Anda di halaman 1dari 18

PEMERINTAH KABUPATEN WAY KANAN

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS RAWAT INAP BANJIT
Jl. AK Gani No. 30 Pasar Banjit, Banjit, Way Kanan

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BANJIT

NOMOR: 440 / 01 /SK/PKM-BJT/…./2023

TENTANG

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PASIEN


DI PUSKESMAS BANJIT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA PUSKESMAS BANJIT

Menimbang : a. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan


mewujudkan keselamatan pasien (Pasien Safety) di
Puskesmas Rawat Banjit ,maka perlu dibuatkan
tentang pelaksanaan system identifikasi pasien guna
mencegah terjadinya kekeliruan dalam proses
pemberian pelayanan;
b. Bahwa agar pelaksanaan system identifikasi pasien
dapat berjalan dengan baik dan lancar maka
diperlukan pedoman pelaksanaan;
c. Bahwa untuk maksud butir a dan b maka diperlukan
Keputusan Kepala Unit Pelaksana Teknis Puseksmas
Rawat Inap tentang berlakunya Pedoman Pelaksanaan
Sistem Identifikasi Pasien di Puskesmas Rawat Inap
Banjit.

Mengingat : 1. Peraturan menteri kesehatan RI nomor


1691/MENKES/PER/VII/2011 tentang kesehatan
pasien puskesmas;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS RAWAT INAP BANJIT


TENTANG PELAKSANAAN SISTEM IDENTIFIKASI PASIEN
DI PUSKESMAS RAWAT INAP BANJIT
KESATU : Di berlakukannya Pedoman Tentang Pelaksanaan Sistem
Identifikasi Pasien, maka menjadi acuan petugas
Identifikasi dalam mengidentifikasi pasien.

KEDUA : Menugaskan Petugas identifikasi harus memiliki


kecermatan, ketelitian dan ketepat gunaan dalam proses
pengidentifikasian pada pasien.

KETIGA : Petugas Identifikasi Pasien meliputi Keperawatan, Front


Office Rekam Medis, Dokter, Farmasi, Rehab Medik,
Penunjang
KEEMPAT : Surat Keputusan Ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
apabila terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan dilakukan pembetulan sebagaimana mestinya.
DITETAPKAN DI : BANJIT

PADA TANGGAL :

KEPALA UPT

PUSKESMAS BANJIT

ROZES WILLEM,SKM.MM

NIP. 19820305 2008041 001


LAMPIRAN : SURAT KEPUTUSAN KEPALA
UPT PUSKESMAS BANJIT

TENTANG : IDENTIFIKASI DAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN PASIEN

NOMOR : 440/01/…/SK/PKM-BJIT/ /20

PELAKSANAAN SISTEM IDENTIFIKASI PASIEN


DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PASIEN

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik indonesia nomor
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011
tentang Keselematan Pasien Puskesmas pada Bab IV Sasaran
Keselamatan Pasien Puskesmas pasal 8, berbunyi ayat (1) Setiap rumah
sakit wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan pasien,
ayat (2) Sasaran Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut :Ketepatan identifikasi
pasien, Peningkatan komunikasi yang efektif , Peningkatan keamanan
obat yang perlu diwaspadai, Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,tepat-
pasien operasi ,Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
dan Pengurangan resiko pasien jatuh.

Sasaran keselamatan pasien merupakan syarat untuk diterapkan di


semua rumah sakit, maksud dari sasaran keselamatan pasien adalah
mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran
menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan
dan menjelaskan bukti serta solusi dari consensus berbasis bukti dan
keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain system yang baik
secara intrinsik adalah memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan
bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran umum diifokuskan pada
solusi-solusi yang menyeluruh..dari keenam sasaran keselamatan pasien
point pertama sasaran tersebut adalah ketepatan identifikasi pasien,
maka rumah sakit harus mengembangkan pendekatan untuk
memperbaiki / meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.

Maksud dan tujuan ketepatan identifikasi pasien adalah kesalahan


karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hamper
semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi
pasien bias terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi,
mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/lokasi
di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Maksud
sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu; pertama,
untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima
pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan
atau pengobatan terhadap individu tersebut
Maka rumah sakit perlu membuat kebijakan dan atau prosedur secara
kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi,
khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian
obat, darah, atau produk darah; pengambilan specimen lain untuk
pemeriksaan klinis; atau pemberian pemberian pengobatan atau
tindakan lain. Kebijakan dan atau prosedur memerlukan sedikitnya dua
cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor
rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien. Nomor kamar pasien
atau lokasi tidak bias digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan atau
prosedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi
yang berbeda di rumah sakit seperti di pelayanan rawat jalan, unit
pelayanan gawat darurat atau ruang operasi termasuk identifikasi pasien
pada pasien koma tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan
untuk mengembangkan kebijakan dan atau prosedur agar dapat
memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat diindentifikasi.

B. DASAR HUKUM
1. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik indonesia nomor Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselematan Pasien Puskesmas

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien yang
lainnya,sehingga mempermudah dalam proses pemberian pelayanan
kesehatan kepada pasien yang datang berobat dan mencegah
kesalahan dan kekeliruan dalam proses pemberian pelayanan
,pengobatan tindakan atau prosedur.

2. Tujuan Khusus
a. Mencegah Kesalahan atau kekeliruan pemberian pelayanan di unit
rawat jalan, rawat darurat, dan ruang operasi.
b. Mencegah Kesalahan atau kekeliruan sebelum pemberian obat,
darah, atau produk darah.
c. Mencegah Kesalahan atau kekeliruan sebelum mengambil darah
dan specimen lain untuk pemeriksaan klinik.
d. Mengarahkan pelaksanaan identifikasi pasien yang konsisten pada
semua situasi dan lokas.
D. SASARAN

Sesuai dengan tujuan pelaksanaan ketepatan identifikasi yakni untuk


membedakan pasien satu dengan pasien yang lainnya dan mencegah
kesalahan dan kekeliruan dalam proses pemberian pelayanan
pengobatan tindakan / prosedur. Maka sasaran identifikasi pasien
tersebut dikaitkan dengan pencapaian tujuan tersebut.

Sasaran ketepatan identifikasi adalah


1. Bayi baru lahir
2. Pasien sadar
3. Pasien tidak sadar ( kasus kecelakan, meninggal, koma )
4. Pasien rawat jalan,rawat darurat, rawat inap.
5. Pasien pada saat sebelum pemberian tindakan operasi.
6. Pasien pada saat sebelum pemberian obat
7. Pasien pada saat sebelum pengambilan darah dan specimen lain
untuk pemeriksaan klinis
8. Pasien pada saat sebelum pemberian diet pasien.

E. RUANG LINGKUP

Dalam rangka mewujudkan keselamatan pasien (pasien safety) di


Puskesmas Rawat Inap Banjit maka perlu disusun Pedoman-pedoman
sebagai acuan petugas rumah sakit dalam melakukan pekerjaannya.
Salah satu pedoman yang dibuat adalah pedoman pelaksanaan system
identifikasi pasien dengan tujuan sebagai acuan petugas identifikasi
dalam menemukenali pasien secara benar dan tepat dalam memberikan
pelayanan pengobatan atau tindakan. Sehingga mencegah kesalahan
dalam penanganan pasien. Petugas identifikasi meliputi Keperawatan,
Front Office, Rekam Medis, Dokter, Farmasi, Rehab Medik, Penunjang
Medik.

F. PENGERTIAN

1. Puskesmas Rawat Inap adalah Puskesmas yang berdasarkan Surat


Keputusan Bupati atau Walikota menjalankan fungsi perawatan dan
untuk menjalankan fungsinya diberikan tambahan ruang dan fasilitas
rawat inap yang sekaligus merupakan pusat rujukan antara.
2. Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan
tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa pencegahan
kecacatan lebih lanjut.
3. Dalam Pereturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medik disebutkan bahwa
rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan pada pasien.
4. Identifikasi pasien adalah suatu proses pemberian tanda atau
pembeda yang mencakup nomor rekam medis dan identitas pasien
dengan tujuan agar dapat membedakan antara pasien satu dengan
pasien yang lainnya guna ketepatan pemberian pelayanan, pengobatan
dan tindakan atau prosedur kepada pasien.
5. Pasien adalah setiap orang yang melakukan yang melakukan
konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang diperlukan , secara langsung dan tidak langsung di
rumah sakit.
BAB II
PELAKSANAAN SISTEM IDENTIFIKASI

A. PEMBERIAN IDENTITAS PASIEN

1. Sistem Penamaan Pasien


Sistem penamaan dalam pengidentifikasi pasien adalah tata cara
penulisan nama seseorang yang bertujuan untuk membedakan satu
pasien dengan pasien lain dan untuk memudahkan dalam
pengindeksan data base pasien sebagai Indeks Utama Pasien (IUP)
secara komputeriasi. Sistem penamaan yang digunakan di Puskesmas
Rawat Inap Banjit adalah dengan memberikan identitas kepada
seorang pasien serta membedakan antara pasien satu dengan pasien
lainnya, sehingga mempermudah / memperlancar di dalam
memberikan pelayanan rekam medis kepada pasien yang datang
berobat ke Puskesmas Rawat Inap Banjit.Prinsip utama yang harus
ditaati oleh petugas identifikasi khususnya petugas admissionadalah :
a. Nama pasien sendiri terdiri dari satu suku kata atau lebih
b. Penulisan nama sesuai dengan KTP/SIM/PAPSOR yang masih
berlaku
c. Untuk keseragaman penulisan nama pasien digunakan ejaan baru
yyang disempurnakan dengan menggunakan huruf cetak/capital.
d. Tidak diperkenankan adanya pencantuman title/jabatan/gelar
e. Perkataan Tuan, Saudara, Bapak, tidak dicantumkan dalam
penulisan nama pasien
f. Apabila pasien berkewarganegaraan asing maka penulisan
namanya harus disesuaikan dengan paspor yang berlaku di
Indonesia
g. Bila seorang bayi baru lahir hingga saat pulang belum mempunyai
nama, maka penulisan namanya adalah Bayi Ny. Xxx
h. Tulisan harus jelas dapat terbaca oleh orang lain dan tidak ada
penghapusan Tip Ex jika terjadi kesalahan pembetulannya diberi
paraf dan tulisan yang diubah masih dapat dibaca.
i. Penulisan nama menggunakan nama asli pasien bukan nama
samaran atau panggilan.

Adapun cara penulisannya adalah sebagai berikut :


a. Cara Penulisan Nama Pasien :
Nama pada KTP/SIM : SETYO LUNTO MARDOYO
Nama pada Kartu pasien : SETYO LUNTO MARDOYO
Nama pada IUP/data dasar pasien: SETYO LUNTO MARDOYO
Nama pada Gelang pasien : SETYO LUNTO MARDOYO

b. Cara Penulisan Nama Pasien Bayi :


Nama ibu : NIA NINGTIYAS
Nama pada bayi : By.Ny.NIA NINGTIYAS
Nama pada IUP/data dasar pasien : By.Ny.NIA NINGTIYAS
Nama pada gelang bayi : By.Ny.NIA NINGTIYAS
Apabila pada kunjungan selanjutnya bayi telah memiliki nama,
maka nama yang digunakan adalah namanya saat ini. Maka hanya
petugas admission yang berwenang dapat merubah nama bayi
sesuai dengan namanya sekarang.

c. Petunjuk Silang
Dengan penulisan nama pasien sesuai dengan KTP/SIM/PASPOR
serta diharapkan seorang pasien hanya memiliki satu nomor
pasien. Apabila ditemukan seorang pasien memiliki lebih dari satu
nomor rekam medis maka berkas medis tersebut harus
digabungkan menjadi satu nomor dimana berkas nomor tersebut
juga digabung, biasanya nomor yang digunakan adalah nomor
rekam medis yang pertama. Tetapi terlebih dahulu harus dicocokan
antara tanggal lahir, alamat, serat identitas lainnya apakah benar-
benar sesuai anatar keduanya.

Contoh penggabungan nomor :


Nama pasien : SRI WAHYUNI
Nomor pasien -1 : 00-09-10
Nomor pasien -2 : 00-12-89

Setelah digabungkan maka pada :


Nomor pasien -1 : 00-09-10 (SRI WAHYUNI)
Nomor pasien -2 : 00-12-89  00-09-10

2. Sistem Pemberian Nomor Pasien


Pengidentifikasian pasiendengan menggunakan system penomoran
yaitu tata cara penulisan nomor rekam medis yang diberikan kepada
pasien yang datang berobat sebagai bagian dari identitas pribadi
pasien yang bersangkutan. Pemberian nomor/numbering Sistem pada
pasien yang masuk rumah sakit baik rawat jalan, rawat darurat
dengan cara : Unit Numbering Sistem (setiap pasien hanya memiliki
satu nomor rekam medis selama berobat/dirawat) di Puskesmas
Rawat Inap Banjit. yang bertujuan agar nomor rekam medis yang
dipergunakan tidak terjadi penggandaan. Ketentuan pada sistem
penomoran meliputi :
a. Pada pasien yang berobat jalan maupun rawat inap diberikan satu
nomor rekam medis.
b. Nomor dokumen rekam medis terdiri atas 6 (enam) digit mulai dari
00 00 00 sd. 99 99 99.
c. Sebagai kendali nomor yang akan digunakan dibuatkan buku bank
nomor.

Prosedur tetap pada sistem penomoran adalah :


a. Nomor rekam medis dicek terlebih dahulu di Buku Bank Nomor.
b. Nomor yang tertulis dalam buku bank nomor adalah nomor yang
sudah digunakan.
c. Masing –masing buku bank nomor dipersiapkan menurut
kegunaannya.
Nomor rekam medis perlu dipersiapkan dan diatur pendistribusiannya
agar tidak terjadi kerancuan atau penggandaan pemberian nomor,
yang bertujuan untuk mengetahui nomor rekam medis yang telah
digunakan dan menghindari nomor yang ganda.Adapun prosedur
tetapnya adalah :
a. Nomor sudah disiapkan oleh petugas bank nomor.
b. Setiap pasien baru berkunjung petugas mencatat nomor pada buku
bank nomor.
c. Setelah pergantian shift dilaporkan sampai nomor berapa yang
telah terpakai.

Untuk Bayi baru lahir mempunyai nomor rekam medis tersendiri yang
bertujuan agar tidak terjadi kesalahan pada penomoran, ketentuannya
adalah bayi baru lahir mempunyai nomor rekam medis tersendiri tidak
disamakan dengan nomor rekam medis ibunya.

Sistem penomoran yang digunakan di unit Rekam Medis Puskesmas


Rawat Inap Banjit mempergunakan nomor “ Unit Numbering System “
yaitu pada saat seorang penderita berkunjung pertama kali ke rumah
sakit apakah sebagai penderita berobat jalan ataupun untuk dirawat,
kepadanya diberikan satu nomor (Admitting Number) yang akan
dipakai selamanya untuk kunjungan seterusnya, sehingga rekam
medis penderita tersebut hanya tersimpan didalam satu berkas
dibawah satu nomor. Satu problem yang biasa sering timbul dalam
sistem unit adalah bertambahnya satu rekam medis satu rekam medis
menjadi berjilid-jilid karena seringnya penderita tersebut
mendapatkan pelayanan (dirawat) di rumah sakit. Dalam penanganan
dokumen rekam medis yang terlalu tebal, ketentuannya sebagai
berikut :
a. Pada dokumen rekam medis yang terlalu tebal maka dibuatkan jilid
yang baru
b. Pada saat dokumen rekam medis di jilid maka harus dibuatkan
catatan nomor jilid dan jumlah jilidnya, missal : Jilid 1 dari 2, Jilid
2 dari 2.
c. Dokumen yang dijilid masih menggunakan nomor rekam medis
yang sama.

3. Data Base Pasien Sebagai Indeks Utama Pasien.


Indeks utama pasien adalah salah satu cara menunjang kelancaran
pelayanan terhadap pasien, karena apabila seorang pasien lupa
membawa kartu berobat
maka indeks utama pasien yang tersimpan dalam database computer
akan membantu untuk mencarikan data pasien yang diperlukan.
Indeks utama pasien merupakan kunci utama bagi setiap pasien baru
yang disimpan selamanya. Indeks utama pasien disimpan
berdasarkan atas ringkasan klinik yang diperoleh dari tempat
penerimaan pasien. Karena IUP merupakan sumber data yang
selamanya harus disimpan, maka harus dibuat selengkap mungkin.
Dalam IUP memuar data identitas pasien yang harus dibuat secara
terperinci dan lengkap, antara lain :
a. Nama lengkap pasien
b. Nomor rekam medis
c. Tempat/ Tanggal lahir
d. Jenis kelamin
e. Alamat lengkap
f. Nama Ayah
g. Nama Ibu
h. Nama Suami / Istri
i. Agama
j. Pekerjaan
k. Status
l. Penanggung jawab
m. Tanggal Kunjungan awal

Indeks utama pasien di Puskesmas Rawat Inap Banjit sudah


menggunakan system informasi manajemen rumah sakit (SIM RS)
yang data dasar pasien diperoleh dari petugas admission dan disimpan
pada data base computer yang setiap harinya data tersebut di back up
melalui media penyimpanan lain. dengan adanya system
komputeritasi memudahkan dalam proses pelayanan dan perolehan
data data dasar pasien secara cepat, efesien dan efektif. Bila seorang
pasien berganti nama, pekerjaan, ataupun alamat maka petugas
pendaftaran harus segera merubah data tersebut agar selalu
menghasilkan data yang up to date.Yang dimaksud dengan
penyimpanan IUP adalah penyimpanan data pasien yang berisikan
nama, nomor rekam medis, umur, alamat dan identitas lain yang
disimpan dalam data base komputer dengan sistem alfabert agar
nomor rekam medis dapat ditemukan pada saat pasien tidak
membawa kartu berobat. Yang bertujuan memudahkan pencarian
status apabila pasien lama kehilangan / tidak membawa kartu
berobat.

4. Indeks Penyakit
Yang dimaksud adalah indeks tentang jenis penyakit tertentu yang
telah ditetapkan diagnosis penyakitnya oleh dokter dan kode diagnosis
penyakitnya oleh rekam medis. Indeks penyakit di Puskesmas Rawat
inap Banjit menggunakan indeks penyakit rawat jalan dan rawat inap.
Indeks peyakit dibuat oleh petugas koding dan indeksing dengan
ketetuan penulisan :
 Satu kartu untuk satu jenis penyakit
 Setiap nama penyakit diikuti dengan penulisan kode ICD 10

5. Indeks Operasi
Disebut juga indeks tindakan atau indeks prosedur medis yaitu indeks
tentang tindakan medis tertentu sesuai dengan tindakan yang
dilakukan dokter pada pelayanan rawat jalan maupun rawat inap.
Indeks operasi yang ada di Puskesmas Rawat Inap Banjit hanya
menggunakan indeks operasi rawat inap, yang dibuat oleh petugas
koding dan indeksing dengan ketentuan penulisan :
 Satu kartu untuk satu jenis operasi
 Setiap nama operasi diikuti dengan penulisan Kode ICD 9.

6. Indeks Kematian
Adalah indeks tentang sebab kematian penyakit tertentu sebagai hasil
pelayanan pasien di rawat jalan, gawat darurat atau rawat inap.
Indeks ini di Puskesmas Rawat Inap Banjit digunakan dengan tidak
dipisahkan antara indeks kematian rawat jalan dan rawat inap.

Indeks kematian dibuat oleh petugas koding dan indeksing dengan


ketentuan penulisan :
 Satu kartu untuk satu jenis operasi
 Setiap sebab kematian diikuti dengan penulisankode ICD 10.

B. PEMBERIAN GELANG PADA PASIEN

Dalam mewujudkan pencapaian ketepatan identifikasi pada pasien guna


mencegah kesalahan dan kekeliruan pemberian pelayanan atau
pengobatan maka perlu diadakan langkah-langkah untuk tercapainya
tujuan tersebut. Salah satu langkah dalam mewujudkan ketepatan
identifikasi pasien adalah dengan cara memberikan gelang pada setiap
pasien dengan kriteria tertentu. Dengan adanya pemberian gelang pasien
maka akan memudahkan dan mencegah terjadinya kesalahan pada
petugas pemberi pelayanan. Gelang pasien juga harus memiliki berbagai
warna yang disesuaikan dengan jenis kelamin dan kondisi derajat
kesehatan pasien. Setiap petugas rumah sakit harus memahami maksud
warna gelang tersebut, guna mencegah terjadinya angka kejadian yang
tidak diharapkan. Kriteria pada gelang gelang pasien tersebut meliputi
antara lain

1. Pemberian identitas pada gelang pasien


Agar memudahkan petugas kesehatan membedakan pasien satu
dengan yang lain maka gelang pasien harus tercantum identitas si
pasien tersebut.antara lain nama lengkap pasien, nomor rekam medis,
tanggal lahir, alamat. Adapun prosedur tetap dalam pemberian
identitas pada gelang pasien sebagai berikut :
a. Gelang pasien dipakai pada tangan kiri pasien
b. Pada gelang pasien tertulis nama lengkap pasien
c. Pada gelang pasien tertulis nomor rekam medis pasien
d. Pada gelang pasien tertulis tanggal lahir pasien dan umur
e. Pada gelang pasien tertulis alamat pasien
f. Pada gelang pasien tertulis dokter penanggung jawab pasien
g. Pada gelang pasien tertulis nomor registrasi.
Petugas admission harus benar-benar menuliskan data identitas pada
gelang pasien secara lengkap,benar, jelas dan terbaca. Adapun kriteria
warna gelang untuk membedakan kondisi pasien dengan yang lain,
antara lain :
a. Gelang berwarna biru digunakan untuk pasien berjenis kelamin
laki-laki
b. Gelang berwarna pink digunakan untuk pasien berjenis kelamin
perempuan
c. Gelang berwarna kuning digunakan untuk pasien
resiko jatuh
d. Gelang berwarna merah digunakan untuk pasien alergi
Contoh pemberian identitas pada gelang pasien :
a. Pasien dengan jenis kelamin laki-laki

2. Manfaat dan bahaya jika menolak menggunakan gelang


Untuk mengantisipasi dan mencegah hal yang tidak diharapkan pada
pasien maka petugas khususnya yang merawat pasien perlu
menjelaskan manfaat dan bahaya jika pasien menolak menggunakan
gelang, dan perlu juga dibuat peraturan rumah sakit yang mewajibkan
setiap pasien yang dirawat harus menggunakan gelang pasien.
Adapun prosedur tetap dalam menjelaskan manfaat dan bahaya jika
menolak menggunakan gelang yaitu :
a. Setiap hari petugas pendaftaranrawat inap menyiapkan gelang
pasien
b. Setelah dokter/perawat menganamnesa pasien dan menegakan
diagnose masuk di unit gawat darurat, perawat menginformasikan
kepada petugas pendaftaranrawat inap jika pasien memiliki kondisi
alergi atau resiko jatuh.
c. Petugas mengisi identitas pada gelang pasien. Pemilihan warna
gelang disesuaikan dengan jenis kelamin serta kondisi pasien jika
pasien tersebut beresiko jatuh atau alergi obat.
d. Gelang pasien diserahkan ke petugas keperawatan agar gelang
tersebut segera dipasangkan di tangan kiri pasien.
e. Sebelum pemasangan gelang, perawat menjelaskan manfaat dan
bahaya jika pasien / keluarganya menolak menggunakan gelang
f. Perawat juga harus menyampaikan atau mengingatkan pasien
ketika perawat atau dokter atau petugas lainnya agar
mengidentifikasi terlebih dahulu sebelum memberikan pelayanan.
g. Penjelasan manfaat dan bahaya jika pasien menolak menggunakan
gelang sebagai berikut :
 Manfaat pemasangan gelang, meliputi ;
- Petugas dapat mengidentifikasi pasien dengan mudah
sebelum memberikan pelayanan,pengobatan atau tindakan
- Petugas mampu menemukenali pasien dengan pasien yang
beresiko jatuh dan mempunyai indikasi alergi obat, yang
dilihat dari warna gelang
- Mencegah terjadinya kesalahan dan kekeliruan pada saat
pemberian pelayanan,pengobatan dan tindakan.

 Bahaya jika pasien menolak menggunakan gelang


- Petugas mengalami kesulitan dalam proses indentifikasi
- Petugas maupun pasien mempunyai resiko besar terjadinya
kesalahan dalam pemberian pelayanan.
- Dapat menimbulkan peningkatkan angka kejadian yang tidak
diharapkan (KTD) di rumah sakit.
Pemilihan gelang juga memerlukan perhatian khusus oleh rumah
sakit .spesifikasi gelang yang baik antara lain ;
a. Gelang tidak mudah terlepas, yang dimaksud adalah gelang
digunakan satu kali pakai dan tidak bisa dilepas.kecuali dengan
cara kanibal.
b. Identitas yang tercantum pada gelang pasien tidak mudah terhapus
atau sifatnya permanen.
c. Jenis gelang juga harus nyaman ketika dipakai oleh pasien,dan
berbahan lentur tanpa melukai tangan pasien.

C. IDENTIFIKASI PADA BAYI BARU LAHIR

Dalam penanganan identifikasi pada bayi baru lahir maka perlu


dibuatkan prosedur yang benar dengan tujuan memberi kejelasan,dan
menerangkan langkah identifikasi bayi baru lahir agar tidak terjadi bayi
tertukar atau hilang dan kesalahan dalam pemberian pelayanan. Adapun
prosedur tetapnya sebagai berikut :

1. Prosedur Indetifikasi bayi baru lahir


a. Setelah bayi lahir, bila keadaan ibu/bayi memungkinkan segera
disusulkan pada ibu dan ditunjukkan keadaan dan jenis kelamin
bayi oleh petugas penolong kelahiran bayi.
b. Bayi lahir dirumah sakit dibuat nomor rekam medis baru.
c. Tulis tanggal dan jam lahir, jenis kelamin, panjang bayi, berat bayi,
ciri-ciri yang ada, nama ibu, nama ayah, alamat serta anak ke.....
d. Beri gelang bayi yang berisi identitas, nama ibu, berat bayi, dan
panjang bayi serta no. Reg gelang bayi
e. Gelang tersebut dipasang pada pergelangan tangan kanan bayi.
f. Gelang merah untuk bayi perempuan dan gelang biru untuk bayi
laki-laki.
g. Pada RM.20 dibubuhkan :
 Cap ibu jari tangan kanan ibu.
 Cap ibu tangan kiri bayi.
 Cap kedua telapak kaki bayi.
 Dan terisi secara lengkap dan benar
h. Dibox tempat bayi diruang perinatologi dipasang kartu identitas
yang meliputi : nama bayi/ibu, berat badan, hari/ tanggal/jam
lahir, jenis kelamin.
i. Pada waktu penderita pulang, ibu (keluarga yang mewakili) agar
menandatangani pernyataan penyerahan bayi disaksikan oleh
petugas yang menyerahkan.

2. Lembar identifikasi bayi baru lahir ( RM.20)


Seorang bayi haruslah dianggap sebagai individu yang mempunyai
catatan tersendiri dan seyogyanya catatan tersebut disimpan dalam
berkas masing-masing terpisah dengan berkas rekam medis ibunya.
Karena itu merupakan hal yang penting untuk mengetahui semua
keterangan pengenal bayi yang termuat pada berkas rekam medis
bayi. Salah satu pengidentifikasian pada bayi baru lahir adalah
dengan membuat atau mencatat secara lembaran identifikasi bayi
baru lahir secara lengkap, benar dan jelas pada setiap elemen
komponen lembaran tersebut. Adapun prosedur tetap dalam pengisian
lembar identifikasi bayi baru lahir, antara lain :
a. Kolom nama ibu, nama ayah dan nomr rekam medik ibu diisi
dengan lengkap, benar, dan mudah dibaca
b. Kolom nama bayi diisi nama ibu ( By Ny ................ )
c. Kolom No. RM diisi dengan nomor rekam medis bayi
d. Kolom dokter / bidan penolong diisi sesuai dengan dokter / bidan
yang menolong
e. Tanggal lahir bayi, jam, dan jenis kelamin diisi pada kolom yang
tersedia dengan benar jelas dan terbaca
f. Warna kulit diisi sesuai dengan warna kulit bayi
g. Berat badan dan panjang badan diisi oleh bidan sesuai dengan
pengukuran
h. Kolom cap jari tangan kanan ibu diisi dengan cara menempelkan
ibu jari tangan kanan ibu ke bak busa yang telah diberi tinta cap
kemudian ibu jari tangan kanan tersebut ditempelkan pada kolom
yang tersedia
i. Kolom tanda tangan dan nama terang ibu diisi dengan cara ibu
membubuhi tanda tangan dan menulis nama terang pada kolom
yang tersedia
j. Kolom cap telapak kaki kanan bayi diisi dengan cara menempelkan
telapak kaki kanan bayi ke bak busa yang sudah diberi tinta cap
kemudian telapak kaki kanan bayi tersebut ditempelkan pada
kolom yang tersedia
k. Kolom cap telapak kaki kiri bayi diisi dengan cara menempelkan
telapak kaki kiri bayi ke bak busa yang sudah diberi tinta cap
kemudian telapak kaki kiri bayi tersebut ditempelkan pada kolom
yang tersedia
l. Kolom tanda tangan orang yang menentukan jenis kelamin, tanda
tangan dokter / bidan, tanda tangan perawat kamar bersalin dan
tanda tangan perawat ruang bayi diisi nama dan ditandatangani
semua sesuai kolom yang tersedia
m. Pengecekan nomor pada gelang bayi dan nomor pengenalnya
dilakukan oleh ibu bayi dan perawat atau bidan yang bertugas
waktu itu dengan menandatangani serah terima antara perawat /
bidan dengan ibu bayi tersebut pada kolom surat pernyataan
waktu pulang
n. Pada isian kontak menyusui, rawat gabung, pemberian ASI,
pemberian susu formula, cairan lain diisi sesuai dengan hasil
pengawasan perawat / bidan pada bayi tersebut.

D. IDENTIFIKASI PADA PASIEN TIDAK SADAR

Dalam pemenuhan tujuan sasaran keselamatan pasien (pasien safety)


pada sasaran pertama yaitu ketetapan identifikasi pasien juga harus
melihat kondisi pasien tersebut guna mencegah kesalahan dalam
penanganan pada pasien. Kesalahan identifikasi pasien bias terjadi pada
pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorentasi,
tidak sadar.

Maka Puskesmas Rawat Inap Banjit prosedur tetap dalam penanganan


identifikasi pasien yang datang dengan kondisi tidak sadar, sebagai
contoh meninggal, kecelakaan, koma/pingsan/terbius. Adapun prosedur
tetapnya sebagai berikut ;
1. Identifikasi pasien meninggal,prosedurnya meliputi ;
 Jenazah diidentifikasi oleh dokter pemeriksa dengan melakukan
pemeriksaan luar dicatat pada lembar gawat darurat (RM 1A).
 Pemeriksaan luar yang dimaksud pada poin 1 memuat hal-hal yang
merupakan keadaan umum yang ada pada jenazah serta
menemukan penanda-penanda tertentu yang merupakan ciri-ciri
fisik secara khusus yang ditemukan pada saat pemeriksaan.
 Berikan nomor rekam medis
 Nama pasien ditulis NN.
 Koordinasikan dengan pihak kepolisian untuk menghubungi
keluarga.
 Data sosial pasien ditulis menunggu sampai ada keluarga yang
datang.
 Buatkan surat kematian rangkap dua, lembar pertama untuk
disimpan sebagai rekam medis, rangkap dua digunakan untuk
keluarga pasien.
.
2. Identifikasi pasien kecelakan, prosedurnya meliputi ;
 Pasien dibuatkan rekam medis IGD dan diberi nomor rekam medis
dengan dicatat tentang :
- Identitas pasien meliputi :
Nama, Umur, Agama, Jenis Kelamin, status Perkawinan,
Alamat, Pekerjaan dan Nomor Telepon.
- Identitas pengantar meliputi :
Nama, Umur, Alamat, Pekerjaan dan Nomor Telepon.
- Kejadian meliputi :
Tempat, waktu kejadian, Macam kendaraan yang telah
menyebabkan kecelakaan.
 Pada pasien tak sadar barang miliknya dicatat dan diamankan
untuk diserahkan pada keluarganya dengan identitas lengkap
penerima barang tersebut.
 Dibuatkan berita acara.
 Pasien yang tak ada pengantarnya atau diantar oleh orang lain agar
dilaporkan ke kepolisian terdekat.

3. Identifikasi pasien tak sadar pada saat dirawat dirumah sakit.


 Sebelum memberikan penangan, perawat/dokter harus
menemukenali pasien dengan cara melihat gelang pasien dan
rekam medis pasien.
 Menganamnesa keluarga pasien bahwa benar pasienlah yang akan
diberikan penanganan.
 Perawat harus benar-benar cermat dan teliti sebelum memberikan
penanganan pada pasien.
 Catatlah segala kegiatan pemeriksaan,pengobatan ataupun
tindakan pada lembara rekam medis secara lengkap, benar dan
jelas dan diberi nama terang dan tanda tangan.
BAB III

PEMANTAUAN DAN EVALUASI


DENGAN MENGEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN INSIDEN

Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka harus dirancang proses


baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitoring dan mengevaluasi
kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien. Dengan cara membangun komitmen dan focus yang kuat dan jelas
tentang keselamatan pasien di rumah sakit.Dalam memonitoring system
tersebut maka harus ada pelaporan dilaporkan setiap bulannya tentang
insiden kejadian tidak diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera (KTC),
Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Potensial Cedera (KPC).

Pelaporan insiden adalah suatu system untuk mendokumentasikan laporan


insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran.
Dengan adanya pelaporan tersebut maka rumah sakit mampu mengevaluasi
sejauh mana tingkat kesukesan system identifikasi pasien ini diterapkan.
BAB IV

PENUTUP

Telah disusun Pedoman Pelaksanaan Sistem Identifikasi Pasien diPuskesmas Rawat


Inap Banjit yang dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman bagi seluruh
petugas identifikasi dalam memberikan pelayanan,pengobatan dan tindakan,
dengan tujuan mencegah kesalahan pemberian penanganan pada pasien sehingga
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan meningkatkan spesifik dalam
keselamatan pasien.
Pedoman Pelaksanaan Sistem Identifikasi Pasien ini masih perlu untuk
disempurnakan, oleh sebab itu diharapkan partisipasi dari berbagai pihak untuk
ikut memberikan sumbang saran demi perbaikan dan penyempurnaan system ini.
Harapan kami pedoman ini dapat menjadi alat bagi Puskesmas Rawat Inap Banjit
dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien. Semoga Allah Subhanahu
wata’ala selalu meridhloi dan memberi petunjuk pada setiap langkah kegiatan kita.

KEPALA UPT PUSKESMAS BANJIT

ROZES WILLEM,SKM.MM

NIP. 19820305 2008041 001

Anda mungkin juga menyukai