Oleh :
HASMIANTI
NIM : 202101040
Kelas Non Reguler
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-
Nya maka penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan yang berjudul ‘Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori (Glaukoma)’.
Penulis berharap semoga asuhan keperawatan ini bisa menambah pengetahuan para
pembacanya. Namun terlepas dari itu, penulis menyadari bahwa asuhan keperawatan ini
masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
asuhan keperawatan ini akan penulis terima. Semoga asuhan keperawatan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak baik yang menyusun maupun yang membaca. Sekian dan
terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................... 3
C. Tujuan..........................................................................................................................3
BAB II....................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN....................................................................................................................... 4
A. Anatomi Sistem Persepsi Sensori (Penglihatan)......................................................... 4
B. Fisiologi Sistem Persepsi Sensori (Penglihatan).........................................................6
C. Definisi Glaukoma.......................................................................................................6
D. Klasifikasi Glaukoma..................................................................................................7
E. Etiologi........................................................................................................................ 8
F. Manifestasi Klinis........................................................................................................8
G. Komplikasi.................................................................................................................. 9
H. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................9
I. Patofisiologi.................................................................................................................9
J. Pathway..................................................................................................................... 10
BAB III....................................................................................................................................11
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam
melakukan asuhan keperawatan pada individi, kelompok dan masyarakat yang
berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respons pasien terhadap
penyakitnya. Menurut American Nurses Association (ANA) mengembangkan proses
keperawatan menjadi lima tahap, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. (Mifdaturrohmah:2017)
Glaukoma akut terjadi mendadak dan disertai dengan rasa sakit akut yang tak
tertahankan. Pengobatan glaukoma akut dapat dilakukan dengan mempergunakan
obat- obat miotika, guna mengadakan kontraksi pupil; melakukan pengompresan
dengan air panas; ataupun memberi diuretika guna meringankan tekanan intra-okuler.
Trepanasi dilakukan dengan cara membuat perforasi kecil, sehingga memungkinkan
cairan yang ada dalam bilik anterior dapat mengalir ke luar secara tetap. Cara itu
sebetulnya adalah suatu prosedur inta-okuler, sehingga juga memerlukan perawatan
pos-operatif yang sama telitinya seperti perawatan pos-operatif pada operasi katarak.
1
2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami mengenai materi Glaukoma dan Asuhan
Keperawatannya.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami materi tentang Glaukoma :
1. Anatomi Sistem Persepsi Sensori (Penglihatan).
2. Fisiologi Sistem Persepsi Sensori (Penglihatan).
3. Definisi glaukoma.
4. Klasifikasi glaukoma.
5. Etiologi glaukoma.
6. Manifestasi klinis glaukoma.
7. Komplikasi glaukoma.
8. Patofisiologi
9. Asuhan keperawatan pada pasien dengan glaukoma
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Sistem Persepsi Sensori (Penglihatan)
Mata adalah salah satu indera manusia yang berfungsi sebagai indera penglihatan.
Berikut bagian-bagian pada mata :
Secara garis besar, mata memiliki 2 bagian, yaitu bagian dalam bola mata, dan bagian
luar bola mata.
1) Mata bagian luar
Mata sebagai alat indera penglihatan tidak hanya bola mata tetapi juga
bagian luar bola mata yang fungsinya tidak kalah penting, yaitu alis mata,
kelopak mata, dan bulu mata.
2) Mata bagian dalam
a. Dinding bola mata
Bola mata ini terdiri dari 4 dinding yang memiliki peran dominan dalam
menjalankan fungsinya sebagai alat sensorik visual. Keempat bagian tersebut
adalah :
a) Sklera
4
5
b) Kornea
Di bagian depan sklera ada bagian yang jelas terlihat cembung, kornea
berfungsi untuk melindungi lensa mata dan meneruskan cahaya yang
masuk ke mata.
c) Koroid
Merupakan bagian tengah dinding mata yang berfungsi sebagai
pemasok oksigen dan nutrisi untuk bagian lain.
d) Retina
Merupakan bagian terdalam dari mata yang berfungsi untuk
menangkap bayangan objek karena memiliki sel yang sensitif terhadap
cahaya. Retina adalah bagian yang memiliki reseptor cahaya yang terdiri
dari sel-sel saraf yaitu sel induk (basilus), dan sel kerucut (konus).
e) Iris
Iris adalah bagian yang berperan dalam memberi warna pada bola mata
manusia. Di bagian iris ada pigmen warna, iris terletak di bagian depan
bola mata. Iris dapat menyusut dan mengembang, iris berfungsi untuk
mengatur pergerakan pupil sesuai dengan intensitas cahaya yang masuk.
f) Pupil
Pupil adalah bagian dari lubang di tengah iris yang berfungsi untuk
mengatur jumlah cahaya yang paling sedikit masuk ke mata. Pupil akan
melebar ketika sedikit cahaya memasuki mata (dalam kedaan lebih gelap),
dan akan menyusut ketika banyak cahaya memasuki mata (dalam keadaan
yang semakin cerah). Proses memperbesar dan menyusut pupil berguna
agar cahaya yang masuk tidak berlebih dan tidak terlalu sedikit sehingga
kita masih bisa melihat dengan baik.
g) Lensa
h) Lensa adalah bagian lunak dan transparan yang terletak di belakang
iris. Lensa berfungsi untuk mengumpulkan dan memfokuskan cahaya
sehingga bayangan benda jatuh di tempat yang tepat. Lensa memiliki
kemampuan yang disebut daya akomodasi, yaitu kemampuan untuk
mengentalkan atau menipiskan dan atau meratakan lensa sesuai dengan
jarak objek yang dilihat. Lensa terikat oleh otot pemegang lensa, otot
ini berfungsi dalam
kemampuan daya akomodasi lensa. Jika lensa akan lebih cembung saat
melihat objek yang dekat dan semakin pipih saat melihat objek yang jauh.
i) Kelenjar lakrima
Kelenjar lakrima adalah bagian mata yang berfungsi untuk
menghasilkan air mata yang akan membasahi kornea, melindungi mata
dari kuman, menjaga mata dan kelopak mata.
j) Saraf optik
Saraf optic adalah bagian yang befungsi untuk memberikan informasi
visual yang diterima dan diteruskan ke otak.
k) Titik buta
Titik buta adalah bagian yang berfungsi untuk memajukan dan
mebelokkan sinar saraf ke otak. Pada titik buta tidak ada sel yang sensitif
terhadap rangsangan cahaya. Karena itu jika bayangan benda jatuh pada
bagian ini, maka kita tidak bisa melihat.
C. Definisi Glaukoma
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani
“Glaukos” yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut
pada pupil penderita glaukoma.
Glaukoma adalah sekelompok gangguan
yang melibatkan beberapa perubahan atau
gejala patologis yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segala akibatnya. (Indriana dan N Istiqomah;
2004).
D. Klasifikasi Glaukoma
Glaukoma dibagi menjadi glaukoma primer, sekunder, dan kongenital.
1. Glaukoma Primer
Pada glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :
a. Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-
95%) yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan
berkembang disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu
terbuka ke jaringan trabecular. Gangguan vaskularisasi di dalam saluran
pembuangan sehingga menyebabkan pembuangan cairan tidak lancar. Karena
gangguan ini, tekanan dalam bola mata (tekanan intraocular) meningkat secara
perlahan.
b. Glaukoma sudut tertutup
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder muncul karena dampak dari penyakit atau efek samping
dari obat-obatan tertentu. Kondisi tersebut dapat berupa diabetes yang tidak
terkontrol atau tekanan darah tinggi. Beberapa obat yang dapat menyebabkan
glaukoma yaitu obat golongan kortikosteroid.
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah
kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam
mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus
dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan
peka terhadap cahaya.
E. Etiologi
Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004)
F. Manifestasi Klinis
1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Muala, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hyperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
8. TIO meningkat. (Tamsuri A, 2010 : 74-75).
G. Komplikasi
Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma. Agens topical yang
digunakan untuk mengobati glaukoma dapat memiliki efek sistemik yang merugikan,
terutama pada lansia. Efek ini dapat berupa perburukan kondisi jantung, pernapasan,
atau neurologis.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk mengetahui glaukoma (Hanarwatiaj,2008)
1. Oftalmoskopi : Untuk melihat fondus mata bagian dalam yaitu retina, diskus
optikus macula dan pembuluh darah retina.
2. Tonometry : Adalah alat untuk mengukur tekanan intra okuler, nilai yang
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmHg dan dianggap patologi bila
melebihi 25 mmHg.
3. Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang dapat
pandangan yang khas pada glaukoma, secara sederhana, lapang pandang dapat
diperiksa dengan tes konfrontasi.
4. Pemeriksaan Ultrasonotrapi : Adalah gelombang suara yang dapat digunakan
untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
I. Patofisiologi
Aqueus humor secara continue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus
ciliary) bilik mata belakang untuk memberikan nutrient pada lensa. Aqueua humor
mengalir melalui jaring-jaring, trabekuler, pupil, bilik mata depan, trabekuler mesh
work dan kanal schlem. Tekanan intraokuler (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21
mmHg tergantung keseimbangan antara produksi dan pengeluaran (aliran) AqH di
bilik mata depan.
Peningkatan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina,
sehingga dapat merusak serabut syaraf optic menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya
menyebabkan kerusakan jaringan yang dimulai dari perifer menuju ke fovea sentralis.
Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari daerah nasal atas
dan sisa terakhir pada temporal.
J. Pathway
Gangguan
mpitan sudut mata/obstruksi alirandrainage aqueus aliran drainase
humor
Hal ini meliputi keluhan utama, mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri,
Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis vertikal atau
Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami perubahan pada pola
nutrisi dan metabolismenya. Walaupun begitu perlu dikaji pola makan dan
komposisi, berapa banyak / dalam porsi, jenis minum dan berapa banyak
jumlahnya.
11
12
b.Pola eliminasi
Pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan tetapi tetap
Pola istirahat dan tidur akan menurun, klien akan gelisah / sulit tidur karena nyeri.
Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan klien
mengalami penurunan.
Bagimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain, apakah mengalami perubahan karena penyakit yang
dideritanya.
g.Pola spiritual
Klien biasanya masih bisa melakukan ibadah seperti biasa tetapi dilakukakn di
h.Pola pernafasan
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
pemeriksaan TTV.
b. Pemeriksaan persistem
2) Sistem kardiovaskuler
3) Sistem endokrin
4) Sistem neurologis
5) Sistem integument
Pada sistem integument pun biasanya normal dengan turgor kulit baik.
6) Sistem gastrointestinal
7) Sistem musculoskeletal
maupun sendi.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Oftalmoskopi : Untuk melihat fondus mata bagian dalam yaitu retina, diskus
optikus macula dan pembuluh darah retina.
b. Tonometry : Adalah alat untuk mengukur tekanan intra okuler, nilai yang
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmHg dan dianggap patologi bila
melebihi 25 mmHg.
c. Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang dapat
pandangan yang khas pada glaukoma, secara sederhana, lapang pandang dapat
diperiksa dengan tes konfrontasi.
d. Pemeriksaan Ultrasonotrapi : Adalah gelombang suara yang dapat digunakan
untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
14
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intraokular (TIO) yang di tandai dengan mual muntah.
2. Gangguan persepsi sensori: penglihatan
3. Ansietas b.d faktor fisiologis perubahan status kesehatan.
15
Gangguan persepsi sensori: penglihatan Kontrol Kecemasan: Peningkatan Komunikasi: Defisit Penglihatan
Indicator: Kenali diri sendiri ketika memasuki ruang
Batasan karakteristik: Memantau intensitas kecemasan pasien
Berubahnya ketajaman pancaindera Menghilangkan pencetus kecemasan Menerima reaksi pasien terhadap rusaknya
Berubahnya respon yang umum Menurunkan rangsang lingkungan penglihatan
terhadap rangsangan ketika cema Catat reaksi pasien terhadap rusaknya
Gagal penyesuaian Mencari informasi untuk penglihatan (misal, depresi, menarik diri, dan
Distorsi pancaindera mengurangi kecemasan menolak kenyataan)
Merencanakan strategi koping Andalkan penglihatan pasien yang tersisa
terhadap situasi yang menekan sebagaimana mestinya
Menggunakan strategi koping yang Gambarkan lingkungan kepada pasien
efektif Jangan memindahkan benda-benda di kamar
Menggunakan teknik relaksasi untuk pasien tanpa memberitahu pasien
mengurangi rasa cemas Identifikasi makanan yang ada dalam baki
Menjaga hubungan sosial dalam kaitannya dengan angka-angka pada
Melaporkan ketidakhadiran jam
17
penyimpangan persepsi pada Sediakan kaca pembesar atau kacamata
pancaindera prisma sewajarnya untuk membaca
Melaporkan ketidakhadiran Rujuk pasien dengan masalah penglihatan ke
manifestasi fisik akan kecemasan agen yang sesuai
Pengawasan: Keamanan
Pantau perubahan fungsi fisik atau kognitif
pasien yang menyebabkan perilaku yang
membahayakan
Pantau lingkungan yang berpotensi
membahayakan keamanan
Tentukan derajat pengawasan yang
dibutuhkan pasien, berdasarkan tingkat,
fungsi dan kehadiran bahaya dalam
lingkungan
Sediakan tingkat pengawasan yang sesuai
untuk memantau pasien dan memberikan
tindakan terapeutik, jika dibutuhkan
Tempatkan pasien pada lingkungan yang
paling terbatas yang menyedikan level yang
dibutuhkan untuk observasi
Mulai dan pertahankan status pencegahan
pada resiko tinggi dari bahaya yang
19
dikhususkan untuk pengaturan perawatan
Komunikasikan informasi tentang resiko
pasien pada perawat lainnya
Peningkatan koping
Aktivitas:
20
Hargai pemahamnan pasien tentang pemahaman
penyakit
Gunakan pendekatan yang tenang dan berikan
jaminan
Sediakan informasi aktual tentang diagnosa,
penanganan, dan prognosis
Sediakan pilihan yang realisis tentang aspek
perawatan saat ini
Tentukan kemampuan klien untuk mengambil
keputusan
Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi
positif untuk mengatasi keterbatasan dan
mengelola gaya hidup atau perubahan peran
DAFTAR PUSTAKA
33