Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN


NY. D USIA 19 TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 35+4 MINGGU
DENGAN PLASENTA PREVIA DI RSUD SIMO BOYOLALI

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal

Program Studi Profesi Kebidanan

Disusun oleh :

Nama : Salsabila Asyifa Hasanah


NIM : P27224021233
Kelas : Profesi Bidan Reguler B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................................3
D. Manfaat...................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Literature Review...................................................................................5
B. Implementasi untuk Praktek Pengajaran (Implications for Practice
and Teaching Strategi............................................................................18
C. Implementasi Hasil Penelitian................................................................32
D. Manajemen Kebidanan...........................................................................32
BAB III TINJAUAN KASUS
Tinjauan Kasus...................................................................................................34
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian..............................................................................................43
B. Interprestasi Data....................................................................................45
C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial dan Antisipasi.......................45
D. Identifikasi Tindakan Segera..................................................................45
E. Rencana Tindakan..................................................................................46
F. Implementasi..........................................................................................46
G. Evaluasi..................................................................................................46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................48
B. Saran.......................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian ibu dan perinatal hampir seluruhnya terjadi pada ibu hamil
dengan risiko tinggi yang disertai komplikasi atau keadaan kegawatdaruratan.
Adapun komplikasi yang terjadi pada masa kehamilan karena perdarahan
salah satunya yaitu plasenta previa (Maryunani, 2016).
Kejadian kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah
kesehatan yang sangat penting yang dihadapi di Negara-negara berkembang.
Berdasarkan data jumlah kematian ibu di Indonesia yang dihimpun dari
pencatatan Program Kesehatan Keluarga di kementerian kesehatan pada tahun
2020 menunjukkan 4.627 kematian di Indonesia. Jumlah ini menunjukkan
peningkatan dibanding tahun 2019 sebesar 4.221 kematian. Berdasarkan
penyebab, sebagian besar kematian ibu pada tahun 2020 disebabkan oleh
perdarahan sebanyak 1.330 kasus, hipertensi dalam kehamilan sebanyak 1.110
kasus, dan gangguan sistem peredaran darah sebanyak 230 kasus
(Kemenkes,2021).
Dalam peningkatan angka kematian ibu di Indonesia, provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2020 menyumbang sebanyak 530 kasus kematian,
dimana mengalami peningkatan dibandingkan jumlah kasus kematian ibu
tahun 2019 yang sebanyak 416 kasus. Dengan demikian Angka kematian
ibu Provinsi Jawa Tengah juga mengalami peningkatan dari 98,6 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2020 menjadi 76,93 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2019 . Sedangkan jumlah kematian ibu di kabupaten Boyolali
tahun 2020 sebanyak 17 kasus (Dinkes Jateng, 2020).
Untuk kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan khususnya
akibat plasenta previa menurut WHO dilaporkan berkisar 15% sampai 20%
kematian ibu dan insidennya adalah 0,8% sampai 1,2% untuk setiap kelahiran.
Di Negara- negara berkembang berkisar antara 1% sampai 2,4% dan di negara
maju lebih rendah yaitu kurang dari 1%. Angka kejadian pada beberapa rumah
sakit umum pemerintah di Indonesia dilaporkan bahwa insiden plasenta previa
berkisar antara 1,7% sampai 2,9% (Maesaroh, 2016).

1
2

Perdarahan Antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan


20 minggu saat segmen bawah uteri telah terbentuk dan mulai melebar serta
menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus
dan pembukaan serviks menyebabkan sinus robek karena lepasnya plasenta
dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti plasenta letak normal
(Setiawan, 2016).
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau rendah
pembukaan jalan lahir. Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding
depan, dinding belakang rahim, atau di daerah fundus uteri (Iswara,
2017).Apabila masalah ini tidak ditangani secara cepat maka komplikasi yang
dapat terjadi pada ibu yaitu syok karena perdararahan tersebut dan pada janin
bisa terjadi asfiksia berat (Karlina, 2016). Selain syok dan asfiksia, komplikasi
lain yang juga bisa terjadi karena plasenta previa yaitu prolaps tali pusat,
prolaps plasenta, robekan pada jalan lahir, plasenta terlalu melekat sehingga
harus dikeluarkan manual dan bahkan sampai dibersihkan dengan kerokan,
terjadinya perdarahan postpartum, infeksi dan bahkan bayi dapat lahir dengan
premature atau lahir mati (Maryunani, 2016).
Salah satu hasil jurnal tahun 2016 tentang “Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Pada Timbulnya Kejadian Plasenta Previa” yaitu didapatkan
bahwa ada pengaruh umur, paritas, riwayat kuretage, operasi caesar, dan
riwayat plasenta previa terhadap kejadian plasenta previa. Riwayat placenta
previa merupakan variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap
kejadian placenta previa setelah mengendalikan variabel umur, paritas,
riwayat kuretage, operasi caesar, dan kehamilan ganda dengan nilai OR 6,668
(Trianingsih dkk, 2016).
Sebagian morbiditas dan mortalitas ibu dan janin disebabkan karena
adanya perdarahan pada masa kehamilan salah satunya yaitu plasenta previa,
apabila Plasenta Previa ini tidak ditangani secara baik maka tidak hanya
membahayakan ibu tetapi juga janin yang dikandungan ibu. Berdasarkan data
diatas, penulis tertarik untuk mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal pada Ny. D Usia 19 tahun G1P0A0
3

Usia Kehamilan 35+4 Minggu hari dengan Plasenta Previa di RSUD Simo
Boyolali” dengan menggunakan asuhan kebidanan SOAP.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana asuhan
kebidanan kegawatdaruratan maternal pada Ny. D Usia 19 tahun G1P0A0
Usia Kehamilan 35+4 Minggu dengan Plasenta Previa di RSUD Simo
Boyolali?”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan asuhan kebidanan Bagaimana asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal pada Ny. D Usia 19 tahun G1P0A0 Usia
Kehamilan 35+4 Minggu dengan Plasenta Previa di RSUD Simo Boyolali
menggunakan pendekatan menejemen kebidanan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian terhadap Ny. D Usia 19 tahun G1P0A0
Usia Kehamilan 35+4 Minggu dengan Plasenta Previa di RSUD Simo
Boyolali secara lengkap dan sistematis.
b. Melakukan interpretasi data yang meliputi diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan pada Ny. D Usia 19 tahun G1P0A0 Usia
Kehamilan 35+4 Minggu dengan Plasenta Previa di RSUD Simo
Boyolali.
c. Menentukan diagnosa potensial pada Ny. D Usia 19 tahun G1P0A0
Usia Kehamilan 35+4 Minggu dengan Plasenta Previa di RSUD Simo
Boyolali.
d. Melaksanakan antisipasi atau kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera pada Ny. D Usia 19 tahun G1P0A0 Usia
Kehamilan 35+4 Minggu dengan Plasenta Previa di RSUD Simo
Boyolali.
e. Merencanakan asuhan kebidanan menyeluruh pada Ny. D Usia 19
tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 35+4 Minggu dengan Plasenta Previa
di RSUD Simo Boyolali
4

f. Melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan secara


efisiensi pada Ny. D Usia 19 tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 35+4
Minggu ri dengan Plasenta Previa di RSUD Simo Boyolali
g. Melakukan evaluasi yang menyeluruh terhadap asuhan kebidanan
yang diberikan pada Ny. D Usia 19 tahun G1P0A0 Usia Kehamilan
35+4 Minggu dengan Plasenta Previa di RSUD Simo Boyolali

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Asuhan kebidanan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,
pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan asuhan
kebidanan kegawatgaruratan pada ibu hamil.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kajian terhadap materi Asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal serta referensi bagi mahasiswa dalam
memahami pelaksanaan Asuhan Kebidanan kegawatdaruratan
maternal.
b. Bagi Penulis
Dapat mempraktekkan teori yang didapat secara langsung di
lapangan dalam memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan
maternal dengan menerapkan evidence based dan dapat
mengaplikasikan materi yang telah diberikan dalam proses
perkuliahan serta mampu memberikan asuhan kebidanan secara
berkesinambungan yang bermutu dan berkualitas.
c. Bagi Lahan Praktik
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu
pelayanan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan
sesuai standar pelayanan minimal sebagai sumber data.
d. Bagi Klien Klien
Mendapatkan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal yang
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan sesuai kebutuhan
klien, sehingga apabila terdapat komplikasi dapat terdeteksi sedini
mungkin.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Literature Review
1. Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, Kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung
dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
kehamilan adalah bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau
diluar Rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta
melalui jalan lahir.
Definisi dari masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Saifuddin, 2002).
Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280
hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu)
(Prawirohardjo, 1999). Pembagian kehamilan dibagi dalam 3
trimester : trimester I, dimulai dari konsepsi sampai tiga bulan (0-
12minggu); trimester II, dimulai dari bulan keempat sampai enam
bulan (13-28minggu); trimester III dari bulan tujuh sampai Sembilan
bulan (29-42minggu).
b. Asuhan kebidanan pada kehamilan
1) Pengertian
Asuhan antenatal merupakan asuhan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya. Hal ini
bertujuan untuk melihat serta memeriksa keadaan ibu dan janin
yang dilakukan secara berkala. Setiap hasil pemeriksaan diikuti
dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan
selama kehamilan. Pengawasan sebelum persalinan terutama

5
6

ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam


Rahim (Astuti, 2017).
2) Tujuan Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan
a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
kesehatan, serta kesejahteraan ibu dan janin.
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
maternal, serta sosial ibu dan bayi.
c) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahkan dengan
selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
d) Mendukung dan mendorong penyesuaian psikologis dalam
kehamilan, melahirkan, menyusui, dan menjadi orangtua.
e) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan dengan normal
dan dalam pemberian ASI eksklusif.
f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara
normal.
g) Menurunkan angka kesakitan, serta kematian ibu dan
perinatal.
h) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan/ komplikasi
yang mungkin terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, serta
menangani atau merjuk sesuai kebutuhan.
i) Memantau semua ibu hamil mengenai tanda komplikasi
obstetric secara individu dan melakukan pemeriksaan
diagnostik jika diperlukan sesuai indikasi.
c. Pelayanan ANC
Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 6 kali selama kehamilan
dan minimal 2 kali pemeriksaan oleh dokter pada trimester 1 dan 3. 2
kali pada trimester pertama ( hingga 12 minggu), 1 kali pada
trimester kedua (kehamilan diatas 12 minggu sampai 24 minggu) dan
3 kali pada trimester ketiga (kehamilan diatas 24 minggu sampai 40
minggu) (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
7

Menurut buku Kementrian Kesehatan RI (2020) pemeriksaan


kehamilan dilakukan dengan 10T :
1) Mengukur tinggi badan cukup satu kali dan Penimbangan berat
badan setiap kali periksa.
Bila tinggi badan < 145 cm, maka faktor resiko panggul sempit,
kemungkinan sulit melahirkan secara normal. Sejak bulan ke – 4
pertambahan BB paling sedikit 1 kg/ bulan. Memantau berat
badan (BB) secara teratur berguna untuk mempertahankan berat
badan normal. Bagi orang dewasa, salah satu indikator yang
menunjukkkan bahwa telah terjadi keseimbangan zat gizi di
dalam tubuh antara lain tercapainya berat badan yang normal,
yaitu berat badan yang sesuai untuk tinggi badannya. Indikator
tersebut dikenal dengan indeks massa tubuh (IMT). Berat badan
normal untuk orang dewasa yaitu jika IMT-nya 18,5-25,0.
Untuk mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus
berikut :

berat badan(kg)
IMT =
tinggi badan ( m ) x tinggi badan(m)

Tabel 2.1
Batas Ambang IMT untuk Indonesia

IMT Kategori Keterangan


< 17,0 Sangat Kurus Kekurangan berat
badan tingkat berat
atau kekurangan
energi kronik
(KEK) berat.
17- <18,5 Kurus Kekurangan berat
badan tingkat
ringan.
18,5- 25,0 Normal -
>25,0- 27,0 Gemuk Kelebihan berat
badan tingkat
ringan
>27,0 Obesitas Kelebihan berat
badan tingkat berat

(Astuti, 2017)
8

Tabel 2. 1
Rekomendasi Kisaran Kenaikan Berat Badan Total untuk ibu hamil
Berdasarkan IMT sebelum hamil.

Kategori Berat Badan Kenaikan Berat Badan yang


untuk Tinggi Badan Dianjurkan Selama Hamil
Kg Pon
Rendah (IMT < 19,8) 12,5-18 28-40
Normal (IMT 19,8- 11,5-16 25-35
26,0)
Tinggi (IMT > 26,0) 7,0-11,5 15-25
(Astuti, 2017)

2) Pengukuran tekanan darah


Tekanan darah normal 120/ 80 mmHg. Bila tekanan darah lebih
besar atau sama dengan 140/ 90 mmhg, ada factor resiko
hipertensi (tekanan darah tinggi) dalam kehamilan.
3) Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
Bila < 23,5 cm menunjukkan ibu hamil menderita Kurang
Energi Kronis ( ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan Bayi
Berat Lahir Rendah. Ibu hamil dengan KEK dan Anemia pada
kehamilan trimester III mempunyai resiko kesakitan yang lebih
besar jika dibandingkan dengan ibu hamil normal. Mereka
mempunyai resiko lebih besar untuk melahirkan bayi dengan
BBLR, kematian saat persalinan, pendarahan, dan masa nifas
yang beresiko mengalami gangguan kesehatan ((Depkes RI,
1996; (Handayani, 2014)).
4) Mengukur tinggi Rahim
Untuk melihat pertumbuhan janin apakah sesuai dengan usia
kehamilan maka dilakukan pengukuran tinggi rahim.
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri telah dipraktikkan secara rutin
hampir di semua pemeriksaan antenatal di dunia. Sebagian
Negara menggunakan pengukuran TFU dalam praktik rutin
sebagai metode teknologi rendah untuk memantau pertumbuhan
janin dan mengidentifikasi pertumbuhan janin intra uterin
(White et al., 2012) Dalam mengukur tinggi fundus uteri (TFU)
dilakukan dengan palpasi fundus dan membandingkannya
9

dengan beberapa patokan antara lain simfisis pubis, umbilicus


dan prosesus sifoideus. Dalam upaya standarisasi perkiraan
TFU, para peneliti saat ini menyarankan penggunaan pita ukur
untuk mengukur TFU dari tepi atas simpisis karena memberikan
hasil yang akurat dan dapat diandalkan. Pengukuran dengan pita
ukur dilakkan setelah usia kehamilan 24 minggu. Ukuran ini
biasanya sesuai dengan usia kehamilan dalam minggu (Lalita,
2013).
Tabel 2. 2
Tinggi fundus uteri dalam cm atau menggunakan jari-jari tangan
sesuai dengan usia kehamilan
Usia Dalam cm Tinggi Fundus Uteri
Kehamilan
12 Minggu - 3 jari diatas simfisis
16 Minggu - Pertengahan antara
simfisis dan pusat
20 Minggu 20 cm (±2cm) 3 jari dibawah pusat
22 Minggu Usia Kehamilan dalam Sepusat
minggu = cm(±2cm)
28 Minggu Usia Kehamilan dalam 3 jari diatas pusat
minggu = cm(±2cm)
34 Minggu Usia Kehamilan dalam Pertengahan pusat dengan
minggu = cm(±2cm) PX
36 Minggu Usia Kehamilan dalam Setinggi PX
minggu = cm(±2cm)
40 Minggu Usia Kehamilan 3 jari dibawah PX
dalam minggu =
cm(±2cm)
( Manuaba, 2010 ; Andriani, 2016)
Terdapat suatu metode untuk menghitung tafsiran berat
janin
dengan pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) , yaitu dengan
mengukur jarak antara tepi atas symfisis pubis sampai puncak
fundus uteri dengan mengikuti lengkungan uterus, memakai pita
pengukur serta melakukan pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
untuk mengetahui penurunan bagian terendah (pengukuran Mc
Donald) di kurangi dengan 13 yang kemudian dibagi dan
dinyatakan dalam lbs atau pon. Dikenal juga dengan rumus
Johnson- Thousack. Rumus terbagi tiga berdasarkan penurunan
kepala janin :
Berat janin = (Tinggi fundus uteri - 13) x 155, bila kepala janin
masih floating
10

Berat janin = (Tinggi fundus uteri – 12) x 155, bila kepala janin
sudah memasuki pintu atas panggul / H II
Berat janin = (Tinggi fundus uteri – 11) x 155, bila kepala janin
sudah melawati H III
Sebelum dilakukan pemeriksaan, terlebih dahulu dilakukan
pengosongan kandung kemih. Bila ketuban sudah pecah
ditambah 10% dan tinggi fundus diukur dalam sentimeter
(Rusdy et al., 2014).
5) Penentuan letak janin ( presentasi janin) dan perhitungan denyut
jantung janin.
Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau
kepala belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak
atau ada masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120
kali/ menit atau lebih dari 160 kali/ menit menunjukkan ada
tanda gawat janin, segera rujuk.
6) Penentuan status imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Diberikan oleh petugas bila diperlukan mendapatkan suntikan
tetanus toksoid sesuai anjuran petugas kesehatan untuk
mencegah terjadinya tetanus pada ibu dan bayi.
Tabel 2. 4
Jadwal Imunisasi TT
Imunisasi TT Selang Waktu Lama
Minimal Perlindungan
TT 1 Langkah awal
pembentukan
kekebalan tubuh
terhadap penyakit
tetanus.
TT 2 I bulan setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun
TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 tahun
11

(Kementrian Kesehatan RI, 2020)

7) Pemberian tablet tambah darah


Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah
setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah di
minum pada malam hari untuk mengurangi rasa mual.
8) Tes laboratorium
a) Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu
hamil bila diperlukan.
b) Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan
darah ( anemia).
c) Tes pemeriksaan urin ( air kencing)
d) Tes pemeriksaan darah lainnya, sesuai indikasi seperti
malaria, HIV, sifilis, dan lain-lain.
9) Konseling atau penjelasan
Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan
kehamilan, pencegahan kelainan bawaan, persalinan dan inisiasi
menyusui dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI
eksklusif, keluarga berencana dan imunisasi pada bayi.
Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada saat kunjungan ibu
hamil.
10) Tata laksana atau mendapatkan pengobatan
Jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada saat hamil.
d. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Kehamilan
1) Uterus
Ukuran uterus saat hamil jelas akan mengalami perubahan .
Perubahan ini terkait dengan hormon estrogen dan progesteron.
Hormon ini akan mempengaruhi pembesaran uterus dengan cara
meningkatkan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah,
hiperplasia, hipertrofi, serta perkembangan desidua. Usia
12

kehamilan dapat ditaksir dengan melakukan palpasi ukuran uterus


pada abdomen. Berat uterus meningkat dari 57 gram menjadi
1000 gram ( Astuti, 2017).
2) Vagina dan perineum
Aliran darah ke vagina meningkat yang menyebabkan jaringan
vagina melunak dan lebih dapat diregang. Peningkatan aliran
darah berarti denyut arteri uterus dapat dirasakan melalui forniks
lateralis. Pembengkakkan vena menyebabkan peningkatan
transudasi vaskular sehingga tampak vagina dan vulva makin
merah dan kebiru- biruan (tanda Chadwick), dan juga terjadi
peningkatan produksi mucus menyebabkan peningkatan
pengeluaran duh vagina. Duh vagina memiliki pH rendah ( karena
efek peningkatan estrogen pada flora vagina) dan berwarna putih
dengan bau tidak menusuk (Lalita, 2013).
3) Payudara
Pada minggu – minggu awal , wanita hamil sering mengalami
rasa nyeri dan gatal di payudara. Setelah bulan kedua, payudara
bertambah besar dan vena- vena halus menjadi kelihatan tepat
dibawah kulit. Putting susu bertambah menjadi bertambah besar,
berpigmen lebih gelap, dan lebih erektil. Setelah beberapa bulan
pertama, cairan kental kekuning- kuningan, kolostrum, sering
dapat ditekan keluar dari putting susu dengan tekanan lembut.
Pada saat itu, aerola menjadi lebih lebar dan berpigmen lebih
gelap (Lalita, 2013).
4) Kulit
Selama kehamilan akan terjadi peningkatan ketebalan kulit dan
lemak subdermal, hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut dan
kuku, percepatan aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea,
peningkatan sirkulasi dan aktivitas vasomotor, jaringan elastis
kulit mudah pecah, serta respons alergi kulit meningkat.
Perubahan pada sistem integument dapat dirasakan sebagai
ketidaknyamanan oleh sejumlah ibu hamil. Ketidaknyamanan
tersebut antara lain kloasma, linea nigra, striae gravidarum, spider
nevi, eritema palmar, epulis dan hirsutisme (Astusi, 2017).
5) Sistem Kardiovaskuler
13

Perubahan fungsi jantung menjadi tampak jelas pada minggu ke-


8 kehamilan. Pada masa kehamilan, diafragma akan terdorong ke
atas sehingga jantung akan terangkat ke atas, serta berotasi ke
depan dan ke kiri. Curah jantung meningkat sebesar 30-50%,
terutama pada minggu ke-32 kehamilan dan akan menurun sekitar
20 % pada minggu ke-40 kehamilan.posisi ibu berhubungan
dengan posisi uterus yang membesar sehingga dapat menghambat
aliran balik vena. Akibatnya curah jantung dan tekanan darah
menurun. (Astuti, 2017).
6) Sistem Respirasi
Selama kehamilan terjadi peningkatan metabolisme serta
peningkatan kebutuhan oksigen ke uterus dan janin, maka secara
otomatis kebutuhan oksigen ibu akan meningkat. Peningkatan
kadar estrogen akan meningkatkan vaskularisasi pada saluran
pernapasan bagian atas. Kapiler juga akan membesar sehingga
menyebabkan edema serta hyperemia pada hidung, laring, faring,
trakea, dan bronkus. Pada ibu hamil, dapat terjadi sumbatan di
hidung dan sinus, epistaksis, perubahan suara, serta respons
peradangan yang mencolok. Ketidaknyamanan yang terjadi
terkait system respirasi diantaranya nyeri kepala, pusing atau
pingsan, dan nafas pendek (Astuti, 2017).
7) Sistem Pencernaan
Progesteron merangsang nafsu makan dan rasa haus serta
mempengaruhi kepekaan papil pengecap. Progesteron juga
memengaruhi otot polos usus, yang mengubah motilitas dan
waktu transit. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan efisiensi
penyerapan, tetapi juga dapat menimbulkan mual dan konstipasi.
Penurunan tonus sfinter aesofagus bawah dapat menyebakan
refluks dan nyeri ulu hati. Gusi dapat menjadi hyperemesis dan
melunak pada kehamilan serta dapat berdarah bahkan pada cedera
ringan, misalnya oleh sikat gigi. Ini mungkin terjadi karena
retensi cairan intraseluler yang disebabkan oleh progesteron
(Lalita, 2013).
e. Perubahan Psikologis Ibu Hamil
1) Perubahan Psikologis TM I
14

a) Kesenangan, kebahagiaan, kegembiraan.


b) Kecemasan, kekecewaan.
c) Ambivalensi
d) Emosi yang labil (misalnya episode kesedihan yang
diperparah oleh kejadian fisiologis seperti mual, muntah, dan
kelelahan)
e) Peningkatan feminitas
2) Perubahan Psikologis TM II
a) Perasaan sejahtera, terutama saat efek fisiologis seperti
kelelahan, mual, dan muntah menghilang
b) Meningkatnya rasa keterikatan dengan janin.
c) Stres dan kecemasan mengenai skrining antenatal dan
pemeriksaan diagnostic
d) Peningkatan kebutuhan pengetahuan dan informasi sebagai
persiapan seiring dengan mendekatnya waktu persalinan
e) Adanya perasaan untuk mengurangi pekerjaan atau
kesibukan.
3) Perubahan Psikologis TM III
a) Hilang atau meningkatnya libido.
b) Gangguan citra tubuh.
c) Dampak psikologis akibat ketidaknyamanan fisiologis,
misalnya nyeri punggung dan nyeri epigastric
d) Kecemasan akan persalinan (misalnya cemas terhadap rasa
nyeri).
e) Kecemasan mengenai abnormalitas pada janin, yang dapat
mengganggu tidur atau menyebabkan mimpi buruk
f) Peningkatan kerentanan terhadap peristiwa penting dalam
hidup, misalnya kondisi keuangan, pindah rumah atau
kurangnya dukungan persalinan (Wahyuningsih, 2018).
f. Komplikasi Kehamilan
1) Komplikasi Kehamilan Trimester I
Menurut Manuaba (2008), komplikasi yang mungkin terjadi pada
ibu hamil adalah hiperemesis gravidarum, abortus, kehamilan
ektopik, mola hidatidosa.
2) Komplikasi Kehamilan Trimester II dan III
15

Menurut Manuaba (2008), komplikasi yang mungkin terjadi pada


ibu hamil adalah perdarahan antepartum, hipertensi dalam
kehamilan, kehamilan lewat waktu, kehamilan kembar,
hidramnion dan ketuban pecah dini.

2. Plasenta Previa
a. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di atas
atau mendekati ostium serviks interna (Kemenkes, 2013). Plasenta
previa merupakan kelainan posisi plasenta yang berada di
segmen bawah uterus, baik posterior maupun anteroir,
sehingga perkembangan plasenta yang sem-purna menutupi os
serviks (Varney, 2007).
b. Faktor Predisposisi
1) Kehamilan dengan ibu berusia lanjut.
2) Multiparitas
3) Riwayat seksio sesarea sebelumnya.
c. Patofisiologi
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan
20 minggu saat segmen bawah rahim telah terbentuk dan mulai
membesar serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga
karena segmen bawah rahim lebih banyak mengalami perubahan.
Pelebaran segmen bawah rahim dan pembukaan serviks
menyebabkan sinus robek karena lepasnya plasenta dari dinding
uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut
otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti letak plasenta
normal. (Sujiyatini, dkk., 2009).
d. Diagnosis
1) Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan >22 minggu.
2) Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia
3) Syok
4) Tidak ada kontraksi uterus
16

5) Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul


6) Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin (Kemenkes,
2013).
Menurut Prawiroharjo (2008), data subyektif pada kasus
plasenta previa ibu mengeluh mengeluarkan darah segar, encer dari
jalan lahir tanpa disertai nyeri perut dan data obyektif meliputi
keadaan umum, tingkat kesadaran, TTV, pemeriksaan leopold, dan
pemeriksaan penunjang USG menunjukkan plasenta berimplantasi
pada segmen bawah rahim dan menutupi seluruh OUI.
e. Penatalaksanaan
Perhatikan beberapa kondisi sebagai berikut :
1) Tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam pada
perdarahan antepartum sebelum tersedia persiapan untuk seksio
sesaria (pemeriksaan boleh dilakukan di ruang operasi)
2) Pemeriksaan inspekulo secara hati-hati dapat menentukan
sumber perdarahan berasal dari kanalis servisis atau sumber lain
(servisitis, polip, keganasan, laserasi atau trauma). Meskipun
demikian, adanya kelainan di atas tidak menyingkirkan
diagnosis placenta previa.
3) Perbaikan kekurangan cairan/darah dengan memberikan infus
cairan IV ( NaCl 0.9% atau Ringer Laktat)
4) Berika tokolitik bila ada kontraksi :
MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam, atau
nifedipine 3 x 20 mg/hari. Pemberian tokolitik dikombinasikan
dengan betamethasone 12 mg IV dosis tunggal untuk
pematangan paru.
5) Lakukan rujukan di tempat rujukan tersier.
a) Terapi Ekspektatif
Tujuan supaya janin tidak terlahir prematur dan upaya
diagnosis dilakukan secara non invasive.
Syarat terapi ekspektatif :
(1) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang
kemudian berhenti
(2) Belum ada tanda inpartu
(3) Keadaan umum ibu cukup baik (kadar haemoglobin
17

dalam batas normal)


(4) Janin masih hidup
(5) Rawat inap, tirah baring dan berikan pemberian
antibiotika profilaktif
(6) Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi
plasenta, usia kehamilan, letak dan presentasi janin

(7) Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau


Ferous Fumarat per oral 60 mg selama 1 bulan
(8) Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfuse
(9) Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37
minggu masih lama, pasien dapat dirawat jalan (kecuali
rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu > 2
jam untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan segera
kembali ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.
(10) Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan
resiko ibu dan janin untuk mendapatkan penanganan
lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi kehamilan.
(a) Janin matur
(b) Janin mati atau menderita anomaly atau keadaan
yang mengurangi kelangsungan hidupnya (seperti
anensefali)
(c) Pada perdarahan aktif dan banyak, segera
dilakukan terapi aktif tanpa memandang maturitas
janin.
Menurut Manuaba ( 2008), tindakan segera dalam kasus
plasenta previa adalah kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian terapi Asam Mefenamat 500 mg, Sulfas Ferosus 60
mg, pemberian infus NaCl/RL, dan dilakukan SC bila umur
kehamilan lebih dari 37 minggu.
18

f. Clinical Pathway

B. Implikasi untuk praktek pengajaran ( Implications For Practice And


Teaching Strategis).
1. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil
Ibu hamil mengalami perubahan–perubahan pada dirinya baik secara
19

fisik maupun psikologis. Dengan terjadinya perubahan tersebut maka


tubuh mempunyai kebutuhan ksusus yang harus dipenuhi. Kebutuhan
fisik ibu hamil yang harus dipenuhi tidak sama dengan ketika sebelum
hamil, karena ibu hamil harus memenuhi untuk pertumbuhan janin,
plasenta maupun dirinya sendiri. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan fisik
pada ibu hamil ini sangat menentukan kualitas kehamilannya.

a. Kebutuhan Oksigen
Pada kehamilan terjadi perubahan pada sistem respirasi untuk dapat
memenuhi kebutuhan O2, di samping itu terjadi desakan diafragma
karena dorongan rahim yang membesar. Sebagai kompensasi
terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu
hamil akan bernafas lebih dalam. Hal ini akan berhubungan dengan
meningkatnya aktifitas paru-paru oleh karena selain untuk
mencukupi kebutuhan O2 ibu, juga harus mencukupi kebutuhan O2
janin. Ibu hamil kadang–kadang merasakan sakit kepala, pusing
ketika berada di keramaian misalnya di pasar, hal ini disebabkan
karena kekurangan O2. Untuk menghindari kejadian tersebut
hendaknya ibu hamil menghindari tempat kerumunan banyak orang.
Untuk memenuhi kecukupan O2 yang meningkat, supaya melakukan
jalan–jalan dipagi hari, duduk– duduk di bawah pohon yang rindang,
berada di ruang yang ventilasinya cukup.
b. Kebutuhan Nutrisi
Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa hamil,
banyak diperlukan zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari pada
sebelum hamil. Pada ibu hamil akan mengalami BB bertambah,
penambahan BB bisa diukur dari IMT (Indeks Masa Tubuh) / BMI
(Body Mass Index) sebelum hamil. Kenaikan BB yang berlebihan
atau BB turun setelah kehamilan triwulan kedua harus menjadi
perhatian, besar kemungkinan ada hal yang tidak wajar sehingga
sangat penting untuk segera memeriksakan ke dokter.
c. Personal Hygiene
Kebersihan badan mengurangi kemungkinan infeksi, karena badan
yang kotor banyak mengandung kuman. Pada ibu hamil karena
bertambahnya aktifitas metabolisme tubuh maka ibu hamil
20

cenderung menghasilkan keringat yang berlebih, sehingga perlu


menjaga kebersihan badan secara ekstra disamping itu menjaga
kebersihan badan juga dapat untuk mendapatkan rasa nyaman bagi
tubuh.

1) Mandi
Pada ibu hamil baik mandi siram pakai gayung, mandi pancuran
dengan shower atau mandi berendam tidak dilarang. Pada umur
kehamilan trimester III sebaiknya tidak mandi rendam karena
ibu hamil dengan perut besar akan kesulitan untuk keluar dari
bak mandi rendam. Menjaga kebersihan diri terutama lipatan
kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genitalia) dengan cara
dibersihkan dan dikeringkan. Pada saat mandi supaya berhati–
hati jangan sampai terpeleset, kalau perlu pintu tidak usah
dikunci, dapat digantungkan tulisan”ISI” pada pintu. Air yang
digunakan mandi sebaiknya tidak terlalu panas dan tidak terlalu
dingin.
2) Perawatan vulva dan vagina
Ibu hamil supaya selalu membersihkan vulva dan vagina setiap
mandi, setelah BAB / BAK, cara membersihkan dari depan ke
belakang kemudian dikeringkan dengan handuk kering. Pakaian
dalam dari katun yang menyerap keringat, jaga vulva dan vagina
selalu dalam keadaan kering, hindari keadaan lembab pada
vulva dan vagina Penyemprotan vagina (douching) harus
dihindari selama kehamilan karena akan mengganggu
mekanisme pertahanan vagina yang normal, dan penyemprotan
vagina yang kuat (dengan memakai alat semprot) ke dalam
vagina dapat menyebabkan emboli udara atau emboli air.
Penyemprotan pada saat membersihkan alat kelamin ketika
sehabis BAK/BAB diperbolehkan tetapi hanya membersihkan
vulva tidak boleh menyemprot sampai ke dalam
vagina.Deodorant vagina tidak dianjurkan karena dapat
menimbulkan dermatitis alergika.Apabila mengalami infeksi
21

pada kulit supaya diobati dengan segera periksa ke dokter.


3) Perawatan gigi
Saat hamil sering terjadi karies yang disebabkan karena
konsumsi kalsium yang kurang, dapat juga karena emesis-
hiperemesis gravidarum, hipersaliva dapat menimbulkan
timbunan kalsium di sekitar gigi. Memeriksakan gigi saat hamil
diperlukan untuk mencari kerusakan gigi yang dapat menjadi
sumber infeksi, perawatan gigi juga perlu dalam kehamilan
karena hanya gigi yang baik menjamin pencernaan yang
sempurna. Untuk menjaga supaya gigi tetap dalam keadaan
sehat perlu dilakukan perawatan sebagai berikut:
a) Periksa ke dokter gigi minimal satu kali selama hamil
b) Makan makanan yang mengandung cukup kalsium (susu,
ikan) kalau perlu minum suplemen tablet kalsium.
c) Sikat gigi setiap selesai makan dengan sikat gigi yang
lembut.
4) Perawatan kuku.
Kuku supaya dijaga tetap pendek sehingga kuku perlu dipotong
secara teratur, untuk memotong kuku jari kaki mungkin perlu
bantuan orang lain. Setelah memotong kuku supaya dihaluskan
sehingga tidak melukai kulit yang mungkin dapat menyebabkan
luka dan infeksi.
5) Perawatan rambut.
Wanita hamil menghasilkan banyak keringat sehingga perlu
sering mencuci rambut untuk mmengurangi ketombe. Cuci
rambut hendaknya dilakukan 2– 3 kali dalam satu minggu
dengan cairan pencuci rambut yang lembut, dan menggunakan
air hangat supaya ibu hamil tidak kedinginan.
d. Pakaian
Pakaian yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah pakaian yang
longgar, nyaman dipakai, tanpa sabuk atau pita yang menekan
bagian perut atau pergelangan tangan karena akan mengganggu
sirkulasi darah.Stocking tungkai yang sering dikenakan sebagian
wanita tidak dianjurkan karena dapat menghambat sirkulasi darah.
Pakaian dalam atas (BH) dianjurkan yang longgar dan mempunyai
22

kemampuan untuk menyangga payudara yang makin


berkembang .Celana dalam sebaiknya terbuat dari katun yang mudah
menyerap airsehingga untuk mencegah kelembaban yang dapat
menyebabkan gatal dan iritasi apalagiibu hamil biasanya sering BAK
karena ada penekanan kandung kemih oleh pembesaran
uterus.Korset dapat membantu menahan perut bawah yang melorot
dan mengurangi nyeri punggung. Pemakaian korset tidak boleh
menimbulkan tekanan pada perut yang membesar dan dianjurkan
korset yang dapat menahan perut secara lembut. Korset yang tidak
didesain untuk kehamilan dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan
tekanan pada uterus, korset seperti ini tidak dianjurkan untuk ibu
hamil.
e. Eliminasi
1) Buang Air Besar (BAB)
Pada ibu hamil sering terjadi obstipasi. Obstipasi ini
kemungkinan terjadi disebabkan oleh :
a) Kurang gerak badan
b) Hamil muda sering terjadi muntah dan kurang makan
c) Peristaltik usus kurang karena pengaruh hormon
d) Tekanan pada rektum oleh kepala
Dengan terjadinya obstipasi pada ibu hamil maka panggul terisi
dengan rectum yang penuh feses selain membesarnya rahim,
maka dapat menimbulkan bendungan di dalam panggul yang
memudahkan timbulnya haemorrhoid. Hal tersebut dapat
dikurangi dengan minum banyak air putih, gerak badan cukup,
makan-makanan yang berserat seperti sayuran dan buah-buahan.
2) Buang Air Kecil (BAK)
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan
cukup lancar dan malahan justru lebih sering BAK karena ada
penekanan kandung kemih oleh pembesaran uterus. Dengan
kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga daerah kelamin
menjadi lebih basah. Situasi ini menyebabkan jamur
(trikomonas) tumbuh subur sehingga ibu hamil mengeluh gatal
dan keputihan. Rasa gatal sangat mengganggu, sehingga sering
digaruk dan menyebabkan saat berkemih sering sisa (residu)
yang memudahkan terjadinya infeksi. kandung kemih. Untuk
23

melancarkan dan mengurangi infeksi kandung kemih yaitu


dengan banyak minum dan menjaga kebersihan sekitar kelamin.
f. Seksual
Hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan
seksual. Hubungan seksual yang disarankan pada ibu hamil adalah :
1) Posisi diatur untuk menyesuaikan dengan pembesaran perut .
Posisi perempuan diatas dianjurkan karena perempuan dapat
mengatur kedalaman penetrasi penis dan juga dapat melindungi
perut dan payudara. Posisi miring dapat mengurangi energi dan
tekanan perut yang membesar terutama pada kehamilan
trimester III.
2) Pada trimester III hubungan seksual supaya dilakukan dengan
hati – hati karena dapat menimbulkan kontraksi uterus sehingga
kemungkinan dapat terjadi partus prematur, fetal bradicardia
pada janin sehingga dapat menyebabkan fetal distress tetapi
tidak berarti dilarang.
3) Hindari hubungan seksual yang menyebabkan kerusakan janin
4) Hindari kunikulus (stimulasi oral genetalia wanita) karena
apabila meniupkan udara ke vagina dapat menyebabkan emboli
udara yang dapat menyebabkan kematian.
5) Pada pasangan beresiko, hubungan seksual dengan memakai
kondom supaya dilanjutkan untuk mencegah penularan penyakit
menular seksual. Hubungan seksual disarankan tidak dilakukan
pada ibu hamil bila:
Terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri
atau panas.
1) Terjadi perdarahan saat hubungan seksual.
2) Terdapat pengeluaran cairan (air) yang mendadak.
3) Terdapat perlukaan di sekitar alat kelamin bagian luar.
4) Serviks telah membuka
5) Plasenta letak rendah
6) Wanita yang sering mengalami keguguran, persalinan preterm,
mengalami kematian dalam kandungan atau sekitar 2 minggu
menjelang persalinan.
g. Mobilisasi dan Body Mekanik
24

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara


bebas, mudah dan teratur dan mempunyai tujuan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan hidup sehat. Manfaat mobilisasi adalah:
sirkulasi darah menjadi baik, nafsu makan bertambah, pencernaan
lebih baik dan tidur lebih nyenyak. Gerak badan yang
melelahkan,gerak bagdan yang menghentak atau tiba-tiba dilarang
untuk dilakukan. Dianjurkan berjalan-jalan pagi hari dalam udara
yang bersih, masih segar, gerak badan ditempat : berdiri-jongkok,
terlentang kaki diangkat, terlentang perut diangkat, melatih
pernafasan. Latihan : normal tidak berlebihan, istirahat bila lelah.
Gerak tubuh yang harus diperhatikan oleh ibu hamil adalah :
1) Postur tubuh.
Posisi tubuh supaya dengan tulang belakang tetap tegak
2) Mengangkat beban dan mengambil barang.
Mengangkat beban dan mengambil barang tidak boleh sambil
membungkuk, tulang belakang harus selalu tegak, kaki sebelah
kanan maju satu langkah, ambil barang kemudian berdiri dengan
punggung tetap tegak. Ketika mengangkat beban hendaknya
dibawa dengan kedua tangan, jangan membawa beban dengan
satu tangan sehingga posisi berdiri tidak seimbang,
menyebabkan posisi tulang belakang bengkok dan tidak tegak.
3) Bangun dari posisi berbaring.
Ibu hamil sebaiknya tidak bangun tidur dengan langsung dan
cepat, tapi dengan pelan – pelan karena ibu hamil tidak boleh
ada gerakan yang menghentak sehingga mengagetkan janin.
Kalau akan bangun dari posisi baring, geser terlebih dahulu
ketepi tempat tidur, tekuk lutut kemudian miring (kalau
memungkinkan miring ke kiri), kemudian dengan perlahan
bangun dengan menahan tubuh dengan kedua tangan sambil
menurunkan kedua kaki secara perlahan. Jaga posisi duduk
beberapa saat sebelum berdiri.
4) Berjalan.
Pada saat berjalan ibu hamil sebaiknya memakai sepatu / sandal
harus terasa pas, enak dan nyaman. Sepatu yang bertumit tinggi
dan berujung lancip tidak baik bagi kaki, khususnya pada saat
25

hamil ketika stabilitas tubuh terganggu dan edema kaki sering


terjadi. Sepatu yang alasnya licin atau berpaku bukan sepatu
yang aman untuk ibu hamil.
5) Berbaring.
Dengan semakin membesarnya perut maka posisi berbaring
terlentang semakin tidak nyaman. Posisi berbaring terlentang
tidak dianjurkan pada ibu hamil karena dapat menekan
pembuluh darah yang sangat penting yaitu vena cava inferior
sehingga mengganggu oksigenasi dari ibu ke janin. Sebaiknya
ibu hamil membiasakan berbaring dengan posisi miring ke kiri
sehingga sampai hamil besar sudah terbiasa. Untuk memberikan
kenyamanan maka letakkan guling diantara kedua kaki sambil
kaki atas ditekuk dan kaki bawah lurus.
h. Exercise
Dengan berolah raga tubuh seorang wanita menjadi semakin kuat.
Selama masa kehamilan olah raga dapat membantu tubuhnya siap
untuk menghadapi kelahiran. Wanita dapat berolah raga sambil
mengangkat air, bekerja di ladang, menggiling padi, mengejar
anakanaknya dan naik turun bukit. Bagi wanita yang bekerja sambil
duduk atau bekerja di rumah biasanya membutuhkan olah raga lagi.
Mereka dapat berjalan kaki, melakukan kegiatankegiatan fisik atau
melakukan bentuk-bentuk olah raga lainnya. Olah raga mutlak
dikurangi bila dijumpai :
1) Sering mengalami keguguran
2) Persalinan belum cukup bulan
3) Mempunyai sejarah persalinan sulit
4) Pada kasus infertilitas
5) Umur saat hamil relatif tua
6) Hamil dengan perdarahan dan mengeluarkan cairan
Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan olah raga. Olahraga yang
amandilakukan pada kehamilan diantaranya:
1) Berenang
Berenang merupakan olahraga yang paling baik dilakukan
selama hamil. Hal ini disebabkan saat tubuh berada di dalam air
hampir tanpa beban. Selain itu, jarang terjadi peregangan pada
26

rahim dan otot-otot dinding perut pada saat anda berada dalam
air. Berenang tidak saja memperkuat jantung dan system
peredaran darah, tetapi juga melatih otot serta menjaga bentuk
tubuh agar tetap padat dan kuat. Berenang pada ibu hamil tidak
boleh dilakukan di laut atau di tempat yang aliran airnya terlalu
deras.

2) Berjalan kaki
Berjalan kaki merupakan latihan olah tubuh yang paling
sederhana dan aman bagi hamil, dapat dilakukan dengan mudah,
tanpa dibatasi waktu, dapat dilakukan setiap hari. Sebaiknya,
berjalan dimulai dengan langkah yang lambat, secara perlahan-
lahan lalu dipercepat, lalu kembali diperlambat lagi sebelum
akhirnya berhenti.Bila ibu merasakan ayunan kaki terlalu cepat
dan napas terasa sesak, maka sebaiknya langkah kaki
diperlambat. Berjalan kaki baik dilakukan pada pagi hari di
tempat yang udaranya segar, misalnya di sekitar persawahan,
taman, atau kebun.
3) Yoga
Bagi kebanyakan ibu hamil, yoga adalah bentuk latihan olah
tubuh yang paling baik karena yoga tidak hanya melatih otot
tubuh, tapi juga membantu memahami cara kerja tubuh. Latihan
pernapasan adalah unsur yang terpenting dalam melakukan
yoga. Kemampuan untuk melakukan pernapasan dengan baik
sangat menguntungkan bagi ibu.Ketika ibu sedang berusaha
mengendalikan kontraksi rahim dan rasa sakit yang timbul maka
kombinasi pernapasan dalam yang terkontrol dan napas pendek
dengan cepat yang biasa ibu lakukan saat beryoga akan sangat
membantu.Ada dua prinsip dasar dalam berolahraga ini, yaitu
meditasi dan asana (sikap dasar tubuh). Asana dirancang untuk
melatih berbagai daerah tubuh dengan gerakan yang lambat dan
terkendali. Jika dilakukan secara teratur, maka tubuh akan
lentur.Dengan berlatih dan menguasai asana tersebut, ibu akan
memperoleh pengendalian dan kesadaran tubuh yang lebih baik
27

da juga perasaan hati yang damai. Dengan bermeditasi, ibu bisa


menyelaraskan jiwa dan raga, sehingga menjadi sempurna.
Ketenangan pikiran dan hati ibu secara langsung akan menular
pada bayi dalam kandungan.
i. Istirahat/ Tidur
Istirahat/tidur dan bersantai sangat penting bagi wanita hamil dan
menyusui. Jadwal ini harus diperhatikan dengan baik, karena
istirahat dan tidur secara teratur dapat meningkatkan kesehatan
jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan dan
pertumbuhan janin dan juga membantu wanita tetap kuat dan
mencegah penyakit, juga dapat mencegah keguguran, tekanan darah
tinggi, bayi sakit dan masalah-masalah lain. Sebagai bidan harus
dapat meyakinkan bahwa mengambil waktu 1 atau 2 jam sekali
untuk duduk, istirahat dan menaikkan kakinya adalah baik untuk
kondisi mereka. Juga bantulah keluarga untuk mengerti mengapa
penting bagi calon ibu untuk istirahat dan tidur dengan baik. Istirahat
yang diperlukan ialah 8 jam malam hari dan 1 jam siang hari,
walaupun tidak dapat tidur baiknya berbaring saja untuk istirahat,
sebaiknya dengan kaki yang terangkat, mengurangi duduk atau
berdiri terlalu lama.
2. Pemenuhan Kebutuhan Psikologis
a. Support dari Keluarga pada Ibu Hamil
1) Dukungan dari suami
Suami adalah orang yang terdekat dari istri. Dukungan dari
suami selama hamil sangat diperlukan untuk kesiapan ibu hamil
dalam menghadapi persalinan. Dukungan suami yang
dibutuhkan istrinya yang sedang hamil diantaranya adalah :
a) Suami sangat mendambakan bayi dalam kandungan istri.
b) Suami merasa senang dan bahagia mendapat keturunan
c) Suami menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan ini
d) Suami memperhatikan kesehatan istri.
e) Suami tidak menyakiti istri.
f) Suami menghibur / menenangkan ketika ada masalah yang
dihadapi istri. Suami menasehati istri agar istri tidak terlalu
capek bekerja.
28

g) Suami membantu tugas istri.


h) Suami berdoa untuk kesehatan dan keselamatan istrinya.
i) Suami mengantar ketika periksa hamil.
j) Suami menemani jalan – jalan.
k) Suami merencanakan mendampingi pada saat melahirkan.
Suami yang menerima dan memahami perubahan yang terjadi
pada istrinya, akan merencanakan dan diskusi bersama istri
tentang rencana persalinan. Suami tidak hanya diperlukan untuk
menyiapkan biaya persalinan dan mencukupi kebutuhan
keluarga,tetapi suami penting untuk memperhatikan keadaan
istrinya selama hamil. Seorang istri yang merasa gembira selama
hamil, dia akan lebih bersemangat dan akhirnya mempunyai
tenaga yang kuatuntuk melahirkan bayinya sehingga
mempermudah dalam persalinan yang artinya dapat mencegah
terjadinya persalinan lama.
2) Dukungan dari keluarga
Kehamilan merupakan peristiwa penting yang menuntut peran
dari seluruh anggota keluarga. Penerimaan kehadiran anggota
baru tergantung dari dukungan dari seluruh anggota keluarga,
tidak hanya dari suami saja. Ayah dan ibu kandung maupun
mertua, juga saudara kandung maupun saudara dari suami juga
perlu memperhatikan.dengan sering berkunjung, menanyakan
keadaan kehamilan, bisa juga lewat sms atau telpon dapat
menambah dukungan dari keluarga. Upacara adat istiadat yang
tidak mengganggu kehamilan juga mempunyai arti tersendiri
bagi sebagian ibu hamil sehingga hal ini tidak boleh diabaikan.
Keterlibatan kakek nenek dalam menyongsong kehadiran cucu
tergantung dengan banyak faktor diantaranya keinginan kakek
nenek untuk terlibat, kedekatan hubungan kakek nenek dan
peran kakek nenek dalam kontek budaya dan etnik yang
bersangkutan. Nenek dari ibu merupakan model yang penting
dalam praktik perawatan bayi. Ibu selalu teringat ketika ibunya
dulu merawat anaknya sehingga merasa menjadi suatu hal yang
patut ditiru. Nenek dari ibu dapat menjadi sumber pengetahuan
dan merupakan pendukung. Seringkali kakek nenek mengatakan
29

bahwa cucu dapat untuk mengatasi kesepian dan kebosanan.


Kakek nenek dapat dilibatkan untuk memberi semangat dalam
mempersiapkan menjadi orangtua baru.Dukungan kakek nenek
dapat berpengaruh untuk menstabilkan keluarga yang sedang
mengalami krisis perkembangan yaitu dalam kehamilan dan
menjadi otangtua baru. Kakek nenek dapat membantu anak–
anak mereka mempelajari ketrampilan menjadi orangtua dan
mempertahankan tradisi budaya.
b. Support Dari Tenaga Kesehatan pada Ibu Hamil.
Tenaga kesehatan yang paling dekat dengan ibu hamil adalah
bidan, karena bidan merupakan tenaga kesehatan dari lini terdepan
yang mempunyai tugas untuk menjaga dan meningkatkan Kesehatan
Ibu dan Anak termasuk ibu hamil. Bidan harus memahami
perubahan–perubahan yang terjadi pada ibu hamil baik secara fisik
maupun psikologis. Dengan memahami keadaan pasien maka bidan
dapat memberi pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Dukungan dari bidan yang diperlukan ibu hamil adalah :
1) Bidan melayani ibu dengan baik dan ramah.
2) Bidan menjalin hubungan baik dan saling percaya.
3) Bidan memberi kesempatan pada ibu untuk bertanya dan
menjawab setiap pertanyaan dengan jelas.
4) Bidan meyakinkan bahwa ibu akan melalui kehamilan dengan
baik.
5) Bidan memberi semangat pada ibu dalam rangka menghadapi
persalinan. Bidan membantu menyelesaikan masalah yang
dihadapi ibu hamil.
6) Bidan meyakinkan bahwa akan mendampingi selama dalam
persalinan.
7) Bidan juga bisa menjadi pendamping dan pembimbing pada klas
ibu hamil.
c. Rasa Aman Dan Nyaman Selama Kehamilan
Ibu hamil membutuhkan perasaan aman dan nyaman yang dapat
didapat dari diri sendiri dan orang sekitar. Untuk memperoleh rasa
aman dan nyaman maka ibu hamil sendiri harus dapat menerima
kehamilan dengan senang hati. Rasa aman dan nyaman dari orang
30

sekitar terutama dari orang terdekat yaitu bapak dari bayi yang
dikandungnya. Maka perlu dukungan orang terdekat untuk
memperoleh rasa aman dang nyaman. Misalnya perasaan nyeri di
pinggang pada saat hamil tua, respon ibu hamil terhadap nyeri bisa
berbeda – beda, apabila ibu hamil tersebut cukup mendapat
dukungan dari orang sekitar maka mungkin tidak terlalu merasakan
nyeri, tapi sebaliknya jika ibu hamil tidak mendapat dukungan dari
orang terdekat maka nyeri akan dirasakan sangat mengganggu.
Untuk memperoleh rasa aman dan nyaman ini dapat dilakukan
relaksasi atau dukungan dari orang terdekat. Rasa nyaman saat hamil
dapat dirasakan jika ibu hamil dengan posisi duduk, berdiri dan
berjalan dengan benar, melatih relaksasi sehingga dapat mengurangi
nyeri pada pinggang dan perasaan serta pikiran yang tenang.
d. Persiapan Sibling.
Kehadiran seorang adik baru dalam rumah dapat menyebabkan
perasaan cemburu dan merasa adik adalah saingannya (rival sibling).
Untuk mencegah itu semua maka sejak hamil calon kakak harus
sudah disiapkan dengan baik untuk menyambut kelahiran adiknya.
Respon sibling dapat dipengaruhi oleh persiapan menghadapi
datangnya adik, sikap orangtua, umur, lama waktu berpisah dengan
orangtua, peraturan kunjungan rumah sakit dan perhatian selama
berpisah dengan ibunya. Anak umur lebih dari 3 tahun sudah dapat
diajak komunikasi untuk disiapkan menerima adiknya. Orangtua
yaitu ibu dan ayah mempunyai tugas penting yang terkait dengan
penyesuaian dan permusuhan antar saudara kandung. Tugas tersebut
antara lain :
1) Orangtua harus membuat anak yang lebih tua merasa dikasihi
dan diinginkan. Meskipun orangtua sibuk dengan kedatangan
bayi tetapi harus tetap memperhatikan anak yang lebih tua
supaya tidak merasa ada saingan. Mengatasi rasa bersalah yang
timbul dari pemikiran bahwa anak yang lebih tua mendapat
perhatian dan waktu yang kurang.
2) Mengembangkan rasa percaya diri bahwa mereka mampu
mengasuh lebih dari satu anak.
3) Menyesuaikan waktu dan ruang untuk menampung bayi baru
31

yang akan lahir.


4) Memantau perlakuan anak yang lebih tua terhadap bayi yang
masih lemah dan mengalihkan perilaku agresif.
e. Persiapan menjadi Orangtua
Pasangan yang menanti anggota baru dalam keluarga yaitu
datangnya seorang bayi adalah merupakan tanggung jawab besar.
Bagi seorang ayah merupakan beban besar dari segi biaya termasuk
biaya kehamilan, biaya persalinan, biaya peralatan yang diperlukan
ibu dan bayinya, kebutuhan tambahan setelah anaknya lahir, semua
ini harus disiapkan dengan perencanaan matang. Disamping itu juga
perlu persiapan psikologis untuk merawat bayinya dan anak yang
sebelumnya (sibling). Kalau ayah belum siap maka dapat
menimbulkan gangguan psikologis pada suami sehingga dapat
mengurangi dukungan pada istri yang sedanghamil. Ibu yang sedang
hamil juga harus sudah menyiapkan diri menjadi ibu karena akan
bertambah beban dan tanggung jawabnya karena kehadiran bayinya.
Mungkin ibu akan lebih repot dalam menjaga bayinya, akan kurang
tidur, kurang waktu merawat tubuhnya, tidak dapat bekerja seperti
biasanya, kurang waktu untuk rekreasi dsb. Jika ibu tidak dengan
senang hati melaksanakan kewajiban sebagai orangtua maka dapat
timbul stress dan kemungkinan akan menderita post partum blues
pada saat setelah persalinan (Tyastuti, 2016).
3. Pemenuhan Kebutuhan Cognitive
a. Kelas Ibu Hamil
Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan
jumlah peserta 10 orang dengan umur kehamilan antara 4 minggu
sampai dengan 36 minggu (menjelang persalinan). Di kelas ini para
ibu hamil akan berdiskusi tentang kesehatan dan kebiasaan ibu
selama hamil secara menyeluruh dan sistematis, belajar bersama-
sama berbagi pengalaman yang dilaksanakan secara terjadwal oleh
petugas kesehatan. Tujuan dari kelas ibu hamil ini juga sebagai
sarana untuk belajar secara bersama-sama dengan tatap muka
bersama kelompok kecil sehingga menambah wawasan dan
pengetahuan ibu hamil mengenai kehamilan, perawatan kehamilan,
persalinan, nifas, perawatan bayi baru lahir dan penyakit menular
32

seksual (Lucia,2015 ; Siagian et al., 2020).


Hasil Penelitian oleh Siagian et al., (2020) tentang pengaruh
pelaksanaan program kelas ibu hamil terhadap pengetahuan ibu
tentang manfaat ANC di Desa Mekar Sari didapatkan hasil uji
statistic P value = 0.000< 0.05 yang artinya ada pengaruh antara
pelaksanaan program kelas ibu hamil terhadap pengetahuan ibu
tentang manfaat ANC. Selanjutnya penelitian oleh Agustiningsih &
Muwakhidah, (2018) didapatkan hasil uji Mann Whitney-U nilai p =
0,000 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan tingkat
pengetahuan antara ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil
dengan non KIH. Hal ini terjadi mungkin karena selama mengikuti
pelatihan kelas ibu hamil responden telah mendapatkan informasi,
saling berinteraksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu hamil
dengan ibu hamil) maupun dengan tutor/bidan tentang kehamilan,
perubahan dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan,
persalinan, perawatan nifas KB pasca persalinan, perawatan bayi
baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit
menular dan akte kelahiran. Bagi responden yang mendapatkan nilai
di bawah rerata kemungkinan disebabkan kurang mendapatkan
informasi dan kesalahan dalam mengintepretasikan informasi yang
diperolehnya selama mengikuti kelas ibu hamil (Agustiningsih &
Muwakhidah, 2018).

C. Implikasi Hasil Penelitian


1. Pemberian Nifedipin
Nifedipin merupakan salah satu tokolitik. Tokolitik dapat
dipertimbangkan pada wanita dengan perdarahan antepartum yang
berhubungan dengan kontraksi uterus untuk memungkinkan pemberian
kortikosteroid atau transfer perawatan, tetapi tidak untuk perpanjangan
(Jain, dkk, 2020).
Hasil penelitian Verspyck et al., (2017) dengan judul Maintenance
nifedipine therapy for preterm symptomatic placenta previa: A
randomized, multicenter, double-blind, placebo-controlled trial
didapatkan NNT 5 yang artinya Setiap 5 Ibu yang diberi terapi
nifedipine akan mencegah terjadinya perdarahan berulang pada ibu
33

dengan plasenta previa.

D. Managemen Kebidanan
Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara lengkap, akurat,
singkat dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang ditemukan dan
dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan pada formulir yang tersedia
dan ditulis dalam bentuk SOAP.
S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa dengan klien.
O adalah data obyektif, mencatat hasil-hasil pemeriksaan terhadap klien.
A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan maalah kebidanan.
P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan, seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan
secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan
(S. R. Handayani & Mulyati, 2017).
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN


NY. D USIA 19 TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 35+4 MINGGU
DENGAN PLASENTA PREVIA DI RSUD SIMO BOYOLALI

A. Pelaksanaan Asuhan
Hari/Tanggal : Kamis, 21 April 2022 Pukul : 13.00 WIB
B. Identitas Pasien
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status : Suami
Nama : Ny. D Tn. K
Umur : 19 tahun 22 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Buruh
Suku Bangsa : Jawa Jawa
Alamat : Banaran, 11/04 Sempu, Andong.
C. Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengumpulan Data Dasar
a. Data Subyektif
1) Alasan Datang : Ibu datang ke Poli Kandungan pukul 10.00
ingin memeriksakan janinnya. Ibu mengeluh keluar flek, tidak
disertai nyeri, dan tidak kencang- kencang
2) Keluhan Utama : Pada saat ini ibu mengeluh keluar flek.
3) Riwayat Kesehatan :
a) Penyakit/ kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit menular maupun
penyakit bawaan.
b) Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun
keturunan) :

34
35

Ibu tidak memiliki anggota keluarga yang memiliki penyakit


menular dan penyakit keturunan seperti sakit jantung,diabetes
melitus, asma, TBC, hepatitis, IMS, dan hipertensi.
4) Riwayat Obstetri
a) Riwayat Haid :
(1) Menarche : 12 Tahun
(2) Nyeri Haid : Tidak ada nyeri haid
(3) Siklus : 28 Hari
(4) Lama : 7 Hari
(5) Warna darah : Merah
(6) Banyaknya : 2-4 ganti pembalut /hari
(7) Leukorea : iya sebelum dan sesudah haid.
b) Riwayat Kehamilan sekarang :
(1) G1 P0 A0
(2) Usia kehamilan : 35+4 Minggu
(3) HPHT : 14-08-2021
(4) HPL : 21-05-2022
(5) Gerak janin : 10 kali/ 24 jam
(6) Pertama kali : UK 18 minggu
(7) Riwayat Alergi : Ibu mengatakan tidak memiliki
alergi
(8) Kekhawatiran khusus : Tidak ada.
(9) Imunisasi / TT : TT 5
(10) ANC : 3 kali
NO Trimester Frekuensi Keluhan Terapi Oleh
1 Trimester 1 1 kali Mual Fe BPM
muntah B6
Vit C
Vit B12
2 Trimester 2 2 kali Mual Fe Puskesmas
muntah B6 dan BPM
Vit C
Vit B12
3 Trimester 3 1 kali Tidak ada Fe Puskesmas
B6
Vit C
Vit B12
36

c) Riwayat persalinan dan nifas yang lalu:

Persalinan Nifas

UK Komplikasi JK Kompl

Persalinan
Hamil ke-

BB Lahir
Penolong

Penyulit

Laktasi
Tahun
Lahir
Ibu Bayi

1. Hamil Jenis

ini

4) Riwayat Kontrasepsi
a. Riwayat KB : KB Pil
b. Rencana Setelah Melahirkan : KB Suntik.
5) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:
Sebelum hamil Selama Hamil
A. Nutrisi
1) Makan
Frekuensi makan pokok 3 kali/hari 3 kali/hari
Komposisi Nasi 1 piring penuh 1 ½ piring
Lauk 1 potong ayam, ikan, tahu, 1 potong ayam, ikan, tahu,
tempe, telur tempe, telur
Sayuran 1 mangkuk sayur 1 mangkuk sayur
Buah Kadang-kadang Kadang-kadang
Camilan 1 kali sehari 1 kali sehari
Jenis : biscuit Jenis : biskuit, buah, snack
Pantangan: Tidak ada Tidak ada
Keluhan: Tidak ada keluhan Mual saat TM 1
2) Minum
Jumlah total 8 gelas per hari 12 gelas per hari
Jenis : air putih Jenis : air putih
Susu Tidak pernah minum susu Tidak pernah minum susu
Jamu Tidak pernah minum jamu Tidak pernah minum jamu
Keluhan: Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

b. Eliminasi
37

1) BAK
Frekuensi perhari 3-4 kali sehari 7 kali sehari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Keluhan Tidak ada keluhan Lebih sering BAK

2) BAB
Frekuensi perhari 1 kali sehari 3 hari sekali
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Konsistensi Lembek Keras
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
C. Personal Hygine
Mandi 2 kali sehari 2 kali sehari
Keramas 3 kali seminggu 3 kali seminggu
Gosok Gigi 2 kali sehari 2 kali sehari
Ganti Pakaian 2 kali sehari 2 kali sehari
celana dalam 2 kali sehari 2 kali sehari
Kebiasaan memakai alas Memakai sandal dan tidak Memakai sandal dan tidak
kaki pernah menggunakan pernah menggunakan
sandal berhak tinggi sandal berhak tinggi
d. Hubungan sexsual
Frekuensi 1-2 kali seminggu 1 kali seminggu
Contact bleeding Tidak ada Tidak ada
Keluhan lain Tidak ada Tidak ada
Perubahan selama hamil Tidak ada Tidak ada
ini
e. Istirahat/Tidur
Tidur malam 7 jam 6 jam
Tidur siang Jarang tidur siang 1 jam tidur siang
Keluhan/masalah Tidak ada keluhan Sulit tidur
f. Aktivitas fisik dan
olah raga
Aktivitas fisik (beban Mengerjakan pekerjaan Mengerjakan pekerjaan
pekerjaan) rumah tangga rumah tangga
Olah raga Tidak pernah berolahraga Tidak pernah berolahraga
Frekuensi Tidak pernah Tidak pernah
38

g. Kebiasaan yang
merugikan kesehatan
Merokok aktif Tidak Tidak
Lingkungan perokok Suami Suami
Minuman beralkohol Tidak ada Tidak ada
Obat-obatan Tidak ada Tidak ada
Napza Tidak ada Tidak ada
Aktifitas yang merugikan Tidak ada Tidak ada

6) Riwayat Psikososial-spiritual
a) Riwayat perkawinan :
(1) Status perkawinan : menikah umur 18 tahun.
(2) Pernikahan ini yang pertama dan sah, lamanya 1 tahun.
(3) Hubungan dengan suami : baik, tidak ada masalah.
(4) Kehamilan ini diharapkan oleh ibu, suami, keluarga
b) Respon & dukungan keluarga terhadap kehamilan ini :
Suami sering mengantarkan ibu untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan dan menanyakan hasil pemeriksaan (kondisi ibu dan
janin).
c) Ibu tinggal bersama suami
d) Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami dan ibu
dalam kondisi emergensi, ibu tetap akan mengambil keputusan
sendiri tetapi dengan pertimbangan dari suami.
e) Orang terdekat ibu : suami
f) Yang menemani ibu untuk kunjungan ANC : Ibu datang dengan
suami.
g) Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan kehamilan :
Tidak ada
h) Rencana tempat dan penolong persalinan yang diinginkan : Ibu
berencana melahirkan di faskes ditolong oleh bidan.
i) Penghasilan per bulan: Ibu mengatakan penghasilan tersebut
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
j) Praktek agama yang berhubungan dengan kehamilan :
k) Kebiasaan puasa /apakah ibu berpuasa selama hamil ini : -
39

l) Tingkat pengetahuan ibu : Ibu sudah mengetahui banyak tentang


kehamilan
m) Lingkungan :
Kebiasaan kontak dengan binatang : Ibu tidak memiliki
hewan peliharaan di rumahnya.
n) Paparan dengan polutan : kendaraan bermotor,
tidak tinggal di dekat pabrik
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Fisik:
a) Pemeriksaan Umum:
(1) Keadaan umum: Baik
(2) Kesadaran : Composmentis
(3) Tensi : 97/77 mmHg
(4) Nadi : 96 kali/menit
(5) Suhu : 37,1 °C
(6) RR : 20 kali/menit
(7) BB Sebelum hamil / Sekarang : 50 kg/ 58 kg
(8) TB : 152 cm
(9) IMT : 21,73 kg/m2
b) Status present
Rambut : Hitam, bersih, tidak mudah rontok, dan
tidak
berketombe
Muka : Tidak ada cloasma gravidarum, tidak pucat
dan tidak oedema.
Mata : Conjungtiva tidak pucat, Sklera tidak
ikterik
Hidung : Bersih, tidak ada sekret dan tidak ada
benjolan.
Mulut : Bersih, tidak ada karies, dan tidak ada
gingivitis
Telinga : Normal, bersih, simetris dan tidak ada
serumen
40

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak


ada pembesaran kelenjar limfe dan tidak ada
pembesaran vena jugularis.
Ketiak : Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri
tekan
Dada : Payudara simetris, tidak ada retraksi
kulitpayudara, aerola bersih dan mengalami
hiperpigmentasi, puting susu menonjol, tidak
ada benjolan, tidak ada nyeri tekan dan
belum ada pengeluaran kolostrum.
Ekstremitas : Refleks patella +/+ Tidak ada varises dan
tidak oedema
c) Status Obstetrik
(1) Inspeksi:
Abdomen : pembesaran perut sesuai usia kehamilan, tidak ada
luka bekas operasi, terdapat linea nigra.
(2) Palpasi
(a) TFU : 2 jari diatas pusat.
(b) Leopold 1 : Teraba bulat lunak tidak melenting (Bokong)
(c) Leopold 2 : Bagian kiri teraba bagian kecil janin (Ekstremitas)
dan bagian kanan teraba Panjang, keras seperti papan
(punggung)
(d) Leopold 3 : Teraba bulat keras dan melenting (Kepala)
(e) Leopold 4 : Bagian bawah belum masuk pintu atas panggul
(PAP)
(f) Mc. Donald : 30 cm.
(3) Auskultasi :
Punctum maksimum : dibawah pusat sebelah kanan ibu
DJJ : frekuensi 149 kali/menit
(4) Perkusi : Refleks Patella +/+
2) Pemeriksaan Penunjang :
Tanggal : Kamis, 21 April 2022
a) Pemeriksaan darah :
HB : 11,6 gr/dl
HIV : Non Reaktif
41

HbSAg : Non Reaktif


Sifilis : Non Reaktif
b) USG : Tampak janin tunggal intra uteri, preskep,
memanjang, DJJ (+), plasenta dicorpus anterior meluas kebawah
menutupi sebagian OUI. Air ketuban kesan cukup. Tidak tampak
jelas kelainan, kesan saat ini janin dalam keadaan baik.
2. Interpretasi Data Dasar
Diagnosa kebidanan : Ny. D usia 19 tahun G1P0A1 Usia
Kehamilan 35+4 minggu dengan Plasenta Previa Parsial
Masalah : Flek
Kebutuhan : Informasi tentang keadaan ibu dan bed rest.
3. Identifikasi Tindakan Segera :
Melakukan kolaborasi dengan dr. Obsgyn untuk bed rest , pemberian
terapi Nifedipin 10 mg/8 jam selama 2 hari dan kontrol rutin untuk USG
4. Rencana Tidakan
a. Beritahu ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan.
b. Anjurkan ibu untuk bed rest.
c. Pemberian terapi Nifedipin 10 mg/8 jam selama 2 hari
d. Beritahu ibu untuk selalu memantau gerakan janin
e. Beritahu ibu untuk melanjutkan terapi vitamin tablet Fe
f. Beritahu ibu untuk mengonsumsi banyak makanan berserat
g. Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi atau
selama ada gelaja lain seperti timbul flek atau perdarahan dari jalan
lahir
5. Implementasi :
Tanggal : Kamis, 21 April 2022 Pukul : 13.00 WIB
a. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan, bahwa
ibu mengalami plasenta previa parsial yaitu posisi plasenta yang
menututpi sebagian jalan lahir.
Rasionalisasi : Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 69 Tahun 2014
salah satu hak pasien yaitu mendapatkan informasi yang meliputi
diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis,
alternative tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan
biaya pengobatan.
42

Plasenta previa merupakan kelainan posisi plasenta yang


berada di segmen bawah uterus, baik posterior maupun
anteroir, sehingga perkembangan plasenta yang sem-purna
menutupi os serviks (Varney, 2007).
b. Menganjurkan ibu untuk bedrest.
Rasionalisasi : Bedrest digunakan untuk mencegah persalinan
prematur, dan sebagai pengobatan untuk komplikasi terkait
kehamilan seperti ketuban pecah dini, plasenta previa, inkompeten
serviks, retardasi pertumbuhan janin, preeklamsia dan kehamilan
ganda (Maloni, 2010).
c. Pemberian terapi Nifedipin 10 mg/8 jam selama 2 hari
Nifedipin merupakan salah satu tokolitik. Tokolitik dapat
dipertimbangkan pada wanita dengan perdarahan antepartum yang
berhubungan dengan kontraksi uterus untuk memungkinkan
pemberian kortikosteroid atau transfer perawatan, tetapi tidak untuk
perpanjangan (Jain, dkk, 2020).
6. Evaluasi
a. Ibu dan keluarga mengerti tentang hasil pemeriksaan ibu dan
janinnya
b. Ibu bersedia untuk bedrest
c. Sudah dilakukan pemberian terapi sesuai advice dokter.
d. Ibu bersedia untuk selalu memantau gerakan janin
e. Ibu bersedia untuk melanjutkan terapi tablet Fe
f. Ibu bersedia mengonsumsi makanan yang berserat
g. Ibu bersedia kunjungan ulang 1 bulan lagi untuk USG atau apabila
ada keluhan seperti terdapat flek atau perdarahan dari jalan lahir
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai pengelolaan kasus pada ibu
hamil patologis Ny. D Usia 19 tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 35 +4 minggu
dengan plasenta previa parsial di RSUD Simo Boyolali.dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan menurut SOAP, rasionalisasi pada
penatalaksanaan dan telaah jurnal yang berkaitan dengan asuhan yang diberikan.
A. Pengkajian
Pengkajian meliputi data subyektif dan obyektif. Pada pengkajian data
subyektif penulis melakukan anamnesa pada tanggal 21 April 2022 pukul
13.00 WIB, Ny. D datang ke ruang Poli Kandungan RSUD Simo untuk
dilakukan perawatan lebih lanjut. Ibu mengatakan saat ini mengeluh keluar
flek, tidak disertai nyeri, dan tidak kencang- kencang. Ibu mengatakan ini
hamil pertama, Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) tanggal 14-08-2021 dan
Tafsiran Persalinan (TP) tanggal 21-05-2022, Sehingga usia kehamilan ibu
saat ini adalah 35 minggu + 4 hari. Hal ini sejalan dengan teori diagnosis
plasenta previa parsial diantaranya perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan
>22 minggu. darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia, syok,
tidak ada kontraksi uterus, bagian terendah janin tidak masuk pintu atas
panggul, kondisi janin normal atau terjadi gawat janin (Kemenkes, 2013).
Pada pemeriksaan obyektif diketahui bahwa Berat badan Ny. D saat
bertemu penulis adalah 58 kg dengan tinggi badan 152 cm. Mengukur tinggi
badan cukup satu kali dan Penimbangan berat badan setiap kali periksa. Bila
tinggi badan < 145 cm, maka faktor resiko panggul sempit, kemungkinan
sulit melahirkan secara normal (Kementrian Kesehatan RI, 2020). Memantau
berat badan (BB) secara teratur berguna untuk mempertahankan berat badan
normal. Bagi orang dewasa, salah satu indikator yang menunjukkkan bahwa
telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh antara lain tercapainya
berat badan yang normal, yaitu berat badan yang sesuai untuk tinggi
badannya. Indikator tersebut dikenal dengan indeks massa tubuh (IMT). Pada
saat sebelum hamil BB Ny. D adalah 50 kg, didapatkan IMT Ny. D : IMT =
(50(kg))/(1,52 (m)x 1,52 (m)) = 21,73 kg/m2, dari hasil tersebut Ny. D
termasuk kedalam kategori IMT normal (Astuti, 2017).

43
44

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan umum, keadaan umum baik,


kesadaran compos mentis, Tanda – Tanda Vital TD : 97/77 mmHg, Nadi : 96
kali/menit, Suhu : 37,1 °C, RR : 20 kali/menit serta pemeriksaan head to toe
dalam keadaan normal mulai dari wajah, mata, leher, payudara, ektremitas.
Pada Pengukuran tekanan darah bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
adanya hipertensi dalam kehamilan yang akan berpotensi pada eklampsia.
Bila tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/ 90 mmhg, ada faktor
resiko hipertensi (tekanan darah tinggi) dalam kehamilan (Kementrian
Kesehatan RI, 2020).
Pada kasus Ny. D pemeriksaan Leopold dilakukan saat umur Kehamilan
35+4 minggu, TFU 2 jari diatas pusat, presentasi kepala dan menurut Mc
Donald 30 cm, dan DJJ terdengar di bawah pusat bagian kanan ibu dengan
frekuensi 149 x/menit, hal ini sejalan dengan Tyastuti (2016), yang
menyatakan bahwa usia kehamilan 24 minggu TFU berada di pusat. Menurut
Manuaba dalam Andriani (2016) tinggi fundus uteri dalam cm yang normal
yaitu usia kehamilan dalam minggu = cm(±2cm), sehingga pada kehamilan
30 minggu tinggi fundus uteri sebesar 30-34 cm, hal ini tidak sejalan dengan
TFU itu yaitu 30 cm.
Pada tanggal 21 April 2022 dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu
Pemeriksaan laboratorium dengan hasil Hb : 11,6 gr/dl, HIV : Non Reaktif,
HbsAg : Non Reaktif, Sifilis : Non Reaktif dan USG dengan Tampak janin
tunggal intra uteri, preskep, memanjang, DJJ (+), plasenta dicorpus anterior
meluas kebawah menutupi sebagian OUI. Air ketuban kesan cukup. Tidak
tampak jelas kelainan, kesan saat ini janin dalam keadaan baik. Hal ini sesuai
dengan teori pada buku KIA (2019), Tes hemoglobin, untuk mengetahui
apakah ibu kekurangan darah ( anemia) dan Tes pemeriksaan darah lainnya,
sesuai indikasi seperti malaria, HIV, sifilis, dan lain-lain . Anemia dalam
kehamilan ialah kondisi dimana kadar hemoglobin < 11 g/dl pada trimester 1
dan 3 atau kadar < 10,5 g/dl pada trimester 2 (Saifuddin, 2010), maka kadar
Hb Ny. D berada dalam batas normal dan tidak mengalami anemia.
Menurut Prawiroharjo (2010) dari data obyektif pada pemeriksaan
Leopold III kepala janin belum masuk panggul, penentuan letak plasenta
dilakukan dengan pemeriksaan USG, sehingga sesuai dengan teori yang ada
dan tidak ada kesenjangan antara praktik dan teori yang ada.
45

B. Interpretasi Data
Pada interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan, masalah, dan
kebutuhan. Pada kasus Ny. D diagnosa kebidanannya adalah Ny. D usia 19
tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 35+ 4 minggu dengan Plasenta Previa Parsial ,
Janin Tunggal Hidup, punggung kanan, presentasi kepala, bagian terbawah
janin belum masuk PAP dengan plasenta previa parsial.
Diagnosa kebidanan diperoleh dari data subyektif yaitu ibu mengeluh
keluar flek, tidak disertai nyeri, dan tidak kencang- kencang dan berdasarkan
hasil USG tampak janin tunggal intra uteri, preskep, memanjang, DJJ +,
plasenta insersi di segmen bawah rahim menutupi OUI. Masalah yang dialami
Ny. D adalah flek sehingga Ny. D memerlukan bedrest.
Diagnosa kebidanan yang ditegakkan sudah sesuai dengan data obyektif
yang sudah terkumpul. Menurut Prawiroharjo (2008) pemeriksaan penunjang
USG menunjukkan plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
menutupi seluruh OUI. Untuk mendiagnosis plasenta previa diantaranya yaitu
Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan >22 minggu. , darah segar yang
keluar sesuai dengan beratnya anemia, syok, tidak ada kontraksi uterus,
bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul, dan kondisi janin
normal atau terjadi gawat janin (Kemenkes, 2013). Pada kasus ini tidak ada
kesenjangan antara praktik dan teori yang ada.

C. Identifikasi Diagnosis/masalah potensial dan Antisipasi


Diagnosa potensial yang terjadi pada kasus Ny. D umur 19 tahun
G1P0A0 dengan plasenta previa adalah syok hipovolemik, dan anemia.
Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan dignosa yang sudah diidentifikasi
( Hidayat dan Sujiatini, 2010 ). Menurut Manuaba (2008), dari kasus plasenta
previa didapatkan diagnosa potensial terjadi perdarahan, syok, gawat janin
dan kematian. Penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktik

D. Identifikasi Tindakan Segera


Pada kasus ibu hamil Ny. D umur 19 tahun G1P0A0 hamil 35 + 4 minggu
dengan plasenta previa parsial antisipasinya adalah Melakukan kolaborasi
dengan dr. Obsgyn untuk bed rest, pemberian terapi nifedipin 10 mg/8 jam
dan kontrol rutin untuk USG.
46

Menurut Manuaba ( 2008), tindakan segera dalam kasus plasenta previa


adalah kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi dan dilakukan SC
bila umur kehamilan lebih dari 37 minggu. Pada langkah ini pada dasarnya
prosedur pelaksanaan pada praktik sudah sesuai dengan teori.

E. Rencana Tidakan
Pada kasus ibu hamil Ny. D umur 19 tahun G1P0A0 hamil 35 + 4 minggu
dengan plasenta previa parsial rencana tindakan yang sesuai dengan
kebutuhan ibu, yaitu :
1. Beritahu ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan.
2. Anjurkan ibu untuk bed rest.
3. Pemberian terapi Nifedipin 10 mg/8 jam selama 2 hari
4. Beritahu ibu untuk selalu memantau gerakan janin
5. Beritahu ibu untuk melanjutkan terapi vitamin tablet Fe
6. Beritahu ibu untuk mengonsumsi banyak makanan berserat
7. Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi atau selama
ada gelaja lain seperti timbul flek atau perdarahan dari jalan lahir

F. Implementasi
Pada langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh
seperti yang diuraikan pada langkah kelima, mengarahkan atau melaksanakan
rencana asuhan secara efisien dan bermutu (Rukiah dkk, 2009).
Pada kasus Ny. D dengan plasenta previa, pelaksanaan dibuat sesuai
dengan asuhan yang telah direncanakan. Pada langkah ini prosedur
pelaksanaan pada praktik pada dasarnya sudah sesuai, namun ada
penambahan terapi.

G. Evaluasi
Langkah ini merupakan mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah rencana tersebut (Rukiyah, dkk,
2009).
47

Pada kasus Ny. D dengan plasenta previa parsial evaluasi yang


didapatkan setelah dilakukan asuhan, ibu mengatakan bersedia bed rest,
keadaan umum baik, kesadaran composmentis, kontraksi tidak ada, Djj 149
x/menit, Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dan praktik.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen kebidanan menurut varney pada Ny. D usia 19 tahun G1P0A0
Usia Kehamilan 35+4 minggu dengan Plasenta Previa Parsial di RSUD Simo
Boyolali, maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian pada Ny. D usia 19 tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 35 +4
minggu dilakukan dengan pengumpulan data subyektif yaitu Ibu datang
ke Poli Kandungan pukul 10.45 dengan keluhan keluar flek dari jalan
lahir, tidak disertai nyeri, dan tidak kencang- kencang. Data objektif
didapatkan yaitu conjungtiva tidak anemis, tidak ada kontraksi, bagian
terendah janin belum masuk panggul, tidak ada perdarahan pervaginam,
dan TTV dalam batas normal. Hasil USG Tampak janin tunggal intra
uteri, preskep, memanjang, DJJ +, plasenta insersi di segmen bawah
rahim menutupi OUI. Air ketuban kesan banyak. Tidak tampak jelas
kelainan, kesan saat ini janin dalam keadaan baik.
2. Interpretasi data didapatkan hasil diagnosa kebidanan Ny. D usia 19
tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 35+4 minggu dengan Plasenta Previa ,
Janin Tunggal Hidup, punggung kanan, presentasi kepala, bagian
terbawah janin belum masuk PAP dengan plasenta previa
parsial.Masalah yang dialami Ny. D yaitu pusing, sehingga ibu
membutuhkan bedrest.
3. Diagnosa potensial pada Ny. D usia 19 tahun G1P0A0 Usia Kehamilan
35+4 minggu dengan Plasenta Previa akan terjadi syok hypovolemik dan
anemia, namun tidak terjadi pada Ny. D dikarenakan pasien tidak
mengalami keluhan dengan pengeluaran darah segar dari jalan lahir.
4. Antisipasi pada Ny. D usia 19 tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 35 +4
minggu yang dilakukan adalah Kolaborasi dengan dokter Spog untuk
pemberian terapi.
Rencana asuhan kebidanan pada Ny. D usia 19 tahun G1P0A0 Usia
Kehamilan 35+4 minggu dengan Plasenta Previa adalah beritahu ibu dan
keluarga mengenai hasil pemeriksaan, Kelola advice dokter Spog untuk

48
49

bed rest, pemberian terapi Nifedipin 10 mg/8 jam selama 2 hari dan
kontrol rutin untuk USG.
5. Pelaksanaan pada kasus Ny. D dengan plasenta previa parsial dilakukan
sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
6. Pada kasus Ny. D evaluasi yang didapatkan adalah setelah dilakukan
asuhan kebidanan ibu mengatakan bersedia untuk bed rest dirumah,
keadaan umum baik, kesadaran composmentis, kontraksi tidak ada, Djj
149 x/menit.
7. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. D usia 19 tahun G1P0A0
Usia Kehamilan 35+4 minggu dengan Plasenta Previa Parsial di RSUD
Simo Boyolali pada dasarnya sesuai dengan teori, namun ada
penambahan tindakan asuhan tetapi asuhan yang diberikan disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan ibu.

B. Saran
1. Bagi Fasilitas Kesehatan
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi lahan praktek dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pelaksanan
Asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal sesuai standar pelayanan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat bermanfaat dan bisa dijadikan sebagai sumber
referensi, sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran terutama yang
berkaitan dengan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti mengenai penatalaksanan pada
Ibu hamil patologis, menganalisa keadaan pada ibu hamil patologis dan
mengerti tindakan segera yang harus dilakukan sesuai evidence based
midwifery.

Anda mungkin juga menyukai