Anda di halaman 1dari 20

MODUL

KEPERAWATAN KRITIS

Koordinator Modul
Bakti Rahayu, S.Kep.,M.Kes

Penyusun Modul
Bakti Rahayu, S.Kep.,M.Kes
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt, berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga modul Keperawatan Kritis ini dapat
selesai disusun dengan baik. Modul ini berisikan kompetensi untuk
mahasiswa agar mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan
keperawatan kritis

Modul ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi mahasiswa dan


tutor untuk melaksanakan pembelajaran. Selain itu, modul ini dapat
mendukung proses belajar mengajar dengan pendekatan metode
pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa sehingga dapat
memfasilitasi dalam mencapai kompetensi yang diharapkan.

Kami berharap semoga modul ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, tutor,
dosen dan seluruh para pembaca. Kami menyadari dalam penyusunan modul
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan.

Belopa, September 2021

2
BAB I
INFORMASI UMUM

A. NAMA MATA KULIAH: KEPERAWATAN KRITIS (CRITICAL CARE)


B. PENEMPATAN : SEMESTER VII
C. TAHUN AKADEMIK : 2021/2022
D. DESKRIPSI MODUL
Mata kuliah ini membahas tentang konsep dan perencanaan asuhan
keperawatan yang etis, legal, dan peka budaya pada klien yang
mengalami kritis dan mengancam kehidupan. Perencanaan asuhan
keperawatan dikembangkan sedemikian rupa sehingga diharapkan
mampu mencegah atau mengurangi kematian atau kecacatan yang
mungkin terjadi.

E. TUJUAN MODUL
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran modul keperawatan kritis,
setelah diberi data/kasus/artikel mahasiswa mampu:

1. Menerapkan filosofi, konsep holistik dan proses keperawatan kritis.


2. Menerapkan filosofi asuhan keperawatan dengan kasus kritis terkait
gangguan berbagai sistem pada individu dengan memperhatikan
aspek legal dan etis.
3. Melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus kritis terkait
ganguan berbagai sistem pada individu dengan memperhatikan aspek
legal dan etis.
4. Mengintergrasikan hasil-hasil penelitian kedalam asuhan keperawatan
dalam mengatasi masalah yang berhubungan dengan kasus kritis
terkait berbagai sistem

3
5. Melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada individu
dengan kasus kritis terkait berbagai sistem dengan
mempertimbangkan aspek legal dan etis.
6. Melaksanakan fungsi advokasi dan komunikasi pada kasus kritis
terkait berbagai sistem.
7. Mendemostrasikan intervensi keperawatan pada kasus sesuai dengan
standar yang berlaku dengan berpikir kreatif dan inovatif sehingga
menghasilkan pelayanan yang efisien dan efektif.

F. METODE PEMBELAJARAN
Pembelajaran modul ini dilaksanakan dengan pendekatan problem based
learning (PBL) dengan menggunakan metode, Interaktive Skill Station
(ISS), praktikum di laboratorium dan kuliah pakar.

G. KEGIATAN MAHASISWA
Pada awal pembelajaran modul ini, mahasiswa akan diberikan kuliah
pengantar (Introduction Lecturer) di kelas besar oleh koordinator blok
yang bertujuan memberikan gambaran secara komprehensif pada
mahasiswa mengenai modul yang akan dipelajari, kompetensi, tujuan
pembelajaran serta metode pembelajaran yang akan digunakan.
Selanjutnya mahasiswa akan mengikuti pembelajaran sesuai dengan
metode pembelajaran yang telah ditetapkan.

Kegiatan praktikum merupakan lanjutan dari pembelajaran konsep


keperawatan kritis (critical care). Pada praktikum ini, pembelajaran
mahasiswa dimulai dengan kasus pemicu yang bertujuan untuk
menstimulasi berpikir kritis dan melatih kemampuan mahasiswa dalam
memenuhi kebutuhan dasar klien. Langkah prosedur intervensi
keperawatan telah diuraikan dan mahasiswa melatih kompetensi kognitif,
afektif dan psikomotor dengan tidak mengabaikan kompetensi Soft Skill

4
dalam melakukan prosedur tindakan keperawatan kepada phantom atau
manekin. Semua kegiatan tersebut didampingi oleh tutor masing-masing.

H. Kegiatan Tutor
1. Membaca, memahami dan menganalisa isi modul.
2. Memotivasi dan memfasilitasi mahasiswa agar aktif dalam proses
pembelajaran.
3. Memahami sasaran belajar dan kompetensi yang diharapkan dengan
baik pada setiap kasus pemicu dengan berbagai metode pembelajaran.
4. Mengarahkan mahasiswa untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan
masalah keperawatan sesuai dengan tahapan proses keperawatan dari
kasus pemicu yang diberikan.
5. Mengarahkan mahasiswa untuk menjaga ketertiban, inventaris ruang
belajar dan laboratorium.
6. Mengisi seluruh format evaluasi yang disiapkan untuk proses penilaian
pelaksanaan modul.
7. Bila ada kesulitan dalam memahami isi modul ini, silahkan
menghubungi tim penyusun modul.

5
BAB II
KEPERAWATAN KRITIS (CRITICAL CARE)

A. Konsep Keperawatan Kritis

Definisi:
Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang
keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap
masalah yang mengancam kehidupan. Secara keilmuan perawatan kritis
fokus pada penyakit yang kritis atau pasien yang tidak stabil. Untuk
pasien yang kritis, pernyataan penting yang harus dipahami perawat ialah
“waktu adalah vital”. Sedangkan Istilah kritis memiliki arti yang luas
penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi
krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar.

American Association of Critical-Care Nurses (AACN) mendefinisikan


Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang
dihadapkan secara rinci dengan manusia (pasien) dan bertanggung jawab
atas masalah yang mengancam jiwa. Perawat kritis adalah perawat
profesional yang resmi yang bertanggung jawab untuk memastikan pasien
dengan sakit kritis dan keluarga pasien mendapatkan kepedulian optimal
(AACN, 2006). American Association of Critical Care Nurses (AACN,
2012) juga menjelaskan secara spesifik bahwa asuhan keperawatan kritis
mencakup diagnosis dan penatalaksanaan respon manusia terhadap
penyakit aktual atau potensial yang mengancam kehidupan. Lingkup
praktik asuhan keperawatan kritis didefinisikan dengan interaksi perawat
kritis, pasien dengan penyakit kritis, dan lingkungan yang memberikan
sumber-sumber adekuat untuk pemberian perawatan.

Lingkup Keperawatan Kritis


American Association of Critical Care Nurse (AACN) membagi Scope
(lingkup) critical care nursing menjadi 3 (tiga), yaitu: (1) The critically ill
patient, (2) The critical-care nurs, (3) The critical-care environment

6
Prinsip Keperawatan Kritis
Pasien kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang cepat
yang dapat menyebabkan kematian. Ruangan untuk mengatasi pasien
kritis di rumah sakit terdiri dari: Unit Gawat Darurat (UGD) dimana pasien
diatasi untuk pertama kali, unit perawatan intensif (ICU) adalah bagian
untuk mengatasi keadaan kritis sedangkan bagian yang lebih
memusatkan perhatian pada penyumbatan dan penyempitan pembuluh
darah koroner yang disebut unit perawatan intensif koroner Intensive Care
Coronary Unit (ICCU). Baik UGD, ICU, maupun ICCU adalah unit
perawatan pasien kritis dimana perburukan patofisiologi dapat terjadi
secara cepat yang dapat berakhir dengan kematian.

Alasan (pertimbangan) pasien masuk unit perawatan intensive


Alasan rawat di unit perawatan kritis karena membutuhkan monitoring
intensive dan perawatan diberikan untuk dukungan kehidupan. Beberapa
kondisi atau alasan yang menyebabkan pasien dirawat di unit perawatan
intensive (Black and Hawks 2005, page 160).

B. Peran dan fungsi perawat kritis


Perawat critical care mempunyai berbagai peran formal yaitu: bedsite
nurse, pendidik critical care, case manager, manager unit atau
departemen (kepala bagian), perawat klinis spesialis, dan perawat
praktisi. (Black and Hawks (2005, page 164).

C. Proses keperawatan area keperawatan kritis


Proses keperawatan memberikan suatu pendekatan yang sistematis,
dimana perawat keperawatan kritis dapat mengevaluasi masalah pasien
dengan cepat. The American Asosiation of Critical care Nurses (AACN)
menyusun standar proses keperawatan sebagai asuhan keperawatan
kritikal. Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan
masalah yang meliputi pengkajian, analisa (diagnosa keperawatan),
perencanaan, implementasi, dan evaluasi .

7
D. Efek kondisi kritis terhadap pasien dan keluarga
Stres dan penyakit merupakan efek dari kondisi kritis terhadap pasien.
Stres didefinisikan sebagai suatu stimulus yang mengakibatkan
ketidakseimbangan fungsi fisiologis dan psikologis. Pada kenyatannya
bahwa dengan diterimanya pasien di unit perawatan kritis menjadikan
tanda adanya ancaman terhadap kehidupan dan kesejahteraan pada
semua inidividu yang di rawat. Disisi lain perawat keperawatan kritis
merasakan bahwa unit perawatan kritis tempat dimana hidup dengan
kewaspadaan keamanan. Disisi lain juga pasien dan keluarga merasakan
bahwa dengan diterimanya di unit perawatan kritis sebagai tanda akan
tiba kematian karena pengalaman mereka sendiri atau dari orang lain.
Karena perbedaan persepsi tentang keperawatan kritis antara pasien,
keluarga dan perawat terputusnya komunikasi kedua pihak harus
diantisipasi.

E. End of life di keperawatan kritis


End of life atau kematian terjadi apabila fungsi pernafasan dan jantung
berhenti. Pada umumnya kematian disebabkan oleh penyakit atau trauma
yang mengakibatkan mekanisme kompensasi tubuh berlebihan.
Penyebab langsung kematian adalah gagal nafas dan shock yang
mengakibatkan berkurangnya aliran darah untuk memenuhi kebutuhan
organ vital seperti ginjal, otak, dan jantung. Multiple Organ Disfunction
Sindrome (MODS) merupakan problem patologis di unit perawatan kritis
yang menjadi penyebab kematian. Tidak adekuatnya aliran darah pada
jaringan tubuh menjadikan sel kekurangan oksigen. Pada keadaan
hipoksia tubuh melaksanakan metabolisme tampa mengunakan oksigen
(anaerob) disertai asidosis, hiperkalemia, dan iskhemia jaringan.
Perubahan secara dramatis pada organ vital menujukan pelepasan dari
toxin hasil metabolisme dan kerusakan enzim. Ini adalah proses yang
menjelaskan bahwa sudah terjadinya Multiple Organ disfunction sindrome
(Mary K, dalam Ignatavicius, 2006. Page 105).

8
American Association of Critical Nursing mempublikasikan 15 kompetensi
dasar untuk meningkatkan kualitas asuhan perawatan end of life

F. Aspek psikososial keparawatan kritis


Banyak faktor yang berkontribusi terhadap perubahan psikososial pasien
diunit perawatan kritis oleh karena penyakit dan efek dari alasan dirawat.
Dukungan psikososial dibutuhkan oleh pasien pada unit perawatan kritis,
termasuk bantuan dalam mengatasi efek perawatan dirumah sakit
sebanding dengan penyakit kritis yang dialami pasien. Suara dan
aktivitas-aktivitas di unit perawatan intensive atau unit perawatan kritis
mengganggu pasien selama 24 jam. Lebih dari itu pasien harus
mengatasi rasa sakit, rasa takut akan penyakitnya. Mekanisme koping
normal akan berkurang pada semua pasien dan kemungkinan tidak ada
respon mekanisme koping normal yang berlangsung pada pasien. Untuk
pasien yang kehilangan kemampuan untuk menghindari rasa takut atau
nyeri dan kemampuan menganalisa situasi secara objektif dibutuhkan
tindakan untuk mengendalikannya.

Imput sensori
Kelainan Sensori adalah problem yang sering dihadapi di unit perawatan
kritis oleh pasien. Imput sensori dengan menggunakan panca indera yang
selama ini digunakan dengan baik tidak dapat difungsikan dengan optimal
(Hudac dan Gallo, 2005). masalah sensori di unit perawatan kritis yaitu
Kehilangan Sensori, kelebihan sensori.

Dampak psikososial
Asuhan keperawatan pada pasien yang dirawat di icu atau perawatan
kritis tetap mempertimbangkan aspek biologis, psikologis, sosiologis,
spiritual, secara komprehensif. Dampak psikososial pada pasien yang
dirawat di unit perawatan kritis adalah: kekacauan mental akut (Dillirium),

9
Depresi dan Ansietas (Chulay, M., & Burns, S.M. 2012: American
Association of Critical Care Nurse, 2012, page 25)

G. Asuhan Keperawatan Patologis kritis

Gagal Jantung Congestive

Definisi:
Gagal Jantung Kongestif adalah istilah yang menjelaskan
ketidakmampuan jantung memompa darah untuk memenuhi
kecukupan oksigen dan nutrisi sesuai kebutuhan tubuh. Ada
beberapa kondisi patologis yang menjadi dasar yang berkontribusi
terhadap penyebab sindrome ketidakmampuan pompa jantung,
meliputi arterosklerotik coroner, penyakit katup jantung, hipertensi,
dan cardiomiopati.

Etiologi, faktor risiko, dan patofisiologi

Pengkajian
Pengkajian klasifikasi klinis menurut “Killip system” atau NYHA system
(New york Heart Association Functional Classication).

10
Pengkajian Diagnostik
 12 lead EKG:
 Chest x-ray:
 Darah lengkap:
 Urinalisis: proteinuria,
 Creatinin: meningkat
 Albumin: rendah
 Natrium dan kalium: rendah
 Hemodinamik:
 Echokardiografi:
 Radionuclide ventriculography:

Diagnosa Keperawatan
Tiga diagnosa keperawatan utama pada pasien gagal jantung
kongestif yang sering di praktikan dan membutuhkan perawatan di
unit keperawatan intensive.

Intervensi
American Association of Critical Care Nurse, dalam Chulay, M., &
Burns, S.M. 2006 page 236) menjelaskan bahwa tujuan manajemen
gagal jantung kongestif mengacu pada prinsip umum sebagai berikut:
(1) Tindakan penatalaksanaan dasar penyebab, (2) manajemen
overload volume cairan, (3) meningkatkan fungsi ventrikel kiri, (4)
pendidikan pasien dan keluarga.

Shock
Definisi
Shock adalah tidak stabilnya sistim sirkulasi menghantarkan cukup
darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan zat makanan sesuai

11
kebutuhan jaringan tubuh. Sindrome klinis ini dapat disebabkan oleh
tidak efektifnya pompa jantung (shock kardiogenik), insufisiensi
volume sirkulasi darah (shock Hipovolemik), atau vasodilatasi massiv
dari pembuluh darah yang menyebabkan ketidakadekuatan distribusi
darah (shock Vasogenik) (Ignatavicius, D.D., & Workman, L.M. 2006.
Chulay, M., & Burns, S.M. 2012 page 238). Walaupun definisi spesifik
tentang shock dan strategi penatalaksanaan shock pada pasien
berbeda, karena tergantung patofisiologi dari penyebab dasar shock.

Etiologi, faktor risiko dan patofisiologi


Shock Kardiogenik
Shock Hipovolemik
Shock Distributif (Shock Vasogenik)

Stage of Shock
Proses terjadinya shock terdiri dari tahapan; (1) Initial Stage of Shock
(early shock), (2) Compensatory stage of shock (nonprogressive
stage), (3) Progressive Stage of Shock, (4) Refractory stage of Shock
(Ignatavicius, D.D., & Workman, L.M. 2006 page 834. Chulay, M., &
Burns, S.M. 2012 page 240 dan Black, J.M., & Hawk, H.J. (2005).

PengkajianKlinis
Pengkajian Diagnostik

Diagnosa dan rencana keperawatan

Intervensi
Prinsip-prinsip manajemen shock
Perbedaan penyebab yang mendasari terjadinya shock bervariasi
pula prinsip manajemen. Tujuan dasar dari penatalaksanaan untuk
semua jenis shock, (1) membutuhkan ketepatan identifikasi penyebab
terjadinya shock, (2) meningkatkan oksigenasi, (3) mengembalikan
perfusi jaringan yang adekuat.

12
Gagal Nafas Acut
Definisi
Gagal nafas akut didefinisikan apabila nilai Arterial Blood Gas (analisa
gas darah): PaO2 < 60 mmHg, PaCO2 > 50 mmHg, pH < 7.30.
Saturasi oksigen < 90%, HCO3 dapat normal atau meningkat sesuai
dengan kemampuan konpensasi (Ignatavicius, D.D., & Workman,
L.M. 2006 page 655. Chulay, M., & Burns, S.M. 2012 page 253).

Etiologi, faktor risiko dan Patofisiologi

Pengkajian Diagnostik
 Arterial Blood Gas (analisa gas darah):
 Test pemeriksaan spesifik lain sesuai dengan penyebab
penyakit.

Diagnosa dan Rencana Keperawatan

Intervensi:
Prinsip intervensi atau manajemen pada gagal nafas akut: Pertama;
Meningkatkan Oksigen dan Ventilasi (Improving oxigenation and
Ventilation), kedua; Terapi penyakit penyebab (Treating the
underlaying desease), ketiga; Mengurangi cemas (Reducing anxiety),
keempat; Pencegahan dan penatalaksanaan komplikasi (Preventing
and managing complication) (Chulay, M., & Burns, S.M. 2012 page
255).

Acut Respirasi Distress Syndrome (ARDS)

ARDS merupakan bentuk parah dari cedera paru akut yang ditandai
dengan edema paru non kardio yang tiba-tiba dan progresif,
peningkatan infiltrat bilateral, hipoksemia, yang tidak berespon

13
terhadap pemberian oksigen dan tidak ada peningkatan tekanan
atrium kiri (Brunner & Suddarth, 2012, page 13). ARDS terjadi ketika
reaksi inflamasi memicu pelepasan mediator seluler dan kimia, yang
menyebabkan cedera pada membran kapiler alveolus yang kemudian
menimbulkan kerusakan struktur paru-paru (ARDS merupakan satu
dari beberapa patologis yang mematikan atau sindoma lanjutan dari
kegagalan pernafasan akut (Acute Respiratory Failure).

Pengkajian klinis
Pengkajian Diagnostik
 Chest X-ray
 PaO2/PAO2
 PCWP
 Static compliance (volume tidal/Inspiratory Plateu Pressure)

Diagnosa Keperawatan

Intervensi
Prinsip tindakan pasien ARDS: 1) Meningkatkan oksigen dan Ventilasi
(Improving Oxigenation dan Ventilation), 2) Mengurangi Kecemasan
(Reducing anxiety), 3) Mempertahankan stabilitas hemodinamik dan
perfusi adekuat (Maintaining Hemodynamic Stability) and Adequate
Perfusion), 4) Pencegahan Komplikasi (preventing of complication).
(AACN, 2006)

Topik ISS 1
1. Konsep keperawatan kritis (definisi, lingkup keperawatan kritis, prinsip
keperawatan kritis, alasan pasien dirawat di unit perawatan intensive)
2. Peran dan fungsi perawat kritis
3. Proses keperawatan area keperawatan kritisn (pengkajian,
analisa (diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan

14
Evaluasi).

15
4. Efek kondisi kritis terhadap pasien dan keluarga
5. Isu End of life di keperawatan kritis (definisi end of life, dan kematian
klinis)
6. Aspek psikososial keperawatan kritis (kehilangan sensori dan
peningkatan sensori, Dampak psikososial)
7. Pharmakologi pada asuhan keperawatan kritis

KASUS PEMICU

Kasus satu
Seorang pasien wanita 76 tahun dirawat intermediet care unit, dengan riwayat
kecelakaan bermotor disertai fraktur femur dektra. Sekunder Pneumonia virus.
Keluhan sekarang “Saya takut mati” Tanda vital: tekanan darah 148/90
mmHg. RR 24 x/menit. Suhu 38 derajat celsius (oral). Denyut jantung
110/menit. Terapi oksigen 35% dengan venturi mask. 2 hari kemudian
kesadaran pasien menurun, Respirasi 34 x/menit. Hasil AGD pH. 7.42
PaCO2 35 mmHg, PaO2 120 mmHg, HCO3 24 meq/L. BE 22 meq/L. Hasil
AGD pH. 7.31 PaCO2 55 mmHg, PaO2 48 mmHg, HCO3 29 meq/L. BE 22
meq/L.

1. Sebutkan kesimpulan gangguan asam-basa


2. Rumuskan 1 Diagnosa keperawatan kritis sesuai kasus diatas.
3. Sebutkan intervensi keperawatan yang tepat pasien tersebut.

Kasus dua
Seorang pasien laki-laki 67 tahun dirawat di ICCU dengan STEMI antero
septal, STEMI lateral tinggi. Riwayat Shock Kardiogenik, Sinus Bradikardi saat
tiba di UGD 12 jam yang lalu. Data di ICCU kesadaran compos mentis, EKG
69x/menit, irama sinus. TD 89/67 mmHg. Suhu 35.3 derajat celsius. RR 25
x/menit (O2 NRM 10 liter/menit). Pasien mendapatkan terapi Dopamin 5
mcg/KgBB/menit. Dobutamin 8 mcg/kgBB/menit. Tiba-tiba cardiac arrest EKG

16
asistol selama 3 detik, kemudian irama VF. Pasien spontan tidak sadar.
Perawat leader memerintahkan siapkan troli emergency dan defibrilator.

4. Rumuskan 1 diagnosa keperawatan kritis dari kasus diatas


5. Tentukan intervensi utama untuk mengatasi masalah diatas
6. Lakukan praktik tindakan tersebut

17
Setelah dilakukan intervensi diatas irama kembali ke irama sinus. 30 menit
kemudian pada monitor muncul irama Ventrikel Tachikardia, palpasi nadi
teraba.
1. Rumuskan 1 diagnosa keperawatan kritis dari kasus diatas
2. Tentukan intervensi utama untuk mengatasi masalah diatas
3. Lakukan praktik tindakan tersebut

Kasus
Seorang pasien wanita 76 tahun dirawat intermediet care unit, dengan riwayat
astma kronis sekunder Pneumonia virus. Tanda vital: tekanan darah 148/90
mmHg. RR 29 x/menit. Suhu 38 derajat celsius (oral). Denyut jantung
110/menit. AGD pH: 7.33, PaO2: 53 mmHg, PaCO2: 46 mmHg, HCO3 26
mmHg. BE: 0 Meq/L. Pasien diberikan oksigen 28% menggunakan venturi
mask. 8 jam kemudian TD 155/100 mmHg, Nadi 120x/menit, RR 35x/menit.
Terapi oksigen 35% dengan venturi mask. Hasil AGD pH. 7.31 PaCO2 55
mmHg, PaO2 48 mmHg, HCO3 29 meq/L. BE 22 meq/L. Selanjutnya
dilakukan intubasi ukuran 7.5 mm. Dipasang ventilator dengan Mode (SIMV,
rate 15 x/menit, Volume tidal 600 ml, FiO2 50%, PEEP 5 cmH2O. Tekanan
darah turun menjadi 90/64 mmHg. Dilakukan pemberian cairan IVFD bolus
500 cc, tekanan darah kembali normal 118/70 mmHg. Hasil AGD setelah 15
menit menggunakan ventilator, pH 7.36, PaCO2 50 mmHg, PaO2 65 mmHg,
HCO3 29 meq/L, BE 12 mEq/L.

1. Sebutkan kesimpulan gangguan asam-basa


2. Sebutkan 1 Diagnosa keperawatan kritis sesuai kasus diatas.
3. Sebutkan intervensi keperawatan yang tepat pasien tersebut.

Kasus empat
Seorang pasien wanita 76 tahun, BB 62 kg. sedang dirawat di unit perawatan
intensive dengan riwayat masuk tidak sadar. Pernafasan spontan tanpa
intubasi. tekanan darah: 86/54 mmHg, Nadi 118x/menit, Respirasi: 30 x/menit.
Hasil pemerikssaan fisik: auskultasi paru; vesikuler bersih, kulit dingin. pasien

18
dipasang cateter (urine 15 cc/jam). Pasien juga dipasang kateter arteri
pulonalis. Data hemodinamik: Cardiac Indeks: 1.9 l/menit. PAP 20/10 mmHg.
PCWP 6 mmHg, CVP 3 mmHg. Laboratorium: AGD pH. 7.30. PaO2 62
mmHg. PaCO2 46 mmHg. HCO3 18 meq. SaO2 94%. Laboratorium: Hb 13
mg/dl. lekosit 22.000. Hematokrit 39%.

Pertanyaan:
1. Sebutkan 2 diagnosa keperawatan kritis pada kasus di atas.
2. Tentukan intervensi

19
Daftar Pustaka

Alspach, J.G (2006). AACN Core Curriculum For Critical Care Nursing. 6th ed.

Bench, S & Brown, K. (2001) Critical Nursing: Learning from Practice, Lowa: Blacwell
Publising.

Black, J.M., & Hawk, H.J. (2005). Medical Surgical Nursing; Clinical Management
For Positive Outcomes. Volume 1, 7th edition. Elsevier Saunders.

Chulay, M., & Burns, S.M. (2012): AACN Essentials of Critical Care Nursing.
International Edition. By Mc Graw Hill.

Comer, S (2005) Delmar’s Critical Care Nursing Care Plane. 2nd ed. Clifton Park:
thomson Delmar Learning.

Elliott, D.,Aitken, L & Chaboyer, C. (2012). ACCN’s Critical Care Nursing, 2nd ed.
Chatswood: elsevier

Hudak,C.M., & Gallo, B.M. (2005). Critical Care Nursing; A Holistic Aproach. 8th
edition. J-B Lippincott Company

Ignatavicius, D.D., & Workman, L.M. (2006): Medical Surgical Nursing: Critical
Thingking For Collaborative Care. Volume 1, 5th edition. Elsevier
Saunders

Porte, W. (2008). Critical Care Nursing Handbook, Subburry: jones and bartlett.
Publisher

Schumacher, L & Chernecky, C.C (2009). Saunders Nursing Survival Guide: Critical
Care & Emergency Nursing, 2e. Saunders.

Urden, L.D., Stacy, K.M & Lough, M.E (2014). Critical Care Nursing: diagnosis and
Management. 7th ed. St Louis: Mosby.

20

Anda mungkin juga menyukai