Anda di halaman 1dari 15

Analisis Kepatuhan Tenaga Kesehatan Dalam Melakukan

Identifikas Pasien di RS Swasta Jawa Timur


Anggia Putri Harina1
1Magister Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Email: anggia.putri.harina13@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang : Kesalahan karena kekeliruan identifikasi pasien sering terjadi di hampir semua
tahapan pelayanan kesehatan. Kepatuhan petugas secara global dalam hal tersebut umumnya
rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kepatuhan tenaga kesehatan dalam
melakukan identifikasi pasien di RS Swasta Jawa Timur.
Metode : Penelitian ini dilakukan secara mixed method. Data kuantitatif diambil secara cross-
sectional untuk melihat pengetahuan, kemampuan dan kepatuhan tenaga kesehatan melalui
kuesioner dengan total sampling (n=51) menggunakan analisis statistik Spearman dan Annova. Data
kualitatif diperoleh melalui purposive sampling dengan melakukan deep interview.
Hasil : Kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan identifikasi sesuai standard operating
procedure rumah sakit ini sebesar 21,6%. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dan kemampuan dengan kepatuhan dalam melaksanakan identifikasi pasien (p=0,004). Hambatan
dalam implementasi identifikasi pasien adalah kinerja Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(TKPRS) yang belum maksimal, kurangnya sosialisasi, budaya dan beban kerja tinggi.
Kesimpulan : Tingkat kepatuhan tenaga kesehatan perlu ditingkatkan. Manajemen harus
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta mengatasi barrier agar kepatuhan dalam
melaksanakan identifikasi pasien juga meningkat.

Kata Kunci: Kepatuhan, Identifikasi pasien, Rumah Sakit.

PENDAHULUAN Sasaran keselamatan pasien sesuai


Penyelenggaraan patient safety dengan Peraturan Menteri Kesehatan
merupakan hal yang mutlak dilakukan adalah ketepatan identifikasi pasien;
oleh rumah sakit. Kementerian peningkatan komunikasi yang efektif;
Kesehatan telah menetapkan bahwa peningkatan keamanan obat yang
keselamatan pasien rumah sakit adalah perlu diwaspadai; kepastian tepat-
suatu sistem dimana rumah sakit lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
membuat asuhan pasien lebih aman operasi; pengurangan risiko infeksi
yang meliputi asesmen risiko, terkait pelayanan kesehatan; dan
identifikasi dan pengelolaan hal yang pengurangan risiko pasien jatuh1.
berhubungan dengan risiko pasien, Kesalahan karena kekeliruan
pelaporan dan analisis insiden, identifikasi pasien sering terjadi di
kemampuan belajar dari insiden dan hampir semua aspek atau tahapan
tindak lanjutnya serta implementasi diagnosis dan pengobatan sehingga
solusi untuk meminimalkan timbulnya diperlukan adanya ketepatan
risiko dan mencegah terjadinya cedera identifikasi pasien. Kepedulian untuk
yang disebabkan oleh kesalahan akibat identifikasi pasien secara benar telah
melaksanakan suatu tindakan atau dibuktikan dalam National Patient
tidak mengambil tindakan yang Safety Goals tahun 2003, identifikasi
seharusnya diambil1. pasien merupakan sasaran
keselamatan pasien yang pertama.
Rekomendasi terkait juga menyatakan Terdapat RS Swasta tipe D di Jawa
bahwa setidaknya ada dua data untuk Timur yang sudah lama berdiri, tetapi
identifikasi pasien, tidak termasuk pelaksanaan identifikassi pasiennya
kamar pasien. JCAHO (Joint masih belum berjalan dengan baik.
Commision on Accreditation of Data yang didapatkan dari rumah sakit
Healthcare Organizations) . 2 ini pada bulan Januari 2017 didapatkan
Angka kejadian medication error di pemahaman pasien/ keluarga
dunia bervariasi. Ketidakpatuhan pada mengenai pemasangan gelang pasien
pelaksanaan identifikasi di Amerika sebanyak 85%, selanjutnya pada bulan
Serikat yang mengakibatkan kesalahan Februari 2017 sebanyak 91% dan yang
identifikasi tercatat lebih dari 100 kasus terakhir pada bulan Maret 2017
setelah dilakukan root cause analyses sebanyak 91,5%. Pemahaman
sejak bulan Januari 2000 sampai pasien/keluarga tidak pernah mencapai
dengan Maret 20033. 100%, dikarenakan beberapa tenaga
Penelitian dengan tema yang kesehatan tidak memberikan informasi
sama juga dilakukan di India. Hasil yang mengenai fungsi gelang pasien ketika
didapatkan bahwa banyak perawat, melakukan pemasangan. Pada RS ini
dokter dan petugas kesehatan lainnya juga masih terdapat salah pemberian
yang tidak melakukan identifikasi obat kepada pasien, tetapi tidak ada
pasien sebelum melakukan tidakan pelaporan yang teratur setiap bulannya
pada pasien. Lebih dari 30% staf tidak sehingga evaluasi mengenai patient
melakukan identifikasi pasien sebelum safety sulit dilakukan.
pemberian obat4.
Angka kejadian di Indonesia METODE PENELITIAN
berdasarkan data dari JCI 2012 Jenis penelitian yang digunakan
menunjukkan bahwa sebanyak 13% adalah mixed method. Data kuantitatif
dikarenakan surgical error dan 68% diambil secara cross-sectional untuk
dikarenakan kesalahan transfusi darah. mengetahui pengetahuan,
Hal ini terjadi karena kesalahan pada kemampuan dan kepatuhan dalam
tahapan identifikasi pasien5. pelaksanaan identifikasi pasien.
RS di Madiun pada tahun 2012 Sampel kuantitatif yang digunakan
menunjukkan bahwa medical error adalah tenaga kesehatan yang terlibat
yang terjadi diakibatkan oleh 46% dalam pelaksanaan program
insiden berkaitan dengan kesalahan identifikasi pasien dengan teknik
identifikasi, 36% dikarenakan pengambilan total sampling (n=51).
komunikasi tidak efektif dan 18% Instrumen yang digunakan dalam
dikarenakan prosedur yang tidak penelitian kuantitatif ini adalah
dijalankan. Selanjutnya pada tahun kuesioner dengan cronbach alpha
2013, kesalahan identifikasi pasien variabel kompensasi sebesar 0.755 dan
meningkat menjadi 56% dari kasus yang checklist yang sesuai dengan SOP
terjadi. Data tersebut menunjukkan rumah sakit ini.
tingginya tingkat kesalahan identifikasi Data kualitatif diperoleh dengan
yang terjadi di rumah sakit6. cara melakukan deep interview untuk
mengeksplorasi implementasi 4 Pendidikan
kepatuhan tenaga kesehatan dalam D3 41 80,4
melakukan identifikasi pasien terkait S1 10 19,6
hambatan selama pelaksanaan Total 25 100
identifikasi pasien dan rekomendasi Berdasarkan data karateristik
guna perbaikan. Sampel kualitatif yang responden dapat diketahui sebagian
digunakan adalah Direktur Rumah besar responden (72,5%) berusia
Sakit, Kepala Bangsal Perawatan, antara rentang 25-30 tahun, yaitu
Penanggungjawab Program patient sebanyak 37 orang. Berdasarkan
safety dengan teknik pengambilan jenis kelamin menunjukkan jumlah
purposive sampling (n=3). perawat perempuan leboh banyak
Analisis data kuantitatif yang yaitu 37 orang (72,5%).. Berdasarkan
digunakan adalah analisis univariat dan lama bekerja, sebagian besar baru
bivariat. Selanjutnya, analisis data bekerja <5 tahun yaitu sebanyak 40
kualitatif yang digunakan untuk orang (78,4%). Berdasarkan tingkat
menguji kredibilitas data dengan pendidikan sebagian besar
triangulasi yaitu sumber dan metode. pendidikan terakhir adalah D3 yaitu
sebanyak 41 orang (80,4%)
HASIL dan PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Karateristik 2. Gambaran Tingkat Pengetahuan
Responden Responden
Kareteristik responden disajikan Hasil rekap kuesioner terhadap
dalam tabel berikut : tenaga kesehatan sebagai berikut :
Tabel 1. Gambaran Distribusi Tabel 2. Tingkat Pengetahuan Tenaga
Frekuensi Karateristik Responden Kesehatan
No. Karateristik N %
Responden
1 Umur
<25 tahun 5 9,8
25-30 tahun 37 72,5
> 30 tahun 9 17,6
Total 51 100
2 Jenis
Kelamin 14 27,5
Laki-laki 37 72,5 Dari tabel diatas dapat dilihat
Wanita bahwa tenaga kesehatan yang
Total 51 100 mempunyai tingkat pengetahuan
3 Lama baik adalah 66,7% dan 33,3%
Bekerja 40 78,4 mempunyai tingkat pengetahuan
<5 tahun 11 21,6 buruk.
> 5 tahun
Total 51 100
3. Gambaran Tingkat Kemampuan SOP rumah sakit mengenai
Responden identifikasi pasien.
Hasil pengamatan terhadap
tenaga kesehatan dalam 5. Hubungan antara Pengetahuan dan
memperagakan proses identifikasi Kepatuhan Tenaga Kesehatan
pasien adalah sebagai berikut : dalam Melaksanakan Identifikasi
Tabel 3. Tingkat Kemampuan Tenaga Pasien
Kesehatan Uji statistika yang digunakan
untuk menganalisa hubungan
antara tingkat pengetahuan tenaga
kesehatan terhadap kepatuhan
dalam melaksanakan identifikasi
pasien pada RS swasta di Jawa
Timur adalah dengan menggunakan
uji Spearman Rank Correlation
dengan bantuan program SPSS.
Tabel 5. Hasil Uji Spearman
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Pengetahuan dan Kepatuhan
tenaga kesehatan yang mempunyai
tingkat kemampuan baik adalah Pen Kep
56,9% dan 43,1% mempunyai tingkat geta atu
kemampuan kurang. huan han
Correlati 1.00 .371
4. Gambaran Tingkat Kepatuhan **
on 0
Responden
Hasil observasi tenaga Peng Coeffici
kesehatan dalam melakukan etah ent
identifikasi pasien adalah sebagai uan Sig. (2- . .001
berkut : tailed)
Spear
Tabel 4. Tingkat Kepatuhan Tenaga N 51 51
man's
Kesehatan Correlati .371* 1.00
rho *
on 0
Kepa Coeffici
tuha ent
n Sig. (2- .001 .
tailed)
N 51 51
**. Correlation is significant at the
0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 5, diperoleh
perbandingan nilai pengetahuan
Berdasarkan tabel diatas
dengan kepatuhan sebesar 0,001
diketahui bahwa 78,4% tenaga
dengan nilai 0,001<0,05 maka H1
kesehatan tidak patuh terhadap
terima atau dapat disimpulkan Berdasarkan tabel 6, diperoleh
bahwa terdapat hubungan antara perbandingan nilai pengetahuan
pengetahuan tenaga kesehatan dengan kepatuhan sebesar 0,001
dengan kepatuhan dalam dengan nilai 0,001<0,05 maka H1
melaksanakan identifikasi pasien. terima atau dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara
6. Hubungan antara Kemampuan dan kemampuan tenaga kesehatan
Kepatuhan Tenaga Kesehatan dengan kepatuhan dalam
dalam Melaksanakan Identifikasi melaksanakan identifikasi pasien.
Pasien
Uji statistika yang digunakan 7. Hubungan antara Pengetahuan,
untuk menganalisa hubungan Kemampuan dan Kepatuhan
antara tingkat kemampuan tenaga Tenaga Kesehatan dalam
kesehatan terhadap kepatuhan Melaksanakan Identifikasi Pasien
dalam melaksanakan identifikasi Uji statistika yang digunakan
pasien pada RS swasta di Jawa untuk menganalisa hubungan
Timur adalah dengan menggunakan antara tingkat pengetahuan dan
uji Spearman Rank Correlation kemampuan tenaga kesehatan
dengan bantuan program SPSS. terhadap kepatuhan dalam
Tabel 6. Hasil Uji Spearman melaksanakan identifikasi pasien
Kemampuan dan Kepatuhan pada RS swasta di Jawa Timur
adalah dengan menggunakan uji
Kem Kep Annova dengan bantuan program
amp atu SPSS.
uan han Tabel 7. Hasil Uji Annova
Correlati 1.00 .457 Pengetahuan, Kemampuan dan
on 0 ** Kepatuhan
Kem Coefficie
amp nt Model Sum df Mea F Sig.
uan Sig. (2- . .001 of n
tailed) Squa Squa
Spear N 51 51 res re
man's Reg 1.800 2 .900 6.3 .004b
Correlati .457* 1.00
rho * ressi 27
on 0
on
Kepa Coefficie
tuha nt 1 Resi 6.82 48 .142
n Sig. (2- .001 . dual 8
tailed) Tota 8.627 50
N 51 51 l
**. Correlation is significant at the a. Dependent Variable: Kepatuhan
0.01 level (2-tailed). b. Predictors: (Constant),
Kemampuan, Pengetahuan
Berdasarkan tabel 8, diperoleh masalah dalam hal ini dan beban
perbandingan nilai pengetahuan kerja yang tinggi karena terbatasnya
dengan kepatuhan sebesar 0,004 jumlah karyawan. Kurangnya
dengan nilai 0,004<0,05 maka H1 sosialisasi juga menjadi kendala
terima atau dapat disimpulkan dalam pelaksanaan identifikasi
bahwa terdapat hubungan antara pasien.
pengetahuan dan kemampuan
tenaga kesehatan dengan Karateristik Responden
kepatuhan dalam melaksanakan Perbedaan karateristik
identifikasi pasien. berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan seorang petugas dalam
8. Hasil Wawancara menjalankan tugasnya. Berdasarkan
Dilakukan wawancara terhadap umur, petugas kesehatan dengan umur
Direktur RS Swasta di Jawa Timur 25-30 tahun lebih banyak. Perawat
sebagai informan 1, dalam usia tersebut termasuk dalam
Penanggungjawab program patient usia produktif untuk menghasilkan
safety sekaligus Kepala Bidang kinerja yang bagus. Perawat yang
Keperawatan sebagai informan 2 memiliki kinerja bagus mempunyai
dan Kepala Bangsal Perawatan potensi besar untuk lebih profesional
sebagai informan 3 di ruang staff RS dalam memberikan perawatan
Swasta di Jawa Timur. 7
terhadap pasien .
Berdasarkan hasil wawancara, Petugas kesehatan terbanyak
didapatkan informasi bahwa adalah perempuan. Dalam sejarah
standar operasional prosedur (SOP) keperawatan, mayoritas pekerjaan
identifikasi pasien sudah ada tetapi perawat dianggap sebagai pekerjaan
pelaksanaannya belum baik. perempuan, hal ini dikarenakan
Sosialisasi identifikasi SOP sudah perawat identik dengan ibu/wanita
dilakukan tetapi tidak rutin dan yang dikenal mother innstinc8. Tidak
tidak berkelanjutan. Kepatuhan ada perbedaan antara laki-laki dan
dalam pelaksanaan identifikasi perempuan dalam pengetahuan dan
pasien sesuai SOP di rumah sakit praktik kesehatan9,10.
sangat sulit dilakukan. Masih banyak Perawat dengan lama kerja <5
petugas kesehatan yang tidak patuh tahun lebih banyak serta memiliki
dalam melakukan identifikasi pasien pengetahuan, kemampuan dan
sesuai SOP. kepatuhan yang baik dalam
Masalah dan hambatan dalam melaksanakan identifikasi pasien.
pelaksanaan identifikasi pasien Perawat dengan masa kerja 1-5 tahun
adalah tim keselamatan pasien biasanya masih segar dan belum
rumah sakit yang belum memenuhi mendapat kejenuhan saat bekerja,
tugasnya secara maksimal, karena sehingga dalam mengembangkan diri
sumber daya manusia yang tidak dan memberikan pelayanan pasien
mencukupi. Kebiasaan petugas lebih maksimal11. Orang yang memiliki
kesehatan yang sulit juga menjadi lama kerja yang lebih lama terkadang
produktivitasnya menurun karena Hubungan antara Kemampuan dan
terjadi kebosanan dalam Kepatuhan Tenaga Kesehatan dalam
12
pekerjaannya . Terdapat penurunan Melaksanakan Identifikasi Pasien
tingkat kepatuhan pada perawat Semakin mampu tenaga kesehatan
dengan masa kerja yang lebih lama13. tersebut dalam mempraktikkan
Tingkat pendidikan pada perawat pelaksanaan identifikasi, maka semakin
paling banyak yaitu DIII. Lebih dari 60% patuh dalam implementasi identifikasi
perawat di Indonesia masih pasien. Hasil kemampuan yang baik
14
berpendidikan DIII . Perawat dengan akan berbanding lurus dengan
pendidikan terakhir S1 memiliki kepatuhan. Sehingga tercapailah
kepatuhan yang lebih tinggi kepatuhan yang akan mengarah pada
dibandingkan dengan perawat dengan pencapaian tujuan yang akan
pendidikan terakhir DIII. Pendidikan menghasilkan kepuasan pasien . 18

tinggi sangat berperan dalam Faktor kepribadian lain yang


kepatuhan seseorang dalam menaati terkait dengan kepatuhan terhadap
peraturan15. peraturan adalah kontol diri. Kontrol
diri yang dimaksud dalah kemampuan
Hubungan antara Pengetahuan dan untuk menyusun, membimbing,
Kepatuhan Tenaga Kesehatan dalam mengatur dan mengarahkan bentuk
Melaksanakan Identifikasi Pasien perilaku ke arah positif. Hal inilah yang
Tenaga kesehatan yang memiliki mendukung terbentuknya kontrol diri,
pengetahuan baik, maka patuh sehingga memperkuat perilaku
terhadap implementasi identifikasi kepatuhan19. Keselamatan pasien
pasien. Semakin tinggi pengetahuan meningkat jika tenaga kesehatan yang
perawat, maka semakin patuh bertugas patuh dalam menjalankan
terhadap peraturan guna mencegah perawatan sesuai prosedur. Hal itu
kejadian tidak diinginkan. Maka dari itu dapat dilakukan jika tenaga kesehatan
tenaga kesehatan terutama perawat tersebut memiliki kemampuan dan
harus memperbarui pengetahuannya keterampilan yang memadai dalam
dengan melanjutkan program melakukan perawatan secara benar
pendidikan lanjutan dan mengikuti dan aman20.
pelatihan secara berkala16.
Pengetahuan seseorang didapat Hubungan antara Pengetahuan,
dari pendidikan atau pengalaman yang Kemampuan dan Kepatuhan Tenaga
berasal dari berbagai macam sumber, Kesehatan dalam Melaksanakan
dari pengalaman dan penelitian Identifikasi Pasien
terbukti bahwa perilaku yang didasari Tenaga kesehatan yang memiliki
oleh pengetahuan akan lebih lama pengetahuan dan kemampuan baik,
daripada perilaku yang tidak didasari maka patuh dalam implementasi
oleh pengetahuan, kepatuhan identifikasi pasien. Pengetahuan dan
didapatkan setelah memperoleh kemampuan adalah hal yang sangat
pengetahuan17. berpengaruh pada kepatuhan
seseorang. Terdapat penelitian
sebelumnya yang memberikan didapatkan juga tidak adanya gelang,
intervensi pada perawat di salah satu gelang dengan informasi yang hilang,
rumah sakit di California yaitu pelatihan beberapa gelang dengan informasi
mengenai manajemen pasien, yang berbeda, gelang dengan
selanjutnya kemampuan perawat informasi yang salah dan pasien yang
tersebut meningkat dan akhirnya memakai gelang pasien lain23.
kepatuhan juga meningkat21.
Kepatuhan diperoleh setelah Masalah dan Hambatan pada
seseorang mendapatkan pengetahuan. Pelaksanaan Identifikasi Pasien
Pengetahuan didapatkan dari Didapatkan 4 masalah terkait
pendidikan maupun pengalaman dari identifikasi pasien di rumah sakit ini,
berbagai macam sumber. Setelah yaitu: Tim Keselamatan Pasien Rumah
memperoleh pengetahuan maka Sakit (TKPRS) yang belum maksimal,
terbentuklah perilaku, perilaku disini kurangnya sosialisasi, perilaku dan
yang disebut dengan kemampuan. kebiasaan serta beban kerja tinggi.
Selanjutnya setelah seseorang mampu, Rumah sakit ini mempunyai Tim
maka terbentuk lah kepatuhan17. Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Kesalahan identifikasi juga terjadi (TKPRS), tetapi pelaksanaannya belum
pada pemberian obat intravena, maksimal dikarenakan masih
sebagian besar dikarenakan tenaga kekurangan sumber daya manusia.
kesehatan tidak patuh dalam menjalan Pada rumah sakit ini yang mengurus
preosedur. Hal tersebut disebabkan identifikasi pasien adalah kepala
oleh kurangnya pengetahuan dan bidang keperawatan, dikarenakan tim
keterampilan dari tenaga kesehatan tersebut kekurangan orang sehingga
tersebut22. dalam pelaksanaannya terhambat baik
dari segi waktu maupun program yang
Pelaksanaan Identifikasi Pasien kurang inovatif.
Rumah sakit ini memiliki SOP Struktur organisasi ruangan rawat
mengenai identifikasi pasien dan inap di RS ini dikepalai oleh seorang
terakhir direvisi pada tahun 2016. kepala ruang. Metode asuhan pada
Tetapi pelaksanaan identifikasi pasien ruangan rawat inap menggunakan
masih belum maksimal, hanya 21,6% MPM (Method Primer Modification).
tenaga kesehatan di rumah sakit ini Dalam memberikan asuhan
yang patuh menjalankan identifikasi keperawatan dengan menggunakan
pasien sesuai dengan SOP. metode modifikasi primer , satu tim
Kepatuhan dalam melaksanakan terdiri dari 2 hingga 3 perawat memiliki
identifikasi masih sangat rendah. tanggung jawab penuh pada
Penelitian terhadap 204 rumah sakit di sekelompok pasien berkisar 8 hingga
Amerika dengan membandingkan 12 orang24.
kesalahan gelang identifikasi. Kasus Pada ruangan rawat inap di RS ini
kesalahan identifikasi yang yang terbagi dalam 2 tim dengan 2
menyebabkan flebotomi adalah 5,7% Primary Nurse (PN) dimana setiap
dari total seluruh kejadian. Selain itu, Primary Nurse (PN) bertanggung jawab
kepada 3 bangsal dan dikelola bersama Penambahan anggota staff rumah
dengan bidan dan perawat. Dalam 1 sakit (perawat, bidan dan tenaga
tim terdiri dari 2-3 perawat yang kesehatan lainnya) memiliki
memiliki tanggung jawab penuh peningkatan yang signifikan untuk
terhadap 20 – 25 pasien, hal tersebut budaya kerja tim, budaya keselamatan
tidak sesuai dengan standar yang pasien, kepuasan kerja dan manajemen
disebutkan pada teori diatas. rumah sakit menjadi lebih baik28.
Jumlah tenaga kesehatan di ruang Kurangnya sosialisasi mengenai
rawat inap adalah 23 orang yang terdiri identifikasi pasien merupakan salah
dari 3 dokter, 1 kepala ruang dan 19 satu hambatan dalam pelaksanaan
perawat dan bidan. Dari data jumlah identifikasi pada salah satu rumah sakit
pasien yang dirawat, jumlah tenaga swasta di Jawa Timur. Sosialisasi yang
kerja yang ada dan jumlah tempat tidur kurang berarti pendekatan terhadap
yang dimiliki di ruang rawat inap di tenaga kesehatan di rumah sakit juga
rumah sakit ini, perhitungan estimasi kurang. Pendekatan kepada tenaga
kebutuhan tenaga kerja kesehatan pada sebuah pelayanan
Tabel 8. Perhitungan jumlah kesehatan sangat penting untuk
tenaga kerja meningkatkan kualitas perawatan dan
No Category Patient Hours keselamatan pasien. Metode ini telah
/day of berhasil diterapkan dalam penelitian
Care dan praktik perawatan kesehatan29.
1 Minimal 31 2 Kepatuhan merupakan bagian dari
care perilaku individu yang bersangkutan
2 Intermediate 18 3.08 untuk mentaati atau mematuhi
care sesuatu, sehingga kepatuhan perawat
3 Total care 5 4.15 dalam melaksanakan identifikasi pasien
gantung dari perilaku perawat itu
4 Intensive 0 6.16 sendiri30. Adapun faktor-faktor yang
care mempengaruhi kepatuhan diantaranya
Dari hasil perhitungan beban kerja adalah pemahaman tentang instruksi,
dan kebutuhan tenaga kerja yang telah tingkat pendidikan, keyakinan, sikap
dilakukan, didapatkan hasil bahwa dan kepribadian, serta dukungan
kebutuhan tenaga perawat sebanyak social31.
33 orang berdasarkan rumus Douglas25, Pelaksanaan identifikasi pada
43 orang berdasarkan rumus Gillies26 kenyataannya masih ada yang kurang
dan 28 orang berdasarkan rumus sesuai dari SOP yang telah ditetapkan
Departemen Kesehatan27. Jumlah pada salah satu rumah sakit swasta di
tenaga perawat dalam rumah sakit ini Jawa Timur, dimana identifikasi
hanya 20 orang, hal tersebut tidak dilakukan dengan menggunakan kode
sesuai dengan perhitungan beban kerja kamar pasien. Hal ini tidak sesuai
dan kebutuhan tenaga kerja yang dengan yang tercantum pada
dibutuhkan, sehingga beban kerja yang Kemenkes RI dimana pasien
dimiliki setiap perawat semakin tinggi. diidentifikasi menggunakan dua
identitas pasien, tidak boleh motivasi kerja dan menurunnya
menggunakan kode kamar atau lokasi kinerja36.
pasien1.
Pengidentifikasian yang benar Saran dan Rekomendasi pada
adalah salah satu kunci keberhasilan Pelaksanaan Identifikasi Pasien
program keselamatan pasien di rumah Terdapat beberapa rekomendasi
sakit, sehingga kejadian cidera atau terkait pelaksanaan identifikasi,
yang tidak diharapkan dapat dihindari. menambah sumber daya manusia agar
Dengan identifikasi yang benar dan beban kerja tidak terlalu tinggi,
tepat, perawat akan memahami memaksimalkan kinerja TKPRS,
kebutuhan dan keinginan pasien32. melakukan sosialisasi secara rutin,
Kebiasaan yang tidak sesuai akan membudayakan patient safety dalam
mengalami kegagalan dalam melakukan semua tindakan medis
meningkatkan keselamatan pasien. serta melakukan evaluasi rutin yang
Maka dari itu perlu diingatkan secara bertujuan untuk mengetahui
rutin guna mengubah kebiasaan peningkatan pelaksanaan patient
sehingga sesuai dengan peraturan safety pada salah satu rumah sakit
yang akan berdampak positif terhadap swasta di Jawa Timur.
keselamatan pasien33. Pembentukan TPKRS bertujuan
Beban kerja tenaga kesehatan untuk menjalankan peran untuk
yang tinggi menyebabkan prevalensi melakukan motivasi, edukasi,
kelelahan yang meningkat yang konsultasi, monitoring dan evaluasi
berakibat peningkatan kejenuhan. tentang implementasi program
Tingkat kejenuhan yang tinggi akan keselamatan pasien rumah sakit.1 Tim
cenderung melakukan kesalahan keselamatan pasien mengandalkan
dalam tindakan medis dan kerja tim dan komunikasi yang baik
berkurangnya tingkat kepuasan pasien. untuk memastikan perawatan pasien
Perlu dilakukan penurunan beban kerja yang efektif dan aman37.
sampai seimbang antara jumlah tenaga Dalam hal ini peran direktur
kesehatan dan jumlah pasien sehingga sangatlah penting. Pimpinan adalah
kejadian bisa terhindar dari kejadian pemegang kunci perubahan, karena
yang tidak diinginkan34. pemimpin memiliki tanggungjawab
Beban kerja perawat yang tinggi untuk memimpin perubahan, tanpa
dapat mempengaruhi patient safety. dukungan pimpinan yang kuat maka
Seperti banyak tugas keperawatan tidak akan pernah terjadi perubahan
yang perlu dilakukan oleh beberapa dalam suatu organisasi38.
perawat selama satu shift yang Salah satu rumah sakit swasta di
disebabkan jumlah perawat yang Jawa Timur memiliki sumber daya yang
kurang, jumlah pasien yang banyak, kurang, sehingga dalam pelaksaan
kondisi pasien yang tidak stabil serta patient safety kurang maksimal.
sistem kerja perawat35. Apabila beban Peranan SDM dalam sebuah organisasi
kerja terlalu besar dapat menimbulkan sangat penting untuk meraih
stres kerja yang bisa mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai tujuan
baik secara pribadi individu maupun di kerusakan lebih lanjut pada pasien dan
dalam organisasi. Sumber daya individu lain yang terlibat42.
manusia sebagai faktor utama dalam
proses pembangunan dan pencapaian SIMPULAN
tujuan organisasi39. Tingkat kepatuhan tenaga
Budaya keselamatan pasien yang kesehatan dalam melaksanakan
ada di rumah sakit memiliki hubungan identifikasi pasien masih rendah,
langsung terhadap pelaksanaan sehingga perlu ditingkatkan. Terdapat
pelayanan yang bertujuan untuk hubungan antara pengetahuan dan
menjamin keselamatan pasien. kemampuan tenaga kesehatan
Semakin tinggi tingkat budaya terhadap kepatuhan dalam melakukan
keselamatan pasien oleh perawat akan identifikasi pasien.
berpengaruh pada tingkat pelaksanaan Didapatkan empat masalah terkait
pelayanan dan akhirnya akan identifikasi pasien, yaitu : kinerja Tim
berdampak pada menurunnya angka Keselamatan Pasien Rumah Sakit
KTD di rumah sakit40. (TKPRS) yang belum maksimal,
Evaluasi rutin sangat penting kurangnya sosialisasi, budaya dan
dilakukan untuk mengetahui beban kerja tinggi.
peningkatan pelaksanaan program di Rekomendasi dalam pelaksanaan
rumah sakit. Rumah sakit harus identifikasi pasien di rumah sakit ini
mempertimbangkan desain evaluasi yaitu pihak manajemen perlu
yang kuat ketika menerapkan sebuah menambah petugas kesehatan,
strategi untuk mencapai sebuah memaksimalkan kinerja TKPRS,
tujuan41. melakukan sosialisasi secara rutin,
Terdapat tiga strategi utama harus membudayakan identifikasi pasien
dikejar untuk meningkatkan dalam melakukan semua tindakan
keselamatan pasien. Sistem medis serta melakukan evaluasi rutin
manajemen keselamatan pasien yang yang bertujuan untuk mengetahui
melibatkan pelaporan kesalahan, peningkatan pelaksanaan identifikasi
belajar dari kesalahan, dan pertukaran pasien.
informasi yang adil harus dilakukan di
rumah sakit. Sistem manajemen DAFTAR PUSTAKA
kesalahan harus dilaksanakan di mana 1. Permenkes. (2011). Peraturan
insiden yang terjadi harus kritis Menteri Kesehatan RI Nomor
diidentifikasi, dilaporkan, dan dianalisis 1691/MENKES/ PER/VII/2011
sehingga kejadian serupa dapat tentang keselamatan pasien
dicegah, dan langkah-langkah untuk rumah sakit. Jakarta: Depkes RI.
pencegahan insiden kritis dan 2. Beyea, Suzanne C. (2003). Patient
kesalahan juga harus dilaksanakan dan identification—a crucial aspect of
dievaluasi. Sehingga, kapan saja patient safety -Patient Safety First.
kejadian buruk yang dapat dicegah itu AORN Journal, 58(2), 242-248
terjadi, orang-orang yang terlibat harus 3. World Health Organization. (2007).
mengambil tindakan untuk mencegah Joint Commision International. The
Joint Commision. Patient Safety study of four Anglo-American
Solutions. nations. Sage journal : Public
4. Chawla R. & Kaushik S. 2016. Understanding of Science.
Incidence of Patient Identification http://journals.sagepub.com.
Errors observed before Medication 11. Andri, F.S. (2016). Pengisian Sign In
and Procedure/Intervention. Dalam Meningkatkan Kepatuhan
International Journal of Research Safe Surgery Di Rumah Sakit Pku
Foundation of Hospital & Muhammadiyah Yogyakarta. Tesis.
Healthcare Administration, Program Studi Manajemen Rumah
4(2):100-106. Diakses pada 3 Mei Sakit. Universitas Muhammadiyah
2018. Yogyakarta.
5. Kusumapraja, Rokiah. 2012. Patient 12. Suma‟mur P.K. (2014). Higiene
Safety in Nursing. Jakarta : UNJ Perusahaan dan Kesehatan Kerja
6. Donna D. Y. 2015. Evaluasi (Hiperkes). Jakarta: CV Sagung
Penerapan Identifikasi Pasien di Seto
Bangsal Rawat Inap RSI Siti Aisyah 13. Dai, H., Milkman, K. L., Hofmann,
Madiun. Tesis. Program Studi D. A., & Staats, B. R. (2015). The
Manajemen Rumah Sakit. impact of time at work and time
Universitas Muhammadiyah off from work on rule compliance:
Yogyakarta. The case of hand hygiene in health
7. Swasky, S. (2007). Could care. Journal of Applied
employment based targeting Psychology, 100(3), 846-862.
approach save Egypt ini moving http://dx.doi.org.
toward a social health insurance 14. Soeroso, S. (2003). Manajemen
models. EMHJ (East Mediteranian Sumber Daya Manusia Di Rumah
Health Journal). WHO for Sakit Suatu Pendekatan Sistem.
Mediterranian Country. Jakarta: EGC
http://www.emro.who.int/Publicat 15. Chen, Connie; Woyansky, Sara;
ions/EMHJ/1472-6904/12/9. Zundell, Carrie. (2015). The Effects
8. Taylor, C., Lillis, C., Lemone, P. of Education on Compliance With
(2005). Fundamental of Nursing, Skin Cancer Risk Reduction
Liipincot William & Wilkin, Guidelines. Journal of the
Philadelphia. Dermatology Nurses'
9. Linus J. Dowell. (2015). The Association: Volume 7, p97–100.
Relationship between Knowledge https://journals.lww.com/jdnaonlin
and Practice. The journal of e/Abstract/2015/03000/The_Effects
education research : Taylor and _of_Education_on_Compliance_Wi
Francis Online. th_Skin.6.aspx.
https://www.tandfonline.com. 16. Ayed A, Eqtait M, Fashafsheh I.
10. Bernadette C. Hayes, Vicki N. Tariq. (2015). Knowledge & Compliance
(2000). Gender differences in of Nursing Staff towards Standard
scientific knowledge and attitudes Precautions in the Palestinian
toward science: a comparative Hospitals. Advances in Life Science
and Technology ISSN 2224-7181 Pages 851-856.
(Paper) ISSN 2225-062X (Online) http://www.resmedjournal.com.
Vol.36. 22.Westbrook J.I, Rob M.I, Woods A,
https://www.researchgate.net/pub Parry D. (2011). Errors In The
lication. Administration Of Intravenous
17. Notoatmodjo, S. (2007). Medications In Hospital And The
Pendidikan dan Perilaku Role Of Correct Procedures And
kesehatan.Cetakan 2 Jakarta:PT. Nurse Experience. BMJ Journal.
Rineka Cipta. http://qualitysafety.bmj.com.
18. Stephanie Dellande, Mary C. Gilly, 23. Jane C. Dale Stephen W. Renner.
John L. Graham. (2004). Gaining (2015). Wristband Errors in Small
Compliance and Losing Hospitals: A College of American
Weight:The Role of the Service Pathologists’ Q-Probes Study of
Provider in Health Care Services. Quality Issues in Patient
Journal of Marketing: July 2004, Identification. Journal of
Vol. 68, No. 3, pp. 78-91. Laboratory Medicine, Volume 28,
http://journals.ama.org. Issue 3, 1 March 1997, Pages 203–
19. Kusumadewi, S et all. (2012). 207.
Hubungan Antara Dukungan Sosial https://doi.org/10.1093/labmed/28.
Peer Group dan Kontrol Diri 3.203.
dengan Kepatuhan terhadap 24. Arwani & Heru Supriyatno. (2005).
Peraturan pada Remaja Putri di Manajemen Bangsal Keperawatan.
Pondok Pesantren Modern Islam EGC: Jakarta
Assalam Sukoharjo. Skripsi. 25. Douglas, Laura Mae. (1992) The
Program Studi Psikologi Fakultas effective Nurse : Leader and
Kedokteran Universitas Sebelas Manager ., 4 Th. Ed,. Mosby -year
Maret. book, Inc.
20. Siu J, Maran N, Brown S.P. (2016). 26. Gillies, D.A. (1994). Nursing
Observation of behavioural management, a system approach.
markers of non-technical skills in Third Edition. Philadelphia : WB
the operating room and their Saunders.
relationship to intra-operative 27. Depkes RI. (2002). Standar Tenaga
incidents. Journal of The Royal Keperawatan di Rumah Sakit, Dit
College of Surgeons of Edinburgh Jen Yanmed, cetakan 1, Depkes:
and Ireland. Jakarta.
http://www.thesurgeon.net. 28. Pettker C.M MD, Thung S.F MD,
21. Morice A.H. , Wrench C. . (2001). Raab C.A. RNC, Donohue K.P RN,
The Role Of The Asthma Nurse In Copel J.A MD, Lockwood C.J MD,
Treatment Compliance And Self- Funai E.F MD. (2011). A
Management Following Hospital Comprehensive Obstetrics Patient
Admission. Journal of Respiratory Safety Program Improves Safety
Medcine, Volume 95, Issue 11, Climate And Culture. American
Journal of Obstetrics and
Gynecology Volume 204, Issue 3, 34. Dyrbye L.N. MD, MHPE, Shanafelt
Pages 216.e1–216.e6. T.D. MD. (2011). A Potential Threat
http://www.ajog.org. to Successful Health Care Reform.
29. Pascale Carayon, Tosha Journal of Physician Burnout
B.Wetterneck, A. JoyRivera- 305(19).
Rodriguez, Ann SchoofsHundt, https://jamanetwork.com/journals/
PeterHoonakker, RichardHolden, jama.
Ayse P.Gurses. (2014). Human 35. Carayon, P, & Gurses, AP, (2008).
Factors Systems Approach To Nursing Workload And Patient
Healthcare Quality And Patient Safety—A Human Factors
Safety. Journal of Applied Engineering Perspektive, Patient
Ergonomics Volume 45, Issue 1, Safety And Quality. Journal For
Pages 14-25. Nurses: Chapter 30. Vol. 2.
https://www.sciencedirect.com. 36. Mudayana A.A. (2012). Hubungan
30. Andreas. (2009). Faktor-faktor Beban Kerja Dengan Kinerja
yang berhubungan dengan tingkat Karyawan Di Rumah Sakit Nur
kepatuhan cuci tangan perawat di Hidayat Bantul.Kes Mas. Vol.6 No.1
RSI Sultan Agung Semarang. 37. Weller J, Boyd M, Cumin D. (2014).
Skripsi. Universitas Teams, tribes and patient safety:
Muhammadiyah Semarang. overcoming barriers to effective
31. Carpenito, Lynda Juall. (2000). teamwork in healthcare. Post
Buku Diagnosa Keperawatan. Graduated Medical Journal.
Editor Monica Ester. Jakarta: EGC. http://pmj.bmj.com/content/early/2
32. Maryam, D, Nurrachmah dan 014/01/07/postgradmedj.
Hastono,S.P. 2009. Hubungan 38. Daswati. (2012). Implementasi
penerapan tindakan keselamatan Peran Kepemimpinan Dengan
pasien oleh perawat pelaksana Gaya Kepemimpinan Menuju
dengan kepuasan pasien di RSU Dr Kesuksesan Organisasi.
Suetomo Surabaya. Buletin 39. Edi, Suryadi. (2010). Analisis
penelitian RSUD Dr.Suetomo. Peranan Leadership Dan Budaya
33. Henneman E.A. RN, PhD, CCNS, Organisasi Terhadap Kinerja
Roche J.P. RN, PhD, APRN, Fisher Pegawai.
D.L. PhD, Cunningham H. RN, MS, 40. Pujilestari.A., Maidin. A.,
Reilly C.A. RN, PhD, Nathanson & Anggraeni R. (2013). Gambaran
B.H. PhD, Henneman P.L. MD. Budaya Keselamatan Pasien Oleh.
(2010). Error identification and Perawat dalam melaksanakan
recovery by student nurses using pelayanan di Instalasi Rawat Inap
human patient simulation: RSUP DR. Wahidin. Sudirohusodo.
Opportunity to improve patient Tesis. Makassar: Fakultas
safety. Journal of Applied Nursing Kesehatan masyarakat UNHAS
Research Volume 23, Pages 11-21. 41. Morello RT, Lowthian JA, Barker A
https://www.sciencedirect.com. L, et al. (2013). Strategies for
improving patient safety culture in
hospitals: a systematic review BMJ
Qual Saf 2013;22:11-18.
http://qualitysafety.bmj.com.
42. Hoffmann B. Dr. med., MPH, Rohe
J. Dr. med. (2010). Patient Safety
and Error Management : What
Causes Adverse Events and How
Can They Be Prevented. Journal of
US National Library of Medicine
National Institutes of Health 107(6)
: 92–99.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov.

Anda mungkin juga menyukai