Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN PATIENT SAFETY

PENDEKATAN MANAJEMEN PATIENT SAFETY PADA KASUS PRESSURE INJURY

DOSEN PENGAMPU : Ns. Evy Marlinda, M.Kep., Sp.Kep.An

KELOMPOK 5 :

Lisna P07120123015

Nurul Fatimah P07120123030

Yunita Safitri P07120123039

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha
Esa, karena berkat rahmat, Taufik, hidayah dan karunia-Nya lah sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Pendekatan Manajemen Patient
Safety pada Kasus Pressure Injury” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
tak lupa juga kita haturkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Muhammad
SAW beserta kerabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.Penulisan makalah
ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar Dasar
dengan Dosen Ibu Ns. Evy Marlinda, M.Kep., Sp.Kep.An

Dengan dibuatnya makalah ini penulis berharap dapat memberikan manfaaat


serta ilmu yang berguna. Akhir kata penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan penulis
sendiri. Oleh karena itu, sangatlah penulis harapkan saran dan kritik yang positif
dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan
berdaya guna di masa yang akan datang.

Banjarbaru, 25 Februari 2024

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

A. Pengertian Pressure Injury.........................................................................3


B. Standar Penanganan Pressure Injury.........................................................3
C. Langkah-langkah penanganan Pressure Injury..........................................4
D. Peran Perawat dalam Penanganan Pressure Injury....................................8
E. Monitoring dan Evaluasi Kasus Pressure Injury.......................................9

BAB III PENUTUP...............................................................................................11

A. Kesimpulan................................................................................................11
B. Saran..........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Home-based care nursing atau asuhan keperawatan yang berbasis
perawatan di rumah menjadi salah satu pelayanan yang semakin
berkembang di masyarakat. Hal tersebut karena home-based care nursing
dapat menurunkan beban biaya, memperpendek masa hospitalisasi, dan
dapat memberikan pelayanan di lingkungan rumah yang membuat pasien
merasa nyaman. Home-based care nursing memberikan perawatan
berkelanjutan dan sebagai upaya menangani risiko berbagai masalah
kesehatan seperti pressure injury atau Ulkus Dekubitus yang sering terjadi
pada pasien dengan cedera tulang belakang.
Pressure injury atau Ulkus Dekubitus merupakan hal yang traumatis
bagi pasien karena dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan,
meningkatkan stress dan menurunkan kualitas hidup. Peran perawat,
keluarga, komunitas, dan interprofesi di area home-based care nursing
sangat diperlukan untuk memberikan upaya prevensi agar kejadian
pressure injury atau Ulkus Dekubitus pada pasien tidak terjadi.
Tindakan pencegahan yang dilakukan juga berkembang mengikuti
perkembangan zaman dan melibatkan keluarga, komunitas, dan
interprofesi. Walaupun demikian, bundle yang khusus disesuaikan dengan
keadaan di area home-based care nursing masih terbatas. Literature review
mengenai pressure injury prevention bundle berdasarkan pencarian penulis
juga belum ditemukan. Selain itu, penerapan pencegahan pressure injury
di area home-based care nursing masih terbatas. Hal tersebut dibuktikan
dengan berbagai tindakan pencegahan yang masih belum dilakukan oleh
perawat atau caregiver yang merawat pasien di rumah. Oleh karena itu,
perlu adanya referensi mengenai bagaimana bundle pencegahan kejadian
pressure injury khusus di area home-based care nursing sesuai dengan
referensi terkini dan berbagai penelitian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pressure Injury?
2. Bagaimana Standar Penanganan Pressure Injury?
3. Apa saja langkah-langkah penganganan pressure injury?
4. Bagaimana peran perawat dalam penanganan pressure Injury?
5. Bagaimana monitoring dan evaluasi kasus pressure injury?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian pressure injury
2. Mengetahui bagaimana standar penanganan pressure injury
3. Mengetahui apa saja Langkah-langkah penanganan pressure injury
4. Mengetahui bagaimana peran perawat dalam penanganan pressure
injury
5. Mengetahui bagaimana monitoring dan evaluasi kasus pressure injury
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pressure Injury


Ulkus dekubitus atau yang sering disebut pressure injury adalah tekanan
eksternal terus-menerus pada waktu tertentu yang mengganggu
mikrosirkulasi jaringan yang menyebabkan iskemia jaringan. Penekanan
ini paling umum disebabkan oleh kondisi imobilitas pasien.
Ulkus dekubitus yang paling sering adalah penekanan eksternal terus
menerus yang bisa disebabkan oleh kondisi tidak dapat berpindah dari
satu posisi ke posisi lain. Tekanan yang terus menerus ini dapat
mengganggu mikrosirkulasi jaringan yang menyebabkan iskemia jaringan.
Tekanan yang dapat menyebabkan gangguan ini adalah tekanan yang lebih
besar daripada tekanan kapiler.
Dekubitus adalah tekanan, daya regang, friksi atau gesekan, dan
kelembaban. Efek tekanan pada jaringan diatas tulang yang menonjol
menyebabkan ikemia dan toksin seluler yang berhubungan dengan oklusi
pembuluh darah dan limfatik, sementara efeknya terhadap timbulnya
trauma lebih kecil (Jatmiko, 2017).

B. Standar Penanganan Pressure Injury


Penanganan manajemen pasien dengan pressure injury melibatkan
beberapa langkah standar untuk memastikan keamanan dan pemulihan
optimal:
1. Penilaian Risiko: Lakukan penilaian risiko secara rutin untuk
mengidentifikasi pasien yang rentan terhadap pressure injury.
2. Pemantauan Berkala: Monitor area kulit yang berisiko tinggi secara
berkala untuk mendeteksi tanda-tanda awal pressure injury.
3. Perubahan Posisi: Atur jadwal perubahan posisi secara teratur untuk
mengurangi tekanan pada area tertentu.
4. Pemilihan Bantalan: Gunakan bantalan yang sesuai untuk mengurangi
tekanan pada kulit, terutama di daerah yang rentan.
5. Perawatan Kulit: Jaga kebersihan kulit dengan mencuci dan
mengeringkan area dengan hati-hati. Gunakan produk perawatan kulit
yang sesuai.
6. Edukasi Pasien dan Keluarga: Berikan edukasi kepada pasien dan
keluarga tentang pentingnya perawatan kulit dan tindakan pencegahan
pressure injury.
7. Manajemen Nutrisi: Pastikan pasien mendapatkan nutrisi yang cukup
untuk mendukung penyembuhan kulit.
8. Konsultasi Tim Kesehatan: Melibatkan tim kesehatan multidisiplin,
termasuk ahli perawat luka, untuk perencanaan perawatan yang
holistik.
9. Tindak Lanjut: Lakukan pemantauan dan tindak lanjut secara teratur
untuk mengevaluasi kemajuan dan menyesuaikan rencana perawatan
jika diperlukan.
10. Dokumentasi yang Akurat: Catat dengan cermat kondisi kulit, tindakan
perawatan, dan respons pasien untuk memastikan dokumentasi yang
akurat.
11. Penting untuk mengikuti pedoman dan protokol yang berlaku serta
berkoordinasi dengan tim kesehatan untuk memastikan penanganan
yang efektif dan aman pada kasus pressure injury.

C. Langkah-langkah Penganganan Pressure Injury


Menurut Singh et al. dalam Dafianto (2016), perawatan standar untuk
ulkus dekubitus idealnya diberikan oleh tim multidisiplin dengan
memastikan kontrol glikemik, perfusi yang adekuat, perawatan luka lokal
dan debridement biasa, offloading , pengendalian infeksi dengan antibiotik
dan pengelolaan komorbiditas yang tepat. Pendidikan kesehatan pada
pasien akan membantu dalam mencegah ulkus dan kekambuhannya.
Berikut adalah beberapa penanganan ulkus dekubitus yang dapat
dilakukan:
1. Mencuci Luka
Pencucian bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka
yang berlebihan, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolik tubuh
pada cairan luka. Mencuci dapat meningkatkan, memperbaiki dan
mempercepat penyembuhan luka serta menghindari terjadinya infeksi.
Pencucian luka merupakan aspek yang penting dan mendasar dalam
manajemen luka, merupakan basis untuk proses penyembuhan luka
yang baik, karena luka akan sembuh jika luka dalam keadaan bersih
(Gitarja, 2008). Cairan Normal Salin/NaCl 0,9% atau air steril sangat
direkomendasikan sebagai cairan pembersih luka pada semua jenis
luka. Cairan ini merupakan cairan isotonis, tidak toksik terhadap
jaringan, tidak menghambat proses penyembuhan dan tidak
menyebabkan reaksi alergi. Antiseptik merupakan cairan pembersih
lain dan banyak dikenal seperti iodine, alkohol 70%, chlorine,
hydrogen perokside, rivanol dan lainnya seringkali menimbulkan
bahaya alergi dan perlukaan di kulit sehat dan kulit luka. Tujuan
penggunaan antiseptik adalah untuk mencegah terjadinya kontaminasi
bakteri pada luka. Namun perlu diperhatikan beberapa cairan antiseptik
dapat merusak fibroblast yang dibutuhkan pada proses penyembuhan
luka. Jika kemudian luka terdapat infeksi akibat kontaminasi bakteri,
pencucian dengan antiseptik dapat dilakukan, namun bukanlah hal
yang mutlak, karena pemberian antibiotik secara sistemik justru lebih
menjadi bahan pertimbangan (Wijaya, 2018)
2. Debridement
Jaringan nekrotik dapat menghalangi proses penyembuhan luka
dengan menyediakan tempat untuk bakteri. Untuk membantu
penyembuhan luka, maka tindakan debridement sangat dibutuhkan.
Debridement dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti
mechanical, surgical, enzimatic, autolisis dan biochemical. Cara yang
paling efektif dalam membuat dasar luka menjadi baik adalah dengan
metode autolisis debridement (Gitarja, 2008). Autolisis debridement
adalah suatu cara peluruhan jaringan nekrotik yang dilakukan oleh
tubuh sendiri dengan syarat utama lingkungan luka harus dalam
keadaan lembab. Pada keadaan lembab, proteolitik enzim secara
selektif akan melepas jaringan nekrosis dari tubuh. Pada keadaan
melunak, jaringan nekrosis akan mudah lepas dengan sendirinya
ataupun dibantu dengan pembedahan (surgical) atau mechanical
debridement. Tindakan debridemen lain juga bisa dilakukan dengan
biomekanikal menggunakan maggot (larva atau belatung) (Suriadi,
2007).
3. Dressing
Terapi topikal atau bahan balutan topical (luar) atau dikenal juga
dengan istilah dressing adalah bahan yang digunakan secara topical
atau menempel pada permukaan kulit atau tubuh dan tidak digunakan
secara sistemik (masuk ke dalam tubuh melalui pencernaan dan
pembuluh darah (Arisanty, 2019). Berdasarkan perkembangan
modernisasi, tehnik dressing di Indonesia dibagi menjadi 2, yaitu:
konvensional dressing dan modern dressing (moist wound healing).
a. Konvensional Dressing
Pada era sekarang ini pelayanan kesehatan terutama pada
perawatan luka mengalami kemajuan yang pesat. Penggunaan
dressing sudah mengarah pada gerakan dengan mengukur biaya
yang diperlukan dalam melakukan perawatan luka. Perawatan luka
konvensional yang sering dipakai di Indonesia adalah dengan
menggunakan perawatan seperti biasa dan biasanya yang dipakai
adalah dengan cairan rivanol, larutan betadin 10% yang diencerkan
ataupun dengan hanya memakai cairan NaCl 0,9% sebagai cairan
pembersih dan setelah itu dilakukan penutupan pada luka tersebut
(Arisanty, 2019).
b. Modern Dressing (Moist Wound Healing)
Perawatan luka modern adalah teknik perawatan luka dengan
menciptakan kondisi lembab pada luka sehingga dapat membantu
proses epitelisasi dan penyembuhan luka, menggunakan balutan
semi occlusive, full occlusive dan impermeable dressing
berdasarkan pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort),
keamanan (safety). Manajemen luka dalam perawatan modern
adalah dengan metode “moist wound healing” hal ini sudah mulai
dikenalkan oleh Prof. Winter pada tahun 1962. Moist wound
healing merupakan suatu metode yang mempertahankan
lingkungan luka tetap terjaga kelembabannya untuk memfasilitasi
penyembuhan luka sehingga dapat membantu proses epitelisasi dan
penyembuhan luka. Luka lembab dapat diciptakan dengan cara
occlusive dressing (perawatan luka tertutup). Balutan luka (wound
dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Menurut Wijaya (2018)
adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini
antara lain:
1) Mempercepat fibrinolisi
fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih
cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
2) Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan
merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih
cepat.
3) Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan
dengan perawatan kering.
4) Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk
membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana
produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam
lingkungan yang lembab.
5) Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh
makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih
dini.
Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan memiliki beberapa tujuan
penting yang dipaparkan oleh Kerlyn, yaitu tujuan jangka pendek yang
dicapai setiap kali mengganti balutan dan dapat menjadi bahan evaluasi
keberhasilan dalam menggunakan satu atau beberapa jenis terapi topikal,
adalah sebagai berikut (Arisanty, 2019).

a. Menciptakan lingkungan yang kondusif dalam penyembuhan luka.


b. Meningkatkan kenyamanan klien.
c. Melindungi luka dan kulit sekitarnya.
d. Mengurangi nyeri dengan mengeluarkan udara timedari ujung syaraf
(kondisi oklusif).
e. Mempertahankan suhu pada kaki.
f. Mengontrol dan mencegah perdarahan.
g. Menampung eksudat
h. Imobilisasi bagian tubuh yang luka.
i. Aplikasi penekanan pada area perdarahan atau vena yang statis.
j. Mencegah dan menangani infeksi pada luka.
k. Mengurangi stress yang ditimbulkan oleh luka dengan menutup secara
tepat.

Memilih balutan (dressing) merupakan suatu keputusan yang harus


dilakukan untuk memperbaiki kerusakan jaringan. Berhasil tidaknya
tergantung kemampuan perawat dalam memilih balutan yang tepat, efektif
dan efesien. Bentuk modern dressing saat ini yang sering dipakai adalah :
calcium alginate, hydrocolloide, hidroaktif gel, metcovazine, polyurethane
foam, silver dressing (Wijaya, 2018).

D. Peran Perawat dalam Penanganan Pressure Injury


Peranan perawat dalam perawatan luka dekubitus sangat penting untuk mencegah
hingga mengobati luka dekubitus agar tidak semakin parah dan menimbulkan
komplikasi.Pencegahan dan perawatan luka dekubitus dapat mempengaruhi biaya
yang dikeluarkan pasien dalam menjalani pengobatan penyakit tertentu. Sehingga
peranan perawat luka di rumah sangat dibutuhkan untuk membantu pasien yang
mengalami kesulitan gerak.
Perawat berperan dalam memberikan dukungan dengan membantu
pasien dalam melakukan pergerakan tubuh, posisi berbaring dan berpindah
tempat. Selain itu, penggunaan alat bantu seperti kasur dekubitus juga
merupakan salah satu upaya yang dapat membantu mencegah luka
dekubitus. Peran perawat luka selain membantu menyembuhkan dan
merawat luka juga memberikan edukasi terhadap pasien terkait
pencegahan lukadekubitus.
Perawat juga dapat memberikan penyuluhan terkait pentingnya
kebersihan pada pasien serta penggunaan lotion untuk menjaga
kelembaban kulit.Luka dekubitus paling banyak ditemukan pada area
tubuh bagian bawah seperti bokong dan punggung.Luka ini selain sangat
berbahaya juga dapat menimbulkan sakit yang luar biasa bagi para
penderitanya.
Oleh sebab itu peranan perawat perawatan luka dekubitus diharapkan
mampu mencegah munculnya luka dekubitus.

E. Monitoring dan Evaluasi Kasus Pressure Injury


Monitoring adalah proses yang dilakukan secara rutin untuk
mengumpulkan data, pengukuran keberhasilansuatu program, memantau
perubahan yang focus pada proses dan keluaran. Monitoring juga dapat
diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisa suatu informasi
berdasarkan indicator yang telah ditetapkan dan kontinu, sehingga dapat
dilakukan tindakan evaluasi untuk penyempurnaan selanjutnya. Proses
monitoring juga dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan data
dan pengukuran kemajuan atas suatu program (Widiastuti dan Susanto,
2014).
Evaluasi adalah suatu informasi terkait sejauh apa suatu kegiatan telah
tercapai, bagaimana perbedaan dengan standar yang ditetapkan sehingga
diketahui selisih atau jarak diantara keduanya, dan membandingkan
manfaat dengan harpan. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan
membandingkan realisasi masukan, keluaran, serta hasil terhadap rencana
dan standar (Yumari, 2017). Evaluasi juga diartikan sebagai pengukuran
dari konsekuensi yang dikehendakidan tidak dikehendaki dari suatu
tindakan yang telah dilakukan dalam rangka mencapai beberapa tujuan
yang akan dinilai (Hendrawan. 2009).
Monitoring dan evaluasi manajemen safety pada kasus pressure injury
melibatkan pemantauan kontinu terhadap langkah-langkah pencegahan,
perawatan, dan respons terhadap kejadian tersebut. Evaluasi dilakukan
dengan mengidentifikasi faktor risiko, memastikan penerapan protokol
pencegahan, dan menilai efektivitas tindakan perawatan. Langkah-langkah
ini dapat melibatkan tim kesehatan, analisis kejadian, serta
penyempurnaan prosedur untuk meningkatkan manajemen safety
secara keseluruhan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ulkus dekubitus terjadi akibat proses kompleks yang disebabkan oleh berbagai
macam faktor. Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan ulkus dekubitus adalah
tekanan, gaya geser, gesekan, kelembaban dan nutrisi. Diagnosis dari ulkus dekubitus
dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang dilakukan secara holistik.
Penatalaksanaan ulkus dekubitus harus dilakukan secara cepat setelah diagnosis
ditegakkan, penatalaksanaan ini juga bergantung pada berat derajat ulkus
dekubitus. Manajemen luka ulkus dekubitus dapat meliputi debridemen, terapi
konservatif seperti mengurangi tekanan, pengawasan nutrisi, kontrol infeksi,
tatalaksana nyeri dan perawatan luka, serta terapi pembedahan.
B. Saran
Diharapkanpenulisan ini dapat menjadi acuanbagi ruangan agar
dapatmeningkatkanmanajemen asuhan keperawatan dengan penerapan
dressing Cutimed Sorbact Gel pada pasien yang mengalami ulkus
dekubitus.
DAFTAR PUSTAKA

Arisanty, I. 2019. Menejemen Perawatan Luka. EGC. Jakarta

Dafianto, R. (2016). Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap resiko ulkus kaki
diabetik pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas
Jelbuk Kabupaten Jember. Skripsi. Jember: Universitas Jember.

Gitarja. Perawatan Luka Diabetes. Bogor: Wocare Publishing, 2008;

Suriadi. (2007). Perawatan Luka. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Wijaya, I. M. S., (2018), Perawatan Luka Dengan Pendekatan Multidisiplin, Andi


(Anggota IKAPI), Yogyakarta.

Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3831318/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532897/

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1171/mencegah-luka-tekan-pada-pasien-
bed-rest-total

https://dinkes.babelprov.go.id/content/penanganan-dekubitus-dari-segi-
keperawatan#:~:text=Perawat%20berperan%20dalam%20memberikan
%20dukungan,dapat%20membantu%20mencegah%20luka%20dekubitus.

Anda mungkin juga menyukai