Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

OLEH

KELOMPOK 5

1. MARIA A. PUTRI LAMAN


2. PATRIS KAMEO
3. MARDILIUS WUNDA LERO
4. LAHENDRA ULY HIA
5. KORNELIUS ROHI
6. YUFRIT TANEBETH
7. DEAWATA SUKI
8. MELKIZEDEK TANONI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

KUPANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami sehingga dapat menyelesaikan makalah kami tentang
"Konsep Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan".

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh
sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil manfaatnya
sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Kupang, 17 Maret 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan dimana
orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan seefisien mungkin (Suarli dan Bahtiar, 2009). Manajemen keperawatan
adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara profesional (Nursalam, 2013).
Kepemimpinan merupakan kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk
bekerja sama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu tujuan umum. Gaya
kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan
organisasi dengan tujuan individu, untuk mencapai suatu tujuan (Suarli dan Bahtiar,2009).
Berdasarkan kekuasaan dan wewenang gaya kepemimpinan menurut Gillies (1996),
dibagi menjadi empat yaitu otoriter, demokratis, partisipasif, bebas tindak (Nursalam, 2013).
Yuniasih (2017) menjelaskan bahwa kesuksesan atau kegagalan sesuatu organisasi
ditentukan oleh banyak hal, salah satunya adalah kepemimpinan yang berjalan dalam
organisasi tersebut. Semakin efektif kepemimpinan yang dijalankan, maka motivasi pegawai
akan semakin tinggi. Pemimpin yang sukses adalah apabila pemimpin tersebut mampu
menjadi pencipta dan mendorong bagi pegawainya. Pemimpin tersebut memiliki kemampuan
untuk memberikan pengaruh bagi pegawainya untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan
yang diarahkan dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal tersebut juga didukung
pendapat almahmoud (2017), seorang pemimpin berada dalam posisi terbaik untuk
memfasilitasi perubahan karena diangap sebagai agen perubahan. Kepemimpinan di Rumah
Sakit khususnya ruangan rawat inap dipimpin oleh kepala ruangan. Kepala ruangan
merupakan pemimpin yang langsung membawahi perawat pelaksana dan pelaksanaan tugas
perawat ruang rawat inap merupakan suatu unsur proses dalam manajemen Rumah Sakit.
Kepala ruangan memiliki peranan penting sebagai seorang manajer sekaligus sebagai seorang
pemimpin.Kepala ruangan memiliki tanggung jawab dalam menggerakan perawat
pelaksana.Oleh karna itu, kepala ruangan juga memiliki tugas untuk melakukan evaluasi
terhadap kinerja perwat (Putra, 2014).
Dalam melaksanakan tugasnya setiap kepala ruangan memiliki gaya kepemimpinan
berbeda-beda. Hal ini karena mereka menyesuaikan kondisi lingkungan dan bawahanya.
Apabila gaya kepemimpinan yang diterapkan kurang sesuai dengan kondisi yang ada
diruangan dikhawatirkan dalam melaksanakan tindakan keperawatan oleh perawat kurang
maksimal. Wulangan (2013) menjelaskan bahwa semakin sesuai gaya kepemimpinan kepala
ruang rawat, karena mereka menginginkan pemimpin yang menghormati martabat, otonomi
dan harga diri.
Kuncoro (2014), menegaskan bahwa seseorang pemimpin harus mampu mempergunakan
kewenangannya dalam merubah sikap dan perilaku karyawan supaya mau bekerja dengan
giat dan berkeinginan mencapai hasil yang optimal. Dengan cara membenahi gaya
kepemimpinan seseoang pemimpin itu sendiri, yang pada nantinya gaya kepemimpinan yang
diperlukan pemimpin tersebut dapat mempengaruhi pikiran, perasaan,sikap dan perilaku para
anggota organisasi/bawahan. Efek dari kepemimpinan kepala ruang yang baik akan
meningkatkan kepuasan kerja perawat, sehingga kalau kepemimpinan tersebut tidak baik
maka akan menurunkan tingkat kepuasan kerja perawat. Hal ini sesuai dengan teori
(Hasibuan, 2014), yang menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja salah satunya adalah sikap pemimpin dalam kepemimpinannya (Malayu.S.P.Hasibuan,
2014).
Kepuasan kerja perawat sangat di butuhkan bagi perawat agar meningkatkan pelayanan
kesehatan. kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau positif, yang
dihasilkan penilaian pekerjaan dari seseorang atau pengalaman kerja (Persefonietal, 2010).
Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya
(Hasibuan, 2007). Jadi perawat yang emosi positif dalam suatu pekerjaan menjadi lebih baik.
Perawat yang tidak puas dalam berkerja memiliki perasaan negatif menimbulkan banyak
permasalahan di rumah sakit. Banyak para ahli menjelaskan tentang teori kepuasan kerja.
Teori Keseimbangan (Equity Theory) adalah bahwa dalam organisasi harus ada
keseimbangan (Mangkunegara, 2000). Teori perbedaan (Discrepancy Theory) menjelaskan
bahwa kepuasan kerja perawat bergantung pada perbedaan antara apa yang didapat dan apa
yang diharapkan oleh perawat (Porter, 1961 dalam Yuli, 2005). Jadi demikian teori kepuasan
kerja perawat adalah dalam organisasi perawat harus ada keseimbangan dan bergantung pada
perbedaan antara apa yang didapat oleh perawat. Oleh karena itu perawat harus bekerja
sesuai dengan teori tersebut.
Pada bulan Maret 2007 telah dilakukan penelitian pada 1.783 perawat di Amerika Serikat
dan Kanada yang rata-rata adalah perawat yang sudah bekerja di rumah sakit selama lebih
dari 15 tahun hasilnya menyatakan bahwa 23% cukup tidak puas, dan 9% sangat tidak puas.
Aspek kepemimpinan perawat menempati ketidakpuasan yang paling besar yaitu 57%
perawat tidak puas dengan gaya kepemimpinan yang ada (Sean P. Clarke, 2007).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep tentang Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa/I mampu mengetahui tentang :
-Teori Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
-Konsep Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
-Prinsip Dasar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
-Fungsi, Peran, dan Tanggungjawab Manajer Keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Kepemimpinan


1. Pengertian
Kepemimpinan adalah proses menghargai orang lain untuk memahami dan
menyepakati tentang apa yang perlu untuk dilakukan dan bagaimana hal tersebut
dapat dilaksanakan secara efektif, dan proses memfasilitasi usaha individu atau
kelompok (kolektif) untuk memenuhi tujuan-tujuan utama. Menurut Arwani (2006),
kepemimpinan adalah suatu seni dan proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan
orang lain agar mereka memiliki motivasi untuk mencapai tujuan dalam situasi
tertentu.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
orang lain dalam menentukan tujuan organisasi. Motivasi perilaku pengikut untuk
mamcapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dilakukan oleh
seseorang yang memiliki kemampuan untuk memahami perilaku orang lain tanpa
menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya
sebgaai sosok yang layak memimpin mereka.
B. Teori Kepemimpinan Dalam Keperawatan
Teori kepemimpinan berusaha untuk mengidentifikasi karakteristik unik, baik fisik,
mental maupun keperibadian yang berkaitan dengan keberhasilan kepemimpinan. Teori
ini menekankan pada cirri khas pribadi dari para pemimpin. Teori-teori dalam
keperawatan, antara lain :
1. Teori Bakat (Trait Theory)
Teori ini lahir pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang kemudian berkembang
dan menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya diciptakan yang kemudian
teori ini dikenal dengan “Great Man Theory”. Teori bakat menekankan bahwa setiap
orang adalah pemimpin (pemimpin dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan
mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik daripada orang lain
(Marquis dan Huston, 2010). Pemimpin dilahirkan dengan membawa sifat
kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi. Analisis teori tentang kepemimpinan
dimulai dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Jadi teori ini menyatakan
bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung pada karakter pemimpinnya.
2. Teori Perilaku
Teori ini menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang
manajer menjalankan fungsinya.
Menurut Vestal (1994), teori ini dinamakan sebagai gaya kepemimpinan seorang
manajer dalam suatu organisasi. Konsepnya berahli dari siapa yang memiliki
pemimpin ke bagaimana perilaku seorang untuk memimpin secara efektif.
Menurut Gillies (1970), gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan
perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya
pengalaman dan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan. Secara ilmiah,
perilaku seorang pemimpin menurut teori ini memiliki kecendrungan kearah dua hal
yaitu: pertama, disebut konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
mengambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Kedua, disebut struktur inisiasi
yaitu kecendruangan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan.
3. Teori Kontigensi dan Situasional
Teori ini menekankan bahwa manajer yang efektif adalah manajer yang menjelaskan
tugasnya dan mengkombinasi antara faktor bawaan, perilaku , dan situasi. Hal ini
berari bahwa tidak ada suatu sistem manajemen yang optimum, sistem tergantung
pada tempat perubahan lingkungannya. Sistem ini disebut sistem organic (sebagai
lawan sistem mekanistik), pada sistem ini mempunyai beberapa ciri, antara lain
substansinya adalah manusia bukan tugas, kurang menekankan hirarki, mengendalikan
diri sendiri, penyesuain bersama, struktur saling berhubungan, fleksibel dalam bentuk
kelompok, kebersamaan dalam nilai, kepercayaan dan norma.
4. Teori Behavioristik
Behavioristik merupakan salah aliran psikologi yang mengandung hanya individu
hanya dari sisi fenomena jasmania dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata
lain behavioristik tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu belajar. Pendekatan ini menekan bahwa manajemen yang efektif
bila ada pemahaman tentang pekerja lebih beroroentasi pada manusia sebagai pelaku.
5. Teori Humanistic
Teori ini menekankan pada prinsip kemanusiaan. Teori ini biasanya dicirikan dengan
adanya suasana saling menghargai dan adanya kebebasan. Teori ini secara umum
berpendapat secara alamiah menusia merupakan “motivated organism”. Organisasi
memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi kepemimpinan adalah
memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk merealisasikan potensi
motivasinya didalam memenuhi kebutuhan dan pada waktu yang sama sejalan dengan
arah tujuan kelompok (Blanchard & Zigarmi, 2001).
6. Teori Kontemporer (Kepemimpinan dan Manajemen)
Teori ini menekankan pada empat komponen penting dalam suatu pengelolaan yaitu
manajer pemimpin, staf dan atasan, pekerjaan, dan lingkungan. Dia menekankan
dalam melaksanakan suatu manajemen seorang pemimpi harus mengintegrasikan
keempat unsure tersebut untuk mencapai tujuan organisasi. Teori ini perlu perlu
didukung oleh teori motivasi, interaksi dan teori transformasi.
7. Teori Motivasi
Teori ini dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu:
a. Maslow (hirarki kebutuhan) yaitu fisiologi (gaji pokok), aman (perencanaan yang
regular), kasih saying (kerja sama secara tim), harga diri (pencapaian posisi),
aktualisasi (tantangan dalam bekerja).
b. Clayton Aldefer (teori ERG) yaitu existence (fisiologi), relatedness (kasih sayang),
growth (harga diri dan aktualisasi).
c. Frederich Herzberg (teori dua faktor) yaitu motivators (kepuasan kerja), hygiene
(lingkuangan yang kondusif).
d. Mc Clelleand (teori belajar) yaitu affiliation (bersahabat), power (memerintah
orang lain), achievement (suka tantangan, kompetisi dan menyelesaikan masalah
secara detail).
8. Teori Z
Teori ini merupakan pengambaran teori Y dari Mc Gregor, komponen teori Z meliputi
pengambilan keputusan dan kesepakatan, menempatkan pegawai sesuai keahliannya,
menekankan pada keamanan pekerjaan, promosi yang lambat dan pendekatan yang
holistik terhadap staf. Teori ini lebih menekankan pada staf dibandingkan dengan
kualitas produktif.
9. Teori Interaktif
Teori ini berasumsi bahwa manusia memiliki karakteristik yang sangat kompleks,
mereka mempunyai motivasi yang bervariasi dalam melakukan suatu pekerjaan,
motivasi seseorang tidak tetap tetapi berkembang sesuai perubahan waktu, tujuan bisa
berbeda pada situasi yang berbeda pula, penampilan seseorang dan prodoktivitas
dipengaruhi oleh tugas yang harus diselesaikan kemampuan seseorang, pengalaman,
dan motivasi, tidak ada strategi yang paling efektif bagi pemimpin dalam setiap
situasi.
C. Prinsip Kepemimpinan dalam Pelayanan Keperawatan
Prinsip dipandang sebagai paradigm yang terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan
motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun
dirinya atau organisasi. Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari
suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber
utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan empat dimensi seperti;
keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan.
Karakteristik seorang pemimpin yang efektif didasarkan kepada prinsip-prinsip
sebagai berikut: seorang yang belajar seumur hidup, berorientasi pada pelayanan,
membawa energi yang positif, percaya pada orang lain. Keseimbangan dalam kehidupan,
melihat kehidupan sebagai tantangan sinergi, latihan mengembangkan diri terdiri dari
beberapa komponen yang berhubungan dengan pemahaman materi, memperluas materi
melalui belajar dan pengalaman, mengajar materi orang lain, mengaplikasikan prinsip-
prinsip, memonitoring hasil, merefleksikan kepada hasil, menambah pegetahuan baru
yang diperlukan materi, pemahaman baru dan kembali menjadi diri sendiri lagi.
Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena akan ada banyak
tantangan dan kendala. Oleh sebab itu, manajer dan administrator harusnya bekerja sama
dalam perencanaan dan perorganisasian serta fungsi manajemen lainnya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
D. Fungsi Manajemen Keperawatan
1. Perencanaan keperawatan, yakni proses penyusunan program dan kegiatan pelayanan
keperawatan baik dalam rencana strategik maupun rencana operasional atau rencana
aksi. Perencanaan ini disusun berdasarkan hasil pengumpulan dan analisa data, hasil
kegiatan keperawatan dan sumber daya (manusia, fasilitas, peralatan, standar
prosedur operasional atau SOP, norma etik profesi, dan dana) yang tepat dan
memadai untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.
2. Pengorganisasian pelayanan keperawatan, yakni proses pembentukan organisasi
formal maupun non formal yang tepat disesuaikan dengan kebutuhan dalam
pelaksanaan berbagai kegiatan pengaturan sumber daya melalui integrasi dan
koordinasi untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan yang diinginkan.
3. Pengaturan ketenagaan pelayanan keperawatan, yakni proses penempatan orang-
orang yang tepat, yakni pendayagunaan tenaga keperawatan sesuai kompetensi dan
potensi pengembangan untuk terlaksananya pelayanan keperawatan yang bermutu
tinggi.
4. Pengaruh pelayanan keperawatan, yakni proses pemberian petunjuk secara struktur
kepada staf yang dipimpinnya untuk melaksanakan tugas sesuai standar prosedur
operasional pelayanan keperawatan yang bermutu tinggi guna mendukung tujuan
organisasi sarana kesehatan.
5. Evaluasi pelayanan keperawatan, yakni proses penilain pemimpin keperawatan
terhadap program dan kegiatan yang telah dilaksanakan secara teratur dan terus-
menerus dibagian yang menjadi tanggungjawabnya. Penilain dilakaukan secara
objektif dan transparan sebagai upaya untuk menentukan dan melakukan perbaikan
terhadap kendala yang dihadapi guna menjamin tercapainya tujuan pelayanan
keperawatan secara efektif dan efisian secara bermutu tinggi.
6. Pengendalian mutu pelayanan keperawatan, yakni suatu upaya pemantauan yang
dilakukan oleh pimpinan pelayanan keperawatan secara berkesinambungan untuk
menjamin terlaksanakan program da kegiatan pelayanan keperawatan sebagaimana
yang telah ditetapkan agar pelayanan keperawatan dapat dicapai secara efektif dan
efisien serta bermutu tinggi.
E. Peran dan Tanggung Jawab Manajer Kepewaratan
1. Peran Manajer Keperawatan
Pelayanan keperawatan professional merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosio-spiritual dan cultural yang komperensif ditujukan kepeda individu,
keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusi, mulai terjadinya konsepsi hingga menjelang ajalnya.
Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau
transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan melalui pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengaturan
ketenagaan, pengarahan, evalusi dan pengendalan mutu keperawatan (Dep.Kes.RI.,
2001).
Maka peran manajer keperawatan adalah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
keparawatan secara efektif dan efesien, yakni:
a. Menyusun perencanaan baik secara strategi maupun rencana operasional atau
plan of action untuk menjamin ketersediaan sumber daya keperawatan yang
dibutuhkan dalam pelayanan keperawatan.
b. Menyusun organisasi dan tata kerja pelayanan keperawatan agar seluruh staf
memahami kedudukan, tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
c. Mengatur ketenagaan sesuai dengan kompetensi dan spesialisasi yang dimiliki
agar pelaksanaan asuhan keperawatan tercapai secara efektif dan efisien sesuai
dengan kebutuhan dan harapan pasian.
d. Memberikan arahan kepada seluruh staf dibawahnya agar melaksanakan tugas
pokok ddan fungsi dengan sebaik-baiknya sesuai standar prosedur operasional
yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan terhindar dari dugaan
adanya kelalaian (malpraktik).
e. Melakukan evaluasi program dan kegiatan yang telah dilaksanakan untuk menilai
kemampuan program dan kegiatan atau kelemahannya dengan membandingkan
antara hasil yang dicapai dengan target yang ditetapkan dalam rencana
sebelummnya.
f. Melakukan pengendalian atas ketimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan
program dan kegiatan untuk menjamin peningkatan mutu keperawatan yang
berkesinambungan.
2. Tanggung Jawab Manajer Keperawatan
Tujuan sarana pelayanan kesehatan adalah memberikan asuhan yang penuh empati
kepada klien tanpa diskriminasi, memperlakukan klien berdasarkan nilai
kemanusiaan, memampukan klien memenuhi kebutuhan dasarnya dan memberikan
informasi tentang kondisi kesehatannya serta berperan dalam pengambilan keputusan
terkait dengan diri klien.
Dalam memberikan pelayanan professional, manajer keperawatan dituntut untuk
akuntabel terhadap pengelolaan pelayanan keperawatan yang menjadi tanggung
jawab serta kewenangannya. Untuk mencapai pelayanan keperawatan yag bermutu
diperlukan upaya penilaian secara kesinambunagan dan konsisten terhadap
pelaksanaan seluruh fungsi manajemen.
Dengan demikian, maka tanggung jawab manajer keperawatan, yakni:
a. Pengelola secara optimal pelayanan atau asuhan klien dan menghasilkan
peniningkatan kesehatan klien dengan menggunakan biaya seektif mungkin dalam
memanfaatkan sumber daya yang diperlukan.
b. Memberikan pengalaman belajar yang tepat dan lingkungan belajar yang kondusif
serta menjadi contoh peran bagi semua perawat pada sarana kesehatan, termasuk
tanggung jawab dalam penelitian keparawatan dengan memprakasai penelitian,
memantau proses penelitian dan mengimplementasikan mutu asuhan
keperawatan, pengelolaan ruang rawat dan pemngembangan starf.
Untuk mendukung pelaksanaan tanggung jawab tersebut diatas, manajer keperawatan
harus mengacu pada visi misi organisasi/sarana kesehatan dan falsafah pelayanan
keperawatan. Untuk ini diperlukan suatu ukuran yang dapat digunakan sebagai acuan
untuk mengukur mutu manajemen keperawatan di sarana kesehatan yang disebut
sebagai “standar manajemen pelayanan keperawatan”.
F. Syarat-syarat Pemimpin
Stoq Dill menyatakan bahwa pemimpin itu harus memiliki beberapa kelebihan yaitu:
prestasi, tanggungjawab, partisipasi, status kapasitas. Menurut Earl Nightingale dan
Whitf Schult mengemukakan bahwa seseorang pemimpin harus memiliki kemampuan
dan syarat yaitu: kemandirian, besar rasa ingin tahu, multi terampil atau memiliki
kepandaian beranekaragam, memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan,
selalu ingin mendapatkan yang sempurna, mudah menyelesaikan diri (beradaptasi), sabar
dan ulet, komunikatif serta pandai berbicara, berjiwa wiraswasta, sehat dan jasmaninya,
dinamis, sanggup dan berani mengambil resiko, tajam firasatnya dan adil
pertimbangannya, berpengetahuan luas dan haus akan ilmu pengetahuan, memiliki
motivasi tinggi, punya imajinasi tinggi.

G. Pendekatan Kepemimpinan
Menurut Suarli (2002), ada 3 pendekatan kepemimpina nuntuk memimpin suatu
organisasi, diantaranya berdasarkan:
a. Sifat
Pendekatan kepemimpinan berdasarkan sifat seseorang dilakukan dengan cara
membandingkan sifat dari mereka yang menjadi pemimpin dengan mereka yang
bukan pemimpin, membandingkan sifat dari pemimpin yang efektif dan pemimpin
tidak efektif.
b. Perilaku
Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang menjadi
pemimpin yang efektif.
c. Situasi
Pendekatan ini membahas hubungan antara pemimpin dan situasi, diantaranya
hubungan atasan dengan bawahan, stuktur tugas yang harus dikerjakan, dan posisi
kewenangan seseorang.
H. Tipe Kepemimpinan
1. Kepemimpinan Karismatik
Para pemimpin yang memiliki keprinadian karismatik adalah sosok yang memiliki
kepribadian yang kuat, menghargai nilai-nilai positif, dan mampu mengubah arah
pandang karyawannya untuk menjadi lebih baik lagi.
2. Kepemimpinan Otoriter
Saat terciptanya kepemimpinan otoriter, bos sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
akan membuat keputusan, peraturan, dan prosedur berdasarkan pemikirannya.
Lingkungan kerja dengan kepemimpinan otoriter sangat bisa diandalkan saat
mengambil keputusan namun tidak memberikan keleluasaan kepada para
karyawannya.
3. Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis akan melibatkan banyak kontribusi karyawan dalam
mengambil keputusan. Tipe kepemimpinan ini akan menawarkan komunikasi aktif
dua arah antara pemimpin dan karayawannya. Untuk menciptakan kepemimpinan
yang demokratis, dibutuhkan keberanian, kejujuran kreafitas, dan keadilan bagi
seluruh aspek yang ada diperusahaan.
4. Kepemimpinan Delegatif
Dengan kepemimpinan delegatif, para pemimpin memberikan wewenang bagi
anggotanya dalam mengambil keputusan. Namun, tipe kepemimpinan ini memiliki
kelemahan, yaitu kecenderung antar anggota untuk saling menyalahkan keputusan
yang telah dibuat.
5. Kepemimpinan Transformasional
Tipe kepemimpinan transformasional berkaitan erat dengan perubahan dalam diri
pemimpin maupun para anggotanya. Kepemimpinan ini mampu memotivasi
anggotanya untuk mengerjakan sesuatu melebihi apa yang ditargetkan.
Kepemimpinan transformasional ini biasanya memiliki anggota yang berkomitmen
dengan pimpinan yang memberdayakan para karyawannya dengan baik melalui visi
misi yang serupa.
6. Kepemimpinan Visioner
Visioner memiliki arti orang yang memiliki pandangan atau wawasan kemasa depan.
Dengan kepemimpinan visioner, para pemimpin selalu berusaha mewujudkan visi
misi yang dibuat oleh perusahaan. Selain itu, pemimpin ini selalu berinovasi dalam
mencapai target yang telah ditentukan. Pemimpin visioner akan mendorong para
anggota untuk mencoba hal-hal baru dan terus berinovasi untuk perkembangan
perusahaan yang akan lebih baik lagi.
7. Kepemimpinan Liberal
Para pemimpin akan memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk
menyelesaikan semua tugasnya demi kenyamanan anggota. Hal ini dilakukan agar
segala tugas yang diberikan bisa cepat selesai. Seseorang pemimpin liberal tidak
akan menuntut banyak karyawannya mencapai tujuan perusahaan dengan kealihan
mereka.
8. Kepemimpinan Pembinaan
Pemimpin akan mengawasi dan mengajari para anggotanya dengan penuh dan
mengatur hasil yang akan dicapai perusahaan. Seseorang pemimpin yang membina
anggotanya juga akan memberikan motivasi untuk mendorong para karyawannya
mencapai tujuan perusahaan dengan kealihan mereka.
9. Kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasional adalah suatu kondisi ketika pemimpin bertindak
berdasarkan lingkungan dan situasi kerja. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh
seseorang pemimpin situasional, yaitu mengarahkan langsung, memberikan pelatihan
kepada karyawan, mendukung karyawan, dan melakukan delegasi.

I. Gaya Kepemimpinan
Berikut macam-macam gaya kepemimpinan yaitu:
a. Menuna Tannenbau dan Warrant H. Schmidt
Gaya kepemimpinan berfokus pada atasan dan berfokus pada bawahan.
b. Menurut Likert
1) Sistem otoriter-eksploitatif yaitu pemimpinini sangat otoriter mempunyai
kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya. Komunikasi yang dilakukan
bersifat satu arah kebawah.
2) Sistem benevolent-otoritatif yaitu pemimpin mempercayi bawahan sampai pada
tingkat tertentu.
3) Sistem konsultatif yaitu pemimpin mempunyai kepercayaan yang cukup besar
terhadap bawahan. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang
dibuat oleh bawahan.
4) Sistem partisipatif yaitu pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya
terhadap bawahan. Komunikasi duaa rah dan menjadikan bawahan sebagai
kelompok kerja.
c. Menurut Robert House
1) Direktif yaitu pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh
bawahannya.
2) Suportif yaitu pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan
bersikap ramah terhadap bawahan.
3) Partisipatif yaitu pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan
masukan dan saran dalam rangka pemgambilan sebuah keputusan.
4) Berorientasi tujuan yaitu pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan
mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut seoptimal
mungkin.
d. Menurut Hersey dan Blanchard: Instruksi, Konsultasi, Partisipasi Delegasi.
e. Menurut Lippits dan K. White: Otoriter, Demokratis, Liberal Gaya kepemimpinan
berdasarkan kekuasaan dan wewenang Otoriter, Demokratis, Partisipatif, Bebas
tindak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan dimana
orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan seefisien mungkin. Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja
melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional. seseorang pemimpin harus mampu mempergunakan kewenangannya dalam
merubah sikap dan perilaku karyawan supaya mau bekerja dengan giat dan berkeinginan
mencapai hasil yang optimal. Dengan cara membenahi gaya kepemimpinan seseoang
pemimpin itu sendiri, yang pada nantinya gaya kepemimpinan yang diperlukan pemimpin
tersebut dapat mempengaruhi pikiran, perasaan,sikap dan perilaku para anggota
organisasi/bawahan. Efek dari kepemimpinan kepala ruang yang baik akan meningkatkan
kepuasan kerja perawat, sehingga kalau kepemimpinan tersebut tidak baik maka akan
menurunkan tingkat kepuasan kerja perawat. Hal ini sesuai dengan teori, yang menjelaskan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja salah satunya adalah sikap
pemimpin dalam kepemimpinannya.

B. Saran
1. Seorang pemimpin hendaknya mampu membimbing, mengarahkan dan mengayomi
anggotanya tanpa membedakan antara anggota yang satu dengan anggota yang lain.
2. Dalam proses manajeman keperawatan seharusnya melibatkan seluruh personil bukan
hanya berpusat pada pemimpin atau manajer.
3. Segala keputusan yang dibuat harus dimusyawarahkan dan harus dapat diterima oleh
semua pihak dalam manajemen keperawatan.
Dengan model kepemimpin yang efektif ini, diharapkan dimasa yang akan datang
profesi keperawatan bisa diterima dengan citra yang baik di masyarakat luas sebagai
suatu profesi yang dikembangkan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sedang berkembang.
DAFTAR PUSTAKA

Ariga, R. A. 2020. Buku Ajar Implementasi Manajeman Pelayanan Kesehatan Dalam


Keperawatan: Deepublish
Dewi, A., Hariyati, R. T. S., & Dewi, L. 2021. Pengembangan Paduan Peran dan Fungsi Top
Manajer Keperawatan di Rumah Sakit. Journal of Telenursing (JOTING), 3(1), 8-19.
Dedi, Dwiantoro. 2020. Kepemimpinan & Manajemen Pelayanan Keperawatan. Teori, Konsep
dan Implementasi. Jakarta
Kanang, S. W. Y., Syahrul, S., & Majid, A. 2020. Penerapan Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP). Media Karya Kesehatan, 3(1).
Riyani, S. U., & Rizal, A. A. F. 2020. Hubungan Fungsi Perorganisasian Kepala Ruangan
dengan Kinerja Perawat dalam Memberikan Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap
RSUD Samarinda. Borneo Student Research (BSR), 1(3), 1878-1882.
CullumN. Users' guides to the nursing literature: an introduction. Evid Based Nurs 2000 3:ll-72.
DiCenso A, Cullum N, Ciliska D. Implementing evidence-based nursing: sorne misconceptions.
Evid Based Nurse 1998.
Holleman G, Eliens A, van Vliet M, Achterberg T. Promotion of evidence-based practice by
professional nursing association: literature review. Journal of Advance Nursing 53(6),702-
709.
Ingersoll G. Evidence-based nursing: what it is and isn't. Nurse Outlook 2000;48:l5l'2.
Lavin MA, Krieger MM, Meyer GA, et al. Development and evaluation of evidence-based
nursing (EBN) filters and related databases. J Med Libr Assoc 93(l) January 2005.
MacGuire JM. Putting nursing research findings into practice: research utilization as an aspect of
the management of change. Journal of Advanced Nursing 1990:15, 614- 620.
Simamora Manajemen Keperawatan Jakarta, EGC , 2014
Sitorus dkk ,Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat., Jakarta, Sagung Seto,2011

Anda mungkin juga menyukai