Anda di halaman 1dari 5

REVIEW ARTIKEL TENTANG BAYI BARU LAHIR

DOSEN PENGAMPU : Ns. Susanaria Alkai, Sp.Kep., Mat

DISUSUN OLEH:
NAMA : M.RIDHO HIMAWAN
NIM : 20201440120050

YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI

STIKES INTAN MARTAPURA

DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

2022/2023
1. Literatur Review Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia
0-28 hari. Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37- 42
minggu atau 294 hari dan berat badan lahir 2500gram sampai dengan 4000 gram
(Wahyuni, 2012). Angka kejadian asfiksia di indonesia masih cukup tinggi apabila
dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Menurut World Health Oragnization
(WHO) tahun 2017, setia tahun kematian bayi baru lahir dan neonatal di dunia capai 37%
dari semua kematian pada anak balita, beberapa penyebab terjadinya asfiksia neonatorum
yaitu paritas, usia ibu, preeklamsia, perdarahan antepartum, lama persalinan, keadaan air
ketuban, dan prematuritas ( Maryunani,2016).

Hasil penelitian menunjukkan dari 104 kasus asfiksia, faktor risiko berdasarkan
umur ibu (20-35 tahun) sebanyak 65,39% (p-value>0.05), berdasarkan usia kehamilan (42
minggu) sebanyak 55,76% (p- value>0.05), berdasarkan persalinan lama (>18 jam untuk
multipara dan >24 jam untuk primipara) sebanyak 58,65% (p-value>0.05), dan
berdasarkan jenis persalinan (persalinan dengan tindakan) sebanyak 56,73%
(pvalue>0.05). Kesimpulan umur Ibu, usia kehamilan, lama persalinan dan jenis
persalinan tidak memiliki hubungan yang signifikan pada kasus asfiksia nenonatorum di
RSUD Syekh Yusuf Gowa dan RSUP Wahidin Sudirohusodo.

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=artikel+terbaru+anak+baru+lahir&btnG=#d=gs_qabs&t=16501
55492666&u=%23p%3DVJ_wre3vE_cJ
2. Analisis Hubungan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) dan Asfiksia
dengan Ikterus Neonatorum.

faktor risiko terjadinya hiperbillirubin diantaranya bayi kurang bulan atau


kehamilan usia <37 minggu, bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan jenis persalinan
(Faiqah, 2013). Hasil studi pendahuluan di RSUD Ade Mohammad Djoen Kabupaten
Sintang pada minggu kedua bulan April 2020 dengan mempelajari data rekam medis
menunjukkan jumlah bayi baru lahir selama tahun 2019 adalah 265bayi. Jumlah bayi
yang lahir dengan asfiksia adalah 32 bayi. sedangkan bayi dengan BBLR sejumlah 48
dan bayi yang mengalami BBLR dan asfiksia sejumlah 80 bayi. Berdasarkan latar
belakang diatas, menunjukan bahwa angka kejadian bayi BBLR dan asfiksia masih
tinggi.

dari 265 responden dapat dilihat sebagian besar bayi lahir dengan berat lebih dari
2500 gram, sedangkan sebagian kecil bayi berat lahir rendah atau berat lahir <2500 0
gram sebanyak 49 bayi (18,5%). dari 265 responden yang diteliti didapatkan hasil
sebagian besar bayi baru lahir tidak mengalami ikterus neonatorum dengan frekuensi
sebesar 211 bayi (79,6 %), dan sebagian kecil bayi mengalami ikterus neonatorum
dengan frekuensi 54 bayi (20,4%). Hasil pengujian menggunakan Chi square
memberikan hasil pvalue =0,00 ≤ 0,05. Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya ada
hubungan antara antara BBLR dengan ikterus neonatorum. Hasil penelitian ini
mendukung teori dari Proverawati dan Ismawati (2010) yaitu pada berat badan lahir
rendah dapat mengalami risiko jangka pendek, diantaranya adalah asfiksia.

http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/article/view/3029
3. Hubungan Lama Persalinan Dengan Kejadian Asfiksia

Persalinan lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam yang
dimulai dari tanda– tanda persalinan. Persalinan lama merupakan salah satu penyebab
kematian ibu dan janin. Persalinan lama masih banyak terjadi dan keadaan ini
menyebabkan angka kesakitan dan Angka Kematian Ibu (AKI) serta Angka Kematian
Bayi (AKB) masih tinggi.

Etiologi dari asfiksia neonatorum yaitu partus lama (CPD, serviks kaku dan
atonia/inersia uteri), gangguan his, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan,
hipertensi pada eklampsi, dan gangguan mendadak pada plasenta (solusio plasenta). Pada
janin partus lama akan menyebabkan asfiksia, trauma pada bayi, dan kematian perinatal.
Pada partus lama semakin lama periode laten maka semakin lama pula kala satu
persalinan dan semakin besar insidensi infeksi. Janin bisa terinfeksi sekalipun tidak
terlihat tanda-tanda sepsis pada ibu. Tempat paling sering mengalami infeksi adalah
traktus respiratorius

Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Jombang peneliti berasumsi bahwa
dari 40 ibu bersalin cukup tingginya kejadian partus lama adalah akibat kelainan his.
Pada penelitian ditemukan kejadian partus lama akibat kelainan his sebanyak 16 orang.
Kelancaran proses persalinan sangat ditentukan oleh kecukupan hemoglobin dalam darah.
Bila penurunan kadar Hb terus berlanjut dapat mempersulit proses persalinan, dapat
menghambat metabolisme tubuh dalam merespon hormon-hormon yang berperan dalam
proses persalinan. Akibatnya pembukaan berjalan lambat atau terhambat.

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&as_ylo=2019&as_yhi=2022&q=artikel+terbaru+anak+baru+lahir+anak+lah
ir+asfiksia&btnG=#d=gs_qabs&t=1650161516951&u=%23p%3Ddz4oAY1mZKkJ
KESIMPULAN

Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indicator penting dalam menentukan tingkat
kesehatan masyarakat. Penyebab kematian bayi baru lahir (BBL) di antaranya adalah umur ibu
(20-35 tahun), berdasarkan usia kehamilan (42 minggu), berdasarkan persalinan lama (>18 jam
untuk multipara dan >24 jam untuk primipara), berdasarkan jenis persalinan (persalinan dengan
tindakan) dan berat bayi lahir reendah (BBLR).

Anda mungkin juga menyukai