BAB 1
PENDAHULUAN
lancar. Namun, ada banyak faktor yang menyebabkan ibu hamil harus
yang sudah mampu hidup (beserta plasenta dan selaput ketuban) secara
tetapi ada beberapa persalinan yang harus dilakukan dengan tindakan SC.
menurut World Health Organization (WHO) sekitar 10% sampai 15% dari
seperti Britania Raya angka kejadian SC sebesar 20% dan di Amerika Serikat
adalah sekitar 20-25% dari total jumlah persalinan, sedangkan di rumah sakit
swasta jumlahnya lebih tinggi yaitu sekitar 30-80% dari total jumlah
sebanyak 394 (58%) dari 677 persalinan dan persalinan selain SC sebanyak
283 (42%) dari 677 persalinan sedangkan pada bulan Januari sampai Oktober
1
2
2014 ibu yang melahirkan dengan SC sebanyak 317 (58%) dari 545
persalinan dan persalinan selain SC 228 (42%) hal ini memungkinkan adanya
indikasi disebabkan karena riwayat SC dan KPP, sedangkan menurut usia ibu
bersalin SC didapatkan rentang usia <20 dan ≥ 35, dan menurut paritas yaitu
persalinan karena beda usia, beda pula kondisi fisiknya. Kehamilan diusia <
dan psikologis begitu juga dengan kehamilan diusia ≥35 karena fungsi organ
uterus dan jalan lahir masih kaku sedangkan pada grandemultipara otot uterus
Pada riwayat SC beresiko mengalami rupture uteri dan pada KPP beresiko
mengalami infeksi yang dapat membahayakan ibu dan bayi (Manuaba, 2008).
sebagai salah satu jenis operasi, persalinan SC memiliki resiko terhadap ibu
dan bayinya. Menurut Bensons dan Pernolls (2009), angka kematian pada
persalinan per vaginam. Sedangkan resiko yang sering ditemukan pada bayi
(Depkes RI, 2009). Selain itu cara lain untuk menekan angka persalinan SC
pada ibu hamil dengan riwayat operasi SC adalah dengan melakukan Trial of
labor atau Vaginal Birth After Caesarean (VBAC) pada setiap ibu bersalin
rentang usia <20 dan ≥ 35, dan menurut paritas yaitu Primipara dan Grande
tentang pengaruh usia, paritas, riwayat SC dan KPP terhadap resiko tindakan
Bangkalan.
5
a. Paritas
b. Usia
c. Pemantauan janin secara Tingginya persalinan
elektronik SC di RSUD Syarifah
d. Kelainan letak Ambami Rato Ebuh
e. Faktor sosioekonomi dan % Bangkalan yaitu 58
demografik
f. Kekhawatiran akan tuntutan
malpraktek
g. Riwayat SC
h. KPP
a. Usia
Usia merupakan salah satu tolok ukur kesiapan seorang ibu untuk
persalinan adalah usia 20-35 tahun. Wanita berusia kurang dari 20 tahun
b. Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami seorang ibu yang
primapara beresiko 1,15 kali dan grande multipara beresiko 0,75 kali
digunakan secara luas, tidak diragukan lagi bahwa teknik ini menyebabkan
d. Kelainan Letak
ibu yang bekerja di dalam rumah hampir dua kali kecenderungannya untuk
dalam rumah. Sedangkan ibu yang tinggal diperkotaan beresiko 1,33 kali
g. Riwayat SC
h. KPP
pecah dini akan memiliki risiko baik ibu maupun janin untuk terkena infeksi
dan salah satu jalan yang dipilih untuk pertolongan persalinan dengan SC.
dan ketuban pecah prematur (KPP) terhadap resiko tindakan persalinan Sectio
berikut :
1.4.1 Apakah ada pengaruh usia ibu bersalin terhadap resiko tindakan persalinan
1.4.2 Apakah ada pengaruh paritas ibu bersalin terhadap resiko tindakan
1.4.5 Apakah ada pengaruh usia, paritas, riwayat SC dan KPP terhadap
persalinan SC?
persalinan SC
9
1.6.1 Teoritis
1.6.2 Praktis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan
pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Kuswanti, dkk.,
(JNPK-KR) tahun 2008 persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum
ibu sendiri.
10
11
tanpa komplikasi.
secara spontan atau tidak berjalan sendiri, oleh karena terdapat indikasi
lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus
lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase laten
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala
pengeluaran bayi.
13
vaginanya.
c) Perineum menonjol
3) Kala III persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum
seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat
Ahfeld).
adalah :
mengejan
jalan lahir
2) Presentasi janin dan bagian janin yang terletak pada bagian depan
panggul ibu.
persalinan
e. Penolong persalinan
Jika salah satu dari kelima faktor tersebut tidak berjalan dengan baik dan
normal maka persalinan tidak akan berlangsung secara normal dan harus
persalinan SC
16
Pada primigravida, hal ini sudah terjadi pada minggu ke-36. Proses
kepala. Sebagian besar kepala turun dan masuk pintu atas panggul
suboksipitalis
UUB, dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu. Dengan demikian sebagian
paksi luar.
18
g. Ekspulsi
belakang lahir terlebih dahulu, diikuti bahu depan, sehingga kedua bahu
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
keputusannya
benar ditiadakan.
dan disayat melintang; lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah dan
uterus. Kepala janin pada sebagian besar kasus terletak dibalik insisi
dengan jahitan catgut bersambung satu lapis atau dua lapis. Lipatan
yakin bahwa tempat insisi ini berada pada segmen bawah yang tipis
dan bukannya pada bagian inferior dari segmen atas yang muskuler
perdarahan.
5) Lapisan otot yang tipis dari segmen bawah rahim lebih mudah
generalisata
jiwa ibu dan janin karena insiden rupture tersebut lebih rendah,
corpus
bayi.
melintang adalah :
1) Jika insisi terlampau jauh ke lateral, seperti pada kasus bayi besar,
perdarahan hebat.
bayi.
insisi bisa diperlebar ke atas. Pelebaran ini diperlukan jika bayi besar.
lintang atau kalau ada anomali janin seperti kehamilan kembar yang
22
yang lebih banyak karena terpotongnya otot, sering luka insisi tanpa
gunting yang berujung tumpul, diperlukan luka insisi yang lebar karena
dikeluarkan dan uterus dijahit dengan tiga lapis. Pada masa modern ini
caesaria klasik.
akibat peritonitis
tinggi
Waters, Latzko dan Norton. Teknik pada prosedur ini relatif sulit,
ini tidak boleh dibuang tetapi tetap disimpan sebagai cadangan bagi
kasus-kasus tertentu.
24
e. Histerektomi caesaria
keadaan jelek akibat sebab-sebab lain. Pada kasus kasus semacam ini,
2) Placenta acreta
ligature.
fistula
SC
e.Operasi Porro
a. Indikasi Mutlak
stimulasi
e) Plasenta previa
2) Indikasi Janin
a) Kelainan letak
27
b) Gawat janin
c) Prolapsus plasenta
b. Indikasi Relatif
1) Riwayat SC sebelumnya
2) Presentasi bokong
3) Distosia
tumor, IUFD.
c. Indikasi Sosial
a. Janin mati
b. Syok
28
c. Anemia berat
bagi fetus bila persalinan dilakukan dengan SC, terlepas dari yang
meliputi :
c. Sindroma gawat pernapasan, jelas lebih lazim pada bayi yang dilahirkan
dengan SC
pada persalinan
d. Kecelakaan anestesi
respiratorius atas
29
c. Thrombophlebitis
a. Masalah psikologis
trauma berupa mimpi buruk, kilas balik, atau ketakutan luar biasa
terhadap kehamilan.
c. Pembatasan kehamilan
teknik operasi yang lebih baik, ibu memang boleh melahirkan lebih
dari itu bahkan sampai lima kali, akan tetapi resiko dan komplikasinya
lebih berat
d. Rupture uteri
dengan hipertensi.
primer di wilayah los angeles adalah 23% untuk wanita dari daerah
persalinan SC
31
(SC)
a. Faktor Sosiodemografi
1) Usia Ibu
2) Pendidikan Ibu
3) Sosial Ekonomi
4) Tempat Tinggal
b. Faktor Gizi
1) Status Gizi/IMT
1) Usia kehamilan
2) Kondisi kehamilan
1) Paritas
3) Bekas SC
2.2.9 Prognosis
Angka kematian ibu pada rumah sakit yang memiliki fasilitas operasi
yang baik dan tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000
memakai kontrasepsi
Usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan)
menguntungkan bagi wanita untuk hamil adalah antara dua puluh sampai
pertengahan tiga puluh tahun. Selama periode ini, masalah yang muncul
lebih sedikit dibanding jika wanita hamil diusia belasan, akhir tiga puluh
Tren perempuan hamil saat ini semakin menuju usia yang matang. Jika
tahun 1975 perempuan yang hamil di usia 30-an tahun hanya sebanyak 5%,
di tahun 1999 jumlahnya naik menjadi 23%. Sedangkan saat ini perempuan
di usia 35-49 tahun jumlahnya melonjak tiga kali lipat sejak tahun 1970-an.
yaitu 20-35 tahun, setelah itu resiko ibu akan meningkat setiap tahun.
34
dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30
tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia
dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal
yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali
Berikut ini beberapa perbedaan jika perempuan hamil di usia 20-an, 30-
cedera pada saat persalinan, berat badan lahir rendah, dan kemungkinan
bertahan hidup yang lebih rendah untuk bayi tersebut. Wanita hamil
4) Gangguan persalinan.
5) Preeklampsi.
6) Perdarahan antepartum.
adalah ilegal atau dibatasi oleh ketentuan usia, para remaja ini mungkin
remaja.
Wanita sehat diusia ini biasanya lebih mudah untuk hamil. Jadi tidak
hanya memiliki risiko keguguran yang rendah sekitar 10% dan sedikit
juga kecil terkena Down Syndrome atau cacat kromosom dan jarang
bahwa lebih dari 20% wanita hamil usia 35-39 tahun mengalami
Melahirkan anak pertama di usia 40-an tahun saat ini sudah tidak
biasa karena sulit dilakukan. Ada dua risiko yang besar ketika hamil di
keguguran. Rasionya satu dari 100 kehamilan di usia 40-an tahun dan 1
ibu maupun janin. Menurut WHO usia yang dianggap paling aman untuk
proses kehamilan dan proses persalinana karena beda usia beda pula kondisi
itu, kekuatan otot-otot perineum dan otot-otot perut belum bekerja secara
kejiwaannya belum matang sehingga belum siap menjadi ibu dan menerima
ketakutan yang berakibat buruk terhadap his saat persalinan. Ibu dengan
kecemasan dan rasa takut akan menyebabkan his yang tidak adekuat
resiko dapat terjadi pada kehamilan diusia <20 tahun yaitu kenaikan tekanan
obstetri yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan perinatal 4-6 kali
lipat dibanding wanita yang hamil dan bersalin di usia 20-30 tahun
(Damayanti, 2012).
tinggi karena keadaan dan fungsi otot uterus sudah mulai menua (menurun)
38
yakni terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir
yang tidak lentur lagi sehingga sering menyebabkan distosia pada proses
cenderung lemah (inersia), sedangkan jalan lahir yang tidak lentur lagi atau
kesehatan dan penyakit seperti hipertensi, pre eklamsia, KPD dan diabetes
lama dan kebanyakan harus berakhir dengan operasi Caesar. Resiko lain
2012).
Faktor risiko untuk persalinan sulit pada ibu yang belum pernah
melahirkan pada kelompok umur ibu di bawah 20 tahun dan pada kelompok
umur di atas 35 tahun adalah 3 kali lebih tinggi dari kelompok umur
ibu >35 tahun dengan persalinan seksio sesarea dan komplikasi gestasional,
tindakan. Ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
39
tahun berisiko 4 kali terjadi distosia dibandingkan ibu hamil yang berumur
jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi atau bayi dapat
bertahan hidup. Titik ini dicapai pada usia kehamilan 20 minggu atau berat
janin 500 gram. Lain lagi menurut Siswosudarmo (2008), paritas adalah
jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram
yang pernah dilahirkan hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui
a. Nullipara
b. Primipara
c. Multipara
Multigravida adalah wanita yang sudah hamil dua kali atau lebih
(Varney, 2006)
d. Grandemultipara
pada primipara ketiga faktor persalinan yaitu power passage dan passanger
observasi yang lebih tepat dan ketat. Pada primipara proses persalinan
dan belum dapat mengejan dengan baik (Varney, 2006). Pada primipara
dengan incoordinate uterine action. Kala I akan berlangsung lama dan dapat
diraba jelas pinggir servik yang kaku dan ditambah lagi belum adanya
menyebabkan inkoordinasi otot rahim/ his tidak adekuat. Kalau keadaan ini
nekrosis jaringan serviks dan berakibat lepasnya bagian tengah servik secara
karena anemia dan kurang gizi, kekendoran pada dinding perut, tampak ibu
yang dapat terjadi pada kelompok ini adalah kelainan letak dan persalinan
letak lintang, robekan rahim pada kelainan letak lintang. persalinan lama,
otot uterus sudah kendor dapat menyebabkan distosia persalinan karena his
yang tidak adekuat (inersia uteri). Dalam keadaan ini his yang dihasilkan
anak keluar. Hal ini disebabkan karena kekuatan otot uterus yang terlalu
baik yang biasanya dijumpai pada ibu hamil grande multipara yakni anemia
2010).
lebih tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kematangan dan penurunan fungsi
rahim biasanya sudah lemah yang dapat menimbulkan persalinan lama dan
4,0:95% CI 3,0- 5,0) dan penelitian Pandesolang (2012) pada Analisis Data
persalinan SC.
mengalami rupture karena pada saat his korpus uteri berkontraksi dan
mengalami retraksi, dinding korpus uteri atau SAR menjadi lebih tebal dan
volume korpus uteri menjadi lebih kecil akibatnya tubuh janin yang
menjadi lebih lebar/ menipis. Pada keadaan uterus dengan parut maka akan
tekanan dari volume korpus uteri. Resiko rupture uteri meningkat dengan
dari satu kali mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya rupture uteri
( (Mochtar, 2013).
e. Induksi partus
previa yaitu plasenta yang melekat di dekat atau menutupi servik. Hal ini
yang melekat diarea ini akan rusak akibat ketidakmampuan SBR untuk
pembentukan SBR atau saat terjadi dilatasi dan pendataran servik. Resiko
lain yang terjadi akibat parut pada uterus yaitu plasenta Acreta yaitu
plasenta lebih kuat melekat pada dinding uterus, hal ini disebabkan karena
SBR yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas
(Mochtar, 2013).
Selain resiko diatas, resiko lain jangka panjang yang dialami ibu yang
buruk, kilas balik atau ketakutan yang luar biasa terhadap kehamilan
Pada tahun 1996, 28% wanita dengan riwayat sesar melahirkan per
Tabel 2.1. Rekomendasi ACOG (1999) untuk Pemilihan Kandidat untuk VBAC
Kriteria seleksi
a. Riwayat satu atau dua kali sesar transversal - rendah
b. Panggul secara klinis memadai
c. Tidak ada jaringan parut lain atau riwayat ruptur
d. Sepanjang persalinan aktif terdapat dokter yang mampu memantau dan melakukan
sesar darurat
e. Tersedianya anestesi dan petugas untuk prosedur sesar darurat
Sumber: American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG): Vaginal Birth
After Previous Cesarean Delivery No. 5, Juli 1999.
berikutnya daripada ibu yang belum pernah seksio sesarea pada persalinan
sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan
pada multipara kurang dari 5 cm. Ketuban Pecah Dini disebabkan oleh
disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik
(Prawirohardjo, 2005).
46
terjadi dalam 24 jam, akan terjadi risiko infeksi intrauterine sehingga harus
merangsang persalinan, fungsi lain dari air ketuban pada saat inpartu adalah
saat persalinan sehingga jika ketuban pecah sebelum servik mendatar, masih
keras, tebal dan tertutup akan menghasilkan persalinan yang lama dan tidak
pecah dini akan memiliki risiko baik ibu maupun janin untuk terkena infeksi
dan salah satu jalan yang dipilih untuk pertolongan persalinan adalah
ketuban pecah dini adalah masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan
ini memerlukan pertimbangan usia gestasi, infeksi pada ibu dan janin, dan
adanya tanda-tanda persalinan, setelah itu lakukan induksi oksitosin dan jika
bahwa keadaan obstetric yang buruk seperti KPP, riwayat SC, abortus,
47
Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan
(Nursalam, 2013).
Fungsi Organ
Alasan peningkatan persalinan reproduksi belum
SC sempurna / menurun
a. Paritas
b. Usia Elastisitas otot
c. Pemantauan janin uterus kurang
secara elektronik
Tindakan persalinan
d. Kelainan letak
SC
e. Faktor sosioekonomi
dan demografik
f. Kekhawatiran akan Rupture uteri
tuntutan malpraktek
g. Riwayat SC
h. KPP
Infeksi
Keterangan :
: variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
: hubungan / pengaruh
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual pengaruh usia, paritas, riwayat SC dan KPP
terhadap resiko tindakan persalinan SC di RSUD Syarifah Ambami Rato
Ebuh Bangkalan
Bangkalan
Bangkalan
BAB 3
METODE PENELITIAN
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
(dependen).
50
51
Tabel 3.1 Definisi Operasional pengaruh usia, paritas, riwayat Sectio Caesarea
(SC) dan KPP terhadap resiko tindakan persalinan Sectio Caesarea
(SC) di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebuh Bangkalan
Variabel Definisi Alat ukur Skala Kriteria
Operasional ukur
Variabel
independen
Usia Usia individu yang Dokumentasi Ordinal 1 : <20 tahun
terhitung mulai saat Rekam medis 2 : 20-35 tahun
dilahirkan sampai 3 : > 35 tahun
ulang tahun terakhir
saat melahirkan
Parameter :
1. Usia <20 tahun
2. Usia 20-35 tahun
3. Usia > 35 tahun
3.4.1 Populasi
3.4.2 Sampel
Desember 2014.
Dalam penelitian ini kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi
53
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria ekslusi
2011).
paru dan diabetes), panggul sempit (TB ≤ 145 cm) dan tumor jalan
lahir.
berikut :
54
N
n =
1+N (d 2 )
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
675
n=
1+675 ( 0,052 )
n =251,1 ≈251
sampling yang artinya setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai
2005).
2007). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
rekam medis.
berkas rekam medis sesuai petunjuk petugas rekam medis. Data tersebut
diambil dengan cara lotre sampai memenuhi besar sampel yang dibutuhkan
sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian jika ada data yang kurang
Data yang terkumpul dari rekam medis kemudian diolah dengan tahap
berikut :
mengoreksi rekam medik apakah sudah terisi semua kolom yang harus diisi,
56
jika belum, maka perlu penyesuaian dengan tidak merubah esensi isi yang
sebenarnya.
dari rekam medik dimasukkan (entry data) dengan cara member kode pada
kolom yang telah disediakan disetiap item informasi yang dibutuhkan untuk
a. Usia
20-35tahun : kode 2
b. Paritas
Multipara : kode 2
c. Riwayat SC
Ya : kode 1
Tidak : kode 2
d. KPP
Ya : kode 1
Tidak : kode 2
57
e. Persalinan SC
Ya : kode 1
Tidak : kode 2
sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata
Data hasil observasi rekam medis disajikan dalam bentuk tabel kemudian
Analisis univariat yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian.
frekuensi.
58
sebagai berikut :
100% : seluruhnya
50% : setengahnya
0% : tidak satupun
(Arikunto, 2006)
persalinan SC. Setelah itu disajikan dalam tabel tabulasi silang, kemudian
Populasi
Estimasi seluruh ibu bersalin bulan Januari – Desember 2014 sebanyak 675 orang
Sampel
Sebagian ibu bersalin bulan Januari – Desember 2014 sebanyak 251 dengan simple
random sampling
Pengumpulan data
Variabel independen : rekam medis
Variabel dependent : rekam medis
Pengolahan data
Editing, Coding dan Tabulating
Analisa data
Univariat : Distribusi Frekuensi
Bivariat : crosstabulation dan uji statistik Chi Square dan Lambda
Multivariate : uji regresi logistik dengan metode Enter
Gambar 3.1 Kerangka Kerja pengaruh usia, paritas, riwayat SC dan KPP terhadap
resiko tindakan persalinan SC di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebuh
Bangkalan
61
medis tidak dicantumkan, maka peneliti member kode pada tiap lember
pengumpulan data.
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset
(Hidayat, 2010).
penelitian yang bersumber pada rekam medik karena tidak ada penerapan
yang diperoleh. Selain itu, dalam penelitian ini tidak ditentukan lama
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Rato Ebuh Bangkalan. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit milik
Rumah Sakit rujukan utama bagi sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan
Kaffa No. 9 dengan luas lahan ± 25.247m2 dan luas bangunan keseluruhan ±
8.077 m2 dan kapasitas jumlah tempat tidur sebanyak 170 buah dengan batas
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 251 responden sebagian besar
63
64
tahun 2014
Tabel 4.9 Tabulasi silang pengaruh usia terhadap resiko tindakan persalinan SC
RSUD Syarifah Ambami Rato Ebuh Bangkalan tahun 2014
Persalinan SC
Total OR
Usia Ya Tidak P
CI 95%
∑ % ∑ % ∑ %
1.003
< 20 tahun 9 39 14 61 23 100 0,847
(0,242- 1.001)
20-35 tahun 60 52 56 48 116 100 ref
>35 tahun 82 73 30 27 112 100 0,050 1.070
Total 151 60 100 40 251 100 (0,537-2.132)
Uji statistic Lambda Sig. : 0,034, uji korelasi Lambda :0,115
sumber : data sekunder, 2014.
bersalin tidak dengan SC. Responden dengan usia 20-35 tahun sebagian
bersalin tidak dengan SC. Begitu juga dengan responden usia > 35 tahun
bersalin tidak dengan SC. Hasil uji statistik bivariat dengan menggunakan
uji Lambda dengan α 5% di dapatkan hasil sig. 0,034< 0,05 yang berarti
67
sangat lemah. Sedangkan untuk korelasi tiap kategori usia sebagai berikut
usia < 20 tahun P value 0,847>a; OR =1,003 (0,242- 1.001) dan usia> 35
Tabel 4.10 Tabulasi silang pengaruh paritas terhadap resiko tindakan persalinan
SC di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebuh Bangkalan tahun 2014
Persalinan SC
Total OR
Paritas Ya Tidak P
CI 95%
∑ % ∑ % ∑ %
0,000 2,889
Grande multipara 87 73 32 27 119 100
(1,701-4,907)
Multipara 64 48 68 52 132 100 Ref
Total 151 60 100 40 251 100
Uji statistic Chi square Sig. : 0,000,
Sumber : data sekunder, 2014.
dan sebagian besar (52%) yang bersalin tidak dengan SC. Hasil uji statistik
hasil sig. 0,000 < 0,05 dengan OR = 2,889 (1,701-4,907) yang berarti H0
Ebuh Bangkalan tahun 2014 dengan odd ratio grande multipara beresiko
dan hanya sebagian kecil (20%) responden yang memiliki riwayat SC yang
tidak bersalin dengan cara SC. Sedangkan responden yang tidak memiliki
sebagian besar (53%) bersalin dengan cara tidak SC. Hasil uji statistik
hasil p value 0,000 < 0,05 dengan OR = 4,629 (2,578-8,309) yang berarti
Ambami Rato Ebuh Bangkalan tahun 2014 dengan odd ratio ibu yang
persalinan SC
tahun 2014
Tabel 4.12 Tabulasi silang pengaruh KPP terhadap resiko tindakan persalinan
SC RSUD Syarifah Ambami Rato Ebuh Bangkalan tahun 2014
Persalinan SC
Total OR
Riwayat KPP Ya Tidak
CI 95%
∑ % ∑ % ∑ %
8,065
Ya mengalami KPP 67 88 9 12 76 100
(3,785-17.172)
Tidak mengalami Ref
84 48 91 52 175 100
KPP
Total 151 60 100 40 251 100
Uji statistik : Chi Square : 0,000
Sumber : data sekunder, 2014.
hanya sebagian kecil (12%) responden yang mengalami KPP yang tidak
sebagian besar (52%) bersalin dengan cara tidak SC. Hasil uji statistik
tahun 2014 dengan odd ratio ibu yang mengalami KPP beresiko 8,065 kali
usia (sig: 0,034), paritas (sig : 0,000), riwayat SC (sig: 0,000) dan riwayat
nilai p < 0,05. Hasil perhitungan akhir ditunjukkan pada tabel 4.13 berikut
ini
Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi Logistik Binary pengaruh usia, paritas,
riwayat SC dan KPP terhadap resiko tindakan persalinan SC
RSUD Syarifah Ambami Rato Ebuh Bangkalan tahun 2014
95.0% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step usia 2.633 2 .268
a
1 usia(1) -.602- .553 1.183 1 .277 .548 .185 1.620
usia(2) -.562- .354 2.514 1 .113 .570 .285 1.142
paritas(1) -.255- .384 .442 1 .506 .775 .365 1.644
riwayatSC(1) 1.152 .338 11.643 1 .001 3.164 1.633 6.131
kpp(1) 1.690 .425 15.815 1 .000 5.418 2.356 12.458
Constant .056 .347 .027 1 .871 1.058
Keterangan : Akurasi model 70,1%
resiko tindakan persalinan SC adalah riwayat dan riwayat KPP. Hal ini
dapat dilihat dari nilai sig < 0,05 yaitu riwayat SC sig.0,001, SC OR= 3,
71
164 (95 % CI: 1,633- 6,131) dan KPP sig. 0,000 OR= 5,418 (95 % CI:
2,356-12,458). Sedangkan usia < 20 tahun, 20-35 tahun dan paritas grande
BAB 5
`PEMBAHASAN
penelitian ini berdasarkan tingkat resiko yang mungkin dialami oleh ibu dan
janin pada masa kehamilan dan persalinan yakni usia < 20 tahun, usia 20-35
beda usia beda pula kondisi fisiknya. Usia berkaitan dengan tingkat
semakin matang organ tubuh dan pola berpikir atau psikisnya serta semakin
banyak pengalamannya. Usia ibu < 20 tahun memiliki resiko lebih besar
yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan perinatal 4-6 kali lipat
dibanding wanita yang hamil dan bersalin di usia 20-30 tahun begitu juga
dengan usia >35 tahun merupakan usia beresiko untuk menjalani kehamilan
72
73
Pada usia >35 tahun resiko komplikasi yang biasanya terjadi adalah
serta risiko BBLR dan Ddown syndrome pada bayi. Menurut Stone (2012)
usia ibu yang semakin tua juga dapat beresiko mengalami komplikasi
penurunan persalinan spontan. Faktor resiko untuk persalinan sulit pada ibu
kelompok umur < 20 tahun dan > 35 tahun 3 kali lebih tinggi dibandingkan
Usia 20-35 tahun merupakan usia yang dianggap aman untuk proses
usia tersebut, sehingga jika terjadi kehamilan tubuh sudah siap dengan segala
perubahan yang akan terjadi dan janin yang dikandung akan tumbuh sehat
dengan umur 20-35 tahun dan penelitian Annisa (2010) di RSUD Dr.
paling banyak di usia 20-35 tahun begitu juga dengan hasil penelitian
proporsi usia ibu melahirkan SC juga pada rentang usia 20-35 tahun..
Pada penelitian ini didapatkan hampir setengah dari ibu bersalin di RSUD
Syarifah Ambami Rato Ebuh Bangkalan berusia 20-35 tahun. Hal ini senada
kelompok umur 20-35 tahun dikarenakan populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu bersalin di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebuh Bangkalan. Selain
74
itu usia 20-35 tahun merupakan kelompok umur reproduksi optimal sehingga
banyak ibu hamil dan melahirkan pada usia tersebut. Selain itu, kelompok
pada penelitian ini terdiri dari multipara dan grande multipara sedangkan
ibu dan janin baik selama kehamilan maupun selama proases persalinan.
anak yang cukup besar untuk hidup diluar. Resiko komplikasi kehamilan dan
persalinan pada primipara dapat ditangani dengan asuhan obstetric yang lebih
baik (Varney, 2007). Paritas multipara adalah wanita yang telah melahirkan
seorang anak lebih dari satu kali. Paritas multipara merupakan paritas paling
grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau
75
kehamilan dan persalinan karena kondisi fisik yang tidak prima lagi. Adapun
paritas yang paling aman untuk proses kehamilan dan melahirkan adalah
paritas 2-3. Paritas 1 dan lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal
maksimal dan secara psykologis juga ibu multipara sudah matang ditambah
berparitas multipara.
sebagian besar (60%) tidak ada riwayat SC. Penggolongan riwayat SC pada
penelitian ini yaitu memiliki riwayat SC dan tidak memiliki riwayat SC.
dengan cara SC. Selama bertahun-tahun uterus yang mengalami jaringan parut
rupture uteri antara lain adalah lebih dari satu kali menjalani SC, usia yang
semakin tua juga meningkatkan resiko rupture uteri, jarak persalinan yang
persalinan macet dan kelainan bentuk rahim. Selain resiko tersebut diatas pada
Resiko lain jangka panjang yang dapat dialami ibu dengan bekas SC
memiliki riwayat SC hal ini disebabkan karena RSUD Syarifah Ambami Rato
hanya ibu dengan riwayat SC saja yang bersalin di RS tersebut melainkan ibu
Sedangkan persalinan dengan riwayat SC atau sering disebut BSC (bekas SC)
suatu kondisi yang beresiko menyebabkan rupture uteri jika persalinan tidak
dialami oleh ibu bersalin. Menurut Manuaba (2010) KPP adalah pecahnya
belum terjadi inpartu. Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam
ketuban pecah dini di mana selaput ketuban pecah sebelum persalinan. KPP
tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membrane disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
kehamilan kembar, trauma, servik yang pendek dan infeksi pada kehamilan
maternal dan neonatal karena dengan tidak adanya selaput ketuban maka
berbahaya dari luar bisa dengan mudah menginfeksi uterus dan janin. KPD
minggu adalah sindrom distress pernapasan yang terjadi pada 10-40% bayi
baru lahir. Selain itu resiko infeksi meningkat pada kejadian KPD
responden tidak mengalami KPP hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa hanya 8-10% saja ibu hamil aterm yang mengalami KPP. Selain itu
KPP bukanlah satu-satunya komplikasi yang mungkin saja terjadi pada saat
mendekati persalinan, namun masih banyak komplikasi lain yang bisa terjadi
pada saat mendekati persalinan dan saat persalinan seperti PEB, eklamsia,
partus lama, partus macet, dan lain-lain yang membutuhkan penanganan pada
power, passage, pasanger, psikologi ibu dan penolong dalam keadaan baik,
akan tetapi jika salah satu dari komponen tersebut ada masalah maka
menyertai KPP.
suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Prawirohardjo, 2009). Ada
indikasi mutlak yaitu panggul sempit absolute, tumor jalan lahir, plasenta
previa, rupture uteri imminen. Indikasi janin antara lain kelainan letak, gawat
80
janin, perkembangan bayi yang terlambat. Indikasi relative antara lain riwayat
diabetes, ibu hamil dengan HIV positif belum masuk inpartu dan gemeli.
juga mempunyai beberapa komplikasi yang dapat terjadi jangka pendek dan
jangka panjang. Komplikasi tersebut menurut Martius (2010) antara lain yaitu
persalinan didapatkan 258 kasus persalinan seksio sesarea (63,4%) dan 149
persalinan normal (36,6%). Begitu juga dengan hasil penelitian ini yang
di Madura. Pasien yang datang ke RS tersebut tidak hanya berasal dari dalam
Kabupaten Bangkalan tetapi juga luar Kabupaten Bangkalan. Hal ini berarti
sebagian besar persalinan yang dibawa ke RSUD Syarifah Ambami Rato Ebuh
lain, yaitu 99 %.
sehingga banyak ditemukan persalinan seksio sesarea. Dapat dilihat dari usia
dengan baik, tidak ANC rutin, tidak konsumsi tablet Fe dan asam folat dan
lain lain, maka akan beresiko juga mengalami komplikasi yang menyebabkan
persalinan dilakukan dengan SC. hal tersebut juga didukung oleh pendidikan
ibu yang sebagian besar berpendidikan dasar dan menengah sebagaimana hasil
rendah (≤ SMP) memiliki resiko 6 kali lebih tinggi untuk mengalami partus
82
obstetric dan ginekologi, tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih baik
serta meningkatnya ibu hamil pada usia tua, paritas yang tinggi, komplikasi
pada ibu dan janin dan akses informasi yang luas tentang berbagai jenis teknik
(61%) bersalin tidak dengan SC. Responden dengan usia 20-35 tahun
sebagian besar (52%) juga bersalin dengan SC dan hampir setengahnya (48)
bersalin tidak dengan SC. Begitu juga dengan responden usia > 35 tahun
di dapatkan hasil sig. 0,034< 0,05 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
meskipun hasil uji korelasinya dengan Lambda didapatkan hasil 0,115 yang
83
kategori sebagai berikut usia < 20 tahun P value 0,847>a; OR =1.070 (0,537-
Hal ini sesuai teori Damayanti (2012) yang menyatakan bahwa kehamilan
dan persalinan pada usia kurang dari 20 tahun dapat menyebabkan berbagai
otot-otot perineum dan otot-otot perut belum bekerja secara optimal sehingga
sering terjadi persalinan lama atau macet yang memerlukan tindakan, seperti
perinatal. Begitu juga pada kehamilan dan persalinan di usia > 35 tahun akan
20-35 tahun merupakan kehamilan yang tidak beresiko karena usia 20-35
Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar responden usia < 20 tahun
tahun bersalin dengan cara SC hal ini disebabkan karena kehamilan pada
84
dasarnya merupakan keadaan yang beresiko bagi setiap wanita karena risiko
untuk mengalami komplikasi bisa saja terjadi setiap saat, sehingga diperlukan
pengawasan yang optimal bagi ibu hamil itu sendiri, keluarga, petugas
lancar sampai dengan proses persalinannya pada kehamilan di usia < 20 tahun
memang mempunyai resiko tinggi karena belum optimalnya fungsi dari alat
reproduksi namun resiko tersebut dapat ditekan seminimal mungkin jika ibu
menjaga kehamilannya dengan baik mulai dari periksa ANC rutin, memenuhi
konsumsi tablet tambah darah rutin begitu halnya dengan kehamilan di usia
20-35 tahun pada dasarnya hamil dan melahirkan di usia tersebut merupakan
usia yang dianjurkan untuk hamil dan bersalin namun jika tidak di ikuti
hygiene, istirahat, ANC rutin maka kehamilan tidak dapat berjalan dengan
persalinan diakhiri dengan SC. Sedangkan untuk usia > 35 tahun memang
proses persalinan sehingga sebagian besar ibu hamil yang bersalin di usia
adalah IRT dan berpendidikan dasar sampai menengah hal ini dapat
Ambami Rato Ebuh Bangkalan tahun 2014 merupakan hasil rujukan dari
berbagai daerah di wilayah Madura dengan medan yang sulit dan jarak
bahwa partus kasep yang akhirnya dilakukan tindakan operasi seksio sesarea
merupakan kasus rujukan yang sebelumnya ditolong oleh bidan dan dukun di
Begitu pula dengan penelitian Karla, Maria, Anibal, Avelar, dan Olimpio di
bahwa umur ibu hamil merupakan faktor risiko distosia yang memerlukan
86
tindakan persalinan SC. Ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun berisiko 4 kali terjadi distosia dibandingkan ibu hamil
yang berumur antara 20 sampai 35 tahun. Begitu juga dengan hasil penelitian
bahwa ibu dengan usia > 35 tahun beresiko 1,24 kali untuk melahirkan
dengan SC (95% CI: 1,03-1,50) dibandingkan ibu dengan usia 20-34 tahun.
yang telah disebut di atas dimana usia > 35 tahun beresiko 1,070 kali untuk
atau bisa diartikan bahwa usia < 20 tahun dan usia > 35 tahun memiliki resiko
persalinan SC yang sebanding/ sama dengan usia 20-35 tahun hal ini
dikarenakan karena sebagian besar responden (61%) usia < 20 tahun bersalin
tidak dengan SC. sedangkan responden dengan usia 20-35 tahun sebagian
besar (52%) bersalin dengan SC begitu juga dengan responden usia > 35
Berdasarkan penelitian ini dapat diasumsikan bahwa baik usia < 20 tahun,
usia 20-35 tahun dan usia > 35 tahun dapat beresiko bersalin dengan SC jika
keadaan beresiko bagi setiap yang mengalaminya, hanya saja resiko tersebut
baik dan sehat. Namun meskipun begitu, proses kehamilan hendaknya terjadi
pada usia reproduktif yaitu 20-35 tahun karena ini merupakan kondisi yang
paling ideal untuk hamil. Akan tetapi jika ada pasangan yang baru
sesuai dengan kebutuhan, istirahat dan olahraga secukupnya. Dan bagi ibu
dengan usia > 35 tahun dan sudah memiliki anak hendaknya mengikuti
dan MOP). Sedangkan bagi setiap pasangan usia subur harus merencanakan
dilakukan dengan tujuan agar terhindar dari kehamilan dan persalinan yang
Hasil uji statistik bivariat dengan menggunakan uji Chi square dengan α
Hasil ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Prawirohardjo (2005)
yang menyatakan Jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang wanita
merupakan faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan janin baik selama
(primipara) biasanya mempunyai resiko relatif tinggi terhadap ibu dan anak
risiko ini menurun pada paritas kedua dan ketiga, dan akan meningkat lagi
pada paritas keempat dan seterusnya karena keadaan rahim yang sudah lemah
persalinan SC. Sedangkan pada Grande Multipara (ibu yang melahirkan >5
gestasional (OR 4,0:95% CI 3,0- 5,0) dan penelitian Pandesolang (2012) pada
Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Annisa
penelitian ini dengan penelitian tersebut disebabkan karena pada penelitian ini
paritas dibagi menjadi dua kategori yaitu multipara dan grande multipara
kemudian resiko ini menurun pada paritas kedua dan ketiga, dan akan
meningkat lagi pada paritas keempat dan seterusnya (grande multipara). hal
ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar paritas
90
hanya sebagian kecil (20%) responden yang memiliki riwayat SC yang tidak
bersalin dengan cara SC. Sedangkan responden yang tidak memiliki riwayat
Syarifah Ambami Rato Ebuh Bangkalan tahun 2014 dengan odd ratio ibu
riwayat persalinan SC
Hasil ini sesuai dengan teori Cunningham (2006) yang mengatakan bahwa
sehingga persalinan dengan parut uterus lebih dianjurkan dengan cara SC.
resiko lebih tinggi untuk terjadinya rupture uteri .Resiko rupture uteri
meningkat pada usia pasien > 35 tahun, jarak melahirkan yang pendek,
melahirkan dengan cara sama yakni persalinan SC dan sebagian besar ibu
kehamilan risiko tinggi, antara lain ditandai dengan riwayat obstetri yang
jelek berupa riwayat abortus, lahir mati, atau pernah mengalami persalinan
tinggi mempunyai risiko sebesar 11,01 kali lebih besar untuk mengalami
persalinan dengan tindakan, termasuk seksio sesarea. Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian Unsi (2009) yang menyatakan bila sudah menjalani
bedah sesar, maka kelahiran selanjutnya juga dengan bedah sesar dikarenakan
Sebanyak 101 ibu melahirkan dalam penelitian ini memiliki riwayat partus
dengan seksio sesarea dan 20 ibu melahirkan secara normal. Pada tahun 1916,
1978 Merrill dan Gibbs melaporkan dari University of Texas di San Antonio
bahwa pelahiran pervaginam secara aman dilakukan pada 83% pasien yang
Amerika Serikat menjadi 14 kali lipat pada wanita dengan riwayat seksio
sesarea.
di seluruh Amerika Serikat dan Kanada yang menyatakan bahwa VBAC lebih
dengan peningkatan kecil tetapi bermakna risiko ruptur uteri dengan akibat
buruk bagi ibu dan bayi.” Pada tahun 1999, ACOG menganjurkan VBAC
karena risiko terjadinya ruptur uterus sangat besar. Lebih dari 90% kasus
ruptur uterus berkaitan dengan riwayat seksio sesarea. Hal ini dikarenakan
Angka ruptur uteri dilaporkan terjadi pada berbagai jenis insisi uterus saat
seksio sesarea, terutama pada insisi klasik. Morbiditas dan mortalitas dapat
94
terjadi antara lain akibat rasa nyeri yang hebat, perdarahan pervaginam masif,
peningkatan risiko infeksi, dan kematian janin dalam kandungan. Oleh karena
itu, untuk menghindari morbiditas dan mortalitas pada ibu dengan riwayat
seksio sesarea, maka persalinan seksio sesarea merupakan pilihan yang utama
daruratan.
mengalami KPP hampir seluruhnya (88%) bersalin dengan cara SC dan hanya
sebagian kecil (12%) responden yang mengalami KPP yang tidak bersalin
dengan cara SC. Sedangkan responden yang tidak mengalami KPP hampir
setengahnya (48%) yang bersalin dengan cara SC dan sebagian besar (52%)
Hasil uji statistik bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dengan α
Hasil ini sesuai dengan teori Manuaba (2010) yang menyatakan bahwa
pusat atau ektremitas yang menumbung dan hipoksia. Oleh karena itu,
Taber (2002) Apabila KPD terjadi >24 jam dan persalinan belum terjadi,
Ebuh bangkalan Tahun 2014. Hal ini mendukung penelitian Wildayani (2009)
yang menyatakan bahwa ibu yang mengalami ketuban pecah dini akan
memiliki risiko bagi ibu maupun janin untuk terkena infeksi dan salah satu
jalan yang dipilih untuk pertolongan persalinan adalah dengan seksio sesarea
begitu juga dengan hasil penelitian dari Bari (2005) yang menyatakan
Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Annisa
KPP dengan kejadian persalinan SC. Hal ini mungkin disebabkan karena
rujukan yang berasal dari berbagai wilayah di daerah Madura dengan jarak
96
tempuh dan medan yang berbeda-beda serta budaya sosial di Madura yang
pasien gawat darurat atau KPP sudah terjadi komplikasi seperti infeksi dan
persalinan SC.
untuk memberikan pengetahuan pada ibu dan keluarga tentang tanda bahaya
kehamilan yang salah satunya adalah KPD. Sehingga jika ibu mengalami
KPD ibu bisa segera mendeteksi dan segera mencari pertolongan kepada
dapat ditangani tanpa disertai adanya infeksi dan kompplikasi yang lain yang
2014
resiko tindakan persalinan SC adalah riwayat dan riwayat KPP. Hal ini dapat
dilihat dari nilai sig < 0,05 yaitu riwayat SC sig.0,001, SC OR= 3, 164 (95 %
CI: 1,633- 6,131) dan KPP sig. 0,000 OR= 5,418 (95 % CI: 2,356-12,458).
Sedangkan usia < 20 tahun, 20-35 tahun dan paritas grande multipara tidak
Hasil ini sesuai dengan teori Mochtar (2013) yang menyebutkan bahwa
riwayat SC dan KPP merupakat keadaan obstetric yang buruk yang beresiko
lama dan plasenta previa sedangkan kehamilan dan persalinan dengan KPP
dapat memberikan resiko infeksi, partus lama dan hipoksia janin. Kedua
dan lengkap.
98
resiko tindakan persalinan SC. Sebenarnya hal tersebut sudah dapat dilihat
dari hasil uji korelasi lambda pada usia dan hasil uji coeficcien contingency
artinya tidak ada perbedaan resiko tindakan persalinan SC baik pada usia <
20 tahun, > 35 tahun maupun usia 20-35 tahun. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar responden yang bersalin dengan SC dalam rentang usia 20-
35 tahun dan rentang > 35 tahun. Begitu juga dengan paritas, dimana hasil
berarti usia dan paritas tidak memberikan pengaruh pada resiko tindakan
persalinan SC. Usia dan paritas tetap saja memberikan pengaruh hanya saja
tidak sebesar pengaruh riwayat SC dan KPP. Usia dan paritas memberikan
terhadap kondisi fisik. Beda usia beda pula kondisi fisiknya dimana
kehamilan dan persalinan pada usia < 20 tahun dan > 35 tahun akan lebih
sempurna dan psikologi yang belum siap sedangkan usia > 35 tahun fungsi
organ tubuh serta kesehatan yang mulai menurun. Usia 20-35 tahun
merupakan usia yang optimal untuk hamil dan melahirkan akan tetapi harus
99
didukung oleh beberapa factor lain yang menunjang proses kehamilan dan
persalinan yang sehat seperti nutrisi, istirahat, personal hygiene, ANC rutin,
imunisasi TT dan konsumsi tablet Fe. Pada intinya usia 20-35 tahun
kehamilan dan persalinan dijaga dengan baik. Begitu juga dengan paritas,
morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi, petugas kesehatan harus memiliki
yang baik pada kasus kegawatdaruratan dan yang tak kalah penting adalah
deteksi dini dan pemberian ANC yang berkualitas dapat mengurangi resiko
BAB 6
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Ada pengaruh usia terhadap resiko tindakan persalinan Sectio Caesarea
6.1.2 Ada pengaruh paritas terhadap resiko tindakan persalinan Sectio Caesarea
6.1.3 Ada pengaruh riwayat Sectio Caesarea (SC) terhadap resiko tindakan
bangkalan
6.1.4 Ada pengaruh KPP terhadap resiko tindakan persalinan Sectio Caesarea
6.2 Saran
variatif, sampel yang lebih banyak dan metode penelitian yang lebih baik
100
101
DAFTAR PUSTAKA
Aswin Anom, dkk. 2009. Statistik untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Benson Ralph, et al. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta :
EGC
Cunningham Gary, F. 2006. Obstetri William Edisi 21, volume 1. Jakarta : EGC
102
103
Indiarti, M.T. 2007. Caesar Kenapa Tidak ?Cara aman Menyambut Buah Hati
Anda . Yogyakarta: Elmatera
Manuaba, 2012. Buku Ajar Pengantar Kuliah Teknik Operasi Obstetri dan
Keluarga Berencana. Jakarta: Cv Tras Info Media
Mochtar Rustam. 2013. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif Obstetri Sosial Jilid 2
Edisi 3. Jakarta : EGC
Oxorn, et al. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan Human
Labor and Birth. Yogyakarta : Andi
Rahmawati Nur. 2011. Ilmu Praktis Kebidanan. Surabaya : Victory Inti Cipta
Rusydi, SD. Partus Kasep di RSUP Palembang selama 5 tahun (1 Januari 2000-31
Desember 2004). Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, April 2005, vol.37
no.2; p:1005-1008.
Saifudin A.B. 2006. “Kematian Ibu di Indonesia Dapatkah kita mencapai target M
DGs 2015”. dalam MOGI. 30: 37
Sulistyawati Ari, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta :
Salemba Medika
Simkin, et al. 2013. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Jakarta :
Arcan.