Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERSEPSI SENSORI (GLAUKOMA)

Oleh :

HASMIANTI
NIM : 202101040
Kelas Non Reguler

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-
Nya maka penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan yang berjudul ‘Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori (Glaukoma)’.

Penulis berharap semoga asuhan keperawatan ini bisa menambah pengetahuan para
pembacanya. Namun terlepas dari itu, penulis menyadari bahwa asuhan keperawatan ini
masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
asuhan keperawatan ini akan penulis terima. Semoga asuhan keperawatan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak baik yang menyusun maupun yang membaca. Sekian dan
terima kasih.

Sengkang, November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................... 3
C. Tujuan..........................................................................................................................3
BAB II....................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN....................................................................................................................... 4
A. Anatomi Sistem Persepsi Sensori (Penglihatan)......................................................... 4
B. Fisiologi Sistem Persepsi Sensori (Penglihatan).........................................................6
C. Definisi Glaukoma.......................................................................................................6
D. Klasifikasi Glaukoma..................................................................................................7
E. Etiologi........................................................................................................................ 8
F. Manifestasi Klinis........................................................................................................8
G. Komplikasi.................................................................................................................. 9
H. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................9
I. Patofisiologi.................................................................................................................9
J. Pathway..................................................................................................................... 10
BAB III....................................................................................................................................11
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................. 11
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam
melakukan asuhan keperawatan pada individi, kelompok dan masyarakat yang
berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respons pasien terhadap
penyakitnya. Menurut American Nurses Association (ANA) mengembangkan proses
keperawatan menjadi lima tahap, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. (Mifdaturrohmah:2017)

Proses keperawatan adalah pendekatan keperawatan professional yang


dilakukan untuk mengidentifikasi, mendiagnosis dan mengatasi respon manusia
terhadap kesehatan dan penyakit. Perawat akan menerapkan proses keperawatan agar
dapat memberikan perawatan yang tepat dan efektif. Proses dimulai dari tahan
pertama, yaitu menganalisis seluruh informasi tentang status kesehatan klien.
(Induniasih dan Sri Hendarsih).

Sistem persepsi sensori adalah proses memilih, dan menafsirkan rangsangan


sensorik yang membutuhkan fungsi organ utuh dan rasa, jalur saraf, dan otak.

Glaukoma adalah keadaan yang ditimbulkan akibat adanya penambahan


tekanan dalam mata, yang dapat akut ataupun kronik. Glaukoma disebabkan adanya
cairan dalam bilik anterior yang belum sempat di salurkan ke luar, sehingga tegangan
yang ditimbulkannya dapat menimbulkan tekanan pada saraf optik, yang lama –
kelamaan dapat menghilangkan daya melihat pada mata.

Glaukoma akut terjadi mendadak dan disertai dengan rasa sakit akut yang tak
tertahankan. Pengobatan glaukoma akut dapat dilakukan dengan mempergunakan
obat- obat miotika, guna mengadakan kontraksi pupil; melakukan pengompresan
dengan air panas; ataupun memberi diuretika guna meringankan tekanan intra-okuler.
Trepanasi dilakukan dengan cara membuat perforasi kecil, sehingga memungkinkan
cairan yang ada dalam bilik anterior dapat mengalir ke luar secara tetap. Cara itu
sebetulnya adalah suatu prosedur inta-okuler, sehingga juga memerlukan perawatan
pos-operatif yang sama telitinya seperti perawatan pos-operatif pada operasi katarak.

1
2

Glaukoma simpel (kronik) menimbulkan kesukaran dalam arti glaukoma jenis


ini dapat berkembang bertahun-tahun tanpa disadari, sementara tekanan intra-okuler
yang khas itu perlahan-lahan bertambah juga. Satu-satunya pengobatan setelah
glaukoma itu akhirnya diketahui adalah memasukkan obat miotika secara terus-
menerus sepanjang sisa hidup si penderita, yang sudah tentu membutuhkan disiplin
yang sangat tinggi. Oleh karena itu, adalah penting sekali bahwa seseorang yang
hendak memeriksakan badannya agar memeriksakan matanya juga pada seorang ahli
mata. Perlu diketahui bahwa galukoma simple adalah salah satu penyebab umum
terjadinya kebutaan di negara-negara Barat. (Pearce Evelyn C).

Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua setelah katarak dengan


jumlah penderita 60.500.000 padatahun 2010, diperkirakan meningkar menjadi
76.000.000 pada tahun 2020. Kebutaan akibat penyakit glaukoma bersifat menetap.
Di antara jumlah penderita kebutaan tersebut, sebanyak 74% berasal dari bentuk
glaukoma sudut terbuka primer, sedangkan di Asia sebanyak 87% berasal dari bentuk
Glaukoma Sudut Tertutup Primer Akut. Di Amerika, jumlah penderita glaukoma pada
ras kulit hitam 3- 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih. Selain itu,
ditemukan angka prevalensi yang meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, pada
kelompok penduduk yang berusia 70 tahun 3-8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok penduduk yang berusia 40 tahun.

Di Indonesia prevalensi glaukoma menurut Jakarta Urban Eye Health Study


tahun 2008 adalah glaukoma primer sudut tertutup sebesar 1,89%, glaukoma primer
sudut terbuka 0,48%, dan galukoma sekunder 0,16% dengan total keseluruhan adalah
2,53%. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, responden yang pernah
didiagnosis glaukoma oleh tenaga kesehatan sebesar 0,46% tetinggi di provinsi DKI
Jakarta (1,85%), diikuti Provinsi Aceh (1,28%), Kepulauan Riau (1,26%), Sulawesi
Tengah (1,21%), Sumatra Barat (1,14%) dan terendah di Provinsi Riau (0,04%).
(Ekarulita Intan:2018).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penyakit glaukoma?
2. Apa saja konsep materi dari glaukoma?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori
(Glaukoma)?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami mengenai materi Glaukoma dan Asuhan
Keperawatannya.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami materi tentang Glaukoma :
1. Anatomi Sistem Persepsi Sensori (Penglihatan).
2. Fisiologi Sistem Persepsi Sensori (Penglihatan).
3. Definisi glaukoma.
4. Klasifikasi glaukoma.
5. Etiologi glaukoma.
6. Manifestasi klinis glaukoma.
7. Komplikasi glaukoma.
8. Patofisiologi
9. Asuhan keperawatan pada pasien dengan glaukoma
BAB II

PEMBAHASAN
A. Anatomi Sistem Persepsi Sensori (Penglihatan)

Gambar 2.1 Anatomi Mata Manusia

Mata adalah salah satu indera manusia yang berfungsi sebagai indera penglihatan.
Berikut bagian-bagian pada mata :
Secara garis besar, mata memiliki 2 bagian, yaitu bagian dalam bola mata, dan bagian
luar bola mata.
1) Mata bagian luar
Mata sebagai alat indera penglihatan tidak hanya bola mata tetapi juga
bagian luar bola mata yang fungsinya tidak kalah penting, yaitu alis mata,
kelopak mata, dan bulu mata.
2) Mata bagian dalam
a. Dinding bola mata
Bola mata ini terdiri dari 4 dinding yang memiliki peran dominan dalam
menjalankan fungsinya sebagai alat sensorik visual. Keempat bagian tersebut
adalah :
a) Sklera

Merupakan bagian luar dari dinding mata, sklera berfungsi untuk


melindungi bola mata dari kerusakan.

4
5

b) Kornea

Di bagian depan sklera ada bagian yang jelas terlihat cembung, kornea
berfungsi untuk melindungi lensa mata dan meneruskan cahaya yang
masuk ke mata.

c) Koroid
Merupakan bagian tengah dinding mata yang berfungsi sebagai
pemasok oksigen dan nutrisi untuk bagian lain.
d) Retina
Merupakan bagian terdalam dari mata yang berfungsi untuk
menangkap bayangan objek karena memiliki sel yang sensitif terhadap
cahaya. Retina adalah bagian yang memiliki reseptor cahaya yang terdiri
dari sel-sel saraf yaitu sel induk (basilus), dan sel kerucut (konus).
e) Iris
Iris adalah bagian yang berperan dalam memberi warna pada bola mata
manusia. Di bagian iris ada pigmen warna, iris terletak di bagian depan
bola mata. Iris dapat menyusut dan mengembang, iris berfungsi untuk
mengatur pergerakan pupil sesuai dengan intensitas cahaya yang masuk.
f) Pupil
Pupil adalah bagian dari lubang di tengah iris yang berfungsi untuk
mengatur jumlah cahaya yang paling sedikit masuk ke mata. Pupil akan
melebar ketika sedikit cahaya memasuki mata (dalam kedaan lebih gelap),
dan akan menyusut ketika banyak cahaya memasuki mata (dalam keadaan
yang semakin cerah). Proses memperbesar dan menyusut pupil berguna
agar cahaya yang masuk tidak berlebih dan tidak terlalu sedikit sehingga
kita masih bisa melihat dengan baik.
g) Lensa
h) Lensa adalah bagian lunak dan transparan yang terletak di belakang
iris. Lensa berfungsi untuk mengumpulkan dan memfokuskan cahaya
sehingga bayangan benda jatuh di tempat yang tepat. Lensa memiliki
kemampuan yang disebut daya akomodasi, yaitu kemampuan untuk
mengentalkan atau menipiskan dan atau meratakan lensa sesuai dengan
jarak objek yang dilihat. Lensa terikat oleh otot pemegang lensa, otot
ini berfungsi dalam
kemampuan daya akomodasi lensa. Jika lensa akan lebih cembung saat
melihat objek yang dekat dan semakin pipih saat melihat objek yang jauh.
i) Kelenjar lakrima
Kelenjar lakrima adalah bagian mata yang berfungsi untuk
menghasilkan air mata yang akan membasahi kornea, melindungi mata
dari kuman, menjaga mata dan kelopak mata.
j) Saraf optik
Saraf optic adalah bagian yang befungsi untuk memberikan informasi
visual yang diterima dan diteruskan ke otak.
k) Titik buta
Titik buta adalah bagian yang berfungsi untuk memajukan dan
mebelokkan sinar saraf ke otak. Pada titik buta tidak ada sel yang sensitif
terhadap rangsangan cahaya. Karena itu jika bayangan benda jatuh pada
bagian ini, maka kita tidak bisa melihat.

B. Fisiologi Sistem Persepsi Sensori (Penglihatan)


Cahaya yang dipantulkan oleh suatu objek ditangkap oleh mata, menembus
kornea dan dilewatkan melalui pupil. Intensitas cahaya yang telah diatur oleh pupil
melewati lensa mata. Daya akomodasi pada lensa mata mengatur cahaya sehingga
jatuh tepat di titik kuning. Di bintik-bintik gelap, cahaya diterima oleh sel kerucut dan
sel punca, kemudian dikirim ke otak. Cahaya yang dikirim ke otak akan
diterjemahkan oleh otak, sehingga kita bisa tahu apa yang kita lihat.

C. Definisi Glaukoma
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani
“Glaukos” yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut
pada pupil penderita glaukoma.
Glaukoma adalah sekelompok gangguan
yang melibatkan beberapa perubahan atau
gejala patologis yang ditandai dengan

peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segala akibatnya. (Indriana dan N Istiqomah;
2004).

Gambar 2.2 Glaukoma


Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh meningkatnya
tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh
ketidak-seimbangan antara produksi cairan dan pembuangan cairan dalam bola mata
dan tekanan yang tinggi dalam dalam bola mata bisa merusak jaringan-jaringan syaraf
halus yang ada di retina dan di belakang bola mata. (Nurarif Amin Huda dan Hardhi
Kusuma: 2015).
Glaukoma adalah penyakit mata yang kronis dan berjalan progresif, dengan
kerusakan pada serangkaian jalur serabut saraf retina dan diskus optikus disertai
bintik buta pada penglihatan luas lapang pandang yang sangat khas. Tekanan bola
mata atau tekanan intra ocular (TIO) merupakan faktor risiko utama sebagai penyebab
timbulnya penyakit glaukoma. (Goldberg, Ivan dan Remo Susanna Jr: 2017).

D. Klasifikasi Glaukoma
Glaukoma dibagi menjadi glaukoma primer, sekunder, dan kongenital.

1. Glaukoma Primer
Pada glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :
a. Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-
95%) yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan
berkembang disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu
terbuka ke jaringan trabecular. Gangguan vaskularisasi di dalam saluran
pembuangan sehingga menyebabkan pembuangan cairan tidak lancar. Karena
gangguan ini, tekanan dalam bola mata (tekanan intraocular) meningkat secara
perlahan.
b. Glaukoma sudut tertutup

Glaukoma sudut tertutup disebut sudut tertutup karena ruang anterior


secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke
jaringan trabekuler dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran
schleem. Akibatnya, cairan lama dalam mata tidak dapat dikeluarkan, hingga
akhirnya menyebabkan tekanan bola mata yang meningkat.

Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan viterus,


penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia
tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO,
dapat
berupa nyeri mata yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris
menyebabkan dilatasi pupil, tidak segera ditangai akan terjadi kebutaan dan
nyeri yang hebat.

2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder muncul karena dampak dari penyakit atau efek samping
dari obat-obatan tertentu. Kondisi tersebut dapat berupa diabetes yang tidak
terkontrol atau tekanan darah tinggi. Beberapa obat yang dapat menyebabkan
glaukoma yaitu obat golongan kortikosteroid.
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah
kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam
mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus
dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan
peka terhadap cahaya.

E. Etiologi
Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004)

1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary.


2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata / dicelah pupil.
Glaukoma terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara proses produksi dan
eksresi atau aliran keluar aqueous humor. Bebrapa faktor resiko yang dapat memicu
terjadinya glaukoma adalah tekanan darah yang tinggi, diabetes mellitus, myopia, ras
kulit hitam, pertambahan usia dan pasca bedah.

F. Manifestasi Klinis
1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Muala, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hyperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
8. TIO meningkat. (Tamsuri A, 2010 : 74-75).
G. Komplikasi
Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma. Agens topical yang
digunakan untuk mengobati glaukoma dapat memiliki efek sistemik yang merugikan,
terutama pada lansia. Efek ini dapat berupa perburukan kondisi jantung, pernapasan,
atau neurologis.

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk mengetahui glaukoma (Hanarwatiaj,2008)

1. Oftalmoskopi : Untuk melihat fondus mata bagian dalam yaitu retina, diskus
optikus macula dan pembuluh darah retina.
2. Tonometry : Adalah alat untuk mengukur tekanan intra okuler, nilai yang
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmHg dan dianggap patologi bila
melebihi 25 mmHg.
3. Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang dapat
pandangan yang khas pada glaukoma, secara sederhana, lapang pandang dapat
diperiksa dengan tes konfrontasi.
4. Pemeriksaan Ultrasonotrapi : Adalah gelombang suara yang dapat digunakan
untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.

I. Patofisiologi
Aqueus humor secara continue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus
ciliary) bilik mata belakang untuk memberikan nutrient pada lensa. Aqueua humor
mengalir melalui jaring-jaring, trabekuler, pupil, bilik mata depan, trabekuler mesh
work dan kanal schlem. Tekanan intraokuler (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21
mmHg tergantung keseimbangan antara produksi dan pengeluaran (aliran) AqH di
bilik mata depan.
Peningkatan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina,
sehingga dapat merusak serabut syaraf optic menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya
menyebabkan kerusakan jaringan yang dimulai dari perifer menuju ke fovea sentralis.
Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari daerah nasal atas
dan sisa terakhir pada temporal.
J. Pathway

Penyakit mata lain (Trauma,


Kelainan
Glaukoma
uveits)
anatomis,
sudutkegagalan
terbuka (obstruksi
perkembangan
aliran aqueus
organ mata
humor) & glaukoma sudut tertutup (drai

Gangguan
mpitan sudut mata/obstruksi alirandrainage aqueus aliran drainase
humor

Bola mata terlihat menonjol


Peningkatan tekanan intra okulet (TIO)
Nyeri mata di kepala

Tekanan pada saraf vagus Tekanan pembuluh Tekanan pada sel


darah di retina ganglion dan saraf
Mual dan muntah optik
Suplai O2 kemata Kerusakan
menurun retina, gangguan
Ketidakseimbanga fungsi
n nutrisi kurang penglihatan
Iskemik
dari kebutuhan
tubuh
Penurunan fungsi
Resiko retinopati penglihatan, penurunan
(kebutaan) lapang pandang,
fotofobia
Nyeri
Gangguan citra tubuh
Kebutaan

Resiko cedera Gangguan


persepsi sensori
(Nurarif Amin Huda, 2015) visual
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Identifikasi Klien
Nama, umur / tanggal lahir, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan,
tanggal MRS, diagnosa medis, suku bangsa, status perkawinan.
2. Keluhan Utama
Terjadi tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi, nyeri, mual
muntah, dan penglihatan menurun.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang

Hal ini meliputi keluhan utama, mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri,

mual muntah, dan penglihatan menurun.

b.Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami penyakit glaukoma sebelumnya atau tidak dan apakah

terdapat hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis vertikal atau

horisontal memiliki penyakit yang serupa.

4. Pengkajian saat ini

a. Pola nutrisi dan metabolik

Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami perubahan pada pola

nutrisi dan metabolismenya. Walaupun begitu perlu dikaji pola makan dan

komposisi, berapa banyak / dalam porsi, jenis minum dan berapa banyak

jumlahnya.

11
12

b.Pola eliminasi

Pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan tetapi tetap

dikaji konsentrasi, banyaknya warna dan baunya.

c. Pola istirahat dan tidur

Pola istirahat dan tidur akan menurun, klien akan gelisah / sulit tidur karena nyeri.

d.Pola gerak dan keseimbangan

Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan klien

mengalami penurunan.

e. Pola hubungan dan peran

Bagimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien dengan

keluarga dan orang lain, apakah mengalami perubahan karena penyakit yang

dideritanya.

f. Pola personal hygiene

Biasanya klien hanya di seka dan gosok gigi seperti biasanya.

g.Pola spiritual

Klien biasanya masih bisa melakukan ibadah seperti biasa tetapi dilakukakn di

atas tempat tidur.

h.Pola pernafasan

Biasanya klien tidak mengalami permasalahan pada sistem pernafasan.

i. Pola persepsi diri

Klien biasanya merasa cemas dengan penyakitnya.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya, serta

pemeriksaan TTV.
b. Pemeriksaan persistem

Pemeriksaan persistem meliputi:

1) Persepsi sensori (visul)

Biasanya terjadi tekanan intra ocular (TIO).

2) Sistem kardiovaskuler

Kaji apakah pasien memiliki riwayat hipertensi atau tidak.

3) Sistem endokrin

Kaji apakah pasien memiliki riwayat DM atau tidak

4) Sistem neurologis

Biasanya sistem neurologis normal dengan GCS 15.

5) Sistem integument

Pada sistem integument pun biasanya normal dengan turgor kulit baik.

6) Sistem gastrointestinal

Biasanya selera makan berkurang karena adanya mual dan muntah.

7) Sistem musculoskeletal

Biasanya sistem musculoskeletal normal tidak adanya yeri pada tulang

maupun sendi.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Oftalmoskopi : Untuk melihat fondus mata bagian dalam yaitu retina, diskus
optikus macula dan pembuluh darah retina.
b. Tonometry : Adalah alat untuk mengukur tekanan intra okuler, nilai yang
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmHg dan dianggap patologi bila
melebihi 25 mmHg.
c. Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang dapat
pandangan yang khas pada glaukoma, secara sederhana, lapang pandang dapat
diperiksa dengan tes konfrontasi.
d. Pemeriksaan Ultrasonotrapi : Adalah gelombang suara yang dapat digunakan
untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
14

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intraokular (TIO) yang di tandai dengan mual muntah.
2. Gangguan persepsi sensori: penglihatan
3. Ansietas b.d faktor fisiologis perubahan status kesehatan.
15

NANDA NOC NIC


Nyeri Akut Tingkat kenyamanan Manajemen nyeri
Batasan karakteristik: Indikator: Intervensi:
 Perubahan nafsu makan  Melaporkan keadaan fisik membaik  Lakukan penilaian nyeri secara
 Perubahan dalam tekanan darah  Melaporkan kepuasan terhadap komprehensif dimulai dari lokasi,
 Perubahan frekuensi denyut jantung kontrol nyeri karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas,
 Perubahan frekuensi pernapasan  Menunjukkan kepuasaan terhadap dan penyebab
 Masalah tidur kontrol nyeri  Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan
 Dilatasi pupil Kontrol nyeri sehari-hari (tidur, nafsu makan)
Indikator:  Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang
 Pasien mengetahui serangan nyeri dapat memberikan kenyamanan pada pasien
 Pasien mengetahui gejala-gejala dan rencana keperawatan
nyeri  Menyediakan informasi tentang nyeri,
 Menggunakan tindakan preventif contoh penyebab nyeri, bagaimana
Nyeri efek disruptive terjadinya, mengantisipasi ketidaknyamanan
Indikator  Menyediakan analgesik yang dibutuhkan
 Pasien melaporkan hilangnya dalam mengatasi nyeri
gangguan tidur  Anjurkan untuk istirahat/ tidur yang adekuat
 Kehilangan nafsu makan untuk mengurangi nyeri
 Dorong pasien untuk mendiskusikan
Tingkat nyeri pengalaman terhadap nyeri
16
Indikator  Menyediakan informasi yang adekuat untuk
 Keluhan nyeri meningkatkan pengetahuan keluarga
 Ekspresi wajah terhadap nyeri terhadap nyeri
 Menyertakan keluarga dalam
mengembangkan metode mengatasai nyeri
 Monitor kepuasan klien terhadap manajemen
nyeri yang diberikan dalam interval yang
ditetapkan

Gangguan persepsi sensori: penglihatan Kontrol Kecemasan: Peningkatan Komunikasi: Defisit Penglihatan
Indicator:  Kenali diri sendiri ketika memasuki ruang
Batasan karakteristik:  Memantau intensitas kecemasan pasien
 Berubahnya ketajaman pancaindera  Menghilangkan pencetus kecemasan  Menerima reaksi pasien terhadap rusaknya
 Berubahnya respon yang umum  Menurunkan rangsang lingkungan penglihatan
terhadap rangsangan ketika cema  Catat reaksi pasien terhadap rusaknya
 Gagal penyesuaian  Mencari informasi untuk penglihatan (misal, depresi, menarik diri, dan
 Distorsi pancaindera mengurangi kecemasan menolak kenyataan)
 Merencanakan strategi koping  Andalkan penglihatan pasien yang tersisa
terhadap situasi yang menekan sebagaimana mestinya
 Menggunakan strategi koping yang  Gambarkan lingkungan kepada pasien
efektif  Jangan memindahkan benda-benda di kamar
 Menggunakan teknik relaksasi untuk pasien tanpa memberitahu pasien
mengurangi rasa cemas  Identifikasi makanan yang ada dalam baki
 Menjaga hubungan sosial dalam kaitannya dengan angka-angka pada
 Melaporkan ketidakhadiran jam
17
penyimpangan persepsi pada  Sediakan kaca pembesar atau kacamata
pancaindera prisma sewajarnya untuk membaca
 Melaporkan ketidakhadiran  Rujuk pasien dengan masalah penglihatan ke
manifestasi fisik akan kecemasan agen yang sesuai

Kompensasi Tingkahlaku Penglihatan: Manajemen Lingkungan


Indicator:  Ciptakan lingkungan yang aman untuk
 Pantau gejala dari semakin buruknya pasien
penglihatan  Hilangkan bahaya lingkungan (misal,
 Posisikan diri untuk menguntungkan permadani yang bisa dilepas-lepas dan kecil,
penglihatan mebel yang dapat dipindah-pindahkan)
 Ingatkan yang lain untuk  Hilangkan objek-objek yang membahayakan
menggunakan teknik yang dari lingkungan
menguntungkan penglihatan  Lindungi dengan sisi rel/ lapisan antar rel,
 Gunakan pencahayaan yang cukup sebagaimana mestinya
untuk aktivitas yang sedang  Kawal pasien selama kegiatan-kegiatan di
dilakukan bangsal sebagaimana mestinya
 Memakai kacamata dengan benar  Sediakan tempat tidur tinggi-rendah yang
 Merawat kacamata dengan benar sesuai
 Menggunakan alat bantu penglihatan  Sediakan alat-alat yang adaptif (misal,
yang lemah bangku untuk melangkah atau pegangan
tangan) yang sesuai
 Susun perabotan di dalam kamar dalam
tatakan yang sesuai yang bagus dalam
mengakomodasi ketidakmampuan pasien
18
ataupun keluarga
 Tempatkan benda-benda yang sering
digunakan dekat dengan jangkauan
 Manipulasi pencahayaan untuk kebaikan
terapeutik
 Batasi pengunjung

Pengawasan: Keamanan
 Pantau perubahan fungsi fisik atau kognitif
pasien yang menyebabkan perilaku yang
membahayakan
 Pantau lingkungan yang berpotensi
membahayakan keamanan
 Tentukan derajat pengawasan yang
dibutuhkan pasien, berdasarkan tingkat,
fungsi dan kehadiran bahaya dalam
lingkungan
 Sediakan tingkat pengawasan yang sesuai
untuk memantau pasien dan memberikan
tindakan terapeutik, jika dibutuhkan
 Tempatkan pasien pada lingkungan yang
paling terbatas yang menyedikan level yang
dibutuhkan untuk observasi
 Mulai dan pertahankan status pencegahan
pada resiko tinggi dari bahaya yang
19
dikhususkan untuk pengaturan perawatan
 Komunikasikan informasi tentang resiko
pasien pada perawat lainnya

Ansietas a. Kontrol cemas . Penurunan kecemasan


Batasan karakteristik: Indikator : Aktivitas:
 Scaning dan kewaspadaan  Pantau intensitas kecemasan  Tenangkan klien
 Kontak mata yang buruk  Menyingkirkan tanda kecemasan  Jelaskan seluruh posedur tindakan kepada klien
 Ketidakberdayaan meningkat  Mencari informasi untuk menurunkan dan perasaan yang mungkin muncul pada saat
 Kerusakan perhatian cemas melakukan tindakan
 Mempertahankan konsentrasi  Berikan informasi diagnosa,
 Laporankan durasi dari episode cemas prognosis, dan tindakan
b. Koping  Berusaha memahami keadaan klien
Indikator:  Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada
 Memanajemen masalah tingkat kecemasan
 Melibatkan anggota keluarga dalam  Gunakan pendekatan dan sentuhan, untuk
membuat keputusan meyakinkan pasien tidak sendiri.
 Mengekspresikan perasaan dan kebebasan  Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan
emosional  Bantu pasien untuk identifikasi situasi yang
 Menunjukkan strategi penurunan stres mencipkatakan cemas
Menggunakan support sosial  Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik
relaksasi

Peningkatan koping
Aktivitas:
20
 Hargai pemahamnan pasien tentang pemahaman
penyakit
 Gunakan pendekatan yang tenang dan berikan
jaminan
 Sediakan informasi aktual tentang diagnosa,
penanganan, dan prognosis
 Sediakan pilihan yang realisis tentang aspek
perawatan saat ini
 Tentukan kemampuan klien untuk mengambil
keputusan
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi
positif untuk mengatasi keterbatasan dan
mengelola gaya hidup atau perubahan peran
DAFTAR PUSTAKA

Ekarulita, Intan. 2018. Epidemiologi Glaukoma, diakses dari


https://www.alomedika.com/penyakit/oftalmologi/glaukoma/epidemiologi, pada 6
November 2019
Goldber, Ivan dan Remo Susanna Jr. 2017. Glaukoma Langkah Penting Selamatkan
Penglihatan Anda, diakses dari
https://books.google.co.id/books?id=7DfTDgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=buku+
glaukoma+langkah+penting&hl-
id&sa=X&ved=0ahUKEwjmlOOO2enlAhQbbn0KHcnUDggQ6AECTAA#v=onepage&
q=buku%20glaukoma%20langkah%20penting&f=false, pada 6 November 2019.
Hadi, Abdul. 2015. Pengertian, Bagian-Bagian Mata Dan Fungsinya, diakses dari
https://softilmu.com/2015/02/Struktur-Pengertian-Bagian-Bagian-Fungsi-Mata-
Adalah.html?m=1, pada 6 November 2019.
Hanarwatiaj. 2008. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan
NANDA NIC-NOC Edisis Revisi Jilid 2. Jogjakarta: Percetakan Mediaction Publishing
Jogjakarta.
Indriana dan N. Istiqomah. 2018. Askep Glaukoma, diakses dari
https://www.academia.edu/37854485/Askep_glaukoma.docx, pada 3 Oktober 2019.
Induniasih dan Sri Hendarsih. Tanpa Tahun. Metodologi Keperawatan. Yogyakarya: Pustaka
Baru Press.
Mifdaturrohmah. 2017. Dasar-Dasar Keperawatan Buku Referensi Ilmu Dasar Keperawatan.
Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarya: Percetakan
Mediaction Publishing Jogjakarta.
Perarce, Evelyn C. Tanpa Tahun. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Diterjemahkan
Oleh: Sri Yuliani Handoyo. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Sidharta, Ilyas. 2004. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan
NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarya: Percetakan Mediaction Publishing
Jogjakarta.
Tamsuri, Anas. 2010. Glaukoma, diakses dari https://academia.edu31628610/glaukoma, pada
7 November 2019.

33

Anda mungkin juga menyukai