Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan berkat rahmat-
Nya tersusunlah Panduan Pelayanan dan Asuhan Pasien RSUD Mampang
Prapatan Tahun 2022.
Adapun Panduan Pelayanan dan Asuhan Pasien RSUD Mampang Prapatan ini
disusun sebagai upaya untuk penyeragaman pelayanan pasien di RSUD
Mampang Prapatan dan menjalankan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Alasan penyusunan buku panduan ini adalah untuk
dijadikan acuan bagi RSUD Mampang Prapatan.
Jakarta, 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
........................................................................................................... ii
ii
iii
BAB I
DEFINISI
Pelayanan dan Asuhan Pasien adalah asuhan yang diberikan seragam dengan
menghormati dan responsif terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai pribadi
pasien, serta memastikan bahwa nilai-nilai pasien menjadi panduan bagi semua
keputusan klinis. Penyediaan pelayanan yang paling sesuai di suatu rumah
sakit untuk mendukung dan merespon setiap kebutuhan pasien yang unik,
memerlukan perencanaan dan koordinasi tingkat tinggi. Ada beberapa aktivitas
tertentu yang bersifat dasar bagi pelayanan pasien. Untuk semua disiplin yang
memberikan pelayanan pasien, aktivitas ini termasuk :
1. Perencanaan dan pemberian asuhan kepada setiap/ masing-masing
pasien;
2. Pemantauan pasien untuk mengetahui hasil asuhan pasien;
3. Modifikasi asuhan pasien bila perlu;
4. Penuntasan asuhan pasien; dan
5. Perencanaan tindak lanjut.
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) dalam hal ini Dokter (DPJP) bertindak
sebagai Team Leader beserta PPA lain melaksanakan aktivitas tersebut.
Masing-masing PPA mempunyai peran yang jelas dalam asuhan pasien. Peran
tersebut ditentukan oleh lisensi; kredensial; sertifikat; undang-undang dan
peraturan; ketrampilan (skill) khusus individu, pengetahuan, pengalaman, juga
kebijakan rumah sakit atau uraian tugas.
2
BAB III
TATALAKSANA
3
e) Pelaksanaan asuhan pasien terintegrasi berfokus pada pasien dan
mencakup elemen sebagai berikut:
Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga;
DPJP sebagai Ketua tim PPA;
DPJP melakukan koordinasi asuhan inter PPA dan bertugas
dalam seluruh fase asuhan rawat inap pasien serta teridentifikasi
dalam rekam medis pasien;
Bila kondisi pasien membutuhkan lebih dari 1 (satu) DPJP,
ditetapkan DPJP Utama;
PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan berkolaborasi secara
interprofesional;
Perencanaan pemulangan pasien yang terintegrasi;
Asuhan gizi yang terintegrasi;
Peran MPP dalam mendorong penerapan pelayanan dan asuhan
yang terintegrasi antar PPA
f) Asuhan pasien dilakukan oleh PPA dan staf klinis yang kompeten
dan berwenang;
g) Asuhan pasien dapat berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif, atau
rehabilitatif termasuk anestesia, tindakan bedah, pengobatan, terapi
suportif, atau kombinasinya, yang berdasarkan hasil asesmen dan
asesmen ulang pasien;
h) Pelaksanaan asuhan dan pelayanan harus dikoordinasikan dan
diintegrasikan oleh semua PPA, dan dapat dibantu oleh staf klinis
lainnya;
i) Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang
sama berhak mendapat asuhan yang sama/seragam di rumah sakit;
2. Pelayanan Unit :
a) Pelayanan Unit Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif, dan
Laboratorium dilaksanakan dalam 24 jam. Pelayanan Rawat Jalan
sesuai dengan jadwal praktik dokter;
b) Pelayanan Kamar Operasi dilaksanakan dalam jam kerja;
c) Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan
pasien;
d) Seluruh staf Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, pedoman atau panduan dan standar prosedur operasional
yang berlaku, serta sesuai dengan etika Rumah Sakit dan peraturan
perundangan yang berlaku;
4
e) Seluruh staf Rumah Sakit dalam melaksanakan pekerjaannya wajib
selalu sesuai dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Rumah Sakit (K3), termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri
(APD).
4. Asesmen Pasien
Asesmen pasien terdiri atas 3 (tiga) proses utama dengan metode IAR:
a) Mengumpulkan informasi dari data keadaan fisik, psikologis, sosial,
kultur, spiritual dan riwayat kesehatan pasien (informasi
dikumpulkan);
b) Analisis informasi dan data, termasuk hasil laboratorium dan radiologi
untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien
(analisis data dan informasi);
c) Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan
pasien yang telah diidentifikasi (rencana asuhan dan pelayanan
disusun);
5
d) Asesmen pasien meliputi asesmen awal, asesmen ulang dan
asesmen gawat darurat;
e) Asesmen awal medis dilakukan dalam 24 jampertama sejak rawat
inap atau lebih dini / cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan
rumah sakit;
f) Asesmen awal keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam pertama
sejak rawat inap atau lebih cepat sesuai kondisi pasien atau
kebijakan rumah sakit;
g) Asesmen awal medis yang dilakukan sebelum pasien di rawat inap,
atau sebelum tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, tidak boleh
lebih dari 30 hari, atau riwayat medis telah diperbaharui dan
pemeriksaan fisik telah diulang;
h) Asesmen dilakukan oleh profesional pemberi asuhan (PPA) dan staf
klinis yang kompeten dan berwenang;
i) Asesmen awal pasien dilakukan oleh Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP) dan Perawat Penanggung Jawab Asuhan (PPJA);
j) Asesmen awal pasien rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat
meliputi pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, pengkajian pasien dari
aspek biologis, psikologis, sosial, ekonomi, kultural dan spiritual
pasien;
k) Dalam asesmen awal juga dilakukan:
asesmen risiko nutrisional,;
kebutuhan fungsional dan risiko jatuh;
skrining nyeri, dan dilakukan asesmen nyeri bila ada nyeri.
l) Bila diperlukan, asesmen awal dilengkapi dengan asesmen tambahan
dengan memperhatikan kebutuhan dan kondisi pasien;
m) Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana
pemulangan pasien (discharge planning).
6
d) Dalam proses asuhan, pasien atau keluarga dapat mengajukan
second opinion tanpa rasa khawatir akan memengaruhi proses
asuhannya.
e) Dari hasil asesmen, pasien berhak mendapat informasi tentang
kondisi, diagnosis pasti, rencana asuhan dan dapat berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan;
f) Staf klinis menjelaskan setiap tindakan atau prosedur yang diusulkan
kepada pasien dan keluarga, dan informasi yang diberikan memuat
elemen:
Diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis banding) dan dasar
diagnosis;
Kondisi pasien;
Tindakan yang diusulkan;
Tata cara dan tujuan tindakan;
Manfaat dan risiko tindakan;
Nama orang mengerjakan tindakan;
Kemungkinan alternatif dari tindakan;
Prognosis dari tindakan;
Kemungkinan hasil yang tidak terduga;
Kemungkinan hasil bila tidak dilakukan tindakan;
Pasien dijelaskan tentang hasil asuhan dan pengobatan, termasuk
hasil asuhan dan pengobatan yang tidak terduga.
6. Asesmen Ulang
a) Asesmen ulang medis dan keperawatan dilaksanakan oleh PPA yang
kompeten dan berwenang sesuai rincian kewenang klinis yang
ditetapkan untuk evaluasi respons pasien terhadap asuhan yang
diberikan;
b) Asesmen ulang medis dilaksanakan minimal satu kali sehari,
termasuk akhir minggu / libur untuk pasien akut;
c) Asesmen ulang perawat minimal satu kali per shift atau sesuai
dengan perubahan kondisi pasien;
d) Asesmen ulang oleh PPA lainnya dilaksanakan sesuai kondisi
pasien.
7. Alur Pasien
a) Pengelolaan yang efektif terhadap alur pasien (seperti penerimaan,
asesmen dan tindakan, transfer pasien, serta pemulangan)
7
dilaksanakan agar dapat mengurangi penundaan asuhan kepada
pasien.
b) Komponen dari pengelolaan alur pasien meliputi:
ketersediaan tempat tidur rawat inap;
Perencanaan fasilitas alokasi tempat, peralatan, utilitas, teknologi
medis, dan kebutuhan lain untuk mendukung penempatan
sementara pasien;
Perencanaan tenaga untuk menghadapi penumpukan pasien di
beberapa lokasi sementara dan atau pasien yang tertahan di unit
darurat;
Alur pasien di daerah pasien menerima asuhan, tindakan, dan
pelayanan (seperti unit rawat inap, laboratorium, kamar operasi,
radiologi, dan unit pasca-anestesi);
Efisiensi pelayanan nonklinis penunjang asuhan dan tindakan
kepada pasien (seperti kerumahtanggaan dan transportasi);
Pemberian pelayanan ke rawat inap sesuai dengan kebutuhan
pasien;
Akses pelayanan yang bersifat mendukung (seperti pekerja sosial,
keagamaan atau bantuan spiritual, dan sebagainya).
c) Setiap pasien yang termasuk rawat inap harus dipasang gelang
identitas pasien;
d) Pasien selalu diidentifikasi sebelum pemberian obat, sebelum
tranfusi darah, atau produk darah lainnya, sebelum pengambilan
darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan laboratorium klinis,
sebelum pemeriksaan radiologi, serta sebelum dilakukan tindakan.
8. Penundaan Pelayanan
a) Apabila terjadi penundaan dan kelambatan pelayanan di rawat jalan
maupun rawat inap harus disampaikan kepada pasien;
b) Pasien diberi tahu alasan penundaan dan kelambatan pelayanan dan
diberi informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai kebutuhan
klinis pasien dan dicatat di rekam medis.
9. Pemulangan Pasien
a) Untuk menjamin kesinambungan pelayanan dan asuhan pasien,
harus dilakukan rencana pemulangan pasien yang terintegrasi;
8
b) Perencanaan pemulangan pasien dilaksanakan oleh MPP
c) Selama perawatan di rumah sakit, pasien hanya bisa meninggalkan
rumah atas persetujuan DPJP;
d) Bila diperlukan, pada pemulangan pasien dapat dirujuk kepada
fasilitas kesehatan, baik perorangan ataupun institusi yang berada di
komunitas dimana pasien berada yang bertujuan untuk memberikan
kelanjutan pelayanan atau asuhan;
e) Rencana pemulangan pasien dilakukan pada pasien yang rencana
pemulangannya kompleks;
f) Rencana pemulangan yang kompleks dimulai segera setelah pasien
masuk rawat inap;
g) Kriteria pasien yang pemulangannya kompleks adalah:
Bayi kurang bulan dengan berat badan lahir rendah;
Pasien usia lanjut dengan dementia;
Pasien dengan gangguan mobilitas sehingga tidak mampu atau
mengalami kesulitan untuk aktivitas kesehariannya;
Pasien yang masih memerlukan pertolongan untuk melanjutkan
terapi atau perawatan.
h) Pasien rawat jalan dengan asuhan yang kompleks atau yang
diagnosisnya kompleks diperlukan Profil Ringkas Medis Rawat Jalan
(PRMRJ);
i) Pasien rawat jalan yang memerlukan PRMRJ adalah:
Pasien dengan diagnosis yang kompleks;
Pasien dengan asuhan yang kompleks.
j) Penyimpanan berkas PRMRJ harus mudah untuk dicari kembali;
k) Pelaksanaan pembuatan PRMRJ dievaluasi agar dapat memenuhi
kebutuhan para DPJP serta untuk meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien.
9
d) Untuk pasien yang keluar rumah sakit atas permintaan sendiri tetap
harus diupayakan kesinambungan asuhannya, termasuk melalui
rujukan kepada fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di area
domisili pasien;
e) Dilakukan evaluasi secara berkala terhadap alasan penolakan
asuhan medis, termasuk pasien yang pulang atas permintaan sendiri.
f) Memberitahukan pasien dan keluarganya tentang menghormati
keinginan dan pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi
atau memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar (Do Not
Resuscitate).
g) Rumah sakit telah menetapkan posisinya pada saat pasien menolak
pelayanan resusitasi dan membatalkan atau mundur dari pengobatan
bantuan hidup dasar;
h) Posisi rumah sakit sesuai dengan norma agama dan budaya
masyarakat, serta persyaratan hukum dan peraturan.
11. Rujukan
a) Rujukan dilaksanakan atas persetujuan pasien atau keluarga;
b) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah
pasien dan/atau keluarganya mendapatkan penjelasan dari tenaga
kesehatan yang berwenang.
c) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-
kurangnya meliputi:
Diagnosis dan terapi dan/ atau tindakan medis yang diperlukan;
Alasan dan tujuan dilakukan rujukan;
Risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan;
Transportasi rujukan; dan
Risiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam
perjalanan.
d) Hal-hal yang harus dilakukan sebelum melakukan rujukan adalah:
Melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi
kondisi pasien sesuai indikasi medis serta sesuai dengan
kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien selama
pelaksanaan rujukan;
Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan
bahwa penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal
keadaan pasien gawat darurat;
10
Membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada
penerima rujukan.
e) Surat pengantar rujukan sebagaimana dimaksud sekurang-
kurangnya memuat:
Identitas pasien;
Hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang) yang telah dilakukan;
Diagnosis kerja;
Terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan;
Tujuan rujukan; dan
Nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan.
f) Transportasi untuk rujukan dilakukan sesuai dengan kondisi pasien;
g) Selama proses transportasi rujukan ada staf yang kompeten sesuai
dengan kondisi pasien yang selalu memonitor dan mencatatnya
dalam rekam medis;
h) Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima oleh
penerima rujukan.
i) Pasien atau keluarga diberi penjelasan apabila rujukan yang
dibutuhkan tidak dapat dilaksanakan.
Dalam hal ini, meninjau dari tipe RSUD Mampang Prapatan adalah
Rumah Sakit tipe D dengan standar pelayanan dan keterbatasan alat
medis yang menunjang, pelayanan pada kelompok pasien dengan
11
resiko tinggi tidak dapat ditangani sepenuhnya atau proses rawat inap
maupun rawat jalan, maka akan dilakukan proses rujuk ke Rumah Sakit
yang memadai sesuai kebutuhan pasien.
Adapun kelompok pasien dengan resiko tinggi tersebut diantaranya:
a) Pasien dengan alat bantuan hidup dasar dan memerlukan fasilitas
ICU, ICCU, NICU atau PICU
b) Pasien dengan bantuan alat Dialysis
c) Pasien dengan pengobatan Kemoterapi
d) Pasien dengan Imunosuppressed
e) Pasien gangguan jiwa yang memerlukan perawatan lanjutan
f) Pasien dengan kasus bedah mayor atau memerlukan tenaga
spesialis bedah lain seperti THT, Orthopedi, Mata, dll.
g) Pasien dewasa dengan Retradasi Mental yang memerlukan
perawatan
12
b) Bila ditemukan adanya resiko malnutrisi pasien dilakukan asuhan
lanjutan oleh ahli gizi;
c) Respon pasien terhadap terapi gizi di monitor;
d) Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi resiko
kontaminasi dan pembusukan;
e) Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik;
f) Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan
khusus.
13
a) Mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang baru- baru ini
diterbitkan dan sudah diterima secara umum (dari WHO Patient
Safety);
b) Menerapkan program hand hygiene yang efektif.
14
b) Perbaikan peralatan dilaksanakan dengan memperhatikan
kontiunitas pelayanan RS terutama pada palayanan yang
menyangkut emergency dan bantuan hidup.
15
BAB IV
DOKUMENTASI
Mengetahui,
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
MAMPANG PRAPATAN
16