Anda di halaman 1dari 82

LTM

VaniaMariskaPutri1306366634
Referensi:
1. https://www.vtmedicaid.com/Information/ICD9%20Dental%20Code
2.
3.
4.
5.

%20QRC.20141209.v10.pdf
http://www.icd9data.com/2015/Volume1/default.htm
http://apps.who.int/classifications/icd10/browse/2016/en#/I
http://www.who.int/classifications/icd/ICD10Volume2_en_2010.pdf?ua=1
https://www.dentaquestinstitute.org/system/files/SNS%20ICD10%20Webinar

%20July%2030%202015.pdf
6. ICD10Volume1,2,&3
7. https://www.cms.gov/medicare/coding/icd10/downloads/6_i10tab2010.pdf
ICD9danICD101,2,3,4
International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems
(ICD)adalahsistemklasifikasipenyakitdanbebagaimacamjenistanda,symptomps
(gejala), kelainan, keluhan, dan penyebab eksternal penyakit yang berlaku secara
internasionalmenurutkriteriayangtelahdisepakati.ICDdipublikasikanolehWHO
dandigunakansecaraluasuntukmorbiditas,mortalitas,sistemreimbursemen/klaim
asuransi federal, serta penunjang keputusan dalam kedokteran. Kode ini
mempermudah dokter dalam memahami masalah medis yang tepat dari seorang
individudimanapuniaberada.Ketikaseseoranghendakmengajukanklaimasuransi
federal, ia tidak perlu menyebutkan secara rinci diagnosis dan pengobatannya
melainkanhanyadapatmenggunakankodeICD.
FungsidankegunaanICD:

sebagai indeks pencatatan penyakit dan tindakan di sarana pelayanan

kesehatan
masukanbagisistempelaporandiagnosismedis
memudahkan proses penyimpanan dan pengambilan data terkait diagnosis

karakteristikpasiendanpenyedialayanan
bahandasarpengelompokandiagnosisrelatedgroupsuntuksistempenagihan

pembayaranbiayapelayanan.
Pelaporannasionaldaninternasionalmorbiditasdanmortalitas
Tabulasi data pelayanan kesehatan bagi proses evaluasi perencanaan
pelayananmedis

Menentukanbentukpelayananyangharusdirencanakandandikembangkan

sesuaikebutuhanzaman
Analisispembiayaanpelayanankesehatan
Untukpenelitianepidemiologidanklinis.

A. ICD9
ICD9 dipublikasikan oleh WHO pada tahun 1977. Terdapat ekstensi dari
ICD9 yang dipergunakan dalam masalah data morbiditas dan bagian dari
procedure codes. Bagian ekstensi ini disebut sebagai ICD9CM (clinical
modification). Terdapat 3 volume ICD9CM, volume 1 dan 2 digunakan
untukkodediagnostik(diagnosispenyakit)sedangkanvolume3digunakan
untukmengklasifikasikankodeprosedurtindakanmedis.Dalampengklaiman
programjaminankesehatanBPJSKesehatandenganaplikasiINACBG,ICD
9CMhanyadigunakanuntukmengkodeprosedurtindakanmedis,sedangkan
untuk mengkode diagnosis penyakit digunakan ICD10. Berikut adalah
pengklasifikasianprosedurdantindakanmedisdalamICD9CMvolume3:
1. Mainsections
2. (00)Proceduresandintervensions,notelsewhereclassified
3. (0105)Operationsonthenervoussystem
4. (0607)Operationsontheendocrinesystem
5. (0816)Operationsontheeye
6. (1820)Operationsontheear
7. (2129)Operationsonthenose,mouthandpharynx (dapatdiakses
menggunakan:

https://www.findacode.com/codeset.php?

set=ICD9V3&i=3004)

8. (3034)Operationsontherespiratorysystem
9. (3539)Operationsonthecardiovascularsystem
10. (4041)Operationsonthehemicandlymphaticsystem
11. (4254)Operationsonthedigestivesystem
12. (5559)Operationsontheurinarysystem

13. (6064)Operationsonthemalegenitalorgans
14. (6571)Operationsonthefemalegenitalorgans
15. (7275)Obstetricalprocedures
16. (7684)Operationsonthemusculoskeletalsystem
17. (8586)Operationsontheintegumentarysystem
18. (8799)Miscellaneousdiagnosticandtherapeuticprocedures
Diagnosticradiology
Interview,evaluation,consultation,andexamination
Nuclearmedicine
Physicaltherapy,respiratorytherapy,rehabilitation,andrelated

procedures
Proceduresrelatedtothepsyche
Ophthalmologicandotologicdiagnosisandtreatment
Nonoperativeintubationandirrigation
Replacementandremovaloftherapeuticappliances/nonoperative

removalofforeignbodyorcalculus
Othernonoperativeprocedures

B. ICD10
Sejak tahun 19961998 Depkes RI mengharuskan penggunaan ICD 10 di
indonesia untuk kepentingan pelaporan sistem informasi rumah sakit di
indonesia.SamahalnyadenganICD9CM,ICD10terdiridaritigavolume
yaitu volume 1, 2, dan 3. Bagian ini berisi informasi praktis yang perlu
diketahuiolehsemuapenggunauntukbisamemanfaatkanklasifikasidengan
baik.Volume1terdiridariklasifikasiutama,volume2menyediakanpedoman
caracodingmenggunakanICD10,danvolume3adalahindeksalphabetical
dari klasifikasi. Pengetahuan dan pemahaman tujuan serta struktur ICD
pentingbagipenggunastatistikdananalisisinformasikesehatansebagaimana
untukpetugaskoder,
Padadasarnya,ICD10terdiridari:
1. volume
a. Volume1
Volume1berisiklasifikasiutamayangterdiridaridaftarkategori3
karakter,daftartabularinklusisertasubkategori4karakterklasifikasi
danmorfologineoplasma,tabulasikhususuntukdaftarmortalitasdan
morbiditas., definisi, dan regulasi nomenklatur. Pada klasifikasi inti
(daftarkategori3karakter)jugaterdapatchapterdanblocktitle.ICD
10 volume 1 dibagi menjadi 22 bab.3 Berikut adalah istilah dan
petunjukyangdigunakandalampengkodeanICD.

1) Inclusion dalam pokok bahasan karakter seringkali


ditemukansejumlahistrilahdiagnostikyangdisebutinclusion
term. Artinya adalah tambahan diagnostik yang dapat
diklasifikasikankedalamkelompokyangbersangkutan.Istilah
inclusionjugadipakaiuntukkondisiyangberbedaatausinonim
yang bukan subklasifikasi kelompok tersebut. Digunakan
sebagai pedoman rubrik. Contoh : 106 Amoebiasis includes
infectionduetoentamoebahystolitica,injuryto
2) Eksklusi istilahinimenunjukkankodeditempatlainyang
tidakdigunakandalamkategoriini.Kodeyangbenaradalah
yang diberi tanda dalam kurung yang mengikuti istilah itu.
Contoh A09 Diarrhoea and gastroenteritis or presumed
infectiousoriginexcludesduetobacterial,protozoal,viraland
otherspecifiedinfectiousagent(A00A08)
3) Glossary terdapat pada bab V mental and behavioural
disorder. Hal ini digunakan karena terminologi gangguan
mental sangat bervariasi terutama perbedaan diantara negara
darinamayangsamamungkinmenggambarkankondisiyang
agakberbeda.Glossarytidakdipergunakanuntukpenggunaan
membuatkodediagnosisnamununtukpetunjukdokterklinik
dalampengisianrubrik.
4) Koderangkap:sistemDagger( ) dan asterisk (*)
Kodeprimeruntukpenyakitdasarditandaiolehsebuahdagger
(+) yaitu sebuah kode tambahan yang bersifat opsional dan
pilihan manifestasinya ditandai dengan asterisk (*). Tujuan:
untuk mengklasifikasi kondisi tersebut pada chapter yang
relevan dengan manifestasi jika kondisi tersebut merupakan
alasan untuk mendapatkan asuhan medis. Sementara sistem
dagger dan asterisk memberikan klasfikasi alternatif untuk
presentasistatistik,prinsipICDadalahkodedaggermerupakan
kodeprimeryangharusselaludigunakandanasterisksebagai
tambahan jika metode presentasi alternatif juga dibutuhkan,
terdapat 83 kategori tanda bintang dalam ICD10 yang

mungkindigunakandalamhubungannyadengankodedagger
namun kode bintang tidak pernah dipergunakan sendirian.
Kategoribintangterdapatpadapermulaansetiapbab,blok,dan
rubrikyangsesuai.

5) Tandakurung/parantesis()
Tandakurungdigunakandalamempatcara
Untukmenyertakankatatambahanyangakanmengikuti
istilahdiagnostiktanpamempengaruhiangkakodeyang
dirujukolehkatadiluarkurung.Contoh:G11.1Early

onsetcerebellarattaxia
Friedrichsattaxia(autosomalrecessive)
Untukmenyertakankodeyangdimaksuddalamistilah
exclusion. Contoh : A04 other bacterial intestinal
infection. Excludes foodborne intoxication, bacterial

(A05,)
Untuk menyertakan kode tiga karakter dari kategori
dalam blok tertentu. Contoh: intestinal infectious

diseases(A00A09)
Untukmenyertakankodedaggerdalamkategoribintang
ataukodebintangdalamistilahsangkur.ContohA02.2
localized salmonella infections. Salmonella : arthritis

(Mo1.3*)
6) Kurungbesar/squarebrackets[]
Untuk menyertakan sinonim, kata alterrnatif, atau

penjelasan.Contoh:A07.1Giardiasis[lambiasis]
Untuk merujuk pada catatan. Contoh: C21.8
overlappinglesionofrectum,anusandanalcanal[lihat

note5padahalaman182padaICD10Volume1]
Untukmerujukkekelompoksubdivisikarakterkeempat
yangdinyatakansebelumnya.ContohF10,Mentaland
behaviouraldisordersduetouseofalcohol[lihathal
321323untuksubdivisionpadaICD10volume1)

7) Titikdua(:)untukdaftaristilahinlcusiondanexclusionjika
kata yang mendahului tidak lengkap penetapan istilahnya
dalamrubric.ContohA06.8Amoebicinfectionofothersites.
Amoebic:Appendicitis,balantis+(N51.2*)
8) NOS(yangtidakditentukan)NotOtherwisespesified/tidak
dikualifikasikan.Ketikainformasitidakbegitujelas.Contoh:
A03.9shigellosis,unspesified.BacillarydysentryNOS
9) Not elsewhere classified (NEC) apabila digunakan judul
pada kategori 3 karakter, NEC adalah peringatan bahwa
beberapa jenis tertentu dari kondisi yang tercantum dalam
rubrik tersebut bisa saja tercantum pada klasifikasi lain.
Contoh:

bisa juga mencakup J16.0 chlamydial pneumonia dan JI6.8


pneumoniaduetootherspecifiedinfectiousorganism.
b. Volume2pedomanpenggunaanyangberisicatatansertifikasidan
klasifikasisertapedomanpenggunaanvolume1.
c. Volume3indeksalphabetical.
2. Chapter
PadaICD10versi2016menurutWHOterdapat22chapter:
Icertaininfectiousandparasiticdiseases
IIneoplasms
IIIdiseasesofthebloodandbloodformingorgansandcertaindisorders
involvingtheimmunemechanism
IVendocrine,nutritionalandmetabolicdiseases
Vmentalandbehaviouraldisorders
VIdiseasesofthenervoussystem
VIIDiseasesoftheeyeandadnexa
VIIIdiseasesofdiseasesoftheearandmastoidprocess
IXdiseasesofthecircluatorysistem
Xdiseasesoftherespiratorysistem
XIdiseasesofthedigestivesystem
XIIdiseasesoftheskinandsubcutaneoustissue
XIIIdiseasesofthemusculoskeletalsystemandconnectivetissue
XIVdiseasesofthegenitourinarysystem
XVpregnancy,childbirthandthepuerperium
XVIcertainconditionsoriginatingintheperinatalperiod
XVII congenital malformations, deformations and chromosomal
abnormalities,

XVIII symptoms, signs and abnormal clinical and laboratory


findings,NOS
XIXinjury,poisoningandcertainotherconsequensesofexternalcauses
XXexternalcausesofmorbidityandmortality
XXIfactorsinfluencinghealthstatusandcontactwithhealthservices
XXIIcodesforspecialpurposes.
3. Blocksofcategories
Masingmasing bab dibagi menjadi beberapa block yang terdiri dari
kategori3karakter.
4. Three character categories digunakan untuk kondisi single. Dipilih
karena frekuensi, keparahan, atau keberhasilan terhadap intervensi
kesehatanmasyarakat.
5. Fourcharactersubcategories tidakwajib.Namunbeberapakategori3
karakter dibagi subdivisi dimana karakter ke 4 ditulis setelah angka
decimal.Karakterke4.8biasanyauntukkondisiotherdan.9digunakan
untuk menyampaikan arti yangsamadengan kategori 3karaktertanpa
menambahkaninformasitambahan.
6. Supplementary subdivision for use at the fifth or subsequent character
levelcontohpadaprotesa:
Completelossofteeth(K08.1__)
Karakterke5etiologi(trauma,periodontitis,caries,other)
Karakterke6klasifikasi

7. TheunusedUcodesnewdiseasesofuncertainetiology.
*padakedokterangigiformatICD10dalambentuk5:

Alphanumerik(karakterpertamaselaluabjad,karakterke2danke3selalu

angka,semuayangberakhiranangka9=unspecified)
37karakter
selaluadakomasetelahkarakterke3
kebanyakankodedentaluntukkedokterangigiadalah45karakter

kategoriICD10dentalyangseringditemukan5:

C00D49neoplasma
E08E13diabetes

G47Sleepapnea
K00K14DiseasesofGI/oralcavity
M2627denofacialanomalies,jawdisorders
O00O9Apregnancy,childbirthandpostpartum
S00S09injuriestothehead
VO1Y99exernalcauses
Z00Z00 reasons for healthcare encounter other except for disease, injury,
denturestatus (Z11Z13:screeningsdiagnostictests,aftercare,follow up
care,routineexams.)

DiseasesofOralCavityandSalivaryGlands(KOOK14)

Diseasesoforalcavity,salivaryglandsandjaws(K00K14)VOLUME1
DisordersoftoothdevelopmentanderuptionExcludes: embeddedandimpacted
teeth(K01.)
K00.0Anodontia
HypodontiaOligodontia
K00.1Supernumeraryteeth
Distomolar
FourthmolarMesiodensParamolarSupplementaryteeth
K00.2Abnormalitiesofsizeandformofteeth
Concrescence
FusionofteethGemination
Dens:
evaginatus
indente
invaginatus
EnamelpearlsMacrodontia
Microdontia
Pegshaped[conical]teethTaurodontism
Tuberculumparamolare
Excludes:tuberculumCarabelli,whichisregardedasanormalvariationandshould
notbecoded
K00.3Mottledteeth
Dentalfluorosis
MottlingofenamelNonfluorideenamelopacities

Excludes:deposits[accretions]onteeth(K03.6)
K00.4Disturbancesintoothformation
Aplasiaandhypoplasiaofcementum
Dilacerationoftooth
Enamelhypoplasia(neonatal)(postnatal)(prenatal)
RegionalodontodysplasiaTurner'stooth
Excludes:Hutchinson'steethandmulberrymolarsincongenitalsyphilis(A50.5)
mottledteeth(K00.3)
K00.5Hereditarydisturbancesintoothstructure,notelsewhereclassified
AmelogenesisDentinogenesisimperfectaOdontogenesis
DentinaldysplasiaShellteeth
K00.6Disturbancesintootheruption
Dentiapraecox
NatalNeonatal
tooth
Premature:
eruptionoftooth
sheddingofprimary[deciduous]toothRetained[persistent]primarytooth
K00.7Teethingsyndrome
K00.8Otherdisordersoftoothdevelopment
Colourchangesduringtoothformation

K00.9Disorderoftoothdevelopment,unspecified
DisorderofodontogenesisNOS

Embeddedandimpactedteeth
Excludes:embeddedandimpactedteethwithabnormalpositionofsuchteethor
K01.0Embeddedteeth
adjacentteeth(K07.3)
Anembeddedtoothisatooththathasfailedtoeruptwithoutobstructionbyanother
tooth.
K01.1Impactedteeth
Animpactedtoothisatooththathasfailedtoeruptbecauseofobstructionbyanother
tooth.
Dental

caries

K02.0Carieslimitedtoenamel
Whitespotlesions[initialcaries]
1. K02.1Cariesofdentine
2. K02.2Cariesofcementum
3. K02.3
4. K02.4
5. K02.5dentalcariesonpitandfissuresurface
1. K02.51dentalcariesonpitandfissuresurfacelimitedtoenamel
2. K02.52penetratingtodentin
3. K02.53penetratingintopulp
6. K02.6dentalcariesonsmoothsurface
1. K02.61limitedtoenamel
2. K02.62penetratingintodentin
3. K02.63penetratingintopulp
7. K02.7Dentalrootcaries
8. K02.9dentalcaries,unspecified
K02.3Arresteddentalcaries
K02.4Odontoclasia

InfantilemelanodontiaMelanodontoclasia
1. K02.8Otherdentalcaries
2. K02.9Dentalcaries,unspecified

OtherdiseasesofhardtissuesofteethExcludes:bruxism(F45.8)
K03.0Excessiveattritionofteeth
Wear:
approximal
ofteeth
occlusal
K03.1Abrasionofteeth
Abrasion:
dentifrice
dentalcaries(K02.)teethgrindingNOS(F45.8)
habitual
occupational
ritual
traditionalWedgedefectNOS
ofteeth
K03.2Erosionofteeth

Erosionofteeth:NOS
dueto:
diet
drugsandmedicamentspersistentvomiting

idiopathic

occupational

K03.3Pathologicalresorptionofteeth
InternalgranulomaofpulpResorptionofteeth(external)
K03.4Hypercementosis
Cementationhyperplasia
K03.5Ankylosisofteeth
K03.6Deposits[accretions]onteeth
Dentalcalculus:
subgingival
supragingival
Deposits[accretions]onteeth:betel
black
green
materiaalba
orange
tobaccoStainingofteeth:NOS
extrinsicNOS

K03.7PosteruptivecolourchangesofdentalhardtissuesExcludes:deposits
[accretions]onteeth(K03.6)
K03.8Otherspecifieddiseasesofhardtissuesofteeth
Irradiatedenamel
Sensitivedentine
Useadditionalexternalcausecode(ChapterXX),ifdesired,toidentifyradiation,if
radiationinduced.
K03.9Diseaseofhardtissuesofteeth,unspecified

Diseasesofpulpandperiapicaltissues
K04.0Pulpitis
Pulpal:
abscess
polyp
Pulpitis:
acute
chronic(hyperplastic)(ulcerative)suppurative
K04.1Necrosisofpulp
Pulpalgangrene
K04.2Pulpdegeneration
DenticlesPulpal:
calcificationsstones
K04.3Abnormalhardtissueformationinpulp

Secondaryorirregulardentine
K04.4Acuteapicalperiodontitisofpulpalorigin
AcuteapicalperiodontitisNOS
K04.5Chronicapicalperiodontitis
ApicalorperiapicalgranulomaApicalperiodontitisNOS
K04.6Periapicalabscesswithsinus
DentalDentoalveolar
abscesswithsinus
K04.7Periapicalabscesswithoutsinus
Dental
DentoalveolarabscessNOSPeriapical
K04.8Radicularcyst
Cyst:
apical(periodontal)periapical
residualradicular
Excludes:lateralperiodontalcyst(K09.0)
K04.9Otherandunspecifieddiseasesofpulpandperiapicaltissues
Gingivitisandperiodontaldiseases
K05.0Acutegingivitis
Excludes:acutenecrotizingulcerativegingivitis(A69.1)
K05.1Chronicgingivitis

Gingivitis(chronic):NOS
desquamative
hyperplastic
simplemarginalulcerative
K05.2Acuteperiodontitis
AcutepericoronitisParodontalabscessPeriodontalabscess
herpesviral[herpessimplex]gingivostomatitis(B00.2)
Excludes:acuteapicalperiodontitis(K04.4)periapicalabscess(K04.7)
K05.3Chronicperiodontitis
Chronicpericoronitis
withsinus(K04.6)
Periodontitis:
NOS
complex
simplex
K05.4Periodontosis
Juvenileperiodontosis
5. K05.5Otherperiodontaldiseases
6. K05.6Periodontaldisease,unspecified
K06OtherdisordersofgingivaandedentulousalveolarridgeExcludes:atrophy
ofedentulousalveolarridge(K08.2)

K06.0Gingivalrecession
K06.1Gingivalenlargement
Gingivalfibromatosis
K06.2Gingivalandedentulousalveolarridgelesionsassociatedwithtrauma
Irritativehyperplasiaofedentulousridge[denturehyperplasia]
Useadditionalexternalcausecode(ChapterXX),ifdesired,toidentifycause.
K06.8Otherspecifieddisordersofgingivaandedentulousalveolarridge
Fibrousepulis
Flabbyridge
Giantcellepulis
PeripheralgiantcellgranulomaPyogenicgranulomaofgingiva
K06.9Disorderofgingivaandedentulousalveolarridge,unspecified

Dentofacialanomalies[includingmalocclusion]Excludes:hemifacialatrophyor
hypertrophy(Q67.4)
K07.0Majoranomaliesofjawsize
unilateralcondylarhyperplasiaorhypoplasia(K10.8)
Hyperplasia,hypoplasia:
mandibular
maxillary
Macrognathism(mandibular)(maxillary)Micrognathism(mandibular)(maxillary)
Excludes:acromegaly(E22.0)Robin'ssyndrome(Q87.0)

K07.1Anomaliesofjawcranialbaserelationship
Asymmetryofjaw
Prognathism(mandibular)(maxillary)Retrognathism(mandibular)(maxillary)
K07.2Anomaliesofdentalarchrelationship
Crossbite(anterior)(posterior)Distoocclusion
Mesioocclusion
MidlinedeviationofdentalarchOpenbite(anterior)(posterior)Overbite(excessive):
deep
horizontal
vertical
Overjet
Posteriorlingualocclusionofmandibularteeth
K07.3Anomaliesoftoothposition
CrowdingDiastemaDisplacementRotationSpacing,abnormal
oftoothorteeth
Transposition
Impactedorembeddedteethwithabnormalpositionofsuchteethoradjacentteeth
Excludes:embeddedandimpactedteethwithoutabnormalposition(K01.)K07.4
Malocclusion,unspecified
K07.5Dentofacialfunctionalabnormalities
AbnormaljawclosureMalocclusiondueto:
abnormalswallowingmouthbreathing
tongue,liporfingerhabitsExcludes:bruxism(F45.8)

teethgrindingNOS(F45.8)
K07.6Temporomandibularjointdisorders
Costen'scomplexorsyndrome
Derangementoftemporomandibularjoint
Snappingjaw
Temporomandibularjointpaindysfunctionsyndrome
Excludes:currenttemporomandibularjoint:dislocation(S03.0)
strain(S03.4)
K07.8Otherdentofacialanomalies
K07.9Dentofacialanomaly,unspecified
K08Otherdisordersofteethandsupportingstructures
1. K08.0Exfoliationofteethduetosystemiccauses
2. K08.1Lossofteethduetoaccident,extractionorlocalperiodontal
disease
3. K08.2Atrophyofedentulousalveolarridge
4. K08.3Retaineddentalroot
K08.8Otherspecifieddisordersofteethandsupportingstructures
EnlargementofalveolarridgeNOSIrregularalveolarprocessToothacheNOS
K08.9Disorderofteethandsupportingstructures,unspecified
Cystsoforalregion,notelsewhereclassified
Includes:lesionsshowinghistologicalfeaturesbothofaneurysmalcystandof

anotherfibroosseouslesionExcludes:radicularcyst(K04.8)
K09.0Developmentalodontogeniccysts
Cyst:
dentigerous
eruption
follicular
gingival
lateralperiodontalprimordialKeratocyst
K09.1Developmental(nonodontogenic)cystsoforalregion
Cyst(of):
globulomaxillaryincisivecanal
medianpalatalnasopalatine
palatinepapilla
K09.2Othercystsofjaw
Cystofjaw:
NOS
aneurysmal
haemorrhagictraumatic
Excludes:latentbonecystofjaw(K10.0)Stafne'scyst(K10.0)
K09.8Othercystsoforalregion,notelsewhereclassified
DermoidcystEpidermoidcystLymphoepithelialcystEpstein'spearlNasoalveolar
cystNasolabialcyst
ofmouth

K09.9Cystoforalregion,unspecifiedK10
Otherdiseasesofjaws
K10.0Developmentaldisordersofjaws
LatentbonecystofjawStafne'scyst
Torus:
mandibularis
palatinus
K10.1Giantcellgranuloma,central
GiantcellgranulomaNOS
Excludes:peripheralgiantcellgranuloma(K06.8)
K10.2Inflammatoryconditionsofjaws
OsteitisOsteomyelitis(neonatal)OsteoradionecrosisPeriostitisSequestrumofjaw
bone
ofjaw(acute)(chronic)(suppurative)
Useadditionalexternalcausecode(ChapterXX),ifdesired,toidentifyradiation,if
radiationinduced.
K10.3Alveolitisofjaws
AlveolarosteitisDrysocket
K10.8Otherspecifieddiseasesofjaws
Cherubism
ExostosisFibrousdysplasia

ofjaw
Unilateralcondylar:hyperplasiahypoplasia
K10.9Diseaseofjaws,unspecifiedK11Diseasesofsalivaryglands
K11.0Atrophyofsalivarygland
K11.1Hypertrophyofsalivarygland
K11.2Sialoadenitis
Excludes:epidemicparotitis(B26.)
3. K11.3Abscessofsalivarygland
4. K11.4Fistulaofsalivarygland
uveoparotidfever[Heerfordt](D86.8)
K11.6Mucoceleofsalivarygland
Mucous:
extravasation
cystofsalivarygland
retentioncystRanula
K11.7Disturbancesofsalivarysecretion
HypoptyalismPtyalismXerostomia
Excludes:drymouthNOS(R68.2)
K11.8Otherdiseasesofsalivaryglands

BenignlymphoepitheliallesionofsalivaryglandMikulicz'disease
Necrotizingsialometaplasia
Sialectasia
StenosisStricture
ofsalivaryduct
Excludes:siccasyndrome[Sjogren](M35.0)
K11.9Diseaseofsalivarygland,unspecified
Excludes:congenitalfistulaofsalivarygland(Q38.4)K11.5Sialolithiasis
CalculusStone
ofsalivaryglandorduct
SialoadenopathyNOS

StomatitisandrelatedlesionsExcludes:cancrumoris(A69.0)
K12.0Recurrentoralaphthae
cheilitis(K13.0)
gangrenousstomatitis(A69.0)
herpesviral[herpessimplex]gingivostomatitis(B00.2)noma(A69.0)
Aphthousstomatitis(major)(minor)Bednar'saphthae
PeriadenitismucosanecroticarecurrensRecurrentaphthousulcer
Stomatitisherpetiformis
K12.1Otherformsofstomatitis

Stomatitis:NOS
dentureulcerativevesicular
K12.2Cellulitisandabscessofmouth
Cellulitisofmouth(floor)Submandibularabscess
Excludes:abscess(of):
K12.3Oralmucositis(ulcerative)
periapical(K04.6K04.7)periodontal(K05.2)
peritonsillar(J36)
salivarygland(K11.3)
tongue(K14.0)
Mucositis(oral)(oropharyngeal):NOS
druginduced
radiationinduced
viral
Useadditionalexternalcausecode(ChapterXX),ifdesired,toidentifyexternal
agent.
Excludes:mucositis(ulcerative)of:
noseandnasalsinuses(J34.8)
vaginaandvulva(N76.8)
gastrointestinaltract(exceptoralcavityandoropharynx)(K92.8)

OtherdiseasesoflipandoralmucosaIncludes:epithelialdisturbancesoftongue

Excludes:certaindisordersofgingivaandedentulousalveolarridge(K05K06)cysts
oforalregion(K09.)
diseasesoftongue(K14.)
stomatitisandrelatedlesions(K12.)
K13.0Diseasesoflips
Cheilitis:
NOS
angular
exfoliativeglandularCheilodyniaCheilosisPerlecheNEC
Excludes:ariboflavinosis(E53.0)
cheilitisduetoradiationrelateddisorders(L55L59)perlechedueto:
candidiasis(B37.8)
riboflavindeficiency(E53.0)
1. K13.1Cheekandlipbiting
2. K13.2Leukoplakiaandotherdisturbancesoforalepithelium,including
tongue
ErythroplakiaLeukoedema
oforalepithelium,includingtongue
LeukokeratosisnicotinapalatiSmoker'spalate
Excludes:hairyleukoplakia(K13.3)
K13.3Hairyleukoplakia
K13.4Granulomaandgranulomalikelesionsoforalmucosa

Eosinophilicgranuloma
GranulomapyogenicumoforalmucosaVerrucousxanthoma
K13.5Oralsubmucousfibrosis
Submucousfibrosisoftongue
K13.6Irritativehyperplasiaoforalmucosa
Excludes:irritativehyperplasiaofedentulousridge[denture

Diseasesoftongue
Excludes:
erythroplakiafocalepithelialhyperplasialeukoedemaleukoplakia
hyperplasia](K06.2)
K13.7Otherandunspecifiedlesionsoforalmucosa
Focaloralmucinosis
oftongue(K13.2)
hairyleukoplakia(K13.3)macroglossia(congenital)(Q38.2)submucousfibrosisof
tongue(K13.5)
oftongueExcludes:atrophicglossitis(K14.4)
K14.1Geographictongue
BenignmigratoryglossitisGlossitisareataexfoliativa
K14.2Medianrhomboidglossitis

K14.3Hypertrophyoftonguepapillae
Blackhairytongue
Coatedtongue
HypertrophyoffoliatepapillaeLinguavillosanigra
K14.4Atrophyoftonguepapillae
Atrophicglossitis
K14.5Plicatedtongue
K14.6Glossodynia
Fissured
FurrowedtongueScrotal
Excludes:fissuredtongue,congenital(Q38.3)
GlossopyrosisPainfultongue
K14.8Otherdiseasesoftongue
AtrophyCrenatedEnlargementHypertrophy
(of)tongue
K14.9Diseaseoftongue,unspecified
GlossopathyNOS

TatacarapenggunaanICD10
1. Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode sesuai dengan volume 3
alphabeticalindex.Bilapernyataanadalahistilahpenyakit/cederaataukondisi
lainyangterdapatpadababIXIX(volume1),gunakanlahsebagaileadterm

untukdimanfaatkansebagaipanduanmenelusuriistilahyangdicaripadaseksi
1indeks(vol3).Bilapernyataanadalahpenyebabluar(externalcause)dari
cedereyangadadibabXX(vol1),lihatdancarikodenyapadaseksiIIdi
indeks(vol3).
2. leadterm:(katapanduan)untukpenyakitdanciderabiasanyamerupakankata
bendayangmemaparkankondisipatologisnya.
3. Bacadenganseksamadanikutipetunjukcatatanyangmunculdibawahistilah
yangakandipilihpadavolume3
4. Bacaistilahyangterdapatdalamtandakurung()sesudahleadterm.Istilahlain
yangadadibawahleadterm(biasanyadalamtanda)dapatmempengaruhi
nomorkode,sehinggakatakatadiagnostikharusdiperhitungkan.
5. Ikutisecarahatihati rujukan silang(cross references) yangterdapatdalam
indeks
6. Lihatdaftartabulasi(volume1)untukmencarinomorkodeyangpalingtepat.
Lihatkodetigakarakterdiindeksdengantandaminuspadaposisikeempat
yangberartibahwaisianuntukkarakterkeempatituadadidalamvolume1
danmerupakanposisitambahanyangtidakadadalamindeks(vol3).
7. Ikutipedomaninclusiondanexclusionpadakodeyangdipilihataubagian
bawahsuatubab(chapter),blok,kategori,subkategori
8. Tentukankodeyangandapilih
9. Lakukananalisiskuantitatifdankualitatifdatadiagnosisyangdikodeuntuk
pemastiankesesuaiannyadenganpernyataandoktermengenaidiagnosisutama
diberbagaiformulirrekammedispasien.

PRASYARAT DAN PERIZINAN PRAKTIK DOKTER GIGI


Praktik kedokteran adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter
dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.
Pengaturan Pemberian Ijin Penyelengaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi
tertuang dalam UU Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran. di dalamnya
memberikan amanat untuk membuat sebuah badan yang akan disebut KKI (Konsil
Kedokteran Indonesia). Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai tugas :
1

melakukan registrasi dokter dan dokter gigi;

mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi; dan

melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran yang


dilaksanakan bersama lembaga terkait sesuai dengan fungsi masing-masing.
Diatur lebih lanjut dalam Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor

1419/MENKES/PER/X/2005 tentang penyelengaraan Praktik Dokter dan Dokter gigi.


Di dalamnya juga termuat formulir untuk mendapatkan STR ataupu SIP. Juga
Kemudian KKI membuat peraturan yang tertuang dalam Peraturan Konsil Kedokteran
Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 tentang Registrasi Dokter dan Dokter Gigi
1.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 512/MenKes/Per/IV/2007


BAB I Ketentuan Umum
1. Pasal 1
a. Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter
dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.
b. Surat Izin Praktik (SIP) adalah bukti tertulis yang diberikan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi yang telah
memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran.
c. Surat Tanda Registrasi (STR) dokter dan dokter gigi adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter dan
dokter gigi yang telah diregistrasi.
BAB II Izin Praktik
2. Pasal 2
1) Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik kedokteran
wajib memiliki SIP.
2) Untuk memperoleh SIP, dokter dan dokter gigi yang bersangkutan
harus mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan dengan
melampirkan:
a) Fotokopi surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi
dokter gigi yang diterbitkan dan dilegalisir asli oleh Konsil
Kedokteran Indonesia, yang masih berlaku.
b) Surat pernyataan mempunyai tempat praktik, atau surat keterangan
dari sarana pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya.
c) Surat rekomendasi dari organisasi profesi, sesuai tempat praktik.

d) Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 3 (tiga) lembar dan 3 x 4


sebanyak 2 (dua) lembar.
3. Pasal 3
1) Dokter atau dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) diberikan SIP untuk 1 (satu) tempat
praktik.
2) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sepanjang STR
masih berlaku dan tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum
dalam SIP.
4. Pasal 4
a) SIP dokter atau dokter gigi diberikan paling banyak untuk 3 (tiga)
tempat praktik, baik pada saran pelayanan kesehatan milik
pemerintah, swasta maupun praktik perorangan.
2. Permenkes No. 1419/MENKES/PER/X/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik
Dokter dan Dokter Gigi
Pengertian SIP menurut Permenkes No. 1419/MENKES/PER/X/2005:
1) SIP adalah bukti tertulis yang diberikan Dinas Kesehatan kabupaten/kota
kepada dokter dan dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan untuk
menjalankan praktik kedokteran
2) SIP sementara adalah bukti tertulis yang diberikan kepada dokter dan dokter
gigi yang menunda masa bakti atau dokter spesialis dan dokter gigi spesialis
yang menunggu penempatan dan menjalankan praktik kedokteran di rumah
sakit pendidikan dan jejaringnya. SIP ini berlaku selama enam bulan dan dapat
diperbarui
3) SIP khusus adalah bukti tertulis yang diberikan kepada dokter dan dokter gigi
secara kolektif bagi peserta PPDS dan PPDGS yang menjalankan praktik
kedokteran di rumah sakit pendidikan dan jejaringnya serta sarana pelayanan
kesehatan yang ditunjuk. Surat izin ini diberikan kepada dokter dan dokter gigi
yang sedang mengikuti program pendidikan dokter spesialis (PPDS) dan
program pendidikan dokter gigi spesialis (PPDGS).
3. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia No. 1 Tahun 2005 tentang Registrasi
Dokter dan Dokter Gigi

1.

Registrasi dokter dan dokter gigi yang memiliki SP dan atau SIP
Bagan

Alur permohonan
1

Pemohon melapor ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan


melengkapi persyaratan yang diperlukan.

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengirimkan berkas pemohon ke Konsil


Kedokteran Indonesia (KKI) dengan melampirkan semua persyaratan.

KKI meneliti seluruh berkas persyaratan dan apabila disetujui diterbitkan STR
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah permohonan diterima oleh KKI.

STR asli dan 3 lembar fotokopi STR yang dilegalisir oleh KKI dikirimkan ke
pemohon, dengan tembusan ke Biro Kepegawaian

Depkes RI, Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dan PB IDI atau PB PDGI.


5

Permohonan penyesuaian SP dan atau SIP menjadi STR diajukan kepada KKI
selambatlambatnya tanggal 29 April 2007.

Permohonan STR yang tidak disetujui, akan dikembalikan kepada pemohon


selambat-lambatnya 3 bulan sejak berkas diterima oleh KKI.
Persyaratan

Mengisi surat permohonan untuk memperoleh STR (form.1a)

Melampirkan persyaratan sebagai berikut :

fotokopi SP dan atau SIP

fotokopi ijazah dokter/dokter gigi

surat keterangan sehat fisik dan mental

dari dokter yang memiliki

SIP

(dengan mencantumkan nomor SIPnya)


4

surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter/dokter gigi (form.1b)

surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi


(form.1b)

pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar dan


ukuran 2x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
Registrasi dokter dan dokter gigi yang belum memiliki SP dan akan
melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi
Bagan

Alur permohonan
1

Pemohon melapor ke Dinas Kesehatan Provinsi setempat dengan melengkapi


persyaratan yang diperlukan.

Dinas Kesehatan Provinsi mengirimkan berkas pemohon ke KKI dengan


melampirkan semua persyaratan.

KKI meneliti seluruh berkas persyaratan dan apabila disetujui diterbitkan


STR selambatlambatnya 3 (tiga) bulan setelah permohonan diterima oleh KKI.

STR asli dan 3 lembar fotokopi STR yang dilegalisir oleh KKI dikirimkan ke
pemohon, dengan tembusan ke Biro Kepegawaian Depkes RI, Dinkes Provinsi
dan PB IDI atau PB PDGI.

Permohonan STR yang tidak disetujui, akan dikembalikan kepada pemohon


selambatlambatnya 3 bulan sejak berkas diterima KKI.
Persyaratan

Mengisi surat permohonan untuk memperoleh STR (form.1a)

Melampirkan persyaratan sebagai berikut :


1

fotokopi ijazah dokter/dokter gigi yang dilegalisir oleh Dekan Institusi


Pendidikan yang bersangkutan

surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki SIP
(dengan mencantumkan nomor SIP-nya)

surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter/dokter gigi


(form.1b) serta pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi (form.1b)

pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar


dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

PERSYARATAN DAN TATA CARA REGISTRASI DOKTER GIGI DI KONSIL


KEDOKTERAN INDONESIA
1

Mengisi dan menandatangani Borang Form 1a dan Borang Form 1b.

Fotokopi Ijazah yang dilegalisir asli oleh Dekan FKG atau Wakil Dekan I
FKG.

Fotokopi sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh kolegium terkait dan


dilegalisir asli oleh kolegium terkait.

Pas foto terbaru dan berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 4 lembar dan ukuran
2x3 cm sebanyak 2 lembar.

Surat Keterangan Sehat Fisik dan Mental yang dibuat oleh dokter yang
memiliki Surat Izin Praktik (SIP) dengan mencantumkan nomor SIP dokter
yang memeriksa.

Surat Pernyataan bahwa telah mengucapkan sumpah/janji dokter/dokter gigi


atau fotokopi surat bukti sumpah/janji dokter/dokter gigi.

Bukti Asli pembayaran biaya registrasi ke Rekening Konsil Kedokteran


Indonesia sesuai dengan Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 2
Tahun 2005 tentang penetapan besaran biaya registrasi dokter/dokter gigi.

MACAM-MACAM BENTUK PRAKTIK DOKTER GIGI (GROUP DAN SOLO


PRACTICE)
Pelayanan kedokteran (medical service) adalah bagian dari pelayanan kesehatan
(health service) yang bertujuan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan. Sasaran utama pelayanan kedokteran ini adalah perseorangan dan keluarga.
Pelayanan kedokteran ini ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat
sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi (institution/
group practice).
1. Diselenggarakan oleh satu orang
Bentuk pelayanan kedokteran yang diselenggarakan oleh satu orang (solo practice),
sangat popular di Indonesia.
Keuntungan dari praktek sendiri, yaitu:

Memegang kendali penuh terhadap kebijakan di tempat praktek dan terhadap


orang-orang yang bekerja disana

Menerima seluruh pendapatan dari hasil praktek

Memiliki privasi lebih besar dibandingkan praktek bersama

Konflik personal yang terjadi lebih sedikit

Lebih mudah membuat perubahan, menjual prakteknya, atau jika ingin pindah
tempat praktek

Kerugian dari praktek sendiri, yaitu:

Tanggung jawab hanya dibebankan ke satu orang

Tergantung dari panggilan setiap waktunya dan tidak ada dokter gigi lain yang
bisa menggantikannya saat dokter gigi tersebut pergi

Bertanggung jawab penuh terhadap semuanya

Pengeluaran masih terus berlajut bahkan ketika dokter gigi tersebut tidak ada dan
pemasukannya berkurang

Sangat terbatas kesempatan untuk berkonsultasi dengan rekan sejawat

2. Diselenggarakan oleh kelompok


Bentuk pelayanan kedokteran berkelompok (group practice). Dibedakan menjadi dua
macam:
A. Hanya menyelenggarakan satu macam pelayanan kedokteran saja, misalnya
praktek bersama sesama dokter gigi.
Keuntungan dari praktek bersama dokter gigi lain:

Biaya pengeluaran bisa dibagi-bagi

Potensi pendapatannya lebih besar

Lebih bebas untuk mengganti jadwal praktek

Kesempatan berkonsultasi lebih besar

Lebih sedikit tanggung jawab manajemen

Lebih bisa mengontrol kualitas

Dapat menghimpun para ahli seperti dokter spesialis

Tingkat kuantitas pasien lebih tinggi

Kerugian dari praktek bersama dokter gigi lain:

Struktur organisasinya lebih kompleks

Ada pembagian control pengambilan kebijakan

Konflik personal bisa terjadi

Kemungkinan terjadi ketidakadlian dalam produksi

B. Menyelenggarakan lebih dari satu macam pelayanan kedokteran. Misalnya,


praktek bersama antara dokter gigi dan dokter umum.
Keuntungan dari praktek asosiasi:

Sedikit atau tidak ada modal awal yang dikeluarkan. Oleh karena itu asosiasi
ini dapat membuka kesempatan bagi dokter gigi baru lulus dan membutuhkan
pengalaman di bidang tertentu untuk mendapatkan sertifikat spesialisasi yang
sedang dikejar

Banyak mendapat pengalaman

Bisa langsung mendapat penghasilan

Sedikit tanggung jawab manajemen

Kerugian dari praktek asosiasi:


Harus mematuhi peraturan orang lain yang ditetapkan
FOUR HANDED DENTISTRY
Pada 1960, istilah four handed dentistry pertama kali digunakan dan diaplikasikan
pada pelatihan dental student untuk menggunakan chair side assistant. Glene
Robinson 1968, mendeskripsikan four handed dentistry sebagai sebuah praktik
dimana drg dan asisten bekerja sebagai tim untuk melakukan operasi yang telah
direncanakan dengan tujuan untuk memberikan keuntungan pada pasien. Four handed
dentistry melibatkan kerja asisten disamping unit secara fulltime yang terkordinasi dan
skilful yang telah dilatih untuk bekerja dengan drg selama prosedur klinis dan
pekerjaan lain pada ruang praktik.
Four handed dentistry bermaksud menghemat waktu dan mengurangi stress pada
praktik. Hal ini melengkapi aplikasi dari peralatan dental yang paling modern yang
telah sengaja dipilih untuk operasi. Untuk lebih produktif, four handed dentistry
membutuhkan

elemen

dasar

seperti

pemilihan

peralatan.

Pemilihan

dan

pengembangan teknik sebaiknya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasi.


Peralatan yang memfasilitasi four handed dentistry sebaiknya dipilih dan disusun
untuk memudahkan operator dan asisten. Terlepas dari konfigurasi yang dipilih, hasil
akhirnya harus sehingga baik operator dan asisten mendapatkan aksesibilitas yang
lebih baik dan visibilitas selama prosedur klinis.
Prinsip Four Handed Dentistry
Pemanfaatan bantuan sepasang tangan dalam four handed dentistry secara umum
dianggap sebagai metode ideal dalam memberikan pelayanan dental. Konsep
pemberian pelayanan dental terdiri dari 4 prinsip dasar:
7
8
9
10

Melakukan pengerjaan dalam posisi duduk


Pemanfaatan yang tepat dari kemampuan tenaga tambahan
Pengorganisasian yang tepat dari bagian-bagian yang berbeda dalam praktik
Menyederhanakan pekerjaan yang direncanakan

Pedoman Dasar Four Handed Dentistry

Beberapa drg dan asisten mengeluhkan stress dalam bekerja jika mengaplikasikan
four handed dentistry dengan teknik yang tidak baik. Hal-hal yang dilakukan drg
seperti penggantian bur, berputar, dan berpindah untuk mengambil peralatan yang
dibutuhkan bisa masih diobservasi dalam praktik four handed dentistry. Four handed
dentistry tidak berjalan jika asisten tidak menguasai kemampuan untuk transfer
instrument. Untuk mempraktikan four handed dentistry yang sebenarnya criteria
berikut harus dipenuhi:

Seluruh peralatan harus didesain secara ergonomis


Tim pengerjaan dan pasien harus duduk nyaman dalam peralatan yang

didesain secara ergonomis


Motion economy sebaiknya dipraktikan
Pengaturan nampan sebaiknya dimanfaatkan
Drg sebaiknya mendelegasikan tugas yang legal berdasarkan guideline

pemerintah
Perawatan pasien sebainya direncanakan dalam urutan yang logis.
Motion Economy
Menghemat pergerakan (pergerakan yang butuh banyak waktu dna membuat

lelah)
Mengurangi jumlah gerakan berlebih yang berbahaya

Klasifikasi Gerakan
1.

Kelas 1 : pergerakan jari, mengambil cotton roll

2.

Kelas 2 : pergerakan jari dan pergelangan tangan, penggunaan instrument,


transfer alat

3.

Kelas 3 : jari, pergelangan tangan, siku (mencampur bahan, mengambil


handpice)

4.

Kelas 4 : sepanjang lengan dan bahu (menyesuaikan posisi lampu, penempatan


rubber dam, mengambil alat yang jauh)

5.

Kelas 5 : seluruh badan bagian atas (mengambil


alat/bahan dari lemari atau meja yang tidak bisa
ditarik)

Zona Aktivitas
Tim dental yang melibatkan drg dan asisten sabaiknya mengetahui hubungan spasial
dari fungsional chair-side sebelum pemilihan peralatan. Area kerja disekitar pasien
disebut zones of activity. Zona aktivitas diidentifikasi menggunakan wajah pasien
sebagai pusat jam.
Terdapat 4 zona aktivitas:
1.
2.
3.
4.

Zona operator
Zona asisten
Zona transfer
Zona static

Untuk operator tangan kanan, zona operator dari jarum jam 7-12, zona asisten dari 24, zona instrument 4-7, dan zona static 12-2.
Strategi untuk Memastikan Four Handed Dentistry Efektif
1.

Teamwork
Untuk mengimplementasikan teknik Four Handed Dentistry yang sebenarnya
setiap anggota tim harus menganggap individu sebagai tanggung jawab tim.
Setiap anggota tim sebaiknya mengenali kebutuhan pertukaran peralatan,

2.

reposisi pasien, dan meningkatkan aksesiblitas dan visibilitas area kerja.


Strategi untuk drg
Drg harus mempersiapkan metodologi dalam melakukan prosedur dental
dasar. Ini dapat melibatkan komunikasi non-verbal yang mengindikasi

3.

kebutuhan pertukaran peralatan atau material.


Strategi untuk asisten

Harus

mengembangkan

pemahaman

yang

tepat

dalam

prosedur,

mengantisipasi kebutuhan operator dan mengenali sebagal perubahan prosedur


atau peralatan.
Tanggung Jawab Tim dalam Transfer Peralatan
1.

Operator requirement
Untuk memaksimalkan efikasi prosedur transfer peralatan, drg seharusnya
memembuat bantalan jari pada tangan yang sedang bekerja pada kavitas
oral dalam perganitan untuk membantu anggota tim melokasikan titik dari
transfer instrument. Komunikasi verbal dan non-verbal spesifik sebaiknya

2.

direncanakan untuk memudahkan penegerjaan.


Asisten requirement
Untuk meningkatkan efisiensi dari teknik transfer instrument, asisten
sebaiknya menyusun instrument pada tray sesuai dengan urutan
pengerjaan. Asisten sebaiknya mengantisipasi kebutuhan instrument secara
berurutan yang disampaikan dan gesit dari setiap perubahan dalam

3.

prosedur.
Tim requirement
Mengobservasi pergerakan pasien, khususnya selama pertukaran syringe
atau instrument tajam. Tim sebaiknya melakukan prosedur perawtaan yang
aman dan terstandarisasi.

Tipe Transfer Instrumen


1.

Single-Handed Transfer Teknik


Pada prosedur ini asisten mentransfer instrument dengan tangan kiri dan
memegang evacuator tip atau water syringe di tangan kanan. Untuk operator yang
menggunakan tangan kiri, semua posisi dibalik. Semua instrument sebaiknya
disusun sesuai urutan pemakaian dan tray sebaiknya ditempatkan sedekat
mungkin dengan pasien. Tray harus di posisikan dalam posisi vertikal atau
horizontal. Perlengkapan asisten seperti ruberdam, syringe sebaiknya di tempatkan
pada mobile cabinet pada jarak yang jauh dari pasien.

Pada permulaan prosedur, kaca sebaiknya diberikan dengan tangan kanan, dan
eksplorer sebaiknya dengan tangan kiri. Instrument yang ditransfer sebaiknya
dipegang dengan tangan kiri dan diposisikan antara jari telunjuk dan jempol.
Instrument sebaiknya diistirahatkan pada jari tengah, sehingga ujung kerja
diposisikan pada lengkung yang benar dan terposisi 10-12inchi dari tangan
operator. Operator sebaiknya memberikan sinyal untuk setiap pertukaran dengan
menggerakkan instumen yang digunakan. Hindari menusuk/membocorkan glove.
2.

Two-handed Transfer
Bentuk transfer ini kebanyakan digunakan selama transfer instrument yang besar
seperti ruberdam clamp forcep atau tang bedah. Asisten mengambil instrument
yang digunakan dengan satu tangan sambil membawa instrument ditangan
lainnya. Penggunaan suction dan air water syringe terbatas selama transfer tipe
ini.

3.

Pemberian Kaca Mulut dan Eksplorer


Pada permulaan kebanyakan prosedur dental, 2 instrumen diagnostic ini ditransfer
oleh asisten. Kaca mulut dibawa menggunakan tangan kanan, dan secara simultan
eksplorer dibawa dengan memegang 1/3 bagian handle.

4.

Penggunaan Non-Locking Tissue Forcep


Selama penggunaan non-locking forcep, yang harus diperhatikan cara
memegangnya untuk menghindari beak. Selama transfer, forcep diparalelkan
dengan instrument yang digunakan yang ingin ditukar. Pemegangannya harus
menggunakan
menumpahkan.

telapak

tangan

untuk

menghindari

menjatuhkan

atau

5.

Pemberian Benda Kecil


Benda kecil seperti cotton applicator dan instrument kecil lain sebaiknya dibawa
seperti instrument lainnya. Untuk mentransfer medikamen, instrument insersi
sebaiknya diberikan dan alas dengan medikamen sebainya diberikan untuk
memeberikan aksesibilitas ke operator.

6.

Delivery gunting
Asisten sebaiknya mensejajarkan instrument yang ditukar. Operator sebaiknya
memodifikasi posisi tangan untuk menempatkan jempol dan jari telunjuk dna
tengah ke dalam lingkaran handle. Selama penggantian gunting, beaks mengarah
ke asisten.

7.

Six handed transfer


Selama kasus bedah kompleks, seperti bedah endodontic, mikroskop high
powered penting. Set ketiga tangan menjadi siginifikan untuk isolasi, retraksi,
preparasi material, dll. Sementara asisten pertama tetap berada bersama operator
pada sisi operasi, aissten kedua mengantisipasi kebutuhan dari keduanya.

PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN


GIGI
Saat memilih dental unit, salah satu fokus pertimbangan yang penting dan
seringkali diabaikan adalahposisi asisten yang bekerja.
1.

Transthorax unit
Desain ini memenuhi persyaratan untuk aspek waktu
dan gerakan, serta menyediakan posisi ergonomis
yang baik. Dengan posisi unit yang berada di atas
daerah

thorax

pasien,

asisten

operator

dapat

mengambil handpiece dan memberikannya kepada


operator dengan mudah, di mana operator tidak perlu
mengalihkan perhatiannya dari mulut pasien. Desain
unit ini diadaptasikan dengan baik untuk mencapai
pelaksanaan four-handed dentistry yang optimal.
2.

Side delivery
Desain unit ini sudah cukup lama beredar selama puluhan tahun. Sebagian
besar dental unit yang digunakan dalam sekolah kedokteran gigi adalah unit
dengan desain side delivery, biasanya disertakan dengan bracket tray. Unit ini
membuat operator untuk mengambil handpiece sendiri, yang membuat
perhatiannya harus teralih dari mulut pasien sejenak, dan kemudian baru
kembali memfokuskan perhatian pada mulut pasien. Hal ini dapat
menyebabkan stress dan kelelahan. Asisten operator tidak dapat menjangkau
peralatan untuk mengganti handpiece maupun bur, sehingga menurunkan
produktivitas. Seringkali dalam pengaturan seperti ini, high-velocity
evacuation (suction) terletak pada kursi, di lokasi kerja asisten. Hal ini
memaksa asisten untuk menjauh dari kursi dental unit. Terkadang selang
untuk saluran HVE bahkan diletakkan pada mobile cart. Dengan pengaturan
seperti ini, efektivitas untuk HVE perlu dipertanyakan.

3.

Rear delivery

Pada unit ini, operator diharuskan mengambil handpiece (membutuhkan


gerakan memutar dan membalikkan badan), juga kegiatan yang membuat mata
lelah (karena perlu mengalihkan dan memfokuskan perhatian pada handpiece
dan mulut pasien berulang kali). Terkadang operator juga perlu mengganti
tangan untuk mengambil dan menggunakan handpiece. Biasanya posisi unit
sudah ditentukan dan tidak dapat diatur untuk mempermudah gerakan operator
maupun asisten. Sistem HVE juga dipasang secara permanen pada area kerja
asisten. Posisi ini sangat membatasi ruang kerja asisten karena mengharuskan
asisten menghadapkan badan ke depan (rear). Bila terdapat mobile cart, maka
akan menghambat akses ke sink serta air/ water syringes. Posisi ini
memberikan stress yang cukup besar pada asisten.
4.

Split unit/ cart


Konsep ini menempatkan bagian dari dental unit pada sisi operator, dan HVE
serta air/water syringe pada lemari bebas (mobile cabinet) sisi asisten. Seperti
dijumpai pada side delivery unit, desain ini membuat operator untuk
mengambil handpiece dan membuat asisten tidak mampu menjangkau
handpiece, sehingga mengurangi produktivitas. Asisten operator hanya dapat
menggunakan HVE dan air/ water syringe yang berada pada mobile cabinet
dan tidak dapat mengambil handpiece maupun bur. Seringkali mobile cabinet
yang digunakan di sini tidak didesain untuk menyimpan peralatan cadangan
(backup instruments) dan tempat yang cukup untuk bahan (material). Desain
split unit membatasi pergerakan asisten dan membuat peralatan cadangan
harus disimpan pada lemari lainnya. Posisi ini membutuhkan pergerakan
tambahan saat mengambil alat yang dibutuhkan dan juga meningkatkan resiko
kontaminasi.

PENGELOLAAN LIMBAH DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN GIGI


Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan atau proses produksi (PP RI NO.19
tahun 1994). Limbah rumah sakit adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan pasien, pengobatan dan perawatan gigi, veterinary, farmasi atau yang
sejenis dan yang berasal dari kegatan laboratorium serta penelitian (Kusnoputranto,
1993).

Dalam lingkungan rumah sakit, ancaman yang timbul dari limbah rumah sakit
terutama pada saat penanganan, yaitu saat pemilahan, pengumpulan, penampungan,
pengangkutan dan pemusnahan atau pembuangannya. Karena volume limbah yang
dihasilkn melebihi kapasitas atau kemampuan pembuangan/pemusnahannya dan
beberapa diantara jenis limbah berpotensi menimbulkan bahaya kepada petugas yang
terlibat dalam penanganannya.
Jenis- jenis kategori limbah berdasarkan potensi bahaya yang terkandung didalamnya
(Kusnoputranto, 1993) :
Limbah benda tajam
Limbah infeksius yaitu yang berhubungan dengan perawatan intensif atau isolasi
penyait menular atau kontaminasi organisme patogen.
Limbah jaringan tubuh.
Limbah sitotoksik
Limbah farmasi
Limbah kimia dan plastik
Limbah radioaktif yaitu bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop, kedokteran
nuklir, radio immunoassay serta bisa berbentuk padat, cair atau gas. Limbah radioaktif
dibuang sesuai persyaratan teknis dan peraturan perundangan yang berlaku (PP
No.13/1975) dan diserahkan ke BATAN.

Karakteristik limbah Rumah Sakit


1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.

2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk
padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat
dan non-medis.
3. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis,
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi.
4. Limbah padat non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan
halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
5. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan
kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
6. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan
generator, anastesi, dan pembuatan obat citotoksik.
7. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang
tidak secara rutin ada di lingkungan dan organism tersebut dalam jumlah dan
virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
8.

Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stock
bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang
telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.

9. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari


persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang
mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel
hidup.

10. Minimasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi
jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce),
menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle)
Persyaratan
A. Limbah Medis Padat
a. Minimasi Limbah
1)

Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.

2)

Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia
yang berbahaya dan beracun.

3)

Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan
farmasi.

4)

Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari
pengumpulan, pengangkutan, danpemusnahan harus melalui sertifikasi dari
pihak yang berwenang.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur
Ulang

1)

Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan


limbah

2)

Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang
tidak dimanfaatkan kembali.

3)

Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa


memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor,
anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak
berkepentingan tidak dapat membukanya.

4)

Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.

5)

Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses
sterilisasi sesuai Tabel I.10. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus
dilakukan tes Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus
dilakukan tes Bacillus subtilis.

6)

Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.


Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable),
limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses

7)

salah satu metode sterilisasi pada Tabel I.10


Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan
penggunaan wadah dan label seperti Tabel I.11

8)

Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan
perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.

9)

Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi
label bertuliskan Limbah Sitotoksis.

c. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah


Media Padat di Lingkungan Rumah Sakit
1)

Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah


menggunakan troli khusus yang tertutup.

2)

Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim
hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
d. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke Luar Rumah
Sakit

1)

Pengelola harus mengumpulkan dan mengmas pada tempat yang kuat.

2)

Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus.


e. Pengolahan dan Pemusnahan

1)

Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat


pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.

2)

Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat


disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat
yang ada, dengan pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran
menggunakan insinerator.

B. Limbah Medis Non Padat


a. Pemilahan dan Pewadahan
1) Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah
medis padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
2) Tempat Pewadahan
a. Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong
plastik warna hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan
lambang domestik warna putih

b. Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah pada melebih 2


(dua) ekor per-block grill, perlu dilakukan pengendalian padat.
b. Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan
1) Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih
dari 20 ekor per-block grill atau tikus terlihat pada siang hari, harus
dilakukan pengendalian.
2) Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan
binatang pengganggu yang lain minimal 1 (satu) bulan sekali.
c. Pengolahan dan Pemusnahan
Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non-medis harus dilakukan sesuai
persyaratan kesehatan.
C. Limbah Cair
Kalitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau
lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-58/MenLH/12/1995 atau peraturan
daerah setempat.
D. Limbah Gas
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat
dengan insinerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor Kep-13/MenLH/12/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak.

Pemisahan Limbah Kedokteran Gigi (Dental Waste Segregation)


Kedokteran gigi secara luas diketahui menggunakan bahan kimia, dan
logam berat, dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi kepada masyarakat,

namun secara akurat karakteristik bahan, dan limbah tindakan kedokteran gigi
merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3)
Praktek dokter gigi kini harus memperhatikan aspek lingkungan.
Upayakan sejak sekarang untuk menjalankan praktek dokter gigi yang ramah
lingkungan. Salah satunya dengan memperhatikan pengelolaan limbah
kedokteran gigi. Dari berbagai tindakan yang dilakukan dokter gigi, terdapat
berbagai tipe limbah yang dihasilkan, yang tentu saja bukan limbah biasa.
Memisahkan limbah kedokteran gigi ternyata cukup sederhana, berikut
adalah metode pemisahan jenis limbah kedokteran gigi berdasarkan warna
container (color coding for waste disposal), yang diadopsi dari NHS Scotland:
I.

Limbah dengan risiko rendah Orange Stream Waste


Untuk keperluan dental sehari-hari , kantung oranye ini meliputi limbah
berupa:
1) Dressings and Swabs;
2) Benda sekali pakai: sarung tangan, apron, masker, lap yang
terkontaminasi
3) Benda-benda lain yang berkontak dengan pasien (plastik untuk
wrapping DU, misalnya)
Semua limbah jenis ini sebaiknya dikelola dengan Heat Disinfection

System (HDS) atau dengan disinfeksi panas. Plastik yang digunakan


berkode warna oranye
Untuk gelas pecah maupun cairan terkontaminasi dan darah, masuk
kantung dan tube, atau masuk ke kontainer oranye namun berbahan keras
yang tidak mudah bocor (orange stream bin).
II.

Limbah risiko tinggi Yellow Stream Waste


Untuk keperluan dental, kontainer ini akan banyak dipakai di ranah

bedah. Limbah yang termasuk golongan ini:


1) Bagian tubuh yang diambil seperti: gigi dengan tumpatan, tapi
bukan tumpatan amalgam

2) Cairan farmasi seperti obat-obatan dan bahan anestesi


3) Benda tajam seperti matrix band, scalpel blade, jarum suntik sekali
pakai
4) Vial obat seperti cartridge dan ampul
5) Bagian

metal

terkontaminasi

seperti

instrument

bedah

yang

rusak/sekali pakai: bur dan file endodontic


6) Limbah yang sangat infeksius, seperti darah yang terinfeksi
Semua limbah tersebut diolah secara insinerasi atau pembakaran.
Persyaratan container: rigid, sukar dibuka, tidak mudah bocor
III.

Limbah Spesial Red Stream Waste

Digunakan untuk limbah yang tidak bisa di insinerasi dan


membutuhkan pemrosesan kembali oleh tenaga ahli, sehingga nantinya bahan
kimia yang ada dapat ditangani untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan.
Jenis limbah yang dibuang ke red stream bin:
1) Amalgam;
2) Kapsul Amalgam
3) Gigi dengan tumpatan Amalgam
4) Cairan X-Ray Individual
5) Cairan Developer
6) Cairan fotokimia lainnya: fixer, air yang terkontaminasi developer
7) Lead Foils;
8) atau benda lain yang mengandung metal berat

AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)


AMDAL adalah singkatan dari analisis mengenai dampak lingkungan. Dalam
peraturan pemerintah no. 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak
lingkungan disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar
dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Kriteria mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup
antara lain:
1.jumlah manusia yang terkena dampak
2.luas wilayah persebaran dampak
3.intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4.banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
5.sifat kumulatif dampak
6.berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak
Amdal, merupakan reaksi terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia
yang semakin meningkat.Amdal dilakukan untuk menjamin tujuan proyek-proyek
pembangunan yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat tanpa merusak kualitas
lingkungan hidup.
Amdal bukanlah suatu proses yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari
proses yang lebih besar dan lebih penting sehingga Amdal merupakan bagian dari
beberapa hal berikut :
1.Pengelolaan lingkungan
2.Pemantauan proyek
3.Pengelolaan proyek
4.Pengambilan keputusan
5.Dokumen yang penting

KONSEP ERGONOMIS DALAM PRAKTIK DOKTER GIGI


Menurut Russel (1973), ergonomis dalam praktik kedokteran gigi dapat diartikan
sebagai bagaimana posisi dokter gigi dan pasien, bagaimana dokter gigi menggunakan
peralatan, bagaimana area kerja didisain, dan bagaimana semua ini berdampak pada
kesehatan dokter gigi. Ergonimis merupakan pengaplikasian pertimbangan ilmu

dengan disain produk dan prosedur untuk mendapatkan efisiensi dan keamanan yang
maksimal. Ergonomis dalam praktik kedokteran gigi seperti yang terlihat pada bagan
berikut:

Definisi ergonomis menurut Occupational Sefety and Health Administration (OSHA)


adalah hubungan manusia dengan lingkungan kerja yang tidak mengakibatkan suatu
gangguan. Kesehatan musculoskeletal dokter gigi menjadi perhatian dalam masalah
ergonomis ini. Rasa sakit yang dirasakan dokter gigi dapat dialami saat praktik
apabila area kerjanya sempit dan postur kerja yang sangat tidak fleksibel. Menurut
Bramson, et al (1998) 81% dokter gigi mengalami sakit pada punggung, leher, dan
pundak karena area kerja yang tidak ergonomis. Secara garis besar ergonomis berarti
terciptanya sistem kerja yang sehat, aman, dan nyaman bagi manusia. Pada dasarnya
kondisi ergonomis sangat menguntungkan karena dapat mencegah terjadinya
gangguan muskuluskeletal. Sistem ergonomis di bidang kedokteran gigi tidak hanya
sekedar posisi operator dan disain alat, namun integrasi dari peralatan yang digunakan
di dalam praktik dokter gigi. Contoh area kerja yang tidak ergonomis dalam praktik
kedokteran gigi menurut Sadig (2000):
-

Kursi dokter gigi atau kursi pasien terlalu tinggi/rendah

Kursi dokter gigi tidak mempunyai lumbar, thoracic, atau arm support

Meja alat-alat tidak dalam posisi yang tepat

Pencahayaan yang tidak adekuat

Meja area kerja yang tidak nyaman


Peningkatan ergonomis dalam praktik kedokteran gigi dapat dilakukan dengan
memodifikasi dan mengoptimalkan lingkungan kerja. Pengaplikasian ergonomis
dalam praktik kedokteran gigi adalah sebagai berikut:

A. Kursi Dokter Gigi


Kursi dokter gigi harus dapat diatur posisinya untuk
meningkatkan akses visual dan mengakomodasi pergerakkan
pasien selama sesi perawatan. Kursi harus memiliki konstruksi
cast frame yang rigid. Seat pan harus

cukup luas untuk

pergerakan. Ketinggian kursi harus dapat diatur. Sanders (1997)


merekomendasikan pengaturan kursi untuk klinisi yang lebih
pendek diatur ketinggiannya 16 21 inchi, dan untuk klinisi
yang lebih tinggi diatur ketinggiannya 21 26 inchi. Kursi
dokter gigi ada yang memakai arm support untuk kesehatan
dan kenyamanan dokter gigi, namun arm support ini tidak
boleh mengganggu akses kepada pasien selama kerja. Ketika
memilih kursi dokter gigi atau dental stool, harus memiliki
kriteria-kriteria di atas yang membuat dokter gigi bekerja dalam
posisi tubuh netral.

B. Kursi Pasien
Posisi duduk pasien yang optimal didapat ketika rongga mulut
pasien setinggi dada dokter gigi. Posisi rongga mulut di atas
dada dokter gigi akan meningkatkan kelelahan pundak.
Sedangkan posisi rongga mulut di bawah dada dokter gigi akan
menyebabkan non-neutral posture termasuk posisi kepala yang

terlalu turun, pembengkokan torsi ke depan atau ke samping,


dan ketidakmampuan dokter gigi untuk mengakses pergerakan
yang bebas. Posisi netral akan diperoleh jika:
-

Lengan atas dekat ke tubuh

Sudut siku/lengan mendekati 90o

Pergelangan tangan segaris dengan lengan, perpanjang tidak lebih dari 20 o


30o

C. Instrumentasi
Menurut Sander (1997), pemilihan instrumen berdasarkan hal
yang diketahui (familiarity) daripada kualitas dan specific
properties. Memilih instrumen yang benar untuk menurunkan
penggunaan tekanan sehingga mendapatkan neutral joint
positioning. Pertimbangan dalam memilih instrumen adalah
sebagai berikut:
Bentuk

dan

ukuran handle

Diameter dental instrumen 5,6


11,5 mm. Diameter handle yang
lebih besar menurunkan hand
muscle load dan pinch force,
meskipun diameter lebih besar
dari 10 mm tidak menunjukkan
tambahan

keuntungan

(Dong,

2006)

Handle no. 4 mengurangu pinch


gripping dan bisa disapat pada
kebanyakan instrumen

Round

handle,

menurunkan

dapat

tekanan

dan

Instrumen

yang

kompresi otot
Berat

ringan (15 g atau


kurang)
membantu
menurunkan

muscle workload
dan pinch force
Balance

Maneuverability

(Dong, 2006)
Instrumen harus seimbang dalam
tangan sehingga kecenderungan
deviasi

pergelangan

tangan

menurun

Keseimbangan dalam instrumen


ditingkatkan menggunakan third
digit rest. The second digit rest
(index finger) dapat mendeteksi
pergerakan yang sangat halus
dan harus ditempatkan dekat
pada

operating

point. Tidak

menggunakan the fourth digit


sebagai stabilisasi, karena dapat
menurunkan jumlah jari dalam
rongga

mulut,

kemampuan
instrumen,
Kemudahan
pengoperasian

meningkatkan
memposisikan

dan

meningkatkan

tingkat kontrol kemampuan taktil


Semakin mudah
mengoperasikan
instrumen

Ketajaman

semakin baik
Penting menjaga
ketajaman
instrumen, karena
alat yang tumpul
membutuhkan

Tekstur

tekanan

yang

lebih
Knurled

handle

seperti

bentuk

diamond atau pola

criss-cross dapat
menurunkan
tekanan
grip

pinch
karena

meningkatkan
sensasi taktil
D. Equipment Layout
Dental equipment harus diletakkan sehingga dokter gigi
dapat

menjaga

membutuhkan
instrumen

neutral

pengaturan

menurunkan

working
dan
deviasi

usaha

posture.
untuk

postural

Sehingga
mengakses

ketika

kerja.

Penggunaan instrumen harus berada dalam comfortable


distance (22 26 inchi) dan tidak di atas tinggi pundak atau di
bawah tinggi pinggang. Penggunaan instrumen seperti syringe,
hand piece, saliva ejector dan high volume evacuator sering
diposisikan dalam normal horizontal, jarang diposisikan dalam
maximal horizontal.

E. Pencahayaan
Posisi cahaya merupakan faktor penting yang berpengaruh pada
postur selama kerja. Pencahayaan yang optimal didapat ketika
light-line harus sedekat mungkin pada sight-line. Menurut UBC

(2008) semakin besar deviasi light-line dari sight-line maka


semakin besar pembayangan.

F. Sarung tangan
Penggunaan sarung tangan merupakan universal precautions.
Sarung tangan harus berukuran tepat, ringan, dan lentur. Bahan
sarung tangan juga menjadi faktor yang harus diperhatikan.
Sarung tangan latex mmberikan ukuran pas yang alami, namun
dapat menyebabkan alergi bagi beberapa dokter gigi atau
pasien. Bahan sarung tangan lainnya adalah vinyl, yang
memberikan ukuran pas yang kurang baik. Ada pula sarung
tangan chloroprene yang sangat tahan terhadap kebocoran, serta
memiliki fleksibilitas yang lebih dibanding vinyl.
Menurut Yamalik (2007), ergonomis dalam praktik kedokteran gigi di antaranya:
1.

Menjaga postur tubuh tetap lurus.

2.

Menggunakan adjustable chair dengan lumbar, thoracic, dan arm support.

3.

Posisi pasien dan tray instrumen sedekat mungkin dengan tubuh.

4.

Meminimalisasi pergerakan pergelangan tangan yang berlebihan.

5.

Menghindari pergerakan jari yang berlebihan.

6.

Berganti-ganti posisi kerja antara duduk, berdiri, dan sisi pasien.

7.

Menyesuaikan ketinggian kursi dokter gigi dan kursi pasien sehingga


mendapatkan kenyamanan.

8.

Mempertimbangkan posisi pasien horizontal.

9.

Cek pencahayaan.

10.

Cek suhu ruangan.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Kesehatan dan Keselamatan Kerja menurut World Health Organization (WHO) /
International Labor Organization (ILO) adalah upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja dengan cara
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat
kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
Secara garis besar K3 diterapkan untuk menciptakan suatu system keselamatan dan
keseahtan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsure manajemen, tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja dalam rangka:

Mencegah dan mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja


Menciptakan tempat kerja yang aman terhadap kebakaran, peledakan dan
kerusakan yang pada akhirnya akan melindungi investasi yang ada serta

membuat tempat kerja yang sehat


Menciptakan efisiensi dan produktivitas kerja karena menurunnya biaya
kompensasi akibat sakit atau kecelakaan kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya preventif yang kegiatan utamanya
adalah identifikasi, substitusi, eliminasi, evaluasi dan pengendalian risiko dan bahaya.
Keselamatan kerja praktik dokter gigi.
-

Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja, seperti tertusuknya tangan

dengan jarum dan instrumen kedokteran gigi lainnya yang tajam.


Memberi alat pelindung diri pada dokter gigi, seperti pemakaian sarung

tangan, masker, penutup kepala, atau celemek.


Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoron, asap, uap, gas, aliran udara, cuaca, sinar radiasi,

kebisingan dan getaran.


Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik

maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.


Memperoleh penerangan ruangan maupun area kerja pada pasien yang cukup

dan sesuai.
Menyelenggarakan

menyelanggarakan penyegaran udara yang cukup pada ruangan praktik.


Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban ruang praktik.

suhu

dan

kelembaban

udara

yang

baik

serta

Menerapkan ergonomi di tempat kerja seperti cara memposisikan tubuh


dengan benar saat bekerja, maupun tata letak penempatan alat kedokteran gigi.

Dokter gigi harus menerapkan standard precautions terhadap setiap pasien dan control
infeksi demi menjaga keselamatan kerja untuk mencegah transmisi infeksi antara
pasien, dokter gigi, para staf dan lingkungan. Kementerian Kesehatan RI pada tahun
2012 telah menerbitkan standar pencegahan dan pengendalian infeksi pelayanan
kesehatan gigi dan mulut sebagai pedoman tenaga kesehatan dalam pelaksanaan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang benar. Hal bertujuan untuk mendukung
millennium developmen goals (MDGs) ke-6 dan 7 dan tercapainya target WHO 2020
dalam meningkatkan jumlah pelayanan kesehatan yang kompeten untuk mengenali
dan mengurangi risiko transmisi penyakit menular di lingkungan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut.
Kontrol infeksi melalui proses sterilisasi merupakan komponen penting dalam proses
kontrol infeksi dan keselamatan pasien. Proses sterilisasi dan pengaturan area yang
tepat dapat menghasilkan proses sterilisasi lebih efisien, meminimalisasi kontaminasi
lingkungan, mengurangi kesalahan, menjaga alat tetap steril dan keselamatan pasien
dan staf. Dokter gigi dan staf harus melindungi diri dengan mengikuti program
imunisasi yang rutin dan penyakit infeksi lainnya.
Kontrol Infeksi dalam Kedokteran Gigi
Standard precaution terdiri dari dua yaitu standar tindakan pencegahan dan
transmission based precautions.
yaitu standar tindakan pencegahan yang diaplikasikan terhadap semua pasien
dirancang untuk mereduksi resiko transmisi mikroorganisme dari sumber infeksi yang
diketahui dan tidak diketahui (darah, cairan tubuh, ekskresi dan sekresi). Pencegahan
ini diterapkan terhadap semua pasien tanpa mempedulikan diagnosis atau status
infeksi yang pasti. Dasar-dasar tindakan pencegahan antara lain:
1. Mencuci tangan
Tangan harus dicuci secara cermat dengan sabun cair disinfektan, dikeringkan dengan
lap kertas 1 kali pakai sebelum memakai dan setelah melepaskan sarung tangan

Gambar. Cara mencuci tangan yang baik


2. Pemakaian alat pelindung diri (APD)
APD terdiri dari pakaian pelindung, sarung tangan, masker bedah, kacamata
pelindung. Tujuannya adalah untuk melindungi diri terhadap benda asing, percikan
dan aerosol yang berasal dari tindakan perawatan terutama saat scalling (manual dan
ultrasonik) penggunaan instrumen berputar, syringe, pemotongan atau penyesuaian
kawat ortodonsi dan pembersihan alat dan perlengkapannya

Gambar. Alat Pelindung Diri


3. Manajemen health care waste
- Meliputi garis pedoman pemisahan, pemaketan dan penyimpanan untuk health
-

care risk waste.


Penanganan dan pembuangan secara tepat jarum dan benda tajam.
Bahan yang 1 kali pakai seperti harus dibuang setelah 1 kali dipakai dan
jangan dipakai ulang.

Ampul anestesi lokal 1 kali pakai dapat mengandung darah atau cairan yang
dapat teraspirasi dari pasien dan tidak boleh digunakan kembali untuk pasien
berikutnya

4. Pembersihan, dekontaminasi dan sterilisasi yang efektif alat, perlengkapan dan


perlindungan, termasuk ceceran darah
- Pilihan metode sterilisasi kebanyakan instrument adalah autoclave dengan
menggunakan salah satu kombinasi suhu dan waktu. Suhu tertinggi harus
digunakan untuk alat yang cocok disterilisasi dengan suhu tersebut. Pak harus
kering sebelum dipindahkan dari autoclave

Desinfektan mengeliminasi sebagian besar mikroorganisme tapi tidak semua


bentuk mikroorganisme.

Gambar. Area yang perlu dilakukan disinfeksi


-

Sterilisasi penting dilakukan untuk semua instrumen yang berkontak dengan

jaringan mulut baik


yang berpenetrasi maupun tidak bepenetrasi jaringan lunak atau tulang.

Instrumen yang hanya berkontak dengan kulit utuh hanya didisinfeksi setiap

pergantian pasien.
Instrumen yang telah steril dan terbungkus disimpan pada tempat tertutup,
jangan di bawah tempat pembuangan untuk mencegah instrumen basah.
Instrumen ini disimpan pada rak penyimpanan yang steril. Instrumen yang
disimpan harus dibungkus

Sistem Pembiayaan Kesehatan


Biaya

kesehatan

adalah

besarnya

dana

yang

harus

disediakan

untuk

menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan


oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Dari pengertian tersebut dapat ditinjau dari 2 sudut pandang:
1. Penyelenggara pelayanan kesehatan ( provider ) yaitu besarnya dana untuk
menyelanggarakan upaya kesehatan yang berupa dana investasi serta dana
opersional
2. Pemakai jasa pelayanan yaitu besarnya dana yang dikeluarkan untuk dapat
memanfaatkan suatu upaya kesehatan.
Jenis biaya kesehatan :
1. Biaya pelayanan kedokteran yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kedokteran, tujuan utamanya lebih ke arah
pengobatan dan pemulihan dengan sumber dana dari sektor pemerintah
maupun swasta
2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat yaitu biaya untuk menyelenggarakan
dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat, tujuan utamnaya
lebih ke arah peningkatan kesehatan dan pencegahan dengan sumber dana
terutama dari sektor pemerintah.
Sumber biaya kesehatan
1. Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan dana
berasal dari pajak, pinjaman luar negeri serta asuransi sosial.
2. Swasta, dengan sumber dana dari perusahaan, asuransi kesehatan swasta,
sumbangan sosial, pengeluaran rumah tangga serta communan self help.
Macam pembiayaan praktik dokter gigi meliputi
1. Asuransi

Asuransi kesehatan bertujuan untuk meringankan beban biaya yang


disebabkan oleh gangguan kesehatan akibat sakit atau kecelakaan.
a. Asuransi kesehatan sosial.
Dalam UU No. 2 tahun 92 tentang asuransi disebutkan bahwa program
asuransi sosial adalah program asuransi yang diselenggarakan secara wajib
berdasarkan suatu UU, dengan tujuan untuk memberikan perlindungan
dasar bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam UU ini disebutkan bahwa
program asuransi sosial hanya dapat diselenggarakan oleh Badan Usaha
Milik Negara (pasal 14).
Keunggulan asuransi sosial :
Tidak terjadi seleksi bias. Dalam asuransi sosial dimana seluruh anggota
masyarakat diwajibkan untuk ikut serta, kemungkinan terjadinya adverse

selection dapat dihindari.


Redistribusi/subsidi silang yang luas (equity egaliter). Karena semua
kelompok

masyarakat

wajib

ikut

serta,

maka

asuransi

sosial

memungkinkan terjadinya subsidi yang luas.


Administrasi yang sederhana dan murah. Biasanya asuransi sosial

menyediakan produk tunggal yaitu sama untuk semua peserta.


Memungkinkan pengenaan tarif pelayanan kesehatan yang seragam dan
semua penduduk dapat tercakup, karena kepesertaannya yang bersifat
wajib sehingga

Kelemahan asuransi sosial :


Pilihan terbatas. Keterbatasan ini terjadi karena asuransi sosial idealnya
memiliki pengelola yang merupakan badan pemerintah, maka peserta

tidak memiliki pilihan asuradur.


Pelayanan seragam. Sehingga memungkinkan ada yang kurang suka

dengan pelayanan.
Kurang disukai oleh tenaga kesehatan karena dikenai jasa dengan tarif

yang seragam..
b. Asuransi kesehatan komersial
Asuransi kesehatan komersial adalah asuransi kesehatan yang basis
kepesertaannya bersifat sukarela. Asuransi ini merespon demand atau
permintaan pasar terhadap pelayanan kesehatan sedangkan asuransi sosial
merespon needs atau kebutuhan masyarakat. Premi yang harus dibayarkan
peserta asuransi komersial disesuaikan dengan paket jaminan atau manfaat
yang ditanggung. Semakin tinggi atau luas jaminan maka semakin besar
nilai premi yang harus dibayarkan.

c. Asuransi kesehatan konvensional


Asuransi kesehatan konvensional atau yang biasa juga dikenal sebagai
asuransi kesehatan tradisional adalah salah satu bentuk produksi asuransi
kesehatan dengan pembayaran premi berdasarkan community rating yaitu
cara perhitungan premi sehingga semua anggota di dalam kelompok
membayar premi yang sama berdasarkan karakteristik risiko kelompok,
misalnya usia atau masalah kesehatan.
Asuransi kesehatan konvensional mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Peserta dapat memilih penyelenggara pelayanan kesehatan yang
diinginkan.
2. Tidak terikat lokasi, karena tidak ada konsep wilayah.
3. Kepuasan peserta tinggi, karena sesuai dengan pilihannya walaupun
4.
5.
6.
7.

mungkin terjadi kepuasan semu karena sifatnya sangat subyektif.


Mutu pelayanan yang diberikan menjadi risiko peserta.
Cakupan risiko tidak komprehensif.
Sasaran adalah masyarakat menengah ke atas.
Moral hazard baik bagi peserta maupun penyelenggara pelayanan
kesehatan tinggi karena konsumsi dari pemberi pelayanan (supply)

melebihi kebutuhannya.
8. Biaya relatif mahal karena tidak ada pengawasan terhadap provider
maupun konsumen.
9. Adanya inflasi biaya yang tinggi
10. Administrasi klaim lebih sulit karena berbagai ragam formulir, aturan,
prosedur dari masing-masing penyelenggara pelayanan kesehatan.
11. Konsumen yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup (ignorance)
menjadi tidak terlindungi.
2. Fee for service
Pada model ini setiap dokter mendapatkan gaji atau jasa pelayanan
berdasarkan

pelayanan

kesehatan

yang

diberikan

kepada

pasiennya.

Modifikasi dari model ini adalah dengan pembayaran per kasus (case
payment), yakni misalnya untuk sebuah kasus perawatan endodontik atau
untuk pembuatan gigi tiruan yang membutuhkan sekian kali proses dan
kunjungan secara keseluruhan hingga selesai dikenakan tarif tertentu yang
merupakan satu paket.
Pada fee for service, pembayaran jasa kesehatan berasal dari masing
masing individu pasien. Pada jenis pembiayaan ini, sering terjadi
penyimpangan seperti overutilisasi jasa kesehatan, dimana dokter dapat
memberikan pelayanan yang pada dasarnya tidak dibutuhkan, namun sengaja

diberikan dengan tujuan agar semakin banyak layanan yang diberikan, maka
pendapatan yang didapat dari layanan tersebut akan semakin besar.
Keuntungan dari metode ini, tarif dapat berubah kapanpun jika dokter gigi
merasa tarif tersebut tidak sesuai karena inflasi ataupun perubahan pada
prosedurnya. Keuntungan lain yaitu mengizinkan hubungan langsung antara
produksi dan pendapatan. Hal ini menyediakan insentif untuk dokter gigi
untuk meningkatakan produksinya.
Kerugian dari metode ini adalah hubungannya dengan masalah
pengumpulan akun. Dokter gigi harus bertindak seperti agen pengumpulan dan
biasanya diasumsikan pada jumlah tertentu dari buruknya debit. Masalah lain
adalah cash flow bergantung pada produksi atau pelayanan yang dilakukan.
Dan juga pendapatan yang bervariasi setiap bulannya bergantung pada jumlah
perawatan yang tersedia. Perhitungan yang baik dapat membantu dokter gigi
untuk menghindari masalah cash flow yang inadekuat.

J. Sistem Kapitasi
Kapitasi adalah metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan dimana pemberi
pelayanan kesehatan (dokter atau rumah sakit) menerima sejumlah tetap penghasilan
per peserta, per periode waktu (biasanya bulan), untuk pelayanan yang telah
ditentukan per periode waktu (biasanya bulan), untuk pelayanan yang telah ditentukan
per periode waktu.
Pembayaran bagi pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dengan Sistem Kapitasi adalah
pembayaran yang dilakukan oleh suatu Lembaga kepada PPK atas jasa pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada anggota lembaga tersebut, yaitu dengan membayar
di muka sejumlah dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya (unit cost)
tertentu.
Yang dimaksud dengan Lembaga diatas adalah Badan Penyelenggara JPKM (Bapel).
Sedangkan yang dimaksud dengan Satuan Biaya (Unit Cost) adalah harga rata-rata
pelayanan kesehatan perkapita (disebut juga Satuan Biaya Kapitasi) yang disepakati
kedua belah pihak (PPK dan Lembaga) untuk diberlakukan dalam jangka waktu
tertentu.

Dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam menentukan kapitasi adalah akurasi
prediksi angka utilisasi (penggunaan pelayanan kesehatan) dan penetapan biaya
satuan. Besaran angka kapitasi ini sangat dipengaruhi oleh angka utilisasi pelayanan
kesehatan dan jenis paket (benefit) asuransi kesehatan yang ditawarkan serta biaya
satuan pelayanan.
Kapitasi = Angka utilisasi x Biaya satuan/unit cost
Angka utilisasi dapat diketahui dari berbagai laporan yang ada, umpamanya Susenas,
atau dari Dinas Kesehatan setempat.
Angka utilisasi dipengaruhi oleh:
1.
2.
3.
4.

Karakteristik Populasi
Sifat Sistem Pelayanan
Manfaat yang ditawarkan
Kebijakan asuransi

Utilisasi adalah tingkat pemanfaatan fasilitas pelayanan yang dimiliki sebuah


klinik/praktik.
Angkanya dinyatakan dalam persen (persentase). Utilisasi merupakan jumlah
kujungan per 100 orang di populasi tertentu (jumlah kunjungan/total populasi x
100%).
Utilisasi dapat memberikan gambaran tentang kualitas pelayanan dan risiko suatu
populasi (angka kesakitan). Apabila utilisasi tinggi berarti menunjukkan kualitas
pelayanan buruk atau derajat kesehatan peserta buruk.
Unit Cost adalah biaya rata-rata untuk setiap jenis pelayanan rata-rata pada kurun
waktu tertentu. Unit Cost hanya dapat dihitung bila administrasi keuangan rapi
(sistematis), sehingga dapat melihat pemasukan untuk setiap jenis pelayanan.
Unit cost = Jumlah pendapatan untuk setiap jenis
pelayanan/jumlah kunjungan untuk pelayanan tersebut.
Unit cost identik dengan tarif atau harga jual (harga pokok ditambah margin) dapat
memberikan gambaran tentang efisiensi pelayanan dan risiko biaya suatu populasi
(beban biaya). Angka unit cost yang tinggi menunjukkan pelayanan tidak efisien atau
populasi memiliki risiko biaya tinggi (banyak penyakit degeneratif). Hal ini penting
untuk menghitung tarif atau kapitasi dan untuk mengontrol biaya dan ketaatan tim
terhadap SOP yang telah disepakati.

Untuk menghitung Biaya satuan (unit cost) , maka dibutuhkan informasi lain yaitu
jenis-jenis pelayanan /pemeriksaan (produk) yang dihasilkan di sarana pelayanan
kesehatan primer misalnya: pemeriksaan EKG, pemeriksaan fisik,pemeriksaan
laboratorium dsb.
Bila suatu unit/ruangan di sarana pelayanan kesehatan primer menghasilkan produk
yang homogen , misalnya ruang pemeriksaan hanya untuk memeriksa, maka untuk
mendapatkan biaya satuan ( unit cost ) , biaya total yang telah dihitung langsung
dibagi dengan jumlah /volume pemeriksaan selama setahun.
Satuan biaya kapitasi ditetapkan berdasarkan perkiraan besarnya resiko gangguan
kesehatan yang memerlukan pelayanan kesehatan di kalangan anggota lembaga
pendanaan kesehatan tersebut dalam waktu tertentu.
Faktor-faktor yang menentukan satuan biaya kapitasi:
1. Bentuk-bentuk gangguan/masalah kesehatan yang umumnya dialami
anggota beserta prevalensisnya.
2. Jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan untuk mengatasi
gangguan kesehatan tersebut beserta tarifnya.
3. Tingkat penggunaan pelayanan kesehatan oleh anggota
Dari setiap pelayanan kesehatan, dihitung angka/biaya kapitasi dengan mengalikan
angka utilisasi tersebut dengan satuan biaya riil (real cost). Jumlah dari semua angka
kapitasi yang didapat menjadi angka kapitasi rata-rata per peserta per bulan. Secara
umum rumus penghitungan kapitasi adalah sebagai berikut :
Angka kapitasi = angka utilisasi tahunan x biaya satuan : 12 bulan
= biaya per anggota per bulan (PAPB)
Perhitungan unit cost di pelayanan kesehatan primer1
Sumber biaya : bermacam macam sumber
-

Pemerintah
Sumbangan
Klien

Konsep Biaya
Untuk menghasilkan suatu produk (output) diperlukan sejumlah produksi (input).
Biaya adalah nilai dari sejumlah nilai yang dipakai untuk menghasilkan suatu
produk (output).
Sarana pelayanan kesehatan primer :

Sadar mutu
Sadar biaya
OUTPUT / PRODUK

berupa barang/jasa (penyuluhan, pemeriksaan medis, pemeriksaan komponen


kebugaran jasmani, dsb)
INPUT / PRODUKSI
-

Langsung digunakan dan dirasakan oleh klien/pasien


o Tenaga medis
o Alat kesehatan
o Obat-obatan
Tidak langsung digunakan dan dirasakan oleh klien/pasien
o Gedung
o Alat tulis kantor
o Mebel air
o Listrik
o Air (PAM/sumur)
o Jejaring pelayanan kesehatan

Jenis-Jenis Biaya

1. Biaya tetap (fixed cost)


Biaya yang secara relative tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang
dihasilkan (output). Biaya ini harus tetap dikeluarkan terlepas dari persoalan

apakah pelayanan yang diberikan atau tidak.


Example :
Biaya menyewa gedung
Biaya pendidikan
Biaya listrik
Biaya air
Dimana biaya ini tidak akan berubah meskipun jumlah pasien/klien hanya satu
/ beberapa per harinya. Nilai fixed cost akan tetap walaupun bertambah,
misalnya harga tensimeter Rp 2.000.000 ,- maka bila dilakukan pemeriksaan
tekanan darah 5 pasien maupun 45 pasien, harganya tetap Rp 2.000.000,Tetapi secara perpemeriksaan dikenal sebagai unit fixed cost
Semakin banyak pemeriksaan, semakin kecil pula unit fixed cost nya.
Example :
Harga tensimeter Rp 2.000.000,- digunakan untuk melakukan pengukuran
tekanan darah sebanyak 1 x maka harganya akan tetap Rp 2.000.000,- apabila
kita melakukan pemeriksaan sebanyak 5 x maka tersimeter per kali

pemeriksaan adalah Rp 2.000.000,-/5 = Rp 400.000,-. Sehingga harga unit


fixed cost nya akan berbeda sesuai dengan berapa kali kita menggunakannya
2. Biaya tidak tetap (variable cost)
Biaya yang dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan (output)
Misalnya obat-obatan (besarnya akan berbeda bila jumlah pasien sedikit
dengan jumlah pasien banyak dalam waktu per hari.
Kebalikan dari fixed cost, dimana total variable cost akan bertambah dengan
bertambahnya jumlah produk dan nilai satu unit tidak akan berubah walaupun
ada pertambahan jumlah.
Example :
Harga 1 spuit adalah Rp 10.000,- maka bila kita memerlukan penyuntikan
sebanyak 10 kali, total harga spuit menjadi : Rp 10.000,- x 10 = Rp 100.000,dst.
Sistem
Pembiayaan
Fee For Service

Kelebihan

Penanganan yang diberikan

Kekurangan

Sering terjadi moral

dokter cendrung lebih

hazard dimana provider akan

maksimal dan tidak terkesan

sengaja secara berlebihan

terbatas batas

member layanan kesehatan


dengan tujuan meningkatkan
pendapatan dari layanan

Kapitasi

Kepastian adanya pasien


Jaminan pendapatan di awal

tahun / bulan
Semakin efisien layanan,

semakin banyak pendapatan


Dokter lebih taat prosedur
Lebih menekankan pada

(pengurangan layanan yang

diberikan)
Kebanyakan dokter merasa

dirugikan
Bila peserta sedikit, dapat
merugikan dokter

pencegahan dan promosi


Gaji

kesehatan
Dokter memperoleh

tersebut
Sering terjadi underutilisasi

Sering terjadi kerjasama antara

pendapatan yang tetap tiap

pihak provider dengan bagian

bulannya berdasar upah

lain untuk memperoleh

minimal yang telah ditentukan

pendapatan yang lebih banyak


Dokter cendrung melakukan

pelayanan kesehatan seadanya


Reimbursement

Dokter akan melakukan

penangan dengan maksimal


Biaya kesehatan datang dari
pihak perusahaan sehingga

dan kurang optimal


Sering terjadi pemalsuan
identitas dan dimanfaatkan

oleh pihak lain


Sering terjadi adanya

pasien tidak perlu

overutilisasi dari penyedia

mengeluarkan biaya selain

layanan kesehatan

premi (bila ada premi)


Dari pembahasan diatas, bila kita perinci lagi, maka akan diperoleh bahwasanya
permasalahan seputar pembiayaan layanan kesehatan yang ada saat ini antara lain:
1.

Kurangnya dana yang tersedia; hal ini terjadi akibat pola pikir dimana biaya

kesehatan merupakan suatu hal yang bersifat konsumtif dan bukan produktif,
sehingga cendrung dikurangi.
2.

Penyebaran dana yang tidak sesuai; hal ini terjadi saat pihak tertentu meminta

bagian yang lebih, misalnya satu jabatan yang lebih tinggi merasa berhak menerima
layanan kesehatan yang lebih baik pula, padahal hal tersebut lebih baik di alihkan
kepada pihak lain yang lebih membutuhkan, sehingga aliran dana kesehatan lebih
merata.
3.

Pemanfaatan dana yang tidak tepat; adanya kesalahan pada pola pikir baik dari

sisi penyedia maupun pemakai layanan kesehatan menyebabkan kecendrungan


pemanfaatan dana kesehatan yang tidak tepat.

Misalnya meminta dilakukan

pemeriksaan yang pada dasarnya tidak perlu dilakukan.


4.

Pengelolaan

dana

yang

belum

sempurna;

kurangnya

keterampilan,

pengetahuan dan moral dari pihak pengelola dana kesehatan akan dapat berdampak
pada sistem pengelolan dana yang sudah ada, sehingga akan merugikan pihak pihak
lain yang terlibat di dalam sistem tersebut, seperti dokterm maupun pasien.
5.

Biaya kesehatan yang makin meningkat; Seiring dengan bertambahnya tahun,

biaya pelayanan kesehatan semakin meningkat.


Adanya peningkatan biaya kesehatan sendiri, biasanya disebabkan oleh :
3.

Tingkat Inflasi : peningkatan biaya yang terjadi di masyarakat, akan

berdampak pada meningkatnya biaya investasi dan operasional kesehatan secara

otomatis. Dan hal ini pada akhirnya akan kembali dibebankan pada pengguna jasa
kesehatan.
4.

Tingkat Permintaan; Peningkatan kuantitas (jumlah) penduduk dan kualitas

(tingkata pendidikan dan pedapatan) penduduk akan menuntu penyediaan layanan


kesehatan yang lebih tinggi pula, sehingga biaya yang dibutuhkan juga akan semakin
meningkat.
5.

Kemajuan Ilmu dan Teknologi; Kemajuan ilmu dan teknologi akan mendorong

peningkatan biaya operasional sehingga akan meningkatkan beban pembiayaan


kesehatan bagi pengguna jasa kesehatan.
6.

Perubahan Pola Penyakit; Pergeseran pola penyakit dari akut menjadi kronis

juga akan meningkatkan biaya jasa layanan kesehatan.


7.

Perubahan

Pola Pelayanan Kesehatan; Adanya

pelayanan kesehatan

spesialisasi dan subspesialisasi yang saat ini masih terkotak kotak satu sama lain
tanpa adanya penghubung seperti dokter keluarga / gate keeper lainnya menyebabkan
tumpang tindih dan terjadinya pengulangan proses pemeriksaan yang sama, sehingga
biaya kesehatan yang dikeluarkan pun meningkat pula.
8.

Perubahan Pola Hubungan Dokter-Pasien; Hilangnya hubungan kekeluargaan

antar dokter pasien yang dulu ada menyebabkan hubungan antar dokter pasien
saat ini hanya seolah sebatas penyedia jasa dan konsumen saja, dimana disatu pihak
pasien meminta kepastian akan kesehatan dan kondisinya, sementara itu sang dokter
menganggap pasien sebagai lading penghasilan sehingga sering timbul adanya
overutilisasi dan rasa was was akan prosedur yang diberikan, sehingga semakin
banyak dokter yang menggunakan asuransi terhadap prosedur medis yang dilakukan,
namun preminya tetap dibebankan ke pasien. Sehingga biaya yang harus dibayarpun
meningkat pula.
9.

Lemahnya Mekanisme Pengendalian Biaya; Kurangnya peraturan perundang-

undangan yang ditetapkan untuk mengatur dan membatasi pemakaian biaya


pelayanan kesehatan menyebabkan pemakaiannya sering tidak terkendali, yang
akhirnya akan membebani penanggung (perusahaan) dan masyarakat secara
keseluruhan.
10.

Penyalahgunaan Asuransi Kesehatan; Penggunaan asuransi kesehatan dengan

metode reimbursement/penggantian biaya kesehatan perkunjungan sebagai ganti


biaya layanan yang dikeluarkan, seperti yang terjadi dahulu (sebelum adanya

mekanisme kapitasi) malah akan meningkatkan pengeluaran di bidang kesehatan


karena bisa saja terjadi pemalsuan bukti layanan kesehatan atau identitas.
Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tiap sistem
pembiayaan kesehatan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing masing
sehingga hal yang lebih perlu untuk dilakukan ialah bagaimana menemukan jalan
keluar dari tiap kekurangan yang ada dengan tetap memaksimalkan kelebihan yang
dapat diperoleh dari setiap sistem pembiayaan yang ada. Walaupun demikian, saat
ini beberapa daerah telah mengembangkan dan menganggap sistem KAPITASI
memiliki kelebihan lebih banyak dibandingkan dengan sistem lainnya.
K. Penyusunan Tarif
Penyusunan tarif dilakukan setelah biaya satuan telah diperoleh. Beberapa
pertimbangan dalam menentukan tarif yaitu:
a. Break Even Point
BEP terjadi ketika
Total Biaya = Total Pendapatan, atau
Total biaya tetap + total biaya tidak tetap = Tarif x jumlah produk, atau
Unit cost x Jumlah produk = Tarif x Jumlah produk
Pada keadaan tertentu, unit cost tidak selalu sama dengan tarif. Semakin banyak
unit yang dijual kemungkinan tarif yang berlaku juga rendah. Hal ini dipengaruhi
oleh adanya komponen biaya tetap.
b. Tingkat kemampuan masyarakat yang diukur dengan ability to Pay atau
Willingness to Pay
c. Pesaing yang mempunyai jenis pelayanan yang sama
d. Subsidi silang antar layanan
Strategi Pentarifan Praktek Dokter Gigi .

Bisnis praktek perseorangan harus dikelola berdasarkan kaidah Ekonomi


yang artinya:
1.
Terdapat keseimbangan antara expenses atau cost (pengeluaran)
2.
3.

dengan revenue (pendapatan)


Pengelolaan cost diarahkan untuk tercapainya tingkat efisiensi
Revenue dihasilkan dari utilisasi (kunjungan) dengan tingkat harga

4.
5.

tertentu
Penanganan tarif dan kepuasan konsumen sangat penting
Perlu ada indikator biaya sebagai alat manajerial dalam melakukan
kendali biaya

Langkah yang harus dilakukan, provider (dalam hal ini adalah dokter gigi
yang akan membuat tempat praktik), harus mengetahui biaya yang dikeluarkan
untuk memproduksi suatu pelayanan dengan melakukan analisis biaya dan
harus bisa menetapkan tarif yang rasional berdasarkan perhitungan biaya
satuan (unit cost).
Dengan adanya tarif yang rasional akan didapatkan revenue bagi pihak

provider sesuai rumus berikut :


Revenue (Pendapatan) = Tarif X Utilisasi (Jumlah Kunjungan)

Revenue yang didapatkan pihak provider akan menghasilkan kemampuan


untuk meningkatkan kesejahteraan provider. Dengan adanya peningkatan
kesejahteraan tersebut pihak provider akan mampu memberikan pelayanan
yang bermutu tinggi dan paripurna (service excelence) sehingga meningkatkan
kepercayaan dan loyalitas customer.
Provider dapat mengetahui batasan tarif yang masih rasional dengan

perhitungan biaya satuan (unit cost) suatu produk pelayanan sehingga provider
tidak mengalami kerugian karena tarif yang disepakati dengan pihak ketiga
lebih rendah dari biaya satuan suatu produk pelayanan.
Penentuan tarif yang rasional, dibutuhkan tiga informasi penting, yaitu:
1) Jumlah biaya dan keuntungan yang diharapkan
2) Pangsa pasar sasarannya (baik jumlah maupun karakteristik target

pasarnya),
3) Keberadaan pesaing.
CONTOH PERHITUNGAN TARIF
Perincian variable cost dan fixed cost secara lengkap untuk tindakan pencabutan gigi
sulung dapat dilihat pada tabel berikut ini :
BIAYA PER
NO

1
2
3
4
5
6
7

VARIABLE COST

Hanscoon
Masker
Cotton Roll
Tampon
ChlorEthil
Pehacain
Tang untuk pedodonsi

JUMLA

SATUAN UNIT

H UNIT

VARIABLE

1
1
2
2
1
1
1

COST
1.000
1.000
50
50
3.500
1.500
2.000

TOTAL BIAYA
VARIABLE
COST
1.000
1.000
100
100
3.500
1.500
2.000

@ 1 set (7 buah tang)


Rp1.500.000,00, per
tahun Rp15.000,00,
untuk per satuan pasien
15.000 : 7 =
Rp2.000,00
Tisu @ 1 pack (250
8 sheet) Rp12.000,00,
9
10
11
12
13

per satuan unit Rp50,00


Air kumur
Syringe
Sabun
Betadine
Resep + informasi
TOTAL

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

50

250

1
1
1
1
1

500
1.500
50
500
150

500
1.500
50
500
150
Rp12.450,00

FIXED COST
Ruangan
Dental chair @50.000.000/5t hn
Furniture @10.000.000/5thn
Listrik @500.000/bln
Air conditioner @2.500.000/2,5 thn
Televisi @2.000.000/5thn
Alatdasar(5 x @100.000)/2thn
Alat sterilisasi@2.000.000/2thn
Lampu@50.000/2thn
Kartu rekam medis 500 x @1000
JUMLAH

BIAYA FIXED
COST
10.000.000
10.000.000
2.000.000
6.000.000
1.000.000
400.000
250.000
1.000.000
25.000
500.000
31.175.000

Berdasarkan perhitungan unit cost biaya tindakan pencabutan gigi sulung


diperoleh total variable cost adalah sebesar Rp12.450,00, total biaya fixed cost per
tahun untuk target 500 anak adalah sebesar Rp31.175.000,00 : 500 = Rp62.350,00dan
biaya jasa adalah sebesar Rp25.000,00. Jadi total biaya unit cost tindakan pencabutan
gigi sulung adalah sebesar Rp100.000,00 per pasien.

L. Utilisasi Pelayanan Kesehatan

Pemantauan utilisasi adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk memantau


dan menilai penggunaan pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dari seluruh pelayanan kesehatan. (Direktorat jendral bina

kesehatan Masyarakat 2003).


Kegiatan pemantauan utilisasi ini bertujuan untuk senantiasa meningkatkan
pelayanan kesehatan dan mempertahankan pelayanan tersebut sehingga dapat

memperkecil pelayanan-pelayanan kesehatan yang tidak diperlukan.


Pemantauan utilisasi pelayanan kesehatan ini dapat diselenggarakan di tingkat
Badan Penyelenggara (BAPEL) maupun pada tingkat Pemberi Pelayanan

Kesehatan (PPK) dalam hal ini rumah sakit ataupun puskesmas.


Dari pandangan pengguna jasa pelayanan kesehatan oleh Dirjen Bina
Kesehatan Masyarakat tahun 2003, kegiatan pemantauan utilisasi ini dapat
mengurangi keadaan-keadaan yang bersifat:
Over Utilization
Keadaan dimana kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
pemberi pelayanan kesehatan (PPK) sebenarnya tidak diperlukan pasien
dalam proses pengobatan.
Under Utilization
Keadaan dimana pasien tidak mendapatkan pelayanan yang seharusnya
diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan (PPK).
Misuse
Keadaan dimana pelayanan yang diberikan tidak tepat atau kualitasnya

dibawah standar.
Menurut Ilyas (2003) dan Sutomo (2005), pelaksanaan pemantauan utillisasi
di ruang perawatan dapat dijalankan menjadi tahapan berikut :
1. Pencatatan Data
Pencatatan meliputi data dan tanggal kunjungan pasien, nama pasien,
diagnosa penyakit, lama hari rawat, dan penggunaan fasilitas perawatan.
2. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dan dianalisa sehingga
didapat laporan tentang kasus rawat inap, lama hari rawat, dan rata-rata
biaya rawat.

Kunci keberhasilan pemantauan utilisasi menurut ilyas (2003) dan Sutomo


(2005), yaitu
o Adanya komitmen yang tinggi dari semua pihak baik dari tingkat
manajemen dan lapangan.
o Dalam memasukkan data harus tepat agar tidak terjadi kesalahan
analisis.

o Diperlukan alat yang sesuai dan spesifik untuk seluruh kebutuhan


pemantauan.
o Dalam tahap pelaksanaan kegiatan diperlukan suatu konsistensi dan
tidak berubah-ubah.
o Dalam memutuskan keputusan, diperlukan suatu kepekaan dalam
memanfaatkan data dan informasi yang ada sehingga tidak terjadi salah
keputusan.

Menurut Dewi (2003) dalam pemantauan tingkat utilisasi, faktor-faktor yang


digunakan sebagai data dasar adalah usia, jenis kelamin, diagnosa.
o Usia diperhatikan karena berpengaruh terhadap tingkat kesakitan yang
berdampak kepada utilisasi pelayanan kesehatan dan biaya.
o Jenis kelamin merupakan hal penting karena ada perbedaan resiko
sakit antara pria dan wanita.
o Diagnosa penyakit mempengaruhi utilisasi pemeriksaan penunjang
medis dan lama tinggal pasien di rumah sakit.

Manfaat pemantauan utilisasi


Menurut Jarwati (2004), manfaat yang diperoleh jika kita melakukan
pemantauan utilisasi, yakni
1. Mengevaluasi kelayakan pelayanan kesehatan dan menilai kelayakan pelayan
kesehatan yang diberikan.
2. Memberikan gambaran nyata tentang pola utilisasi pelayanan oleh pasien. Pola
pemberian pelayanan oleh provider dan pola pembiayaan kesehatan.
3. Merupakan dasar yang penting untuk pengendalian provider dan evaluasi
khususnya yang terkait dengan pemeliharaan kesehatan .
4. Mendeteksi adanya kecurangan pelayanan dan pembiayaan kesehatan.
Angka Utilisasi pada Sistem Pembiayaan Kapitasi
Utilisasi adalah tingkat pemanfaatan fasilitas pelayanan yang dimiliki sebuah
klinik/praktik.
Utilisasi dinyatakan dalam persen (presentase) dengan rumus:
jumlah kunjungan per 100 orang di populasi tertentu
Angka Utilisasi = jumlah kunjungan/total populasi x 100%
Utilisasi memberikan gambaran tentang kualitas pelayanan dan risiko suatu
populasi (angka kesakitan). Utilisasi penting untuk menghitung tarif atau
kapitasi.

Angka utilisasi dapat diketahui dari berbagai laporan yang ada, umpamanya
Susenas, atau dari Dinas Kesehatan setempat.
Angka utilisasi dipengaruhi oleh:
1 Karakteristik Populasi sifat dan kebutuhan populasi (bayi, balita,
remaja, dewasa muda, dewasa & lanjut usia)
2 Sifat Sistem Pelayanan
3 Manfaat yang ditawarkan
4 Kebijakan asuransi

Anda mungkin juga menyukai