Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ibu dan Anak.

Volume 7, Nomor 1, Mei 2019 36

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


RETENSIO PLASENTA DI RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU TAHUN 2017

Okta Vitriani1, Lailiyana1, Aulya Nadya Citra Sartono Putri2


1
Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau
2
Alumni Prodi D-IV Kebidanan

Abstrak
Retensio plasenta merupakan salah satu penyebab masih tingginya angka
kematian ibu akibat perdarahan post partum. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian retensio plasenta seperti usia, paritas, riwayat persalinan sesar,
riwayat manual plasenta, riwayat kuret, anemia dan lainnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan usia, paritas dan riwayat persalinan sesar
terhadap retensio plasenta. Jenis penelitian ini adalah case control retrospektif
dengan populasi seluruh ibu bersalin di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun
2017. Sampel pada penelitian ini adalah 26 kelompok kasus dengan retensio
plasenta dan 78 kelompok kontrol.Hasil penelitian didapatkan 26,4% ibu dengan
usia resiko rendah, 30,2% ibu dengan paritas >3 dan 60,0% ibu memiliki riwayat
operasi sesar mengalami retensio plasenta. Hasil uji statistik chi square pada
derajat kepercayaan 95% didapatkan tidak terdapat hubungan antara usia
(ρ=0.624), paritas (ρ=0.596) dan riwayat persalinan sesar (ρ=0.098) dengan
kejadian retensio plasenta. Disarankan pada peneliti lain melanjutkan penelitian
ini dengan lingkup populasi yang lebih luas lagi serta meneliti faktor lainnya
seperti faktor kelahiran preterm, penolong persalinan, anemia, riwayat retensio
plasenta, riwayat abortus dan sebagainya yang belum pernah diteliti.

Kata kunci : Retensio Plasenta, Usia, Paritas, Riwayat Sesar.


Referensi : 31 (2008 - 2018)
Jurnal Ibu dan Anak. Volume 7, Nomor 1, Mei 2019 37

PENDAHULUAN
Setiap tahun sekitar 99% Perdarahan merupakan
kematian maternal terjadi di negara penyebab utama dan terbanyak
berkembang. Organisasi kesehatan kematian maternal. Faktor-faktor
tingkat dunia, World Health yang menyebabkan terjadinya
Organization (WHO) perdarahan yaitu atonia uteri,
memperkirakan 800 perempuan retensio plasenta, sisa plasenta, dan
meninggal setiap harinya akibat robekan jalan lahir (Manuaba, 2013).
komplikasi kehamilan dan proses Retensio plasenta dapat terjadi
kelahiran (Manuaba, 2013). sebagai komplikasi dalam 5 – 15 %
Angka Kematian Maternal dan persalinan pervaginam di negara
Perinatal yang terbilang cukup tinggi maju dan negara berkembang. Faktor
tidak sebanding dengan banyaknya predisposisi terjadinya retensio
jumlah pelayanan kesehatan dan plasenta adalah plasenta previa,
tenaga kesehatan. Hasil Survey bekas seksio sesarea, pernah kuret
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) berulang dan paritas (Saifuddin,
tahun 2015 menyatakan AKI di A.B., 2009). Faktor predisposisi
Indonesia yaitu 305 per 100.000 lainnya yaitu usia, jarak persalinan,
kelahiran hidup. Berdasarkan target penolong persalinan, riwayat manual
Millennium Development Goals plasenta, anemia, riwayat
(MDGs) pada Tahun 2015 yaitu AKI pembedahan uterus, destruksi
102 per 100.000 kelahiranhidup, endometrium dari infeksi
sehingga target global MDGs sebelumnya atau bekas endometritis
(Millenium Development Goals) ke-5 dan implantasi corneal (Manuaba,
untuk menurunkan Angka Kematian 2013).
Ibu (AKI) menjadi 102/100.000 Data WHO pada tahun 2008
kelahiran hidup pada tahun 2015 menjelaskan bahwa dua pertiga
tidak tercapai. Mengacu pada kondisi kematian ibu akibat perdarahan
saat ini, pemerintah mencoba upaya adalah karena retensio plasenta,
untuk menurunkan AKI melalui dilaporkan bahwa 15 – 20%
SDGs dan di harapkan AKI untuk kematian ibu karena
tahun 2030 menjadi 70/100.000 retensioplasenta. Dari angka tersebut
kelahiran hidup (Kementerian diperoleh gambaran retensio plasenta
Kesehatan Republik Indonesia, menduduki peringkat ketiga (16 –
2017). Di Kota Pekanbaru AKI 17%) setelah urutan pertama atonia
mengalami sedikit kenaikan dari uteri (50 – 60%) dan yang kedua sisa
tahun 2015 yaitu 5/20.571 kelahiran plasenta 23 – 24% (Nugroho, 2012).
hidup menjadi 6/20.658 kelahiran Berdasarkan hasil penelitian
hidup pada tahun 2016 (Profil sebelumnya oleh Anteby et al,
Kesehatan Kota Pekanbaru, 2016). (2017) di Lis Maternity Hospital
Penyebab kematian ibu di Israel bahwa faktor usia ibu > 35
Provinsi Riau yaitu karena tahun meningkatkan risiko 1,08 kali
perdarahan (50%), hipertensi dalam untuk mengalami kejadian retensio
kehamilan (26%), gangguang sistem plasenta (OR 1.08, 95% CI 1.03-
perdarahan (8%), dan lain-lain (44%) 1.12). Hal ini dapat terjadi karena
(Profil Kesehatan Provinsi Riau, pada usia di bawah 20 tahun fungsi
2016) reproduksi seorang wanita belum
berkembang secara sempurna.
Jurnal Ibu dan Anak. Volume 7, Nomor 1, Mei 2019 38

Sedangkan, pada wanita usia lebih Rumah Sakit Umum Daerah


dari 35 tahun fungsi reproduksinya Arifin Achmad merupakan rumah
mengalami penurunan sehingga sakit rujukan utama di Provinsi Riau,
terjadi komplikasi seperti perdarahan sehingga banyak kasus-kasus
pasca persalinan yang diakibatkan kegawatdaruratan yang terjadi di
retensio plasenta. Oleh karena itu RSUD Arifin Achmad Kota
pertimbangan usia dalam kehamilan Pekanbaru. Survei pendahuluan yang
atau persalinan menjadi salah satu dilakukan peneliti didapatkan 26
hal yang harus diperhatikan kasus kejadian Retensio Plasenta
(Wiknjosastro, 2009). sepanjang tahun 2017. Berdasarkan
Hasil penelitian Notikaratu, latar belakang tersebut, maka perlu
dkk (2010) di RSUD Raden Mattaher dilakukan penelitian untuk
Jambi menunjukkan bahwa faktor mengetahui faktor-faktor yang
ibu bersalin dengan paritas multipara berhubungan dengan kejadian
mempunyai risiko 11 kali mengalami retensio plasenta di RSUD Arifin
kejadian retensio plasenta (p=0,00, Achmad Kota Pekanbaru.
OR=11,000; 95% CI= 3,865-
31,310). Hal ini karena ibu dengan METODE PENELITIAN
paritas tinggi terjadi kemunduran dan
cacat pada endometrium yang Penelitian ini adalah deskriptif
mengakibatkan terjadinya fibrosis analitik dengan desain penelitian
pada bekas implantasi plasenta pada case control dengan cara
persalinan sebelumnya, sehingga membandingkan antara dua
vaskularisasi menjadi berkurang. kelompok yaitu kelompok kasus dan
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi kelompok kontrol (Notoatmodjo,
dan janin, plasenta akan mengadakan 2010). Alasan penggunaan desain
perluasan implantasi dan vili kasus kontrol pada penelitian ini
khorialis akan menembus dinding dikarenakan retensio plasenta
uterus lebih dalam lagi sehingga merupakan kejadian yang jarang
akan terjadi plasenta adhesiva terjadi dan angka insiden < 15 – 10
sampai perkreta (Nikilah, 2009). % (Lapau, 2011). Studi ini
Hasil penelitian oleh Owolabi mengidentifikasi secara retrospektif
et al (2008) di Barat Daya Nigeria kelompok kasus dan kontrol untuk
bahwa faktor riwayat operasi sesar menemukan faktor-faktor resiko
meningkatkan risiko 12 kali untuk yang mungkin menyebabkan kasus
mengalami kejadian retensio dan kontrol terkena atau tidak
plasenta(OR12.00, 95 % CI 2.05– terkena paparan. Penelitian ini
70.19, p < 0.006). Hal ini dapat bertujuan untuk melihat faktor-
terjadi karena riwayat pelahiran faktor yang berhubungan dengan
secara sesar mengakibatkan kejadian retensio plasenta.
pembentukan desidua terganggu di Waktu penelitian ini
segmen bawah uterus pada bagian dilaksanakan pada bulan September
jaringan parut. Hampir 50 persen 2018 sampai Maret 2019di RSUD
plasenta pada perempuan dengan Arifin Achmad Pekanbaru. Populasi
riwayat pelahiran sesar memiliki dalam penelitian ini adalah seluruh
perleketan ke serabut miometrium ibu bersalin tahun 2017 yang tercatat
yang dapat dilihat dengan mikroskop di rekam medic RSUD Arifin
(Cunningham et al, 2016). Achmad Pekanbaru sebanyak 1.478
ibu bersalin.
Jurnal Ibu dan Anak. Volume 7, Nomor 1, Mei 2019 39

Sampel untuk kelompok kasus Kejadian Retensio Frekuensi Persentase


pada penelitian ini adalah ibu yang Plasenta
terdiagnosis retensio plasenta Ya 26 25,0%
sebanyak 26 orang ibu bersalin yang
tercatat di rekam medik pada bulan Tidak 78 75,0%
Januari sampai Desember 2017 di
Jumlah 104 100 %
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Sampel kontrol pada penelitian
ini adalah 78 orang ibu bersalin yang
tidak terdiagnosa retensio Pada tabel 1 di atas dapat dilihat
plasentayang tercatat dalam rekam bahwa 26 (25,0%) ibu bersalin
medik pada bulan Januari sampai mengalami retensio plasenta dan 78
Desember 2017 di RSUD Arifin (75,0%) ibu bersalin tidak
Achmad Pekanbaru. Teknik mengalami retensio plasenta.
pengambilan sampel pada penelitian
ini menggunakan metode Systematic Tabel 2
Random Sampling yaitu proses Distribusi Faktor-faktor yang
pengambilan sampel, setiap urutan Berhubungan dengan Kejadian
ke “K" dari titik awal yang dipilih Retensio Plasenta Di RSUD Arifin
secara random, dimana: Achmad Pekanbaru Tahun 2017

Retensio Plasenta
Faktor Resiko Kasus Kontrol
N % N %
Umur
Resiko Tinggi 7 21,9 25 78,1
Resiko Rendah 19 26,4 53 73,6

Paritas
<3 10 19,6 41 80,4
Jadi, setiap pasien kelipatan 19 >3 16 30,2 37 69,8
di dalam rekam medik dijadikan
Riwayat Sesar
sampel untuk kelompok kontrol.
Ya 3 60,0 2 40,0
Untuk pengambilan sampel yang Tidak 23 23,2 76 76,8
pertama bisa dilakukan dengan cabut
undi, untuk yang selanjutnya sampel
diambil dengan kelipatan dari nomor Tabel 3
undi yang pertama keluar. Hubungan antara Faktor Usia
dengan Kejadian Retensio
HASIL DAN PEMBAHASAN Plasenta
Faktor Kasus Kontrol
HASIL p-
Resiko n (%) n (%) Jlh
value
Usia
Analisis Univariat Resiko
19 72
Rendah 53 (73,6)
Tabel 1 (26,4) (100)
Distribusi Kejadian Retensio Resiko 7 25 32 0,624
Plasenta di RSUD Arifin Achmad Tinggi (21,0) (78,1) (100)
Pekanbaru Tahun 2017 26
Jumlah 78 (75,0)
(25,0)
Jurnal Ibu dan Anak. Volume 7, Nomor 1, Mei 2019 40

Tabel 4 30 menit lagi sesudah 30 menit yang


Hubungan antara Faktor Paritas pertama sebelum kemudian dicoba
dengan Kejadian Retensio melahirkan plasenta secara manual”
Plasenta (WHO 2007, dikutip dalam
Faktor Kasus Kontrol Goswami et al, 2016).
Resiko p- Menurut Gosmawi et al (2016)
Jlh
n (%) n (%) value retensio plasenta dapat dialami oleh
Paritas
0,6 hingga 3,3 persen dari kelahiran
51 yang normal. Menurut Akinola et al
<3
10 (19,6) 41 (80,4) (100) (2013), “retensio plasenta adalah
53 kondisi yang berpotensi mengancam
>3 0,213 jiwa dan penyebab umum kematian
16 (30,2) 37 (69,8) (100)
78 ibu dari perdarahan postpartum. Ini
Total 26 (25,0) mempengaruhi 0,5% - 3,3% wanita
(75,0)
setelah persalinan pervaginam”.
Tabel 5 Pendapat ini sesuai dengan hasil
Hubungan antara Faktor Riwayat penelitian yang didapatkan bahwa
Sesar dengan Kejadian Retensio 1,7% dari total seluruh ibu bersalin
Plasenta mengalami retensio plasenta di
Faktor Kasus Kontrol RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Resiko tahun 2017. Hal ini dapat terjadi
Riwayat Jlh p-value karena banyak faktor yang bisa
n (%) n (%)
Sesar menyebabkan terjadinya retensio
plasenta. Faktor-faktor penyebab
3 2 5 retensio plasenta yaitu usia resiko
Ya
(60,0) (40,0) (100) tinggi, multiparitas, bekas seksio
Tidak
23 76 99
0,098
sesarea, kontraksi uterus tidak
(23,2) (76,8) (100) efektif, bekas curetage uterus, bekas
26 78 pengeluaran plasenta secara manual,
Total
(25,0) (75,0) bekas endometriosis, plasenta previa,
implantasi comeal, plasenta akreta
PEMBAHASAN dan kelainan bentuk plasenta
(Prawirohardjo, 2013).
Retensio plasenta adalah apabila Pada tabel 5.3 dapat dilihat dari
plasenta tidak lahir setengah jam 26 responden didapatkan 19 (26,4%)
setelah lahirnya janin, penanaman diantaranya adalah kelompok usia
yang kuat antara plasenta dengan resiko rendah. Hasil uji chi square
uterus merupakan penyebab didapatkan nilai ρ=0,624 yang
terjadinya retensio plasenta artinya tidak terdapat hubungan
(Prawirohardjo, 2013). WHO antara faktor usia ibu dengan
menyatakan “Apabila plasenta tidak kejadian retensio plasenta. Pada
berhasil dilahirkan dalam 30 menit penelitian ini banyak ditemukan
setelah melahirkan bayi, maka pasien responden dengan usia resiko rendah
yang mengalami keadaan ini harus karena telah terjadi perubahan pola
didiagnosis sebagai kasus retensio pikir, perbaikan status sosial
plasenta. Pada keadaan tanpa ekonomi dan pendidikan sehingga
perdarahan, wanita yang baru membuat tren usia menikah semakin
melahirkan harus diobservasi selama bergeser pada umur yang lebih tua
Jurnal Ibu dan Anak. Volume 7, Nomor 1, Mei 2019 41

yaitu kategori usia 19 – 24 tahun Secara normal dengan adanya


sebanyak 60,13% (Badan Pusat kontraksi uterus yang kuat biasanya
Statistik Pemuda Indonesia, 2017). pelepasan plasenta dapat terjadi
Hasil penelitian ini sejalan dalam sekali atau dua kali kontraksi.
dengan penelitian oleh Akinola et al Umumnya plasenta dapat terlepas
(2013) mengenai Manual removal of dari implantasinya dalam waktu 15
the placenta: Evaluation of some risk menit pada lebih kurang 90% wanita
factors and management outcome in dan dalam 30 menit pada kurang
a tertiary maternity unit. A case lebih 50% wanita (Bobak, 2012).
controlled study yang mengatakan Penting untuk segera memeriksa
bahwa secara signifikan usia ibu ukuran dan konsistensi fundus uteri
tidak berpengaruh terhadap kejadian setelah lahirnya bayi. Jika
retensio plasenta dengan hasil uji konsistensi uterus teraba keras dan
statistik P=0,156. tidak terjadi perdarahan yang
Penelitian ini tidak sejalan berlebihan tunggu secara seksama
dengan hasil dari penelitian yang hingga plasenta terlepas sendiri,
dilakukan oleh Riyanto (2015) tidak dianjurkan memijat uterus
mengenai “Faktor Resiko Kejadian namun sering kali fundus dipalpasi
Retensio Plasenta pada Ibu Bersalin untuk memeriksa bahwa tidak terjadi
di RSUD Dr. H. Bob Bazar, SKM atonia uteri dan terisi dara akibat
Kalianda” yang menunjukkan bahwa pelepasan plasenta (Cunningham
usia ibu kurang dari 20 tahun dan dkk, 2016).
lebih dari 35 tahun berpengaruh Penolong persalinan sebaiknya
terhadap kejadian retensio plasenta tidak memberikan intervensi yang
(P=0,040). Usia <20 tahun dikatakan tidak berguna seperti pemijatan dan
beresiko karena pada usia tersebut palpasi yang terlalu sering setelah
fungsi dari alat reproduksi seorang lahirnya bayi. Penting untuk selalu
wanita belum matang sempurna memperhatikan tanda-tanda
sehingga dapat menimbulkan resiko pelepasan plasenta seperti uterus
yang membahayakan kesehatan ibu menjadi globular, semburan darah
dan janinnya. Sebaliknya pada usia secara tiba-tiba, dan tali pusat yang
>35 tahun fungsi dari alat reproduksi memanjang. Tanda-tanda ini kadang-
sudah mulai mengalami penurunan kadang muncul dalam 1 menit dan
sehingga dapat menimbulkan biasanya 5 menit setelah lahirnya
komplikasi-komplikasi yang bayi. Ketika plasenta telah terlepas,
tentunya mengancam ibu dan pastikan bahwa uterus berkontraksi
janinnya seperti komplikasi dengan baik. Anjurkan ibu untuk
pascapersalinan terutama perdarahan mengedan, dan tekanan intra-
(Winkjosastro, 2009). Banyak faktor abdominal dapat mendorong plasenta
yang dapat menyebabkan perbedaan keluar secara adekuat (Thilagnathan
antara teori dan hasil penelitian dkk, dikutip dalam Cunningham,
karena masih banyak faktor 2016).
penyebab lain yang menjadi pencetus Paritas adalah jumlah kelahiran
terjadinya retensio plasenta seperti hidup atau jumlah anak yang dimiliki
faktor penolong persalinan, anemia, oleh seorang wanita. Pada tabel 5.4
riwayat kuretase, dan faktor lainnya. dapat dilihat 16 (30,2%) sampel yang
mengalami retensio plasenta
memiliki paritas >3. Hasil uji chi
Jurnal Ibu dan Anak. Volume 7, Nomor 1, Mei 2019 42

square menunjukkan bahwa tidak persalinan selanjutnya


ada hubungan antara paritas (Prawirohardjo, 2013).
grandemultipara terhadap retensio Hasil penelitian ini tidak
plasenta dengan nilai ρ=0,213. Ibu sejalan dengan penelitian yang
multiparitas cenderung mengalami dilakukan Notikaratu (2012) dengan
retensio plasenta karena bekas hasil uji statistik chi square di
implasntasi plasenta persalinan yang dapatkan nilai ρ= 0,046 terdapat
lalu menyebabkan kecacatan pada hubungan antara riwayat kehamilan
endometrium serta menyebabkan dan persalinan ibu dengan retensio
berkurangnya vaskularisasi. Untuk plasenta. Riwayat kehamilan dan
memenuhi kebutuhan nutrisi janin persalinan yang dialami oleh seorang
maka plasenta melakukan perluasan ibu juga merupakan risiko tinggi
implantasi sehingga villi korialis dalam terjadinya perdarahan.
menembus dinding uterus lebih Riwayat kehamilan terdahulu seperti
dalam, perluasan implantasi ini dapat keguguran, bekas persalinan
menimbulkan terjadinya plasenta berulang dengan jarak pendek, bekas
adhesiva sampai perkreta (Nikilah, operasi (section caesarea) atau bekas
2009). Pada penelitian ini tidak kuretase bisa saja menimbulkan
terdapat hubungan antara paritas cedera pada alat kandungan yang
terhadap retensio plasenta bisa mempengaruhi kehamilan
dikarenakan kecilnya jumlah sampel selanjutnya (Saifuddin AB, dkk,
dan ruang lingkup yang peneliti 2010, dikutip dalam Notikaratu,
gunakan. 2012).
Hasil penelitian ini tidak Hasil penelitian Owolabi et al
sejalan dengan penelitian Notikaratu (2008) juga mengatakan terdapat
(2012) tentang Hubungan Faktor hubungan antara riwayat operasi
Risiko Ibu Bersalin Dengan Retensio sesar dengan retensio plasenta
Plasenta di Bangsal Kebidanan dengan nilai ρ=0,006. Belum
RSUD Raden Mattaher tahun 2011 – diketahui secara pasti penyebab dari
2012 yang menunjukkan bahwa retensio plasenta karena belum
terdapat hubungan antara paritas banyak penelitian yang dapat
multipara dengan kejadian retensio membuktikannya namun
plasenta dengan hasil nilai ρ=0,000 kemungkinan hal ini disebabkan oleh
(ρ<0,05) maka terdapat hubungan implantasi yang abnormal seperti
antara paritas ibu dengan retensio implantasi zigot pada daerah
plasenta. endometrium bahkan daerah
Pada tabel 5.5 didapatkan miometrium yang lemah. Karena
bahwa terdapat 60,0% pasien dengan pada daerah itu tidak ada pemisahan
riwayat operasi sesar mengalami antara plasenta dan desidua. Faktor
retensio plasenta. Hasil uji statistik predisposisi kuatnya perelakatan
didapatkan tidak terdapat hubungan plasenta disebabkan oleh adanya
antara riwayat operasi sesar terhadap luka parut pada uterus sebagai akibat
retensio plasenta dengan nilai persalinan secara seksio sesarea,
ρ=0,098. Wanita dengan riwayat miomektomi, kuretase yang kuat,
persalinan sesar terjadi parut pada endometritis sehubungan dengan
uterusnya sehingga hal ini tuberkulosa, dan letak implantasi
meningkatkan terjadinya morbiditas yang abnormal (Bobak, 2012).
dan mortalitas pada kehamilan dan Riwayat persalinan dengan tindakan
Jurnal Ibu dan Anak. Volume 7, Nomor 1, Mei 2019 43

seperti kuret dan operasi sesar melemahnya kontraksi serat-serat


meningkatkan kejadian retensio miometrium di sekitar pembuluh
plasenta kemungkinan terkait dengan darah yang menyuplai darah pada
cedera atau cacat pada endometrium tempat implantasi plasenta sehingga
dan miometrium yang merupakan resiko terjadinya retensio plasenta
faktor predisposisi penanaman yang meningkatkarena miometrium tidak
abnormal villi korion ke dalam dapat berkontraksi dengan baik. Ibu
dinding uterus (Favilli et al, 2018) hamil dan bersalin dengan anemia
Hasil dalam penelitian ini tidak dapat meningkatkan terjadinya
sesuai dengan teori yang ada gangguan pada kala III seperti
kemungkinan disebabkan karena retensioplasenta dan perdarahan
kecilnya jumlah sampel yang postpartum (Wiknjosastro, 2007,
ditemukan peneliti sehingga sulit dikutip dalam Riyanto, 2015). Ibu
untuk melihat perbedaan antara dua yang saat hamil dan saat memasuki
kelompok serta menarik kesimpulan persalinan memiliki konsentrasi
yang kuat dan faktor penyebab lain. hemoglobin yang rendah (di bawah
Faktor penyebab lainnya yang dapat 10g/dl) dapat mengalami penurunan
menyebabkan kejadian retensio hb yang lebih cepat lagi apabila
plasenta yaitu riwayat retensio terjadi perdarahan saat dan pasca
plasenta pada persalinan persalinan, bagaimanapun kecilnya.
sebelumnya. Ibu dengan riwayat Anemia berkaitan dengan debilitas
retensio plasenta sebelumnya yang merupakan penyebab lebih
memiliki peluang yang besar untuk langsung terjadinya
mengalami retensio plasenta, retensioplasenta(Fraser & Coper,
plasenta akreta dan inkreta pada 2009, dikutip dalam Riyanto, 2015).
kehamilan dan persalinan
selanjutnya. Hasil penelitian KESIMPULAN
Owolabi et al (2008) menyatakan
a. Didapatkan hasil bahwa
riwayat retensio plasenta beresiko 15
sebagian besar ibu dengan
kali mengalami pengulangan retensio
retensio plasenta adalah 26,4%
plasenta pada kehamilan selanjutnya
ibu dengan usia resiko rendah,
(OR 15.22, 95%CI 3.30 –70.19, p-
30,2% ibu dengan paritas >3 dan
value kurang dari0.000).
60,0% ibu memiliki riwayat
Penting bagi tenaga kesehatan
operasi sesar
untuk mendokumentasikan riwayat
b. Tidak ada hubungan antara usia
persalinan yang lalu agar dapat
dengan kejadian retensio
dilakukan pencegahan dan
plasenta (ρ value = 0,624)
penanganan awal untuk mencegah
c. Tidak ada hubungan antara
terjadinya masalah-masalah dalam
paritas dengan kejadian retensio
persalinan dalam hal ini salah
plasenta (ρ value = 0,213)
satunya retensio plasenta. Tenaga
d. Tidak ada hubungan antara
kesehatan perlu untuk meningkatkan
riwayat operasi sesar dengan
cakupan kunjungan K4 pada ibu
kejadian retensio plasenta (ρ
hamil agar masalah-masalah dalam
value = 0,098).
kehamilan dapat ditanggulangi, salah
SARAN
satu masalah dalam kehamilan yaitu
anemia. Ibu hamil dan berasalin a. Bagi Instansi Pendidikan
dengan anemia menyebabkan Poltekkes Kemenkes Riau
Jurnal Ibu dan Anak. Volume 7, Nomor 1, Mei 2019 44

disarankan mahasiswa lebih aktif http://dx.doi.org/10.4236/ojog.


lagi mencari informasi atau ilmu 2013.32052 Published Online
mengenai faktor-faktor penyebab March 2013
retensio plasenta. Diharapkan juga (http://www.scirp.org/journal/o
penelitian ini dapat menjadi jog/)
masukan untuk pengembangan Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik
ilmu pengetahuan serta sebagai Pemuda Indonesia, 2017.
bahan bacaan yang dapat Jakarta; Badan Pusat Statistik;
menambah referensi 2017
perpustakaan. Bobak, Lowdermilk, Jense. 2012.
b. Bagi Institusi Tempat Penelitian Buku Ajar Keperawatan
diharapkan tenaga kesehatan lebih Maternitas. Jakarta: EGC
meningkatkan lagi promosi Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan
kesehatan tentang faktor-faktor Indonesia. Jakarta: Depkes RI
penyebab perdarahan post partum Coviello, E.M, dkk. 2015 Risk
terutama retensio plasenta dan Factors for Retained Placenta.
meningkatkan kemampuan dalam PII: S0002-9378(15)00789-9.
hal deteksi dini pada masa DOI:
inpartu. 10.1016/j.ajog.2015.07.039
c. Bagi Peneliti Selanjutnya Cunningham, et al. 2016. Obstetri
disarankan untuk melanjutkan Williams Edisi 23. Jakarta :
penelitian ini dengan lingkup EGC.
populasi yang lebih luas lagi serta Dinas Kesehatan Provinsi Riau.
meneliti faktor lainnya seperti 2016. Profil Kesehatan
faktor kelahiran preterm, Provinsi Riau, 2016.
penolong persalinan, anemia, Pekanbaru; Dinas Kesehatan
riwayat retensio plasenta, riwayat Provinsi Riau; 2016
abortus dan sebagainya yang Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru.
belum pernah diteliti. 2016. Profil Kesehatan Kota
Pekanbaru, 2016. Pekanbaru;
Dinas Kesehatan Kota
DAFTAR PUSTAKA Pekanbaru; 2016
Favilli A, et al. Risk factors
Aggarwa, A, et al 2007: Risk Factors
analysis and a scoring
forMaternal Mortality inDelhi
system proposal for the
Slums: : A Community Based
prediction of retained
Case Control Study ; Indian J
placenta after vaginal
Med. Sci., Vol 61. Tersedia
delivery. European Journal
online
of Obstetrics &
https://www.researchgate.net/p
Gynecology and
ublication/235950555
Reproductive Biology 228
Akinola, O. I., et al, 2013. Manual
(2018) 180–185.
removal of the placenta :
https://doi.org/10.1016/j.ej
Evaluation of some risk factors
ogrb.2018.06.033
and management outcome in a
Cooper, Fraser. 2009. Buku Ajar
tertiary maternity unit . A case
Kebidanan Myles. Jakarta:
controlled study. Journal of
EGC.
Obstetrics and Gynecoligy.
2013 March; 279-284.
Jurnal Ibu dan Anak. Volume 7, Nomor 1, Mei 2019 45

Hirokazu Naoi, dkk, 2016. Owalabi, A.T., dkk., 2008. Risk


Investigation of the Prognosis Factors to Retained Placenta
of 28Patients with Retained in Southwestern Nigeria.
Placenta After Delivery. Singapore Med J. 2008 Jul; 49
Journal of Gynecology and (7): 532-7. Tersedia Online:
Obstetrics. Vol. 4, No. 2, 2016, http://smj.sma.org.sg/4907/pdf
pp. 7-11. doi: [12 Juli 2014]
10.11648/j.jgo.20160402.11. Prawirohardjo. 2013. Ilmu
Tersedia online Kebidanan. Jakarta: PT.Bina
http://www.sciencepublishingg Pustaka Sarwono
roup.com/j/jgo Prawirohardjo.
Kemenkes RI. 2015. Profil Riyanto. 2015. Faktor Resiko
Kesehatan Indonesia 2014. Kejadian Retensio Plasenta
Jakarta : Kemenkes RI; 2015. Pada Ibu Bersalin Di RSUD
. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Dr. H. Bob Bazar, SKM
2016. Jakarta : Kemenkes RI; Kaliandai. Jurnal Kesehatan
2017 Metro Sai Wawai Volume VIII
. 2018. Profil Kesehatan Indonesia No.1 Edisi Juni 2015. ISSN :
2017. Jakarta : Kemenkes RI; 19779-469X
2018 Oxorn, Harry dan William R. Forte.
Lapau (2011). Prinsip dan Metode 2010. Ilmu Kebidanan,
Epidemiologi. Jakarta. Balai patologi dan Fisiologi
Penerbit FKUI Persalinan. Yogyakarta:
Manuaba, Ida Bagus dkk. 2008. Yayasan Esentia Medika
Pengantar Kuliah Obstetri. Saifuddin, Abdul Bari dkk.2008.
Jakarta: EGC; Asuhan Neonatal Pelayanan
. (2013) Ilmu Kebidanan Penyakit Kesehatan Maternal dan
Kandungan dan KB untuk Neonatal. Edisi 1 cetakan ke 5.
Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Jakarta: EGC Sarwono
Maximilian Klar, dkk. 2013 Clinical Sinclair. Constance.2009.Buku Saku
risk factors for complete and Kebidanan.Jakarta : EGC
partial placental retention – a Saifuddin, A.B. 2009. Buku Acuan
case-control studyDOI Nasional Pelayanan Kesehatan
10.1515/jpm-2012-0260 J. Maternal Dan Neonatal, Edisi
Perinat. Med. 2013; 41(5): 2. Jakarta: Yayasan Bina
529–534 Pustaka Sarwono
Nikilah, Okti, 2009, Paritas vs PrawirohardjoBuku Saku
Perdarahan Post Partum. Kebidanan.Jakarta : EGC
Tersedia Online: Varney, Hellen. 2008. Buku Ajar
http://oktinikilah.blogspot.com Asuhan kebidanan, Edisi 4
[12 Maret 2014] Volume : 1. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Rineka Cipta Bina Pustaka Sarwono
Nugroho, Taufan, 2012. Patologi Prawirohardjo
Kebidanan.Yogyakarta: Nuha
Medika

Anda mungkin juga menyukai