Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

Kelompok 3

Harniati Saliu 88170010

Imelda Nego 88170011

Nunung Nurainun 88170029

Nurhalisa Yunus 88170030

Aghna Azkani Saktya 88170031

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

ARS UNIVERSITY

BANDUNG

2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................6
2 TINJAUAN TEORI.........................................................................................................................6
2.1 Asuhan Keperawatan Kritis.....................................................................................................6
BAB III....................................................................................................................................................9
3 ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................................................................9
3.1 Pengkajian................................................................................................................................9
3.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................................13
3.3 Intervensi...............................................................................................................................15
3.4 Implementasi..........................................................................................................................15
3.5 Evaluasi.................................................................................................................................15
3.6 Dokumentasi..........................................................................................................................15
BAB IV..................................................................................................................................................16
4 PENUTUP.....................................................................................................................................16
4.1 Kesimpulan............................................................................................................................16
4.2 Saran......................................................................................................................................16
5 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah mata kuliah Keperawatan
Kritis yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritis” tepat pada waktunya. Tidak lupa kita
kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena atas
berkat dari beliaulah kita dapat merasakan alam yang penuh dengan pengetahuan dan
teknologi seperti saat ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata, semoga penyusunan
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dan siapa saja yang membacanya.

Bandung, November 2020

Penyusun

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada seseorang di ICU menandakan bahawa orang itu mengalami ancaman
terhadapa kehidupan dan kesejahteraan pasien yang di rawat tersebut. Ruang ICU
dianggpa sebagai Unit dengan kehidupan yang rapuh, diawasi dengan cermat, dan di
pelihara, akan tetapi keluarga seringkali menganggap pearwatan di ICU dalah salah satu
tanda kematian yang akan terjadi. Hambatan dalam komunikasi dapat diakibatkan oleh
status fisologis seperti terpasangnya selang endotrakeal bahakn obat-obatan yang
menganggu fungsi kognitif.

Pada sebuah penelitian yang dilakuakan oleh Stein-Parbury dan McKinkley


tercatat bahawa 30-100% pasien yang diteliti dapat mengingat semua atau sebagian masa
rawat mereka di ICU. Walaupun secara besar psien lebih memngingat pengalaman
negatif mereka namun perasaan netral dan positif juga masih jelas di ingatan mereka.
Pengalaman negatif yang ingat dapat berupa kecemasan, gangguan istrahat tidur dan
ketakutan, pengalaman postif dapat berupa perasaan aman dan kenyamanan bahkan
tindakan yang di berikan perawatpu di ingat.

Keperawatan Kritis nerupakan salah satu bidang keperawatan yang berfokus


pada pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami anacaman terhadapa
keselamatan jiwa atau kehilangan organ tubuh bahkan nyawa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu pengertian keperawatan kritis?
2. Bagaimana ruang lingkup keperawatan kritis?
3. Apa saja prinsip keperawatan kritis?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami dan mendalami perspektif keperawatan kritis

4
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui apa itu pengertian keperawatan kritis
b. Mampu mengetahui bagaimana ruang lingkup keperawatan kritis
c. Mampu mengetahui konsep keperawatan kritis
d. Mampu mengetahui bagaimana prinsip keperawatan kritis

5
BAB II

2 TINJAUAN TEORI

2.1 Asuhan Keperawatan Kritis


1. Pengertian
Proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan ilmiah, sistematis,
dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan
masalah kesehatan klien di mulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan,
intevensi, implementasi hingga evaluasi keperawatan ( Ali, 1997)
Ilmu perawatan kritis dilansir di medlineplus US National Library of
Medicine adalah perawatan untuk orang-orang yang mengalami keadaan
mengancam nyawa, cedera danpenyakit kronis yang ada ICU dan perawatan yang
diperoleh selama 24 jam oleh petugas kesehatan profesional yang terdiri dari
monitor menggunakan alat dan treatment khusus. Keperawatan kritis adalah
keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang menghadapi secara rinci dengan
manusia yang bertanggungjawab atas masalah yang mengancam jiwa. Perawat
kritis adalah perawat profesional ang resmi yang bertanggungjawab untuk
memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarganya mereka menerima
kepedulian optimal (American Association of Critical-Care Nurses).
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap
suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian atau jalan keluar.
Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang
secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam
hidup.
Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien
yang berkualitas tinggi dan komprehensif untuk pasien yang kritis, waktu adalah
vital. Proses keperawatan memberikan suatu pendekatan yang sistematis, dimana
perawat keperawatan kritis dapat mengevaluasi masalah pasien dengan cepat.
Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang meliputi
pengkajian, analisa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. The American
Association of Critical-Care Nurses menyusun standar proses keperawatan sebagai
asuhan keperawatan kritikal.

6
2. Ruang Lingkup Keperawatan Kritis
American Association of Critical-Care Nurses menyatakan bahwa asuhan
keperawatan kritis mencakup diagnosis dan penatalaksanaan respon manusia
terhadap penyakit yang aktual atau potensial yang mengancam kehidupan (AACN,
1989). Lingkup praktik asuhan keperawatan kritis didefenisikan dengan interaksi
perawat kritis, dan lingkungan yang memberikan sumber-sumber adekuat untuk
pemberian perawatan.
Pasien masuk ke lingkungan keperawatan kritis menerima asuhan
keperawatan intensif untuk berbagai masalah kesehatan. Serangkaian gejala
memiliki rentang dari pasien yang memerlukan pemantauan khusus dan
membutuhkan sedikit intervensi sampai pasien dengan kegagalan fungsi multisistem
yang memerlukan intervensi untuk mendukung fungsi hidup yang mendasar. Pada
umumnya lingkungan yang mendukung rasio perbandingan perawat-pasien yaitu 1:2
(tergantung dari kebutuhan pasien), satu perawat dapat merawat tiga pasien,
terkadang seorang pasien memerlukan bantuan lebih dari satu orang perawat untuk
dapat bertahan hidup.
Adapun stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok yaitu: sakit,
penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan. Terkait dengan respon keluarga pada
anggota keluarga yang dirawat di ruang intensif, keluarga seringkali merasakan stress
ataupun cemas.
Kecemasan yang tinggi muncul akibat beban yang harus diambil dalam
pengambilan keputusan dan pengobatan yang terbaik bagi pasien. Respon keluarga terhadap
stres bergantung pada persepsi terhadap stress, kekuatan, dan perubahan gaya hidup yang
dirasakan terkait dengan penyakit kritis pada anggota keluarga. Pada titik kritis ini, fungsi
keluarga inti secara signifikan berisiko mengalami gangguan (Nurhadi, 2014).
Tugas keluarga pasien kritis yang utama adalah untuk mengembalikan
keseimbangan dan mendapatkan ketahanan. Menurut Mc. Adam, dkk (2008), dalam
lingkungan area kritis keluarga memiliki beberapa peran yaitu:

1) active presence, yaitu keluarga tetap di sisi pasien


2) protector, yaitu memastikan perawatan terbaik telah diberikan
3) facilitator, yaitu keluarga memfasilitasi kebutuhan pasien ke perawat
4) historian, yaitu sumber informasi rawat pasien
5) coaching, yaitu keluarga sebagai pendorong dan pendukung pasien.
Pasien yang berada dalam perawatan kritis menilai bahwa keberadaan
anggota keluarga di samping pasien memiliki nilai yang sangat tinggi untuk
menurunkan level kecemasan dan meningkatkan level kenyamanan (Holly, 2012).
7
3. Pelayanan Intensive Care
1. Praktik Kedokteran Intesive Care

8
Pelaksanaan pelayanan kedokteran intensive care adalah berbasis

rumah sakit, diperuntukkan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang

sakit kritis.

Tujuan dari pelayanan intensive care adalah memberikan

pelayanan medik tertitrasi dan berkelanjutan serta mencegah fragmentasi

pengelolaan pasien sakit kritis, meliputi:

a. Pasien - pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan

dokter, perawat, perawat napas yang terkoordinasi dan

berkelanjutan, sehingga memerlukan perhatian yang teliti, agar dapat

dilakukan pengawasan yang konstan dan titrasi terapi.

b. Pasien - pasien yang dalam keadaan bahaya mengalami

dekompensasi fisiologis dank arena itu memerlukan pemantauan

yang terus menerus dan kemampuan tim intensive care untuk

melakukan intervensi segera untuk mencegah timbulnya penyulit

yang merugikan.

2. Pelayanan Intensive Care

Pelayanan ICU harus dilakukan oleh intensivist, yang terlatih

secara formal dan mampu memerikan pelayanan tersebut, dan yang

terbebas dari tugas - tugas lain yang membebani, seperti kamar operasi,

praktik atau tugas - tugas kantor. Intensivist yang bekerja harus

berpartisipasi dalam suatu system yang menjamin kelangsungan pelayanan

intensive care 24 jam. Hubungan pelayanan ICU yang terorganisir dengan

bagian - bagian pelayanan lain di rumah sakit harus ada dalam organisasi

rumah sakit.

9
Bidang kerja pelayanan intensive care meliputi: pengelolaan

pasien, administrasi unit, pendidikan, dan penelitian. Kebutuhan dari

masing - masing bidang akan bergantung dari tingkat pelayanan tiap unit.

a. Pengelolaan pasien langsung

Pengelolaan pasien langsung dilakukan secara primer oleh

intesivist dengan melaksanakan pendekatan pengelolaan total pada

pasien sakit kritis, menjadi ketua tim dari berbagai pendapat konsultan

atau dokter yang ikut merawat pasien. Cara kerja demikian mencegah

pengelolaan yang terkotak - kotak dan menghasilkan pendekatan yang

terkoordinasi pada pasien serta keluarganya.

b. Administrasi unit

Pelayanan ICU dimaksud untuk memastikan suatu lingkungan

yang menjamin pelayanan yang aman, tepat waktu dan efektif. Untuk

tercapainya tugas ini diperlukan partisipasi dari intensivist pada

aktivitas manajemen.

4. Standar Minimum Pelaksanaan Intensive Care Unit


Tingkat pelayanan ICU harus disesuaikan dengan kelas rumah

sakit. Tingkat pelayanan ini ditentukan oleh jumlah staf, fasilitas, pelayanan

penunjang, jumlah, dan macam pasien yang dirawat. Pelayanan ICU harus

memiliki kemampuan minimal sebagai berikut:

a. Resusitasi jantung paru

10
b. Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakeal dan

penggunaan ventilator sederhana

c. Terapi oksigen

d. Pemantauan EKG, pulse oksimetri yang terus menerus

e. Pemberian nutrisi enteral dan parenteral

f. Pemeriksaan laboratorium khusus dengan dengan cepat

dan menyeluruh

g. Pelaksanaan terapi secara titrasi

h. Kemampuan melaksanakan teknik khusus sesuai dengan

kondisi pasien

i. Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat - alat

portabel selama transportasi pasien gawat

j. Kemampuan melakukan fisioterapi dada

5. Klasifikasi Pelayanan Intensive Care Unit


Pelayanan ICU diklasifikasikan menjadi 3, yaitu : pelayanan ICU primer

(standar minimal), pelayanan ICU sekunder, dan pelayanan ICU tertinggi

(tertier).

11
Tabel 1. Klasifikasi atau Stratifikasi Pelayanan Intensive Care Unit

No Kemampuan Pelayanan

Primer Sekunder Tersier

1 Resusitasi Jantung Paru Resusitasi Jantung Paru Resusitasi Jantung Paru


2 Pengelolaan jalan napas, Pengelolaan jalan napas, Pengelolaan jalan napas,

termasuk intubasi termasuk intubasi termasuk intubasi

intratrakeal dan ventilasi intratrakeal dan ventilasi intratrakeal dan ventilasi

mekanik mekanik mekanik

12
3 Terapi oksigen Terapi oksigen Terapi oksigen
4 Pemasangan kateter vena Pemasangan kateter vena Pemasangan kateter

sentral sentral dan arteri vena sentral, arteri,

Swan Ganz dan ICP

monitor
5 Pemantauan EKG, Pemantauan EKG, Pemantauan EKG,

pulsoksimetri dan pulsoksimetri, tekanan pulsoksimetri, tekanan

tekanan darah non darah non invasive dan darah non invasive dan

invasive invasive invasive, Swan Ganz

dan ICP monitor serta

ECHO monitor
6 Pelaksaan terapi secara Pelaksaan terapi secara Pelaksaan terapi secara

titrasi titrasi titrasi


7 Pemberian nutrisi enteral Pemberian nutrisi enteral Pemberian nutrisi enteral

dan parenteral dan parenteral dan parenteral


8 Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan

laboratorium khusus laboratorium khusus laboratorium khusus

secara cepat dan secara cepat dan secara cepat dan

menyeluruh menyeluruh menyeluruh


9 Fungsi vital dengan alat Memberikan tunjangan Memberikan tunjangan

alat portable selama fungsi vital dengan alat fungsi vital dengan alat

transportasi gawat pasien alat portable selama alat portable selama

transportasi gawat pasien transportasi gawat

13
1 Kemampuan melakukan Melakukan fisioterapi Melakukan fisioterapi
0

fisioterapi dada dada dada


1 - Melakukan prosedur Melakukan prosedur
1
isolasi isolasi
1 - Melakukan hemodialysis Melakukan hemodialysis
2
intermiten dan kontinyu intermiten dan kontinyu

6. Pemberian Informasi pada Pasien/Keluarga


Sebelum pasien dimasukkan ke ICU, pasien dan/atau keluarganya

harus mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar

pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ICU,

serta tindakan kedokteran yang mungkin akan dilakukan selama pasien

dirawat di ICU. Penjelasan tersebut diberikan oleh DPJP (Dokter

Penanggung Jawab Pasien) atau asisten DPJP yang bertugas. Atas

penjelasan tersebut pasien dan/atau keluarganya dapat menerima atau

menolak untuk dirawat di ICU. Persetujuan atau penolakan dinyatakan

dengan menandatangani formulit informed consent.

7. Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Pasien


Kebutuhan pelayanan pasien ICU adalah tindakan resusitasi jangka

panjang yang meliputi dukungan hidup untuk fungsi - fungsi vital seperti

Airway (fungsi jalan napas), Breathing (fungsi pernapasan), Circulation

(fungsi sirkulasi), Brain (fungsi otak) dan fungsi organ lain, disertai

dengan diagnosis dan terapi definitive.

8. Teori Stress Keluarga

Respon keluarga terhadap stress yang dirasakan ketika menghadapi


anggota keluarga mendapatkan perawatan kritis, dapat dijelaskan melalui
Stres Keluarga Hill. Teori tersebut dikenal dengan model ABCX. Kerangka
14
ABCX memiliki dua bagian. Pertama adalah pernyataan yang berhubungan
dengan penentu krisis keluarga: A (Peristiwa dan kesulitan terkait)
berinteraksi dengan B (Sumber berhadapan dengan krisis keluarga) yang
berinteraksi dengan C (definisi yang dibuat keluarga mengenai peristiwa
tersebut) menghasilkan X (krisis)

Teori Stres keluarga menurut Hill ( Friedman, 2010)

9. Koping Keluarga

Koping keluargamerupakan sebuah proses yang aktif saat keluarga


memanfaatkan sumber keluarga yang ada dan mengembangkan perilkau serta
paparan baru yang akan memperkuat keluarga sebagai unit yang saling
membutuhkan satu sama lain untuk mengurangi masalah hidup yang penuh
dengan stressor. Menurut Hadi, 2014 pencarian sosial di lakukan keluarga
ketika menghadapi stress. Dukungan yang dapat diperoleh anggota keluarga
berupa support dari perawat intensif di sebut sosial formal. . Dukungan sosial
yang diberikan oleh keluarga, teman dan tetangga disebut ‘informational
support’ dan dukungan sosial yang diberikan oleh penyedia layanan formal
disebut ‘formal support’. Ketika kebutuhan pasien dan keluarga bersinergi
dengan kompetensi perawat, maka hasil perawatan pasien akan optimal
(Wardah, 2013).
. Pemahaman mengenai pentingnya pemenuhan kebutuhan keluarga oleh
tenaga kesehatan profesional pada perawatan kritis bermanfaat agar keluarga
dapat mengontrol pada situasi rentan dan hal tersebut juga dapat dilakukan
oleh petugas kesehatan ketika berada pada keadaan yang sama (Brysiewicz,
2006).
10. Dukungan Informasi
15
Pemberian dukungan informasi merupakan hal yang paling berdampak
besar terhadap kecemasan, dimana informasi dapat mempengaruhi persepsi
positif maupun negatif terhadap emosi keluarga. Informasi yang kurang dapat
mengakibtkan kecemasan, depresi, post traumatis syndrome ataupun ketidak
harmonisan hubungan keluarga dengan tim kesehatan (Mc.Adam, Arai dan
Putillo, 2008). Keluarga dengan kondisi kritis yang disebabkan oleh penyakit
kritis anggota keluarganya membutuhkan bantuan tim kesehatan untuk dapat
beradaptasi dengan lingkungan (Wardah, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chien, dkk (2006)
menunjukkan sebagian besar stres dan kecemasan keluarga pasien disebabkan
tidak terpenuhinya informasi mengenai prognosis, tindakan dan kurangnya
pengetahuan mengenai kondisi lingkungan dan peralatan yang rumit di ruang
intensif. Pada penelitian yang dilakukan oleh Omari (2009) menunjukkan
bahwa sebagian besar kebutuhan yang penting meliputi isi dari informasi
mengenai kondisi pasien, perubahan kondisi pasien dan jaminan pelayanan
yang terbaik bagi pasien
Menggunakan teknik dan sumber koping dalam pemberian informasi
kepada keluarga pasien di ruang intensif juga membantu mereka dalam
beradaptasi secara lebih baik ketika dihadapkan pada kondisi stress dan dapat
membawa harapan mereka terhadap pasien sesuai dengan kenyataan (Yaman
dan Bulut, 2010). Kebutuhan informasi yang tidak terpenuhi dengan baik
akan mempengaruhi respon keluarga terhadap perawatan yang dilakukan.
Defisit komunikasi, informasi yang kontradiktif, dan kurangnya dukungan
akan menyebabkan kondisi stres, frustasi, depresi dan ketidakpuasan pada
anggota keluarga (Bailey, 2010). Pada tahun 1979, seorang perawat Nancy
Molter mengembangkan daftar kebutuhan keluarga berdasarkan survey
mahasiswa keperawatan. Daftar kebutuhan keluarga tersebut kini dikenal
dengan nama Critical Care Family Needs Inventory (CCFNI)
11. Kecemasan
a. Pengertian
Kecemasan adalah perasaan tidak senang dan tidak nyaman serta
sebagian besar orang berusaha untuk menghindarinya (Stuart, 2009).
Gangguan kejiwaan yang sebagian besar terjadi di Amerika Serikat
adalah gangguan kecemasan dan terjadi antara 15% - 25% populasi
(Rapaport, dkk dalam Stuart, 2010).
b. Penyebab Kecemasan
Kecemasan akan meningkat melalui konflik yang terjadi ketika
16
seseorang mendapatkan pengalaman mengenai dua hal yang bersaing dan
harus memilih salah satu di antaranya. Dengan demikian terdapat
hubungan yang muncul antara kecemasan dengan konflik. Konflik akan
menyebabkan kecemasan dan kecemasan akan meciptakan persepsi
terhadap konflik dengan memproduksi rasa tidak berdaya (Stuart, 2009).
Keluarga dengan anggota keluarga yang dirawat di ruang intensif berada
dalam kondisi penuh kekhawatiran terhadap keadaan dan prognosis
pasien. Keluarga juga mengalami berbagai risiko gangguan kesehatan
fisik dan mental baik selama bahkan setelah keluar dari ruang intensif.
Efek hospitalisasi dapat berupa kurang tidur, gangguan nafsu makan dan
pencernaan, ketakutan, stress, kecemasan, depresi hingga post traumatic
syndrome. Dalam keadaan ini, keluarga membutuhkan berbagai macam
kebutuhan spesifik yang harus dipenuhi (Wardah, 2013).

Tabel 2.1 Respon fisiologis terhadap ansietas (Stuart, 2009)

Sistem tubuh Respon


Kardiovaskuler Palpitasi, tekanan darah meningkat, rasa mau
pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi
menurun, jantung seperti terbakar.

Pernafasan Nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, nafas


dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi
tercekik, terengah-engah.

Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan, menolak makan,


ketidaknyamanan abdomen, mual, diare

Traktus urinarius Tidak dapat menahan kencing, sering kencing

Neuromuskuler Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-


kedip, insomnia, tremor, rigiditas, wajah tegang,
kelemahan umum, gerakan yang janggal

Kulit Wajah kemerahan, telapak tangan berkeringat,


gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah
pucat.

Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat mengalami


kecemasan secara umum menurut Hawari (2004), antara lain
sebagai berikut:

1. Gejala psikologis: pernyataan semas/khawatir, firasat buruk,


takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa

17
tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
2. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

3. Gangguan konsentrasi daya ingat.

4. Gangguan tidur : sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari,


tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi
buruk dan menakutkan.
5. Gangguan kecerdasan: sukar konsentrasi, daya ingat menurun
dan daya ingat buruk.
6. Perasaan depresi (murung): hilangnya minat, berkurangnya
kesenangan pada hobi, sedih,terbangun pada saat dini hari dan
perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
7. Gejala somatik/ fisik (otot): sakit dan nyeri di otot, kaku,
kedutan otot, gigi gemerutuk dan suara tidak stabil.
8. Gejala somatik/ fisik (sensorik): tinitus (telinga berdenging),
penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemas dan
perasaan ditusuk-tusuk.

9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah): takikardi,


berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras, rasa
lesu/lemas seperti mau pingsan dan detak jantung menghilang/
berhenti sekejap.

10. Gejala respiratori (pernafasan): rasa tertekan atau sempit di


dada, rasa tercekik, sering menarik nafas pendek/ sesak.

18
11. Gejala gastroentinal: sulit menelan, perut melilit, gangguan
pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan
terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, sukar
BAB dan kehilangan berat badan.

12. Gejala urogenital: sering buang air kecil, tidak dapat menahan
BAK, tidak datang bulan (menstruasi), masa haid
berkepanjangan, masa haid sangat pendek, haid beberapa kali
dalam sebulan, ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang dan
impotensi.

13. Gejala autoimun: mulut kering, muka merah, mudah


berkeringat, kepala pusing, kepala terasa berat, kepala terasa
sakit dan bulu-bulu berdiri.

14. Tingkah laku/sikap: gelisah tidak tenang, jari gemetar, kening/


dahi berkerut, wajah tegang/mengeras, nafas pendek dan cepat
serta wajah merah.

c. Mengukur Tingkat Kecemasan


Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut
alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating
Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan
pada munculnya gejala pada individu yang mengalami kecemasan.
Menurut skala HARS terdapat 14 gejala yang nampak pada individu
yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5
tingkatan skor (skala likert) antara 0 sampai dengan 4.
Masing-masing kelompok gejala kecemasan diberi penilaian angka
(score) antara 0-4, dengan penilaian sebagai berikut:

Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)


Nilai 1 = gejala ringan
Nilai 2 = gejala sedang
Nilai 3 = gejala berat
Nilai 4 = gejala berat sekali/ panik
19
Masing- masing nilai angka (score) dari 14 kelompok gejala
tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat
diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu: total nilai (score) :
kurang dari 14 = tidak ada kecemasan, 14-20 = kecemasan ringan,
21-27 = kecemasan sedang, 28-41= kecemasan berat, 42-56=
kecemasan berat sekali (Hawari, 2004).
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan
 Umur
Menurut Azwar (2009), semakin tua umur seseorang semakin
konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah maka akan sangat
mempengaruhi konsep dirinya. Umur dipandang sebagai suatu keadaan yang
menjadi sadar kematangan dan perkembangan seseorang.

 Pendidikan
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin
mudah menerima informasi. Faktor pendidikan sangat berpengaruh
terhadap tingkat kecemasan seseorang tentang hal baru yang belum
pernah dirasakan atau sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang
terhadap kesehatannya.

 Pekerjaan
Pekerjaan adalah kesibukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan tetapi merupakan cara

20
mencari nafkah yang memiliki banyak tantangan (Nursalam,
2001).
 Informasi
Informasi adalah pemberitahuan yang dibutuhkan keluarga dari staf
ruang intensif mengenai semua hal yang berhubungan dengan pasien yang dirawat di
ruang intensif. Kebutuhan akan informasi meliputi informasi tentang perkembangan
penyakit pasien, penyebab atau alasan suatu tindakan tertentu dilakukan pada pasien,
kondisi sesungguhnya mengenai perkembangan penyakit pasien, kondisi pasien
setelah dilakukan tindakan/ pengobatan, perkembangan kondisi pasien dapat
diperoleh keluarga paling sedikit sehari sekali, rencana pindah atau keluar ruangan,
dan informasi mengenai peraturan di ruang intensif (Nurhadi, 2014).

Menurut Peni (2014) terdapat beberapa penyebab lain kecemasan yang


terjadi pada keluarga pasien yang dirawat di ruang intensif, antara lain:
a. Terpisah secara fisik dengan keluarga yang dirawat di ruang intensif.
b. Merasa terisolasi secara fisik dan emosi dari keluarganya yang lain,
dukungan lain yang tidak adekuat atau keluarga lain yang tidak dapat
berkumpul karena bertempat tinggal jauh.
c. Takut kematian atau kecacatan tubuh terjadi pada keluarga yang sedang
dirawat.

21
d. Kurangnya informasi dan komunikasi dengan staf di ruang intensif
sehingga tidak mengetahui perkembangan kondisi pasien.

e. Tarif di ruang intensif yang mahal.

f. Masalah keuangan, terutama jika pasien adalah satu- satunya pencari


nafkah dalam keluarga.

g. Lingkungan di ruang intensif yang penuh dengan peralatan canggih,


bunyi alarm, banyaknya selang yang terpasang di tubuh pasien. Jika
pasien diintubasi atau adanya gangguan kesadaran, sulit atau tidak bisa
berkomunikasi diantara pasien dengan keluarganya. Jam kunjung yang
dibatasi, ruang intensif yang sibuk dan suasananya yang serba cepat
membuat keluarga tidak merasa disambut atau dilayani dengan baik (FK.
Unair, RSUD Dr. Soetomo dalam Peni, 2014)

8
BAB III

3 ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Pengkajian Sebelum Kedatangan
a. Identitas (nama, umur, jenis kelamin, keluhan utama, diagnosa, riwayat
kesehatan, status psikologis, alat yang terpasang, dan pemeriksaan diagnostik)

2. Pengkajian
a. Kesadaran Umum
b. Airway:
 Obstruksi jalan napas
 Penempatan alat bantu napas (jika ada)

c. Breathing:
 Kualitas dan kuantitas pernapasan (Respirasi Rate, frekuensi napas, irama
napas, suara napas, otot bantu napas, kesimetrisan dada saat bernapas),
dispneu/apneu
 Bernapas spontan atau tidak

d. Circulation:
 Kaji adanya tanda-tanda syok: hipotensi, takikardi, takipneu, hipotermi,
pucat, akral dingin, konjungtiva anemis
 Tekanan darah, kekuatan nadi, suhu
 Capiliary refill>2 detik
 Turgor melambat
 Adanya perdarahan
 Jumlah perdarahan
 Tingkat kesadaran

e. Keluhan Utama
 Gejala yang dirasakan

f. Farmakologi dan Pemeriksaan Diagnostik


 Riwayat pengobatan sebelumnya
 Pengobatan yang sedang dijalani

9
 Hasil pemeriksaan diagnostik

g. Alat yang terpasang


 Kepatenan alat yang terpasang
 Apakah berfungsi dengan baik dan label dari semua alat yang terpasang
pada pasien

h. Alergi

3. Riwayat Kesehatan
 Kondisi medis, operasi
 Kondisi emosional
 Hospitalisasi
 Pengobatan dan terakhir kali melakukan pengobatan
 Alergi
 Kebutuhan Tubuh (oksigen, cairan, dll)

4. Social History
 Umur, jenis kelamin
 Adat dan budaya
 Tinggi badan dan berat badan
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Status pernikahan
 Anggota keluarga inti
 Agama
 Penggunan zat (alkohol, obat-obatan, kafein)

5. Pengkajian Psikososial
 Komunikasi
 Koping stres
 Kecemasan dan stres
 Harapan tentang ICU
 Sumber stres
 Kebutuhan akan keluarga

6. Spiritual
 Kepercayaan

10
 Keyakinan untuk sembuh

7. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Persyarafan
 Penurunan tingkat kesadaran
 Refleks pupil
 Kekuatan ekstremitas
 Kejang
 LOC/pingsan
 Mati rasa
 Kelemahan pada beberapa bagian tubuh
 Kesulitan dalam pendengaran, penglihatan dan berbicara
 Kehilangan ingatan jangka pendek
 Tonus otot menurun
 Respon yang melambat saat bicara dan motorik
 Penurunan kemampuan dalam menyatukan informasi yang baru

b. Sistem Kardiovaskular
 Tekanan darah
 Irama jantung
 Suara jantung
 Capillary refill
 Penurunan kualitas kekuatan nadi
 Pengobatan
 Hasil EKG
 Kelainan jantung
 Riwayat stroke
 Kelemahan ekstrim
 Irama jantung tidak teratur
 Tekanan darah tinggi
 Penggunaan alat pacu jantung
 Peningkatan kerja jantung

c. Sistem Pernafasan
 Respiratory Rate dan irama napas
 Suara napas
 warna dan jumlah sekret
 Pemasangan alat (pulse oximetry, dll)

11
 Mechanical ventilatory parameters
 Sesak napas
 Nyeri ketika bernapas
 Peningkatan residu
 Batuk tidak efektif
 Apnea

d. Sistem Perkemihan
 Intake and output
 Warna dan jumlah pengeluaran urin
 BUN (blood urea nitrogen)
 Perubahan frekuensi urin
 Perasaan panas, sakit dan sulit ketika BAK
 Adanya darah ketika BAK
 Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
 Penurunan laju filtrasi glomerulus

e. Sistem Pencernaan
 Bising usus
 Kontur perut
 Posisi drainage tubes
 Warna dan jumlah sekret
 Kadar bilirubin dan albumin
 Penurunan atau kenaikan berat badan
 Mual muntah
 Adanya darah ketika BAB
 Pnurunan kerja usus
 Penurunan metabolisme hepatic
 Peningkatan status nutrisi

f. Sistem Endokrin, Hematologi, dan Immunologi


 Keseimbangan cairan
 Kadar elektrolit dan glukosa
 CBC (complete blood count)
 Temperature
 WBC (whitw blood cell count)
 Peningkatan kejadian diabetes
 Kelainan tiroid dan anemia

12
 Penurunan daya tahan tubuh

g. Sistem Integumen
 Warna dan suhu tubuh
 Penurunan turgor kulit
 Kemerahan pada kulit
 Peningkatan CRT dan adanya memar
 Penurusan elastisitas kulit

8. Pengkajian Kritis B6
1. B1 ( Breathing )
Kaji tanda-tanada nafas abnormal, sesak, vocal fremitus teraba atau tidak, perkusi
dada, auskultasi suara nafas, apakah suara nafas tamabahan, penggunaan alat
bantu nafas
2. B2 ( Blood )
Tekanan darah, nadi cepat atau lambat, saturasi oksigen, dan ahsil EKG
3. B3 ( Brain)
Cek satayus kesadaran pasien, mengkaji skor GCS, refleks pupil serta respon
pupil dan ukuran pupil, refleks kaku kuduk, gag refleks
4. B4 ( Bladder)
Cek bising usus dan NGT serta pengguanaan kateter
5. B6 ( Bone )
Mengkaji kekuatan otot, turgor kulit, akral teraba dingin atau tidak,suhu tubuh
dan CRT

9. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan darah
 EKG
 EEG
 Fotothoraks
 Biopsi
 Pungsi lumbal
 CT scan
 Endoskopi
10. Analisa Data

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Sistem Persyarafan
 Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi

13
 Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
 Resiko cidera berhubungan dengan kejang

2. Sistem Kardiovaskular
 Gangguan pertukaran gas b.d Iskemi jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
 Intoleransi aktivitas b.d gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat infark
miokard
 Risiko perubahan nutrisi b.d menurunnya keinginan untuk makan sekunder akibat
anoreksia

3. Sistem Pernapasan
 Bersihan jalan napas tidak efektif b.d produksi sputum yang masi produktif
 Gangguan rasa nyaman “nyeri” b.d penumpukan gas di lambung
 Kurang pengetahuan tentang penyakitnya b.d kurangnya infomasi tentang
penyakitnya.

4. Sistem Perkemihan
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipertensi, diabetes
melitus
 Nyeri akut berhubungan dengan agen cederabiologis
 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan
 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status cairan
 Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, tirah baring.

5. Sistem Endokrin
 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas,
peningkatan secret.
 Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan disfungsi sistem saraf
pusat akibat hipoglikemia.

14
 Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic.
 Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh darah
6. Sistem Hematologi
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-
alveolar; ketidakseimbangan perfusi-ventilasi.
 Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan peurunan
konsentrasi hemoglobin dalam darah; hipovolemia; gangguan pertukaran;
perubahan kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen.
 Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan volume cairan.
 Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan
mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik,
gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidak seimbangan elektrolit).
 Risiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan primer atau sekunder tidak
adekuat, kulit yang rusak.

7. Sistem Immunologi
 Nyeri akut b.d agen injury fisik
 Risiko infeksi b.d immunosupresi

3.3 Intervensi

3.4 Implementasi

3.5 Evaluasi
A. Evaluasi Keperawatan
1. Formatif
Tiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi proses dan biasanya catatan perkembangan
2. Sumatif
Merupakan rekapan terakhir secara paripurna, berbentuk catatan naratif dan apabila klien
pindah/pulang
B. Evaluasi dengan pendekatan SOAP
1. Subjek
2. Objek
3. Analisa: Analisa ulang respon/assassment seperti masalah belum teratasi, masalah teratasi,
teratasi sebagian bahkan muncul masalah baru
4. Planning: rencana diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan apabila ada masalah dan selesai

3.6 Dokumentasi

15
BAB IV

4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sistem pemberian perawatan kesehatan terus berkembang,demikian juga dengan
keperawatan dan keperawatan kritis. Perawatan pasien yang sakit kritis tidak hanya di
lakukan dalam tatanan”Tradisional” di unit perawatan intensif (ICU ) di rumah sakit
tetapi juga di lakukan unit perawatan progresif,di unit medis dan di unit bedah serta di
fasilitas sub akut, komunitas, dan di rumah

Keperawatan kritis sendiri adalah keahlian khusus didalam ilmu keperawatan


yang menghadapi secara rincih dengan manusia yang bertanggun jawab atas masalah
yang mengancam jiwa. Perawat kritis adalah perawat professional yang resmi yang
bertanggung jawab untuk memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga – keluarga
mereka menerima kepedulian optimal (American Association of Critical-Care Nurse).

Pengatatasan pasien kritis dilakukan diruang unit gawar darurat yang disebut juga
emergency departemen sedangkan yang dimaksud dengan pasien kritis adalah pasien
dengan perubahan patofisiologi yang cepat yang dapat menyebabkan kematian. Ruang
untuk mengatasi pasien kritis di rumah sakit dibagi atas unit gawat darurat (UGD)
dimana pasien diaatasi untuk pertama kali, unit perawat intensif (ICU) adalah bagian
untuk mengatasi keadaan kritis sedangkan bagian yang lebih memusatkan perhatian pda
penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah koroner yang disebut unit perawatan
intensif koroner (Intensive Care Coronari Unit =ICCU).

4.2 Saran
Sebagai respon terhadap pemberian perawatan kesehatan yang selalu berubah,
perawat perawatan kritis memperjuangkan kebutuhan pasien dan keluarga, atau orang
terdekat, perawat perawatan kritis telah menjalani langsung apa yang perawat telah
tunjukkan secara konsisten, oleh sebab itu perawat harus bisa mengaplikasikan dan
memberikan perawatan pada pasien kritis yang tidak hanya pemenuhan kebutuhan
fisiologis tetapi juga proses psikososial, perkembangan dan spiritual. Sakit kritis juga

16
merupakan ancaman bagi individu dan kelompok keluarganya. Sejajar dengan
peningkatan pemanfaatan teknologi oleh perawat kesehatan, kebutuhan, “humabisasi”
perawatan kesehatan selaras dengan kebutuhan untuk memberikan intervensi efektif
berbasis bukti dari pada semakin tercebur dalam tradisi.

5 DAFTAR PUSTAKA

MAISYAROH, A., & WIDIANTO, E. P. Buku Ajar Keperawatan Gawat Darurat, Manajemen Bencana, dan
Keperawatan Kritis

Morton, P. G., Fontaine, D., Hudak, C. M., & Gallo, B.M.(2012). Keperawatan Kritis pendekatan asuhan
holistik. Volume I, Edisi, 8.

https://osf.io/j7y83/

https://medlineplus.gov/criticalcare.html

http://icns.org.ir/files/site1/files/AACN_Essentials_of_Critical_Care_Nursing.pdf

https://id.scribd.com/document/278808612/LP-SYOK-SEPSIS-docx

https://id.scribd.com/doc/251247128/Askep-Icu-Syok-Kardiogenik

https://id.scribd.com/document/367642073/ASKEP-HIPOGLIKEMIA

https://id.scribd.com/document/359839317/Askep-Leukimia

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://dspace.umkt.ac.id/

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/

17
18

Anda mungkin juga menyukai