Anda di halaman 1dari 23

Lampiran : Surat Keputusan Direktur RSUD Sungai Bahar

Nomor : /Kep.Dir/RSUD-SB/2019

Tentang : Pemberlakuan Panduan Pelayanan yang Seragam dan Terintegrasi


pada RSUD Sungai Bahar

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanggung jawab rumah sakit dan staf yang terpenting adalah memberikan
asuhan dan pelayanan pasien yang efektif dan aman. Hal ini membutuhkan komunikasi
yang efektif, kolaboratif, dan standarisasi proses untuk memastikan bahwa rencana ,
koordinasi, dan implementasi asuhan mendukung serta merespons setiap kebutuhan
unik pasien dan terget.
Asuhan tersebut dapat berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif, atau
rehabiltatif termasuk anestesi, tindakan bedah, pengobatan, terapi suportif, atau
kombinasinya, yang berdasar atas asesmen dan asesmen ulang pasien.
Area asuhan risiko tinggi (termasuk resusitasi, transfusi darah, transplantasi
organ/jaringan) dan asuhan untuk resiko tinggi atau kebutuhan populasi khusus yang
membutuhkan perhatian tambahan.
Asuhan pasien dilakukan oleh profesional pemberi asuhan (PPA) dengan
banyak disiplin dan staf klinis lain. Semua staf yang terlibat dalam asuhan pasien harus
memiliki peran yang jelas, ditentukan oleh kompetensi fan kewenangan, kredensial,
sertifikasi, hukum dan regulasi, keterampilan individu, pengetahuan, pengalaman, dan
kebijakan RSUD Sungai Bahar atau uraian tugas wewenang.
Pelayanan yang seragam adalah mutu asuhan yang seragam di Rumah Sakit,
keseragaman dalam memberikan asuhan pada semua pasien akan menghasilkan
penggunaan sumber daya yang efektif dan memungkinkan dilakukan evaluasi terhadap
hasil asuhan yang sama di semua unit pelayanan di rumah sakit.
Asuhan pasien terintegrasi dan pelayanan berfokus pada pasien (Patient
Centered Care – PCC) adalah istilah yang saling terkait, yang mengandung aspek
pasien merupakan pusat pelayanan, Profesional Pemberi Asuhan memberikan asuhan
sebagai tim interdisiplin/ klinis dengan DPJP sebagai ketua tim klinis – Clinical
Leader, PPA dengan kompetensi dan kewenangan yang memadai, yang antara lain
terdiri dari dokter, perawat, bidan, nutrisionis/ dietesien, apoteker, penata anestesi,
terapis fisik dsb. Panduan pengintegrasian dan koordinasi aktivitas asuhan pasien suatu
bentuk acuan di Rumah Sakit merupakan salah satu layanan dan koordinasi aktivitas

1
administrasi asuhan pasien adalah proses asuhan pasien bersifat dinamis dan
melibatkan banyak praktisi pelayanan kesehatan yang dapat melibatkan berbagai unit
kerja dan pelayanan. Pengintegrasian dan koordinasi aktivitas asuhan pasien menjadi
tujuan agar menghasilkan proses proses asuhan yang efisien , penggunaan yang lebih
efektif sumber daya manusia dan sumber daya lain, dan dengan hasil asuhan pasien
akan lebih baik di Rumah Sakit .
Manajemen Pelayanan Pasien :
 Suatu proses kolaboratif mengenai asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi
asuhan, evaluasi dan advokasi untuk opsi dan pelayanan bagi pemenuhan
kebutuhan pasien dan keluarganya yang komprehensif, melalui komunikasi dan
sumber daya yang tersedia sehingga memberi hasil (outcome) yang bermutu
dengan biaya-efektif. (Sumber : CSMA – Case Management Society of America,
2010)
 Suatu model klinis untuk manajemen stratejik mutu dan biaya pelayanan, dibuat
untuk memfasilitasi hasil pasien yang diharapkan dalam lama perawatan yang
layak / patut dan dengan manajemen sumber daya yang sesuai. (Cesta, 2009)
 Manajer Pelayanan Pasien – MPP (Case Manager) adalah professional di rumah
sakit yang melaksanakan manajemen pelayanan pasien.
 Asesmen utilitas : kegiatan mengevaluasi utilisasi / pemanfaatan sumber daya

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama berhak
mendapat mutu asuhan yang seragam dirumah sakit Sungai bahar.
2. Tujuan Khusus dari pedoman ini adalah:
a. Memfasilitasi dan menggambarkan integrasi dan koordinasi asuhan.
b. Meningkatkan Pencatatan observasi dan pengobatan praktisi kesehatan.
c. Untuk melibatkan pasien dalam asuhan yang dialaminya. Bilamana pasien
merasa menjadi bagian dalam keputusan pengobatan dan rencana asuhan, maka
mereka akan memperoleh manfaat, Hal yang sama juga berlaku bagi
keluarganya.
d. Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama berhak
mendapatkan kualitas asuhan yang sama di rumah sakit. Untuk melaksanakan
prinsip kualitas asuhan yang setingkat mengharuskan pimpinan merencanakan
dan mengoordinasi pelayanan pasien.
e. Pelayanan yang diberikan kepada populasi pasien yang sama pada berbagai unit
kerja dipandu oleh regulasi yang menghasilkan pelayanan yang seragam.

2
f. Akses untuk mendapatkan asuhan dan pengobatan tidak tergantung pada
kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembayaran.
g. Akses untuk mendapatkan asuhan dan pengobatan yang diberikan PPA yang
kompeten tidak bergantung pada hari atau jam yaitu 7 hari, 24 jam.
h. Kondisi pasien menentukan sumber daya yang akan dialokasikan untuk
memenuhi kebutuhannya.
i. Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien sama semua unit pelayanan di
rumah sakit.
j. Pasien yang membutuhkan asuhan keperawatan yang sama akan menerima
tingkat asuhan keperawatan yang sama di semua unit pelayanan rumah sakit.

3
BAB II
RUANG LINGKUP

A. PEMBERIAN PELAYANAN YANG SERAGAM


Pelayanan pasien yang seragam adalah pelayanan yang diberikan kepada
populasi pasien yang sama pada berbagai unit kerja dipandu oleh kebijakan dan
prosedur yang menghasilkan pelayanan yang seragam, rumah sakit menyediakan
tingkat Pelaksanaan asuhan dan pelayanan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan
oleh semua profesional pemberi asuhan (PPA) dapat dibantu oleh staf klinis lainnya.
1. Asuhan pasien terintegrasi dilaksanakan dengan beberapa elemen antara lain :
a. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai pimpinan klinis/ketua
tim PPA.
b. PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional,
menggunakan alur klinis terintegrasi, perencanaan pemulangan pasien.
c. Manager pelayanan pasien (Case Manager menjaga kesinambungan
pelayanan.
d. Keterlibatan serta pemberdayaan pasien dan keluarga dalam asuhan bersama
PPA harus memastikan :
1) Asuhan direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang unik
berdasar atas asesmen.
2) Rencana asuhan diberikan kepada tiap pasien.
3) Respon pasien terhadap asuhan dimonitor.
4) Rencana asuhan dimodifikasi bila perlu berdasarkan atas respons pasien.

2. Kualitas asuhan yang sama setiap hari dalam seminggu dan pada setiap sif (shif)
asuhan pasien yang seragam sebagai berikut :
a. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai dan diberikan oleh PPA
yang kompeten tidak bergantung pada hari setiap minggu atau waktunya setiap
hari.
b. Penggunaan alokasi sumber daya yang sama, antara lain staf klinis dan
pemeriksaan diagnostik untuk memenuhi kebutuhan pasien pada populasi
yang sama.
c. Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien, contoh pelayanan anestesi
sama di semua unit pelayanan di rumah sakit.
d. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima asuhan
keperawatan yang setara di seluruh rumah sakit.

4
e. Penerapan serta penggunaan regulasi dan form dalam bidang klinis antara lain
metode asesmen IAR (informasi, analisis, rencana ), form asesmen awal-
asesmen ulang, panduan praktik klinis (PPK), alur klinis terintegrasi/ clinikal
patway, pedoman manajemen nyeri, dan regulasi untuk berbagai tindakan
antara lain water sealed drainage, pemberian transfusi darah, biopsi ginjal,
pungsi lumbal, dsb.
3. Penggunaan asuhan pasien yang seragam menghasilkan penggunaan sumber daya
secara efisien dan memungkinkan membuat evaluasi hasil asuhan (outcome) untuk
asuhan yang sama diseluruh rumah sakit kualitas pelayanan yang sama setiap hari
dalam seminggu dan pada setiap 24 jam.
a. Pelayanan Instalasi
1) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Kamar Operasi, Rawat Inap,
Laboratorium, farmasi, Radiologi dilaksanakan 24 jam. Pelayanan Rawat
Jalan , Unit Penunjang Medik, dilaksanakan sesuai dengan jam kerja dan
prosedur yang berlaku.
2) Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
3) Seluruh staf RSUD Sungai Bahar harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, pedoman/panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku
serta sesuai etika profesi, etika RSUD Sungai Bahar dan etiket RSUD
Sungai Bahar yang berlaku.
4) Rumah sakit memberikan asuhan yang seragam bagi semua pasien dalam
formulir pencatatan terpadu
5) Rencana asuhan diintegrasikan dan dikordinasikan diantara berbagai unit
kerja dan pelayanan oleh seorang DPJP
6) Seluruh staf rumah sakit dalam melaksanakan pelayanannya wajib selalu
sesuai dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit
(K3RS), termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).
b. Rumah sakit melakukan kredensial, rekredensial, bagi semua tenaga
profesional.
c. Identifikasi Pasien:
1) Setiap pasein yang masuk rawat inap dipasangkan gelang identitas pasein.
2) Prosedur identifikasi menggunakan NAMA, NO. MEDICAL RECORD
dan TANGGAL LAHIR, disesuaikan dengan tanda pengenal resmi
pasein.
3) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah,
sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
laboratorium klinis, serta sebelum tindakan/ prosedur dan transfer pasien.

5
4) Rumah sakit menggunakan gelang identifikasi berwarna biru untuk laki-
laki dan warna pink untuk wanita, kuning untuk pasien beresiko jatuh ,
gelang untuk pasien alergi, ungu untuk DNR, putih untuk keterbatasan
ekstermitas dan abu-abu untuk terpasang implant radio aktif .
5) Pengecualian prosedur identifikasi dapat dilakukan pada kondisi
kegawatdaruratan pasien di IGD, dan kamar operasi dengan tetap
memperhatikan data pada gelang pasien.
d. Transfer/ perpindahan didalam rumah sakit :
Penerimaan atau perpindahan pasien ke dan dari unit pelayanan atau
pelayanan khusus ditentukan dengan kriteria yang telah ditetapkan
e. Transfer keluar rumah sakit :
1) Rujukan ke rumah sakit ditujukan kepada individu secara spesifik dan
badan dari mana pasien berasal.
2) Rujukan menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama proses rujukan
serta perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan selama transportasi
3) Kerjasama resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit penerima
4) Proses rujukan didokumentasikan didalam rekam medis pasien.
f. Penundaan pelayanan :
Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau
pengobatan oleh DPJP
g. Pemulangan pasien :
DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus
menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan dalam waktu 48 jam pertama
setelah pasien masuk rawat inap.
h. Transportasi :
1) Transportasi milik rumah sakit harus sesuai dengan hukum dan peraturan
yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan
2) Pasien yang akan ditransportasi dengan menggunakan ambulan rumah
sakit wajib dimonitor.
i. Hak pasien dan keluarga :
1) Pelayanan menghormati kebutuhan privasi pasien sesuai aturan rumah
sakit
2) Pelayanan melindungi barang milik pasien dari pencurian atau kehilangan
3) Pelayanan melindungi dari kekerasan fisik
4) Anak-anak, individu yang cacat, lanjut usia dan lainnya yang beresiko
mendapatkan perlindungan dan fasilitas yang layak.
5) Rumah sakit memberikan edukasi secara rutin pada pasien dan keluarga.

6
6) Rumah sakit menghormati kerahasiaan informasi kesehatan pasien dengan
memberikan hak sepenuhnya kepada pasien untuk memberikan perwalian
kepada siapa informasi kesehatannya dapat diberikan.
7) Pernyataan persetujuan (informed consent) dari pasien didapat melalui
suatu proses yang ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh staf yang
terlatih, dalam bahasa yang dipahami pasien.
8) Informed consent diperoleh sebelum operasi, anestesi, penggunaan darah
atau produk darah dan tindakan serta pengobatan lain yang beresiko.
j. Penolakan pelayanan dan pengobatan ;
1) Rumah sakit memberitahu hak pasien dan keluarga untuk menolak atau
tidak melanjutkan pelayanan dan pengobatan.
2) Rumah sakit menghormati pasein dan keluarganya tentang keinginan dan
pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau memberhentikan
pengobatan bantuan hidup dasar (do not resuscitate)
k. Asesmen pasien :
1) Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan
pelayanannya melalui suatu proses assemen yang baku.
2) Hanya mereka yang kompeten sesuai perizinan, undang-undang dan
peraturan yang berlaku dan sertifikasi dapat melakukan asesmen
3) Asesmen awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat inap
atau lebih dini/ cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.
4) Asesmen awal keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak
rawat inap atau lebih cepat sesuai kodisi pasien atau kebijakan rumah
sakit.
5) Asesmen awal medis yang dilakukan sebelum pasien dirawat inap, atau
sebelum tindakan dirawat jalan di rumah sakit, tidak boleh lebih dari 30
hari atau riwayat medis telah diperbaharui dan pemeriksaan fisik telah
diulangi.
6) Untuk asesmen kurang dari 30 hari, setiap perubahan kondisi pasien yang
signifikan, sejak assemen dicatat dalam rekam medis pasien pada saat
masuk rawat inap
7) Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan
pasien (discharge planning)
8) Semua pasien dilakukan assemen ulang pada interval tertentu atas dasar
kondisi dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap pengobatan
dan untuk merencanakan pengobatan atau untuk pemulangan pasien.
9) Data dan informasi assemen pasien dianalisis dan diintegrasikan.

7
l. Manajemen obat :
1) Elektrolit konsentrat tidak berada diunit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang tidak sengaja diarea tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
2) Elektrolit konsentrat yang disimpan diunit pelayanan pasien diberi label
yang jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses (restricted
access).
m. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
1) Digunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi lokasi
operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan/ pemberian tanda
2) Menggunakan daftar ceklis untuk melakukan verifikasi praoperasi tepat
lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan
yang diperlukan tersedia, tepat/benar dan fungsional.
3) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat/mendokumentasikan
prosedur “sebelum insisi/ time-out” tepat sebelum dimulainya suatu
prosedur/ tindakan pembedahan
n. Hand hygiene :
Semua staf harus mampu melakukan cuci tangan sesuai panduan yang berlaku.
o. Resiko jatuh:
1) Penerapan asesmen awal resiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang
terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan.
2) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap beresiko
3) Langkah-langkah dimonitor hasilnya, tentang keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja.
p. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
1) Penetapan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) sepenuhnya hak
pasien
2) DPJP bertanggung jawab terhadap semua pelayanan kepada pasien
3) DPJP wajib melengkapi berkas rekam medis pasien
4) DPJP wajib memenuhi hak pasien.
q. Komunikasi efektif
1) Komunikasi yang efektif diseluruh RSUD Sungai Bahar
2) Rumah sakit menggunakan sistem komunikasi SBAR dalam melaporkan
kondisi pasien untuk mengingkatkan efektifitas komunikasi antar pemberi
layanan.

8
3) Rumah sakit konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi dari
komunikasi lisan dengan tulis, membaca kembali dan mengkomfirmasi
ulang (TBAK) terhadap perintah yang diberikan.
4) Pelaporan kondisi pasien kepada DPJP pasien menjadi tanggung jawab
dokter ruangan yang bertugas.
r. Pelayanan sedasi ringan yang dilaksanakan oleh tenaga medis yang kompeten
dan menjadi tanggung jawab masing-masing.
s. Manajemen di Instalasi
1) Semua petugas instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
2) Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan
3) Melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali
4) Setiap bulan wajib membuat laporan .
5) Rumah sakit menyediakan pelatihan tentang mutu dan keselamatan pasien
ketentuan yang berlaku
t. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1) Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
2) Rumah sakit mendukung memberikan perlindungan pada seluruh orang dan
benda yang berada dalam lingkungan rumah sakit.
3) Terwujudnya bangunan gedung sesuai fungsi yang ditetapkan dan yang
memenuhi persyaratan teknis ; keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan
kemudahan serta kelestarian lingkungan
4) Setiap pengadaan bahan B3 harus mengupayakan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja serta pencegahan pencemaran lingkungan hidup
5) Setiap pengendalian B3 harus mengupayakan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja serta pencegahan pencemaran lingkungan hidup
6) Setiap penanggulangan B3 harus mengupayakan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja serta pencegahan pencemaran lingkungan hidup
7) Penanganan kecelakaan bahan kimia sesuai dengan prosedur bahan
8) Apabila terjadi bencana maka proses evakuasi pasien yang tidak dapat
berjalan sendiri diangkat menggunakan tandu atau kain 2 lapis (sprei dan
boven laken), evakuasi menuju titik berkumpul
u. Peralatan di Instalasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, untuk menjamin semua sediaan farmasi tetap
dalam kondisi yang baik.

9
4. PELAYANAN PASIEN RESIKO TINGGI DAN PENYEDIAAN PELAYANAN
RESIKO TINGGI SESUAI DENGAN KEMAMPUAN, SUMBER DAYA DAN
SARANA PRASARANA YANG DIMILIKI.
Rumah sakit Sungai Bahar memberikan pelayanan untuk pasien dengan
berbagai keperluan. Pelayanan pada pasien beresiko tinggi membutuhkan prosedur,
panduan praktik klinis, dan rencana perawatan yang akan mendukung PPA
memberikan pelayanan kepada pasien secara menyeluruh, kompeten, dan seragam.
1. Tanggung jawab pimpinan dalam pelayanan asuhan pada pasien resiko tinggi
dan pelyanan yang beresiko tinggi.
a. Mengidentifikasi pasien dan pelayanan yang dianggap beresiko tinggi di
rumah sakit.
b. Menetapkan prosedur, Panduan praktik klinis, Clinikal patway dan
rencana perawatan secara kolaboratif.
c. Melatih staf untuk menerapkan prosedur, panduan praktik klinis, clinical
patway dan rencana perawatan rencana perawatan tsb.
2. Pelayanan pada pasien beresiko tinggi atau pelayanan beresiko tinggi
berdasarkan populasi :
a. Pasien anak,
b. Pasien dewasa,
c. Pasien geriatri
3. Hal-hal yang perlu diterapkan dalam pelayanan tsb meliputi prosedur,
dokumentasi, kualifikasi staf dan peralatan medis meliputi :
a. Rencana suhan perawatan pasien
b. Perawatan terintegrasi dan mekanisme komunikasi antar PPA secara
efektif
c. Pemberian informant consent jika diperlukan
d. Pemantauan/observasi pasien selama memberikan pelayanan.
e. Kualifikasi dan staf yang memberikan pelayanan.
f. Ketersediaan dan penggunaan peralata medis khusus untuk memebrikan
pelayanan..
4. Pasien resiko tinggi dan pelayanan resiko tinggi sesuai kemampuan, sumber
daya, dan sarana prasarana yang dimiliki Rumah sakit.
a. Pasien emergency
b. Pasien koma
c. Pasien dengan bantuan hidup

10
d. Pasien resiko tinggi lain yaitu pasien dengan penyakit jantung, hipertensi,
stroke, dan diabetes.
e. Pasien dengan resiko bunuh diri
f. Pelayanan dengan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menyebabkan kejadian luar biasa.
g. Pelayanan pada pasien dengan immune-suppressed (belum ada)
h. Pelayanan pada pasien yang mendapatkan pelayanan dialysis (belum ada),
i. Pelayanan pada pasien yang direstrain
j. Pelayanan pada pasien yang menerima kemoterapi (belum ada)
k. Pelayanan pada pasien paliatif
l. Pelayanan pada pasien yang menerima radioterapi belum ada (belum ada)
m. Pelayanan pada pasien yang resko tinggi lainnya misalnya : terapi
hiperbarik, dan pelayanan radiologi intervensi, (belum ada).
n. Pelayanan pada pasien populasi rentan, lanjut usia, anak-anak, pasien
beresiko tindak kekerasan atau ditelantarkan misalnya :pasien gangguan
jiwa
5. Rumah sakit juga menetapkan jika terdapat resiko tambahan setelah dilakukan
Tindakan atau rencana asuhan misalnya : kebutuhan mencegah thrombosis
vena dalam, luka decubitus, infeksi terkait penggunaan ventilator pada pasien,
cedera neurologis, dan pembuluh darah pada pasien restrain, infeksi melalui
pembuluh darah pada pasien dialysis, infeksi saluran central, dan pasien jatuh.
5. PEMBERIAN MAKANAN DAN TERAPI NUTRISI
Manajemen nutrisi :
a. Pasien diskrining untuk status gizi
b. Penyiapan, penyimpanan dan penyajian makanan dengan cara mengurangi
resiko kontaminasi dan pembusukan .
6. PENGELOLAAN NYERI
Manajemen nyeri :
Semua pasien rawat inap dan rawat jalan diskrining untuk rasa sakit dan dilakukan
assemen apabila ada rasa nyerinya .
7. PELAYANAN MENJELANG AKHIR HAYAT.
Pelayanan pasien tahap terminal :
Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh
hormat dan kasih sayang pada akhir kehidupannya

B. PELAYANAN DAN ASUHAN TERINTEGRASI

11
Asuhan pasien harus dilaksanakan berdasarkan pola Pelayanan berfokus pada
pasien (Patient Centered Care), asuhan diberikan berbasis kebutuhan pelayanan pasien.
Pasien adalah pusat pelayanan dan Profesional Pemberi Asuhan (PPA) diposisikan
mengelilingi pasien. Pengintegrasian dan koordinasi aktivitas asuhan pasien adalah
rencana pelayanan diintegrasikan dan dikoordinasikan diantara berbagai unit kerja dan
pelayanan di rumah sakit. Pelaksanaan pelayanan terintegrasikan dan terkoordinasi
antar unit kerja, depertemen dan pelayanan yang dilakukan di Rumah Sakit dengan
hasil atau kesimpulan rapat dari tim asuhan diskusi lain tentang kolaborasi dicatat
dalam rekam medis pasien yang ada di Rumah.Sakit

Asuhan pasien terintegrasi dan pelayanan/ asuhan berfokus pada pasien (patient
centered care) adalah elemen penting dan sentral dalam asuhan pasien di rumah sakit.
Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan oleh PPA. Mereka
yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien diikutsertakan dalam proses
pengintegrasian dan koordinasi aktivitas asuhan pasien.

Konsep inti (core concept) asuhan berfokus pada pasien terbagi dalam 2 perspektif :

1. Perspektif Pasien :
1) Martabat dan Respek
a. Profesional pemberi asuhan mendengarkan, menghormati dan menghargai
pandangan serta pilihan pasien - keluarga.
b. Pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, latar belakang kultural pasien keluarga
dimasukkan dalam perencanaan pelayanan dan pemberian pelayanan kesehatan.
2) Berbagi informasi
a. Profesional pemberi asuhan mengkomunikasikan berbagi informasi secara
lengkap kepada pasien – keluarga.
b. Pasien – keluarga menerima informasi tepat waktu, lengkap dan akurat.
3) Partisipasi
Pasien – keluarga didorong dan didukung untuk berpasrtisipasi dalam asuhan,
pengambilan keputusan dan pilihan mereka.
4) Kolaborasi/ Kerjasama
Rumah Sakit bekerjasama dengan pasien – keluarga dalam pengembangan,
implementasi dan evaluasi kebijakan dan program. Pasien – keluarga adalah mitra
PPA.

2. Perspektif PPA :

12
1) Tim Interdisiplin
a. Profesional pemberi asuhan diposisikan mengelilingi pasien.
b. Kompetensi yang memadai.
c. Berkontribusi setara dalam fungsi profesinya.
d. Tugas mandiri, kolaboratif, delegatif, bekerja sebagai satu kesatuan
memberikan asuhan yang terintegrasi.
2) Interprofesionalitas
a. Kolaborasi interprofesional.
b. Kompetensi pada praktik kolaborasi interprofesional.
c. Termasuk bermitra dengan pasien.
3) DPJP adalah ketua tim klinis/ clinical leader
DPJP melakukan koordinasi, kolaborasi, interpretasi, sintesis, review dan
mengintegrasikan asuhan pasien.
4) Personalized Care
a. Keputusan klinis selalu diproses berdasarkan juga nilai-nilai pasien.
b. Setiap dokter memperlakukan pasiennya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
3. Pelayanan Fokus Pada Pasien (Patient Centered Care)

Manajemen pelayanan pasien bersumber dari konsep pelayanan fokus pada


pasien (PFP).
4. Hubungan profesional

Para MPP harus mempunyai hubungan kerja profesional dengan para dokter
dan staf klinis. Mereka juga harus terbiasa dengan pelayanan penagihan (billing),
pelayanan bantuan finansial, bantuan/dukungan dari komunitas serta pelayanan
kerohanian.
5. Hubungan Dengan Pasien

Penting bagi para MPP untuk memiliki relasi dengan pasien dan keluarga. MPP
perlu memelihara rasa saling percaya yang menunjukkan kepada pasien bahwa mereka
terlibat untuk manfaat dan kepentingan pasien. Untuk itu MPP perlu memperhatikan
secara aktif kebutuhan dan keinginan pasien.
6. Kelompok Pasien

MPP sebaiknya memberikan perhatian lebih kepada pasien-pasien dalam


kelompok : anak-anak, usia lanjut, dan yang dengan penyakit kronis. Dalam
pelaksanaan manajemen pelayanan pasien, MPP dapat menangani 25 – 50 pasien,
tergantung kondisi kerumitan, sistem pelayanan klinis, budaya kerja rumah sakit.

13
7. Fungsi Manajer Pelayanan Pasien

1) Asesmen utilitas. Mampu mengakses semua informasi dan data untuk mengevaluasi
manfaat/utilisasi, untuk kebutuhan manajemen pelayanan pasien. (Semua informasi
dan data akurat, lengkap yang mudah diakses tentang kebutuhan klinis, finansial,
serta sosial pasien)

2) Perencanaan. Dengan asesmen yang lengkap, disusun perencanaan untuk


pelaksanaan manajemen pelayanan pasien. Perencanaan tsb mencerminkan
kelayakan/kepatutan dan efektivitas-biaya dari pengobatan medis dan klinis serta
kebutuhan pasien untuk mengambil keputusan.

3) Fasilitasi. Tugas ini mencakup interaksi antara MPP dan para anggota tim pemberi
pelayanan kesehatan, perwakilan pembayar, serta pasien/keluarga yang
mencari/menginginkan pembebasan dari hambatan namun dapat mempengaruhi
kinerja/hasil, serta menjaga kontinuitas pelayanan.

4) Advokasi. Mewakili kepentingan pasien adalah inti dari peran MPP. Tetapi peran
ini juga menjangkau pemangku kepentingan lain. MPP diharapkan melakukan
advokasi untuk opsi pengobatan yang dapat diterima setelah berkonsultasi dengan
DPJP, termasuk rencana pemulangan yang aman. Advokasi perlu
mempertimbangkan sistem nilai pasien, kemampuan finansial termasuk atas
jaminan pembiayaan, pilihan, serta kebutuhan pelayanan kesehatannya
8. Tanggung Jawab

MPP dapat bertanggung-jawab ke Direktur Medis

9. Diagram Koordinasi – Integrasi – Kontinuitas Pelayanan

14
BAB III

15
TATA LAKSANA

A. PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN PADA RSUD SUNGAI BAHAR


1. Petugas memberikan pelayanan pada pasien dengan masalah kesehatan dan
kebutuhan pelayanan yang sama dan mendapat kualitas asuhan yang sama tidak
bergantung pada kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembayaran.
2. Rumah sakit memberikan akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai, yang
diberikan oleh PPA yang kompeten tidak tergantung hari hari tertentu atau waktu
tertentu.
3. PPA Setiap pasien harus dapat menententukan diagnosisnya secara tepat
berdasarkan standar yang dimiliki rumah sakit,bila waktu dalam tertentu belum
dapat ditegakkan harus dilakukan assement yang melibatkan berbagai displin ilmu.
4. Petugas melaukan tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien seperti pelayanan
anestesi, pembedahan, nutrisi , penanganan nyeri, dll harus sama diseluruh unit
rumah sakit Sungai Bahar.
5. PPA memberikan pelayanan dan asuhan pada pasien yang membutuhkan asuhan
medis dan keperawatan dengan tingkat asuhan yang sama diseluruh unit rumah
sakit sungai Bahar.
6. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, etiket, dan menghormati hak pasien
diseluruh rumah sakit Sungai Bahar.

B. PELAYANAN PASIEN YANG SERAGAM


1. Lakukan pelayanan dan pengobatan terhadap pasien yang ,dengan tidak tergantung
atas kemampuan pasien untuk membayar atau tidak tergantung atas sumber
pembiayaan.
2. Lakukan pelayanan dan asuhan yang bersifat dinamis dan melibatkan banyak
professional pemberi asuhan (PPA) yang dapat melibatkan berbagai unit
pelayanan.
3. Integrasi dan koordinasi kegiatan pelayanan dan asuhan pasien merupakan sasaran
yang menghasilkan efisiensi, penggunaan SDM, dan sumber lainnya yang efektif
dan hasil asuhan pasien yang lebih baik.
4. Kepala unit pelayanan menggunakan alat dan teknik untuk melakukan integrasi
dan koordinasi pelayanan serta dapat memberikan asuhan lebih baik (misalnya
asuhan tim oleh PPA, form CPPT)
5. Pelayanan berfokus pada pasien diterapkan dalam bentuk asuhan pasien
terintegrasi yang bersifat integrasi vertical & horizontal.
6. Pelaksanaan asuhan pasien terintegrasi pusatnya adalah pasien dan mancakup
elemen antara lain :
a. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga
b. DPJP sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interpersonal, menggunakan
panduan praktik klinik (PPK), panduan asuhan PPA lainnya disertai alur klinis
terintegrasi/ clinikal patway dan CPPT.
c. Perencanaan pemulangan pasien/ discharge planning terintegrasi.
d. Asuhan gizi terintegrasi.

C. MANAJEMEN NUTRISI :
1. Pasien diskrining untuk status gizi
a. Menyiapkan alat/form
b. Melakukan pengkajian status gizi
c. Melakukan penentuan status gizi dengan membandingkan hasil pengkajian dan
standar.

16
d. Hasil penentuan status gizi di catat dalam rekam medik

D. PENYIAPAN, PENYIMPANAN DAN PENYAJIAN MAKANAN DENGAN


CARA MENGURANGI RESIKO KONTAMINASI DAN PEMBUSUKAN .

E. PENGELOLAAN NYERI
1. Assessment nyeri

a. Persiapan alat

1) Formulir nyeri
2) Gambar scala nyeri Wong Baker Faces Pain Scale

b. Kriteria Pelaksanaan

1) Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan


2) menciptakan lingkungan yang nyaman
3) menjelaskan pada pasien cara penilaian nyeri dengan angka
4) meminta pada pasien menunjuk angka sesuai nyeri yang dirasakan

5) Petugas menjelaskan tentang gambar tersebut

0-1 = tidak merasa nyeri sama sekali


2-3 = sedikit nyeri

4-5 = cukup nyeri

6-7 = lumayan nyeri

8-9 = sangat nyeri

10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan)

6) memberikan penilaian tentang nyeri pasien termasuk tidak nyeri, nyeri ringan,
nyeri sedang dan nyeri berat.
7) memberikan manajemen nyeri pada pasien sesuai scala nyeri yang dirasakan
pasien.
8) mencuci tangan setelah dari ruangan pasien.mendokumetasikan.

2. Penatalaksanaan Nyeri

a. Dilakukan Assesment nyeri


b. Tahap pertama (nyeri ringan) dengan menggunakan Obat analgetik nonopiat seperti
Paracetamol atau NSAID (ketorolak, ketoprofen) , BILA perlu tambah adjuvant
(amitriptilin)
c. Tahap kedua (nyeri sedang), dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri. Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat lemah (tramadol, kodein) .
BILA perlu tambah adjuvant (amitriptilin)
d. Tahap ketiga (nyeri berat), dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat yang
lebih kuat (petidin, morfin, fentanyl). Bila perlu tambah adjuvant (amitriptilin)
e. Melakukan asessmen ulang nyeri.

17
F. PELAYANAN MENJELANG AKHIR HAYAT.
1. Perkenalkan diri dan jelaskan tugas dan peran anda
2. Dokter penanggung jawab memberikan informasi kepada pasien dan atau keluarga
yang diberi wewenang mengenai penyakit pasien berada pada kondisi tahap
terminal
3. Berikan kesempatan pasien dan atau keluarga untuk bertanya dan atau pendapat
yang berkaitan dengan kebutuhan pelayanan pasien tahap terminal
4. Berikan pengertian kepada pasien dan atau keluarga, apabila menghendaki
pelayanan pasien tahap terminal, dapat menghubungi perawat.
5. Pasien dan atau keluarga meminta pelayanan pasien tahap terminal kepada
perawat dan perawat membantu mengisikan formulir tersebut.
6. Lakukan verifikasi kembali mengenai informasi pelayanan pasien

G. TATA LAKSANA PELAYANAN DAN ASUHAN TERINTEGRASI


1. Tata laksana
a. Rencana pelayanan diintegrasikan dan dikoordinasikan diantara berbagai unit
kerja dan pelayanan dengan berkoordinasi antar unit tim kerja dan pelayanan
terkait di rumah sakit.
1) Rumah Sakit merencanakan membuat proses asuhan pasien yang
terintegrasi dan terkoordinasi dalam satu lembar rekam medis pasien.
2) Semua pasien yang mendapat pelayanan di rumah sakit Sungai Bahar
dibuat pengintegrasi dan koordinasi sistem pelaporan asuhan pasien
menjadi tujuan untuk menghasilkan proses asuhan yang efisien,dan lebih
efektif sumber daya manusia dan sumber lainnya.
3) Semua unit pelayanan yang memberikan asuhan pasien telah
menyediakan rekam medis pasien yang terintegrasikan.
b. Pelaksanaan pelayanan terintegrasikan dan terkoordinasi antar unit kerja,
depertemen dan pelayanan.
1) Pimpinan mengunakan perangkat dan teknik agar dapat mengintegrasikan
dan mengkoordinasikan asuhan pasien.
2) Pelaksanaan terintegrasi antar unit kerja, departemen dan pelayanan di
rumah sakit.
3) Membuat asuhan secara tim, ronde pasien multi departemen, ada
kombinasi bentuk perencanaan asuhan, rekam medis pasien terintegrasi.
4) Proses asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan banyak pratisi
pelayanan kesehatan dan dapat melibatkan berbagai unit kerja dan
pelayanan.
5) Hasil rekam medis merupakan data yang akan ditindaklanjuti untuk dapat
melakukan asuhan pasien pada tahap selanjutnya.

18
6) Hasil rekam medis ini sebagai acuan dalam melakukan tindakan asuhan
pada pasien.
c. Hasil atau kesimpulan rapat dari tim asuhan diskusi lain tentang kolaborasi
dicatat dalam rekam medis pasien yang ada di Rumah Sakit
1) Hasil rekam medis pasien dapat menjadi fasilitas dan menggambarkan
integrasi dan koordinasi asuhan.
2) Hasil rekam medis pasien merupakan data milik Rumah Sakit hanya dapat
dibuka jika diminta pengandilan.
2. MPP

a. Penetapan dan Pengangkatan MPP oleh Direktur

b. Melakukan skrining pasien yang membutuhkan manajemen pelayanan pasien,


berdasarkan pasien yang meliputi :

1) Risiko tinggi
2) Biaya tinggi
3) Potensi komplain tinggi
4) Kasus dengan penyakit kronis
5) Kasus komplek / rumit
6) Kemungkinan sistem pembiayaan yang komplek

c. Setelah pasien ditentukan sebagai klien MPP, maka dilakukan asesmen utilitas
dengan mengumpulkan berbagai informasi klinis, psiko-sosial, sosio-
ekonomis, maupun sistem pembayaran yang dimiliki pasien

d. Menyusun rencana manajemen pelayanan pasien tersebut, berkolaborasi


dengan DPJP serta para anggota tim klinis lainnya, yang mencerminkan
kelayakan / kepatutan dan efektivitas-biaya dari pengobatan medis dan klinis
serta kebutuhan pasien untuk mengambil keputusan

e. Melakukan fasilitasi yang mencakup interaksi antara MPP dan DPJP serta para
anggota tim klinis lainnya, berbagai unit pelayanan, pelayanan administrasi,
perwakilan pembayar. Fasilitasi untuk koordinasi, komunikasi dan kolaborasi
antara pasien dan pemangku kepentingan, serta menjaga kontinuitas
pelayanan.

f. Memfasilitasi untuk kemungkinan pembebasan dari hambatan yang tidak


mempengaruhi kinerja/hasil

19
g. Memfasilitasi dan memberikan advokasi agar pasien memperoleh pelayanan
yang optimal sesuai dengan sistem pembiayaan dan kemampuan finansial

h. Ada bukti dokumentasi kegiatan MPP, a.l. termasuk dalam rekam medis
seperti pencatatan dalam formulir edukasi-informasi.

20
BAB IV
DOKUMENTASI

A. PELAYANAN YANG SERAGAM


B. PELAYANAN PASIEN RESIKO TINGGI DAN PENYEDIAAN PELAYANAN
RESIKO TINGGI
C. PEMBERIAN MAKANAN DAN TERAPI NUTRISI
D. PENGELOLAAN NYERI
E. PELAYANAN MENJELANG AKHIR HAYAT
F. PELAYANAN DAN ASUHAN TERINTEGRASI
Dokumentasi prosedur mengenai pengintegrasian dan koordinasi aktivitas asuhan
pasien ini meliputi :
1. Pembuatan asuhan pasien secara tim yang berkesinambungan antara medis,
keperawatan dan tenaga kesehatan lain.
2. Melakukan ronde pasien dengan multi departemen agar dapat mengetahui
mengetahui keadaan pasien serta dapat membuat asuhan yang berkesinambungan.
3. Melakukan kombinasi bentuk perencanaan asuhan yang diberikan pada pasien
4. Membuat rekam medis pasien yang terintegrasi dalam satu laporan.

21
LAMPIRAN

ALUR ASUHAN KEPERAWATAN

Petugas Petugas Melakukan


Mengucapkan Komunikasi Terapeutik
Salam

Pengkajian
Keperawatan

Intervensi Diagnose
Keperawatan Keperawatan

Implement Evaluasi
Keperawatan

Dokumentasi

Selesai

22
LAMPIRAN
FOTO

23

Anda mungkin juga menyukai