Anda di halaman 1dari 52

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH POSO

Oleh :

NURUL AFIKA
NIM. 19020017

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA MANDIRI POSO


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
2022

1
2

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya tulis ilmiah dengan judul “GAMBARAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA

BAYI BARU LAHIR DI RSUD POSO” telah dinyatakan memenuhi syarat

untuk di seminarkan.

Poso, Agustus 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Sri Hardiyanti, S.ST., M.Keb Uchi Mahdaniar, S.Tr.Keb


NIK.201410922017 NIK.201708892030

Menyetujui

Ketua prodi DIII Kebidanan

Lilis Candra Yanti, S.ST., M.Keb


NIK.201303882008
3

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah dengan judul “GAMBARAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA


BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUUM DAERAH POSO” ini
telah di periksa dan di setujui oleh tim penguji program studi DIII Kebidanan
STIKES Husada Mandiri Poso.
Poso, Agustus 2022

Penguji I : Hatijar S.ST.,M.Kes


NIK. 201609842026

Penguji II : Uchi Mahdaniar, S.Tr.Keb


NIK.201708892030

Penguji III : Sri Hardiyanti, S.ST., M.Keb


NIK.201410922017

Menyetujui
Ketua Prodi DIII Kebidanan

Lilis Candra Yanti, S.ST., M.Keb


NIK.201303882008
4

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas penulis lafaskan kecuali ucapan puji dan syukur ke
hadirat Allah Subhanahu Wa Taala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya tulis ilmiah yang berjudul
“Gambaran Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit Umum
Daerah Poso”, yang merupakan persyaratan akademis guna memperoleh gelar
Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi DIII Kebidanan, STIKES Husada
Mandiri Poso.
Penyusunan Karya tulis ilmiah ini tentunya menuai banyak hambatan dan
kesulitan sejak awal hingga akhir penyusunan Karya tulis ilmiah ini. Namun
berkat bimbingan, bantuan, dan kerjasama dari berbagai pihak akhirnya hambatan
dan kesulitan yang dihadapi peneliti dapat diatasi. Terkhusus dan teristimewa
penulis mengucapkan terima kasih untuk kedua orang tua yang tersayang Abdul
Gafur Tima & Susyanti Lasoreh yang penuh kesabaran dan perhatian selama ini
memberikan dukungan baik moral maupun materi sehingga dapat menyelesaikan
Karya tulis ilmiah ini.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya kepada yang terhormat:
1. Apt. Ahmad Alfath, S. Si selaku Ketua Yayasan Husada Mandiri Poso.
2. Tasnim Mahmud, S.Kep.,Ns.,MM selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Husada Mandiri Poso.
3. Lilis Candra Yanti, S.ST.,M.Keb selaku Ketua Program Studi DIII
Kebidanan Poso.
4. Sri Hardiyanti, S.ST., M. Keb selaku pembimbing I yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis dalam penyusunan Karya tulis imiah
5. Uchi Mahdaniar, S.Tr.Keb selaku pembimbing II yang telah membimbig
penulis dalam peyusunan Karya tulis ilmiah ini
6. Hatijar S.ST.,M.Kes selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan
demi kesempuraan Karya tulis ilmiah ini
5

7. Dr.N.Taufan Karwur selaku kepala dinas Kabupaten Poso yang telah


memberikan izin bagi penulis untuk pengambilan Data Awal
8. dr.Jean S Rondonowu, M.Kes. selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Poso yang Telah Memberikan izin bagi penulis untuk pengambilan Data
Awal.
9. Dosen-Dosen yang telah memberikan pengetahuan dan pembelajaran selama
perkuliahan.
10. Teman seangkatan 2019 yang telah menemani sejak awal hingga akhir dan
bisa sampai pada tahap ini.
Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki dalam Karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan.
Harapan penulis semoga Karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat dan menjadi
referensi untuk yang membaca. Akhir Kata penulis ucapakan terima kasih.

Poso, Agustus 2022


Penulis
6

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN...................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................3
D. Manfaat Penelitian...................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Bayi Baru Lahir...............................................................5
B. Tinjauan Teori tentang Asfiksia..............................................................11
C. Tinjauan Teori tentang Variabel yang di Teliti.......................................21
D. Kerangka Konsep....................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.....................................................................................28
B. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................28
C. Populasi dan Sampel................................................................................28
D. Variabel yang di Teliti Dan Definisi Operasional..................................29
E. Metode Pengumpulan Data.....................................................................29
F. Analisa Data............................................................................................29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

B. Hasil Penelitian

C. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


7

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8

DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Konsep............................................................................27
9

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 APGAR SCORE...............................................................................10
Tabel 4.1...........................................................................................................
Tabel 4.2...........................................................................................................
Tabel 4.3...........................................................................................................
Tabel 4.4...........................................................................................................
Tabel 4.5...........................................................................................................
Tabel 4.6...........................................................................................................
10

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 :Surat permohonan pengambilan data awal ke Dinas Kesehatan

Kabupaten Poso

Lampiran 2 : Surat permohonan pengambilan data awal ke Rumah Sakit Umum

Daerah Poso

Lampiran 3 : Surat balasan data awal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Poso

Lampiran 4 : Surat balasan data awal dari Rumah Sakit Umum Daerah Poso

Lampiran 5 : Surat penelitian untuk Rumah Sakit Umum Daerah Poso

Lampiran 6 : Surat balasan penelitian dari Rumah Sakit Umum Daerah Poso
11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara global sekitar 2,4 juta bayi baru lahir meninggal pada tahun

2020. Terdapat sekitar 6.700 kematian bayi baru lahir setiap hari, dimana

hampir separuh (47%) dari seluruh kematian balita terjadi pada masa

neonatus dengan penyebab utama yaitu kelahiran prematur, asfiksia, infeksi

dan kelainan kongenital (WHO, 2022).

Angka Kematian Neonatus (AKN) yang merupakan indikator dari

tujuan SDGs yang ke tiga yaitu menurunkan angka kematian neonatus

menjadi 12/1.000 kelahiran ditahun kelahiran 2030. Angka kematian bayi dari

tahun ketahun menunjukan penurunan. Hasil survey Demografi dan kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukan AKN sebesar 15/1.000 kelahiran

hidup, AKB 24/1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 32/1.000 kelahiran hidup

(Kemenkes RI, 2017)

Asfiksia merupakan salah satu keadaan dimana bayi baru lahir tidak

dapat bernafas secara spontan dan teratur yang ditandai dengan hipoksemia,

asodosis. Asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ

pernafasan bayi dalam menjalankan fungsinya seperti pengembangan paru.

Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir umumnya akan mengalami

asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan

kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat atau masalah yang mempengaruhi

pada kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan. Beberapa faktor yang
5

diketahui dapat menyebabkan terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,

diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan kondisi bayi (Indrayani & Djamil,

2016).

Di Indonesia, panda tahun 2020 kematian neonatal di laporkan

berjumlah 72,0% (20.266 kematian) dengan penyebab kematian terbanyak

adalah akibat BBLR 35,2%, asfiksia 27,4%, kelainan kongenital 11,4%,

infeksi 3,4%, tetanus neonatorum 0,3%, dan penyebab lainnya 22,5%

(Kementrian Kesehatan RI, 2020). Demikian pula di Provinsi Sulawesi

Tengah pada tahun 2020 dari 336 kasus kematian neonatal penyebab kematian

terbanyak dimulai dari BBLR 33,90%, asfiksia 23,80%, kelainan kongenital

13,40%, infeksi 1,80%, tetanus neonatorum 0,30%, dan penyebab lainnya

26,80% (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2020).

Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Poso pada tahun

2019 jumlah bayi yang mengalami asfiksia sebanyak 61 bayi (5,49%) dari

1.110 kelahiran sedangkan pada tahun 2020 jumlah bayi yang mengalami

asfiksia sebanyak 62 bayi (5,56%) dari 1.114 kelahiran. Adapun ditahun 2021

didapatkan jumlah kelahiran bayi sebanyak 1.145 bayi, yang lahir dengan

asfiksia sebanyak 118 (10,3%) bayi, yang lahir dengan BBLR sebanyak 160

bayi (13,97%), jumlah bayi dengan ikterus sebanyak 45 bayi (3,93%), jumlah

bayi dengan sepsis sebanyak 35 bayi (3,05%) (Rumah Sakit Umum Daerah

Poso, 2022).

Berdasarkan uraian yang telah dibahas di atas, angka kejadian asfiksia

masih cukup tinggi, selain itu asfiksia merupakan penyebab kematian bayi
6

tertinggi kedua setelah BBLR. Beberapa factor yang diketahui dapat

menyebabkan terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir diantaranya adalah

faktor ibu, proses persalinan dan kondisi bayi. Oleh karena itu peneliti tertarik

mengambil judul Gambaran Kejadian Asfiksia di Rumah Sakit Umum Daerah

Poso

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru

Lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Poso Tahun 2022?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian

Asfiksia pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Poso

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

berdasarkan umur ibu

b. Untuk mengetahui gambaran kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

berdasarkan umur kehamilan

c. Untuk Mengetahui gambaran kejadian Asfiksia pada Bayi Baru lahir

berdasarkan berat badan bayi

d. Untuk mengetahui gambaran kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

berdasarkan jenis persalinan


7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

a. Diharapkan dapat menjadi informasi bagi pembaca sehingga Dapat

meningkatkan pengetahuan tentang Asfiksia

2. Manfaat Praktisik

a. Untuk Institusi Pendidikan

Dapat menjadi bahan informasi dan bahan bacaan bagi mahasiswa

di perpustakaan STIKES Husada Mandiri Poso.

b. Untuk Rumah Sakit Umum Daerah Poso

Sebagai bahan informasi dan masukan tentang gambaran angka

kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah

Poso.

c. Untuk Penulis

Sebagai sarana memperoleh tambahan pengetahuan dan

pengalaman khususnya pada Bayi Baru lahir Asfiksia


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Tentang Bayi baru lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram,

cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital

(cacat bawaan) yang berat. Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi

psikologik mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir, karena perubahan

dramatis ini, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan

bagaimana suatu transisi yang baik terhadap kehidupannya diluar uterus.

Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat meningkatkan

kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil. Adaptasi neonatal(bayi

baru lahir) merupakan proses penyesuaian fungsional neonates dari

kehidupan didalam uterus kekehidupan diluar uterus ((Rahardjo dan Marmi,

2015:11)

2. Klasifikasi Bayi Baru Lahir

Klasifikasi bayi baru lahir dibedakan menjadi dua macam yaitu

klasifikasi menurut berat lahir dan klasifikasimenurut masa genetrasi atau

umur kehamilan (Karyuni, 2013)

a. Klasifikasi menurut berat lahir yaitu:

1) Bayi Berat Lahir Rendah Bayi yang dilahirakn dengan berat lahir

<2.500 gram pamemandang masa genetasi

2) Bayi Berat Lahir Cukup/Normal.


9

3) Bayi Berat lahir Lebih Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir >4000

gram

b. Klasifikasi menurut masa gestasi atau umur kehamilan yaitu:

1) Bayi Kurang Bulan (BKB) Bayi yang dilahirkan dengan masa

genetasi <37 minggu(<259 hari).

2) Bayi Cukup bulan (BCB) Bayi dilahirkan dengan masa genetasi antara

37-42 minggu (259-293).

3) Bayi Lebih Bulan (BLB)

Bayi dilahirkan dengan masa genetasi >4 minggu (294 hari)

3. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal

a. Bayi lahir Aterm antara 37-42 minggu

b. Berat badan bayi 2500-4000gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada

30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm dan lengan 11-12 cm.

c. Frekuensi denyut jantung 120-160 kali per menit

d. Frekuensi pernafasan 40-60 kali permenit

e. Kulit Kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup

terbentuk dan dilapisi verniks caseosa.

f. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.

g. Kuku agak panjang dan lemas.

h. Nilai APGAR >7 dan gerakannya aktif serta bayi lahir langsung

menangis kuat.

i. Reflex rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pap pipi

dan daerah mulut), reflex sucking (isap dan menelan), refleks moro
10

(gerakan memeluk jika dikagetkan) dan reflks grasping (menggenggam)

sudah terbentuk dengan baik.

j. Genetalia: pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia

minora, pada bayi laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah banyak.

k. Eliminiasi baik yang ditandai dengan keluarnya meconium dalam 24 jam

pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Sondakh,2013).

4. Adaptasi Bayi Baru Lahir Pada Kehidupan Luar Uterus

a. Perubahan system pernaafasan Dua factor yang berperan pada

rangsangan nafas pertama bayi, yaitu:

1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan

luar Rahim yang merangsangpusat pernapasan diotak.

2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena paru-paru

selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam

paru-paru secara mekanis.

Upaya pernapasan pertama seorang bayiberfungsi untuk

mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan

jaringan alveolus paru-paru unntuk pertama kali.

b. Perubahan Sistem Peredaran Darah Setelah lahir, darah bayi baru lahir

harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan

sirkulasi melalui tubuh gunamengantarkan oksigen dan mengadakan

sirkulasi melaluia tubuh guna mengantarkan oksigen kejaringan. Untuk

membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar Rahim,


11

harus terjadi dua perubahan besar, yaitu foramen ovale pada atrium

jantung dab penutup duktus arterosus antara arteri paru-paru dan aorta.

c. Sistem Pengatur Suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka sehinna

akan mengalami stresdengan adanya perubahan-perubahan lingkungan.

Pada saat bayi meninggalkan Rahim ibu yang hangat, bayi tersebut

kemudian masuk kedalam lingkungan ruang bersalain yang jauh lebih

dingin. Suhu dingin menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit

sehingga mendinginkan darah bayi.

d. Perubahan sisitem ginjal

Pada bulan keempat janin, kini terbentuk ginjal terbentuk, didalam

Rahim, urine sudah terbentuk dan dieksresikan kedalam cairan

amniotic. Beban kerja ginjal dimulai saat bayi lahir hingga masukan

cairan meningkat, mungkin urine akan tampak keruh termasuk

berwarnah merah muda. Bisanya jumlah kecil urine terdalam dalam

kandung kemih bayi saat lahir, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak

mengeluarkan urine selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi setelah

periode ini.

e. Perubahan system reproduksi

Anak laki-laki tidak menghasilkan sperma sampai pubertas tetapi anak

perempuan mempunyai ovum atau sek telur dalam indung telurnya.

Kedua jenis kelamin ini mungkin memperlihatkan pembesaran

payudara, terkadang disertai sekresi cairanpada putting pada hari 4-5


12

karena adanya gejala berhentinya sirkulasi hormom ibu. Pada anak

perempuan, peningkatan kadar estrogen selama masa hamil yang di

ikuti dengan penurunan setelah bayi lahir mengakibatkan pengeluaran

suatu cairan atau terkadang bercak darah melalui vagina.

f. Perubahan sisiten musculoskeletal

Otot sudah dalam keadaan lengkap pada saar lahir, tetapi tumbuh

melalui proses hipertrofi. Ubun-ubun besar akan tetap terbuka hingga

usia 18 bulan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang

tubuh. Lengan sedikt lebih panjang dari pada tungkai.

g. Perubahan sisitem saraf

Adanya beberapa aktifitas refleks yang terdapat pada bayi baru lahir

menandakan adanya kerja sama antarasisitem saraf dan sisitem

musculoskeletal.

h. Perubahan system integument

Pada bayi baru lahir cukup bulan, kulit berwarnah merah. Sementara itu

bayi premature memiliki kulit tembus pandang. Bayi baru lahir tidak

memerlukan pemakaian bedak atau krim karena zat-zat kimia dapat

memengaruhi kulit bayi (Purwoastuti, E dan Elisabeth, SW. 2015).

5. Penilaian Bayi Baru Lahir

Keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah lahir dengan

penggunaan nilai APGAR. Nilai skor APGAR tidak digunakan sebagai

dasar keputusan unutk menilai kemajuan kondisi bayi baru lahir (BBL)

pada saat 1 menit 5 setelah kelahiran (ALI nurasiah, dkk, 2014).


13

Tabel 2.1 APGAR Skor Pada Bayi Baru Lahir

Tanda Skor

(APGAR) 0 1 2

Denyut Jantung Tidak Ada Lambat (<100) >100

Laju Pernafasan Tidak Ada Lambat, Menangis kuat

(Respiration) menangis lemah

Tonus Otot Fleksi, pada Fleksi

(Aktivity) Lemas beberapa sempurna

ekstremitas

Refleks iritabilitas Tidak Ada

(Grimace) Respons Menggeram Menangis

Warna Tubuh Seluruh tubuh

(Appearance) Biru, Pucat kemerahan, kemerahan

ekstremitas biru

Sumber: Aticeh, dkk (2014)

Interprestasi:

Nilai 1-3 :asfiksia berat

Nilai 4-6 : asfiksia sedang

Nilai 7-10: asfiksia ringan (normal


28

B. Tinjauan Teori Tentang Asfiksia

1. Pengertian Asfiksia

Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat

bernafas secara spontan dan teratur yang ditandai dengan hipoksemia,

hiperkarbia, dan asidosis, Asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnnya

kemampuan organ pernafasan bayi dalam menjalankan fungsinya, seperti

mengembangkan paru (Indrayani & Djamil, 2016).

2. Penyebab Asfiksia

Janin sangat bergantung pada fungsi plasenta sebagai tempat pertukaran

oksigen, nutrisi dan pembuangan produksi sisa. Gangguan pada aliran darah

umbilical maupun plasenta dapat menyebabkan terjadinya Asfiksia. Asfiksia

dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan atau periode setelah

segera setelah lahir. Selama kehamilan beberapa kondisi tersebut dapat

menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteriplasenter sehingga pasokan

oksigen ke bayi kurang. Hipoksia bayi dalam uterus ditunjukan dengan

gawat janin yang berlanjut menjadi asfiksia pada saat bayi baru lahir,

beberapan faktor yang diketahui dapat menyebabkan terjadinya asfiksia

pada bayi baru lahir diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat bayi dan

kondisi bayi (Indrayani & Djamil, 2016).

Gawat janin dapat diketahui dengan hal-hal berikut:

a. Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali

permenit

28
29

1. Takirardia : keadaan dimana detak jantungmelebihi 100kali

permenit.

2. Bradirkardia : kondisi jantung berdetak lebih lambat dari biasanya.

b. Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10

kali/menit)

c. Adanya air ketuban yang bercampur dengan meconium atauberwarna

kehijauan.

1) Faktor Ibu

a) Preklamsia dan eklamsia.

b) Perdarahan abnormal (plasentaprervia atau solutioplasenta).

c) Partus lama dan partus macet

d) Demam selama persalinan

e) Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).

f) Umur kehamilan <37 minggu atau >42 minggu

g) Umur ibu <20 tahun atau >35 tahun.

2) Faktor Persalinan

a) Partus lama/macet

b) Induksi persalinan

c) Persalinan dengan forcep/cunam

d) Sectio cesaria

3) Faktor Tali Pusat

29
30

Faktor yang menyebabkan penurunan sirkulasi utero-plasenter

yang dapat mengakibatkan menurunnya pasoka oksigen ke bayi

sehingga dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir.

a) Lilitan tali pusat

b) Tali pusat pendek

c) Simpul tali pusat

d) Prolaps tali pusat

4) Faktor bayi

Asfiksia dapat terjadi tanpa didahului dengan tanda dan gejala

gawat janin. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor berikut ini:

a) Bayi premature (sebelum umur kehamilan 37 minggu)

b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,

ekstraksi vakum, ekstraksi forsep).

c) Kelainan kongenital

d) Air ketuban tercampur mekoniun.

3. Patofisiologi Asfiksia

a. Sebelum lahir

Seluruh oksigen yang dibutuhkan janin diberikan melalui

mekanisme difusi melalui plasenta yang berasal dari ibu ke darah janin.

Sesat dalam uterus, sebagian kecil darah janin dialirkan ke paru-paru

janin. Paru-paru janin tidak berfungi sebagai sumber oksigen atau jalan

untuk mengeluarkan karbondioksida. Oleh karena itu, aliran darah paru

tidak penting untuk mempertahankan oksigenisasi janin yang normal

30
31

dan keseimbangan asam basa. Paru janin berkembang dalam uterus,

akan tetapi alveoli yang berada didalam paru janin masih terisi oleh

cairan, bukan udara. Pembuluh alveoli yang berada pada paru janin

dalam keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen persial rendah.

Hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru

karena kontriksi pembuluh darah janin, sehingga darah dialirkan melalui

pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus

kemudian masuk ke aorta (Indrayani & Djamil, 2016)

b. Setelah lahir

Bayi tidak berhubungan dengan plasenta dan akan segera

bergantung pada paru sebagai sumber utama oksigen, karena itu dalam

beberapa saat cairan harus diserap dari alveoli, setelah itu paru harus

terisi udara yang mengandung oksigen dan pembulu darah dari paru

harus berelaksasi untuk meningkatkan aliran ke alveoli. Pengisian

alveoli dan udara akan memungkinkan oksigen mengalir ke dalam

pembuluh darah sekitar alveoli. Oksigen diserap untuk diedarkan

kesuluruh tubuh.

Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara normal

dan menggunakan paru-parunya untuk mendapatkan oksigen Tangisan

pertama dan tarikan napas yang dalam akan mendorong cairan dari jalan

napasnya. Oksigen dan pengembangan paru merupakan rangsang

pembuluh darah dan paru. Pada saat oksigen masuk adekuat dalam

31
32

pembuluh darah, warna kulit bayi akan berubah dari abu-abu/biru

menjadi kemerahan (Indrayani & Djamil, 2016)

4. Tanda dan Gejala Asfiksia

Tanda-tanda dan gejala bayi mengalami asfiksia pada bayi baru lahir

meliputi:

a. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap

b. Warna kulit pucra& biru

c. Tonus otot lemas

d. Kejang

e. Penurunan kesadaran

Semua bayi dengan tanda-tanda asfiksia memerlukan perawatan dan

perhatian segera (Indrayani & Djamil, 2016)

Dalam praktik menentukan tingkat asfiksia bayi dilakukam dengan

penilaian skor APGAR. Biasanya dinilai 1 menit setelah bayi lahir

lengkap dan 5 menit setelah bayi lahir. Patokan klinis dimulai dengan:

1) Menghitung frekuensi jantung

2) Melihat usaha bernapas

3) Melihat tonus otot

4) Melihat refleks rangsangan

5) Melihat warna kulit

a) Klasifikasi asfiksia

1) Asfiksia Berat (nilai APGAR 0-3)

32
33

Nilai apgar 0-3 memerlukan resusitasi segera secara aktif dan

terkendali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi

jantung dari 100x permenit, tonus otot buruk, sianosis

berat,Dan kadang-kadang pucat. Pada asfiksia dengan henti

jantungnya itu bunyi jantung menghilang. Pemeriksan fisik

sama pada asfiksia berat.

2) Asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4-6

Nilai apgar 4-6 memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen

sampai bayi dapt bernafas normal kembali. Pada pemeriksaan

fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100x permenit,

tonus otot kurang baik, sianosis.

3) Asfiksia ringan atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9

Nilai apgar 7-9 bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan

tindakan istimewa, tidak memerlukan pemberian oksigen dan

resusitasi

5. Penatalaksanaan Asfiksia

a. Langkah Awal Resusitasi

1) Cuci tangan yang menggunakan sarung tangan dalam larutan klorin

dan keringkkan atau penolong dapat mengganti sarung tangan dengan

sarung tanga yang baru atau steril.

2) Lakukan langkah awal resusitasi dalam 30 detik.

1. Jaga kehangatan

2. Posisi kepala bayi sedikit menengadah.

33
34

3. Isap lender

4. Keringkan dan rangsangan taktil

3) Lakukan penilaian apakah bayi menanangis atau bernafas spontan dan

teratur

1. Bila bayi bernafas spontan, lakukan perawatan rutin

2. Bila bayi belum menangis, lanjutkan ke penatalaksanaan.

3. Jepit dan potong tali pusat. Segera pindahkan bayi ketempat

resusitasi

b. Jaga bayi tetap hangat

1) Letakan bayi diatas kain yang ada diatas perut ibu atau dekat

perineum

2) Selimut bayi dengan kain tersebut

3) Jepit dan potong tali pusat, segera pindahkan bayi ketempat

resusitasi

c. Atur posisi bayi sedikit mengadah

1) Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat pelonong

2) Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi

d. Isap lender

Gunakan alat penghisap lender Delee atau bola karet.

1) Pertama isap lender didalam mulut kemudia baruh isap lendir

hidung

2) Menghisap lender sambil menarik keluar penghisap (bukan pada

saat memasukan)

34
35

3) Bila menggunakan penghisap lender delee, jangan memasukkan

ujung penghisap terlalu dalam (lender dari 5 cm kedalam ,mulut

atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung) karena dapat menyebabkan

denyut jantung bayi melambat atau henti nafas bayi.

e. Keringkan dan rangsangan taktil

1) Keringkan bayi mulut dari muka, kepaladan bagian tubuhlainnya

dengan sedikit tekanan, Rangsangan ini dapat memulai pernafan

bayi atau bernafas lebih baik.

2) Lakukan rangsangan taktil denga beberapa cara dibawah ini:

a) Menepuk atau menyentil telapak kaki

b) Menggosok pinggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan

telapak tangan.

f. Ventilasi Tekanan Positif (VTP) pada bayi

1) Persiapan sebelum ventilasi, yaitu

a) Ganti kain yang basah dengan kain kering yang disiapkan diatas

meja resusitasi

b) Posisikan bayi sedikit tengadah dengan menggunakan

pengganjal untuk memposisikan bayi pastikan bayi dalam posisi

yang benar

c) Patikan kembali jalan nafas bayi bersih.

d) Posisi penatalaksanaan VTP, petugas berdiri disisi kepala bayi

2) Ventilasi percobaan (2 kali) dengan tekanan 30 cm air, sambil

mengganti gerakan pada bayi

35
36

a) Bila dada bayi mengembang

1) Periksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar

2) Periksa ulang apakah jalan nafas tersumbat cairan atau lendir,

bila ada hisap kembali

3) Pastikan tidak terjadi kebocoran alat

4) Periksa pemasanga dan perlekatan sungkup

b) Bila dada mengenmbang, lakukan tahap berikutnya

3) Berikan ventilasi definitive

a) Berikan ventilasi dengan tekanan 20cm air

b) Kecepatan ventilasi 40 dalam 1 menit

4) Lakukan penilaian

a) Bila bayi sudah bernafas norma, hentikan ventilasi secara

bertahap

1. Lihat apakah ada restraksi dinding dada bawah

2. Hitung frekuensi pernafasan, jika >40 kali/menit dan tidak

ada retraksi berat

3. Jangan ventilasi lagi

4. Berikan oksigen aliran bebas 5-10L/menit

5. Asuhan BBl, rutin (bungkus tali pusat, beri salep mata,

suntik vit K, letakkan bayi dengan kontak kulit pada dada

ibu, 1 jam kemudian suntikkan hepatitis B)

6. Pantau setiap 15 menit untuk pernafasan dan kehangatan

dalam 2 jam pertama

36
37

7. Jelaskan pada keluarga bahwa bayinya kemungkinan besar

akan membaik

8. Jangan tinggal bayi sendiri

b) Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap, panggil bantuan dan

VTP

5) Lakukan ventilasi lanjutan (40 kali dalam 1 menit)

6) Evaluasi kembali setelah 1 menit

a) Bila bayi sudah bernafas normal

1. Hentikan ventilasi secara bertahap

2. Berikan oksigen aliran bebas 5-10L/menit

3. Pantau bayi dan berikan asuhan pasca resusitasi

b) Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap teruskan ventilasi

lanjutan kemudian nilai bayi kembali setelah 1 menit

7) Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas spontan selama 2 menit

selama 2 menit diventilasi

a) Minta keluarga membantu persiapan rujukan

b) Teruskah resusitasi sementara persiapan rujukan dilakukan

c) Asuhn pada bayi saat rujukan

8) Bila bayi tidak bias dirujuk

a) Lanjutkan ventilasi sampai 10 menit

b) Pertimbangkan untuk menghentikan tindakan resusitasi jika

setelah 10 menit upaya ventilasi tidak berhasil

37
38

Catatan:

Bayi yang tidak bernafas normal setelah 20 menit diresusitasi akan

mengalamikerusakan otak sehingga bayi akan menderita kecacatan

yang berat atau meninggal (Indrayani & Djamil, 2016)

C. Tinjaun Teori Tentang Variabel yang di Teliti

1. Faktor Ibu

a. Preeklamsia- Eklamsia

Preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan teknan darah

sistolik>160 mmHg dan tekanan darah diastolik >110 mmHg disertai

proteinurine ≥ 2+.

Preeklamsia ringan adalah suatu sindrima spesifik kehamilan

dengan menurunnysa perfusi organ yang berakibat terjadnnya

vasospaseme pembuluh darah dan aktivitas endotel. Preeklamsia

ringan ditegakan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai

proteinurine atau edema setelah kehamilan <37 minggu.

Sistolik/diastolik 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik >30 mmHg.

Preeklamsia dan eklamsia menyebabkan asfiksia karena

gangguan aliran darah pada tubuh sehingga aliran darah pada uterus

berkurang dan menyebabkan berkurangnya pengaliran darah yang

membawa oksigen keplasenta dan janin.

b. Perdarahan Abnormal

Perdarahan menyebabkan asfiksia karena pertukaran gas antara

oksigen zat asam arang maka bayi akan kesulitan dalam bernafas.

38
39

c. Umur Kehamilan Ibu

Pada umur kehamilan <37 minggu fungsi organ-organ bayi

belum berbentuk sempurna, kegagalan nafas pada bayi prematur

berkaitan dengan defisiensi kematangan surfaktan pada paru-paru

bayi. Sedangkan pada umur kehamilan >42 minggu fungsi plasenta

yang tidak maksimal atau mengalami penuan mengakibatkan

transportasi oksigen dari ibu ke janin terganggu.

d. Infeksi Berat

Akibat infeksi berat, penghancuran atau pemecahan sel darah

merah yang lebih cepat dari pembuatan sel darah merah tersebut

sehingga apabila ibu mengalami perdarahan saat persalinan

mengalami perdarahan saat persalinan maka akan terjadi anemia

pada ibu yang menyebabkan ibu kekurangan sel darah merah yang

membawa oksigen untuk janin yang menyebabkan asfiksia.

e. Umur Ibu

Umur < 20 tahun karena ibu belum siap secara medis (organ

reproduksi) maupun secara mental. Sedangkan pada umur >35 tahun

ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan.

f. Demam selama persalinan

Tidak hanya bersifat lokal tetapi sistematik artinya kuman

masuk perdarahan darah ibu dan mengganggu metabolism tubuh ibu

secara umum sehingga terjadi gangguan aliran darah yang

menyebabkan terganggunnya pasokan oksigen dari ibu ke janin.

39
40

2. Faktor Persalinan

a. Persalinan Macet Persalinan lama/macet adalah persalinana yang

berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravida dan lebih dari 18

jam pada multigravida.

b.Induksi persalinan Induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi

mulainnya proses persalinan yaitu tidak adannya tanda-tanda

persalinan kemudia distimulasi menjadi ada dengan menimbulkan

mules/his.

c. Persalinan dengan forcep/cunam Persalinan dengan forcep/cunam

adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala

pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala)

dengan alat cunam. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat

mengedan efektif untuk melahirkan janin.

d.Secio cesaria Secio cesaria adalah suatu tindakn pembedahan untuk

melahirkan janin dengan berat di atas 5000 gram, melalui sayatan

pada dinding uterus yang masih utuh.

3. Faktor Bayi

a. Bayi Prematur

Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan

kurang dari 37 minggu dan dengan berat lahir kurang 2500 gram.

Sebagian organ tubuhnya juga belum berfungsi dengan baik,

karena kelahiran yang masih dini.

40
41

b. Kelainan Kongenital

Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan organ

struktur organ janin sejak saat pembuahan. Kelainan kongenital

penyebab terjadinnya keguguran, lahir mati atau kematian setelah

persalinan pada minggu pertama. Kelainan kongnietal cacat

bawaan dalam kandungan akan mengakibatkan asfiksia pad bayi

karena dengan adannya cacat bawaan ini akan menimbulkan

gangguan pertumbuhan janin seperti organ janin sehingga organ

paru janin akan berfungsi abnormal.

c. Ketuban Bercampur Mekonium

Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukan gawat

janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltic usus

meningkat dan sfingter ani terbuka dan dapat ditentukan sebagai

diagnosis awal terjadinnya asfiksia neonatorum. Bila janin

kekurangan oksigen dan kadar karbondioksida bertambah timbul

rangsangan terhadap nervus vagus sehingga denyut jantung janin

menjadi lambat.

d. Berat Badan Lahir Rendah

Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram

yang timbang pada saat lahir dengan 24 jam pertama setelah lahir.

Proses kelahiran itu sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan

yang bersifat sementara pada bayi.

41
42

e. Fetal distress (gawat janin)

Fatel distress adalah janin tidak menerima O2 cukup, sehingga

mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi kronik (dalam jangka

waktu lama) atau akut.

f. Letak lintang dan distosia bahu

Letak lintang merupakan sebuah pristiwa dalam kehamilan

yang secara umum dialami oleh sekitar 3%-5% perempuan hamil

diman posisi janin didalam rahim melintang sehingga kemudian

menyebabkan masalah saat proses persalinan. Letak lintang sendiri

dapat disebabkan berbagai faktor diantarannya kondidi dinding

abdomen yang abnormal, kehamilan dengan janin ganda atau

kembar, maslah pada area panggul dan kelainan pada rahim.

Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat

dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan atau ketidakmampuan

melahirkan bahu dengan mekanisme atau cara biasa.

4. Faktor Tali pusat

a. Prolapsus Tali Pusat

Gangguan aliran darah yang lama melalui tali pusat

menghasilkan asidosis respiratori dan metabolisme yang berat

berkurangnya oksigenisasi janin yang menetap akibatnya kematian

janin.

b. Liltan Tali Pusat

42
43

Lilitan tali pusat biasannya terdapat pada leher anak. Apabila

terjadi lilitan berapa kali dalam persalinan kala I, observasi DJJ

dengan alat kardiotografi sangat penting dilakukan untuk mengetahui

apakah terjadi gangguan pola DJJ. Bila pola DJJ terganggu

persalinan diakhiri dengan bedah cesar. Karena jika dipaksa lahir

normal bisa berdampak buruk kejanin. Kompresi umbilikus akan

mengakibatkan terganggu aliran darah dalam pembuluh darah

umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.

c. Tali pusat pendek

Pada saat persalinan, janin yang sudah turun ke jalan lahir

biasanya naik lagi karena tertahan tali pusat. Tiap kali janin akan

turun, tali pusat semakin kuat menahan. Ini biasannya terlihat selama

proses persalinan dengan tidak terjadinnya kemajuan pada

penurunan janin Adapun umur kehamilan >42 minggu (post term)

atau disebut dengan lewat bulan juga merupakan faktor resiko

dimana bayi yang dilahirkan dapat mengalami asfiksia yang bisa

disebabkan oleh fungsi plasenta yang tidak maksimal lagi akibat

proses penuaan mengakibatkan transportasi oksigen dari ibu ke janin

terganggu (Pantiawati, 2010).

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau

43
44

antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin

di teliti (Notoatmodjo, 2018).

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variabel lain. Sedangkan Variabel independen adalah variabel

yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain (Notoatmodjo,

2018).

1. Umur ibu

2. UmurKehamilan
Asfiksia

3. Berat badan Bayi

4. jenis Persalinan

Keterangan :

: Variabel Dependen

: Variabel Independen

Kerangka Konsep 2.1

44
45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Menurut Sugiyono (2017) metode penelitian merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Jenis

penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif

dengan pendekatan retrospektif yaitu penelitian yang berusaha melihat

kebelakang (Backward Looking). Penelitian ini untuk mengetahui gambaran

tentang kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah

Poso.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 28 juni - 05 juli tahun

2022 di Rumah Sakit Umum Daerah Poso bagian Perinatologi Kebidanan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2017).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi baru lahir dengan

asfiksia yang dirawat dan tercatat direkam medik ruang kebidanan

Rumah Sakit Umum Daerah Poso tahun 2022 yaitu sebanyak 34 orang.

45
2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

total sampling dimana sampel diperoleh dengan cara mengambil semua

anggota populasi menjadi sampel. Sehingga sampel dalam penelitian ini

adalah bayi baru lahir yang mengalami asfiksia sebanyak 34 orang.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Peelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah angka kejadian asfiksia pada

bayi baru lahr menurut umur ibu, umur kehamilan, berat badan

bayi, dan jenis persalinan.

2. Definisi Operasional yang di Teliti

a. Asfiksia adalah Keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal bernafas

secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

Kriteria Objektif :

1) Asfiksia Ringan : jika nilai Apgar 7-9

2) Asfiksia sedang : jika nilai Apgar 4-6

3) Asfiksia berat : jika nilai Apgar 0-3.

b. Umur Ibu adalah Umur ibu saat melahirkan bayi

Kriteria Objektif :

1) Resiko tinggi : jika umur ibu <20 tahun dan >35 tahun

2) Resiko rendah : jika umur ibu 20-35 tahun

c. Umur kehamilan adalah Dimulai dari tanggal pertama wanita haid terakhir

sebelum tes urine positif hamil hingga janin dilahirkan


ii

Kriteria Objektif :

1) Preterm : jika umur kehamilan kurang dari 37 minggu

2) Aterm : jika umur kehamilan 37-42 minggu

3) Posterm : jika umur kehamilan lebih dari 42 minggu.

d. Berat Badan Bayi adalah Berat badan bayi saat lahir yang ditimbang dalam

waktu 1 jam pertama setelah lahir.

Kriteria Objektif :

1) Normal : jika berat badan bayi 2500-4000 gram

2) BBLR : jika berat badan bayi < 2.500 gram

3) Makrosomia : jika berat badan bayi >4.000 gram.

e. Jenis persalinan adalah Persalinan yang spontan Suatu peoses persalinan

secara langsung menggunakan kekuatan ibu sendiri persalinan buatan

dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan

dinding Rahim

Kriteria Objektif :

1) Persalinan normal : jika persalinan terjadi pervaginam

2) Sectio Caesarea (SC) : jika persalinan terjadi melalui suatu insisi pada

dinding depan perut dan dinding Rahim.

E. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh adalah data sekunder dengan melihat catatan rekam

medik bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Poso dengan menggunakan

checklist sebagai instrumen.

F. Analisa Data

ii
iii

Analisa data digunakan untuk mengetahui gambaran angka kejadian

asfiksia pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Poso dengan

menggunakan rumus menurut Arikunto (2016).

Data diolah secara manual menggunakan rumus sebagai berikut :

P = f x 100%

Keterangan :

P : Presentase

N : Sampel

F : Frekuensi

iii
iv

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Poso merupakan rumah sakit rujukan di

wilayah Poso dengan luas wilayah 6.238 KM² dan juga menerima rujukan

dari beberapa kecamatan wilayah Kabupaten Morowali dan Tojo Una – Una.

Adapun batas – batas wilayah RSUD Poso adalah :

1. Sebelah utara berbatasan dengan gedung olahraga Kasintuwu

2. Sevelah selatan berbatasan dengan jalan Jend. Sudirman

3. Sebelah timur berbatasan dengan jalan KS Tumbun

4. Sebelah barat berbatasan dengan rumah penduduk

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan dari tanggal 28 juni-05 juli 2022

dengan jumlah sampel 34 bayi mengalami asfiksia. Adapun karakteristik

berdasarkan umur ibu, umur kehamilan, berat badan bayi, jenis persalinan

disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Karakteristik bayi asfiksia Di RSUD Poso Januari- Mei Tahun 2022

Kategori Frekuensi (F) Presentasi (P)


Umur ibu
Resiko tinggi 11 32,35%
Resiko rendah 23 67,64%
Umur kehamilan
Preterm 2 5,88%
Aterm 30 88,23%
Posterm 2 5,88%
Berat Badan Bayi

iv
v

Normal 32 94,11%
BBLR 2 5,88%
Makrosomia 0 0%
Jenis persalinan
Normal 14 41,17%
Sectio Caesarea 20 58,82%
Sumber: data Sekunder,2022

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia ibu yang melahirkan bayi

asfiksia terbanyak adalah kelompok ibu dengan usia resiko rendah (20-35

tahun) yaitu sebanyak 23 orang (67,64%). Selanjutnya dari 34 bayi asfiksia

terdapat 30 bayi (88,23%) yang lahir dengan usia kehamilan aterm.

Berdasarkan berat badan bayi bahwa dari 34 bayi mengalami asfiksia yang

terbanyak adalah berat badan normal yaitu 32 bayi (94,11%). Adapun

karakteristik berdasarkan jenis persalinan bahwa dari 34 bayi yang

mengalami asfiksia terbanyak lahir dengan jenis persalinan Sectio Caesarea

yaitu 20 bayi (58,82%).

2. Analisa data

a. Distribusi Gambaran Angka Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Di

RSUD Poso

Tabel 4.2. Distribusi Gambaran Angka Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru

Lahir Di RSUD Poso

Asfiksia Frekuensi (f) Presentase (p)


Ringan 7 20,6%
Sedang 27 79,4%
Berat 0 0%
Jumlah 34 100%
Sumber: data Sekunder,2022

v
vi

Tabel 4.2 menunjukan bahwa distribusi bayi yang mengalami asfiksia

terbanyak adalah asfiksia sedang yaitu 27 bayi (79,4%), ringan sebanyak 7

bayi (20,6%) dan tidak ada yg mengalami asfiksia berat.

b. Gambaran Angka Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir berdasarkan

umur ibu

Tabel 4.3. Gambaran Angka kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

Berdasarkan Umur Ibu

Umur Ibu
Asfiksa
Resiko tinggi Resiko rendah
F P F P
Ringan 2 5,88 % 5 14,70%
Sedang 9 26,47% 18 52,94%
Berat 0 0% 0 0%
tJumlah 11 32,35% 23 67,64%
Sumber: data Sekunder,2022

Hasil distribusi gambaran angka kejadian asfiksia sedang berdasarkan

umur ibu yang terbanyak adalah ibu dengan kelompok usia resiko rendah

yaitu 18 orang (52,94%).

c. Gambaran Angka Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir berdasarkan

umur kehamilan Di RSUD Poso

Tabel 4.4. Gambaran Angka kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

Berdasarkan Umur Kehamilan

Umur kehamilan
Asfiksia Preterm Aterm Posterm
F P F P F P
Ringan 0 0% 9 26,47% 1 2,94%
Sedang 2 5,8 % 21 61,76% 1 2,94%
Berat 0 0% 0 0% 0 0%
Jumlah 2 5,88% 30 88,23% 2 5,88%
Sumber: data Sekunder,2022

vi
vii

Tabel di atas menujukan bahwa distribusi gambaran angka kejadian asfiksia

sedang, berdasarkan umur kehamilan yang terbanyak adalah aterm dengan

jumlah 21 bayi (61,76%).

d. Gambaran Angka Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir berdasarkan

berat badan bayi Di RSUD Poso

Tabel 4.5. Gambaran Angka kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

Berdasarkan Berat Badan Bayi

Asfiksi Berat Badan Bayi


a Normal BBLR Makrosomia
F P F P F P
Ringan 10 29,41% 1 2,94% 0 0%
Sedang 22 64,70% 1 2,94% 0 0%
Berat 0 0% 0 0% 0 0%
Jumlah 32 94,11% 2 5,88% 0 0%
Sumber: data Sekunder,2022

Tabel di atas menujukan bahwa distribusi gambaran angka kejadian asfiksia

sedang, berdasarkan berat badan bayi yang terbanyak adalah berat badan

normal dengan jumlah 22 bayi (64,70%).

e. Gambaran Angka Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir berdasarkan

Jenis persalinan Di RSUD Poso

Tabel 4.6. Gambaran Angka kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

Berdasarkan Jenis Persalinan.

Jenis persalinan
Asfiksia
Normal SC
F P F P
Ringan 3 8,8% 8 23,52%
Sedang 11 32,3% 12 35,29%
Berat 0 0% 0 0%
Jumlah 14 41,17% 20 58,82%

vii
viii

Sumber: data Sekunder,2022

Tabel di atas menujukan bahwa distribusi gambaran angka kejadian asfiksia

sedang, berdasarkkan jenis persalinan yang terbanyak adalah jenis

persalinan SC dengan jumlah 12 bayi (35,29%).

C. Pembahasan

1. Umur Ibu

Hasil penelitian menunjukan gambaran angka kejadian asfiksia

sedang berdasarkkan umuribu yang terbanyak adalah ibu dengan kategori

usia resiko rendah yaitu 18 orang (52,94%).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa

kehamilan pada usia remaja lebih tinggi penyulitnya disebabkan belum

matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat mempengaruhi

kesehtan ibu dan janin. Wanita diatas 35 tahun 2 kali lebih rawan

dibandingkan pada wanita berusia 20 tahun untuk menderita tekanan darah

tinggi dan resiko terhadap bayi yang lahit kemungkinan menjadi berat badan

lahir rendah yang sangat rentan terhadap asfiksis pada bayi baru lahir.

Kehamilan pada usia yang terlalu muda dan tua termasuk dalam kriteria

kehamilan resiko tinggi dimana keduanya berperan meningkatkan

morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun janin. (Rukiyah, 2020).

Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian Rahma dan Armah

(2013) yang menunjukkan kelahiran bayi asfiksia juga banyak terjadi pada

ibu dengan kategori usia resiko rendah, dimana kesenjangan ini

viii
ix

kemungkinan terjadi karena factor resiko asfiksia yang lain seperti

persalinan lama dan jenis persalinan.

2. Umur kehamilan

Tabel di atas menujukan bahwa gambaran angka kejadian asfiksia

sedang, berdasarkan umur kehamilan yang terbanyak adalah aterm dengan

jumlah 21 bayi (61,76%).

Kelahiran cukup bulan adalah kelahiran hidup atau kelahiran yang

terjadi antara 37-42 minggu usia kehamilan dihitung dari hari pertama haid

yang terakhir, Persalinan yang terjadi dibawah umur kehamilan 37 minggu

dengan berat janinlahir antara 500-2500 gram. Resiko melahirkan preterm

adalah tingginya angka kemaltian, disamping itu dapat terjadi pertumbduhan

mental dan fisik yang kurang menguntungkan, makin berat badan lahir,

semakintinggi kejadian mordibitas dan mortalitas. Bayi premature sering

mengalami gangguan perjlnafasan, perkembangan paru-paru yang belum

sempurna dan otot-ototk pernafasan yang masih lemah juga tulang iga

mkudah melengkung (Manuaba, 2010)

Menurut penelitian Nika 2010 di RSUD Cibitung Bekasi data

terbanyak pada umur kehamilan aterm yaitu sebanyak 17 (51,3%) dari 32

orang ibu bersalin dengan bayi asfiksia

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nika

di RSUD Cibitung Bekasi tahun 2010, dimana data terbanyak pada umur

kehamilan aterm sebanyak 48 orang (49%) dengan kejadian asfiksia.

ix
x

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rahma AS (2013)

yang menunjukan kelahiran bayi asfiksia juga banyak terjadi pada ibu

dengan umur kehamilan aterm, sehingga dapat dikatakan usia kehamilan

preterm dan posterm memiliki hubungan yang tidak bermakna secara

statistik, risiko tersebut tidak ada hubungan yang signifikan antara usia

kehamilan dengan kejadian asfiksia untuk meningkatkan risiko kejadian

asfiksia..

3. Berat Badan Bayi

Tabel di atas menujukan bahwa distribusi gambaran angka

kejadian asfiksia sedang, berdasarkan berat badan bayi yang terbanyak

adalah berat badan normal dengan jumlah 22 bayi (64,70%).

Berat badan lahir merupakan salah satu indikator kesehatan bayi

baru lahir. Bayi berat lahir rendah dan bayi berat lahir lebih dimasukan

dalam kelompok resiko tinggi, karena menujukan angka kematian yang

lebih tinggi dari pada berat bayi lahir cukup. Bayi berat lahir rendah dan

bayi berat lahir lebih merupakan masalah penting dalam pengelolaannya

karena mempunyai kecenderungan kearah peningkatan terjadinya infeksi,

asfiksia, ikterus dan hipoklikemi.(Manuaba 2007)

Hasil penilitian ini sejalan dengan penelitian Fajarwati (2015) yang

menunjukan bahwa dari 334 bayi terdapat 74 bayi dengan berat badan

lahir tidak beresiko mengalami asfiksia, di bandingkan bayi dengan berat

lahir beresiko hanya 14 bayi yang mengalami asfiksia. Sehingga dapat

dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara berat badan

x
xi

lahir dengan kejadian asfiksia. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena

berat badan lahir bukanlah satu-satunya faktor resiko yang mempengaruhi

kejadian asfiksia, karena kejadian asfiksia merupakan proses multifaktorial

sehingga sangat jarang asfiksia terjadi akibat salah satu faktor saja.

4. Jenis persalinan

Tabel di atas menujukan bahwa gambaran angka kejadian asfiksia

sedang berdasarkkan jenis persalinan yang terbanyak adalah jenis

persalinan SC dengan jumlah 12 bayi (35,29%).

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syaiful &

Khudzaifah (2016), yang menunjukan asfiksia dengan persalinan sectio

Caesarea lebih tinggi sehingga dinyatakan memiliki pengaruh terhadap

asfiksia.

Penyebab terjadinya asfiksia karena adanya persalinan dengan

tindakan, dimana digunakan alat dan adanya penggunaan obat bius dalam

operasi. Salah satu faktor penyabab terjadinya asfiksia adalah perdarahan

intracranial yang menyebabka terganggunya proses sirkulasi oksigen ke

otak (Prawirohardjo, 2009)

Berdasarkan teori Straight (2014) menyatakan bahwa pada kelahiran

pervaginam terjadi tekanan yang agak besar seiring dengan ditimbulkan

oleh kompresi dada dan diperkirakan bahwa cairan paru-paru yang

didorong setara dengan seperempat kapasitas residual fungsional. Jadi bayi

yang lahir dengan sectio caesarea mengandung cairan lebih banyak dan

udara lebih sedikit didalam parunya selama 6 jam pertama setelah lahir.

xi
xii

Kompresi toraks yang menyertai kelahiran per vaginam dan ekspansi yang

mengikuti kelahiran, mungkin merupakan suatu faktor penyokong pada

inisiasi respirasi. Hal inilah yang menyebabkan bayi yang lahir dengan

persalinan SC rentan mengalami asfiksia.

xii
xiii

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagi berikut :

1. Gambaran angka kejadian asfiksia di RSUD Poso terbanyak adalah

asfiksia sedang yaitu 27 bayi (79,4%),

2. Gambaran angka kejadian Asfiksia sedang berdasarkan umur ibu yang

terbanyak adalah ibu dengan kelompok usia resiko rendah yaitu 18 orang

(52,94%).

3. Gambaran angka kejadian Asfiksia sedang, berdasarkan umur kehamilan

yang terbanyak adalah aterm dengan jumlah 21 bayi (61,76%).

4. Gambaran angka kejadian Asfiksia sedang, berdasarkan berat badan bayi

yang terbanyak adalah berat badan normal dengan jumlah 22 bayi

(64,70%).

5. Gambaran angka kejadian asfiksia sedang, berdasarkkan jenis persalinan

yang terbanyak adalah jenis persalinan SC dengan jumlah 12 bayi

(35,29%).

xiii
xiv

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Poso

Diharapkan kepada petugas kesehatan di Rumah Sakit Umum daerah Poso

dapat mempertahankan dan meningkatkan dalam pemberian asuhan

kebidanan khususnya kasus Asfiksia pada bayi baru lahir, bidan juga dapat

menilai dan mengetahui penyulit-penyulit yang dapat terjadi pada

kehamilan serta memberikan tindakan yang efektif dan efisien sehingga

resiko komplikasi dapat dicegah dan dikurangi.

2. Bagi institusi

Peneliti mengharapkan agar pihak pendidikan dapat melengkapi

dan memperbanyak referensi yang membahas tentang Asfiksia pada bayi

baru lahir demi kelancaran mahasiswa dalam menyelesaikan perkuliahan

serta penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

3. Bagi peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dengan

mengembangkan variabel-variabel yang lebih luas.

xiv

Anda mungkin juga menyukai