Anda di halaman 1dari 4

BAB I

DEFINISI

1.1. Latar belakang


Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien pada Bab IV
Sasaran Keselamatan Pasien pasal 8, berbunyi ayat (1) Setiap klinik wajib
mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan pasien, ayat (2) Sasaran
Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tercapainya
hal-hal sebagai berikut: Ketepatan identifikasi pasien, peningkatan
komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai,
kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi ,pengurangan
risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan pengurangan resiko pasien
jatuh.

Maksud dan tujuan ketepatan identifikasi pasien adalah kesalahan


karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua
aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa
terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami
disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/lokasi, adanya
kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk
melakukan dua kali pengecekan yaitu; pertama, untuk identifikasi pasien
sebagai individu yang dimaksudkan untuk mendapatkan pelayanan atau
pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan
terhadap individu tersebut.

Maka perlu membuat kebijakan dan atau pedoman secara kolaboratif


dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses
untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk
darah; pengambilan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian
pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan atau pedoman memerlukan
sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama
pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir. Kebijakan dan atau pedoman juga
menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda seperti
di pelayanan rawat jalan atau unit pelayanan gawat darurat. Suatu proses
kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan atau prosedur
agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat
diindentifikasi.

1.2 Kebijakan
1. UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang keselamatan pasien Rumah
Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis
5. SK Direktur tentang Kebijakan Identifikasi Pasien

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya,
sehingga mempermudah dalam proses pemberian pelayanan kesehatan
kepada pasien yang datang berobat dan mencegah kesalahan dan
kekeliruan dalam proses pemberian pelayanan, pengobatan tindakan
atau prosedur.

2. Tujuan Khusus
a. Mencegah kesalahan atau kekeliruan pemberian pelayanan di unit
rawat jalan atau rawat darurat.
b. Mencegah kesalahan atau kekeliruan sebelum pemberian obat.
c. Mencegah kesalahan atau kekeliruan sebelum mengambil darah dan
specimen lain untuk pemeriksaan klinik.
d. Mengarahkan pelaksanaan identifikasi pasien yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi.

1.4 Sasaran
Sesuai dengan tujuan pelaksanaan ketepatan identifikasi yakni untuk
membedakan pasien satu dengan pasien yang lainnya dan mencegah
kesalahan dan kekeliruan dalam proses pemberian pelayanan pengobatan
tindakan/ prosedur. Maka sasaran identifikasi pasien tersebut dikaitkan
dengan pencapaian tujuan tersebut.

Sasaran ketepatan identifikasi adalah


1. Pasien sadar
2. Pasien tidak sadar (kasus kecelakan, meninggal, koma)
3. Pasien rawat jalan, gawat darurat.
4. Pada saat sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau prosedur.

1.5 Definisi
1. Klinik adalah insitusi pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, gawat darurat.
2. Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan
tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa pencegahan kecacatan
lebih lanjut.
3. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medik disebutkan bahwa
rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan pada pasien.
4. Identifikasi pasien adalah suatu proses pemberian tanda atau pembeda
yang mencakup nomor rekam medis dan identitas pasien dengan tujuan
agar dapat membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya
guna ketepatan pemberian pelayanan, pengobatan dan tindakan atau
prosedur kepada pasien.
5. Pasien adalah setiap orang yang melakukan yang melakukan konsultasi
masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan, secara langsung dan tidak langsung.

Anda mungkin juga menyukai