Anda di halaman 1dari 53

MANAJEMEN UNIT DAN ASUHAN

DI SATUAN PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL LANJUT


USIA GARUT

Diajukan untuk Memenuhi salah satu Tugas Program Profesi Ners pada Stase
Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh:
GELOMBANG 2

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN XXXV


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
GARUT
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1


BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 2
1.2 Tujuan Penulisan ...................................... Error! Bookmark not defined.
1.2.1 Tujuan Umum .................................. Error! Bookmark not defined.
1.2.2 Tujuan Khusus ................................. Error! Bookmark not defined.
1.3 Ruang Lingkup......................................... Error! Bookmark not defined.
1.4 Metode penulisan ..................................... Error! Bookmark not defined.
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 6
BAB II KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN SATUAN
PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA GARUT.................... 8
2.1 Kajian Situasi Satuan Pelayanan RSLU Garut ......................................... 8
2.2.1 Profil dan Sejarah Satuan Pelayanan RSLU Garut ........................... 8
2.2.2 Visi dan Misi Satuan Pelayanan RSLU Garut .................................. 9
2.2.3 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Satuan Pelayanan RSLU Garut .... 10
2.2.4 Dasar Hukum .................................................................................. 10
2.2 Kajian Situasi Manajemen Asuhan Satuan Pelayanan Satuan Pelayanan
RSLU Garut ............................................................................................ 11
2.2.1 Karakteristik Pegawai Satuan Pelayanan Satuan Pelayanan RSLU
Garut 11
2.2.2 Karakteristik Pegawai Non PNS ..................................................... 12
2.2.3 Karakteristik Lansia ........................................................................ 12
2.3 Kekuatan Kerja/Sumber Daya ................................................................ 18
2.3 Kerjasama Di Bidang Pendidikan ........................................................... 42
2.4 Standar Prosedur Operasional .................. Error! Bookmark not defined.
BAB III ANALISA DATA DAN PERENCANAAN .......................................... 43
3.1 Analisis Data ............................................ Error! Bookmark not defined.

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seseorang dikatakan usia lanjut (lansia) apabila telah mencapai usia


lebih dari 60 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses keidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia
adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis (Efendi,
2009).
Penetapan usia 60 tahun keatas sebagai awal masa lanjut usia
(lansia) dimulai pada abad ke-19 di negara Jerman. Usia 60 tahun
merupakan batas minimal untuk kategori lansia. Seiap orang menua denga
cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Setiap
lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan
yang berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya (Potter & Perry,
2009).
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2016, jumlah Lansia di Indonesia
mencapai 22,4 juta jiwa atau 8,69% dari jumlah penduduk. Sementara
menurut proyeksi BPS tahun 2015, pada tahun 2018 jumlah lansia
diperkirakan mencapai 9,3% atau 24,7 juta jiwa. Data proyeksi penduduk
tahun 2017 diprediksi jumlah penduduk lansia di Indonesia tahun 2020
(27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun
2035 yaitu 48,19 juta (Kemenkes,2017). Persentase lansia di Indonesia
tahun 2017 telah mencapai 9,03% dari keseluruhan penduduk
(Kemenkes,2017). Badan Pusat Statistik (2017) memproyeksikan jumlah
penduduk lanjut usia di jawa barat berada di presentase 8,67 % dari total
lansia di Indonesia. Jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari
setiap tahunnya dan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti
kemiskinan dan lansia terlantar, sehingga lansia mempunyai ketergantungan
terhadap orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Disamping itu

2
Quality of life pada lansia merupkan sejauh mana seseorang dapat
merasakan dan menikmati terjadinya segala peristiwa penting dalam
kehidupannya menjadi sejahtera (Rapley, 2003). Jika seseorang dapat
mencapai kualitas hidup yang tinggi, maka kehidupan individu tersebut
mengarah pada keadaan sejahtera mengarah pada keadaan sejahtera
(wellbeing), sebaliknya jika seseorang mencapai kualitas hidup yang rendah,
maka kehidupan individu tersebut mengarah pada keadaan tidak sejahtera
(ill-being) (Brown, 2004). Hal ini sesuai dengan Hardiwinoto (2005;
Risdianto, 2009) yang menyebutkan bahwa kesejahteraan menjadi salah satu
parameter tingginya kualitas hidup lanjut usia sehingga mereka dapat
menikmati kehidupan masa .tuanya.
Menurut WHOQOL Group (1994; Ayu Prawesti, dkk, 2007)
menyebutkan bahwa kualitas hidup dipengaruhi oleh kesehatan fisik,
kesehatan psikologis, hubungan sosial, dan aspek lingkungan. Empat
domain kualitas hidup diidentifikasi sebagai suatu perilaku, status
keberadaan, kapasitas potensial, dan persepsi atau pengalaman subjektif
(WHOQOL Group, 1994). Jika kebutuhan kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi, akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan lanjut usia yang
akan menurunkan kualitas hidupnya (Ratna, 2008).
Menurut Tamher & Noorkasiani (2011), meningkatnya populasi
lansia ini membuat pemerintah perlu merumuskan kebijakan dan program
yang ditujukan kepada lansia sehingga dapat berperan dalam pembangunan
dan tidak menjadi beban bagi masyarakat. Salah satu usaha sosial dari
pemerintah untuk tetap melakukan pembinaan terhadap kesejahteraan lansia
adalah dengan mendirikan panti sosial tresna werdha. Panti sosial tresna
werdha merupakan suatu institusi hunian bersama dari para lansia yang
secara fisik dan kesehatan masih mandiri dimana kebutuhan harian dari para
penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti, serta sebuah rumah atau
tempat penampungan untuk manusia lanjut usia. Sebuah sarana dimana
manula diberikan fasilitas, layanan 24 jam, jadwal aktifitas, dan hiburan
yang dibutuhkan sesuai kebutuhan manula. Dalam Kepmensos
no.50/HUK/2004 dijelaskan bahwa panti sosial juga memiliki tugas

3
memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat
hidup secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu panti social
yang didirikan pemerintah adalah Panti werdha satuan pelayanan rehabilitasi
sosial lanjut usia (RSLU) Garut. Unit tersebut merupakan salah satu balai
perlindungan yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan lansia dan
memperpanjang harapan usia lansia.
Hurlock & Elizabeth (2006) menyebutkan bahwa lansia yang pindah
ke tempat tinggal yang baru seperti panti werdha, memungkinkan muncul
adanya kesulitan beradaptasi sehingga mereka merasa stres, kehilangan
kontrol atas hidupnya, dan kehilangan identitas diri yang secara tidak
langsung akan berpengaruh terhadap quality of life (QoL), sehingga perawat
gerontik yang merupakan spesialis keperawatan lanjut usia yang
menjalankan peran dan tanggung jawabnya terhadap tatanan pelayanan
kesehatan dengan menggunakan ilmu pengetahuan,keahlian,keterampilan
dan teknologi dan seni dalam merawat untuk meningkatkan fungsi optimal
lanjut usia secara komprehensif (kushariyadi, 2010) dapat memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif untuk meningkatkan kualitas
hidup lansia di panti werdha, dengan didukung oleh standar umum panti
sosial yang telah ditetapkan oleh dinas sosial, baik dari kelembagaan,
sumber daya manusia, sarana prasarana, pembiayaan, pelayanan sosial
dasar, serta monitoring dan evaluasi.
Sumber daya manusia yang memiliki kompentisi disetiap bidangnya
dapat ikut serta dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas hidup
lansia di panti sosial tersebut. Di RSLU sendiri sudah memiliki sumber daya
manusia yang sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh dinas sosial. Salah
satunya dalam bidang pramuwerdha. Hasil wawancara yang telah dilakukan,
menunjukkan bahwa bidang pramuwerdha di RSLU Garut membutuhkan
informasi komprehensif mengenai pemberian pelayanan pada penghuni
panti werdha dan keselamatan untuk pramuwerdha, salah satu diantaranya
adalah perhatian khusus pada pasien dengan risiko decubitus di ruang
khusus, serta bagi pramuwerdha adalah perhatian khusus untuk
perlindungan diri selama melakukan pelayanan terdahap penghuni panti.

4
Sarana prasana yang terdapat di panti werdha telah sesuai
disesuaikan dengan standar dari segi fungsi bangunan, kebutuhan ruang
yang diperlukan, persyaratan ruang, fasilitas, struktur bangunan, dan tata
bentuk bangunan, namun hasil survey dan wawancara yang telah dilakukan
menunjukkan adanya beberapa sarana yang dinilai belum maksimal, seperi
jalur evakuasi serta sumber air di sebagian asrama panti.
Salah satu pencapaian dalam kompetensi pembelajaran profesi
keperawatan adalah kajian situasional, melalui telaah visi dan misi, sifat
kekaryaan di RPSTW Garut, kemudian melakukan analisa permasalahan,
perencanaan strategi dan operasional serta melakukan implementasi dan
evaluasi serta tindak lanjutnya. Langkah-langkah tersebut khususnya
ditujukan dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan mutu
pelayanan Asuhan Keperawatan yang berkesinambungan.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa Program Ners mampu menerapkan konsep manajemen
keperawatan gerontik di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Garut
1.2.2 Tujuan Khusus
1 Mengkaji situasi pelayanan keperawatan dan telaah situasi yang
terjadi di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Garut
2 Mensosialisasikan hasil kajian di Rumah Perlindungan Lanjut
Usia Garut
3 Menyusun rencana strategis operasional, implementasi, evaluasi
dan tindak lanjut sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan unit
di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Garut
1.3 Ruang Lingkup
Pelaksanaan praktik keperawatan gerontik dilaksanakan di RPLU
Garut. RPLU tersebut memberikan pelayanan kepada masyarakat
lanjut usia yang tidak mampu memenuhi kebutuhan secara mandiri
sebagai wujud peningkatan usaha kesejahteraan lanjut usia. Begitu
pula dengan pemberian perawatan, perlindungan, dan pemberdayaan
lanjut usia yang dilakukan dengan praktik pada tanggal 26 Agustus

5
2018- 6 September 2018 serta melibatkan seluruh lansia, petugas
pelaksana dan manajemen RPLU Garut serta pembimbing akademik
dari Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan dalam laporan ini menggunakan metode observasi,
wawancara, data screening dan studi literatur. Wawancara dilakukan untuk
mencari data mengenai sistem serta aspek lain yang belum tercukupi.
Sementara observasi dilakukan tidak hanya berkomunikasi dengan
perorangan, namun berhubungan dengan objek di sekitar (Sugiyono, 2009).
Metode dengan wawancara dan observasi ditujukan kepada pihak panti dan
lansia di RPLU Garut.
Metode studi literatur digunakan sebagai panduan pelaksanaan
kegiatan. Studi literatur yang dilakukan adalah dengan melakukan pencarian
berbagai sumber yang tertulis. Studi literatur adalah pengkajian terhadap
teori-teori yang ada dalam buku atau dari hasil penelitian terdahulu yang
relevan, aktual, dan faktual dengan masalah yang dikaji (Badriah, 2006).
Studi literature yang digunakan pada laporan ini menggunakan jurnal dari
dalam maupun luar negeri.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
GERONTIK
BAB III ANALISA DATA DAN PERENCANAAN
A. Analisa Data
B. Perencanaan
BAB IV IMPLEMENTASI DAN RENCANA TINDAK LAJUT
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

6
LAMPIRAN

7
BAB II
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
SATUAN PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL
LANJUT USIA GARUT

2.1 Kajian Situasi Satuan Pelayanan RSLU Garut


2.1.1 Profil dan Sejarah Satuan Pelayanan RSLU Garut
a. Profil Satuan Pelayanan RSLU Garut
Nama Yayasan : UPTD Panti Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia
dan Pemeliharaan Makam Pahlawan Ciparay
Bandung
Nama Panti Sosial : Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Garut
Tahun Berdiri : Tahun 1921
Alamat Panti : Jl. RSU Dr. Slamet no. 9 B RT/RW 01/03
Kelurahan Sukakarya Kecamatan Tarogong
Kidul, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.
Telp. (0262) 233278
E-mail : rpstwgarut@yahoo.co.id
Kapasitas Panti : 100 orang
Luas Tanah/Bangunan : 8120 m2/2096,70 m2

b. Sejarah Satuan Pelayanan RSLU Garut


Satuan Pelayanan RSLU Garut didirikan oleh Dalem Karta Legawa
pada tahun 1921. Pada awalnya digunakan untuk penampungan para
gelandangan dan pengemis, cacat tubuh, lanjut usia dengan menampung
sebanyak 20 orang bertempat di kampung Suka Regang dengan nama
Rumah Miskin. Tahun 1925 Rumah Miskin dipindahkan ke jalan RSU dr.
Slamet dan yang bertanggung jawab Dalem Musa Karta Legawa dari
Kantor Pakauman Garut.
Tahun 1950, Rumah Miskin diserahkan oleh Pemda Garut kepada
Pemda Provinsi Tingkat I Jawa Barat dan beralih fungsi menjadi tempat
penampungan korban kekacauan atau pemberontakan DI/TII dengan
sebutan perumahan fakir miskin. Tahun 1952, perumahan fakir miskin
diubah menjadi panti jompo yang sasarannya lanjut usia terlantar atau
tidak mampu. Tahun 1997 berdasarkan keputusan Gubernur Jawa Barat
No.38 tahun 1997 tanggal 7 Oktober 1997 Panti Jompo kemudian berubah
nama menjadi Panti Sosial Tresna Werdha “Jiwa Baru” Garut.
Pada tahun 2002 seiring dengan dilaksanakannya otonomi daerah
maka berdasarkan Peraturan Daerah No. 15 tahun 2002 tentang perubahan
atas Peraturan Daerah No. 15 tahun 2000 Panti Sosial Tresna Werdha Jiwa

8
Baru Garut menjadi instalasi dari Balai Perlindungan Sosial Tresna
Werdha (BPSTW) Ciparay dan tahun 2003 melalui keputusan Gubernur
Jawa Barat No.29, RSLU Kota berada dibawah Rumah Perlindungan
Sosial Tresna Werdha Ciparay dan bertanggung jawab kepada Kepala
Balai dengan kapasitas 75 orang.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 113
Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Dinas dan Badan di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat BPSTW
kembali mengalami perubahan nomenklatur menjadi Balai Perlindungan
Sosial Tresna Werdha Ciparay Bandung dan Pemeliharaan Taman Makam
Pahlawan yang diikuti dengan Perubahan nama Instalasi Panti Sosial
Tresna Werdha Jiwa Baru Garut menjadi Sub Unit Rumah Perlindungan
Sosial Tresna Werdha (RSLU) Garut.
Pada bulan Februari 2018 Sub Unit Rumah Perlindungan Sosial
Tresna Werdha (RSLU) Garut berubah nama menjadi Satuan Pelayanan
Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia (RSLU), yang nantinya diharapkan mampu
meningkatkan tingkat kemandirian lansia.
Letak RSLU cukup strategis dan mudah dijangkau karena terletak
di jalan utama daerah yang dapat dilalui oleh kendaraan roda empat, baik
kendaraan pribadi dan umum. RSLU cukup strategis dan mudah dijangkau
karena terletak di jalan utama daerah yang dapat dilalui oleh kendaraan
roda empat, baik kendaraan pribadi dan umum. RSLU terletak di jalan
RSU Dr. Slamet No 9 B Garut dan dengan luas tanah 8120 m2berdasarkan
sertifikat No 2381/1997. Luas Bangunan 2096,70 m2.

2.1.2 Visi dan Misi Satuan Pelayanan RSLU Garut


a. Visi
Visi dari Satuan Pelayanan RSLU Garut ini adalah ”Sub Unit Terbaik
Dalam Pelayanan Lanjut Usia di Indonesia Tahun 2018”.

b. Misi
Misi Satuan Pelayanan RSLU Garut adalah:
1) Mewujudkan lanjut usia yang mmiliki harkat, martabat dan kualitas
kesehatan yang prima.
2) Mengembangkan sistem dan mekanisme layanan Lanjut Usia.
3) Menciptakan Sumber Daya Manusia Pelaksana fungsi layanan Lanjut
Usia yang handal.
4) Mewujudkan sarana dan prasarana pendukung fungsi layanan Lanjut
Usia yang memadai.
5) Mengembangkan jejaring kerja dalam meningkatkan peran dan fungsi
institusi.

9
2.1.3 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Satuan Pelayanan RSLU Garut
a. Kedudukan
Secara kelembagaan belum struktural, maka tugas pokok dan
fungsinya membantu kepala UPTD Panti Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia
dan Pemeliharaan Makam Pahlawan Ciparay Bandung dan pemeliharaan
tempat.

b. Tugas
Melaksanakan sebagian tugas operasional balai di bidang
perlindungan dan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia.

c. Fungsi
1) Penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis pelayanan dan
perlindungan sosial lanjut usia terlantar.
2) Penyelenggaraan pelayanan dan perlindungan sosial lanjut usia
terlantar.

2.1.4 Dasar Hukum


a. Undang – Undang RI No. 13 Tahun 1998, tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia.
b. Undang – Undang No. 11 Tahun 2009, tentang Kesejahteraan Sosial.
c. Peraturan PemerintahNo. 43 Tahun 2004, tentangPelaksanaan Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.
d. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2012tentang Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial.
e. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 15 Tahun 2002 tentang
perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 15 Tahun
2000 tentang Panti Sosial Tresna Werdha Jiwa Baru Garut menjadi
Instalasi dari Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW )
Ciparay.
f. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 21 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah (lembaran Daerah Tahun 2008
Nomor 20 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 55).
g. Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 68 Tahun2009 tentang Tugas
Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Sosial
Provinsi JawaBarat (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
No.186 seri D).
h. Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 113 tahun 2009 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Badan di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

10
i. Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 25 Tahun 2015 tentang Tugas
Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit, Dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Dinas di Lingkungan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat.

2.2 Kajian Situasi Manajemen Asuhan Satuan Pelayanan Satuan


Pelayanan RSLU Garut
2.2.1 Karakteristik Pegawai Satuan Pelayanan Satuan Pelayanan RSLU
Garut

a. Karakterisistik Pegawai PNS


Tabel 2.1 Karakteristik Pegawai PNS Berdasarkan Usia
(Depkes RI, 2009)
No. Kelompok Usia Jumlah Persentase (%)
1. 17-25 - -
2. 26-35 - -
3. 36-45 5 55,5
4. 46-55 2 22,25
5. 56-65 2 22,25
JUMLAH 9 100

Tabel 2.2 Karakteristik Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin PNS


No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1. Laki-laki 4 44.44
2. Perempuan 5 55.55
JUMLAH 9 100

Tabel 2.3 Karakteristik Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan


PNS
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
(%)
1. Sekolah Dasar (SD) - -
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) - -
3. Sekolah Menengah Atas (SMA) 6 66,66
4. D2 1 11,1
5. D3 1 11,1
6. S1 - -
7. S2 1 11,1
JUMLAH 9 100

11
b. Karakteristik Pegawai Non PNS
Tabel 2.4 Karakteristik Pegawai Honorer Berdasarkan Usia
(Depkes RI, 2009)
No. Kelompok Usia Jumlah Persentase (%)
1. 17-25 3 15
2. 26-35 5 25
3. 36-45 4 20
4. 46-55 8 40
5. 56-65 0 0
JUMLAH 20 100

Tabel 2.5 Karakteristik Pegawai Honorer Berdasarkan Jenis


Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1. Laki-laki 12 60
2. Perempuan 8 40
JUMLAH 20 100

Tabel 2.6 Karakteristik Pegawai Honorer Berdasarkan Tingkat


Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1. Tidak Sekolah 1 5
2. Sekolah Dasar (SD) 6 30
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 5
6. Sekolah Menengah Atas (SMA) 8 40
7. S1 4 20
JUMLAH 20 100

2.2.2 Karakteristik Lansia


1. Karakteristik Lansia Berdasarkan Data Demografi
Adapun karakteristik pasien selama dilakukan kajian situasi
tanggal 29-30 agustus 2018 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.7 Karakteristik Lansia Berdasarkan Kelompok Usia
No Kelompok Usia Jumlah Persentase (%)
1. Middle age (45-59) 10 14.5
2. Elderly (60-74) 42 60.9
3. Old (75–90) 17 24.6

JUMLAH 69 100
Sumber: data primer dan data sekunder pihak Satuan Pelayanan
RSLU Garut

12
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa sebagian besar lansia
di Satuan Pelayanan RSLU Garut berada pada kategori usia elderly
(60-74 tahun) sebanyak 42 orang atau 60.9%.
Tabel 2.8 Karakteristik Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1. Laki-laki 28 40.6
2. Perempuan 41 59.4
Jumlah 69 100
Sumber: data primer dan data sekunder pihak Satuan
Pelayanan Satuan Pelayanan RSLU Garut

Berdasarkan tabel 2.8, diketahui bahwa sebagian besar lansia di


Satuan Pelayanan RSLU Garut berjenis kelamin perempuan dengan
presentase 59,4% atau sebanyak 41 orang.
Tabel 2.9 Karakteristik Lansia Berdasarkan Suku Bangsa
No Kelompok Usia Jumlah Persentase (%)
1. Sunda 57 82.6
2. Jawa 10 14.5
3. Lainnya 4 2.9
Jumlah 69 100
Sumber: data primer dan data sekunder pihak Satuan
Pelayanan RSLU Garut
Karakteristik lansia berdasarkan hasil tabel 2.9, diketahui
sebagian besar lansia bersuku Sunda dengan presentase 82.6% atau
sebanyak 57 orang lansia.

Tabel 2.10 Karakteristik Lansia Berdasarkan Agama


No Kelompok Usia Jumlah Persentase (%)
1. Islam 69 100
Jumlah 69 100
Sumber: Data primer dan data sekunder pihak Satuan
Pelayanan RSLU Garut
Karakteristik lansia berdasarkan berdasarkan hasil tabel 2.10,
diketahui bahwa semua lansia beragama Islam
Tabel 2.11 Karakteristik Lansia Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1. Tidak Terkaji 2 2.9
2. Tidak Sekolah 18 26.1
3. Tidak tamat SD 23 33.3
4. SD 15 21.7
5. SMP 2 2.9
6. SMA 6 8.7

13
7.
S Perguruan Tinggi 3 4.3
u
m Jumlah 69 100
b
erSumbSumber: Data primer dan data sekunder pihak Satuan
Pelayanan Satuan Pelayanan RSLU Garut.

Berdasarkan tabel 2.11, diketahui tingkat pendidikan sebagian


besar lansia di Satuan Pelayanan RSLU Garut adalah tidak tamat SD
sebanyak 33,3% atau 23 orang dari 69 orang lansia yang dikaji.
Tabel 2.12 Karakteristik Lansia Berdasarkan Tingkat
Status Perkawinan
SNo Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
u
1. Tidak Terkaji 3 4.3
2.
m Tidak Menikah 12 17.4
3.
b Menikah 13 18.8
4.
e Cerai Hidup 15 21.7
5.
r Cerai Mati 28 37.8
Jumlah 69 100
S
u
mSumber: Data primer dan data sekunder pihak Satuan Pelayanan
Satuan Pelayanan RSLU Garut.
Berdasarkan tabel 2.12, diketahui status perkawinan sebagian besar
lansia di Satuan Pelayanan RSLU Garut adalah cerai mati sebanyak
37.8% atau 28 orang dari 69 orang lansia yang dikaji.

14
2. Karakteristik Lansia berdasarkan indeks kemandirian
Tabel 2.14 Karakteristik Lansia Berdasarkan Hasil
Pengkajian KATZ Indeks dan BARTHEL Indeks
No. Kategori Frekuensi Presentase
(f) (%)
1. Pengkajian KATZ INDEKS
A 43 62.3
B 5 7.2
C 2 2.9
D 1 1.4
E 4 5.8
F 10 14.5
G 3 4.3
O 1 1.4
2. Pengkajian BARTHEL INDEKS
Mandiri 36 52.2
Ketergantungan Sebagian 30 43.5
Ketergantungan Total 3 4.3
Untuk perihal kemandirian, 62.3% lansia mempunyai KATZ
Indeks A, adapun untuk barthel indeks 43.5% lansia mempunyai
nilai ketergantungan sebagian.

3. Karakteristik Lansia Berdasarkan Status Mental,


Fungsional, dan Nutrisi
Para lansia juga diukur status fungsionalnya dari aspek kognitif
dan mental dengan menggunakan beberapa kuesioner, yaitu: Short
Portable Mental Status Questioner (SPSMQ), Mini Mental Status
Exam(MMSE), Early Dementia Questinnaire (EDQ), dan Mini
Nutritional Assessment (MNA). Berikut ini hasil dari pengkajian
tersebut adalah:
Tabel 2.15 Karakteristik Lansia Berdasarkan Hasil
Pengkajian SPSMQ, MMSE, MFS, MNA, GDS,
3MS, IMT

No. Kategori Frekuensi Persentase


(f) (%)
1. Pengkajian SPSMQ
Fungsi Intelektual Utuh 26 37.7
Kerusakan Intelektual Ringan 9 13.0
Kerusakan Intelektual Sedang 21 30.4
Kerusakan Intelektual Berat 10 14.5
Tidak Terkaji 3 4.3

15
2. Pengkajian MMSE
Aspek kognitif dari fungsi mental 25 36.2
baik
Kerusakan aspek fungsi mental 18 26,1
ringan
Terdapat kerusakan aspek fungsi 20 29
mental berat
Tidak Terkaji 6 8.7
3. Emosional
Gangguan emosional positif 28 40.6
Gangguan emosional negative 39 56.5
Tidak terkaji 2 2.9
4. Pengkajian MNA
Perlu Pengkajian Nutrisi lebih 45 65.2
lanjut
Tidak perlu Pengkajian Nutrisi 21 30.4
Lebih Lanjut
Tidak Terkaji 3 4.3
5. GDS
Depresi ringan 35 50,7
Depresi sedang 12 17.4
Depresi berat 11 15.9
Tidak terkaji 11 15.9
6. 3MS
Demensia ringan/normal 38 55.1
Demensia sedang 13 18.8
Demensia berat 12 17.4
Tidak terkaji 6 8.7
7. IMT
Underweight (<18.5) 22 31.9
Normal (18.5-24.99) 36 52.2
Overweight (25-29.99) 11 15.9

Hasil pengkajian menyatakan bahwa lansia paling


banyak mempunyai fungsi intelektual utuh, yaitu sebanyak 26
lansia (37,7%), untuk ketegori aspek kognitif fungsi mental baik
sebanyak 25 lansia (36,2%), untuk kategori emosional dengan
gangguan emosional positif sebanyak 28 lansia (40.6%), untuk
pengkajian nutrisi yang perlu dikaji lebih lanjut ada sebanyak 45
lansia (65,2%), untuk kategori GDS dengan depresi ringan
sebanyak 35 lansia (50.7%), untuk kategori 3MS dengan
demensia ringan/normal sebanyak 38 (55.1%), dan kategori IMT
sebanyak 38 lansia (52.2) dengan kategori normal

16
4. Karakteristik Lansia Berdasarkan Resiko Jatuh
Para lansia juga diukur resiko jatuhnya dan keseimbangan dalam
bergeraknya dengan menggunakan beberapa kuesioner, yaitu: Morse
Fall Scale (MFS) dan pengkajian keseimbangan. Berikut ini hasil
dari pengkajian tersebut adalah:
Tabel 2.16 Karakteristik Lansia Berdasarkan Hasil
Pengkajian MFS dan pengkajian keseimbangan (n = 69)
No. Kategori Frekuensi Persentase
(f) (%)
1. Pengkajian MFS
Tidak Beresiko 24 34.8
Resiko Rendah 26 37.7
Resiko Tinggi 19 27.5
2. Pengkajian Keseimbangan
Risiko rendah 29 42.0
Risiko sedang 15 21.7
Risiko tinggi 21 30.4
Tidak terkaji 4 5.8
3. BBS
Klien perlu menggunakan kursi 16 23.2
roda
Klien perlu menggunakan alat 15 21.7
bantu jalan seperti tonglat, kruk,
dan walker
Klien mandiri dan tidak 33 47.8
memerlukan alat bantu
Tidak terkaji 5 7.2

Adapun untuk skala jatuh morse (MFS) banyak yang


mempunyai resiko jatuh rendah sebanyak 26 lansia (37.7%). Untuk
pengkajian keseimbangan sebanyak 29 lansia (42.0%) yang
mempunyai risiko jatuh rendah dan sebanyak 21 lansia yang
mempunyai risiko jatuh tinggi (30.4%), serta sebanyak 33 lansia
(47.8%) dengan kategori BBS klien mandiri dan tidak memerlukan
alat bantu.

17
5. Karakteristik Lansia Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan
Tabel 2.17 Karakteristik Lansia Berdasarkan Pemeriksaan
Mata

No. Kategori Frekuensi Persentase


(f) (%)
1. Lensa Kanan
Jernih 24 34.7
Keruh 45 65.2
Total 69 100
Lensa Kiri
Jernih 25 36.2
Keruh 44 63.8
Total 69 100
2. Ketajaman Penglihatan Kanan
Normal 61 88.4
Terdapat penurunan 8 11.6
Total 69 100
3. Ketajaman Penglihatan Kiri
Normal 55 79.7
Terdapat penurunan 14 20.3
Total 69 100

Berdasarkan hasil pemeriksaan, diketahui bahwa kategori lensa


pada kanan diperoleh 45 lansia (65.2%) lensa keruh dan pada mata
kiri 44 lansia (63.8%) berlensa keruh. Untuk kategori ketajaman
penglihatan pada mata kanan diperoleh 61 lansia (88.4%) normal serta
55 lansia (79.7%) normal pada ketajaman penglihatan kiri.

2.3 Kekuatan Kerja/Sumber Daya


2.3.1 Tenaga Pengelola
Satuan Pelayanan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia (RSLU) sudah
memiliki struktur organisasi yang terdiri atas 29 orang karyawan dengan 9
diantaranya adalah PNS. Meskipun begitu, pada praktiknya panti ini
menggunakan asas kekeluargaan. Setiap karyawan dapat menghandle
keperluan apa saja yang dibutuhkan oleh pihak panti dan para lansia. Untuk
keputusan akhir ditentukan oleh pimpinan panti.
Berikut ini rincian sumber daya manusia pengelola di Satuan
Pelayanan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia:
No Jabatan Jumlah
1. Pimpinan Panti 1 orang

18
2. Sekretaris dan Tata Usaha 1 orang
3. Bidang Pelayanan/pengasuhan 20 orang
4. Karyawan Kebersihan 2 orang
5. Juru Masak 4 orang
6. Supir 1 orang

Struktur Organigram Satuan Pelayanan RSLU Garut

KEPALA
UPTD PANTI SOSIAL REHABILITASI LANJUT USIA
DAN PEMELIHARAN MAKAM PAHLAWAN
CIPARAY BANDUNG

KOORDINATOR
SATUAN PELAYANAN
KELOMPOK
RSLU GARUT GARUT
PEKERJA SOSIAL
FUNGSIONAL

PENGELOLA KEG. PENGELOLA KEG.


PENGELOLA PENGELOLA UMUM PENERIMAAN DAN PELAYANAN
KEUANGAN DAN KEPEGAWAIAN PENYALURAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

Keterangan:

: Garis perintah
: Garis koordinasi

19
2.3.2 Program Pelayanan
Program Pelayanan dan Perlindungan Sosial Lanjut Usia Terlantar
dilaksanakan dengan tujuan untuk memenuhi hak-hak Lanjut Usia sebagaimana
tercantum dalam Undang-undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Sosial Lanjut Usia sehingga Program Pelayanan diarahkan terhadap kegiatan
sebagai berikut:
1) Pemenuhan Kebutuhan Pokok
2) Pemenuhan Kebutuhan Aksesibilitas Sarana dan Prasarana
3) Pemenuhan Kebutuhan Kesehatan
4) Pemenuhan Kebutuhan Fisik, Sosial, Mental dan Spritiual
5) Pemberdayaan
6) Perlindungan
7) Sosialisasi dan Koordinasi

2.3.3 Tahapan/Proses Pelayanan


a) Tahap Pendekatan Awal
1) Kontak
Kontak merupakan pertemuan pertama antara pihak Satuan Pelayanan
RSLU Garut dengan Lanjut Usia dan keluarga, dengan maksud untuk
memahami dan mengidentifikasi Lanjut Usia menjadi calon klien, kontak
meliputi kegiatan sosialisasi, penjajagan, konsultasi, identifikasi dan seleksi.

2) Kontrak
Kontrak merupakan kesepakan pelayanan secara tertulis antara klien
dengan Satuan Pelayanan RSLU Garut.
(a) Registrasi
Proses pencatatan administrasi klien
(b) Pemahaman dan pengungkapan masalah
Merupakan kegiatan penelaahan atau pengkajian tentang kebutuhan, persepsi,
nilai, harapan, pengalaman, perasaandan masalah yang dihadapi serta potensi
yang dimiliki Lanjut Usia sebagai bahan penyusunan rencana kegiatan
pelayanan.
(c) Penempatan pada Program: Klien ditempatkan pada program kegiatan yang
ada di Satuan Pelayanan RSLU Garut sesuai dengan minat dan bakatnya.

b) Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan


1) Pelayanan sosial
a. Kerjasama pelayanan sosial
Kerjasama dilakukan oleh dinas kesehatan, dinas sosial untuk menunjang
pelayanan sosial di Panti Wherda. Saat ini sedang dirintis untuk melakukan
kerjasama dengan dinas pemberdayaan perempuan. Kerjasaam dengan

20
PUSKESMAS tidak dilakukan secara langsung, namun PUSKESMAS terdekat
dijadikan tujuan rujukan.
Sampai saat ini belum terdapat kerjasama dengan lembaga swasta, hanya
saja terdapat beberapa lembaga swasta seperti universitas jurusan kesehatan atau
sekolah sekolah yang melakukan kegitan dalam rangka pembelajaran, namun
dapat meningkatkan pelayanan sosial di panti.

b. Bentuk pelayanan sosial di Panti


Pelayanan berbentuk konsultasi sosial, terapi kesehatan, konseling
perorangan, dinamika kelompok, hiburan serta rekreasi.
No. Hari Kegiatan
1. Senin Bimsos, Bimlan,, sholat berjamaah, makan bersama,
bim.individu
2. Selasa Opsih, Senam relaksasi, bim. Kesenian, solat berjamaah makan,
bim. Individu
3. Rabu Jalan santai, ceramah, bim. Keterampilan, solat berjamaah, dan
makan bersama
4. Kamis Bim. Kesehatan, bim. Kesenian, dinamika kelompok, solat
berjamaah.
5. Jum’at Senam jantung sehat, pengajian,bimbingan iqro

2) Pelayanan Fisik
Pemenuhan kebutuhan pokok seperti makanan dan minuman, pelayanan
pemeriksaan kesehatan, pakaian, olahraga.
a. Pemenuhan kebutuhan Makan dan Minum
- Menu makan dan waktu makan
No. Jam Kegiatan Makanan
1. 07.00 Sarapan pagi Nasi, telor, tahu, gorengan, sayur
2. 12.00 Makan Siang Nasi, lauk, sayur, dan buah
3. 17.00 Makan Sore

- Pengolahan makan dan penentuan menu makanan


Pengolahan makanan dilakukan oleh petugas panti, pengolahan makanan
belum berdasarkan konsultasi ahli gizi secara langsung dan mendapatkan

21
maintenance secara berkala. Diet makanan belum disesuaikan dengan
kondisi kesehatan lansia seperti diet hipertensi, asam urat dsb.
b. Kegiatan Kesehatan, Kebersihan dan Hiburan

No Jam Hari Kegiatan


1. 06.00 – 07.00 Senin Senam SSI, Bim. Keterampilan
Rabu Jalan santai, bim. Keterampilan
Jumat Senam jantung sehat
2. 06.00 – 07.00 Selasa Opsih
3. 08.00 – 09.00 Selasa Senam relaksasi
4. 08.00 – 10.00 Kamis Bim. kesehatan

3) Pelayanan Mental dan Keagamaan


Melaksanakan bimbingan mental dan spiritual seperti melaksanakan sholat 5
waktu, pengajian, belajar membaca Al Qur’an dan ceramah agama, dan
bimbingan terkait masalah psikososial lansia.
a. Kegiatan pelayanan keagamaan
No Jam Hari Kegiatan
1. 08.00 – 09.00 Rabu Pengajian
Jumat
2 08.00 – 09.00 Jumat Bimbingan Iqra
3 Senin-Minggu Solat Berjamaah

4) Pelayanan Keterampilan
Melaksanakan bimbingan keterampilan dalam rangka mengisi waktu luang,
seperti pembuatan telur asin, anyaman, dan lain-lain.

5) Pelayanan Psikososial
Pada RSLU ini belum terdapat tenaga kesehatan yang dapat memfasilitasi
lansia dengan masalah kesehatan mental dan masalah psikososial. Namun
lansia dengan gangguan jiwa di fasilitasi untuk melakukan kontrol kesehatan di
Rumah Sakit.
Upaya yang dilakukan untuk memenuhi pelayanan psikososial berupa
konsultasi dan bimbingan sosial yang dilakukan oleh petugas sosial dan
perawat serta dokter di RSLU.
No Jam Hari Kegiatan
1. 08.00 – 10.00 Senin Bimbingan Sosial
2 Senin-Jumat Bimbingan Individu

22
6) Pelayanan Keamanan , Kenyamanan dan keselamatan
a. Keamanan, kenyamanan dan keselamatan lansia
Upaya RSPU untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan pada lansia
yaitu melakukan pendampingan terhadap lanjut usia dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari seperti makan, berpindah, mandi, dan toileting
terutama pada lansia berkebutuhan khusus. Namun kendala yang dihadapi
oleh panti dalam memenuhi kebutuhan pendampingan yaitu SDM yang
kurang. Pendampingan pada lansia lebih banyak dilakukan oleh pramu
wherda namun pramu wherda yang bekerja saat ini belum memiliki dasar
keprofesian kesehatan atau belum mendapatkan pelatihan khusus untuk
melakukan perawatan lansia.
b. Keamanan, kenyamanan, dan keselamatan petugas
- Keamanan, kenyamanan dan keselamatan petugas diperlukan untuk
meningkatkan proteksi pada petugas untuk mencegah penularan infeksi
baik kepada petugas dan kepada lansia. Pada RSPU penerapan proteksi
diri seperti penggunaan APD saat bekerja serta perilaku mencuci tangan
belum diterapkan secara optimal.
- Untuk menunjang keamanan, kenyamanan, dan keselamatan diperlukan
adanya jalur evakuasi sebagai upaya peningkatan keselamatan saat terjadi
bencana. Pada RSPU belum terdapat jalur evakuasi yang menunjang
keselamatan lansia dan staff pekerja di RSUP.

7) Pelayanan Kesehatan dan Pemakaman


a. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan pada lansia dilakukan seminggu sekali yang
difasilitasi oleh 1 dokter umum. Fasilitas pelayanan kesehatan oleh dokter
spesialis, dokter gigi dan psikiater dan psokolog belum terpenuhi. Upaya
RSPU untuk memenuhi pelayanan kesehatan ialah dengan melakukan
rujukan ke rumah sakit pada lansia dengan penyakit akut atau kronis dan
pada lansia dengan gangguan jiwa. Namun demikian, setiap lansia di panti

23
belum memiliki dokumentasi catatan kesehatan yang lengkap terkait
pengkajian lansia.
b. Pelayanan Pemakaman / Pemulasaraan
Pelayanan ini merupakan akhir proses pelayanan bagi para lanjut usia di
Panti. Adapun teknis untuk penanganan penerima manfaat yang masih
memiliki keluarga, supaya tidak menghilangkan hak keluarga dalam
mengurus jenazah maka pihak panti memberitahukan dan menyerahkan
terlebih dahulu kepada pihak keluarga, setelah ada persetujuan dan
penyerahan kembali dari pihak keluarga, maka jenazah diurus sepenuhnya
oleh pihak panti. Lokasi TPU yang dijadikan tempat pemakaman panti
yaitu di Tempat Pemakaman Khusus Lansia Cibunar Kota Garut.

c) Tahap Resosialisasi
1) Bimbingan kesiapan peran serta keluarga dan masyarakat. Untuk
menumbuhkan pemahaman dan kepedulian serta kemauan masyarakat
untuk ikut berperan aktif dalam upaya pemberian pelayanan dan
perlindungan sosial pada lanjut usia.
2) Bimbingan sosial hidup bermasyarakat.
3) Untuk mempersiapkan lanjut usia kembali ke keluarga atau masyarakat.

d) Tahap Terminasi
1) Diambil Keluarga
2) Meninggal Dunia
3) Dirujuk ke lembaga pelayanan sosial lain

2.3.4 Sumber Dana dan Pengalokasian Dana


Sumber dana yang dimiliki Panti Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia (PSRLU)
berasal dari dana tetap dan tidak tetap. Adapun bentuk dana tetap yaitu dana yang
langsung diberikan oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, dana tidak tetap di
dapatkan dari sumbangan masyarakat dan lembaga-lembaga setempat.
Sumbangan yang diberikan dari donatur berupa uang dan barang-barang yang
diperlukan oleh panti. Semua bentuk sumbangan yang diberikan oleh donatur
dikelola langsung oleh pimpinan panti yang telah diatur untuk keperluan sehari-
hari panti dan keperluaan para karyawan.
Selain kerjasama dengan para donatur, Panti Sosial Rehabilitasi Lanjut
Usia (PSRLU) juga melakukan kerjasama dengan pihak Dinas Sosial yang setiap
beberapa bulan ada kunjungan dari Dinas Sosial untuk pemantauan dan sosialisasi
informasi terkait donatur. Di bidang pelayanan kesehatan, Panti Sosial
Rehabilitasi Lanjut Usia (PSRLU) bekerja sama dengan RS Dr Slamet Garut dan
Puskesmas Pembangunan.

24
2.3.5 Persyaratan Masuk Satuan Pelayanan RSLU Garut
a. Mengisi formuliir permohonan yang telah disediakan oleh UPTD Panti Sosial
Rehabilitasi Lanjut Usia dan Pemeliharaan Makam Pahlawan Ciparay
Bandung.
b. Berusia minimal 60 tahun yang telah dibuktikan dengan KTP atau KK atau
keterangan RT dan RW.
c. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan keterangan sehat dari
dokter/puskesmas.
d. Bersedia mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh UPTD Panti Sosial
Rehabilitasi Lanjut Usia dan Pemeliharaan Makam Pahlawan Ciparay
Bandung
e. Adanya penjamin dari pihak keluarga/wali (formulir disediakan oleh UPTD
Panti Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia dan Pemeliharaan Makam Pahlawan
Ciparay Bandung
f. Membawa surat keterangan tidak mampu dari RT/RT/pihak yang berwenang.
g. Membawa surat pindah dari daerah asal.

25
Alur Penerimaan

ALUR TAHAPAN PELAYANAN LANJUT USIA

R 1. PEMENUHAN KEBUTUHAN FISIK


2. PELAYANAN SOSIAL KELOMPOK
E 3. PELAYANAN FISIK
DINAS SOSIAL
P 4. PELAYANAN MENTAL KEROHANIAN
G
5. PELAYANAN KESEHATAN DIRUJUK KE LEMBAGA LAIN

I R 6. PELAYANAN REKRASI HIBURAN


7. PELAYANAN KETERAMPILAN
CALON S O
SUB UNIT MASYARAKAT / SELEKSI TERMINASI MENINGGAL DUNIA
KLIEN
ORSOS
T G

R R KEMBALI KE KELUARGA

A A
INDIVIDU /
INSTANSI
KELUARGA M MANDIRI
S

26
2.3.6 Sarana Prasarana dan Fasilitas Panti
1. Sarana Prasarana
Kapasitas daya tampung pelayanan bagi Lanjut Usia terlantar di Satuan
Pelayanan RSLU Garut sebanyak 75 orang. Untuk mendukung daya tampung
tersebut, berdasarkan Sertifikat No. 2381/1997 Satuan Pelayanan RSLU Garut
memiliki lahan seluas 8.120 m2 terletak di Jl. RSU. Dr. Slamet No. 9B Garut
dengan fasilitas sebagai berikut:
1. Kantor 13. Ruang Data
2. Aula (Graha Lansia) 14. Ruang Laundry
3. Mesjid 13. Dapur Umum
4. Asrama 14. Tempat cuci piring
5. MCK 15. Warung Lansia
6. Ruang Konsultasi 16. Ruang Therapy
7. Ruang Poliklinik 17. Kebun Sayuran
8. Rumah Dinas Koordinator 18. Sarana Olahraga
9. Ruang Dinas Pegawai 19. Alat Transportasi :
- KIA Travello th. 20
(Ambulance)
- KIA Pigeo Th. 20
- Honda Vario Th. 2010
- Yamaha Mio X Th. 2016
10. Ruang Rawat Khusus 20. Sarana dan Prasarana Tambahan
11. Ruang Bimbingan - Benteng
- Pemasangan relling disetiap
asrama
- Pemasangan batu alam
12. Ruang Keterampilan - Peninggian asrama flamboyan
- Closet disetiap Asrama

2. Luas Asrama di Satuan Pelayanan RSLU Garut


No Jenis Bangunan Jumlah Luas
(Buah)
LUAS BANGUNAN 1358,39 𝒎𝟐
TANAH PANTI
Asrama
Asrama 105 𝑚2
Bougenville
Asrama Dahlia 180 𝑚2
Asrama Cempaka 105 𝑚2
Asrama Anggrek 120 𝑚2
Asrama Kenanga 240 𝑚2
Asrama 68 𝑚2
Flamboyan

27
3. Fasilitas Panti
Denah Asrama

1. Bangunan Kantor
2. Bangunan Graha Lansia
3. Show room keterampilan
4. Rumah Dinas
5. Mess Karyawan (Ruang petugas sosial)
6. Asrama Kenanga
7. Asrama Anggrek
8. Asrama Dahlia
9. Asramaa Cempaka
10. Asrama Bougenville
11. Asrama Flamboyan (Bangunan Ruang Isolasi)
12. Dapur/ Ruang makan
13. Masjid
14. Garasi
15. Pos Jaga
16. WC
17. Gudang

a. Asrama Anggrek
1) Ruang Kumpul Bersama
Terdapat 1 ruang kumpul bersama terletak di tengah-tengah asrama Anggrek
yang merupakan gabungan dua kamar yang dijadikan satu dengan luas 2,7 x
5,1 m2. Ruangan memiliki 1 buah televisi, 1 buah kipas angin, 1 buah
dispenser, 1 buah meja, 2 sofa kayu dan 1 kursi untuk bersantai dan jam
dinding. Ruangan cukup bersih dan pencahayaan cukup. Terdapat 2 lampu
pada langit-langit kamar untuk penerangan di malam hari.
2) Kelayakan Kondisi Kamar dan Tempat Tidur
Terdapat 11 ruang kamar yang dapat dihuni, 9 kamar diisi oleh lansia single
dan 2 kamar digunakan untuk pasangan suami istri. Setiap ruangan memiliki
1 buah tempat tidur, kecuali ruangan untuk suami istri memiliki 1 tempat
tidur dan 1 kasur lipat, setiap ruangan memiliki lemari dan meja atau kotak
ukuran sedang untuk menyimpan makanan, setiap kamar memiliki 1 atau 2
kursi dan terdapat beberapa lansia yang memiliki barang tambahan milik
pribadi. Di setiap kamar, petugas menempelkan papan tulis. Menurut lansia,
papan tulis tersebut untuk menyimpan foto-foto lansia.
3) Kondisi dan Kelayakan Kamar Mandi
Terdapat 6 kamar mandi dengan ukuran ±2 x 1,5 m2, dengan 2 toilet duduk, 2
toilet jongkok, dan 2 kamar khusus mandi, 2 kamar mandi memiliki
pengaman pegangan untuk lansia. Keadaan cukup bersih dan tidak licin,
kualitas air bersih dan selalu terisi penuh. Terkadang tercium bau pesing pada

28
area kamar mandi. Air dikuras setiap 2 minggu. Para lansia penghuni asrama
Anggrek tidak memiliki keluhan terhadap kamar mandi.
4) Sarana Prasarana
Terdapat 1 buah sumur dan sebuah ruangan untuk mencuci namun dalam
kondisi berlumut, licin, dan tidak terawat. Terdapat 2 area untuk menjemur
pakaian, terdapat 3 tali pada setiap area menjemur. Di sepanjang asrama
terdapat teras luar yang dilengkapi dengan plang untuk membantu lansia
berjalan. Terdapat 1 buah septic tank.
5) Jumlah Peksos/ Perawat
Jumlah peksos yang berada di asrama anggrek ada 2 orang yaitu pak adin dan
pak heri. Ketika malam ada satu satpam yang berjaga di sekitar asrama.
6) Kegiatan di Masing-masing Asrama
Tidak terdapat kegiatan khusus yang dilakukan di ruang asrama anggrek
namun karena lansia penghuni asrama anggrek meruppakan lansia mandiri,
lansia di anggrek mengikuti kegiatan rutin yang diadakan oleh panti,
misalnya dilakukan operasi bersih 1 minggu sekali, kegiatan kesenian,
bimbingan kesehatan, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, kegiatan
keagamaan, dan olah raga. Seluruh kegiatan yang dilakukan bersama disusun
sebagai jadwal harian yang dikelola oleh pihak Satuan Pelayanan RSLU
Garut.
7) Alur dan Kriteria Penerimaan Lansia ke Asrama
Menurut peksos, tidak ada syarat atau kriteria khusus lansia yang dapat
masuk ke asrama anggrek. Namun, sebagian besar lansia yang tinggal di
asrama anggrek dalam kategori lansia mandiri.
8) Kondisi Asrama
a) Material: Tembok terbuat dari batako, lantai keramik, plank besi, pintu
dan jendela dari kayu dapat dibuka.
b) Penerangan: Pencahayaan yang masuk pada pagi dan siang hari cukup
karena sinar matahari dapat masuk secara langsung ke dalam kamar, pada
malam hari pencahayaan menggunakan lampu, terdapat 1 lampu di dalam
kamar dan 3 lampu pada setiap area teras.
c) Kebersihan dan Kerapian: Secara keseluruhan keadaan asrama tampak
rapi dan bersih kecuali pada halaman belakang kurang rapi. Keadaan
setiap kamar bersih dan cukup rapi.
d) Keamanan: Di sepanjang ruangan sudah dilengkapi oleh plang, dan
memiliki 1 ruangan khusus untuk pengurus asrama. Asrama ini
merupakan asrama terdekat dengan ruang keamanan. Lantai teras dan
kamar mandi tidak licin.
e) Pembuangan Sampah dan Limbah: Pada setiap kamar tidak terdapat
tempat sampah akan tetapi kamar dan lingkungan di sekitar anggrek
bersih dan cukup rapi karena lansia sudah tertib untuk membuang
sampah pada tempatnya.

29
f) Pemanfaatan Halaman: Di halaman belakang asrama cukup bersih dan
rapi. Terdapat taman dengan beberapa tumbuhan hias di halaman depan.
g) Kondisi Bangunan: Kondisi bangunan kokoh dan tidak ada yang retak.
h) Sumber Pencemaran: Terdapat beberapa sumber pencemaran udara yang
ada di sekitar asrama Anggrek, yaitu:
- Asap rokok dikarenakan beberapa lansia yang tinggal di asrama
Anggrek merokok sehingga asap rokok menjadi salah satu pencemaran
udara di asrama Anggrek.
- Asap pembakaran sampah dikarenakan terdapat tempat pembakaran
sampah di samping asrama Anggrek.

b. Asrama Bougenvile
1) Area Berkumpul
Terdapat ruang 1 kumpul berasama yang berada tepat di tengah-tengah
asrama Bougenvil, yang memiliki 1 buah televisi, 1 buah dispenser, 1 buah
jam dinding, 1 buah pengharum ruangan, 1 buah meja, dan 3 buah kursi untuk
bersantai.
2) Kamar
Terdapat 5 ruang kamar yang dapat dihuni, Setiap ruangan memiliki 1 buah
tempat tidur, kecuali ruangan yang ditengah memiliki 2 tempat tidur dengan
ukuran kecil (kasur no 4), setiap ruangan memiliki lemari dan meja untuk
menyimpan makanan, dan terdapat beberapa lansia yang memiliki barang
tambahan milik pribadi.
3) Kamar Mandi
Terdapat 5 kamar mandi, dengan (2 toilet jongkok tanpa pegangan untuk
lansia, 2 toilet duduk dengan pegangan untuk lansia, dan 1 toilet untuk
mencuci ) dan keadaan cukup bersih, namun air berwarna kekuningan yang
selalu terisi penuh.
4) Sarana Prasarana
Tidak terdapat area untuk menjemur pakaian, Disepanjang asrama terdapat
teras luar yang dilengkapi dengan plang untuk membantu lansia berjalan.
Setiap ruangan tertata rapi. Tidak terdapat kalender di ruang tengah maupun
ruangan. Terdapat 1 ruangan khusus untuk pramuwerdha yang di dalamnya
terdapat dapur dan kamar.
5) Kegiatan Asrama
Tidak terdapat kegiatan khusus yang dilakukan oleh asrama Bougenvil hanya
ada kegiatan bersama seluruh panti.
6) Ruangan/Bangunan
Tembok terbuat dari batako, kondisi bangunan kokoh, lantai keramik, plang
besi, pintu dan jendela dari kayu dapat dibuka. Setiap kamar memiliki 1
lampu, dan terdapat 3 lampu pada setiap area teras, sinar matahari dapat

30
masuk secara langsung kedalam kamar. Secara keseluruhan keadaan asrama
tampak rapi dan bersih. Disepanjang ruangan sudah dilengkapi oleh plang.
7) Tempat Pembuangan Sampah
Terdapat 1 tempat sampah di depan asrama. Setiap lansia membuang sampah
pada tempatnya sehingga lingkungan asrama tampak bersih dan rapi.
8) Sumber Pencemaran
Tidak ada
9) Kriteria Penghuni Bougenvile
Penghuni dari bougenvile merupakan lansia dengan ketergantungan sebagian.
Penghuni yang berada di asrama Bougenvil berjumlah 7 orang.

c. Asrama Cempaka
Asrama cempaka terdiri dari 2 bangunan, yaitu asrama laki-laki dan asrama
perempuan (Cempaka 1 untuk perempuan dan Cempaka 2 untuk laki-laki)
Asrama Cempaka 1:
1) Ruang Kumpul Bersama
Terdapat 1 ruang kumpul bersama yang berada tepat saat kita masuk ke
dalam ruangan cempaka, terdapat sebuah televisi, kipas angin, dispenser
dan sofa.
2) Kelayakan Kondisi Kamar dan Tempat Tidur
Terdapat 5 ruang kamar yang dapat dihuni, 5 kamar diisi oleh lansia
single. Setiap ruangan memiliki 1 buah tempat tidur, 1 lemari, 1 meja,
pada kamar lansia yang kesulitan berjalan, terdapat alat bantu jalan seperti
tongkat, walker, ataupun kursi roda.
3) Kondisi dan Kelayakan Kamar Mandi
Terdapat 4 toilet dan 1 kamar mandi, dengan 2 toilet duduk 2 toilet
jongkok dan kamar mandi memiliki pengaman pegangan buat lansia.
Keadaan cukup bersih dan tidak licin, kualitas air bersih dan selalu terisi
penuh. Air dikuras setiap 2x/minggu. Para lansia penghuni asrama
Anggrek tidak memiliki keluhan terhadap kamar mandi.
4) Sarana Prasarana
Terdapat 1 buah jemuran. Di sepanjang asrama terdapat teras luar yang
dilengkapi dengan plang untuk membantu lansia berjalan.
5) Jumlah Peksos/Perawat
Jumlah peksos yang terdapat di asrama cempaka sebanyak 2 orang
6) Kegiatan di Masing-masing Asrama
Tidak terdapat kegiatan khusus yang dilakukan di ruang asrama cempaka,
namun sesekali lansia yang berada dalam 1 asrama cempaka suka
menonton tv bersama di ruang tamu. Seluruh kegiatan lainnya yang
dilakukan bersama disusun sebagai jadwal harian yang dikelola oleh pihak
Satuan Pelayanan RSLU Garut.

31
7) Alur dan Kriteria Penerimaan Lansia ke Asrama
Dalam penerimaan lansia ke asrama tidak ada syarat khusus. Namun,
untuk asrama cempaka sebagian besar lansia mandiri.
8) Kondisi Asrama
a) Material: Tembok terbuat dari batako, lantai keramik, plank besi, pintu
dan jendela dari kayu dapat dibuka.
b) Penerangan: Pencahayaan yang masuk pada pagi dan siang hari cukup
karena sinar matahari dapat masuk secara langsung ke dalam kamar,
pada malam hari pencahayaan menggunakan lampu, terdapat 1 lampu di
dalam kamar dan 3 lampu pada setiap area teras.
c) Kebersihan dan Kerapian: Secara keseluruhan keadaan asrama tampak
rapi dan bersih. Keadaan setiap kamar bersih dan cukup rapi.
d) Keamanan: Di daerah teras asrama sudah dilengkapi oleh plang. Lantai
teras dan kamar mandi tidak licin.
e) Pembuangan Sampah dan Limbah: Pada setiap kamar belum terdapat
tempat sampah, namun terdapat tempat sampah di depan asrama.
f) Pemanfaatan Halaman: Di halaman depan asrama terdapat tanaman
yang sudah tumbuh tinggi karena sudah ditanam dari awal asrama
tersebut di renovasi.
g) Kondisi Bangunan: Kondisi bangunan kokoh dan tidak ada yang retak.
h) Sumber Pencemaran: tidak ada

Asrama Cempaka 2:
1) Ruang Kumpul Bersama
Terdapat 1 ruang kumpul bersama yang berada ditengah-tengah diantara 3
kamar, terdapat sebuah televisi, kipas angin, dispenser dan satu set sofa.
2) Kelayakan Kondisi Kamar dan Tempat Tidur
Terdapat 5 ruang kamar yang dapat dihuni, 5 kamar diisi oleh lansia single. 5
kamar berada di wing belakang dan berbelakangan dengan poliklinik. Setiap
ruangan memiliki 1 buah tempat tidur, 1 lemari, dan terdapat beberapa lansia
yang memiliki barang tambahan milik pribadi.
3) Kondisi dan Kelayakan Kamar Mandi
Terdapat 1 kamar mandi dan 1 toilet jongkok. Kamar mandi memiliki
pegangan untuk lansia. Keadaan cukup bersih dan tidak licin, kualitas air
bersih dan selalu terisi penuh. Air dikuras setiap 2x/minggu. Para lansia
penghuni asrama Cempaka tidak memiliki keluhan terhadap kamar mandi.
4) Sarana Prasarana
Di sepanjang asrama terdapat teras luar yang tidak dilengkapi dengan plang
untuk membantu lansia berjalan. Terdapat treadmill yang sudah usang, terdapat
ruangan kantin lansia, ada lemari kaca, kursi dan 1 televisi. Juga terdapat
ruangan keterampilan membuat telor asin dan satu ruangan base camp
mahasiswa.

32
5) Jumlah Peksos/Perawat
Jumlah peksos yang terdapat di asrama cempaka sebanyak 2 orang
6) Kegiatan di Masing-masing Asrama
Tidak terdapat kegiatan khusus yang dilakukan di ruang asrama cempaka,
namun sesekali lansia yang berada dalam 1 asrama cempaka suka menonton tv
bersama di ruang tamu atau kantin. Seluruh kegiatan lainnya yang dilakukan
bersama disusun sebagai jadwal harian yang dikelola oleh pihak Satuan
Pelayanan RSLU Garut.
7) Alur dan Kriteria Penerimaan Lansia ke Asrama
Dalam penerimaan lansia ke asrama tidak ada syarat khusus. Namun, untuk
asrama cempaka sebagian besar lansia mandiri.
8) Kondisi Asrama
a) Material: Tembok terbuat dari batako, lantai keramik, plank besi, pintu dan
jendela dari kayu dapat dibuka.
b) Penerangan: Pencahayaan yang masuk pada pagi dan siang hari cukup
karena sinar matahari dapat masuk secara langsung ke dalam kamar, pada
malam hari pencahayaan menggunakan lampu, terdapat 1 lampu di dalam
kamar dan 3 lampu pada setiap area teras.
c) Kebersihan dan Kerapian: Secara keseluruhan keadaan asrama tampak rapi
dan bersih. Keadaan setiap kamar bersih dan cukup rapi.
d) Keamanan: Di daerah teras asrama belum dilengkapi oleh plang. Lantai
teras dan kamar mandi tidak licin.
e) Pembuangan Sampah dan Limbah: Pada setiap kamar belum terdapat
tempat sampah, namun terdapat 1 tempat sampah di luar asrama.
f) Pemanfaatan Halaman: Di halaman tidak dimanfaatkan untuk apapun
karena halaman dipasang puffing block.
g) Kondisi Bangunan: Kondisi bangunan kokoh dan tidak ada yang retak.
9) Sumber Pencemaran
Ada beberapa lansia laki-laki yang merokok, hal-hal tersebut bisa menjadi
sumber dari pencemaran udara di sekitar asrama maupun Satuan Pelayanan
RSLU Garut tersendiri.

d. Asrama Dahlia
1) Kondisi Bangunan
Kondisi bangunan permanen, kokoh dan merupakan bangunan baru.
2) Ruang Kumpul
Terdapat ruang berkumpul luasnya sekitar 7.25 m x 5.1 m. Ruangan cukup
bersih dan pencahayaan yang masuk baik. Tempat berkumpul di asrama
dahlia disertai dengan televisi, sofa, dan disertai dispenser.
3) Kelayakan Kondisi Kamar dan Tempat Tidur
Kondisi kamar seperti barak yang memanjang dari arah kanan ke kiri gedung.
Barak kanan terdapat 9 bed yang saling berhadapan dengan letak 2 kamar

33
mandi diujung. Untuk barak kiri terdapat 4 bed, 2 kamar isolasi serta letak 2
kamar mandi diujung. Terdapat dua kamar isolasi yang masing-masing
ditempati oleh tiga orang lansia. Kamar tersebut digunakan oleh para lansia
yang memerlukan pengawasan khusus. beberapa jendela dapat dibuka
sehingga pencahayaan dari sinar matahari diruang dahlia cukup baik. Lantai
terbuat dari keramik berwarna putih dan tidak licin. Terdapat 3 kamar khusus
untuk menyimpan pakaian bersih.
4) Kelayakan Kondisi Kamar Mandi
Kondisi kamar mandi cukup besih, luasnya sekitar 2.2 m x 1.2 m. Terdapat
dua kamar mandi di setiap masing-masing barak dengan bak mandi dan satu
buah jamban di setiap kamar mandi. Tiga Jamban duduk, satu jamban
jongkok. Beberapa kamar mandi memiliki pegangan untuk mencegah jatuh,
namun tidak ada gantungan baju. Pintu kamar mandi terbuat dari triplek kayu
yang kokoh dapat di kunci dari dalam. Lantai kamar mandi dari keramik tidak
licin dan terdapat ventilasi di kamar mandi.
5) Sarana dan Prasarana yang Diterima
Sarana dan prasarana yang tersedia di asrama dahlia, lansia masing-masing
mendapatkan satu tempat tidur. Selain itu, para lansia mendapatkan alat-alat
untuk makan seperti piring dan gelas. Untuk peralatan mandi lansia
disediakan sabun, sikat gigi pasta gigi dan gayung.
6) Jumlah Perawat/Pegawai
Terdapat 3 pegawai yang mengelola asrama dahlia yang membantu para
lansia disana.
7) Kegiatan Masing–masing Asrama
Asrama Dahlia merupakan ruang perawatan bagi lansia laki-laki yang
berkebutuhan khusus. Di ruangan tersebut tidak ada kegiatan khusus yang
dilakukan dan tidak diwajibkan untuk mengikuti kegiatan panti. Menurut
pramuwerdha yang berada di asrama ini beberapa lansia yang masih bisa
beraktifitas akan menonton TV di ruang tengah, berjemur di depan asrama,
atau berjalan sekitar asrama Dahlia.
8) Kondisi Asrama
a) Penerangan: Penerangan di setiap ruangan di asrama dahlia cukup baik.
b) Kebersihan: Beberapa kamar nampak berantakan dan kotor terutama untuk
kamar isolasi karena lansia lebih menyukai menyimpan sisa-sisa makanan
dikamar, namun ada juga kamar yang bersih dan nyaman untuk ditempati.
Biasanya setiap hari setelah pasien dimandikan pramuwerda akan
membersihkan setiap ruangan yang ada di asrama Dahlia.
c) Kerapihan: Kerapihan setiap kamar tergantung dari lansia yang
menempatinya.
d) Keamanan: Terdapat pegangan untuk lansia di sepanjang koridor depan
dan samping asrama Dahlia.

34
e. Asrama Flamboyan
1) Kondisi Bangunan
Asrama Flamboyan merupakan ruang perawatan bagi lansia perempuan yang
berkebutuhan khusus. Kondisi bangunan baik dan masih baru. Kondisi lantai
terpasang keramik tampak kotor jika pada pagi hari, dan tidak licin. Terdapat
ruang tamu yang disatukan dengan ruang penyusunan lemari pakaian pasien,
ruang kamar (bangsal) yang dibatasi oleh tembok, 1 kamar isolasi dan 1 ruang
gudang sebagai tempat penyimpanan kursi roda dan lain-lain.
2) Kelayakan Kondisi Kamar dan Tempat Tidur
Terdapat 18 tempat tidur, 16 tempat tidur dikamar besar (bangsal) yang dibagi
2 dengan pembatas tembok ditengah yang sudah dilengkapi dengan pegangan
tangan berbentuk bulat, 2 tempat tidur berada didalam 1 kamar isolasi
bersebelahan dengan bangsal. Ukuran kamar isolasi 3x3 m. Jumlah lansia ada
15 orang. Dalam 1 kamar isolasi dihuni oleh 2 lansia dengan 2 tempat tidur.
Disetiap wings dikamar besar terdapat masing masing 1 TV, dan 1 Dispenser
untuk bersama.
3) Kondisi Kelayakan Kamar Mandi
Total kamar mandi berjumlah 5. Kamar mandi ada 2 yang terletak di sebelah
kanan dan kiri bangsal (isolasi), 2 kamar mandi di depan dekat bangsal wings
kanan dan satu kamar mandi terletak diluar kamar setelah ruang tamu. Lantai
terpasang keramik, tidak licin dan cukup bersih, penerangan baik, sudah
terpasang pengaman pegangan tangan berbentuk bulat. Ukuran kamar mandi
1,5 x 1,5 m. Kondisi air di beberapa kamar mandi terlihat kuning.
4) Sarana dan Prasarana yang Diterima
Lemari pakaian lansia ada 14, 13 lemari terletak diluar bangsal tepatnya
disebelah ruang berkumpul dan 1 lemari terdapat diruangan kamar lansia.
Terdapat 2 TV di bangsal dan 1 dispenser. Kursi roda ada 4 buah dan blankar
ada 2 buah. Terdapat fasilitas kebersihan lengkap, APD petugas berupa sepatu
boot, dan terdapat 3 keranjang untuk pakaian kotor lansia. Diruang tamu
terdapat sofa dan meja yang terlihat bersih.
5) Jumlah Perawat/Pegawai.
Jumlah petugas ada 3 orang semuanya pramuwerdha yang bertugas sampai
pukul 16.00 WIB dan terdapat 1 orang petugas yang jaga malam.
6) Kegiatan Masing-Masing Asrama
Asrama flamboyan merupakan salah satu ruang perawatan khusus, sehingga
lansia di asrama ini tidak ada kegiatan terjadwal seperti yang dilakukan
diruangan lain dan tidak diwajibkan untuk mengikuti kegiatan panti. Lansia
hanya melakukan aktivitas ditempat tidur dan menonton tv yang terdapat
diruangan. Di ruang Flamboyan ini terdapat 15 orang lansia dimana para lansia
dengan totalcare dan dua orang lansia mandiri.
7) Alur dan Penerimaan ke Asrama

35
Alur dan penerimaan ke asrama yaitu dikhususkan untuk lansia yang
memerlukan perawatan atau bantuan dalam memenuhi kebutuhan dan aktivitas
sehari-harinya, baik lansia yang baru datang ataupun lansia yang sudah lama.
Selain itu, kriteria lansia yang dimasukkan kedalam ruangan ini adalah lansia
wanita yang memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
8) Penerangan, Kebersihan, Kerapihan, Keamanan, dan Pembuangan
Sampah
Penerangan di ruangan cukup baik, terdapat lampu disetiap ruangan, cahaya
matahari dapat masuk melalui jendela-jendela yang ada diruangan. Ventilasi
baik. Kebersihan dan kerapihan tempat tidur cukup baik, dan tempat tidur tidak
tinggi tetapi belum terpasang bed plang, sehingga pernah terjadi kejadian jatuh
pada lansia. Tempat pembuangan sampah memakai kantong plastik besar
(trashbag) berada di belakang asrama. Terdapat beberapa lansia yang
menyimpan makanan dan minuman diatas tempat tidur.

f. Asrama Kenanga
1) Kondisi Bangunan
Kondisi bangunan permanen, kokoh
2) Ruang Kumpul
Terdapat ruang berkumpul luasnya sekitar 2.7 x 5.1 m. Ruangan cukup bersih
dan pencahayaan yang masuk baik. Tempat berkumpul di asrama kenanga
disertai dengan 1 televisi, meja makan dan kursi, dispenser yang tersambung ke
listrik, dan satu tempat sampah.
3) Kelayakan Kondisi Kamar dan Tempat Tidur
Kondisi kamar layak huni, luas kamar sekitar 3m x 3m, terdapat 1 buah jendela
dan lubang ventilasi, lantai terbuat dari keramik berwarna putih dan tidak licin.
Total kamar di asrama kenanga adalah 16 kamar. 14 kamar digunakan untuk
tempat tidur lansia, dan 2 diantaranya terisi oleh pasangan lansia yang sudah
menikah. Masing – masing kamar terdapat 1 tempat tidur untuk setiap kamar
kecuali lansia suami istri mendapatkan 2 tempat tidur satu ranjang, dilengkapi
lemari dari kayu pada setiap kamar. Selain kamar tidur, 1 kamar untuk ruang
kerajinan, 1 ruangan digunakan untuk tempat berkumpul. Disetiap kamar
terdapat papan tulis yang digunakan untuk menempelkan foto ataupun
informasi informasi yang sudah diberikan.
4) Kelayakan Kondisi Kamar Mandi
Kondisi kamar mandi cukup bersih, luasnya sekitar 2.2 m x 1.2 m. Terdapat
enam kamar mandi dengan bak mandi dan satu buah jamban di setiap kamar
mandi. Dua Jamban duduk, empat jamban jongkok. Untuk kamar mandi
dengan jamban jongkok terdapat pegangan untuk mencegah terjadinya jatuh.
Pintu kamar mandi terbuat dari plastik PVC yang kokoh dapat di kunci dari
dalam, lantai kamar mandi dari keramik yang tidak licin dan terdapat ventilasi
di kamar mandi. Disetiap tembok antara pintu kamar mandi terdapat poster

36
tentang cuci tangan juga perilaku hidp sehat. Di area belakang terdapat tempat
jemur juga tempat bercocok tanam yang sudah ditanami beberapa sayur-
sayuran.
5) Sarana dan Prasarana yang Diterima
Sarana dan prasarana yang tersedia di asrama kenanga, lansia disediakan satu
tempat tidur dan satu lemari disetiap ruangannya. Selain itu, para lansia
mendapatkan alat-alat untuk makan seperti piring, sendok, garpu dan gelas.
Untuk peralatan mandi lansia disediakan sabun, sikat gigi, odol dan gayung.
6) Jumlah Perawat/Pegawai
Terdapat 1 pegawai yang mengelola asrama kenanga yang membantu para
lansia disana.
7) Kegiatan Masing–masing Asrama
Kegiatan di asrama kenanga mengikuti kegiatan yang ditetapkan Satuan
Pelayanan RSLU Garut diantaranya Senam jantung sehat, bimbingan sosial,
Opsih, relaksasi, kesenian, jalan santai, pengajian, keterampilan, bina
kesehatan, pemeriksaan dokter, senam jantung , pengajian.
8) Kondisi Asrama
a) Penerangan: Penerangan di setiap ruangan di asrama kenanga cukup baik.
b) Kebersihan: Kamar-kamar di asrama kenanga terlihat bersih dan nyaman
untuk ditempati. Kamar mandi juga terlihat bersih.
c) Kerapihan: setiap kamar terlihat rapih
d) Keamanan: Terdapat pegangan untuk lansia di sepanjang koridor depan dan
belakang asrama kenanga.

g. Poli Klinik
1) Kelayakan Kondisi Ruangan
Kondisi ruangan pemeriksaan berukuran 2,5x3,2m, terdapat jendela
berukuran 2x2m yang diatasnya terdapat ventilasi kecil. Cahaya masuk 80%
melalui ventilasi dan pintu. Di ruang Poliklinik terdapat 3 ruangan, yaitu
ruang pemeriksaan, ruang terapi, dan ruang penyimpanan.
2) Kebersihan
Kebersihan di ruang klinik Satuan Pelayanan Garut termasuk bersih, tidak
ada sampah berserakan di sekitar klinik dan terdapat tempat sampah sebanyak
1 buah. Terdapat pekerja khusus untuk melakukan pembersihan ruangan oleh
cleaning service.
3) Kegiatan Staf Poliklinik
Kegiatan di poliklinik berupa pemeriksaan, pemberian edukasi, dan intervensi
tindakan pengobatan dan perawatan lansia. Pemeriksaan di poliklinik berupa
pemeriksaan Tanda vital (Tekanan darah, suhu), BB, TB dan keluhan lansia
dan dilakukan diruang pemeriksaan dan/ atau dapat dilakukan dengan
langsung visit ke ruangan/ kamar pasien. Pemberian edukasi dilakukan secara
rutin biasanya dapat langsung diberikan secara face to face, atau dengan

37
metode ceramah secara langsung ke sekelompok lansia. Perlakuan tindakan
perawatan dan pengobatan yang dilakukan berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat dan dilakukan pencatatan riwayat pengobatan dan
kesehatan klien.
4) Waktu (hari dan jam) Pelayanan
Waktu operasional pelayanan di poliklinik setiap hari kerja (hari Senin
sampai dengan hari Jum’at) pukul 07.00-16.00. Diluar jam tersebut dapat
dilakukan secara oncall 24jam.
5) Pemeriksa
Pemeriksa di klinik Satuan Pelayanan RSLU Garut sehari-hari adalah staff
perawat yaitu 2 orang, namun ada jadwal khusus untuk pemeriksaan dokter
yaitu satu minggu sekali.
6) Alur Pemeriksaan
Perawat secara rutin berkeliling ke setiap asrama untuk mengecek keadaan
lansia, namun bila lansia ada keluhan mengenai kesehatannya diperbolehkan
langsung mendatangi klinik tanpa adannya alur pendaftaran (langsung ke
ruang pemeriksaan). Sistem rujukan di klinik Satuan Pelayanan RSLU Garut
apabila terdapat penyakit yang tidak dapat ditangani akan dirujuk ke
Puskesmas Pembangunan, kemudian dirujuk ke RSUD Garut Dr. Slamet.
7) Penyakit Tersering
Menurut hasil observasi dan wawancara ke pihak staf poliklinik, penyakit
yang paling sering dikeluhkan oleh lansia adalah hipertensi, reumatik dan
asam urat.
8) Sarana dan Prasarana
Di dalam ruang pemeriksaan, terdapat fasilitas meja dan kursi untuk
anamnesa, tensimeter dan stetoskop, timbangan berat badan, alat nebulizer,
serta alat perawatan luka. Selain itu, terdapat SOP beberapa tindakan, namun
tidak ada bed untuk pemeriksaan pasien, terdapat lemari susun penyimpanan
obat semua lansia yang telah diajukan untuk memiliki JKN. Proses pencairan
biaya kesehatan baru tereliasasi pada sebagian lansia.

h. Dapur (Gizi)
1) Kelayakan Kondisi Ruangan
Kondisi ruangan dapur dan tempat cuci piring disediakan terpisah. Di ruang
cuci piring terdapat satu kran air mengalir yang bisa sekaligus digunakan
untuk mencuci bahan makanan. Di dapur juga terdapat alat penyimpanan
makanan berupa kulkas, freezer dan meja untuk menyimpan makanan
matang. Ruangan dapur sudah cukup baik hanya saja kebersihanya masih
kurang. Di dapur dan ruang cuci juga sudah terdapat ventilasi dan jendela.
2) Kebersihan Makanan
Pengolahan makanan selalu diawali dengan proses pencucian bahan makanan
mentah dengan air yang mengalir, hanya saja penyimpanan makanan yang

38
sudah dicuci masih di tempat yang terbuka dan beresiko terkontaminasi.
Ditambah lagi di dekat dapur terdapat area rekonstruksi yang dapat
menyebabkan polusi dan kontaminasi pada makanan jika pintu dapur dibuka.
3) Pemilihan Makanan
Pembuatan menu makanan sudah ditentukan berdasarkan kebutuhan lansia.
Menu ditentukan untuk jangka waktu 11 hari dan memiliki jenis menu yang
berbeda setiap harinya. Menu makanan terdiri dari nasi, lauk pauk, sayuran,
buah dan terkadang ada kerupuk.
4) Alur pemberian makanan
Dalam sehari lansia dijadwalkan makan sebanyak 3 kali. Untuk sarapan,
makanan mulai dimasak pukul 05.00 lalu dibagikan pukul 07.00. Untuk
makan siang dimasak pukul 09.00 dan dibagikan pukul 12.30, sedangkan
untuk makan malam makanan mulai dimasak pukul 14.00 dan dibagikan
pukul 17.00. makanan yang sudah siap diantar pada kamar lansia masing-
masing. Sebenarnya Satuan Pelayanan RSLU Garut menyediakan ruang
makan khusus untuk lansia mandiri. Namun, ruang makan digunakan pada
waktu makan siang waktu-waktu tertentu atau saat ada acara khusus saja.
Tempat makan yang telah dipakai selanjutnya ditumpukkan di masing-masing
asrama dan dibawa ke tempat pencucian piring yang berada di samping
dapur. Peralatan masak termasuk peralatan makan dicuci oleh petugas yang
sama, yaitu petugas memasak.
5) Kerapihan
Kondisi dapur cukup rapi, akan tetapi proses persiapan memasak makanan
dilakukan di lantai tanpa alas sehingga dikhawatirkan kebersihan makanan
kurang terjamin. Makanan yang disajikan sudah sangat rapi, dengan
menggunakan tempat makan yang terdapat sekat antara nasi, lauk pauk, buah-
buahan dan sambal serta lalapan.
6) Sarana dan prasarana
Dapur dan ruang cuci piring sudah disediakan secara terpisah, begitu juga
dengan adanya ruang makan bersama. Namun masih sedikit sarana untuk cuci
tangan dengan air mengalir. Secara menyeluruh sarana dan prasarana sudah
memadai.

i. Fasilitas Lainnya
1) Pembuangan Air
Untuk pembuangan air limbah disalurkan ke sungai sekitar panti. Keadaan
saluran pembuangan tertutup.
2) Pembuangan sampah
Tempat sampah yang tersedia di panti tidak dibedakan antara tempat sampah
organic (sisa makanan, daun, dll) dan tempat sampah non organic (kertas,

39
plastic, kaleng). Tempat sampah di panti tersebar secara merata di masing-
masing asrama. Pada ruang khusus, selain tempat sampah, disediakan pula
trash bag bagi sampah yang bersifat medis, seperti diapers (pampers).
Tempat sampah di dapur masih belum terpisah antara sampah busuk (sisa
bahan makan) dan sampah tidak membusuk. Lansia cukup patuh untuk
membuang sampah di tempat yang telah disediakan. Pembuangan sampah
utama (TPA) sedang dalam proses pembangunan, tempatnya berada di area
belakang panti yang berdekatan dengan dapur dan ruang khusus Dahlia.
Pengangkutan sampah rutin dilakukan setiap 2x dalam seminggu.
3) Sumber Pencemaran
Polusi udara berasal dari asap rokok di lingkungan asrama, dikarenakan
kebiasaan petugas panti, pekerja bangunan, pramu werdha, serta lansia yang
merokok.
4) Kondisi Papan Identitas Lansia
Disetiap asrama tidak semua terdapat papan informasi mengenai identitas
lansia yang tinggal disana. Untuk di asrama khusus seperti asrama dahlia dan
asrama flamboyan tidak terdapat nama-nama lansia yang tinggal disana.
Papan identitas hanya terdapat pada asrama lansia yang dapat melakukan
aktivitasnya secara mandiri.
5) Penerangan
Kondisi penerangan pada pagi dan siang hari di kantor, aula, asrama, ruang
pelayanan, ruang perawatan khusus, daus, masjid, dan mess baik yang
menyebabkan lansia mudah dalam beraktivitas, jika kondisi aliran (mati
lampu) pihak panti menggunakan jenset sehingga aktivitas di panti tidak
menemui hambatan. Cahaya matahari dapat masuk melalui jendela pada
setiap ruangan. Beberapa kamar lansia mandiri terkadang tirai dan jendela
tidak dibuka pada pagi dan siang hari sehingga sedikitnya cahaya matahari
yang dapat masuk ke dalam kamar. Penerangan di panti sudah wajib
menggunakan lampu putih agar lebih terang dan jelas, namun beberapa lansia
yang mengeluhkan silau meminta mengganti lampu dengan tipe warm.
Penerangan panti pada malam hari menggunakan lampu dari ruangan/asrama.

40
Untuk pengeluaran biaya listrik pihak panti mengeluarkan sebesar lebih
kurang 8 juta.
6) Kebersihan dan Kerapihan
Secara umum setiap ruangan yang ada di panti mulai dari asrama tempat
tinggal para lansia, masjid, kantor, poliklinik, aula, kantin, dapur, dan ruang
makan tampak bersih dan rapih, namun di asrama khusus seperti dahlia dan
flamboyan tercium bau yang cukup menyengat yakni bau pesing. Lansia
mandiri yang berada di asrama mencuci baju dengan menggunakan tangan,
namun lansia yang berada di ruang khusus mencuci pakaian menggunakan
jasa pramu werdha.
7) Pemisahan Ruangan Klien Pria dan Wanita
Lansia pria dan wanita dipisahkan dalam asrama. Ada asrama khusus lansia
pria dan khusus lansia wanita. Khusus bagi lansia yang memiliki pasangan, di
fasilitasi untuk tinggal bersama dalam satu kamar di asrama yang sama.
8) Sirkulasi Udara
Kantor, masjid, aula, mess, maupun masing-masing kamar dalam asrama
dilengkapi dengan pintu, jendela, dan ventilasi. Namun tidak semua jendela
di kamar lansia mandiri dibuka setiap hari oleh lansia tersebut. Sebagian
sirkulasi udara hanya melalui ventilasi di dalam ruangan saja.
9) Keamanan
Kondisi lantai pada setiap bangunan panti tidak licin, namun di ruangan
khusus lansia yang sering berjalan keluar masuk memerlukan perhatian
khusus dikarenakan khawatir lansia terpeleset atau terjatuh saat lantai dalam
keadaan basah. Terdapat pengaman pada teras masing-masing asrama, namun
tidak terdapat pegangan di pinggir ruang Aula yang sering digunakan acara
bagi lansia. Tidak terdapat pegangan di ruang makan maupun di kamar mandi
lansia di ruang khusus. Satuan pelayanan RSLU Garut memiliki tenaga
keamanan sebanyak 3 orang dan pemagian jadwal dinas dibagi menjadi 12
jam per shift.
10) Sumber Air
Air minum panti menggunakan air mineral isi ulang (air mineral galon) yang
berasal dari mata air di Bayombong. Pengelolaan air minum panti dikelola

41
oleh pramu werdha asrama. Kualitas air minum cukup baik karena tidak
berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa. Namun kondisi galon isi ulang
sedikit kotor berlumut. Panti dalam seminggu dapat mengisi hingga 40 galon
air.
Sumber air utama untuk keperluan sehari hari berasal dari PDAM. Namun
untuk ruang khusus dahlia, flamboyant, cempaka laki laki berasal dari sumur
sehingga kondisi air sedikit keruh dan berbau logam.
11) Ruang Santai dan Kreativitas
Setiap wisma memiliki ruang santai yang dapat digunakan lansia untuk
menonoton televisi. Alat penunjang untuk mengasah kreativitas lansia
disediakan dengan bantuan pihak panti, seperti menyediakan lahan untuk
berkebun, menyediakan bahan untuk membuat anyaman, dan menyediakan
alat kesenenian seperti keyboard di ruang Aula maupun alat kesenian yang
dibawa oleh instruktur di hari-hari tertentu.
12) Komunikasi dan Informasi
Lansia tertentu memiliki handphone yang dipegang oleh masing-masing
lansia. Namun pada lansia kebanyakan menggunakan telefon kantor utuk
berkomunikasi dengan keluarga. Selama di panti lansia mendapatkan
informasi melalui televisi di ruang santai dan papan informasi di tiap asrama.
13) Transportasi
Panti memiliki 2 mobil utama, satu ambulan dan satu mobil dinas. Saat lansia
melakukan perjalanan keluar, panti biasanya menggunakan satu mobil dinas
dan sisanya menggunakan angkutan kota (angkot).

2.4 Kerjasama Di Bidang Pendidikan


Satuan Pelayanan RSLU Garut sering kali dijadikan Pusat Studi Penelitian
oleh Mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi yang akan menyelesaikan tugas
akhir atau pun Mahasiswa/i yang melaksanakan Praktek kerja/magang.
Diantaranya yaitu:
1. Universitas Padjadjaran 5. Akper Bidara Mukti
2. Stikes Karsa Husada Garut 6. STKS Bandung
3. Poltekkes Tasikmalaya 7. UIN Bandung
4. Stikes Muhammadiyah
Ciamis

42
BAB III
ANALISA DATA DAN PERENCANAAN

3.1 Analisis Data

NO ITEM AKTUAL IDEAL PROBLEM


1 Manajemen DS : Jalur evakuasi merupakan komponen Tidak adanya jalur
Panti Menurut petugas jalur evakuasi memang belum dibuat penting untuk menunjang keselamatan evakuasi
Sub Methode dan ditentukan titik kumpul dan jalurnya. staff dan penghuni panti ketika terjadi
(Keamanan, DO : bencana atau keadian yang tidak
Kenyamanan Belum terdapat jalur evakuasi ( penentuan titik kumpul, diinginkan. Selain terdapat jalur
dan penunjuk jalur evakuasi, dan pemetaan jalur) evakuasi staff perlu mengetahui alur
keselamatan) Terdapat2 orang korban jiwa saat bencana banjir evakuasi dan pelaksanaan evakuasi
bandang. saat terjadi bencana.
Menurut BPBN kabupaten Garut, Taronggong kidul
merupakan wilayah rawan bencana

2 Manajemen DS: Pencatatan status kesehatan lansia Risiko penurunan


Panti harus dilakukan secara kontinu. derajat kesehatan
1. Sudah terdapat file catatan identitas dan kesehatan
Sub Methode Pencatatan status kesehatan perlu lansia
lansia namun tidak lengkap dan tercatat secara
(Pelayanan dilakukan untuk melihat
berkala.
kesehatan) perkembangan kondisi kesehatan
2. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ny. A di
lansia.
ruang flamboyan mengatakan air yang terdapat di
Kesehatan lansia yang berada di panti
ruangan tersebut terkadang keruh dan berbau,
werdha harus diperhatikan secara
biasanya berwarna kuning.
optimal, baik secara biopsikospiritual,
DO: dan lansia yang mendapatkan fasilitas
43 tersebut harus merata baik lansia
1. Pencatatan riwayat kesehatan lansia pada RSLU mandiri maupun yang berkebutuhan
belum dilakukan secara optimal, sehingga catatan khusus yang ditunjang secara
status kesehatan tidak tercatat secara kontinu. farmakologis maupun non
2. Tidak adanya kegiatan hiburan atau mengisi waktu farmakologis.
luang untuk lansia yang berkebutuhan khusus Selain itu, kesehatan lansia pun harus
3. Terdapatnya lansia yang memiliki tanda-tanda awal ditunjang dengan fasilitas lingkungan
dekubitus (1 di ruang bougenville derajat 2 dan 1 di yang mendukung, seperti penggunaan
ruang flamboyan derajat 1) air bersih.
4. Air yang digunakan di ruang flamboyan tampak
keruh dan sedikit berbau
5. pengelolaan lansia dengan hipertensi belum optimal,
ditandai dengan adanya beberapa lansia yang
mendapatkan obat hipertensi hanya saat muncuk
gejala saja.
6. Hasil pengkajian Bathel Index lansia ketergantungan
sebagian adalah 43,5%
7. Hasil pengkajian SPSMQ kerusakan intelektual
sedang sebesar 30,4%
8. Hasil pengkajian MMSE terdapat kerusakan aspek
fungsi mental berat sebesar 29%
9. Hasil pengkajian MNA diperlukan pengkajian lebih
lanjut kepada 65,2% pada lansia
10. Menu makanan pada setiap lansia cenderung
disamaratakan
11. Hasil pengkajian 3-MS pada lansia adalah demensia
sedang sekitar 18,8% dan demensia berat 14,5%
12. Hasil pengkajian BBS lansia yang membutuhkan
alat bantu tongkat, kruk, dan walker sebesar 21,7%

44
dan yang perlu menggunakan kursi roda sebanyak
23,2%

3. Manajemen DS: Pramu werdha yang bertugas di setiap Pramu Wherda di


Panti Beberapa pramu werdha mengatakan tidak adanya APD ruangan harus menggunakan APD saat RSLU belum
Sub Methode seperti sarung tangan untuk digunakan saat berkegiatan berinterkasi dengan lansia maupun menerapkan
(Keamanan, di ruangan. lingkungannya guna mencegah perilaku
kenyamanan DO: penyebaran dan penularan infeksi di keselamatan kerja
dan lingkungan panti.
1. Pramu werdha tidak menggunakan sarung tangan
keselamatan)
saat memandikan lansia
2. Pramu werdha tidak menggunakan sarung tangan
dan APD lain saat membersihkan toilet dan ruangan
lansia
3. Kurangnya kesadaran pramu werdha dalam
menerapkan perilaku cuci tangan dan mengingatkan
lansia untuk cuci tangan sebelum makan

45
KEMUDAHAN
MASALAH URGENSI DALAM BIAYA MUTU TOTAL RANKING
MENGATASI
1. Tidak penting; tidak 1. Sulit 1. Mahal 1. Tinggi
mendesak 2. Sedang 2. Murah 2. Sedang
2. Tidak penting; 3. Mudah 3. Sangat
mendesak rendah
3. Penting; tidak
mendesak
4. Penting; mendesak
Tidak adanya jalur evakuasi 4 3 2 1 10 1
Risiko penurunan derajat 4 3 1 1 9 2
kesehatan lansia
Pramu Wherda di RSLU 4 2 1 1 8 3
belum menerapkan perilaku
keselamatan kerja

46
PLAN OF ACTION
REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA (RSLU) KOTA GARUT
NO. MASALAH TUJUAN PERENCANAAN
KEGIATAN WAKTU SUMBER BIAYA
1. Tidak adanya jalur Tujuan Jangka Panjang : 1. Menentukan pintu keluar 3 September 2018 Kepala RSLU,
evakuasi Terkoordinasinya mitigasi darurat Pekerja sosial
bencana untuk menunjang 2. Membuat jalur evakuasi RSLU,
keselamatan seluruh penghuni 3. Membuat peralatan Pramuwerdha
panti werdha. pendukung seperti pintu RSLU, dan
keluar darurat, rambu mahasiswa PPN
Tujuan Jangka Pendek : penunjuk jalur evakuasi, XXXV FKep
Setelah dilakukan intervensi pewarnaan cat pada jalur Unpad
selama 1 hari, jalur evakuasi dapat evakuasi sesuai dengan,
direalisasikan dan petugas panti prioritas pasien, titik
dapat mengetahui jalur evakuasi kumpul yang luas, aman
dengan kriteria hasil : dan mudah dijangkau
1. Terdapatnya jalur evakuasi dengan kendaraan.
sesuai standar keselamatan 4. Memasang peralatan jalur
2. Petugas mengetahui arah evakuasi di tempat yang
jalur evakuasi mudah terlihat oleh lansia
3. Terdapatnya titik kumpul dan pramuwerdha
yang strategis
2. Risiko penurunan Tujuan Jangka Panjang : 1. Melakukan pengkajian 2-4 September Kepala RSLU,
derajat kesehatan Memudahkan untuk mencari kesehatan 2018 Pekerja sosial
lansia informasi dan memantau 2. Menyusun arsip khusus RSLU,
perkembangan kesehatan lansia lansia yang berisi Pramuwerdha
pengkajian dan RSLU, dan
Tujuan Jangka Pendek : perencanaan mahasiswa PPN
Setelah dilakukan intervensi implementasi dan evaluasi XXXV FKep
selama 2 hari, catatan status keperawatan setiap lansia Unpad
kesehatan lansia dapat diarsipkan 3. Melakukan pengkajian

47
NO. MASALAH TUJUAN PERENCANAAN
KEGIATAN WAKTU SUMBER BIAYA
secara sistematis dengan kriteria dan pendokumentasian
hasil : secara berkala
1. Status kesehatan pasien 4. Mengelompokan arsip
dapat terdokumentasikan setiap lansia sesuai
dengan rapi dengan asrama masing-
2. Memudahkan tenaga masing lansia tinggal.
kesehatan untuk 5. Mengadakan kegiatan
menentukan intervensi dan seperti latihan ROM pasif
mencari informasi tentang dan aktif di ruangan
lansia berdasarkan catatan khusus (Flmboyan dan
status. Dahlia) , didalam maupun
diluar ruangan
6. Mengadakan penkes
terkait dekubitus
(pencegahan, dan tanda-
tanda) yang diperuntukkan
untuk pramuwerdha
7. Mengadakan latihan
manajemen pada lansia
dengan penyakit kronis
(Hipertensi)
3. Pramu Werdha di Tujuan Jangka Panjang : 1. Memberikan informasi 1-4 September Kepala RSLU,
RSLU belum Pramuwerdha dapat menerapkan tentang penggunaan APD 2018 Pekerja sosial
menerapkan perilaku perilaku keselamatan kerja pada : APD yang digunakan, RSLU,
keselamatan kerja setiap tindakan yang dilakukan waktu penggunaan APD, Pramuwerdha
cara menggunakan APD RSLU, dan
Tujuan Jangka Pendek : 2. Melatih penerapan mahasiswa PPN
Setelah dilakukan observasi penggunaan APD XXXV FKep
selama 4 hari, pramuwerdha dapat 3. Observasi penggunaan Unpad
menerapkan perilaku keselamatan APD

48
NO. MASALAH TUJUAN PERENCANAAN
KEGIATAN WAKTU SUMBER BIAYA
dengan kriteria hasil : 4. Evaluasi kepatuhan pramu
1. Pramuwerdha werdha dalam
menggunakan APD di menerapkan keselamatan
setiap tindakan yang kerja
dilakukan
2. Pramuwerdha mengetahui
pentingnya menerapkan
perilaku keselamatan kerja

4. Ketidakoptimalan Tujuan Jangka Panjang : 1. 4-6 September Kepala RSLU,


pengelolaan kesehatan Kebutuhan lansia yang 2018 Pekerja sosial
pada lansia berkebutuhan khusus dapat RSLU,
berkebutuhan khusus terpenuhi secara fisik dan mental Pramuwerdha
di RSLU dengan bantuan petugas PSTW RSLU, dan
mahasiswa PPN
Tujuan Jangka Pendek : XXXV FKep
Setelah mengikuti kegiatan, Unpad
petugas PSTW dapat memhami
pengolahan kesehatan pada lansia
dengan kebutuhan khusus.

49
ANALISA SWOT
CriticaL Success Factors Bobot Peringkat Skor Ket.
A. Kekuatan (Strength)
1) Pekerja menerapkan perilaku saling 0,08 2 0,016
berempati
2) Menjadi lahan praktek mahasiswa dari 0,1 3 0,3
berbagai institusi dalam periode waktu
tertentu
3) Mayoritas lansia dapat memenuhi 0,13 2 0,26
kebutuhan secara mandiri
4) Tenaga ahli keperawatan yang stand by di 0,1 4 0,4
poli klinik lokasi perumahan karyawan
yang berada di wilayah PSTW
5) Lokasi PSTW berada dekat dengan rumah 0,13 2 0,26
sakit
B. Kelemahan (Weakness)
1) Adanya perbedaan paham lansia dengan 0,1 3 0,3
petugas dan lansia dengan lansia.
2) Support dana yang kurang 0,13 2 0,26
3) Tenaga keperawatan/gizi SDM yag minim 0,1 3 0,3
4) Permukaan jalan yang tidak rata (naik-turun) 0,13 3 0,39
Total 1

CriticaL Success Factors Bobot Peringkat Skor Ket.


C. Peluang (Opportunity)
1) Adanya donatur yabg ikut berpartisipasi 0,3 4 0,12
dalam memenuhi kebutuhan dan perawatan
lansia
2) Terdapat lahan kosong untuk pembangunan 0,2 3 0,6
infrastruktur

D. Ancaman (Threat)
1) Geografis PSTW yang terletak di daerah 0,3 3 0,9
rawan bencana
2) Jumlah lansia yang meningkat setiap 0,2 3 0,6
tahunnya
Total 1

50
DAFTAR PUSTAKA
Boyce, John M., Pittet, D. (2002). Guideline for Hand Hygiene in Health-Care Setting
vol. 51. Centers for Disease Control and Prevention
Georgia Departement of Public Health. (2012). Scabies Handbook. Georgia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Tuberkulosis. Jakarta: Departemen
Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Situasi dan Analisi Hepatitis. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
New Jersey Departement of Health. (2014). Management of Scabies in Long Term Care
Facilities, Schools, and Other Institution. New Jersey
Rangganata, E., Sungkar, S. (2014). Tingkat Pengetahuan Mengenai Pencegahan
Skabies dan Hubungannya dengan Karakteristik Demografi Santri di Pesantren X
Jakarta Timur. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (published)
Srigley, J. A., Furness, C. D. Gardam, M. (2016). Intervention to Improve Patient Hand
Hygiene: A Systematic Review. Journal of Hospital Infection. doi:
10.1016/j.jhin.2016.04.018
Suharyo. (2013). Determinasi Penyakit Tuberkulosis di Daerah Pedesaan. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 9(1), 85-89.
Tjioe, M., Vissers, W. (2008). Scabies Outbreaks in Nursing Homes for the Elderly.
Drugs and Aging 25(4);299-306
World Health Organization. (2009). Hand Hygiene: Why, How & When?. WHO
World Health Organization. (2009). WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care.
WHO

Anda mungkin juga menyukai