sel khusus yang dinamakan
neuron.
Neuron memiliki perbedaan sangat jelas dalam ukuran dan penampilannya,
tetapi memiliki karakteristik tertentu. Neuron memiliki dendrit dan badan sel
yang berfungsi menerima impuls saraf dari neuron di dekatnya dan selanjutnya
ditransferkan ke akson.
Pada ujung akson terdapat sejumlah kolateral yang berakhir dalam sinap
terminal. Sinap terminal ini tidak menempel pada neuron yang akan
distimulasi melainkan pada celah sinaptik. Jika suatu impuls saraf berjalan
melalui akson dan sampai di sinap terminal maka akan memicu sekresi
neurotransmitter. Neurotransmitter ini akan berdifusi melewati celah
sinaptik dan menstimulasi neuron selanjutnya . Sel neuron dikelilingi oleh
suatu membran yang terdiri dari lipoid di sebelah dalam dan ionic di
permukaan luar. Dalam keadaan normal, membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ionkalium dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan
elektrolit lainnya kecuali ion klorida. Akibatnya, konsentrasi ion kalium di
dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion natrium menjadi rendah,
sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karea perbedaan
potensial disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim
Na-K- ATPase pada permukaan sel. Suatu rangsangan pada membran
neuron setempat dapat mengakibatkan perubahan-peruahan premeabilitas
membran, dengan akibat ion-ion natrium sekarang dapat mengadakan difusi
dan masuk kedalam sel neuron atau akson.

48
D. Solusi

Perkembangan perilaku pada tahap tumbuh kembang tiap usia adalah sebagai
berikut :
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali dengan
kemampuan mengamati tangannya; tersenyum spontan dan membalas
senyum bila diajak tersenyum ; mengenal ibunya dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran, dan kontak; tersenyum pada wajah manusia; waktu
tidur dalam sehari lebih sedikit daripada waktu terjaga; membentuk siklus
tidur bangun; menangis bila terjadi sesuatu yang aneh;membedakan wajah-
wajah yang dikenal dan tidak dikenal; senang menatap wajah wajah yang
dikenalnya; serta terdiam bila ada orang yang tak dikenal (asing).

49
50
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan kebidanan

Judul/Waktu Deskripsi kegit Respososi TTD


Asuhan Subjektif : TTD
kebidanan Anak kejang
demam
Bayi
.
Balita,Apras
pada An”S” Objecktif :
Keadaan umum
dengan Kejang
Demam lemah, (Risqa Jurman )
dipuskesmas Jenis kelamin laki-
laki
Anggeraja
a. . Penampilan
umum
Saat dilakukan
Tanggal/waktu pengkajian An. TTD
pengkajian : N terlihat gelisah
19 juni 2023 / dan menangis.
13.00 WITa Keluarga
mengatakan An.
N mengalami
demam, badan
pasien panas,
akral hangat
,kulit nampak
kemerahan.tidak
ada edema.Saat
di lakukan
pemeriksaan
tanda-tanda
vital di dapat

51
Nadi
100X/menit,
pernapasan
24x/menit

52
, suhu 38,2oC b.
Pengkajian
Respirasi
Saat dilakukan
pengkajian klien
mengalami batuk
tidak disertai pilek
semenjak 3 hari
yang lalu. Tidak
terdapat dispnea, tidak
menggunakan alat
bantu pernapasanti,
kesadaran
composmentis c.
Pengkajian
sirkulasi
Saat dilakukan
pengkajian,Nadi
normal
100X/menit.Frekuensi
dan irama nadi
normal. Tidak ada
pendarahan , CRT> 3
detik.
d. . Pengkajian Nutrisi
dan Cairan
An. N sebelum sakit
keluarga mengatakan
nafsu makan pasien
baik,

53
minum air putih,
susu. Tetapi saat
sakit An. N
kurang nafsu
makan, makanan
yang diberikan
tidak pernah di
habiskan hanya
menghabiskan±1/4
dari makanan nya
terjadi penurunan
berat badan
.sebelum sakit
keluarga
mengatakan An. N
memiliki bobot 16
kg. Tetapi saetelah
sakit berat badan
An .N 14 kg.Tidak
ada nyeri
Abdomen. An. N
mengkonsumsi air
putih sekitar 5 gelas
perhari atau sekitar
1.250 ml. terpasang
infus RL 1000
cc/24 jam
e. Pengkajian
Eleminasi
An. N tidak
memiliki masalah

54
pada BAK.±4-5
x/hari. Begitu juga
dengan BAB atau
defekasi BAB 1-2
x/hari berwarna
kuning dan bau khas
fesses.
Pengkajian aktivitas
dan istirahat Saat
dilakukan
pengkajian pasien
terlihat lemas dan
gelisah.An. N tidak
memiliki masalah
pada pergerakan
hanya mengalami
keterbatasan dalam
pergerakan fisik
(terpasang infus).
Untuk istirahat,
keluarga
mengatakan An.N
selalu rewel dan
susah tidur karena
ruang yang panas
dan lingkungan
yang ramai kurang
mendukung untuk
An.N
beristirahat.An.N
hanya tidur sekitar

55
3-4 jam saja.
f. Pengkajian
Neorosensori
Pasien tidak
mengalami sakit
kepala, tidak ada
cedera medulla
spinalis.
g. Pengkajian Nyeri
dan Kenyamanan
Pasien terlihat
gelisah dan rewel
h. Pengkajian
Tumbuh kembang
Pertumbuhan fisik
klien tidak mengalami
masalah . Tinggi
badan An. N sesuai
yaitu 103 cm,status
gizi baik tetapi nafsu
makan menurun, berat
badan sebelum sakit
16 kg, saat sakit : 14
kg terjadi penurunan
berat badan sebanyak
1 kg
i. Pengkajian
Kebersihan Diri
An.N dibantu

56
dengan keluarga
untuk membersihkan
diri (dilap dengan
handuk basah) dan
dibantu untuk
toilet
Analisa
Bayi, Balita, Apras
An.N dengan Hipertermia
pada Kasus Kejang
Demam
Penatalaksanaan
Bayi, Balita, Apras
An.N dengan Hipertermia
pada Kasus Kejang
Demam
b. Berikan
kompres dingin
Rasional :
Perpindahan panas
secara konduksi
c. Berikan ekstra
cairan (susu, sari
buah, dll) Rasional
: Saat demam
kebutuhan akan
cairan tubuh
meningkat.
d. Observasi
kejang dan tanda
vital tiap 4 jam

57
Rasional :
Pemantauan yang
teratur menentukan
tindakan yang akan
dilakukan.
e. Batasi aktivitas
selama anak panas
Rasional : Aktivitas
dapat
meningkatkan
metabolisme dan
meningkatkan
panas.
f. Berikan anti
piretika dan
pengobatan sesuai
instruksi. Rasional
:
Menurunkan panas
pada pusat
hipotalamus dan
sebagai Propilaksis

58
B. T
e
l
a
a
h
j
u
r
n
a
l

Jurnal Judul Populasi Intervensi Comparasion Outcome Time

1. Attila dewanti, Faktor-faktor Anak kejang Kejang Adanya Dari hasil Penelitian
anna tjandrajani, yang demam demam kesamaan penelitian dilakukan
2019 mempengaruhi sebanyak 86 penelitian ini tersebut selam tahun
prekuensi dengan literatur menyatakan 9 bulan
kejadian kejang yang telah bahwa faktor (2019)
di rumah sakit diuraikan faktor yang
anak dan bunda sebelumnya, berhungan
harapan kita yang mengaitkan berhubungan
antara kejang dengan
demam dengan kejadian
riwayat keluarga kejang di
kejang demam rumah sakit
anak dan
bunda
harapan kita
yang di
hubungkan
dengan
variabel
demam
riwayat
keluarga
kejang
demam dan
suhu pasien
ketika
demam

59
2. Fadhilad Panas sebagai Anak demam Demam Adanya Dari hasil Penelitian
fanny Faktor Resiko kesamaan penelitian dilakukan
Kejadian kejang penelitian ini tersebut selam 1
di RS Lampung dengan literatur menyatakan tahun (2018)
yang telah bahwa faktor
diuraikan faktor yang
sebelumnya, berhungan
berhubungan
yang mengaitkan
dengan
antara suhu
kejadian
pasien kejang kejang di
faktor yang Neonatorium
berhubungan
dengan kejadian RS Lampung
Kejang yang di
hubungkan
dengan
variabel
dependen
yang paling
dominan
hubungan
adalah
riwayat
keluarga dgn
kejang

Hasil asuhan kebidanan pada Apras An.”S” dengan Kejang didapatkan dari hasil

anamnesa dan pemeriksaan fisik, serta penunjang, penatalaksaan asuhan yang

diberikan sesuai dengan teori. Sejalan dengan hasil reading jurnal yang telah

dilakukan didapatkan jurnal pertama yaitu kesamaan penelitian ini dengan

literatur yang telah diuraikan sebelumnya, yang mengaitkan antara suhu pasien

ketika kejang dengan kejadian kejang demam, jurnal Kedua kesamaan penelitian

ini dengan literatur yang telah diuraikan sebelumnya, yang mengaitkan antara

riwayat keluarga d

Kejang dengan kejadian demam kejang.

60
C. T
e
o
r
i
d
a
r
i
p
o
k
o
k

b
a
h
a
s
a
n
d
a
r
i
a
s
u
h
a
n

kebidanan dan jurnal.

Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai


mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik
serebral yang berlebihan. Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron
secara tiba-tiba yang suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang
bersifat sementara. Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°c) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik,

61
sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini
disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada
infeksi bakteri atau virus.
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang
menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral
yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejanng.

62
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil telaah jurnal dan kasus, tidak ada perbedaan hasilnya

sejalan dengan teori yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan dapat di simpulkan bahwa suhu pasien ketika demam dan riwayat

keluarga dengan kejang demam adalah faktor yang paling dominan

hubungannya dengan kejadian kejang demam.

B. Saran

Jurnal reading bertujuan untuk melihat apa saja penatalaksanaan Kasus

kejang dan penyebab trjadinya kejang, serta cara penanganan kejang.

Diharapkan penetili selajutnya dapat meniliti dari berbagai aspek lainnya,

agar kasus kejang tersebut perlahan-lahan dapat membantu menurunkan

kejadian kejang.

63
Laporan Data Lengkap Nama Pasien : An.”L” Umur :4 thn
Tanggal/ Diagnosa Evaluasi TTD
jam Kebidanan

10 juNi 2023 Kejang Demam Data Subjektif


Pukul :
Kejang sejak jam 12.00
13.00 wita
An; L
Umur 4 tahun

Biodata

orangtua
Nama : Ny “L” / Tn “A”
Umur : 25 Tahun / 29 Tahun
Nikah : 1 Kali / ± 2 Tahun
Suku/bangsa : Maspul / Indonesia
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : S1 / S1
Pekerjaan : honorer / PNS
Alamat : pelappo
Nomor Telepon : 085704508XXX

Keluhan Utama

Kejang Demam
DATA SUBJEKTIF
Saat Masuk : Kejang Demam
Saat Pengkajian : Demam
a. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang (alasan Masuk
PKM)
Klien datang ke IGD PKM Anggeraja Pada
tanggal 10 Juli 2023 Pukul
12.15 wita Dengan keluhan demam Sejak 2
hari disertai kejang 1 kali berdurasi ± 5 menit
disertai batuk .
b. Keluhan Utama Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian keluarga An. N
mengatakan badan An. N panas . pagi ini
suda tidak kejang
Data Objektif
a. . Penampilan umum
Saat dilakukan pengkajian An. N terlihat gelisah
dan menangis.
Keluarga mengatakan An. N mengalami
demam, badan pasien panas, akral hangat ,kulit
nampak kemerahan.tidak ada edema.Saat di
lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital di dapat
Nadi 100X/menit, pernapasan 24x/menit ,
suhu 38,2oC
b. Pengkajian Respirasi
Saat dilakukan pengkajian klien
mengalami batuk tidak disertai pilek semenjak
3 hari yang lalu. Tidak terdapat
dispnea, tidak menggunakan alat bantu
pernapasanti, kesadaran composmentis
c. Pengkajian sirkulasi
Saat dilakukan pengkajian,Nadi normal
100X/menit.Frekuensi dan irama nadi normal.
Tidak ada pendarahan , CRT> 3 detik.
d. . Pengkajian Nutrisi dan Cairan
An. N sebelum sakit keluarga mengatakan nafsu
makan pasien baik, minum air putih, susu. Tetapi
saat sakit An. N kurang nafsu makan, makanan
yang diberikan tidak pernah di habiskan hanya
menghabiskan±1/4 dari makanan nya terjadi
penurunan berat badan .sebelum sakit keluarga
mengatakan An. N memiliki bobot 16 kg. Tetapi
saetelah sakit berat badan An .N 14 kg.Tidak ada
nyeri Abdomen. An. N mengkonsumsi air putih
sekitar 5 gelas perhari
atau sekitar 1.250 ml. terpasang infus RL 1000
cc/24 jam
e. Pengkajian Eleminasi
An. N tidak memiliki masalah pada BAK.±4-5
x/hari. Begitu juga dengan BAB atau defekasi
BAB 1-2 x/hari berwarna kuning
dan bau khas fesses.
Pengkajian aktivitas dan istirahat Saat dilakukan
pengkajian pasien terlihat lemas dan gelisah.An.
N tidak memiliki masalah pada pergerakan hanya
mengalami keterbatasan dalam pergerakan fisik
(terpasang infus). Untuk istirahat, keluarga
mengatakan An.N selalu rewel dan susah tidur
karena ruang yang panas dan lingkungan yang
ramai kurang mendukung untuk An.N
beristirahat.An.N hanya tidur sekitar 3-4 jam saja.
f. Pengkajian Neorosensori
Pasien tidak mengalami sakit kepala, tidak ada
cedera medulla spinalis.
g. Pengkajian Nyeri dan Kenyamanan
Pasien terlihat gelisah dan rewel
h. Pengkajian Tumbuh kembang
Pertumbuhan fisik klien tidak mengalami
masalah . Tinggi badan An. N sesuai yaitu 103
cm,status gizi baik tetapi nafsu makan menurun,
berat badan sebelum sakit 16 kg, saat sakit : 14 kg
terjadi penurunan berat badan sebanyak 1 kg
i. Pengkajian Kebersihan Diri
An.N dibantu dengan keluarga untuk
membersihkan diri (dilap dengan handuk basah)
dan dibantu untuk toilet.
Assesment
Bayi, Balita, Apras An.N dengan Hipertermia pada
Kasus Kejang Demam
Penatalaksanaan;
Pengobatan yang diberikan kepada An. N
adalah : Infus RL 2000 cc/24 jam. Therapy Oral
:Salbutamol sirup 3x1mg , paracetamol sirup
3x110mg, Terapi Injeksi : Diazepam
3x1mg diberikan jika An, N > 38oC,
Ondancentron 1x1mg, Cefotaxim 3x 325mg/8 jam.
Pasien.
Kriteria hasil :
1. Tidak terjadi serangan kejang ulang.
2. Suhu 36,5 – 37,5ºC (bayi), 36 – 37,5ºC (anak)
3. Nadi 110 – 120 x/menit (bayi) 100-110 x/menit
(anak)
4. Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi) 24 – 28 x/menit
(anak)
5. Kesadaran composmentis
Diagnosa kebidanan yang mungkin muncul 1.
Hipertermi berhubungan dengan proses
peradangan.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan
output berlebihan (dehidrasi).
3. Risiko terjadi kerusakn sel otak berhubungan
dengan kejang.
4. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan
kejang. 5. Risiko kurang nutrisi berhubungan
dengan anoreksia.
6. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan
dengan kurangnya informasi.
3. Rencana Tindakan :
a. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang
mudah menyerap keringat.
Rasional : Proses konveksi akan terhalang oleh
pakaian yang ketat dan tidak
menyerap keringat.
b. Berikan kompres dingin
Rasional : Perpindahan panas secara konduksi c.
Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
Rasional : Saat demam kebutuhan akan cairan
tubuh meningkat.
d. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
Rasional : Pemantauan yang teratur
menentukan tindakan yang akan dilakukan.
e. Batasi aktivitas selama anak panas Rasional
: Aktivitas dapat meningkatkan metabolisme
dan meningkatkan panas.
f. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai
instruksi.
Rasional : Menurunkan panas pada pusat
hipotalamus dan sebagai
Propilaksis

Anda mungkin juga menyukai