KONSEP DASAR
KEPERAWATAN KRITIS
Diterbitkan oleh:
CV MAZAYA
(Anggota Ikapi)
Perum. Taman Yudha Mas Blok E1 Kandang Lamo Sarilamak
Kec. Harau Kab . Lima Puluh Kota 26271 Sumatera Barat
Email: mazayapenerbit@gmail.com
ISBN: 978-623-6438-06-0
DAFTAR ISI
SEKAPUR SIRIH
P
uji dan syukur kita sampaikan ke hadirat
Allah Swt. semoga kita dalam menjalankan
amanah masing-masing senantiasa mendapat
rahmat dan ridha-Nya. Shalawat dan salam kita curahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.
Universitas Mohammad Nastir Yarsi Sumbar
memiliki Program Studi D.III Keperawatan, Program
Studi D.III Kebidanan, Program Studi S.1 Keperawatan dan
Program Sudi Ners. Dalam memenuhi kebutuhan
pembelajaran, Universitas Mohammad Nastir Yarsi Sumbar
telah menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang
terdiri dari pengajaran/pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.
Sebagai bagian dari pendidikan tinggi, dosen
memiliki andil dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan
tinggi untuk menghasilkan pengajaran yang berkualitas.
Bahan bacaan yang lengkap merupakan penunjang dalam
proses pembelajaran. Salah satu jenis bahan bacaan adalah
buku ajar. Buku ajar adalah buku pegangan yang berisi
vi Konsep Dasar Keperawatan Kritis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
MATERI PEMBELAJARAN
K eperawatan
keperawatan
kritis
yang
merupakan
memerlukan
bidang
perawatan
berkualitas tinggi dan komprehensif (Laura Ed all. 1997).
Perawat kritis adalah perawat profesional yang resmi yang
bertanggung jawab untuk memastikan pasien dengan sakit
kritis dan keluarga pasien mendapatkan kepedulian optimal
(AACN, 2006). Dalam keperawatan kritis waktu adalah
vital. Sedangkan Istilah kritis memiliki arti yang luas
penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap
suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penye-
lesaian/jalan keluar.
American Association of Critical-Care Nurses
(AACN) mendefinisikan Keperawatan kritis adalah
keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang dihadapkan
secara rinci dengan manusia (pasien) dan bertanggung
jawab atas masalah yang mengancam jiwa. Perawat kritis
adalah perawat profesional yang resmi yang bertanggung
4 Konsep Dasar Keperawatan Kritis
1. Pasien prioritas 1
Pasien yang termasuk dalam prioritas ini adalah
pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan
terapi intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan/
bantuan ventilasi, alat penunjang fungsi
organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif/
inotropic, obat anti aritmia, serta pengobatan lain-
lainnya secara kontinyu dan tertitrasi.
2. Pasien prioritas 2
Kriteria pasien ini memerlukan pelayanan
peralatan canggih di ICU, sebab sangat berisiko
bila tidak mendapatkan terapi intensif segera,
misalnya pemantauan intensif menggunakan
pulmonary arterial catheter. Pasien yang
tergolong dalam prioritas 2 adalah pasien yang
menderita penyakit dasar jantung – paru, gagal
ginjal akut dan berat, dan pasien yang telah
mengalami pembedahan mayor.
10 Konsep Dasar Keperawatan Kritis
3. Pasien prioritas 3
Pasien yang termasuk kriteria ini adalah
pasien kritis yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, yang disebabkan oleh penyakit yang
mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara
sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh
dan atau manfaat terapi di ICU pada kriteria ini
sangat kecil.
Alur pelayanan ICU di RS (Kemenkes RI,
2011) Pasien yang memerlukan pelayanan ICU
berasal dari:
1) Pasien dari Instalasi Gawat Darurat (IGD)
2) Pasien dari High Care Unit (HCU)
3) Pasien dari kamar operasi atau kamar
tindakan lain seperti kamar bersalin, ruang
endoskopi, ruang dialysis, dan sebagainya.
4) Pasien dari bangsal (Ruang Rawat Inap)
UMUM :
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di ruang
perawatan ICU sesuai dengan standard.
KHUSUS :
1. Adanya Perencanaan Pelayanan Keperawatan
ICU
2. Adanya Pengorganisasian Pelayanan
Keperawatan ICU
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 13
2.8. SASARAN
1. Pengelola pelayanan kesehatan di Dinas
Kesehatan Prov, Kab/Kota
2. Pengelola pelayanan keperawatan di Rumah
Sakit
3. Tenaga keperawatan yang bertugas di instalasi
perawatan ICU
4. Pengambil keputusan tingkat pusat dan daerah
5. Organisasi profesi
6. Institusi pendidikan keperawatan dan institusi
pendidikan kesehatan lainnya
14 Konsep Dasar Keperawatan Kritis
Rasional:
Perencanaan tenaga perawat yang sesuai
kualifikasi dapat mendukung terwujudnya
pelayanan keperawatan yang brekualitas, efektif
dan efisien.
Kriteria Struktur :
1. Ada kebijakan pimpinan RS yang mengatur
kualifikasi perawat yang bertugas di ICU
a) Perawat Pelaksana :
- Minimal D3 Keperawatan, memiliki
sertifikat ICU pengalaman klinik
diruang perawatan minimal 2
tahun di lingkup keperawatan.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 15
Kompetensi Klinis
Kompetensi yang harus dimiliki Ketua
Tim ICU Primer sama dengan kompe-
tensi pelaksana ICU Primer ditambah
dengan kemampuan leadership.
sedangkan untuk ICU Sekunder dan
Tertier Kompetensi yang harus dimiliki
sama dengan kompetensi pelaksana ICU
sekunder dan Tertier ditambah dengan
kemampuan leadership.
c) Perawat Kepala Ruangan ICU Primer,
Sekunder dan Tertier:
- Minimal S1 Keperawatan, dengan
pengalaman sebagai ketua Tim ICU
minimal 3 tahun dan memiliki
sertifikat manajemen keperawatan
- S2 Keperawatan kritis dengan
pengalaman sebagai ketua Tim ICU
2 tahun
- Kompetensi yang harus dimiliki
adalah kompetensi yang dimiliki
20 Konsep Dasar Keperawatan Kritis
Kriteria Proses:
1. Menyusun rencana kebutuhan tenaga
perawat berdasarkan rasio dan kualifikasi
pendidikan yang dipersyaratkan pada
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 21
Rasional :
Kesesuaian sarana, prasarana dan peralatan kesehatan
dan logistik, menjamin pelayanan keperawatan ICU
yang berkualitas, efektif dan efisien.
Kriteria Struktur:
1. Adanya kebijakan pimpinan yang mengatur
sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan
logistik dalam pelayanan ICU
2. Adanya standar sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan dan logistik sesuai dengan level
klasifikasi ICU
3. Adanya mekanisme/alur permintaan penggunaan
dan pemeliharaan peralatan dan logistik
4. Adanya perencanaan sarana prasarana dan
peralatan yang melibatkan tenaga perawat.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 23
Kriteria Proses:
1. Menyusun rencana kebutuhan sarana, prasarana
dan peralatan kesehatan dan logistik berdasarkan
klafisifikasi/stratifikasi yang dipersyaratkan di
pelayanan keperawatan ICU
2. Menjadi anggota tim teknis dalam pengadaan
sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan
logistik di ICU
3. Melaksanakan pemantauan terhadap pemakaian,
pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan serta uji fungsi (kalibrasi) secara
teratur dan berkala.
24 Konsep Dasar Keperawatan Kritis
Kriteria Hasil:
1. Tersedianya sarana, prasarana, peralatan
kesehatan dan logistik siap pakai sesuai
kebutuhan dan klasifikasi ICU.
2. Adanya dokumen inventaris sarana, prasarana,
peralatan kesehatan dan logistik
3. Adanya dokumen frekuensi pemakaian dan hasil
kalibrasi peralatan kesehatan secara periodik/
berkala
STANDAR I: PENGORGANISASIAN
PELAYANAN KEPERAWATAN ICU
Pernyataan :
Pengorganisasian pelayanan keperawatan ICU untuk
mendukung tercapainya mutu pelayanan kepera-
watan ICU yang berkualitas.
Rasional :
Pengorganisasian pelayanan yang baik di ICU
menjamin kesinambungan pelayanan yang ber-
kualitas, efektif dan efisien.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 25
Kriteria Struktur :
1. Adanya kebijakan pimpinan RS tentang
pelayanan keperawatan ICU
2. Adanya struktur organisasi dan tata hubungan
kerja di setiap klasifikasi/stratifiikasi ICU
3. Adanya pedoman penetapan uraian tugas,
tanggung jawab serta kewenangan Kepala
ruangan, wakil kepala ruangan, Clinical
instruktur, Ketua TIM dan perawat pelaksana di
setiap klasifikasi/stratifiikasi ICU
Kriteria Proses:
1. Melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas,
tanggung jawab dan kewenangan perawat di di
setiap klasifikasi/stratifiikasi ICU.
2. Melakukan koordinasi dengan anggota tim
kesehatan lain di setiap klasifikasi/stratifiikasi
3. Melakukan koordinasi dengan tim keperawatan
di setiap klasifikasi/stratifiikasi ICU.
26 Konsep Dasar Keperawatan Kritis
Kriteria Hasil :
1. Setiap perawat yang memberikan pelayanan
keperawatan di ICU mempunyai uraian tugas,
tanggung jawab dan kewenangan tertulis.
2. Terlaksananya koordinasi dengan anggota tim
kesehatan lain di setiap klasifikasi/stratifiikasi
ICU
3. Terlaksananya koordinasi dengan tim
keperawatan di setiap klasifikasi/stratifikasi ICU
Rasional:
Pelayanan keperawatan secara komprehensif oleh
tenaga yang kompeten akan menjamin terlaksananya
pelayanan yang berkualitas.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 27
Kriteria struktur :
1. Ada kebijakan pimpinan RS tentang pelayanan
keperawatan dan patient safety di ICU.
2. Ada Standar Prosedur Operasional klinis dan
SPO majerial dengan memperhatikan patient
safety dan gender
3. Ada metode penugasan perawat yang diterapkan
di ICU (minimal tim)
4. Ada standar asuhan keperawatan dengan
memperhatikan patient safety dan gender.
Kriteria Proses:
1. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai
dengan kondisi kritis pasien.
2. Mememberikan asuhan keperawatan pada pasien
mengacu pada SAK, SPO klinis dan SPO
manajerial dengan berpedoman pada etik dan
legal profesi.
3. Melaksanakan metode penugasan tim.
28 Konsep Dasar Keperawatan Kritis
Kriteria Hasil :
1. Ada dokumen/catatan asuhan keperawatan tiap
pasien yang mencerminkan penerapan SAK dan
SOP serta patient safety.
2. Kepuasan pasien dan keluarga meningkat
3. angka kematian dan kecacatan menurun.
Rasional:
Pengkajian yang sistematis, menyeluruh,
akurat, dan berkesinambungan memudahkan
perawat merumuskan masalah pasien dengan
tepat dan merencanakan tindakan keperawatan
secara komprehensif.
Kriteria struktur :
1. Ada format pengkajian yang baku untuk
pengkajian pasien ICU meliputi peng-
kajian sebelum pasien datang, segera
setelah pasien datang, pengkajian lengkap
dan pengkajian berkelanjutan.
2. Ada petunjuk teknis pengisian pengkajian
pasien ICU .
3. Ada alat dan sarana untuk melakukan
pengkajian di ICU
Kriteria Proses :
1. Melakukan pengumpulan data sebelum
pasien datang, segera setelah pasien
datang, pengkajian lengkap dan peng-
kajian berkelanjutan melalui metode
30 Konsep Dasar Keperawatan Kritis
Kriteria hasil :
1. Adanya dokumen pengkajian kepera-
watan pasien ICU
2. Adanya rumusan masalah/diagnosa
keperawatan pasien ICU
Rasional:
Diagnosa keperawatan yang dirumuskan
merupakan dasar penyusunan rencana kepera-
watan dalam mencapai peningkatan, pen-
cegahan, penyembuhan dan pemulihan
kesehatan pasien ICU
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 33
Kriteria struktur:
1. Adanya daftar masalah keperawatan
pasien
2. Adanya daftar diagnosa keperawatan.
Kriteria proses:
1. Menetapkan masalah keperawatan yang
prioritas (mengancam kehidupan),
Seperti:
Bersihan jalan yang tidak efektif,
Pola nafas tidak efektif,
Ketidakmampuan untuk bernafas
spontan,
Gangguan pertukaran gas,
Penurunan curah jantung,
Gangguan perfusi jaringan,
Defisit/ kelebihan volume cairan.
Gangguan Irama Jantung
2. Menetapkan diagnosa keperawatan yang
prioritas di ICU, seperti :
34 Konsep Dasar Keperawatan Kritis
Kriteria hasil :
1. Diperoleh serangkaian masalah kepera-
watan prioritas di ICU
2. Diagnosa keperawatan berdasarkan rumus-
an PES/PE.
3. Diagnosa keperawatan dan masalah kepe-
rawatan didokumentasikan pada catatan
keperawatan.
IV.3. Perencanaan
Pernyataan :
Serangkaian langkah-langkah yang bertujuan
untuk menyelesaikan masalah kesehatan serta
meningkatkan kesehatan secara terstruktur dan
terorganisir dengan melibatkan klien,
keluarga dan tenaga kesehatan lain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Rasional :
Rencana tindakan keperawatan digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan tindakan
keperawatan yang sistematis, efektif dan
efisien.
36 Konsep Dasar Keperawatan Kritis
Kriteria struktur :
1. Adanya rumusan tujuan dan kriteria hasil
2. Adanya rumusan rencana tindakan
keperawatan.
Kriteria proses :
1. Merumuskan tujuan dan kriteria hasil
yang Specific, Measureable, Achievable,
Reliable dan Time (SMART)
2. Menetapkan rencana tindakan
keperawatan berdasarkan prioritas
kebutuhan pasien ICU
3. Mendokumentasikan rencana tindakan
keperawatan.
Kriteria hasil :
1. Tersusunnya rencana tindakan
keperawatan ICU
2. Rencana tindakan keperawatan
didokumentasikan
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 37
Rasional :
Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan
upaya mempercepat kesembuhan, mencegah
komplikasi serta mempertahankan status
kesehatan pasien.
Kriteria Struktur:
1. Ada rencana tindakan keperawatan ber-
dasarkan prioritas kebutuhan pasien.
2. Ada standar asuhan keperawatan ICU
yang memperhatikan gender dan patient
safety.
3. Ada Standar Prosedur Operasional yang
memperhatikan gender dan patient safety
4. Tersedia format tindakan keperawatan.
38 Konsep Dasar Keperawatan Kritis
Kriteria Proses :
1. Melakukan tindakan keperawatan me-
ngacu pada rencana tindakan kepera-
watan.
2. Monitoring respons pasien terhadap
tindakan keperawatan
3. Melakukan modifikasi tindakan ber-
dasarkan respons pasien
4. Mengutamakan prinsip keselamatan
pasien (patient safety)
5. Melakukan tindakan keperawatan dengan
memperhatikan gender
6. Menerapkan prinsip standar baku (standar
precaution).
7. Mendokumentasikan tindakan kepera-
watan.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 39
Kriteria Hasil
1. Adanya dokumen tentang tindakan
keperawatan serta respons pasien.
2. Ada dokumen tentang pendelegasian
tindakan medis (standing order).
IV.5. Evaluasi
Pernyataan :
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan meliputi evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Evaluasi proses atau formatif
adalah evaluasi yang dilakukan segera setelah
selesai melakukan tindakan keperawatan.
Sedangkan evaluasi hasil atau sumatif evaluasi
yang dilakukan dengan mengacu pada tujuan
dan kriteria hasil
Rasional :
Hasil evaluasi menggambarkan tingkat
keberhasilan tindakan keperawatan di ICU.
40 Konsep Dasar Keperawatan Kritis
Kriteria Struktur :
1. Ada tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan
2. Ada formulir catatan perkembangan
pasien
Kriteria Proses:
1. Melakukan evaluasi terhadap respon
pasien pada setiap tindakan yang
diberikan (evaluasi proses).
2. Melakukan evaluasi dengan cara mem-
bandingkan hasil tindakan dengan tujuan
dan kriteria hasil yang ditetapkan
(evaluasi hasil) :
3. Melakukan revisi terhadap asuhan
keperawatan yang telah diberikan, jika
tidak ada perbaikan pada pasien.
4. Mendokumentasikan hasil evaluasi proses
dan evaluasi hasil.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 41
Kriteria Hasil :
1. Adanya dokumentasi evaluasi respons
2. Adanya dokumen catatan perkembangan
dalam bentuk evaluasi data subyektif,
obyektif Analisa dan Planing (SOAP).
3. Adanya dokumentasi revisi Asuhan
keperawatan
Rasional:
Pembinaan pelayanan keperawatan ICU dapat
meningkatkan profesionalisme perawat sehingga
menjamin tercapainya pelayanan keperawatan yang
berkualitas.
42 Konsep Dasar Keperawatan Kritis
Kriteria Struktur :
1. Adanya kebijakan pimpinan tentang sistem
pembinaan pelayanan keperawatan
2. Adanya sistem bimbingan teknis pelayanan
keperawatan
3. Adanya mekanisme pembinaan pelayanan
keperawatan
4. Adanya program peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan
5. Adanya sistem penghargaan dan sanksi (reward
& punishment)
Kriteria Proses:
1. Melaksanakan program bimbingan teknis pelaya-
nan keperawatan.
2. Melaksanakan program peningkatan kemampuan
teknis secara berkelanjutan.
3. Melaksanakan bimbingan teknis sesuai rencana
4. Memberikan penghargaan dan sanksi (reward &
punishment) sesuai ketentuan.
5. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi kinerja
secara periodik sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 43
Kriteria hasil:
1. Adanya peningkatan kinerja yang dibuktikan
dengan dokumen kinerja perawat
2. Adanya dokumen laporan penyelesaian masalah.
3. Adanya dokumen bimbingan teknis pelayanan
keperawatan
Rasional
Pengendalian mutu pelayanan keperawatan menjamin
keselamatan pasien, menurunkan angka kematian,
kecacatan, pencegahan infeksi serta meningkatkan
kepuasan keluarga dan pasien.
44 Konsep Dasar Keperawatan Kritis
Kriteria Struktur
1. Adanya kebijakan pimpinan tentang program
pengendalian mutu pelayanan keperawatan ICU
(Evaluasi Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan, supervisi keperawatan secara
berkala)
2. Adanya kebijakan pimpinan tentang program
keselamatan pasien (Patient safety) dan
keselamatan petugas kesehatan.
3. Adanya kebijakan tentang skor sistem prognosis
pasien (lampiran contoh skoring sistem:
APACHE II, SAPS II), SOFA
4. Adanya indikator kinerja klinis pelayanan
keperawatan ICU
- kejadian terekstubasi, kejadian hipoglikemi
- Kesalahan pemberian obat
- Kejadian nyeri pada pasien
- Kepuasan pelanggan
- Kejadian pasien terjatuh dari tempat tidur,
plebitis, decubitus
- Angka Infeksi nasokomial seperti: VAP, ISK
dll
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 45
Kriteria Proses :
1. Melaksanakan pemantauan mutu dengan meng-
gunakan instrumen yang terstandar
2. Melaksanakan upaya keselamatan pasien dan
petugas kesehatan:
- menerapkan standar precaution
- Mencegah kejadian terekstubasi, dan kejadian
hipoglikemi,
- menghindari pasien terjatuh dari tempat tidur
- mencegah terjadinya plebitis, dekubitus
- meningkatkan keamanan penggunaan obat
- melaksanakan komunikasi yang efektif
- melaksanakan skor sistem prognosis pasien
- mencegah terjadinya tertusuk benda tajam
(sharp injury)
3. Mendokumentasikan upaya keselamatan pasien
dan pengendalian mutu
46 Konsep Dasar Keperawatan Kritis
Kriteria Hasil:
1. Penurunan angka infeksi nasokomial : VAP, ISK
2. Penurunan angka kejadian pasien yang kembali ke
perawatan intensif dengan kasus yang sama <72
jam
3. Tidak ada kejadian terekstubasi
4. Tidak ada kejadian pasien jatuh
5. Tidak ada kejadian kecelakaan kerja pada petugas
kesehatan (tertusuk benda tajam, tertular infeksi
6. Evaluasi nilai skor sistem prognosis seperti
APACHE II, SAPS II , SOFA
7. Dokumen evaluasi program pengendalian mutu
pelayanan keperawatan dan tindak lanjutnya.
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 47
- Berjiwa humor
- Memiliki waktu untuk pasien
- Terorganisir
- Memiliki ingatan yang baik
- Rapih penampilan fisik
- Baik dalam bertutur/menggunakan bahasa
- Pendengar yang baik
- Menyenangkan/memberikan kenyamanan
- Kontak emosional.
Di samping atribut skill interpersonal, ada atribut
berpikir kritis yang menurut pasien penting dimiliki oleh
seorang perawat kritis, di antaranya:
- Mampu membuat keputusan klinis yang akurat
- Dapat mengkaji situasi dan mengambil tindakan
yang tepat
- Menggunakan akal sehat (logika)
- Memberikan jawaban dan informasi yang jelas
- Menawarkan saran dan arahan
- Memberikan penjelasan tentang prosedur
tindakan, kondisi klinis, dan pengobatan.
g. Confidenciality (kerahasiahan)
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan
perawat terhadap semua informasi tentang
pasien/klien yang dirawatnya. Pasien/klien harus
dapat menerima bahwa informasi yang diberikan
kepada tenaga profesional kesehatan akan
dihargai dan tidak disampaikan/diberbagikan
kepada pihak lain secara tidak tepat. Perlu
dipahami bahwa berbagi informasi tentang
pasien/klien dengan anggota kesehatan lain yang
ikut merawat pasien tersebut bukan merupakan
pembeberan rahasia selama informasi tersebut
relevan dengan kasus yang ditangani.
h. Accountability (akuntabilitas)
Dalam menerapkan prinsip etik, apakah kepu-
tusan ini mencegah konsekuensi bahaya, apakah
tindakan ini bermanfaat, apakah keputusan ini
adil, karena dalam pelayanan kesehatan petugas
dalam hal ini dokter dan perawat tidak boleh
membeda-bedakan pasien dari status sosialnya,
tetapi melihat dari penting atau tidaknya
pemberian tindakan tersebut pada pasien. Hak-
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 59
4. Informed Consent
Definisi: informed consent adalah pernyataan sepihak
dari orang yang berhak (pasien, keluarga atau walinya)
yang isinya berup izin atau persetujuan kepada dokter untuk
melakukan tindakan medis sesudah orang yang berhak
tersebut diberi informasi secukupnya.
Informed consent adalah suatu proses komunikasi
yang efektif antara dokter dan pasien dan bertemunya
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 61
pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan
dilakukan terhadap pasien. Bila dilihat dari aspek hukum
bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan
lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan yang
ditawarkan pihak lain.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 290/MENKES /PER / IX /2008 tentang Persetujuan
Tindakan Medis. Informed consent perlu diberikan karena
tidak semua kejadian dalam pengobatan berlangsung seperti
yang diharapakan, tidak ada kepastian dan jaminan yang
pasti dalam dunia kedokteran karena setiap kasus bagaikan
teori permutasi kombinasi, latar belakang setiap orang tidak
sama, riwayat kesehatan berbeda, derajat pengobatan yang
diberikan juga tidak sama serta reaksi tubuh terhadap
respon pengobatan juga bebeda
2. Information Elements
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure
(pengungkapan) dan understanding (pemahaman). Dalam
hal ini, seberapa ”baik” informasi harus diberikan kepada
pasien,dapat dilihat dari 3 standar yaitu:
b. Standar Subyektif
Bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-
nilai yang dianut oleh pasien secara pribadi, sehingga
informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien
tersebut dalam membuat keputusan. Kesulitannya
adalah mustahil (dalam hal waktu/kesempatan) bagi
profesional medis memahami nilai-nilai yang secara
individual dianut oleh pasien.
3. Consent Elements
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu,
voluntariness (kesukarelaan, kebebasan) dan authorization
(persetujuan). Kesukarelaan mengharuskan tidak ada
tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan. Pasien juga harus
bebas dari ”tekanan” yang dilakukan tenaga medis yang
bersikap seolah-olah akan ”dibiarkan” apabila tidak
menyetujui tawarannya.
5. Dilema Etik
a. Pulang Paksa
Pulang paksa adalah istilah yang digunakan apabila
pasien tidak mau lagi melanjutkan /menjalani rawat inap
lebih lama dan minta dipulangkan, tetapi secara medis
belum cukup stabil untuk menjalani perawatan di rumah.
Penyebab pulang paksa antara lain:
1. Pasien tidak mengerti mengapa walaupun dirinya
sudah menjalani perawatan tetapi belum juga
sembuh atau merasa belum ada perbaikan
sehingga merasa tidak menjalani perawatan pun
tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini ada
beberapa faktor yang memengaruhi antara lain:
penjelasan dokter yang tidak jelas sehingga tidak
dipahami pasien, tingkat pendidikan, budaya
(sebagian masih menganggap pengobatan
alternatif lebih baik)
2. Pasien tidak merasa nyaman dirawat yang dapat
dipengaruhi oleh suasana, keadaan ruangan,
makanan, teman satu ruangan (pasien lain).
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 67
c. Euthanasia
Kematian pada umumnya disepakati sebagai
berhentinya kehidupan, meninggal dunia adalah keadaan
insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang
bahwa fungsi otak, pernafasan dan atau denyut jantung
seseorang telah berhenti. Kematian sebenarnya bukanlah
suatu titik waktu, melainkan merupakan suatu tahapan
waktu, dimulai dari kematian klinis, kemudian kematian
otak, kematian biologis dan akhirnya kematian seluler.
Pada kematian klinis ditemukan berhentinya fungsi
kardiovaskuler dan pernafasan, yang kemudian akan diikuti
oleh kematian otak, kecuali apabila dilakukan resusitasi dan
berhasil. Otak tidak dapat hidup lagi dalam waktu 6 sampai
10 menit tanpa oksigen. Kematian otak juga bertahap,
biasanya dimulai pada korteks serebri, kemudian disusul
oleh serebelum (otak kecil) dan diakhiri dengan kematian
batang otak. Apabila terjadi kematian korteks serebri tanpa
kematian pusat sirkulasi dan pernafasan, maka terjadilah
keadaan ketidaksadaran yang permanen, tetapi
kardiovaskuler dan pernafasan masih tetap berfungsi
(persistent vegetative state).
Konsep Dasar Keperawatan Kritis 69
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA