Anda di halaman 1dari 91

Konsep Dasar Keperawatan Kritis i

RENY CHAIDIR, SKp, M.Kep


NS. JUNAIDI S RUSTAM, S.Kep, MNS

KONSEP DASAR
KEPERAWATAN KRITIS

Editor: Syaiful Anwar


ii Konsep Dasar Keperawatan Kritis

KONSEP DASAR KEPERAWATAN KRITIS


Penulis:
Reny Chaidir, SKp, M.Kep
NS. Junaidi S Rustam, S.Kep, MNS
Editor:
Syaiful Anwar
Pengatak halaman:
Mazaya Design
Desain sampul:
Mazaya Design

Diterbitkan oleh:
CV MAZAYA
(Anggota Ikapi)
Perum. Taman Yudha Mas Blok E1 Kandang Lamo Sarilamak
Kec. Harau Kab . Lima Puluh Kota 26271 Sumatera Barat
Email: mazayapenerbit@gmail.com

ISBN: 978-623-6438-06-0

Cetakan pertama, Desember 2021

Hak cipta dilindungi Undang-Undang.


All rights reserved
Konsep Dasar Keperawatan Kritis iii

DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................ iii


Sekapur Sirih ..................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................... 1
1.1. Capaian Pembelajaran .................................... 1
1.2. Tujuan Pembelajaran ...................................... 1
1.3. Deskripsi Pembelajaran .................................. 1
1.4. Kompetensi khusus......................................... 2
BAB II MATERI PEMBELAJARAN ........................... 3
2.1. Konsep Keperawatan Kritis............................ 3
2.2. Ruang Lingkup Pelayanan.............................. 6
2.3. Peran Perawat Kritis ....................................... 7
2.4. Intensive Care Unit (ICU) .............................. 8
2.5. Kebijakan Pelayanan Keperawatan ICU ........ 11
2.6. Strategi Penerapan Standar Pelayanan
Keperawatan ICU ........................................... 12
2.7. Tujuan Penerapan Standar Pelayanan
Keperawatan ICU ........................................... 12
2.8. Sasaran............................................................ 13
2.9. Komponen dan Indikator Standar................... 14
2.10. Sarana, Prasarana, dan Peralatan .................... 22
iv Konsep Dasar Keperawatan Kritis

2.11. Aplikasi Keperawatan Holistik di Area


Keperawatan Kritis ......................................... 47
2.12. Aspek Legal dan Etik Keperawatan Critical
Care ................................................................ 54
2.13. Isu Etik & Legal pada Keperawatan Kritis .... 69
2.14. Soal Latihan.................................................... 70
2.15. Ringkasan Materi ........................................... 77
BAB III PENUTUP ......................................................... 79
3.1. Soal Bahan Diskusi ........................................ 79
3.2. Diskusi Khusus............................................... 79
3.3. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................... 81
Daftar Pustaka ................................................................... 83
Konsep Dasar Keperawatan Kritis v

SEKAPUR SIRIH

P
uji dan syukur kita sampaikan ke hadirat
Allah Swt. semoga kita dalam menjalankan
amanah masing-masing senantiasa mendapat
rahmat dan ridha-Nya. Shalawat dan salam kita curahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.
Universitas Mohammad Nastir Yarsi Sumbar
memiliki Program Studi D.III Keperawatan, Program
Studi D.III Kebidanan, Program Studi S.1 Keperawatan dan
Program Sudi Ners. Dalam memenuhi kebutuhan
pembelajaran, Universitas Mohammad Nastir Yarsi Sumbar
telah menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang
terdiri dari pengajaran/pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.
Sebagai bagian dari pendidikan tinggi, dosen
memiliki andil dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan
tinggi untuk menghasilkan pengajaran yang berkualitas.
Bahan bacaan yang lengkap merupakan penunjang dalam
proses pembelajaran. Salah satu jenis bahan bacaan adalah
buku ajar. Buku ajar adalah buku pegangan yang berisi
vi Konsep Dasar Keperawatan Kritis

materi pembelajaran untuk memudahkan penggunanya


mempelajari sesuatu. Ditulis oleh para ahli di bidangnya.
Proses Belajar mengajar membutuhkan bahan bacaan
atau buku ajar agar dapat dilakukan dengan tepat, efektif
dan efisien. Buku ajar ini berisi tentang materi pada mata
kuliah. Dengan adanya buku ajar ini diharapkan mahasiswa
dapat mengikuti kegitan perkuliahan dengan baik.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
buku ajar ini.

Bukittinggi, November 2021

Reny Chaidir, SKp, M.Kep


NS. Junaidi S Rustam, S.Kep, MNS
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN


1. Mampu menerapkan filosofi, konsep holistik dan
proses keperawatan kritis
2. Mampu menerapkan standar pelayanan ICU dan
standar keperawatan Intensive Care Unit (ICU).

1.2. TUJUAN PEMBELAJARAN


Menguasai konsep dan Teknik penegakan diagnosis
asuhan keperawatan kritis.

1.3. DESKRIPSI PEMBELAJARAN


Konsep dan perencanaan asuhan keperawatan yang
etis, legal dan peka budaya pada klien yang mengalami
kritis dan mengancam kehidupan. Perencanaan asuhan
keperawatan dikembangkan sedemikian rupa sehingga
diharapkan mampu mencegah atau mengurangi kematian
atau kecacatan yang mungkin terjadi.
2 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

1.4. KOMPETENSI KHUSUS


1. Menganalisis konsep dasar asuhan keperawatan
kritis, mampu mengelola administrasi kepera-
watan
2. Menyusun asuhan keperawatan kritis pada
kelompok khusus, mampu menjalin hubungan
interpersona
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 3

BAB II
MATERI PEMBELAJARAN

2.1. KONSEP KEPERAWATAN KRITIS

K eperawatan
keperawatan
kritis
yang
merupakan
memerlukan
bidang
perawatan
berkualitas tinggi dan komprehensif (Laura Ed all. 1997).
Perawat kritis adalah perawat profesional yang resmi yang
bertanggung jawab untuk memastikan pasien dengan sakit
kritis dan keluarga pasien mendapatkan kepedulian optimal
(AACN, 2006). Dalam keperawatan kritis waktu adalah
vital. Sedangkan Istilah kritis memiliki arti yang luas
penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap
suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penye-
lesaian/jalan keluar.
American Association of Critical-Care Nurses
(AACN) mendefinisikan Keperawatan kritis adalah
keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang dihadapkan
secara rinci dengan manusia (pasien) dan bertanggung
jawab atas masalah yang mengancam jiwa. Perawat kritis
adalah perawat profesional yang resmi yang bertanggung
4 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

jawab untuk memastikan pasien dengan sakit kritis dan


keluarga pasien mendapatkan kepedulian optimal (AACN,
2006). American Association of Critical Care Nurses
(AACN, 2012) juga menjelaskan secara spesifik bahwa
asuhan keperawatan kritis mencakup diagnosis dan
penatalaksanaan respon manusia terhadap penyakit aktual
atau potensial yang mengancam kehidupan. Lingkup
praktik asuhan keperawatan kritis
Pelayanan keperawatan ICU adalah pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien dalam kondisi
kritis diruang perawatan intensif, dilaksanakan secara
terintegrasi oleh tim yang terlatih dan berpengalaman
dibidang critical care. Pengelolaan pelayanan ICU
dilakukan secara khusus dengan mengutamakan kesela-
matan pasien (Patient Safety), untuk menurunkan angka
kematian dan kecacatan.
Pelayanan keperawatan ICU merupakan pelayanan
keperawatan yang saat ini sangat perlu untuk dikembangkan
di Indonesia, sejalan dengan perkembangan teknologi
dibidang perawatan intensif. Pelayanan keperawatan ICU
bertujuan untuk memberikan asuhan bagi pasien dengan
penyakit berat yang membutuhkan terapi intensif dan
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 5

potensial untuk disembuhkan, memberikan asuhan bagi


pasien berpenyakit berat yang memerlukan observasi/
pengawasan ketat secara terus-menerus, untuk mengetahui
setiap perubahan pada kondisi pasien yang membutuhkan
intervensi segera. Kondisi ini membutuhkan perawat
profesional yang memiliki kompetensi di bidang perawatan
intensif yang tersertifikasi, sehingga dapat dipertanggung
jawabkan untuk memberikan pelayanan keperawatan secara
optimal dalam mengatasi kegawatan pasien di ruang
perawatan intensif
Permasalahan yang ada saat ini adalah ketersediaan
tenaga keperawatan yang memiliki kompetensi dibidang
keperawatan ICU belum memadai. Hasil evaluasi di 18
rumah sakit di 9 propinsi pusat regional tahun 2007,
dicapai gambaran berdasarkan pendidikan sebagai berikut
(D3 Keperawatan 79,7%, SPK 14,2%, S1 Keperawatan
4,5%, diluar S1 Keperawatan 1,6%). 77% Rasio perawat
dengan pasien tidak sesuai, 22% perawat melakukan tidak
sesuai prosedur, 58% perawat ICU yang belum mendapat-
kan pelatihan, 65% perawat bekerja tidak sesuai dengan
kemampuan.
6 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

Dalam rangka meningkatkan Profesionalisme tenaga


di bidang keperawatan ICU selain dibutuhkan program
pendidikan yang berkelanjutan juga diperlukan pedoman/
standar keperawatan ICU, sesuai dengan tugas dan fungsi
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Kementerian
Kesehatan RI maka disusun buku Standar Pelayanan
Keperawatan ICU untuk dapat menjadi panduan bagi rumah
sakit dan tenaga perawat yang bekerja di ICU.

2.2. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pelayanan keperawatan intensif yaitu
1. Pelayanan Keperawatan ICU Primer
Memberikan pelayanan keperawatan pada pasien
dengan pengelolaan resusitasi segera pasien sakit
gawat, tunjangan kardiorespirasi jangka pendek,
melakukan pemantauan dan pencegahan penyulit
pada pasien medik dan bedah yang berisiko.
2. Pelayanan Keperawatan ICU Sekunder.
3. Memberikan pelayanan keperawatan pada pasien
dengan standar ICU umum yang tinggi,
memberikan bantuan ventilasi mekanik lebih
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 7

lama, melakukan dukungan atau bantuan hidup


lain, tetapi tidak terlalu kompleks.
4. Pelayanan Keperawatan ICU Tertier
Memberikan pelayanan keperawatan ICU dengan
rujukan tertinggi termasuk dukungan/bantuan
hidup multisistim yang kompleks dalam jangka
waktu yang tak terbatas. Memberikan bantuan
ventilasi mekanis, bantuan renal ekstrakorporal
dan pemantauan kardio invasif dalam jangka
waktu yang terbatas.

2.3. PERAN PERAWAT KRITIS


1. Menghormati dan mendukung hak pasien atau
pengganti pasien yang ditunjuk untuk peng-
ambilan keputusan otonom.
2. Ikut membantu pasien/keluarga ketika dibutuh-
kan demi kepentingan pasien.
3. Membantu pasien mendapatkan perawatan yang
diperlukan.
4. Menghormati nilai-nilai, keyakinan dan hak-hak
pasien.
8 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

5. Menyediakan pendidikan dan dukungan untuk


membantu pasien atau keluarga dalam membuat
keputusan.
6. Mendukung keputusan dari pasien atau keluarga
yang tentang pelayanan keperawatan yang akan
diberikan ataupun proses perpindahan transfer ke
RS lain yang memiliki kualitas yang sama.
7. Melakukan bimbingan spriritual untuk dan
keluarga dalam situasi yang memerlukan
tindakan segera.
8. Memantau dan menjaga kualitas perawatan
pasien
9. Bertindak sebagai penghubung antara pasien,
keluarga pasien dan profesional kesehatan
lainnya.

2.4. INTENSIVE CARE UNIT (ICU)


Suatu bagian dari Rumah Sakit yang mandiri dengan
staf khusus dan perlengkapan yang khusus yang di tujukan
untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang
menderita penyakit akut, cidera tau penyulit yang
mengancam nyawa atau potensi mengancam nyawa
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 9

(KEMENKES.2010) kriteria pasien masuk ICU Penilaian


objektif atas berat dan prognosis penyakit hendaknya
digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan
prioritas masuk ke ICU (KEMENKES, 2010)

1. Pasien prioritas 1
Pasien yang termasuk dalam prioritas ini adalah
pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan
terapi intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan/
bantuan ventilasi, alat penunjang fungsi
organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif/
inotropic, obat anti aritmia, serta pengobatan lain-
lainnya secara kontinyu dan tertitrasi.
2. Pasien prioritas 2
Kriteria pasien ini memerlukan pelayanan
peralatan canggih di ICU, sebab sangat berisiko
bila tidak mendapatkan terapi intensif segera,
misalnya pemantauan intensif menggunakan
pulmonary arterial catheter. Pasien yang
tergolong dalam prioritas 2 adalah pasien yang
menderita penyakit dasar jantung – paru, gagal
ginjal akut dan berat, dan pasien yang telah
mengalami pembedahan mayor.
10 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

3. Pasien prioritas 3
Pasien yang termasuk kriteria ini adalah
pasien kritis yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, yang disebabkan oleh penyakit yang
mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara
sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh
dan atau manfaat terapi di ICU pada kriteria ini
sangat kecil.
Alur pelayanan ICU di RS (Kemenkes RI,
2011) Pasien yang memerlukan pelayanan ICU
berasal dari:
1) Pasien dari Instalasi Gawat Darurat (IGD)
2) Pasien dari High Care Unit (HCU)
3) Pasien dari kamar operasi atau kamar
tindakan lain seperti kamar bersalin, ruang
endoskopi, ruang dialysis, dan sebagainya.
4) Pasien dari bangsal (Ruang Rawat Inap)

4. Intensive Care Coronary Unit (ICCU)


Ruangan Intensive Coronary Care Unit (ICCU)
adalah unit pelayanan rawat inap di rumah sakit
yang memberikan perawatan khusus pada pasien
yang memerlukan perawatan yang intensif akibat
mengalami gangguan jantung dan pembuluh
darah dengan melibatkan tenaga kesehatan
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 11

terlatih serta didukung dengan kelengkapan


peralatan khusus. Baik UGD, ICU, maupun
ICCU adalah unit perawatan pasien kritis dimana
perburukan patofisiologi dapat terjadi secara
cepat yang dapat berakhir dengan kematian
(Hyzy. 2010).

2.5. KEBIJAKAN PELAYANAN KEPERAWATAN


ICU
1. Pengembangan dan penerapan standar
pelanayanan keperawatan ICU di RS
dilaksanakan dalam upaya penurunan angka
kematian dan kesakitan melalui peningkatan
mutu pelayanan keperawatan.
2. .Pengembangan dan peningkatan kemampuan
teknis dan manajerial tenaga keperawatan dalam
pelayanan keperawatan ICU di RS untuk
terwujudnya kompetensi yang diperlukan di ICU.
3. Penerapan stándar pelayanan keperawatan ICU di
RS memerlukan dukungan dari berbagai pihak
terkait.
12 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

2.6. STRATEGI PENERAPAN STANDAR


PELAYANAN KEPERAWATAN ICU

1. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya


yang ada dalam pelayanan Keperawatan ICU
2. Meningkatkan kemampuan teknis maupun
manajerial keperawatan ICU pada semua tenaga
keperawatan yang bekerja di ICU
3. Mendorong terpenuhinya sarana dan perasarana,
peralatan serta SOP yang mendukung
terlaksananya standar pelayanan keperawatan
ICU.

2.7. TUJUAN PENERAPAN STANDAR


PELAYANAN KEPERAWATAN ICU

UMUM :
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di ruang
perawatan ICU sesuai dengan standard.

KHUSUS :
1. Adanya Perencanaan Pelayanan Keperawatan
ICU
2. Adanya Pengorganisasian Pelayanan
Keperawatan ICU
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 13

3. Adanya Pelaksanaan Pelayanan Keperawatan


ICU
4. Adanya Asuhan Keperawatan ICU
5. Adanya Pembinaan Pelayanan Keperawatan ICU
6. Adanya Pengendalian Mutu Pelayanan
Keperawatan ICU.

2.8. SASARAN
1. Pengelola pelayanan kesehatan di Dinas
Kesehatan Prov, Kab/Kota
2. Pengelola pelayanan keperawatan di Rumah
Sakit
3. Tenaga keperawatan yang bertugas di instalasi
perawatan ICU
4. Pengambil keputusan tingkat pusat dan daerah
5. Organisasi profesi
6. Institusi pendidikan keperawatan dan institusi
pendidikan kesehatan lainnya
14 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

2.9. KOMPONEN DAN INDIKATOR STANDAR


STANDAR I: PERENCANAAN PELAYANAN
KEPERAWATAN ICU
1. Ketenagaan
Pernyataan:
Perencanaan tenaga perawat mengacu pada
kapasitas tempat tidur dan klasifikasi / stratifikasi
pelayanan ICU dan kompetensi

Rasional:
Perencanaan tenaga perawat yang sesuai
kualifikasi dapat mendukung terwujudnya
pelayanan keperawatan yang brekualitas, efektif
dan efisien.

Kriteria Struktur :
1. Ada kebijakan pimpinan RS yang mengatur
kualifikasi perawat yang bertugas di ICU
a) Perawat Pelaksana :
- Minimal D3 Keperawatan, memiliki
sertifikat ICU pengalaman klinik
diruang perawatan minimal 2
tahun di lingkup keperawatan.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 15

Kompetensi Perawat yang harus


dimiliki untuk pelayanan ICU Primer:
- Memahami konsep keperawatan
intensif
- Memahami isu etik dan hukum
- Mempergunakan keterampilan
komunikasi yang efektif
- Melakukan pengkajian dan meng-
analisis data yang didapat
- Pengelolaan jalan nafas
- Pengelolaan dan penggunakan
ventilasi mekanik
- Melakukan fisioterapi dada
- Memberikan inhalasi/therafi inha-
lasi
- Memberikan terapi oksigen
- Mengukur saturasi oksigen
- Monitoring hemodinamik non-
invasif (NIBP, Respirasi, EKG, HR,
Temp)
- Melakukan BLS dan ALS
16 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

- Merekam dan melakukan


interpretasi EKG 12 lead
- Melakukan pengambilan spesimen
untuk pemeriksaan lab
- Menginterpretasi hasil analisis gas
darah
- Mempersiapkan dan asistensi pema-
sangan drainase toraks serta penge-
lolaannya
- Mempersiapkan dan melakukan
pemberian terapi secara titrasi
- Melakukan pengelolaan nutrisi pada
pasien kritis
- Pengelolaan pemberian terapi cairan
dan elektrolit intra vena
- Melakukan pencegahan dan penang-
gulangan infeksi nosokomial
- Mampu mengkaji dan mensuport
mekanisme koping pasien yang
efektif.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 17

Untuk pelayanan ICU Sekunder


kompetensi yang harus dimiliki adalah
kompetensi ICU Primer ditambah
dengan:
- Mempersiapkan pemasangan dan
asistensi monitoring invasif
(tekanan vena sentral, tekanan arteri
sistemik , pulmonal, CO,dan CI)
- Melakukan pengukuran tekanan
vena sentral dan arteri
- Melakukan pengelolaan terapi
trombolitik
- Melakukan persiapan Renal
Replacement Therapy(Peritoneal
Dialisa, Hemodialisa, SLED,
CAPD)
Untuk pelayanan ICU Tertier
kompetensi yang harus dimiliki adalah
kompetensi ICU sekunder ditambah
dengan:
- Mengetahui persiapan pemasangan
IABP*
18 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

- Melakukan persiapan Continous


Renal Replacement Therapy
(CRRT)
- Melakukan persiapan
plasmaploresis
- Melakukan ECMO.

b) Ketua Tim (Penanggung Jawab Shift)


Pendidikan dan pengalaman Kerja
 Minimal D3 Keperawatan, dengan
pengalaman kerja di ICU minimal 3
tahun, memiliki sertifikat ICU dan
sertifikat pelatihan tambahan yang
menunjang kompetensi ICU
 S1 Keperawatan dengan peng-
alaman kerja di ICU minimal 2
tahun memiliki sertifikat ICU dan
sertifikat pelatihan tambahan yang
menunjang kompetensi ICU
 S2 Keperawatan kritis pengalaman
kerja di ICU minimal 1 tahun
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 19

Kompetensi Klinis
Kompetensi yang harus dimiliki Ketua
Tim ICU Primer sama dengan kompe-
tensi pelaksana ICU Primer ditambah
dengan kemampuan leadership.
sedangkan untuk ICU Sekunder dan
Tertier Kompetensi yang harus dimiliki
sama dengan kompetensi pelaksana ICU
sekunder dan Tertier ditambah dengan
kemampuan leadership.
c) Perawat Kepala Ruangan ICU Primer,
Sekunder dan Tertier:
- Minimal S1 Keperawatan, dengan
pengalaman sebagai ketua Tim ICU
minimal 3 tahun dan memiliki
sertifikat manajemen keperawatan
- S2 Keperawatan kritis dengan
pengalaman sebagai ketua Tim ICU
2 tahun
- Kompetensi yang harus dimiliki
adalah kompetensi yang dimiliki
20 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

ketua tim ditambah kompetensi


manajerial.
2. Kebutuhan perawat di ICU dengan dasar
perhitungan kebutuhan tenaga dengan
memperhatikan kapasitas tempat tidur, BOR
dan tingkat ketergantungan pasien.
3. Rasio perawat setiap jaga (shift)
 Ratio Perawat dan Pasien Pelayanan
ICU Primer: 1 perawat : 2 atau 3
pasien
 Ratio Perawat dan Pasien Pelayanan
ICU Sekunder: 1 perawat : 1 atau 2
pasien
 Ratio Perawat dan Pasien Pelayanan
ICU Tersier: 1 atau 2 perawat : 1 pasien.
4. Semua perawat yang memberikan pelayanan/
asuhan keperawatan di ICU teregistrasi dan
tersertifikasi

Kriteria Proses:
1. Menyusun rencana kebutuhan tenaga
perawat berdasarkan rasio dan kualifikasi
pendidikan yang dipersyaratkan pada
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 21

pelayanan keperawatan ICU (pelayanan


keperawatan ICU primer, sekunder dan
tertier)
2. Menjadi tim rekruitmen tenaga perawat yang
memberikan pelayanan ICU (pelayanan
keperawatan ICU primer, sekunder dan
tertier)
3. Menyusun rencana program pengembangan
SDM melalui pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan. (pelayanan keperawatan ICU
primer, sekunder dan tertier)

2. Melaksanakan registrasi dan uji kompetensi


Kriteria Hasil :
1. Tersedia tenaga keperawatan di ICU sesuai
rasio yang ditetapkan dengan kualifikasi
yang dipersyaratkan.
2. Adanya tenaga perawat yang terlibat dalam
tim rekruitmen perawat ICU
3. Adanya dokumen perencanaan kebutuhan
tenaga perawat dan pengembangannya
4. Semua tenaga perawat ICU teregistrasi dan
dinyatakan kompeten
22 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

2.10. SARANA, PRASARANA DAN PERALATAN


Pernyataan:
Pengelolaan sarana, prasarana, peralatan kesehatan
dan logistik yang tepat, mendukung terwujudnya
pelayanan keperawatan ICU yang berkualitas sesuai
dengan klasifikasi/stratifikasi pelayanan ICU.

Rasional :
Kesesuaian sarana, prasarana dan peralatan kesehatan
dan logistik, menjamin pelayanan keperawatan ICU
yang berkualitas, efektif dan efisien.

Kriteria Struktur:
1. Adanya kebijakan pimpinan yang mengatur
sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan
logistik dalam pelayanan ICU
2. Adanya standar sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan dan logistik sesuai dengan level
klasifikasi ICU
3. Adanya mekanisme/alur permintaan penggunaan
dan pemeliharaan peralatan dan logistik
4. Adanya perencanaan sarana prasarana dan
peralatan yang melibatkan tenaga perawat.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 23

5. Adanya tempat dekontaminasi dan penyimpanan


peralatan kesehatan dan logistik yang sesuai
standar
6. Adanya SPO penggunaan dan pemeliharaan
peralatan
7. Adanya tenaga yang bertanggung jawab dalam
pemeliharaan dan tersedianya jadwal pemeliha-
raan secara berkala (harian, mingguan).

Kriteria Proses:
1. Menyusun rencana kebutuhan sarana, prasarana
dan peralatan kesehatan dan logistik berdasarkan
klafisifikasi/stratifikasi yang dipersyaratkan di
pelayanan keperawatan ICU
2. Menjadi anggota tim teknis dalam pengadaan
sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan
logistik di ICU
3. Melaksanakan pemantauan terhadap pemakaian,
pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan serta uji fungsi (kalibrasi) secara
teratur dan berkala.
24 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

Kriteria Hasil:
1. Tersedianya sarana, prasarana, peralatan
kesehatan dan logistik siap pakai sesuai
kebutuhan dan klasifikasi ICU.
2. Adanya dokumen inventaris sarana, prasarana,
peralatan kesehatan dan logistik
3. Adanya dokumen frekuensi pemakaian dan hasil
kalibrasi peralatan kesehatan secara periodik/
berkala

STANDAR I: PENGORGANISASIAN
PELAYANAN KEPERAWATAN ICU
Pernyataan :
Pengorganisasian pelayanan keperawatan ICU untuk
mendukung tercapainya mutu pelayanan kepera-
watan ICU yang berkualitas.

Rasional :
Pengorganisasian pelayanan yang baik di ICU
menjamin kesinambungan pelayanan yang ber-
kualitas, efektif dan efisien.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 25

Kriteria Struktur :
1. Adanya kebijakan pimpinan RS tentang
pelayanan keperawatan ICU
2. Adanya struktur organisasi dan tata hubungan
kerja di setiap klasifikasi/stratifiikasi ICU
3. Adanya pedoman penetapan uraian tugas,
tanggung jawab serta kewenangan Kepala
ruangan, wakil kepala ruangan, Clinical
instruktur, Ketua TIM dan perawat pelaksana di
setiap klasifikasi/stratifiikasi ICU

Kriteria Proses:
1. Melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas,
tanggung jawab dan kewenangan perawat di di
setiap klasifikasi/stratifiikasi ICU.
2. Melakukan koordinasi dengan anggota tim
kesehatan lain di setiap klasifikasi/stratifiikasi
3. Melakukan koordinasi dengan tim keperawatan
di setiap klasifikasi/stratifiikasi ICU.
26 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

Kriteria Hasil :
1. Setiap perawat yang memberikan pelayanan
keperawatan di ICU mempunyai uraian tugas,
tanggung jawab dan kewenangan tertulis.
2. Terlaksananya koordinasi dengan anggota tim
kesehatan lain di setiap klasifikasi/stratifiikasi
ICU
3. Terlaksananya koordinasi dengan tim
keperawatan di setiap klasifikasi/stratifikasi ICU

STANDAR III: PELAKSANAAN PELAYANAN


KEPERAWATAN ICU
Pernyataan :
Pelayanan yang diberikan oleh tenaga keperawatan
yang kompeten .pada pasien kritis dan keluarganya
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisik, psiko,
sosio dan spriritual

Rasional:
Pelayanan keperawatan secara komprehensif oleh
tenaga yang kompeten akan menjamin terlaksananya
pelayanan yang berkualitas.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 27

Kriteria struktur :
1. Ada kebijakan pimpinan RS tentang pelayanan
keperawatan dan patient safety di ICU.
2. Ada Standar Prosedur Operasional klinis dan
SPO majerial dengan memperhatikan patient
safety dan gender
3. Ada metode penugasan perawat yang diterapkan
di ICU (minimal tim)
4. Ada standar asuhan keperawatan dengan
memperhatikan patient safety dan gender.

Kriteria Proses:
1. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai
dengan kondisi kritis pasien.
2. Mememberikan asuhan keperawatan pada pasien
mengacu pada SAK, SPO klinis dan SPO
manajerial dengan berpedoman pada etik dan
legal profesi.
3. Melaksanakan metode penugasan tim.
28 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

Kriteria Hasil :
1. Ada dokumen/catatan asuhan keperawatan tiap
pasien yang mencerminkan penerapan SAK dan
SOP serta patient safety.
2. Kepuasan pasien dan keluarga meningkat
3. angka kematian dan kecacatan menurun.

STANDAR IV : ASUHAN KEPERAWATAN ICU


Asuhan keperawatan ICU adalah rangkaian kegiatan
praktek keperawatan diberikan oleh perawat yang
kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di
ICU. Proses keperawatan terdiri atas lima langkah
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
tindakan keperawatan, intervensi keperawatan dan
evaluasi.

IV.1. Pengkajian keperawatan


Pernyataan:
Proses pengumpulan data tentang status
kesehatan pasien secara sistematik,
menyeluruh, akurat, dan berkesinambungan.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 29

Rasional:
Pengkajian yang sistematis, menyeluruh,
akurat, dan berkesinambungan memudahkan
perawat merumuskan masalah pasien dengan
tepat dan merencanakan tindakan keperawatan
secara komprehensif.

Kriteria struktur :
1. Ada format pengkajian yang baku untuk
pengkajian pasien ICU meliputi peng-
kajian sebelum pasien datang, segera
setelah pasien datang, pengkajian lengkap
dan pengkajian berkelanjutan.
2. Ada petunjuk teknis pengisian pengkajian
pasien ICU .
3. Ada alat dan sarana untuk melakukan
pengkajian di ICU

Kriteria Proses :
1. Melakukan pengumpulan data sebelum
pasien datang, segera setelah pasien
datang, pengkajian lengkap dan peng-
kajian berkelanjutan melalui metode
30 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

observasi, wawancara, dan pemeriksaan


fisik:
1) Pengkajian sebelum pasien datang
(Pre Arrival):
Sebelum pasien datang dari rumah
sakit lain atau ruangan lain, dilakukan
pengkajian kepada pasien yang akan
dikirim ke ICU meliputi; identitas
pasien, diagnosa, tanda-tanda vital,
alat bantu invasif yang dipakai,
modus ventilasi mekanik yang sedang
dipakai bila pasien menggunakan
ventilasi mekanik.
2) Pengkajian segera (Quick Asses-
sment):
Pengkajian segera setelah pasien tiba
di ICU meliputi; observasi ABCDE
yaitu: Airway, Breathing, Circu-
lation, Drugs/Obat-obat (obat yang
saat ini diberikan) termasuk apakah
ada alergi pada obat dan makanan
tertentu dan Equipment/ alat: apakah
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 31

ada alat terpasang pada pasien atau


alat yang akan di pasang.
3) Pengkajian lengkap (Comprehensive
Assessment) meliputi:
Pengkajian keluhan utama, riwayat
kesehatan sekarang, riwayat kese-
hatan yang lalu, riwayat sosial,
riwayat psikososial dan spiritual
serta pengkajian fisik dari setiap
sistem tubuh (sistem neurologi,
respirasi, kardiovaskuler, renal,
gastrointestinal, endokrin, hematologi
dan immunologi, serta sistem
integument).
4) Pengkajian berkelanjutan (On Going
Assessment) meliputi :
Kontinuitas monitoring kondisi
pasien pada saat kritis, selanjutnya
sesuai kondisi pasien.
2. Mengelompokkan data yang diperoleh
secara sistematis.
32 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

3. Melakukan analisis data.


4. Merumuskan masalah berdasarkan
analisis data

Kriteria hasil :
1. Adanya dokumen pengkajian kepera-
watan pasien ICU
2. Adanya rumusan masalah/diagnosa
keperawatan pasien ICU

IV.2 Diagnosa keperawatan


Pernyataan:
Diagnosa keperawatan dirumuskan ber-
dasarkan data status kesehatan pasien,
dinalisis dan dibandingkan dengan norma
fungsi kehidupan pasien, dapat bersifat
aktual maupun risiko.

Rasional:
Diagnosa keperawatan yang dirumuskan
merupakan dasar penyusunan rencana kepera-
watan dalam mencapai peningkatan, pen-
cegahan, penyembuhan dan pemulihan
kesehatan pasien ICU
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 33

Kriteria struktur:
1. Adanya daftar masalah keperawatan
pasien
2. Adanya daftar diagnosa keperawatan.

Kriteria proses:
1. Menetapkan masalah keperawatan yang
prioritas (mengancam kehidupan),
Seperti:
 Bersihan jalan yang tidak efektif,
 Pola nafas tidak efektif,
 Ketidakmampuan untuk bernafas
spontan,
 Gangguan pertukaran gas,
 Penurunan curah jantung,
 Gangguan perfusi jaringan,
 Defisit/ kelebihan volume cairan.
 Gangguan Irama Jantung
2. Menetapkan diagnosa keperawatan yang
prioritas di ICU, seperti :
34 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

 Jalan napas tidak efektif ber-


hubungan dengan adanya benda
asing pada trakhea
 Pola napas tidak efektif /ketidak
mampuan bernapas spontan ber-
hubungan dengan kelemahan otot
pernapasan
 Gangguan pertukaran gas: hiper-
capnea berhubungan dengan hipoven-
tilasi alveolar
 Gangguan pertukaran gas: hipok-
semia berhubungan dengan
perubahan ventilasi-difusi, pening-
katan permeabilitas membran alveoli
kapiler
 Penurunan Cardiac Output ber-
hubungan dengan gangguan fungsi
pompa jantung ( ejeksi )
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 35

Kriteria hasil :
1. Diperoleh serangkaian masalah kepera-
watan prioritas di ICU
2. Diagnosa keperawatan berdasarkan rumus-
an PES/PE.
3. Diagnosa keperawatan dan masalah kepe-
rawatan didokumentasikan pada catatan
keperawatan.

IV.3. Perencanaan
Pernyataan :
Serangkaian langkah-langkah yang bertujuan
untuk menyelesaikan masalah kesehatan serta
meningkatkan kesehatan secara terstruktur dan
terorganisir dengan melibatkan klien,
keluarga dan tenaga kesehatan lain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Rasional :
Rencana tindakan keperawatan digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan tindakan
keperawatan yang sistematis, efektif dan
efisien.
36 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

Kriteria struktur :
1. Adanya rumusan tujuan dan kriteria hasil
2. Adanya rumusan rencana tindakan
keperawatan.

Kriteria proses :
1. Merumuskan tujuan dan kriteria hasil
yang Specific, Measureable, Achievable,
Reliable dan Time (SMART)
2. Menetapkan rencana tindakan
keperawatan berdasarkan prioritas
kebutuhan pasien ICU
3. Mendokumentasikan rencana tindakan
keperawatan.

Kriteria hasil :
1. Tersusunnya rencana tindakan
keperawatan ICU
2. Rencana tindakan keperawatan
didokumentasikan
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 37

IV.4. Pelaksanaan tindakan keperawatan


Pernyataan :
Perawat melaksanakan tindakan keperawatan
yang telah direncanakan sesuai dengan
lingkup dan kewenangan bertujuan untuk
peningkatan, pencegahan, pemeliharaan dan
pemulihan kesehatan

Rasional :
Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan
upaya mempercepat kesembuhan, mencegah
komplikasi serta mempertahankan status
kesehatan pasien.

Kriteria Struktur:
1. Ada rencana tindakan keperawatan ber-
dasarkan prioritas kebutuhan pasien.
2. Ada standar asuhan keperawatan ICU
yang memperhatikan gender dan patient
safety.
3. Ada Standar Prosedur Operasional yang
memperhatikan gender dan patient safety
4. Tersedia format tindakan keperawatan.
38 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

5. Ada informed consent.


6. Ada kebijakan rumah sakit tentang
pendelegasian tindakan medis.

Kriteria Proses :
1. Melakukan tindakan keperawatan me-
ngacu pada rencana tindakan kepera-
watan.
2. Monitoring respons pasien terhadap
tindakan keperawatan
3. Melakukan modifikasi tindakan ber-
dasarkan respons pasien
4. Mengutamakan prinsip keselamatan
pasien (patient safety)
5. Melakukan tindakan keperawatan dengan
memperhatikan gender
6. Menerapkan prinsip standar baku (standar
precaution).
7. Mendokumentasikan tindakan kepera-
watan.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 39

Kriteria Hasil
1. Adanya dokumen tentang tindakan
keperawatan serta respons pasien.
2. Ada dokumen tentang pendelegasian
tindakan medis (standing order).

IV.5. Evaluasi
Pernyataan :
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan meliputi evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Evaluasi proses atau formatif
adalah evaluasi yang dilakukan segera setelah
selesai melakukan tindakan keperawatan.
Sedangkan evaluasi hasil atau sumatif evaluasi
yang dilakukan dengan mengacu pada tujuan
dan kriteria hasil

Rasional :
Hasil evaluasi menggambarkan tingkat
keberhasilan tindakan keperawatan di ICU.
40 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

Kriteria Struktur :
1. Ada tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan
2. Ada formulir catatan perkembangan
pasien

Kriteria Proses:
1. Melakukan evaluasi terhadap respon
pasien pada setiap tindakan yang
diberikan (evaluasi proses).
2. Melakukan evaluasi dengan cara mem-
bandingkan hasil tindakan dengan tujuan
dan kriteria hasil yang ditetapkan
(evaluasi hasil) :
3. Melakukan revisi terhadap asuhan
keperawatan yang telah diberikan, jika
tidak ada perbaikan pada pasien.
4. Mendokumentasikan hasil evaluasi proses
dan evaluasi hasil.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 41

Kriteria Hasil :
1. Adanya dokumentasi evaluasi respons
2. Adanya dokumen catatan perkembangan
dalam bentuk evaluasi data subyektif,
obyektif Analisa dan Planing (SOAP).
3. Adanya dokumentasi revisi Asuhan
keperawatan

STANDAR V: PEMBINAAN PELAYANAN


KEPERAWATAN ICU
Pernyataan :
Pembinaan pelayanan keperawatan ICU meliputi
pembinaan terhadap manajemen pelayanan kepera-
watan dan asuhan keperawatan yang berkesinam-
bungan dilakukan secara berkala.

Rasional:
Pembinaan pelayanan keperawatan ICU dapat
meningkatkan profesionalisme perawat sehingga
menjamin tercapainya pelayanan keperawatan yang
berkualitas.
42 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

Kriteria Struktur :
1. Adanya kebijakan pimpinan tentang sistem
pembinaan pelayanan keperawatan
2. Adanya sistem bimbingan teknis pelayanan
keperawatan
3. Adanya mekanisme pembinaan pelayanan
keperawatan
4. Adanya program peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan
5. Adanya sistem penghargaan dan sanksi (reward
& punishment)

Kriteria Proses:
1. Melaksanakan program bimbingan teknis pelaya-
nan keperawatan.
2. Melaksanakan program peningkatan kemampuan
teknis secara berkelanjutan.
3. Melaksanakan bimbingan teknis sesuai rencana
4. Memberikan penghargaan dan sanksi (reward &
punishment) sesuai ketentuan.
5. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi kinerja
secara periodik sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 43

6. Memberikan umpan balik hasil bimbingan.


7. Melaksanakan tindak lanjut hasil pembinaan.

Kriteria hasil:
1. Adanya peningkatan kinerja yang dibuktikan
dengan dokumen kinerja perawat
2. Adanya dokumen laporan penyelesaian masalah.
3. Adanya dokumen bimbingan teknis pelayanan
keperawatan

STANDAR VI: PENGENDALIAN MUTU


PELAYANAN KEPERAWATAN ICU
Pernyataan :
Pemantauan, penilaian pelayanan /asuhan keperawatan
serta tindak lanjut yang dilakukan secara terus menerus
untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan ICU

Rasional
Pengendalian mutu pelayanan keperawatan menjamin
keselamatan pasien, menurunkan angka kematian,
kecacatan, pencegahan infeksi serta meningkatkan
kepuasan keluarga dan pasien.
44 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

Kriteria Struktur
1. Adanya kebijakan pimpinan tentang program
pengendalian mutu pelayanan keperawatan ICU
(Evaluasi Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan, supervisi keperawatan secara
berkala)
2. Adanya kebijakan pimpinan tentang program
keselamatan pasien (Patient safety) dan
keselamatan petugas kesehatan.
3. Adanya kebijakan tentang skor sistem prognosis
pasien (lampiran contoh skoring sistem:
APACHE II, SAPS II), SOFA
4. Adanya indikator kinerja klinis pelayanan
keperawatan ICU
- kejadian terekstubasi, kejadian hipoglikemi
- Kesalahan pemberian obat
- Kejadian nyeri pada pasien
- Kepuasan pelanggan
- Kejadian pasien terjatuh dari tempat tidur,
plebitis, decubitus
- Angka Infeksi nasokomial seperti: VAP, ISK
dll
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 45

- kejadian pasien yang kembali ke perawatan


intensif dengan kasus yang sama <72 jam.
5. Adanya tenaga perawat yang terlibat dalam
program pengendalian mutu pelayanan
kesehatan.

Kriteria Proses :
1. Melaksanakan pemantauan mutu dengan meng-
gunakan instrumen yang terstandar
2. Melaksanakan upaya keselamatan pasien dan
petugas kesehatan:
- menerapkan standar precaution
- Mencegah kejadian terekstubasi, dan kejadian
hipoglikemi,
- menghindari pasien terjatuh dari tempat tidur
- mencegah terjadinya plebitis, dekubitus
- meningkatkan keamanan penggunaan obat
- melaksanakan komunikasi yang efektif
- melaksanakan skor sistem prognosis pasien
- mencegah terjadinya tertusuk benda tajam
(sharp injury)
3. Mendokumentasikan upaya keselamatan pasien
dan pengendalian mutu
46 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

4. Melakukan evaluasi program pengendalian mutu


pelayanan keperawatan dan menyusun tindak
lanjutnya

Kriteria Hasil:
1. Penurunan angka infeksi nasokomial : VAP, ISK
2. Penurunan angka kejadian pasien yang kembali ke
perawatan intensif dengan kasus yang sama <72
jam
3. Tidak ada kejadian terekstubasi
4. Tidak ada kejadian pasien jatuh
5. Tidak ada kejadian kecelakaan kerja pada petugas
kesehatan (tertusuk benda tajam, tertular infeksi
6. Evaluasi nilai skor sistem prognosis seperti
APACHE II, SAPS II , SOFA
7. Dokumen evaluasi program pengendalian mutu
pelayanan keperawatan dan tindak lanjutnya.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 47

2.11. APLIKASI KEPERAWATAN HOLISTIK DI


AREA KEPERAWATAN KRITIS
1. Konsep Keperawatan Holistik
Kata “holistic” berasal dari bahasa Yunani “holos
(whole, wholism)” yang berarti satu kesatuan yang utuh
(Dossey, Keegan, & Guzzetta, 2000). Hal ini berarti
manusia holistik adalah suatu kesatuan yang utuh, lebih dari
atau bukan hanya merupakan gabungan dari beberapa
komponen penyusunnya. Asosiasi Perawat Holistik
Amerika (2007) mendefinisikan “keperawatan holistik”
sebagai praktik keperawatan yang menekankan pada
penyembuhan (healing) dari manusia secara utuh yang
meliputi aspek badan (body), jiwa (spirit), dan pikiran
(mind). Keperawatan holistik didedikasikan untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan individu,
masyarakat, dan lingkungan. Keperawatan holistik
merupakan suatu pendekatan yang berpusat pada orang
dengan menyertakan konsep-konsep holism, healing, dan
transpersonal caring sebagai konsep inti. Praktik
keperawatan holistik lebih menekankan pada perawatan
mandiri (self-care), itikad kuat (intentionality), keberadaan
atau menghadirkan diri secara utuh (presence), kesadaran
48 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

penuh (mindfulness), dan menggunakan diri sebagai agen


terapi, sebagai landasan bagi praktik keperawatan
profesional (Hess, Bark, & Southhard, 2010). Terdapat lima
nilai inti dari keperawatan holistik, yaitu 1) filosofi holistik
dan pendidikan, 2) etika holistik dan riset, 3) perawatan
mandiri perawat, 4) komunikasi holistik, lingkungan
terapetik dan mampu budaya, dan 5) proses caring holistik
(Frisch, 2009).
Perawat holistik harus terus berkarya untuk
menciptakan lingkungan kerja yang sehat bagi dirinya dan
orang lain. Mereka juga memiliki komitmen untuk
mengembangkan praktik dan kebijakan yang lebih
humanistik di tatanan pelayanan kesehatan. Perawat holistik
menyadari akan pentingnya perawatan mandiri, mereka
menghargai dirinya sendiri dan memobilisasi sumber daya
yang ada untuk merawat dirinya sendiri (Asosiasi Perawat
Holistik Amerika, 2007). Perawatan mandiri dalam konteks
ini adalah suatu proses aktif untuk mencapai tingkat
Kesehatan dan kesejahteraan optimal melalui cara-cara
saling melengkapi, mendukung, dan memberdayakan.
Perawat holistik berkomitmen untuk belajar terus menerus,
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 49

mengembangkan peribadi dan professional dalam rentang


yang berkelanjutan.

2. Perawatan Holistik Dan Model Sinergi di Unit


Perawatan Kritis.
Penerapan perawatan holistik memerlukan per-
timbangan dari berbagai faktor baik individu maupun ling-
kungan yang memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan
pasien dan kemampuan koping dalam menghadapin situasi
krisis seperti kondisi sakit baik akut maupun kronis. Untuk
bisa memenuhi hal tersebut, perawat memerlukan dasar
pengetahuan yang andal tentang anatomi fisiologi, proses
penyakit, regimen tindakan, perilaku, spiritualitas, dan
respon manusia. Perawat kritis tidak hanya mampu bekerja
dengan teknologi tinggi, melainkan juga harus “tahu
pasien” dalam artian memahami pasien seutuhnya agar bisa
memberikan asuhan keperawatan yang humanistik,
individual, dan holistik.
Nilai “presence” atau menghadirkan diri secara utuh
untuk membantu pasien,merefleksikan salah satu aspek dari
caring dalam keperawatan. Caring juga dapat meliputi:
mengidentifikasi masalah pasien secara dini, memutuskan
dan melaksanakan intervensi yang tepat yang didasarkan
50 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

pada pemahaman terhadap pengalaman pasien sebelumnya,


aspek keyakinan dan budaya pasien, pola perilaku,
perasaan, dan kecenderungan pasien. Penelitian yang
dilakukan Jenny dan Logan (1996) mengungkap perilaku
caring perawat menurut pasien adalah diantaranya
mengurangi ketidaknyamanan, pembelaan (advocacy),
memberi dukungan (encouragement), dan menghormati
pasien sebagai individu yang unik. Seni dari caring memer-
lukan keterampilan dalam komunikasi dan hubungan
interpersonal, komitment pribadi, dan kemampuan untuk
menjalin hubungan saling percaya.
Keterampilan interpersonal sangatlah diperlukan oleh
perawat dalam mengaplikasikan perawatan holistik.
Wysong dan Driver (2009) melakukan penelitian tentang
keterampilan apa saja yang perlu dimiliki oleh perawat di
unit kritis menurut persepsi pasien, hasilnya mengungkap
beberapa atribut kemampuan interpersonal, yaitu:
- Ramah, ceria, senyum,gembira
- Perduli, baik, kasih sayang
- Percaya diri
- Memperlakukan pasien sebagai manusia
- Mencintai pekerjaan
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 51

- Berjiwa humor
- Memiliki waktu untuk pasien
- Terorganisir
- Memiliki ingatan yang baik
- Rapih penampilan fisik
- Baik dalam bertutur/menggunakan bahasa
- Pendengar yang baik
- Menyenangkan/memberikan kenyamanan
- Kontak emosional.
Di samping atribut skill interpersonal, ada atribut
berpikir kritis yang menurut pasien penting dimiliki oleh
seorang perawat kritis, di antaranya:
- Mampu membuat keputusan klinis yang akurat
- Dapat mengkaji situasi dan mengambil tindakan
yang tepat
- Menggunakan akal sehat (logika)
- Memberikan jawaban dan informasi yang jelas
- Menawarkan saran dan arahan
- Memberikan penjelasan tentang prosedur
tindakan, kondisi klinis, dan pengobatan.

Sejak tahun 1999, Asosiasi Perawat Kritis Amerika


telah mengembangkan dan menerapkan model yang disebut
52 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

“Synergy Model” untuk mengaitkan antara praktik perawat


kritis tersertifikasi dengan luaran pelayanan keperawatan
(Relf & Kaplow, NA). Model sinergi menjelaskan praktik
keperawatan berdasar pada kebutuhan dan karakteristik
pasien daripada berdasarkan penyakit dan terapi modalitas.
Premis atau keyakinan yang mendasari adalah bahwa
kebutuhan dan karakteristik pasien dan keluarga akan
memengaruhi dan mengarahkan karakteristik dan kompe-
tensi perawat. Karena setiap pasien memiliki karakteristik
unik dalam situasi klinis tertentu, perawat harus merespon
dengan karakteristik dan kompetensi yang unik pula.
Apabila karakteristik pasien cocok dengan kompetensi yang
ditampilkan perawat, maka luaran pasien yang optimal dan
sinergi bisa tercapai. Dua ajaran utama dari model ini,
yaitu; karakteristik pasien merupakan perhatian utama bagi
perawat, dan kompetensi perawat merupakan hal terpenting
bagi pasien.
Meskipun setiap pasien dan keluarga memiliki
keunikan, namun mereka memiliki kesamaan kebutuhan
dan pengalaman dalam suatu rentang continuum dari
rendah ke tinggi. Semakin berat gangguan pasien, semakin
kompleks permasalahan yang dialami pasien. Praktik
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 53

keperawatan ditentukan oleh kebutuhan pasien dan


keluarga. Asuhan keperawatan merupakan refleksi per-
paduan dari pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
keluarga. Model sinergi berfokus pada kontribusi unik dari
keperawatan terhadap asuhan pasien dengan menekankan
pada peran professional perawat. Ada 8 karakteristik pasien
dan 8 kompetensi perawat yang bersinergi dalam suatu
rentang continuum dari competent ke ahli, serta
mencerminkan hubungan yang harmonis antara pasien dan
keluarga, dan pasien dan perawat. Model tersebut seperti
tergambar dalam gambar berikut:

Gambar 1: Hubungan antara pasien/keluarga dan perawat


dan Model Sinergi (Relf & Kaplow, NA)
54 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

2.12. ASPEK LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN


CRITICAL CARE
1. Pengertian Etik
Etik adalah sistem nilai pribadi yang digunakan untuk
memutuskan apa yang benar atau apa yang paling tepat,
memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai yang
ada dalam organisasi dan diri pribadi. Etik merupakan
prinsip yang menyangkut benar atau salah dan tindakan apa
yang akan dilakukan. Etika Keperawatan merefleksikan
bagaimana seharusnya perawat berprilaku, apa yang harus
dilakukan perawat terhadap kliennya dalam memberikan
pelayanan keperawatan kritis.

2. Maksud dan Tujuan Aspek Etik dalam


Crritical Care
Secara umum, tujuan kode etik keperawatan adalah
sebagai berikut (kozier, Erb. 1990):
a. Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat
dengan perawat, pasien, dan anggota tenaga
kesehatan lainnya.
b. Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan
perawat jika terdapat perawat yang melakukan
pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 55

membantu perawat yang tertuduh suatu


permasalahan secara tidak adil.
c. Sebagai dasar pengembangan kurikulum
pendidikan keperawatan dan untuk meng-
orientasikan lulusan keperawatan dalam mema-
suki jajaran praktik keperawatan profesional.
d. Membantu masyarakat dalam memahami
perilaku keperawatan profesional

3. Penerapan Pengetahuan Etik di Area Critical


Care
Terdapat delapan asas etik dalam keperawatan yaitu:
a. Autonomi (otonomy)
Yaitu menghormati keputusan pasien untuk
menentukan nasibnya, dalam hal ini setiap
keputusan medis ataupun keperawatan harus
memperoleh persetujuan dari pasien atau
keluarga terdekat. Dengan mengikuti prinsip
autonomi berarti menghargai pasien untuk meng-
ambil keputusan sendiri berdasarkan keunikan
individu secara holistik.
56 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

b. Non maleficence (tidak merugikan)


Yaitu keharusan untuk menghindari berbuat yang
merugikan pasien, setiap tindakan medis dan
keperawatan tidak boleh memperburuk keadaan
pasien. Berarti tindakan yang dilakukan tidak
menyebabkan bahaya bagi pasien, bahaya disini
dapat berarti dengan sengaja membahayakan,
risiko membahayakan dan bahaya yang tidak
disengaja
c. Beneficence (kemurahan hati)
Yaitu keharusan untuk berbuat baik kepada
pasien, setiap tindakan medis dan keperawatan
harus ditujukan untuk kebaikan pasien. Berarti
melakukan yang baik yaitu mengimplementasi-
kan tindakan yang menguntungkan pasien dan
keluarga
d. Justice (perlakuan adil)
Yaitu sikap dan tindakan medis dan keperawatan
harus bersifat adil, dokter dan perawat harus
menggunakan rasa keadilan apabila akan
melakukan tindakan kepada pasien.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 57

e. Fidelity (setia, menepati janji ),


Berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung
jawab yang dimiliki oleh seseorang. Kesetiaan
berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia
pada kesepakatan dan tanggung jawab yang telah
dibuat. Setiap tenaga keperawatan mempunyai
tanggung jawab asuhan keperawatan kepada
individu, pemberi kerja, pemerintah dan masya-
rakat. Apabila terdapat konflik diantara berbagai
tanggung jawab, maka diperlukan penentuan
prioritas sesuai dengan situasi dan kondisi yang
ada.
f. Veracity (kebenaran, kejujuran),
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat
untuk mengatakan suatu kebenaran, tidak ber-
bohong atau menipu orang lain. Kejujuran adalah
landasan untuk “informed concent” yang baik.
Perawat harus dapat menyingkap semua infor-
masi yang diperlukan oleh pasien maupun
keluarganya sebelum mereka membuat kepu-
tusan.
58 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

g. Confidenciality (kerahasiahan)
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan
perawat terhadap semua informasi tentang
pasien/klien yang dirawatnya. Pasien/klien harus
dapat menerima bahwa informasi yang diberikan
kepada tenaga profesional kesehatan akan
dihargai dan tidak disampaikan/diberbagikan
kepada pihak lain secara tidak tepat. Perlu
dipahami bahwa berbagi informasi tentang
pasien/klien dengan anggota kesehatan lain yang
ikut merawat pasien tersebut bukan merupakan
pembeberan rahasia selama informasi tersebut
relevan dengan kasus yang ditangani.
h. Accountability (akuntabilitas)
Dalam menerapkan prinsip etik, apakah kepu-
tusan ini mencegah konsekuensi bahaya, apakah
tindakan ini bermanfaat, apakah keputusan ini
adil, karena dalam pelayanan kesehatan petugas
dalam hal ini dokter dan perawat tidak boleh
membeda-bedakan pasien dari status sosialnya,
tetapi melihat dari penting atau tidaknya
pemberian tindakan tersebut pada pasien. Hak-
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 59

hak pasien haruslah dihargai dan dilindungi, hak-


hak tersebut menyangkut kehidupan, kebaha-
giaan, kebebasan, privacy, self determination,
perlakuan adil dan integritas diri. Dilema moral
masih mungkin terjadi apabila prinsip moral
otonomi dihadapkan dengan prinsip moral lain-
nya, atau apabila prinsip beneficence dihadapkan
dengan nonmaleficence, misalnya apabila
keinginan pasien (otonomi) ternyata bertentangan
dengan dengan beneficence atau non
maleficence, atau bisa saja apabila sesuatu
tindakan mengandung beneficence dan
nonmaleficence terjadi secara bersamaan sepeti
“Rule of Double Effect (RDE)” yaitu apabila
suatu tindakan untuk memberikan kenyamanan
berdasarkan prinsip beneficence tetapi sekaligus
memiliki risiko terjadinya perburukan sehingga
berlawanan dengan prinsip nonmaleficence.
Contoh: pemberian morphin sulfat untuk
mengendalikan rasa nyeri hebat yang terjadi pada
pasien penderita cancer stadium akhir yang
60 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

beresiko akan memberikan efek depresan yang


dapat menekan pusat pernafasan pasien.

Dalam keadaan RDE biasanya dikenal 4 elemen yang


harus dipenuhi yaitu:
1. Sifat tindakan haruslah baik atau setidaknya
netral
2. Niat tindakan adalah untuk tujuan baik, dampak
buruk boleh saja telah dapat dibayangkan tetapi
harus bukan diniatkan.
3. Dampak buruk haruslah bukan cara untuk
mencapai tujuan baik
4. Dampak baik harus melebihi dampak buruk

4. Informed Consent
Definisi: informed consent adalah pernyataan sepihak
dari orang yang berhak (pasien, keluarga atau walinya)
yang isinya berup izin atau persetujuan kepada dokter untuk
melakukan tindakan medis sesudah orang yang berhak
tersebut diberi informasi secukupnya.
Informed consent adalah suatu proses komunikasi
yang efektif antara dokter dan pasien dan bertemunya
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 61

pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan
dilakukan terhadap pasien. Bila dilihat dari aspek hukum
bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan
lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan yang
ditawarkan pihak lain.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 290/MENKES /PER / IX /2008 tentang Persetujuan
Tindakan Medis. Informed consent perlu diberikan karena
tidak semua kejadian dalam pengobatan berlangsung seperti
yang diharapakan, tidak ada kepastian dan jaminan yang
pasti dalam dunia kedokteran karena setiap kasus bagaikan
teori permutasi kombinasi, latar belakang setiap orang tidak
sama, riwayat kesehatan berbeda, derajat pengobatan yang
diberikan juga tidak sama serta reaksi tubuh terhadap
respon pengobatan juga bebeda

Tiga Element Informed Consent


1. Threshold Element
Elemen ini sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu
pemberi consent haruslah seseorang yang kompeten
(mampu). Kompeten di sini diartikan sebagai kapasitas
untuk membuat keputusan medis. Kompetensi manusia
62 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

untuk membuat keputusan sebenarnya merupakan suatu


kontinuum, dari sama sekali tidak memiliki kompetensi
hingga memiliki kompetensi yang penuh. Di antaranya
terdapat berbagai tingkat kompetensi membuat keputusan
tertent. Secara hukum seseorang dianggap kompeten
apabila memenuhi kriteria antara lain telah dewasa, sadar
dan berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah
pengampuan. Dewasa diartikan sebagai usia telah mencapai
21 tahun atau telah pernah menikah. Sedangkan keadaan
mental yang dianggap tidak kompeten adalah apabila
mempunyai penyakit mental sedemikian rupa sehingga
kemampuan membuat keputusan menjadi terganggu.

2. Information Elements
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure
(pengungkapan) dan understanding (pemahaman). Dalam
hal ini, seberapa ”baik” informasi harus diberikan kepada
pasien,dapat dilihat dari 3 standar yaitu:

a. Standar Praktik Profesi.


Bahwa kewajiban memberikan informasi dan
kriteria ke-adekuat-an informasi ditentukan bagai-
mana biasanya dilakukan dalam komunitas tenaga
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 63

keperawatan. Dalam standar ini ada kemungkinan


bahwa kebiasaan tersebut di atas tidak sesuai dengan
nilai-nilai sosial setempat, misalnya risiko yang
”tidak bermakna” (menurut medis) tidak diinformasi-
kan, padahal mungkin bermakna dari sisi sosial
pasien.

b. Standar Subyektif
Bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-
nilai yang dianut oleh pasien secara pribadi, sehingga
informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien
tersebut dalam membuat keputusan. Kesulitannya
adalah mustahil (dalam hal waktu/kesempatan) bagi
profesional medis memahami nilai-nilai yang secara
individual dianut oleh pasien.

c. Standar pada reasonable person


Standar ini merupakan hasil kompromi dari
kedua standar sebelumnya, yaitu dianggap cukup
apabila informasi yang diberikan telah memenuhi
kebutuhan umumnya orang awam.
64 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

3. Consent Elements
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu,
voluntariness (kesukarelaan, kebebasan) dan authorization
(persetujuan). Kesukarelaan mengharuskan tidak ada
tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan. Pasien juga harus
bebas dari ”tekanan” yang dilakukan tenaga medis yang
bersikap seolah-olah akan ”dibiarkan” apabila tidak
menyetujui tawarannya.

Informed consent harus meliputi:


1. Dokter harus menjelaskan pada pasien mengenai
diagnosa, tindakan, terapi dan penyakitnya
2. Pasien harus diberitahu tentang hasil terapi yang
diharapkan dan seberapa besar kemungkinan
keberhasilannya
3. Pasien harus diberitahu mengenai beberapa
alternatif yang ada dan akibat apabila penyakit
tidak diobati
4. Pasien harus diberitahu mengenai risiko apabila
menerima atau menolak terapi, disertai upaya
antisipasi yang dilakukan untuk menghindari
resiko tersebut. Risiko yang harus disampaikan
meliputi efek samping yang mungkin terjadi
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 65

dalam penggunaan obat atau tindakan


pemeriksaan dan operasi yang dilakukan.
5. Biaya yang menyangkut tindakan tersebut
walaupun tidak selalu diutamakan

Pasien juga berhak untuk mengetahui semua


prognosa, komplikasi, sekuele, ketidak nyamanan, kesulitan
yang mungkin dalami dengan adanya tindakan tersebut.

Masalah yang ditemukan dalam proses informed


consent
1. Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan
terlalu teknis
2. Perilaku dokter yang terburu-buru atau tidak
perhatian atau tidak ada waktu untuk tanya-jawab
3. Pasien sedang dalam keadaan stres emosional
sehingga tidak mampu mencerna informasi
4. Pasien dalam keadaan tidak sadar/ mengamuk
66 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

5. Dilema Etik
a. Pulang Paksa
Pulang paksa adalah istilah yang digunakan apabila
pasien tidak mau lagi melanjutkan /menjalani rawat inap
lebih lama dan minta dipulangkan, tetapi secara medis
belum cukup stabil untuk menjalani perawatan di rumah.
Penyebab pulang paksa antara lain:
1. Pasien tidak mengerti mengapa walaupun dirinya
sudah menjalani perawatan tetapi belum juga
sembuh atau merasa belum ada perbaikan
sehingga merasa tidak menjalani perawatan pun
tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini ada
beberapa faktor yang memengaruhi antara lain:
penjelasan dokter yang tidak jelas sehingga tidak
dipahami pasien, tingkat pendidikan, budaya
(sebagian masih menganggap pengobatan
alternatif lebih baik)
2. Pasien tidak merasa nyaman dirawat yang dapat
dipengaruhi oleh suasana, keadaan ruangan,
makanan, teman satu ruangan (pasien lain).
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 67

3. Pelayanan dinilai kurang baik, perlakuan tenaga


kesehatan dalam hal ini dokter dan perawat yang
dianggap kurang simpatik.
4. Keterbatasan finansial (biaya) atau keinginan
dirawat ditempat yang lebih bergengsi (pada
pasien golongan atas)
5. Ada kepentingan pribadi yang dinilai lebih
berharga daripada menjalani rawat inap.

b. Do Not Resuscitate (DNR): With Holding/With


Drawal
With holding adalah menunda terapi atau bantuan
hidup pada pasien yang dianggap sudah tidak punya
harapan hidup lagi, sedangkan with drawal artinya
menghentikan bantuan hidup pada pasien yang biasanya
terpasang alat bantu penunjang kehidupan seperti ventilasi
mekanik, alat pacu jantung, dll. Baik with holding maupun
with drawing dilakukan pada pasien yang secara medis
tidak punya harapan hidup lagi. Keputusan melakukan ini
harus dikomunikasikan dengan keluarga setelah team medis
mendiskusikannya dengan team lain.
68 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

c. Euthanasia
Kematian pada umumnya disepakati sebagai
berhentinya kehidupan, meninggal dunia adalah keadaan
insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang
bahwa fungsi otak, pernafasan dan atau denyut jantung
seseorang telah berhenti. Kematian sebenarnya bukanlah
suatu titik waktu, melainkan merupakan suatu tahapan
waktu, dimulai dari kematian klinis, kemudian kematian
otak, kematian biologis dan akhirnya kematian seluler.
Pada kematian klinis ditemukan berhentinya fungsi
kardiovaskuler dan pernafasan, yang kemudian akan diikuti
oleh kematian otak, kecuali apabila dilakukan resusitasi dan
berhasil. Otak tidak dapat hidup lagi dalam waktu 6 sampai
10 menit tanpa oksigen. Kematian otak juga bertahap,
biasanya dimulai pada korteks serebri, kemudian disusul
oleh serebelum (otak kecil) dan diakhiri dengan kematian
batang otak. Apabila terjadi kematian korteks serebri tanpa
kematian pusat sirkulasi dan pernafasan, maka terjadilah
keadaan ketidaksadaran yang permanen, tetapi
kardiovaskuler dan pernafasan masih tetap berfungsi
(persistent vegetative state).
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 69

Setelah semua bagian otak berhenti bekerja maka


terjadilah kematian biologis, suatu kematian yang
permanen. Selanjutnya dimulailah kematian seluler, yang
berbeda-beda waktunya bagi masing-masing jenis jaringan.
“kapankah seseorang dapat dinyatakan mati, apa kriterianya
dan bagaimana prosedur penentuannya”. Ketika pasien
belum dapat dinyatakan mati, dokter melakukan tindakan
secara aktif menghentikan kehidupannya, maka ia dapat
dinyatakan sebagai melakukan pembunuhan. Sebaliknya
apabila pasien sudah dapat dinyatakan mati, tetapi dokter
masih melakukan tindakan terapetik maka ia dapat
dinyatakan melanggar profesi karena melakukan tindakan
medik pada mayat. Pengakuan atas hak otonomi pasien
sedemikian kuat, sehingga tidak hanya hak hidup, hak atas
informasi dan hak memperoleh layanan yang layak saja
yang dituntut, melainkan juga hak untuk mati secara
bermartabat.

2.13. ISU ETIK & LEGAL PADA KEPERAWATAN


KRITIS
 Pemahaman akan aspek etika dan legal kesehatan
 Perawat harus bekerja sesuai aturan yang ada
Standart RS/ standar pelayanan maupun asuhan
keperawatan.
70 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

 Etik ditujukan untuk mengukur perilaku yang


diharapkan dari manusia sehingga jika manusia
tsb merupakan suatu kelompok tertentu atau
profesi tertentu seperti profesi keperawatan,
maka aturannya merupakan suatu kesepakatan
dari kelompok tersebut yang disebut kode etik
 Kecenderungan Trend & Isu Keperawatan Kritis
 Perawat kritis harus memantau terus informasi
terbaru dan mengembangkan kemampaauan yang
dimiliki untuk mengelola metode dan teknologi
perawatan terbaru. Dan selalu meningkatkan
pengetahuannya.

2.14. SOAL LATIHAN


1. Kebijakan pimpinaa RS mengatur kualifikasi
perawat yang bertugas di ICU untuk perawat
pelaksana adalah:
a. Minimal D3 Keperawatan, dengan
pengalaman kerja di ICU minimal 3 tahun,
memiliki sertifikat ICU dan sertifikat
pelatihan tambahan yang menunjang
kompetensi ICU
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 71

b. S1 Keperawatan dengan pengalaman kerja di


ICU minimal 2 tahun memiliki sertifikat ICU
dan sertifikat pelatihan tambahan yang
menunjang kompetensi ICU
c. S2 Keperawatan kritis pengalaman kerja di
ICU minimal 1 tahun
d. Minimal D3 Keperawatan, memiliki
sertifikat ICU pengalaman klinik diruang
perawatan minimal 2 tahun di lingkup
keperawatan.
e. Minimal S1 Keperawatan, dengan peng-
alaman sebagai ketua Tim ICU minimal 3
tahun dan memiliki sertifikat manajemen
keperawatan

2. Kebijakan pimpinan RS mengatur kualifikasi


perawat yang bertugas di ICU untuk perawat
kepala ruangan ICU Primer, sekunder dan tertier:
a. Minimal S1 Keperawatan, dengan peng-
alaman sebagai ketua Tim ICU minimal 3
tahun dan memiliki sertifikat manajemen
keperawatan
72 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

b. Minimal D3 Keperawatan, dengan peng-


alaman kerja di ICU minimal 3 tahun,
memiliki sertifikat ICU dan sertifikat pela-
tihan tambahan yang menunjang kompetensi
ICU
c. S1 Keperawatan dengan pengalaman kerja di
ICU minimal 2 tahun memiliki sertifikat ICU
dan sertifikat pelatihan tambahan yang
menunjang kompetensi ICU
d. S2 Keperawatan kritis pengalaman kerja di
ICU minimal 1 tahun
e. Minimal D3 Keperawatan, memiliki
sertifikat ICU pengalaman klinik diruang
perawatan minimal 2 tahun di lingkup
keperawatan.

3. Kompetensi Perawat yang harus dimiliki untuk


pelayanan ICU Primer adalah:
a. Mengetahui persiapan pemasangan IABP*
b. Melakukan persiapan Continous Renal
Replacement Therapy (CRRT )
c. Melakukan persiapan plasmaploresis
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 73

d. Melakukan extracorporeal Membran


Oxygenation (ECMO)
e. Memahami konsep keperawatan intesif

4. Ratio Perawat dan Pasien Pelayanan ICU Tersier:


a. 1 perawat : 2 atau 3 pasien
b. 1 perawat : 1 atau 2 pasien
c. 1 atau 2 perawat : 1 pasien
d. 1 perawat : 4 pasien
e. 2 perawat : 1 pasien
5. Kriteria proses dalam perencanaan pelayanan
keperawatan ICU adalah
a. Menyusun rencana kebutuhan tenaga
perawat berdasarkan rasio dan kualifikasi
pendidikan yang dipersyaratkan pada
pelayanan keperawatan ICU (pelayanan
keperawatan ICU primer, sekunder dan
tertier)
b. Menyusun rencana kebutuhan sarana,
prasarana dan peralatan kesehatan dan
logistik berdasarkan klafisifikasi/stratifikasi
yang dipersyaratkan di pelayanan kepera-
watan ICU
74 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

c. Menjadi anggota tim teknis dalam pengadaan


sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan
logistik di ICU
d. Melaksanakan pemantauan terhadap
pemakaian, pemeliharaan sarana, prasarana
dan peralatan kesehatan serta uji fungsi
(kalibrasi) secara teratur dan berkala
e. Melaksanakan tugas sesuai dengan uraian
tugas, tanggung jawab dan kewenangan
perawat di setiap klasifikasi/stratifiikasi
ICU.
6. Kriteria hasil pelayanan keperawatan pelayanan
keperawatan ICU adalah :
a. Setiap perawat yang memberikan pelayanan
keperawatan di ICU mempunyai uraian
tugas, tanggung jawab dan kewenangan
tertulis.
b. Terlaksananya koordinasi dengan anggota
tim kesehatan lain di setiap klasifikasi/
stratifiikasi ICU
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 75

c. Terlaksananya koordinasi dengan tim


keperawatan di setiap klasifikasi/stratifiikasi
ICU
d. Ada dokumen/catatan asuhan keperawatan
tiap pasien yang mencerminkan penerapan
SAK dan SOP serta patient safety.
e. Tersedianya sarana, prasarana, peralatan
kesehatan dan logistik siap pakai sesuai
kebutuhan dan klasifikasi ICU.
7. Indikasi pasien masuk ICU prioritas satu
adalah
a. Pasien kritis, tak stabil, perlu terapi suportif
secara intensif (ventilasi mekanik, vasoaktif)
b. Perlu pemantauan intensif dan “kompleks”:
tak stabil, antisipasi terhadap kemungkinan
timbul dekompensasi
c. Penyakit dasarnya berat atau terminal tetapi
pasien keadaan kritis, tak stabil, akut.
d. Pasien dengan keganasan metastase
mendapatkan terapi intensif
e. Pasca Cardiac Aresst, Post Bedah Mayo.
76 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

8. Indikasi pasien masuk ICU  Pengecualian


berdasarkan pertimbangan seperti pada keadaan
luar biasa persetujuan kepala ICU adalag pada
kondisi :
a. Pasien yang mengalami mati batang otak
namun hanya karena kepentingan donor
organ
b. Pasien sudah membaik  tidak perlu
pemantauan lagi
c. Keadaan umum pasien stabil
d. Secara perhitungan terapi pemantauan
intensif tidak memberikan hasil yg berarti
bagi pasien.
e. Pasien atau keluarga menolak (pulang
paksa).

9. Pengkajian segera setelah pasien tiba di ICU


meliputi; observasi ABCDE yaitu : Airway,
Breathing, Circulation, Drugs/Obat-obat (obat
yang saat ini diberikan) termasuk apakah ada
alergi pada obat dan makanan tertentu dan
Equipment/ alat: apakah ada alat terpasang pada
pasien atau alat yang akan dipasang:
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 77

a. Pengkajian sebelum pasien datang (pre


Arrival)
b. Pengkajian segera (Quick Assessment)
c. Pengkajian lengkap (comprehensive asses-
sment)
d. Pengkajian berkelanjutan (on going asses-
sment)
e. Pengkajian tambahan.

2.15. RINGKASAN MATERI


Ilmu perawatan kritis adalah bidang keperawatan
dengan suatu fokus pada penyakit yang kritis atau pasien
yang tidak stabil. Perawat kritis dapat ditemukan bekerja
pada lingkungan yang luas dan khusus, seperti departemen
keadaan darurat dan unit gawat darurat. Keperawatan kritis
adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang
menghadapi secara rinci dengan manusia yang bertanggung
jawab atas masalah yang mengancam jiwa. Perawat kritis
adalah perawat profesional yang resmi yang bertanggung
jawab untuk memastikan pasien dengan sakit kritis dan
keluargakeluarga mereka menerima kepedulian optimal
(American Association of Critical Care Nurses). Pasien
78 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang


cepat yang dapat menyebabkan kematian. Ruangan untuk
mengatasi pasien kritis di rumah sakit terdiri dari: Unit
Gawat Darurat (UGD) dimana pasien diatasi untuk pertama
kali, unit perawatan intensif (ICU) adalah bagian untuk
mengatasi keadaan kritis sedangkan bagian yang lebih
memusatkan perhatian pada penyumbatan dan penyempitan
pembuluh darah koroner yang disebut unit perawatan
intensif koroner Intensive Care Coronary Unit (ICCU).
Baik UGD, ICU, maupun ICCU adalah unit perawatan
pasien kritis dimana perburukan patofisiologi dapat terjadi
secara cepat yang dapat berakhir dengan kematian.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 79

BAB III
PENUTUP

3.1. SOAL BAHAN DISKUSI


Kasus:
Penderitaan klien dengan kanker colon yang sudah
mengalami metastase mengeluh nyeri yang tidak
berkurang dengan dosis morphin yang telah
ditetapkan. Keluarga meminta penambahan dosis
pemberian morphin untuk mengurangi keluhan
nyerinya dan memutuskan untuk tidak memberikan
alat bantu apapun termasuk oksigen, Keluarga
mendukung keinginan klien agar terbebas dari
keluhan nyeri.

3.2. DISKUSI KASUS


Ny. D seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun,
mempunyai 2 orang anak yang ber umur 6 dan 4 tahun,
Ny.D. berpendidikan SMA, dan suami Ny.D bekerja
sebagai Sopir angkutan umum.
80 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

Saat ini Ny.D dirawat di ruang kandungan RS. sejak


2 hari yang lalu. Sesuai hasil pemeriksaan Ny.D positif
menderita kanker Rahim grade III, dan dokter
merencanakan klien harus dioperasi untuk dilakukan
operasi pengangkatan kanker rahim, karena tidak ada
tindakan lain yang dapat dilakukan. Semua pemeriksaan
telah dilakukan untuk persiapan operasi Ny.D. Klien
tampak hanya diam dan tampak cemas dan bingung dengan
rencana operasi yang akan dijalaninnya. Pada saat ingin
meninggalkan ruangan dokter memberitahu perawat kalau
Ny.D atau keluarganya bertanya, sampaikan operasi adalah
jalan terakhir. Dan jangan dijelaskan tentang apapun,tunggu
saya yang akan menjelaskannya. Menjelang hari operasinya
klien berusaha bertanya kepada perawat ruangan yang
merawatnya, yaitu:
“Apakah saya masih bisa punya anak setelah
dioperasi nanti? karena kami masih ingin punya anak.”
“Apakah masih ada pengobatan yang lain selain
operasi” dan “apakah operasi, saya bisa diundur dulu
suster?”
Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan
hanya menjawab secara singkat,
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 81

“Ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus


operasi.”
“Penyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada
jalan lain.”
“Yang jelas ibu tidak akan bisa punya anak lagi…”
“Bila Ibu tidak puas dengan jawaban saya, Ibu
tanyakan langsung dengan dokternya…ya.”
Sehari sebelum operasi klien berunding dengan
suaminya dan memutuskan menolak operasi dengan alasan,
klien dan suami masih ingin punya anak lagi.

3.3. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT


Obyek Garapan: Resume Pembelajaran masing-
masing pertemuan.
Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
 Mahasiswa membuat resume perkuliahan pada
saat fasilitator (dosen) memberi materi kuliah
 15 menit sebelum waktu pembelajaran selesai
mahasiswa diwajibkan 2 pertanyaaan Multiple
Choise.
82 Konsep Dasar Keperawatan Kritis
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 83

DAFTAR PUSTAKA

Alspach, J. G. (2006). AACN Core Curriculum for Critical


Care Nursing, 6th Ed. Bench, S & Brown, K. (2011).
Critical Care Nursing: Learning from Practice.
Iowa:Blackwell Publishing
AACN, Alspach, J. G. (2006). AACN Core Curriculum for
Critical Care Nursing, 6th Ed. Saunders: Elsevier Inc.
Bench, S & Brown, K. (2011). Critical Care Nursing:
Learning from Practice. Iowa: Blackwell Publishing
Burns, S. (2014). AACN Essentials of Critical Care
Nursing, Third Edition (Chulay, AACN Essentials of
Critical Care Nursing). Mc Graw Hill
Comer. S. (2005). Delmar’s Critical Care Nursing Care
Plans. 2nd ed. Clifton Park: Thomson Delmar
Learning
Elliott, D., Aitken, L. & Chaboyer, C. (2012). ACCCN’s
Critical Care Nursing, 2nd ed. Mosby: Elsevier
Australia
HIPERCCI Pusat (2018). Modul Pelatihan Keperawatan
Intensif Dasar. iNMEDIA.

Porte, W. (2008). Critical Care Nursing Handbook.


Sudburry: Jones and Bartlett Publishers
84 Konsep Dasar Keperawatan Kritis

Schumacher, L. & Chernecky, C. C. (2009).Saunders


Nursing Survival Guide: Critical Care & Emergency
Nursing, 2e. Saunders: Elsevier Inc.

Urden, L.D., Stacy, K. M. & Lough, M. E. (2014). Critical


care Nursing: diagnosis and Management. 7th ed.
Mosby: Elsevier Inc.

Ibrahim, K (2012), APLIKASI KEPERAWATAN


HOLISTIK DI AREA KEPERAWATAN KRITIS.
Symposium Himpunan Perawat Critical Care
Indonesia (HIPERCCI) Ke-X.Bandung
http://ppnikabupatenbanjar.wordpress.com/2011/03/30/kod
e-etik-dalam-keperawatan-indonesia_
https://www.scribd.com/doc/312108814/03-Aspek-legal-
dan-etik-keperawatan-Kritis-pdf

Anda mungkin juga menyukai