OLEH
KELOMPOK 5
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami sehingga dapat menyelesaikan makalah kami tentang
"Konsep Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan".
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh
sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil manfaatnya
sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan dimana
orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan seefisien mungkin (Suarli dan Bahtiar, 2009). Manajemen keperawatan
adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara profesional (Nursalam, 2013).
Kepemimpinan merupakan kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk
bekerja sama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu tujuan umum. Gaya
kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan
organisasi dengan tujuan individu, untuk mencapai suatu tujuan (Suarli dan Bahtiar,2009).
Berdasarkan kekuasaan dan wewenang gaya kepemimpinan menurut Gillies (1996),
dibagi menjadi empat yaitu otoriter, demokratis, partisipasif, bebas tindak (Nursalam, 2013).
Yuniasih (2017) menjelaskan bahwa kesuksesan atau kegagalan sesuatu organisasi
ditentukan oleh banyak hal, salah satunya adalah kepemimpinan yang berjalan dalam
organisasi tersebut. Semakin efektif kepemimpinan yang dijalankan, maka motivasi pegawai
akan semakin tinggi. Pemimpin yang sukses adalah apabila pemimpin tersebut mampu
menjadi pencipta dan mendorong bagi pegawainya. Pemimpin tersebut memiliki kemampuan
untuk memberikan pengaruh bagi pegawainya untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan
yang diarahkan dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal tersebut juga didukung
pendapat almahmoud (2017), seorang pemimpin berada dalam posisi terbaik untuk
memfasilitasi perubahan karena diangap sebagai agen perubahan. Kepemimpinan di Rumah
Sakit khususnya ruangan rawat inap dipimpin oleh kepala ruangan. Kepala ruangan
merupakan pemimpin yang langsung membawahi perawat pelaksana dan pelaksanaan tugas
perawat ruang rawat inap merupakan suatu unsur proses dalam manajemen Rumah Sakit.
Kepala ruangan memiliki peranan penting sebagai seorang manajer sekaligus sebagai seorang
pemimpin.Kepala ruangan memiliki tanggung jawab dalam menggerakan perawat
pelaksana.Oleh karna itu, kepala ruangan juga memiliki tugas untuk melakukan evaluasi
terhadap kinerja perwat (Putra, 2014).
Dalam melaksanakan tugasnya setiap kepala ruangan memiliki gaya kepemimpinan
berbeda-beda. Hal ini karena mereka menyesuaikan kondisi lingkungan dan bawahanya.
Apabila gaya kepemimpinan yang diterapkan kurang sesuai dengan kondisi yang ada
diruangan dikhawatirkan dalam melaksanakan tindakan keperawatan oleh perawat kurang
maksimal. Wulangan (2013) menjelaskan bahwa semakin sesuai gaya kepemimpinan kepala
ruang rawat, karena mereka menginginkan pemimpin yang menghormati martabat, otonomi
dan harga diri.
Kuncoro (2014), menegaskan bahwa seseorang pemimpin harus mampu mempergunakan
kewenangannya dalam merubah sikap dan perilaku karyawan supaya mau bekerja dengan
giat dan berkeinginan mencapai hasil yang optimal. Dengan cara membenahi gaya
kepemimpinan seseoang pemimpin itu sendiri, yang pada nantinya gaya kepemimpinan yang
diperlukan pemimpin tersebut dapat mempengaruhi pikiran, perasaan,sikap dan perilaku para
anggota organisasi/bawahan. Efek dari kepemimpinan kepala ruang yang baik akan
meningkatkan kepuasan kerja perawat, sehingga kalau kepemimpinan tersebut tidak baik
maka akan menurunkan tingkat kepuasan kerja perawat. Hal ini sesuai dengan teori
(Hasibuan, 2014), yang menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja salah satunya adalah sikap pemimpin dalam kepemimpinannya (Malayu.S.P.Hasibuan,
2014).
Kepuasan kerja perawat sangat di butuhkan bagi perawat agar meningkatkan pelayanan
kesehatan. kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau positif, yang
dihasilkan penilaian pekerjaan dari seseorang atau pengalaman kerja (Persefonietal, 2010).
Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya
(Hasibuan, 2007). Jadi perawat yang emosi positif dalam suatu pekerjaan menjadi lebih baik.
Perawat yang tidak puas dalam berkerja memiliki perasaan negatif menimbulkan banyak
permasalahan di rumah sakit. Banyak para ahli menjelaskan tentang teori kepuasan kerja.
Teori Keseimbangan (Equity Theory) adalah bahwa dalam organisasi harus ada
keseimbangan (Mangkunegara, 2000). Teori perbedaan (Discrepancy Theory) menjelaskan
bahwa kepuasan kerja perawat bergantung pada perbedaan antara apa yang didapat dan apa
yang diharapkan oleh perawat (Porter, 1961 dalam Yuli, 2005). Jadi demikian teori kepuasan
kerja perawat adalah dalam organisasi perawat harus ada keseimbangan dan bergantung pada
perbedaan antara apa yang didapat oleh perawat. Oleh karena itu perawat harus bekerja
sesuai dengan teori tersebut.
Pada bulan Maret 2007 telah dilakukan penelitian pada 1.783 perawat di Amerika Serikat
dan Kanada yang rata-rata adalah perawat yang sudah bekerja di rumah sakit selama lebih
dari 15 tahun hasilnya menyatakan bahwa 23% cukup tidak puas, dan 9% sangat tidak puas.
Aspek kepemimpinan perawat menempati ketidakpuasan yang paling besar yaitu 57%
perawat tidak puas dengan gaya kepemimpinan yang ada (Sean P. Clarke, 2007).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep tentang Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa/I mampu mengetahui tentang :
-Teori Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
-Konsep Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
-Prinsip Dasar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
-Fungsi, Peran, dan Tanggungjawab Manajer Keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
G. Pendekatan Kepemimpinan
Menurut Suarli (2002), ada 3 pendekatan kepemimpina nuntuk memimpin suatu
organisasi, diantaranya berdasarkan:
a. Sifat
Pendekatan kepemimpinan berdasarkan sifat seseorang dilakukan dengan cara
membandingkan sifat dari mereka yang menjadi pemimpin dengan mereka yang
bukan pemimpin, membandingkan sifat dari pemimpin yang efektif dan pemimpin
tidak efektif.
b. Perilaku
Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang menjadi
pemimpin yang efektif.
c. Situasi
Pendekatan ini membahas hubungan antara pemimpin dan situasi, diantaranya
hubungan atasan dengan bawahan, stuktur tugas yang harus dikerjakan, dan posisi
kewenangan seseorang.
H. Tipe Kepemimpinan
1. Kepemimpinan Karismatik
Para pemimpin yang memiliki keprinadian karismatik adalah sosok yang memiliki
kepribadian yang kuat, menghargai nilai-nilai positif, dan mampu mengubah arah
pandang karyawannya untuk menjadi lebih baik lagi.
2. Kepemimpinan Otoriter
Saat terciptanya kepemimpinan otoriter, bos sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
akan membuat keputusan, peraturan, dan prosedur berdasarkan pemikirannya.
Lingkungan kerja dengan kepemimpinan otoriter sangat bisa diandalkan saat
mengambil keputusan namun tidak memberikan keleluasaan kepada para
karyawannya.
3. Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis akan melibatkan banyak kontribusi karyawan dalam
mengambil keputusan. Tipe kepemimpinan ini akan menawarkan komunikasi aktif
dua arah antara pemimpin dan karayawannya. Untuk menciptakan kepemimpinan
yang demokratis, dibutuhkan keberanian, kejujuran kreafitas, dan keadilan bagi
seluruh aspek yang ada diperusahaan.
4. Kepemimpinan Delegatif
Dengan kepemimpinan delegatif, para pemimpin memberikan wewenang bagi
anggotanya dalam mengambil keputusan. Namun, tipe kepemimpinan ini memiliki
kelemahan, yaitu kecenderung antar anggota untuk saling menyalahkan keputusan
yang telah dibuat.
5. Kepemimpinan Transformasional
Tipe kepemimpinan transformasional berkaitan erat dengan perubahan dalam diri
pemimpin maupun para anggotanya. Kepemimpinan ini mampu memotivasi
anggotanya untuk mengerjakan sesuatu melebihi apa yang ditargetkan.
Kepemimpinan transformasional ini biasanya memiliki anggota yang berkomitmen
dengan pimpinan yang memberdayakan para karyawannya dengan baik melalui visi
misi yang serupa.
6. Kepemimpinan Visioner
Visioner memiliki arti orang yang memiliki pandangan atau wawasan kemasa depan.
Dengan kepemimpinan visioner, para pemimpin selalu berusaha mewujudkan visi
misi yang dibuat oleh perusahaan. Selain itu, pemimpin ini selalu berinovasi dalam
mencapai target yang telah ditentukan. Pemimpin visioner akan mendorong para
anggota untuk mencoba hal-hal baru dan terus berinovasi untuk perkembangan
perusahaan yang akan lebih baik lagi.
7. Kepemimpinan Liberal
Para pemimpin akan memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk
menyelesaikan semua tugasnya demi kenyamanan anggota. Hal ini dilakukan agar
segala tugas yang diberikan bisa cepat selesai. Seseorang pemimpin liberal tidak
akan menuntut banyak karyawannya mencapai tujuan perusahaan dengan kealihan
mereka.
8. Kepemimpinan Pembinaan
Pemimpin akan mengawasi dan mengajari para anggotanya dengan penuh dan
mengatur hasil yang akan dicapai perusahaan. Seseorang pemimpin yang membina
anggotanya juga akan memberikan motivasi untuk mendorong para karyawannya
mencapai tujuan perusahaan dengan kealihan mereka.
9. Kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasional adalah suatu kondisi ketika pemimpin bertindak
berdasarkan lingkungan dan situasi kerja. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh
seseorang pemimpin situasional, yaitu mengarahkan langsung, memberikan pelatihan
kepada karyawan, mendukung karyawan, dan melakukan delegasi.
I. Gaya Kepemimpinan
Berikut macam-macam gaya kepemimpinan yaitu:
a. Menuna Tannenbau dan Warrant H. Schmidt
Gaya kepemimpinan berfokus pada atasan dan berfokus pada bawahan.
b. Menurut Likert
1) Sistem otoriter-eksploitatif yaitu pemimpinini sangat otoriter mempunyai
kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya. Komunikasi yang dilakukan
bersifat satu arah kebawah.
2) Sistem benevolent-otoritatif yaitu pemimpin mempercayi bawahan sampai pada
tingkat tertentu.
3) Sistem konsultatif yaitu pemimpin mempunyai kepercayaan yang cukup besar
terhadap bawahan. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang
dibuat oleh bawahan.
4) Sistem partisipatif yaitu pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya
terhadap bawahan. Komunikasi duaa rah dan menjadikan bawahan sebagai
kelompok kerja.
c. Menurut Robert House
1) Direktif yaitu pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh
bawahannya.
2) Suportif yaitu pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan
bersikap ramah terhadap bawahan.
3) Partisipatif yaitu pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan
masukan dan saran dalam rangka pemgambilan sebuah keputusan.
4) Berorientasi tujuan yaitu pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan
mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut seoptimal
mungkin.
d. Menurut Hersey dan Blanchard: Instruksi, Konsultasi, Partisipasi Delegasi.
e. Menurut Lippits dan K. White: Otoriter, Demokratis, Liberal Gaya kepemimpinan
berdasarkan kekuasaan dan wewenang Otoriter, Demokratis, Partisipatif, Bebas
tindak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan dimana
orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan seefisien mungkin. Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja
melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional. seseorang pemimpin harus mampu mempergunakan kewenangannya dalam
merubah sikap dan perilaku karyawan supaya mau bekerja dengan giat dan berkeinginan
mencapai hasil yang optimal. Dengan cara membenahi gaya kepemimpinan seseoang
pemimpin itu sendiri, yang pada nantinya gaya kepemimpinan yang diperlukan pemimpin
tersebut dapat mempengaruhi pikiran, perasaan,sikap dan perilaku para anggota
organisasi/bawahan. Efek dari kepemimpinan kepala ruang yang baik akan meningkatkan
kepuasan kerja perawat, sehingga kalau kepemimpinan tersebut tidak baik maka akan
menurunkan tingkat kepuasan kerja perawat. Hal ini sesuai dengan teori, yang menjelaskan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja salah satunya adalah sikap
pemimpin dalam kepemimpinannya.
B. Saran
1. Seorang pemimpin hendaknya mampu membimbing, mengarahkan dan mengayomi
anggotanya tanpa membedakan antara anggota yang satu dengan anggota yang lain.
2. Dalam proses manajeman keperawatan seharusnya melibatkan seluruh personil bukan
hanya berpusat pada pemimpin atau manajer.
3. Segala keputusan yang dibuat harus dimusyawarahkan dan harus dapat diterima oleh
semua pihak dalam manajemen keperawatan.
Dengan model kepemimpin yang efektif ini, diharapkan dimasa yang akan datang
profesi keperawatan bisa diterima dengan citra yang baik di masyarakat luas sebagai
suatu profesi yang dikembangkan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sedang berkembang.
DAFTAR PUSTAKA