Anda di halaman 1dari 31

Tugas Keperawatan Gerontik

“KONSEP DAN KEPERAWATAN GERONTIK”

Dosen Pengampu :
Ns. Vik Salamanja, M.Kes
OLEH
KELOMPOK I KELAS A NON REGULER

SAPRIN B. PANO (841422150)


NUR FAHMIYA ILAHUDE (841422167)
FERTIAN ANTON YUNUS (841422157)
NUR LAILA TULEN (841422158)
NURMAWATI (841422190)
SURYANTO SUWANDI (841422178)
TIARA MAGFIRAH YUSUF (841422155)
FERON LADIKU (841422177)
NINDY H. M. HARUN (841422148)
NURUL JANNAH BAHARUDDIN (841422186)

PRODI S – 1 KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
T/A 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan
Gerontik dalam Keperawatan ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan
juga kami berterima kasih kepada Ns. Vik Salamanja, M.Kes selaku Dosen mata kuliah
keperawatan Gerontik yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai materi mengenai gerontik. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Penulis

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I LATAR BELAKANG KASUS................................................................ 1
Klasifikasi Istilah-Istilah Penting............................................................. 1
Kata/Problem Kunci................................................................................. 2
Mind Map................................................................................................. 3
Pertanyaan-Pertanyaan Penting................................................................ 4
Jawaban Pertanyaan................................................................................. 4
Tujuan Pembelajaran Selanjutnya............................................................ 6
Informasi Tambahan................................................................................ 6
Klasifikasi Informasi................................................................................ 6
Analisa & sintesis Informasi.................................................................... 6
Laporan Diskusi....................................................................................... 7
BAB II KONSEP MEDIS.................................................................................. 8
Definisi..................................................................................................... 8
Etilogi....................................................................................................... 8
Faktor Resiko........................................................................................... 9
Tanda Gejala............................................................................................ 9
Patofisiologi............................................................................................. 10
Komplikasi............................................................................................... 10
Pencegahan Kekambuhan........................................................................ 11
BAB III KONSEP KEPERAWATAN................................................................ 13
Pengkajian................................................................................................ 13
Tabel Pes.................................................................................................. 16
Diagnosa................................................................................................... 17
Intervensi Keperawatan............................................................................ 17
Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan.......................... 19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang terkadang
menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan suatu proses
natural tubuh meliputi terjadinya perubahan deoxyribonucleicacid (DNA).
ketidaknormalan kromosom dan penurunan fungsi organ dalam tubuh. Sekitar 65% dari
lansia yang mengalami gangguan kesehatan, hidup hanya ditemani oleh seseorang yang
mengingatkan masalah kesehatannya, dan 35% hidup sendiri. Secara individu, pengaruh
proses menua dapat menimbulkan berbagai macam masalah, baik masalah secara fisik,
biologis, mental maupun masalah sosial ekonomi (Nies&McEwen, 2007;
Tamber&Noorkasiani, 2009).

Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015, populasi penduduk
dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta jiwa. Dewasa ini, terdapat 125
juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada tahun 2050, diperkirakan mencapai 2
milliar jiwa di seluruh dunia. Akan ada hampir sebanyak 120 juta jiwa yang tinggal
sendiri di Cina, dan 434 juta orang di kelompok usia ini di seluruh dunia. Di kawasan Asia
Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah
Lansia sekitar 5.300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah
Lansia 24,000,000 (9.77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah
Lansia mencapai 28,800.000 (11,34%) dari total populasi (Departemen Kesehatan RI,
2013; WHO, 2015).

Dari sensus penduduk dunia, Indonesiamengalami peningkatan jumlah lansia (60


tahun ke atas) dari 3,7% pada tahun 1960 hingga 9.7% pada tahun 2011. Diperkirakan
akan meningkat menjadi 11.34% pada tahun 2020 dan 25% pada tahun 2050. Jumlah
orang tua di Indonesia berada di peringkat keempat terbesar di dunia setelah China, India,
dan Amerika. Propinsi Jawa tengah adalah salah satu propinsi yang mempunyai penduduk
usia lanjut diatas jumlah lansia nasional yang hanya 7.6% pada tahun 2000 dan dengan
usia harapan hidup mencapai 64,9 tahun. Secara kuantitatif kedua parameter tersebut lebih
tinggi dari ukuran nasional (Kadar, Francis, dan Sellick, 2012: Departemen Kesehatan.
2013). Menurut Ambarwati (2014) semakin tua umur seseorang, maka akan semakin
menurun kemampuan fisiknya, hal ini dapat mengakibatkan kemunduran pada peran
sosialnya dan juga akan mengakibatkan gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan
hidupnya. Meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain dengan
kata lain akan menurunkan tingkat kemandirian lansia tersebut. Maslow (1962. dikutip
oleh Ambarwati 2014) menyebutkan teori tentang hierarki kebutuhan, tingkatan yang
tertinggi (ke-5) adalah kebutuhan aktualisasi diri (needforselfActualization) yang terkait
dengan tingkat kemandirian, kreatifitas, kepercayaan diri dan mengenal serta memahami
potensi diri sendiri.

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu yang ditujukan untuk merawat
masyarakat usia lanjut pada wilayah-wilayah tertentu, digerakkan oleh masyarakat sendiri
sehingga pelayanan kesehatan dapat mereka dapatkan. Program yang beragam dari
posyandu lansia tersebut seharusnya dapat memberikan manfaat yang banyak bagi para
lansia, tetapi dilihat dari data yang diperoleh bahwa posyandu lansia ini tidak
dimanfaatkan semaksimal mungkin, bahkan sekitar 22,6% saja. Dengan mengikuti
kegiatan di posyandu, maka akan sangat bermanfaat bagi lansia untuk mencegah
kepikunan karena sering berinteraksi dengan lansia (Dinas Kesehatan RI, 2006;
Istanti,2014).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Konsep Lanjut Usia ?
2. Bagaimana Konsep Menua ?
3. Bagaimana Konsep Gerontik ?

C. TUJUAN
Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di atas, hingga tujuan
dalam penyusunan makalah ini merupakan bagaikan berikut :
1. Untuk mengetahui Konsep Lanjut Usia
2. Untuk mengetahui Konsep Menua
3. Untuk mengetahui Konsep Gerontik

D. MANFAAT PENULISAN
Untuk menambah pengetahuan kelompok tentang Konsep dan Keperawatan Gerontik
serta teori-teori penuaan, dan sebagai pembelajaran dalam melakukan tindakan
keperawatan pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP LANJUT USIA


1. Definisi Lansia
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun,
tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima
nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima
sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses
penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005). Usia lanjut adalah suatu proses
alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006).

2. Proses Menua
Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh usia yang
terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua normal ditandai oleh
perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu (Tjokronegroho Arjatmo dan
Hendra Utama,1995).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus
(berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk
hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan
berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologis
ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara lain :

a. Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan juga
jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah
keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada lansia seringkali terlihat
kurus.
b. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan dengan
kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan pada indera
pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga menyebabkan
menurunnya nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya

6
kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
c. Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi mengunyah
yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
d. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut
kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB yang dapat
menyebabkan wasir.
e. Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif dan
kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-hari.
Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya
ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal
benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai tujuan (apraksia) dan
gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi, yang
dapat mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia
atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan
untuk pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi
paranoid atau perilaku anti sosial lainnya.
Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga
bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat terjadi hiponatremia
yang menimbulkan rasa lelah. Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar
kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada
kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut yang mengalami IU seringkali mengurangi minum
yang dapat menyebabkan dehidrasi. Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi
ketidakmampuan untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara
lain sindrom lepas jabatan yang mengakibatkan sedih yang berkepanjangan.

3. Batasan Lansia
Menurut WHO, batasan lansia meliputi:

a. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun

b. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun

c. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun

d. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas Menurut Dra.Jos Masdani
(psikolog UI)
f. Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.
7
Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian:
1) Fase iuventus antara 25dan 40 tahun

2) Verilitia antara 40 dan 50 tahun

3) Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun

4) Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia

4. Tipe - Tipe Lansia

Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal
bersama anaknya. Menurut Nugroho W (2000) adalah:
a. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
b. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai kegiatan.
c. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang
menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, jabatan,
teman.
d. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.

e. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
pasif, dan kaget.

5. Teori Penuaan

a. Teori Biologis

Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang mengakibatkan perubahan


secara komulatif dan serta berakhir dengan kematian. Proses menua merupakan suatu
yang fisiologis yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut
usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun.
Teori biologis tentang penuaan dibagi menjadi :

1) Teori Instrinsik
Teori ini berati perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab dalam
diri sendiri.
2) Teori Ekstrinsik
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan pengaruh
lingkungan.

8
Teori lain menyatakan bahwa teori biologis dapat dibagi menjadi :

a) Teori Genetik Clock

Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terprogram secara genetik untuk
species – species tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuklei ( inti selnya )
suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan
menghitung mitosis dan akan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi
menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun
tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep
ini didukung kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada
beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata. Menua
terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul
/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
b) Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )
Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi somatik. sebagai
contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur
sebaliknya menghindarinya dapqaat mempperpanjang umur.menurut teori ini
terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan
terjadinya penurunan kemampuan fungsi sel tersebut. Sebaai salah satu hipotesis
yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis error catastrope.
c) Teori Auto imun
Dalam proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi oleh zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut, sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit. Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat
diproduksi suatu zat khusus. Sad jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap
zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
d) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas
mengakibatkan oksigenasi bahan - bahan organik seperti KH dan protein.radikal
ini menyebabkansel – sel tidak dapat beregenerasi. Tidak stabilnya redikal bebas
mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik seperti karbohidrat dan
protein . radikal ini menyebabkan sel- sel tidak dapat regenerasi.

9
e) Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
b. Teori Sosial

1) Teori aktifitas

Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
social
2) Teori Pembebasan
Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan adalah teori
pembebasan ( disengagement teori ). Teori tersebut menerangkan bahwa dengan
berubahnya usi seseorang secara berangsur – angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik
secara kualitatif maupun kuantitasnya sehingga sering terjadi kehilangan ganda yaitu:
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontrol social
c) Berkurangnya komitmen

3) Teori Kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia.


Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.

Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :

a) lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses
penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran
apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
b) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
c) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi

4) Teori Psikologi

a) Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow

10
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang
memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 11111954). Kebutuhan ini memiliki
urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi,
mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling
tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.
b) Teori individual
Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari seluruh fase
kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda dan masa dewasa muda,
usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran
sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan
terhadap dunia luar atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri
(introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan
merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.

6. Perubahan - Perubahan Multisistem Yang Terjadi Pada Lansia


Pada lansia terjadi perubahan-perubahan akibat proses menua diantaranya adalah perubahan
pada sistem pencernaan seperti :
a. Kehilangan gigi penyebab utama periodontal disiase yang biasa terjadii setelah umur 30
tahun
b. Indra pengecap menurun,adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi indra pengecap,
hilangnya sensivitas saraf pengecap lidah terutama rasa manis,asin,pahit
c. Rasa lapar menurun Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi atau gangguan pada
sistem gastrointestinal seperti penyakit gastritis
d. Fungsi absorbsi melemah
e. Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah berkurang
Lansia yang menderita gastritis akan mengalami perubahan pada sistem pencernaannya.
Patofisiologi Gastritis Akut Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik
(kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi super fisial, bagian ini
mengekskresi sejumlah gerak lambung yang mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak
mukus. Ulserasi superfisial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi. Pasian dapat
mengalami ketidak nyamanan, sakit kepala, mulas, mual dan anoreksia. Sering disertai
dengan muntah dan cegukan.
Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut
gastritis Auto imun) diakibatkan dari sel pariatel yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi

11
seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi
pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. Pylory)
mempengaruhi antrum dan pilorus (ujung bawah lambung dekat duodenum).

7. Dampak Kemunduran Dan Masalah-Masalah Kesehatan Pada Lansia


Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan, yaitu masa anak,
dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu dimana akan
menimbulkan perubahan-perubahan struktur dan fisiologis dari beberapa sel/jaringan/organ
dan system yang ada pada tubuh manusia (Mubarak,2009:140)
Kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, diantaranya
yaitu :

a. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap

b. Rambut kepala mulai memutih atau beruban

c. Gigi mulai lepas (ompong)

d. Penglihatan dan pendengaran berkurang

e. Mudah lelah dan mudah jatuh

f. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah akibat penurunan kelemahan

g. otot ekstremitas bawah dan kekuatan sendi

h. Gangguan gaya berjalan

i. Sinkope-dizziness;

Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :

a. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik

b. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik dari pada hal-hal yang baru saja
terjadi
c. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang

d. Sulit menerima ide-ide baru

Dampak kemunduran

Kemunduran yang terjadi pada lansia dipandang dari sudut biologis mempunyai
dampak terhadap tingkah laku dan perasaan orang yang memasuki lanjut usia. Jika berbicara
tentang menjadi tua, kemunduran yang paling banyak dikemukakan. Selain berbagai macam

12
kemunduran ada sesuatu yang dapat meningkat dalam proses menua, yaitu sensitivitas
emosional seseorang. Hal ini yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah pada masa tua.
Coba dilihat sepintas mengenai beberapa dampak kemunduran tersebut yaitu semakin
perasanya orang yang memasuki lanjut usia. Misalnya kemunduran fisik, yang berpengaruh
terhadap penampilan seseorang. Pada umumnya saat usia dewasa, seseorang dianggap tampil
paling cakap, tampan atau paling cantik. Kemunduran fisik yang terjadi pada dirinya membuat
membuat yang bersangkutan berkesimpulan bahwa kecantikan atau ketampanan yang mereka
miliki mulai hilang. Baginya, hal ini berarti kehilangan daya tarik dirinya.
Masalah Yang di alami oleh Lansia

1. Mudah jatuh

Jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi. Penyebabnya multi- faktor.
Dari faktor instrinsik misalnya : gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas
bawah, kekakuan sendi, dan sinkope atau pusing. Untuk faktor ekstrinsik, misalnya lantai
licin dan tidak rata, tersandung benda, penglihatan yang kurang karena cahaya kurang
terang, dan sebagainya sehingga dapat menyebabkan keterbatasan dalam melakukan
aktivitas.

2. Mudah lelah

Hal ini disebabkan oleh Faktor psikologis seperti perasaan bosan, keletihan, atau depresi
dan penyebab lainnya adalah :
a. Gangguan organis : anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang
(osteomalasia), gangguan pencernaan,kelainan metabolisme (diabetes melitus,
hipertiroid), gangguan ginjal dengan uremia, gangguan faal hati, gangguan sistem
peredaran darah dan jantung.
b. Pengaruh obat, misalnya obat penenang, obat jantung, dan obat yang melelahkan daya
kerja otot.
c. Berat badan menurun

Berat badan menurun disebabkan oleh :

- Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah hidup atau
kelesuan serta kemampuan indera perasa menurun
- Adanya penyakit kronis

- Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu


- Faktor sosio-ekonomis (pensiunan)
13
3. Gangguan Kardiovaskuler

a. Nyeri dada

b. Sesak nafas pada kerja fisik

c. Palpitasi

d. Edema kaki

4. Nyeri atau ketidaknyamanan

a. Nyeri pinggang atau punggung

b. Nyeri sendi pinggul

5. Keluhan pusing

6. Kesemutan pada anggota badan

7. Berat badan menurun

8. Gangguan eliminasi

a. Inkontinensia urin atau ngompol

b. Inkontinensia alvi

9. Gangguan ketajaman penglihatan

10. Gangguan pendengaran


11. Gangguan tidur
12. Mudah gatal
8. Karakteristik Penyakit Lansia Di Indonesia
a. Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis, osteoarthritis
b. Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac
attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, PJK
c. Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum

d. Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal


Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia
e. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas

f. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru

14
g. Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker

h. Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dsb

9. Peran Perawat Pada Klien Lansia Sesuai Proses Penuaan


Proses Perawatan Kesehatan bagi para Lansia merupakan tugas yang membutuhkan
suatu kondisi yang bersifat komprehnsif sehingga diperlukan suatu upaya penciptaan suatu
keterpaduan antara berbagai proses yang dapat terjadi pada lansia. Untuk mencapai tujuan
yang lebih maksimal, konsep dan strategi pelayanan kesehatan bagi para lansia memegang
peranan yang sangat penting dalam hal ini tidak lepas dari peran perawat sebagai unsur
pelaksana.
Dalam proses tersebut, peran perawat yang dapat dikembangkan untuk merawat lansia,
berdasarkan proses penuaan yang terjadi, yaitu :
a. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Biologik (Fisik).
Perawatan dengan perubahan fisik adalah perawatan yang memperhatikan kesehatan
objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yagn dialami oleh lansia semasa hidupnya,
perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan, serta penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya.
Perawatan fisik ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

1) Perawatan bagi usila yang masih aktif, yang keadaan fisiknya

Masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhannya


sehari-hari bisa dipenuhi sendiri.

2) Perawatan bagi usila yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan
fisiknya
mengalami kelumpuhan atau kesakitan sehingga memerlukan bantuan orang lain
untuk melakukan kebutuhannya sendiri. Disinilah peran perawat teroptimalkan,
terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk
mempertahankan kesehatannya, dan untuk itu perawat harus mengetahui dasar
perawatan bagi pasien lansia.
Peran perawat dalam membantu kebersihan perorangan sangat penting dalam
usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul
bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Selain itu kemunduran kondisi fisik
akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan

15
infeksi dari luar. Untuk para lansia yang masih aktif, peran perawat sebagai
pembimbing mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan,
kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidir, hal
makanan, cara mengkonsumsi obat, dan cara pindah dari kursi ke tempat tidur atau
sebaliknya. Kegiatan yang dilakukan secara rutin akan sangat penting
dipertahankan pada lansia dengan melihat. Kemampuan yang ada, karena adanya
potensi kelemahan atropi otot dan penurunan fungsi.

b. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Sosial.


Dalam perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial sebagai salah
satu upayanya adalah memberikan kesempatan berkumpul dengan sesama usila.
Mereka dapat bertukar cerita atau bertukar pikiran dan memberikan kebahagiaan
karena masih ada orang lain yang mau bertukar pikiran serta menghidupkan
semangat sosialisasi. Hasil kunjungan ini dapat dijadikan pegangan bahwa para
lansia tersebut adalah makluk sosial juga, yang membutuhkan kehadiran orang
lain.

c. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Psikologi.

Pada lansia, terutama yang melakukan kegiatan pribadi, memerlukan bantuan


orang lain, memerlukan sebagai suporter, interprester terhadap segala sesuatu yang
asing, penampung rahsia pribadi, dan sahabat yang akrab. Peran perawat disini
melakukan suatu pendekatan psikis, dimana membutuhkan seorang perawat yang
memiliki kesabaran, ketelitian dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai keluhan agar para usila merasa puas.

Pada dasarnya pasien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih
lingkungannya, termasuk perawat sehingga perawat harus menciptakan suasana
aman, tenang dan membiarkan klien lansia melakukan atau kegiatan lain yang
disenangi sebatas kemampuannya. Peran perawat disini juga sebagai motivator
atau membangkitkan kreasi pasien yang dirawatnya untuk mengurangi rasa putus
asa, rendah diri, rasa terbatas akibat ketidak mampuannya. Hal ini perlu dilakukan
karena bersamaan dengan makin lanjutnya usia, terjadi perubahan psikis yang
antara lain menurunnya daya ingat akan peristiwa yang baru saja terjadi,
perubahan pola tidur dengan kecenderungan untuk tiduran di siang hari dan
pengeseran libido.

16
Mengubah tingkah laku dan pandangan terhadap kesehatan lansia tidak dapat
dilakukan seketika. Seorang perawat harus melakukannya secara perlahan-lahan
dan bertahap serta mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga
seluruh pengalaman yang dilalui tidak menambah beban tetapi justru tetap
memberikan rasa puas dan bahagia.

B. KONSEP MENUA
1. Pengertian Proses Menua
Proses menua merupakan proses yang terus menerus atau berlanjut secara alamiah.
Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup.
Memasuki usia tua banyak mengalami kemunduran misalnya kemunduran fisik yang
ditandai dengan kulit menjadi keriput karena berkurangnya bantalan lemak, rambut memutih,
pendengaran berkurang, penglihatan memburuk, gigi mulai ompong, aktivitas menjadi
lamban, nafsu makan berkurang dan kondisi tubuh yang lain juga mengalami kemunduran.
2. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
a. Perubahan-perubahan Fisik

1. Sel

a) Lebih sedikit jumlahnya.

b) Lebih besar ukurannya.

c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.


d) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
e) Jumlah sel otak menurun.
f) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.

2. Sistem Persarafan

a) Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap
harinya).

17
b) Cepatnya menurun hubungan persarafan.

c) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.

d) Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,


mengecilnya saraf penciumdan perasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

e) Kurang sensitif terhadap sentuhan.

3. Sistem Pendengaran

a) Presbiakusis (gangguan dalam pendengaran). Hilangnya kemampuan pendengaran


pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nadanada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65
tahun.

b) Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .

c) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.

d) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan


jiwa/stres.
4. Sistem Penglihatan

a) Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

c) Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.

d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih


lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.

f) Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.

g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.

5. Sistem Kardiovaskuler

a) Elastisitas dinding aorta menurun.

b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

c) Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan menurunnya

18
kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenisasi. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke
berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak.
e) Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

a) Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis akibat metabolisme yang


menurun.
b) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya
aktivitas otot menurun.

7. Sistem Respirasi

a) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

b) Menurunnya aktivitas dari silia.

c) Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan


maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
d) Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

e) Kemampuan untuk batuk berkurang.

f) Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan


usia.
8. Sistem Gastrointestinal

a) Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang
buruk.
b) Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah
terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.
c) Eosephagus melebar.

d) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

f) Daya absorbsi melemah.

19
9. Sistem Reproduksi

a) Menciutnya ovari dan uterus.

b) Atrofi payudara.

c) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya


penurunan secara berangsur-angsur.
d) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi
kesehatan baik.
e) Selaput lendir vagina menurun.

10. Sistem Perkemihan

a) Ginjal

a) Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin,


darah yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus (nefron). Nefron menjadi
atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%.
b) Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat
dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
11.Sistem Endokrin

a) Produksi semua hormon menurun.

b) Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan


menurunnya daya pertukaran zat.
c) Menurunnya produksi aldosteron.

d) Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan


testosteron.
12.Sistem Kulit (Sistem Integumen)

a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

b) Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi,


serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
c) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

20
d) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

e) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.

f) Pertumbuhan kuku lebih lambat.

g) Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.

h) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

13.Sistem Muskuloskletal

a) Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.

b) Kifosis

c) Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.

d) Persendiaan membesar dan menjadi kaku.

e) Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.

f) Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil). Otot-otot serabut mengecil


sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi
tremor.
g) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

b. Perubahan-perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

1) Perubahan fisik, khususnya organ perasa

2) Kesehatan umum

3) Tingkat pendidikan

4) Keturunan (Hereditas)

5) Lingkungan

Kenangan (Memory)
1) Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
mencakup beberapa perubahan.
2) Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.
IQ (Inteligentia Quantion).

1) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.


21
2) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.
c. Perubahan-perubahan Psikososial

1) Pensiun : nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas


dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna
tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :
a) Kehilangan finansial (income berkurang).

b) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,


lengkap dengan segala fasilitasnya).
c) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.

d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

2) Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)

3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak


lebih sempit.
4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).

5) Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya


biaya pengobatan.
6) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

7) Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.

8) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

9) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman


dan family.
10) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.

3. Teori Proses Menua


Faktor yang memberi kontribusi utama pada proses menua yaitu:

a. Teori Biologi
1) Teori Genetik Clock
Menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik didalam

22
nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah
habis putarannya maka akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick (1980), dari teori itu dinyatakan adanya
hubungan antara membelah sel dalam kultur dengan umur spesies mutasi somatik
(teori errorrcatastrophe).
2) Teori Error
Menurut teori ini prose menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam
kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat kesalahan tersebut akan berakibat
keselahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara
perlahan. Sejalan dengan perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi beberapa
perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA yang merupakan substansi
pembangunan atau pembentuk sel baru.

3) Teori Autoimun
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat
mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya
sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada
permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel
yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya
Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin
bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari
Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap
antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai dengan
menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994).
4) Teori “Free Radical”
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh
manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan
Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif ,
sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut
Oen (1993) yang dikutif dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin
tua umur makin banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus
terjadi , kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
5) Wear Teori Biologi

23
Kelebihan usaha dan stress menyebaban sel tubuh rusak.

6) Teori kolagen

Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan


jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.
b. Teori Psikososial

1) Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan


secara langsung.
2) Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan
adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress.
3) Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti
hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain.
4) Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan
mempercepat proses penuaan.
5) Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi
menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan yang
sempurna.
6) Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.
7) Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan
ada tingkat maksimumnya.
8) Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas
perkembangan sesuai dengan usianya.
c. Teori Lingkungan

1) Teori Radiasi

Setiap hari manusia terpapar dengan adanya radiasi baik karena sinar UV maupun
dalam bentuk gelombang-gelombang mikro yang telah menumbuk tubuh tanpa terasa
yang dapat mengakibatkan perubahan susunan DNA dalam sel hidup atau bahkan
rusak dan mati.
2) Teori Stres
Stres fisik maupun psikologi dapat mengakibatkan pengeluaran neurotransmitter
tertentu yang dapat mangekibatkan perfusi jaringan menurun sehingga jaringan
mengalami kekurangan O2 dan mengalami gangguan metabolisme sel sehingga terjadi

24
penurunan jumlah cairan dalam sel dan penurunan eksisitas membran sel.
3) Teori Polusi
Tercemarnya lingkungan dapat mengakibatkan tubuh mengalami gangguan pada
sistem psikoneuroimunologi yang seterusnya mempercepat terjadinya proses menua
dengan perjalanan yang masih rumit untuk dipelajari.
4) Teori Pemaparan
Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan mirip dengan sinar ultra
yang lain mampu mempengaruhi susunan DNA sehingga proses penuaan atau
kematian sel bisa terjadi.

C. KONSEP GERONTIK

1. Pengertian Lanjut Usia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi
Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk, 2008). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat
(2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32)

2. Batasan Lanjut Usia

Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia meliputi:


1) Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2) Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.

3) Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.

4) Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.

b. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:

1) Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

25
2) Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3) Lansia risiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
4) Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
5) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

3. Tipe Lanjut Usia


Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi
fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam buku R. Siti Maryam, dkk,
2008).
Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:

a. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,


mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan,
bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
d. Tipe pasraH
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan
apa saja.
e. Tipe bingunG.
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak

26
acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe pemarah/frustasi
(kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri
sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para lansia
dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri
dengan bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak
langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia di panti werda, lansia yang dirawat di
rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental.
4. Proses Penuaan
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah
itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh.
Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan.
Itulah yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami
berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan
R. Siti Maryam, dkk, 2008 menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi penuaan adalah
sebagai berikut:
a. Hereditas (Keturunan/Genetik)

b. Nutrisi (Asupan Makanan)

c. Status Kesehatan

d. Pengalaman Hidup

e. Lingkungan

f. Stress

6. Teori – Teori Penuaan

a. Menurut Betty Newman


27
Sebenarnya secara individual tahap proses penuaan terjadi pada orang dengan usia
berbeda, masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda, tidak ada satu
faktor pun ditemukan untuk mencegah proses penuaan.
1) Teori-Teori Biologi

a) Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatic Theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara generic untuk spesies-
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.

Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel).

b) Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah
(terpakai).

c) Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi
dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine di sel otot jantung
dan sel susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia yang mengakibatkan
mengganggu sel itu sendiri.

d) Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

e) Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekuranga gizi


f) Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus Theor) Sistem imun
menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh
dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
g) Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
h) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan proton. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
i) Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen, ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
28
kekacauan, dan hilangnya fungsi.
j) Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah
sel-sel tersebut mati.
2) Teori Kejiwaan Sosial

a) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)

 Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara


langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

 Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.

 Mempertahankan hubungan antara system sosial dan individu agar tetap


stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
b) Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliknya.
c) Teori Pembebasan (Didengagement Theory)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu
oleh Cummning dan Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepasuikan diri
dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Triple Loss), yakni:
 Kehilangan peran (Loss of Role)

 Hambatan kontak sosial (Restrastion of Contacts and Relation Ships)

 Berkurangnya komitmen (Reuced Commitment to Social Mores and Values).

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah
sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Usia
lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis.
Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian. Usia
lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari.

Proses menua merupakan proses yang terus menerus atau berlanjut secara alamiah.
Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Memasuki usia tua
banyak mengalami kemunduran misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
menjadi keriput karena berkurangnya bantalan lemak, rambut memutih, pendengaran
berkurang, penglihatan memburuk, gigi mulai ompong, aktivitas menjadi lamban, nafsu
makan berkurang dan kondisi tubuh yang lain juga mengalami kemunduran.

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Batasan lanjut usia menurut WHO terbagi menjadi 5 yaitu usia pertengahan
(Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (Elderly) ialah
kelompok usia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75
dan 90 tahun, usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.

Teori –teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi oleh Betty
Newman di kelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologi dan kejiwaan
sosial. Sedangkan teori penuaan menurut Barbara Cole Donlon di kelompokkan kedalam
dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikososial.

B. Saran

Diharapkan dengan membaca makalah ini, dapat berguna dan menambah wawasan
untuk para pembaca.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. American Nurses Association (ANA) 1986, Standard of Home Care Nursing


Practise, Washington, DC : Author.
2. Bailon, S.G dan A.S Maglaya 1987, Family Health Nursing : the Proses,
Philippiness : UP College on Nursing Diliman.
3. Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan 2006, Panduan Pelayanan Keperawatan
Kesehatan Di Rumah, Depkes RI : Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.
4. Effendi, Ferry dan Makhfudli 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktik dalam Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.
5. Effendy, Nasrul 1998, Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2,
Jakarta : EGC.
6. FIK UI 2000, Kumpulan Makalah Pelatihan Asuhan Keperawatan Keluarga di
Jakarta tanggal 7 – 10 Nopember 2000. Tidak dipublikasikan.
7. Friedman, M.M 1998, Family Nursing : Research, Theory and Practise. (4th ed),
Coonecticut : Appleton-Century-Cropts.

31

Anda mungkin juga menyukai