Disusun oleh :
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan tuntunan-Nya kepada kami
semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Kritis Esensial” ini dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kendala dan masalah yang
dihadapi. Meskipun banyak permasalahan dan kendala yang kami alami dalam pembuatan
makalah ini, tapi kami dapat menyelesaikannya dengan baik. Kami juga menyadari bahwa
makalah ini tak lepas dari kesalahan dan kekurangan dikarenakan kemampuan kami yang
terbatas. Oleh karena itu, diharapkan kepada pembaca untuk memberikan tanggapan, saran,
maupun kritik yang membangun demi perbaikan makalah ini. Kiranya makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
Tim Penyusun
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri,
dengan staf khusus dan perlengkapan khusus yang ditujukan untuk pasien-pasien yang
menderita penyakit dan cidera yang mengancam nyawa. Ruang ICU sebagai tempat
bagi pasien sakit kritis yang memerlukan intervensi segera, pengawasan konstan dan
pengelolaan fungsi sistem organ secara terkoordinasi. Pasien ICU memiliki kebutuhan
utama yaitu tindakan resusitasi meliputi dukungan hidup untuk fungsi-fungsi vital
seperti airway (fungsi jalan napas), breathing (fungsi pernapasan), circulation (fungsi
sirkulasi) dan brain (fungsi otak). Selain itu juga dilakukan pemantauan fungsi organ,
kebersihan, dan keamanan pasien, diantaranya personal hygiene pasien, perawatan
mata, oral hygiene, pengaturan posisi dan mobilisasi, manajemen eliminasi,
perawatan kateter, pengendalian infeksi di ICU, dan transportasi pasien kritis. Hal
tersebut merupakan kebutuhan manusia yang esensial dan berperan penting untuk
kelangsungan hidup manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perawatan kritis esensial ?
2. Bagaimana macam-macam perawatan kritis esensial ?
3. Bagaimana penatalaksanaan perawatan kritis esensial ?
4. Bagaimana review jurnal terkait perawatan kritis esensial ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian perawatan kritis esensial
2. Mengetahui macam-macam perawatan kritis esensial
3. Mengetahui penatalaksanaan perawatan kritis esensial
4. Mengetahui review jurnal terkait perawatan kritis esensial
BAB II
PEMBAHASAN
3. Oral Hygiene
Oral hygiene merupakan salah satu tindakan yang diperlukan untuk menjaga
agar mulut terhindar dari infeksi, membersihkan dan menyegarkan mulut
(Clark,2003). Penderita yang mengalami penurunan kesadaran dan gangguan
neuromuskuler (Doengoes, 2000) oral hygiene merupakan tindakan yang mutlak
dilakukan oleh perawat (Wolf, 2002).
Perawatan mulut merupakan suatu tindakan yang harus sering dilakukan pada
pasien yang terpasang ventilasi mekanis maka dari itu pengetahuan dan sikap
perawat sangat berpengaruh dalam hal ini. Perawatan mulut tidak hanya untuk
meningkatkan kenyamanan dan mengurangi rasa haus, tetapi juga memelihara
integritas mukosa orofaring (Morton dkk, 2011).
Kebersihan mulut yang tidak memadai di unit perawatan intensif (ICU) pada
pasien kritis dengan ventilator mekanik juga telah diakui sebagai isu penting. Hal
ini merupakan faktor risiko penting untuk berbagai komplikasi dari pemakaian
ventilator mekanik terutama komplikasi berupa pneumonia terkait ventilator
(VAP) akibat oral hygiene yang kurang, dan kondisi ini dapat memperburuk
keadaan kesehatan pasien ICU yang sudah vital terancam oleh penyakit utama
mereka (Matej Par et al, 2014; Wulandari, 2015).
a. Penatalaksanaan Oral Hygiene
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan oral hygiene tersebut perlu diberlakukan
prosedur tetap pelaksanaan oral hygiene, menciptakan lingkungan yang
kondusif terhadap pelaksanaan oral hygiene, penyegaran tentang oral hygiene
dan penyajian kasus secara rutin untuk mengetahui berbagai kekurangan
dalam pemberian asuhan keperawatan.
5. Manajemen Eliminasi
Eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran, penyisihan
(Menurut KBBI). Dalam bidang Kesehatan, eliminasi adalah proses pembuangan
sisa metabolism tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Terdapat 2 jenis
eliminasi pada manusia, yaitu eliminasi alvi/fekal yang berasal dari proses
pembuangan atau pengeluaran metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran
pencernaan melalui anus, dan eliminasi urin yang berasal dari proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh
dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh, zat tersebut larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
a. Jenis Gangguan Eliminasi
1) Konstipasi
Konstipasi dapat disebabkan oleh penurunan motilitas gastrointestinal,
hipoksemia, hipotensi, dan penggunaan ventilasi mekanik (Fatimah dan
Prawesti, 2016). Pasien kritis biasanya akan mengalami tingkat stress yang
tinggi dikarenakan adanya alat dihidung dan mulut, tidak dapat tidur dan
tubuh penuh dengan jarum.
2) Diare
Diare dapat disebabkan karena malabsorpsi atau inflamasi, peningkatan
metabolism serta karena stress psikologis. Faktor psikologis dapat
merangsang kelenjar adrenalin di bawah pengendalian system pernafasan
simpatis untuk merangsang pengeluaran hormone yang kerjanya mengatur
metabolism tubuh. Sehingga bila terjadi stress maka metabolism akan
terjadi peningkatan, dalam bentuk peningkatan motilitas usus (Cornock,
Hidayat; Kozier et al; dalam Artha dkk, 2018).
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Eliminasi pada Pasien Kritis
1) Pemberian Nutrisi
Pemberian nutrisi enteral atau diet cair bebas dapat menyebabkan gerakan
usus yang longgar, dengan formula bubuk yang dicampur dengan air. Hal
ini mempengaruhi eliminasi fekal karena kurang serat atau dalam arti kata
makanan cair. Adanya bahan-bahan hipertonik atau pekat juga dapat
menyebabkan diare, kemudian adanya bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasait (biardia
lambia, cryptosporidium). (Zimmaro et al. 1989 dalam Ferrie, 2014)
2) Keseimbangan cairan
Menurut teori asupan cairan yang cukup bisa mengencerkan isi usus dan
memudahkannya bergerak melalui kolon. Jika intake cairan tidak adekuat
atau pengeluaran yang berlebihan (urin/muntah) tubuh akan kekurangan
cairan, sehingga tubuh akan menyerap cairan dari chyme sehingga feses
menjadi keras, kering, dan feses sulit melewati pencernaan, yang
menyebabkan konstipasi. (Kasiati & Rosmalawati. 2016 dalam Artha,
2018)
3) Tingkat aktivitas
Dengan keadaan berbaring terus menerus akan menurunkan peristaltik
usus, sehingga terjadi peningkatan air, yang menyebabkan konstipasi
(Sharma et al. 2007 dalam Artha, 2018). Melemahnya otot dasar panggul,
merusak kemampuan tekanan abdomen dan mengontrol sfingter eksterna,
sedangkan tonus otot melemah atau hilang akibat penyakit yang lama atau
penyakit neurologis yang merusak transmisi saraf yang menyebabkan
gangguan eliminasi (Kasiati & Rosmalawati. 2016 dalam Artha, 2018).
4) Pemberian obat
Jenis obat dari analgetic, antikejang, antidepresan, sedatif dan pencahar
dapat membuat konstipasi (Sharma et al. 2007 dalam Artha, 2018).
Sedangkan risiko diare akan meningkat dengan adanya antibiotic atau obat
antijamur pada pasien yang menerima nutrisi enteral. Pada kondisi tertentu
antibiotic yang dikonsumsi turut membunuh bakteri baik di dalam usus,
padahal bakteri ini bertugas membunuh mikroba yang tidak diinginkan.
Selain itu antibiotic dapat mengganggu proses metabolism sehingga
penyerapan asam lemak rantai pendek menjadi berkurang dan memicu
diare (Thibault et al. 2013 dalam Artha, 2018).
5) Faktor hari rawat
Semakin lama hari perawatan pasien di ICU akan mempengaruhi eliminasi
fekal pasien. Berdasarkan objek pengamatan pasien di rumah sakit Brazil
didapatkan ada pengaruh lama hari perawatan dengan kejadian diare.
Kejadian ini disebabkan karena kebanyakan setiap pasien di ICU memiliki
teman seruangan yang mengalami diare dan juga ditemukan Pseudomonas
aeruginosadan Clostridium difficile pada feses.
Namun berbeda pada pasien yang mayoritas menggunakan ventilator
mekanik akan mengakibatkan peningkatan intrathoraks. Peningkatan
tekanan intrathoraks mengakibatkan penurunan venus return yang pada
akhirnya mengakibatkan penurunan curah jantung. jantung. Kondisi curah
jantung yangmenurun mengakibatkan tubuh melakukanmekanisme
kompensasi dengan menurunkanaliran darah ke sistem gastrointestinal.
Kondisi hipoperfusi ini dinamakan hipoperfusi splanchnic, hipoperfusi ini
mengakibatkan iskemia mukosa gastrointestinal, penurunan sekresi
bikarbonat dan penurunan motilitas gastrointestinal sehingga
menyebabkan konstipasi.
6. Perawatan Kateter
7. Pengendalian Infeksi Di ICU
Pengendalian infeksi adalah melindungi pasien dari penularan penyakit dan
dari kondisi yang disebabkan penularan mikroorganisme. Penularan dapat terjadi
melalui cara kontak langsung dengan contohnya melalui mulut dan darah atau
melalui objek yang tercemar mikroorganisme pathogen, yang umumnya terjadi
karena instrument yang digunakan tidak streril. (Anonim,2012)
Pengendalian Infeksi dalam kesehatan yaitu untuk mengurangi kemungkinan
infeksi, sehingga lingkungan yang aman bagi pasien dan dokter atau perawat pada
saat bekerja penerapan pelindung dariri dan keseterilan alat dan kebersihan
lingkunagn agar tidak terjadi penularan pengendalian infeksi langsung dan tidak
langsung. (Darmandi,2018).
8. Transportasi Pasien Kritis
Intrahospital Transportation (ITH) diartikan sebagai proses perpindahan
pasien dari satu tempat ke tempat lainnya, merupakan tugas yang sering
dilakukan oleh perawat. Tetapi memindahkan atau mengangkut pasien dalam
kondisi kritis merupakan suatu tantangan tersendiiri (Shwu - Jen et al., 2020).
Pasien kritis pasti mengalami sejumlah besar transportasi intrahospital (IHT)
untuk pemeriksaan diagnostik atau intervensi terapeutik mereka, dengan tingkat
transportasi keluar dari unit perawatan intensif (ICU) yang dilaporkan sebelumnya
dari 22,5% menjadi 52,4%. Selama IHT, pasien mungkin tidak stabil, dan situasi
ini dapat mengakibatkan berbagai hasil klinis yang berbahaya atau kesalahan
medis dan bahkan menyebabkan kejadian kritis yang parah seperti kematian (Won
et al., 2018). Keputusan untuk mengangkut pasien dalam kondisi kritis harus
didasarkan pada evaluasi yang cermat dari tim multiprofesional dengan
mempertimbangkan maanfaat, potensi risiko, dan dampak yang nyata bagi kondisi
pasien (Leonardo et al., 2020).
Dalam penelitian Won, et al (2018) menjelaskan bahwa diantara banyak faktor
yang mempengaruhi risiko efek samping dari IHT, terdapat 4 kategori telah yaitu :
keadaan pasien, peralatan, indikasi dan organisasi transportasi, dan komposisi tim
transportasi.
a. Penatalaksanaan Transportasi Pasien Kritis
Berdasarkan hasil penelitian Leonardo et al (2020), meenjelaskan bahwa ada 2
faktor yang mempengaruhi penatalaksanaan transportasi pasien krisis yaitu :
1) Faktor yang berkonstribusi / mendukung terhadap kesusksesan transportasi
pasien
a) Pengambilan keputusan untuk melakukan IHT harus didasari dengan
ilmu dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seorang perawat
profesional.
b) Perawat profesional harus memastikan selama dilakukan IHT pasien
dalam keadaan aman, dan mampu mengantisipasi setiap risiko serta
kompikasi yang akan terjadi pada pasien.
c) Terus melakukan penelitian dan pengamatan untuk menghasilkan
pembaharuan cara - cara / tatalaksana dalam mengakut pasien yang
aman dan daoat meminimalisir risiko bagi pasien saat dilakukan IHT
d) Team work yanh solid dan kompeten
2) Faktor yang menghalangi terhadap kesuksesan transportasi pasien
a) Suara bising dalam berkomunikasi, perubahan kondisi pasien,
lingkungan yang penuh tekanan.
b) Kegagalan dalam berkomunikasi efektif dalam mengambil keputusan
untuk melakukan IHT
c) Pasien yang tidak stabil seperti gangguan kardiovaskular (jantung) dan
pernafasan.
A. Personal hygiene
B. Perawatan mata
Jumlah Jenis
Judul Penulis Tahun Usia Kasus Hasil penelitian
sampel penelitian
Analisi Nurhamza 2018 Pasien di ICU mengalami Penelitian ini membahas mengenai
Praktik Klinik h Wiyoko, peningkatan risiko terjadinya lecet perawatan mata pada pasien Intracerebral
Keperawatan Pipit kornea dan keratitis akibat Hemorrage di ICU dengan menggunakan
pada Pasien Feriani ketidakmampuan mata untuk aquabides untuk mencegah terjadinya
Intracerebral menutup, berkedip, dan adanya Ocular Surface Disorder (OSD).
Hemorrhage paparan mikroorganisme. Occular Surface Disorder ditemukan pada
dengan 28 dari 143 pasien (20%) yang berad di IU
Intervensi lebih dari 7 hari. Sedangkan Aquabides
Inovasi adalah air yang telah dimurnikan dengan
Perawatan destilasi (reverse osmosis) dan tidak
Mata mengandung substansi tambahan seperti
Menggunakan tidak mengandung bahan anti mikroba,
Aqua Bidest logam – logam, zat pereduksi, pirogen,
untuk tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak
Pencegahan berasa. Oleh karena itu, dalam penelitian
terjadinya ini peneliti mengetahui kefektifan
Ocular pemberian intervensi perawatan mata
Surface menggunakan Aquabides dalam mencegah
Disorder di terjadinya OSD di ruang ICU pada pasien
Ruang Intracerbral Hemorrage selama 3 hari.
Instalasi Care Setelah dilakukan uji intervensi selama 3
Unit RSUD hari didapatkan hasil bahwa Aquabides
Abdul Wahab efektif dalam mencegah terjadinya
Sjahranie Occular Surface Disorder pada pasien
Samarinda Intracerbral Hemorrage di ruang ICU.
tahun 2018
Jumlah Jenis
Judul Penulis Tahun Usia Kasus Hasil penelitian
sample penelitian
Efficacy of Mehdi 2020 152 orang jenis pasien yang dirawat Kemungkinan OSD pada kelompok salep
Simple Eye Ahmadinejad, yang dibagi penelitian diruang ICU, dan saat adalah 0,19 (95% CI: 0,09, 0,41), dan
Ointment, Esmat kedalam 3 deskriptif pertamaa kali dilakukan kemungkinan OSD pada kelompok penutup
Polyethylen Karbasi, kelompok analitik pemeriksaan mata, polietilen adalah 0,06 (95% CI: 0,01). , 0,20),
e Cover, and Yunes Jahani, secara acak, permukaan mata masih menunjukkan perbedaan yang signifikan
Eyelid Maryam dengan utuh dan tidak ada dengan kelompok pita (p = 0,0001). Meskipun
Taping in Ahmadipour, motede atau perbedaan posisi kelopak kemungkinan OSD lebih rendah pada
Prevention Maryam intervensi mata maka perawatan kelompok penutup dibandingkan pada
of Ocular Soltaninejad, yang berbeda mata akan dimulai dan kelompok salep, tidak ada perbedaan antar
Surface Zahra Karzari yaitu : salep berlanjut hingga 7 hari. kelompok yang signifikan (p = 0,08). Namun,
Disorders in mata, Selama periode ini, mata skor OSD rata-rata pada kelompok salep dan
Critically Ill penutup diperiksa setiap hari penutup polietilen secara signifikan lebih
Patients: A polyethylene, untuk mengkaji OSD dan rendah daripada pada kelompok pita.
Randomized dan tingkat keparahannya
Clinical perekat /pita menggunakan lampu Jadi, hasil penelitian menunjukkan bahwa
Trial kelopak mata celah portabel dan penutup polietilen yang diikuti dengan salep
pewarnaan permukaan mata sederhana dan pembalut kelopak mata
mata dengan fluorescein. merupakan metode yang paling efektif dalam
mencegah OSD. oleh karena itu, tutup
polietilen dan salep mata sederhana
direkomendasikan sebagai metode perawatan
mata yang efektif di ICU
C. Oral hygiene
Judul Penulis Tahun Jumlah Usia Jenis Kasus Hasil penelitian
sampel penelitian
Pengetahua Putri Ria 2020 33 26- Kuantitatif Perawatan mulut Hasil penelitian kepada perawat yang menyatakan
n Dan Sikap Aryanti, 35 merupakan suatu tindakan bahwa asuhan keperawatan berupa oral hygiene
deskriptif
Perawat Agustina, yang harus sering adalah suatu tugas yang disenangi, jika responden
Tentang Dwi dilakukan pada pasien menyenangi pekerjaan yang ia miliki berarti
Pelaksanaan Martha, yang terpasang ventilasi responden memiliki sikap positif dan juga
Oral Trifianingsi mekanis. Kebersihan pengetahuan yang baik mengenai tindakan oral
Hygiene h Dyah mulut yang tidak memadai hygiene beserta tahu resiko yang terjadi jika oral
Pada Pasien di unit perawatan intensif hygiene dilakukan setengah hati atau tidak benar-
Terpasang (ICU) pada pasien kritis benar, selain itu perawat juga telah menunjukan
Ventilator dengan ventilator mekanik rasa peduli dan sikap bertanggung jawabnya
Mekanik juga telah diakui sebagai terhadap pasien dan pekerjaannya. Tindakan oral
isu penting. hygiene dilakukan satu kali dalam sehari setiap
pagi pada pasien terpasang ventilator oleh 7 orang
perawat dari 14 orang perawat yang berdinas saat
itu. Jumlah perawat yang ada di ruang ICU RSUD
Ulin berjumlah 48 orang, dengan pendidikan D3
sebanyak 29 orang, Sarjana Keperawatan 2 orang,
Sarjana Keperawatan dengan profesi Ners
berjumlah 16 orang dan S2 berjumlah 1 orang.
Penelitian dari Jordan et al., (2014) menyebutkan
bahwa praktek perawatan mulut yang lebih baik,
dikaitkan dengan sikap yang lebih positif terhadap
pentingnya perawatan mulut. Hasil penelitian
kepada perawat yang menyatakan bahwa asuhan
keperawatan berupa oral hygiene adalah suatu
tugas yang disenangi, jika responden menyenangi
pekerjaan yang ia miliki berarti responden
memiliki sikap positif dan juga pengetahuan yang
baik mengenai tindakan oral hygiene beserta tahu
resiko yang terjadi jika oral hygiene dilakukan
setengah hati atau tidak benar-benar, selain itu
perawat juga telah menunjukan rasa peduli dan
sikap bertanggung jawabnya terhadap pasien dan
pekerjaannya.
Mobilisasi Bagus 2020 - Pelayanan keperawatan Dalam hasil penelitian ini adalah terdapat beberapa
Dini pada Ananta
untuk pasien dengan aktivitas yang dilakukan di ruang ICU, seperti head up,
Pasien Tanujiarso
Kritis di dan Dilla penyakit akut atau kronis memposisikan lateral, ROM dan berkolaborasi dengan
Fitri Ayu
Intensive dalam situasi darurat dan ahli fisioterapi. Namun demikian, menerapkan
Lestari
care unit kritis ,kekompakan dan mobilisasi dini pada pasien di ICU sering kali
(ICU): Case
Study ketepatan tim medis dalam mengalami hambatan. Kendala yang paling umum
memberikan intrevensi ditemukan adalah kondisi pasien yang tidak
kepada klien gawat darurat memungkinkan untuk mobilisasi, seperti adanya nyeri
dan kritis. jurnal ini juga hebat, kelelahan, penurunan kesadaran, oversedasi,
telah mengusulkan mobilisasi atau terpasang alat medis yang invasif. Melakukan
dini sebagai intervensi mobilisasi dini juga sangat bergantung pada
karena dipercaya bisa keterampilan petugas kesehatan yang ada di ICU,
mengurangi kelemahan otot fisioterapis, dan ketersediaan alat yang mendukung
pada klien. Namun saat ini mobilisasi di ICU.
belum ada penjelasan kapan
mobilisasi itu bisa dilakukan
Jumlah Jenis
Judul Penulis Tahun Usia Kasus Hasil penelitian
sampel penelitian
Pengaruh Refa Teja 2020 31 - quasi Pemantauan hemodinamik Hasil penelitian ini disajikan dalam 3 tabel yaitu
Posisi Semi Muti Orang experimen memiliki peran penting hemodinamik pada kelompok intervensi dan
Fowler
Dengan pasien tal design dalam manajemen pasien kelompok kontrol sebelum dan sesudah
Kombinasi gagal
dengan keadaan kritis. diposisikan semi fowler dengan kombinasi lateral
Lateral jantung
Kanan Perubahan hemodinamik kanan, perbedaan hemodinamik pada kelompok
Terhadap
harus selalu dalam intervensi dan kelompok kontrol setelah
Perubahan
Haemodina pemantauan. Tujuan dari diposisikan semi fowler dengan kombinasi lateral
mik Pada
pemantauan status kanan, dan uji beda status hemodinamik pada
Pasien
Gagal hemodinamik yaitu untuk kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Jantung
mendeteksi kelainan
Di Ruang
Iccu Rumah fisiologis secara dini dan
Sakit
memantau pengaruh
Umum
Daerah perubahan posisi yang
Margono
diberikan.
Soekarjo
Purwokerto
Judul Penulis Tahun Jumlah Usia Jenis Kasus Hasil penelitian
sampel penelitian
Pengaruh Wahyu 2020 Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang rawat
Mobilisasi Rima rumah sakit dengan staf dan perlengkapan khusus
Progresif Agustin, ditujukan untuk mengelola pasien dengan
Terhadap Gatot penyakit,trauma atau komplikasi yang mengancam
Status Suparmanto, jiwa (Musliha, 2010).
Hemodinam Wahyunings Ketidakberdayaan, kelemahan dan ketergantungan
ik Pada ih Safitri terhadap alat pembantu (Sunatrio, 2010). Hasil
Pasien studi di Amerika melaporkan prevalensi pasien
Kritis Di kritis selama 2004-2009 terdapat 3.235.741 pasien
Intensive yang mendapat perawatan ICU dan 246.151
Care Unit (7,6%) merupakan pasien kritis kronis.
Perawat merupakan salah satu bagian dari team
ICU, yang mempunyai ruang lingkup luas,
karakteristik unik serta peran yang penting dalam
pemberian asuhan keperawatan kritis di ICU
(Munawaroh dkk, 2012). Salah satu intervensi
yang diberikan berupa perubahan posisi pasien
dilakukan tiap 2 jam.
Hasil penelitian dan pembahasan bahwa
mobilisasi progresif berpengaruh terhadap
meningkatnya status hemodinamik, yang ditandai
dengan meningkatnya Heart Rate (HR),
Respiratory Rate (RR), saturasi oksigen (SaO2),
tekanan siastole dan diastole, dan Mean Arterial
Pressure (MAP)pada pasien kritis di ICU
E. Manajemen eliminasi
Tahu Jumlah Jenis
Judul Penulis Usia Kasus Hasil penelitian
n sampel penelitian
Faktor-faktor Ryan 2018 21 17-65 Deskriptif Berdasarkan survei awal yang Penelitian dilakukan selama 1 bulan
yang Andeska responden tahun Korelasi dilakukan dengan Teknik pengumpulan data melalui
Berhubungan Artha, peneliti didapatkan data bahwa data sekunder dan data primer. Data
dengan Rani Lisa pasien pada awalnya sekunder diperoleh dari dokumen, status
Eliminasi Indra, tidakmengalami gangguan eliminasi pemberian obat, data jumlah pasien, usia
Fekal pada T.Abdur fekal, namun kebanyakan setelah dan jenis kelamin. Sedangkan data primer
Pasien yang Rasyid dirawat beberapa hari di ruang ICU adalah jenis data yang diperoleh secara
di Rawat di pasien mengalami diare. Bila langsung dengan cara menilai status
Intensive masalah ini tidak dievaluasi dapat eliminasi fekal terakhir pasien
Care Unit memperburuk kondisi pasien seperti menggunakan Bristol stool chart, menilai
(ICU) dehidrasi, serta dapat menyebabkan status keseimbangan cairan, status tingkat
iritasi didaerah anus, menyebabkan aktivitas dan jenis pemberian nutrisi
keletihan, kelemahan dan pasien. Peneliti ingin mengetahui
kehilangan cairan dan elektrolit hubungan faktor pemberian nutrisi, faktor
yang berat didalam tubuh. keseimbangan cairan, faktor tingkat
didalam tubuh. Hal ini juga dapat aktivitas, faktor obat dan faktor lama hari
menyebabkanmemperlama hari rawat dengan eliminasi fekal. Ternyata
perawatan pasien, dan juga akan dari beberapa faktor tersebut, hanya faktor
menambah angka morbiditas dan lama hari rawat yang menunjukan adanya
mortalitas pengaruh dengan eliminasi fekal.
F. Perawatan kateter
(Tugas Ayu K)
G. Pengendalian infeksi di ICU
Jumlah Jenis
Judul Penulis Tahun Usia Kasus Hasil penelitian
sampel penelitian
Analisis Sukfitrianty 2018 7 orang Deskriptif Penelitian dilakukan di RSUD Hasil penelitian diketahui bahwa
Pelaksanaan Syahrir, yang kualitatif Labuang Baju, peneliti tertarik pelaksanaan kewaspadaan universal
Pencegahan Fitrahmadani terdiri untuk melakukan penelitian ini dilakukan dengan mencuci tangan
dan Tirmanidhana, dari dikarenakan angka kejadian handwash dan handrub.
Pengendalia Sitti Raodhah, Informan infeksi nosokomial di Rumah Penggunaan Alat Pelindung Diri
n Infeksi Emmi kunci Sakit Umum Daerah Labuang Baji digunakan berdasarkan indikasi masing-
Nosokomial Bujawati. yaitu Makassar masing. Pengelolaan alat
Di ICU kepala pada tahun 2013-2015 masing- kesehatan dilakukan di CSSD (Central
RSUD ruang masing sebesar Steril Supply Departement). Pengolahan
Labuang ICU 1,59%, 2,08%, dan 2,38%. limbah dipisahkan
Baji RSUD Diantaranya terjadi in- berdasarkan jenisnya dan dilakukan
Makassar Labuang feksi phebitis, dekubitus, penampungan sementara. Airborn
Baji, Tim ILO/IDO (Infeksi Luka precaution penempatan
PPI/ Operasi/ Infeksi Daerah Operasi), pasien diletakkan di RPK (Ruang
IPCN serta saluran infeksi saluran kemih. Perawatan Khusus) dan menggunakan
RSUD masker khusus (N95). Drop-
Labuang let precaution pasien dapat ditempatkan
Baji di RPK, ruang isolasi ICU ataupun di
Makassar tempat tidur biasa.
dan Contact precaution pasien ditempatkan di
informan tempat tidur pasien biasa.
biasa,
yaitu 5
orang
perawat
pelaksana.
H.
I. Transportasi pasien kritis
Jumlah Jenis
Judul Penulis Tahun Usia Kasus Hasil penelitian
sample penelitian
Improving Shwu Jen Lin, 2019 deskriptif Penelitian ini ingin Jen (2020) mengenai penatalaksanaan
patient safety Chin Yuan analitik melakukan perbaikan IHT pasien yang terpasang ventilasi
during Tsan, Mao kualitas program kualitas mekanik menjelaskan algoritma
intrahospital Yuan Su, Chao perawatan intensif pada penatalaksanaan dalam modifikasi
transportation Ling Wu, Li pasien dengan MV yang proses IHT. Algoritma atau alur
of Chin Chen, menerima IHT untuk pengarahanan ini berfungsi untuk
mechanically Hsiu Jung pemeriksaan CT dan MRI. pengingat yang dianggap sebagai
ventilated Hsieh, Wei Keseluruhan rentang proses mekanisme 'time out'. Penekanan
patients with Ling Shiao, Jui dan pengukuran hasil diberikan pada interaksi antara ketua
critical illness Chen Cheng, penelitian meliputi fase pra- tim IHT, terapis pernapasan dan
Yao Wen Kuo, implementasi dari Januari perawat ICU, serta interaksi antara
Jih Shuin hingga Desember 2015, fase ketua tim IHT, teknisi radiologi dan
Jerng, Huey implementasi dari Januari anggota tim IHT. Sesi 'time-out' diberi
Dong Wu, Jui hingga Desember 2016, dan mnemonik 'STOP' (Sekresi, Tabung,
Sheng Sun fase pasca implementasi dari Oksigen dan Daya), 'VITAL' (Tanda
Januari hingga Desember Vital, Infus, Tabung, Alarm dan
2017. Pelaksanaan program Tinggalkan) dan 'STOP' (Speak-out,
secara signifikan mengurangi Tubes ,Lainnya dan Posisi). Tabel
jumlah dan insiden efek merangkum mnemonik pengingat
samping (1,08% vs 0,23%, p untuk pengarahan terstruktur, isi tugas
= 0,01). Audit juga penting dan orang yang diperlukan
menunjukkan peningkatan untuk melakukan tugas. Pasien selalu
kerja tim selama transportasi dipindahkan di tempat tidur ICU,
karena anggota tim dipindahkan ke meja pemeriksaan dan
menunjukkan peningkatan kemudian dipindahkan ke tempat tidur
kelengkapan dan ketepatan ICU setelah pemeriksaan, dan
tugas-tugas IHT yang diangkut kembali ke ICU. Pengarahan
penting (80,8% vs 96,5%, p dengan bantuan pengingat
<0,001). menggunakan kartu tercetak yang
dilampirkan ke peralatan atau bagan
yang menampilkan tugas-tugas
penting yang perlu diselesaikan
dengan benar selama IHT.
Jumlah Jenis
Judul Penulis Tahun Usia Kasus Hasil penelitian
sample penelitian
Evaluation of Leonardo 2020 systematic jurnal ini 1. Faktor yang berkonstribusi / mendukung
critical Nogueira review mencoba untuk terhadap kesusksesan transportasi pasien
transportation of Melo, Vera mengavaluasi Pengambilan keputusan untuk melakukan
patients: A Lúcia Freitas, menurut literatur IHT harus didasari dengan ilmu dan
systematic review Emanuel terkait fakto - keterampilan khusus yang dimiliki oleh
Pereira dos faktor yang seorang perawat profesional.
Santos, mendukung atau Perawat profesional harus memastikan selama
Raphael Dias menghambat dilakukan IHT pasien dalam keadaan aman,
de Mello transportasi dan mampu mengantisipasi setiap risiko serta
Pereira, pasien kritis kompikasi yang akan terjadi pada pasien.
Vanessa Silva Terus melakukan penelitian dan pengamatan
de Oliveira, untuk menghasilkan pembaharuan cara -
Inês Maria cara / tatalaksana dalam mengakut pasien
Meneses dos yang aman dan daoat meminimalisir risiko
Santos bagi pasien saat dilakukan IHT
Team work yanh solid dan kompeten
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan kritis esensial merupakan kebutuhan dasar manusia yang berperan
penting untuk kelangsungan hidup manusia. Pasien ICU memiliki kebutuhan utama yaitu
tindakan resusitasi meliputi dukungan hidup untuk fungsi-fungsi vital seperti airway (fungsi
jalan napas), breathing (fungsi pernapasan), circulation (fungsi sirkulasi) dan brain (fungsi
otak). Selain itu juga dilakukan pemantauan fungsi organ, kebersihan, dan keamanan pasien,
diantaranya personal hygiene pasien, perawatan mata, oral hygiene, pengaturan posisi dan
mobilisasi, manajemen eliminasi, perawatan kateter, pengendalian infeksi di ICU, dan
transportasi pasien kritis. Hal tersebut merupakan kebutuhan manusia yang esensial dan
berperan penting untuk kelangsungan hidup manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Vivan Septiyana. 2013. Perbedaan Jumlah Kuman pada Pasien yang Dimandikan
Metode Tradisional ditambah Antiseptik dan Disposable Bed Baths di Ruang Pedia.
Unpad Repository.
Agustin, Wahyu Rima. 2020. Pengaruh Mobilisasi Progresif Terhadap Status Hemodinamik
Pada Pasien Kritis Di Intensive Care Unit. Avicenna : Journal of Health Research,
3(1), 20-27.
Ahmadinejad, Mehdi., dkk. 2020. Efficacy of Simple Eye Ointment, Polyethylene Cover, and
Eyelid Taping in Prevention of Ocular Surface Disorders in Critically Ill Patients: A
Randomized Clinical Trial. Hindawi Critical Care Research and Practice, 1-7.
Aryanti, Putri Ria., dkk. 2020. Pengetahuan Dan Sikap Perawat Tentang Pelaksanaan Oral
Hygiene Pada Pasien Terpasang Ventilator Mekanik.
Artha, Ryan Andeska., dkk. 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Eliminasi Fekal
pada Pasien yang Dirawat di Intensive Care Unit (ICU). Jurnal Riset Kesehatan,
7(2), 97-105.
Kasiati, Rosmalawati, Dwi W. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan diperoleh dari bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/…/Kebutuhan-dasar-
manusia-komprehensif.pdf
Kozier, B., Erb, G., Beiman., A., & Snyder, S. 2010. Buku Ajar Keperawatan Dasar :
Konsep, Proses & Praktik, (7th Ed)., Vol.2. Jakarta: EGC.
Lin, Shwu-Jen., et al. 2020. Improving Patient Safety During Intrahospital Transportation of
Mechanically Ventilated Patients with Critical Illness. BMJ.
Sharma,, K.S., Kaur, K., & Garg, R. 2007. Factors affecting bowel movementin critically ill
patients. Nursing and Midwifery Research Journal, 3(2), 7-78.
Tanujiarso, Bagus Ananta dan Dilla Fitri Ayu Lestari. 2020. Mobilisasi Dini pada Pasien
Kritis di Intensive care unit (ICU): Case Study. Jurnal Keperawatan Widya Gantari
Indonesia, 4(1), 59-66.
Wiyoko, Nurhamzah., Pipit Feriani. 2018. Analisi Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien
Intracerebral Hemorrhage dengan Intervensi Inovasi Perawatan Mata Menggunakan
Aqua Bidest untuk Pencegahan terjadinya Ocular Surface Disorder di Ruang
Instalasi Care Unit RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tahun 2018. UMKT.