Anda di halaman 1dari 50

Keluarga Berencana

di Indonesia
WIDYA LUSI ARISONA, S.S.T., MPH
Sejarah
AKI dan AKB yang Para dokter SpOG
tinggi berusaha mencegah

Tahun
merintis BagianKesehatan Ibu dan
1950- Anak (BKIA)
an
1 2 3
Periode Keterlibatan
Periode perintisan Periode Pelita I
Pemerintah dalam
1950an - 1966 (1969-1974)
Program KB Nasional

6 5 4

Periode Pelita II Periode Pelita III Periode Pelita IV


(1974-1979) (1979-1984) (1983-1988)

7 8 9
Periode Pelita V Periode Pelita VI Periode Pasca
(1988-1993) (1993-1998) Reformasi
1. Periode Perintisan (1950an – 1966)

23 Desember 1957
• Pembentukan Perkumpulan Keluarga BerencanaIndonesia
(PKBI) atau Indonesia Planned Parenthood Federation (IPPF)
Tahun 1967
• PKBI diakui sebagai badanhukum oleh Departemen
Kehakiman
PKBI memperjuangkan terwujudnyavkel
uarga- keluarga yang sejahtera melalui 3
macam usaha pelayanan yaitu :

Mengatur
kehamilan atau Mengobati Memberi nasihat
menjarangkan kemandulan perkawinan
kehamilan
2. Periode Keterlibatan
Pemerintahdalam Program KB Nasional
1967

• Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi Kependudukan Dunia


• Berisikan kesadaran betapa pentingnya menentukan atau merencanakan jumlah anak, menjarangkan
kelahiran dalam keluarga sebagai hak asasi manusia

16 Agustus 1967 di depan Sidang DPRGR, Presiden Soeharto pada pidatonya

• “Oleh karena itu kita harus menaruh perhatian secara serius mengenai usaha-usaha pembatasan kelahiran,
dengan konsepsi keluarga berencana yang dapat dibenarkan oleh moral agama dan moral Pancasila”
• Sebagai tindak lanjut dari Pidato Presiden tersebut, Menkesra membentuk Panitia Ad Hoc yang bertugas
mempelajari kemungkinan program KB dijadikan Program Nasional.

7 September 1968

• Presiden mengeluarkan InstruksiPresiden No. 26 tahun 1968 kepada Menteri KesejahteraanRakyat


Lanjutan ....
Instruksi Presiden No. 26 tahun1968
• Membimbing, mengkoordinir sertamengawasi segala aspirasi yang ada
didalam masyarakat di bidang Keluarga Berencana.
• Mengusahakan segala terbentuknya suatu Badan atau Lembaga yang
dapat menghimpun segala kegiatan di bidang Keluarga Berencana,
 serta terdiri atas unsur Pemerintah dan masyarakat.

Pada tanggal 17 Oktober 1968
• dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional(LKBN) dengan Surat
Keputusan No.36/KPTS/Kesra/X/1968.
• Lembanga inistatusnya adalah sebagai Lembaga SemiPemerintah.
3. Periode Pelita I (1969-1974)
mulai dibentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

• berdasarkan Keppres No.8 Tahun 1970


• Kepala BKKBN : dr.Suwardjo Suryaningrat

Tahun 1972

• Keluar Keppres No. 33 Tahun 1972 sebagai penyempurnaan Organisasidan tata kerja BKKBN yang ada. 


• Status badan ini berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan langsung
di bawah Presiden.

Pada Periode Pelita I 

• dikembangkan Periode Klinik (Clinical Approach)
4. Periode Pelita II (1974-1979)

Periode ini pembinaan dan pendekatan program yang semula berorientasi pada


kesehatan ini mulai dipadukan dengan sektor-sektor pembangunan lainnya,  yang dikenal
dengan Pendekatan Integratif (Beyond Family Planning)

Dalam kaitan inipada tahun 1973-1975 sudah mulai dirintis Pendidikan Kependudukan
sebagai pilot project
5. Periode Pelita III (1979-1984)
Periode ini dilakukan pendekatan Kemasyarakatan (partisipatif) yang didorong peranan dan
tanggung jawab masyarakat melalui organisasi/institusi masyarakat dan pemuka masyarakat
• Bertujuan untuk membina dan mempertahankan peserta KB yang sudah ada serta
meningkatkan jumlah peserta KB baru.

Pada masa periode ini juga dikembangkan strategi operasional yang baru yang disebut Panca


Karya dan Catur Bhava Utama
• bertujuan mempertajam segmentasi sehingga diharapkan dapat mempercepat
penurunan fertilitas.

Pada periode ini muncul juga strategi baru yang memadukan KIE dan pelayanan kontrasepsi


yang merupakan bentuk “Mass Campaign” yang dinamakan “Safari KB Senyum Terpadu”
6. Periode Pelita IV (1983-1988)
Pada masa Kabinet Pembangunan IV ini dilantik Prof.Dr. Haryono Suyono sebagai
Kepala BKKBN menggantikan dr. Suwardjono Suryaningrat yang dilantik sebagai
Menteri Kesehatan.

Pada periode ini juga secara resmi KB Mandiri mulai dicanangkan pada tanggal
28 Januari 1987 oleh Presiden Soeharto dalam acara penerimaan peserta KB Lestari
di Taman Mini Indonesia Indah.

Program KB Mandiri dipopulerkan dengan kampanye Lingkaran Biru (LIBI)

• bertujuan memperkenalkan tempat-tempat pelayanan dengan logo Lingkaran Biru KB


7. Periode Pelita V (1988-1993)
Pada masa Pelita V, Kepala BKKBN dijabat oleh Prof. Dr. Haryono Suyono

Periode ini gerakan KB terus berupayameningkatkan kualitas petugas dan SDM dan pelayanan KB
• Sehingga diluncurkan strategi baru yaitu Kampanye Lingkaran Emas (LIMAS)

Periode ini ditetapkan


• UU No. 10 tahun 1992 tg Perkembangan Kependudukan dan Pembengunan Keluarga Sejahtera
• GHBN tahun 1993 Khususnya sub sector Keluarga Sejahtera dan Kependudukan

Untuk mewujudkan keluarga Kecil yang sejahtera melalui :


• penundaan usia perkawinan
• penjarangan kelahiran
• pembinaan ketahanan keluarga
• peningkatan kesejahteraan keluarga
8. Periode Pelita VI (1993-1998)
Dikenakan pendekatan baru yaitu “Pendekatan Keluarga”

• Bertujuan utk menggalakkan partisipasi masyarakat dlm gerakan KB nasional

16 Maret 1998 Prof. Dr. Suyono diangkat sebagai Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan merangkap sebagai Kepala BKKBN

21 Mei 1998 Kepala BKKBN dijabat oleh Prof. Dr. Ida Bagus Oka sekaligus menjadi
Menteri Kependudukan
9. Periode Pasca Reformasi
Berdasarkan GBHN Tahun 1999 Program KB Nasional merupakan salah satu program utk
meningkatkan kualitas penduduk, mutu SDM, kesehatan dan kesejahteraan sosial yang
selama ini dilaksanakan mll :
• Pengaturan kelahiran
• Pendewasaan usia perkawinan
• Peningkatan ketahanan keluarga dan kesejahteraan keluarga

UU No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan


Keluarga, BKKBN berubah dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menjadi
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
• Dimana BKKBN direstrukturisasi menjadi badan kependudukan bukan lagi badan koordinasi
Organisasi KB
Dasar pembentukan Organisasi KB
• Tahun 1978, WHO dan UNICEF melakukan pertemuan di Alma
Ata yang memusatkan perhatian terhadap tingginya angka
kemaatian Maternal perinatal.
• Dalam pertemuan tersebut disepakati untuk menetapkan
konsep primary Health Care yang memberikan pelayanan
antenatal, persalinan bersih dan aman, melakukan upaya
penerimaan keluarga berencana, dan meningkatka layanan
rujukan
• Perkembangan laju peningkatan pertumbuhan pendudukan di
Indonesia sangat mengkhawatirkan.
Organisasi KB
Dasar pembentukan Organisasi KB
• Tanpa adanya usaha- usaha pencegahan perkembangan laju
peningkatan penduduk yang terlalu cepat, uasaha- usaha di bidang
pembangunan ekonomi dan social yang telah di laksanakan dengan
maksimal akan tidak berfaedah
• Dapat dikemukakan bahwa untuk dapat menyelamatkan nasib
manusia di muka bumi tercinta ini, masih terbuka peluang untuk
meningkatkan kesehatan reproduksi melalui gerakan yang lebih
intensif pada pelaksanaan KB
• Tanpa gerakan KB yang makin intensif maka manusia akan terjebak
pada kemiskinan, kemelaratan, dan kebodohan yng merupakan
malapetaka manusia yang paling dahsyat dan mencekam
Jejak-Jejak Pemikiran tentang
Kependudukan dan Keluarga Berencana
• Keluarga Berencana sebagai salah satu usaha
untuk mengatasi masalah kependudukan, pada
umumnya orang berpendapat bahwa ide keluarga
berencana tersebut adalah suatu hal yang baru.
• Pendapat yang demikian ini adalah tidak benar,
sebab keluarga berencana (yang dimaksud disini
mencegah kehamilan) sudah ada sejak jaman
dahulu.
Pada tahun 1953, sekelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan,
khususnya dari kalangan kesehatan memulai prakarsa kegiatan KB, kegiatan kelompok
ini berkembang hingga berdirilah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia ( PKBI ).

Pada tahun 1957 tepatnya pada tanggal 23 Desember 1957 dengan Dr. R Soeharto
sebagai ketua PKBI adalah pelopor pergerakan keluarga berencana yang membantu
masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela.

Merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau non pemerintah

Meupakan pelopor gerakan Keluarga Berencanadi Indonesia.

Lahirnya PKBI dilatarbelakangi oleh keprihatinan para pendiri PKBI, yang terdiri dari


sekelompok tokoh masyarakat dan ahli kesehatan terhadap berbagai
masalah kependudukan dan tingginya angka kematian ibu di Indonesia.
Visi, Misi dan Strategi PKBI
VISI
• Terwujudnya keluarga dan masyarakat Indonesia yang
bertanggung jawab dan inklusif

• Memberdayakan masyarakat untuk mewujudkan keluarga yang


bertanggung jawab. 
• Membangun gerakan remaja yang inklusif.
• Memberikan Pelayanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi Secara
MISI Komprehensif, Profesional Dan Inklusif.
• Mempengaruhi Dan Menguatkan Para Pengambil Kebijakan Untuk
Menghormati, Melindungi, Dan Memenuhi HKSR.
• Mengembangkan Organisasi yang professional untuk mencapai
kemandirian dan keberlanjutan.
STRATEGI
Strategi I: Mengembangkan model-model dan standar pelayanan kesehatan seksual
dan reproduksi yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Strategi II: Memberdayakan masyarakat untuk memperjuangkan hak seksual dan


reproduksi bagi dirinya dan orang lain.

Strategi III: Mengembangkan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan IMS, HIV dan AIDS.

Strategi IV: Melakukan advokasi di semua tingkatan organisasi kepada parapengambil


kebijakan untuk menjamin pemenuhanhak-hak dan kesehatan seksual dan
reproduksi.

Strategi V: Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan Sumber Daya organisasi.


TUJUAN
memperjuangkan
terwujudnya keluarga Pada tahun 1970 PKBI
di bubarkan oleh
sejahtera melalui 3 macam pemerintah dan
kemudian di bentuk
usaha yaitu : Badan Kependudukan
dan Keluarga
Berencana Nasional (
• Mengatur kahamialn BKKBN ).
• Mengobati kemandulan
• Memberi nasehat perkawinan
Program PKBI
Pemberdayaan Masyarakat
Pusat Informasi dan Layanan Remaja
Layanan KB dan Kespro
Respon Bencana
Advokasi dan Komunikasi
Keputusan presiden RI Nomor 8 tahun 1970 tentang BKKBN
yaitu Depkes sebagai unit pelaksanaan program KB.
BKKBN yaitu badan resmi pemerintah yang bertamnggung
jawab penuh mengenai pelaksanaan program KB di
Indonesia.

Keuntungan dari BKKBN adalah


• Memungkinkan promram- program melepaskan diri pendekatan klinis
yang jangkauannya terbatas.
• Memungkinkan besarnya peranan pakar – pakar non medis dalam
mensukseskan program keluarga berencana di Indonesia melalui
pendekatan ke masyarakat.
fungsi BKKBN
adalah pengkoordinasi, perencana, perumus kebijakan,
pengawas pelaksana dan evaluasi.

Pada waktu itu tujuan program keluarga berencana


adalah :
• Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak keluarga dan
bangsa.
• Mengurangi angka kelahiran untuk menaikan taraf hidup rakyat dan
bangsa.
Dalam perkembangan
selanjutnya BKKBN
mengembangkan lagi
kegiatannya menjadi program
nasional kependudukan dan KB
(KKB) yang pada waktu ini
mempunyai 2 tujuan :

Tujuan demografis
• yaitu mengendalikan tingkat pertumbuhan penduduk berupa penurunan angka fertilitas dari 44 permil
pada tahun 1979 menjadi 22 permil pada tahun 1990 atau 50 % dari keadaan pada tahun 1971.
Tujuan normatif
• yaitu dapatdihayati norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS) yang pada satu waktu akan
menjadi falsafah hidup masyarakat dan bangsa Indonesia.
Struktur dan Fungsi BKKBN
BKKBN pusat
• untuk mempersiapkanan kebijaksanaan umum dan mengkoordinasi
pelaksanaan program KB nasional dan kependudukan yang
mendukungnya.
BKKBN Prop. / Kab / Kota
• Menkoordinir penyelanggaraan KB di tingkat provinsi kabupaten / kota
• Mengadakan rapat koordinasi melibatkan pihak-pihak terkait.
• Mengadakan evaluasi pelaksanaan kegiatan program KB
• Menyusun dan pelaporan KB ke tingkat provinsi maupaun pusat
Tingkat Kecamatan
• Mengkoordinasi penyelenggaraan KB tingkat kecamatan.
• Mengadakan rapat koordinasi melibatkan pihak-pihak terkait.
• Mengdakan evaluasi pelaksanaan program KB berdasarkan laporan dan cakupan
wilayah.
• Pelaporan pelaksanaan kegiatan program KB ke tingkat Kabupaten / Kota.
Tingkat desa (PPKBD / sub PPKBD)
• Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana dan pil KB ulangan pada peserta KB
• Membina kelestarian peserta KB
• Memberi nasehat-nasehat untuk peserta KB akibat efek samping bila perlu merujuk
• Pencatatan dan pelaporan sederhana
• Memotivasi calon peserta KB baru
• Membantu PLKB di daerahnya
• Membantu penanggulangan isu-isu yang merugikan gerakan KB bersama aparat yang
berwenang
• Menerima, menyimpan dan menyalurkan alat kontrasepsi sederhana
Tingkat pos pelayanan terpadu (posyandu / pos kesehatan terpadu)
• Membantu petugas KB dalam pendataan peserta KB
• Membina kelestarian peserta KB dan penanggulangan isu-isu yang merugikan program KB
• Melayani kontrasepsi sederhana dan pil ulang
• Pelayanan rujukan sesuai kemampuan
• Pencatatan dan pelaporan
• Membantu pelaksanaan kegiatan integrasi dengan kegiatan KIA, imunisasi, konseling, upaya PKMD,
upaya UPPKS,gizi dan penaggulangan diare
Kelompok-kelompok akseptor
• Memberikan pelayanan KIE
• Memberikan alat kontrasepsi sederhana, pil ulangan
• Memotivasi dan penanggulangan isu-isu akibat pemakaian alat kontrasepsi
• Melakukan pencatatan
• Mengupayakan kemandirian ber KB bagi anggotanya
• Merujuk anggotanya yang mengalami kontrasepsi
Pesertra KB
• Menerima jasa pelayanan KB
• Meningkatkan kemandirian ber KB
VISI DAN MISI
• Menjadi lembaga yang handal dan
VISI dipercaya dalam mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang dan keluarga
berkualitas
• Mengarus-utamakan pembangunan berwawasan Kependudukan
• Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

MISI
• Memfasilitasi Pembangunan Keluarga
• Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
• Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara
konsisten
Tiga Nilai Revolusi Mental
•  jujur, dipercaya, disiplin,bertanggung jawab, dan
Integritas
tidak munafik

• kerja keras, kerja cerdas, berdayasaing, optimis,


Etos kerja
inovatif, dan produktif

• kerja sama, solidaritas,komunal,
Gotong royong 
 dan berorientasi padakemaslahatan umum
“Melaksanakan
Tugas B tugas pemerintahan
KKBN
di bidang
pengendalian
penduduk dan
penyelenggaraan
keluarga berencana”
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Perkembangan KB di Indonesia
Penghambat Pendukung

• Budaya • Komitmen Politis


• Agama • Dukungan
• Tingkat pemerintah
Pengetahauan • Dukungan TOGA/
Masyarakat TOMA
• Wawasan • Dukungan
Kebangsaan Masyarakat
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Perkembangan KB di Indonesia

Sosial Ekonomi  Budaya 

Satatus
Pendidikan Agama 
Waniita
Sosial Tinggi rendahnya sosial ekonomi dipengaruhi oleh perkembangan dan kemajuan
program KB
Ekonomi Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena
berkaitan dg kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan.

Dg suksesnya program KB maka perekonomian negara akan lebih baik karena dg


anggota keluarga yg sedikit maka kebutuhan dpt tercukupi dan kesejahteraan dapat
terjamin 
Budaya Salah pengertian dalam masyarakat mengenai berbagai metode, kepercayaan religius,
serta budaya, tingkat pendidikan persepsi mengenai risiko kehamilan dan status wanita

Pendidikan Orang yang berpendidikan akan mempunyai pengetahuan yang baik tentang KB,


sehingga dia akan ikut berpartisipasi menjadi akseptor KB
• Di berbagai daerah kepercayaan religius dpt mempengaruhi klien dlm memilih metode
• Contoh :
• Kristen yang taat membatasi pemilihan kontrasepsi alami
• Islam : secara umum tidak melarang metode kontrasepsi, akseptor wanita mungkin
akan mengalami perubahan pola haid yang dpt mempengaruhi ibadahnya
Agama • Hindu : wanita yang haid dilarang menyiapakan makanan, sehingga pola haid yang
tidak teratur akan menjadi masalah

• Status wanita di masyarakat dpt mempengaruhi kemampuan mereka memperoleh


dan menggunakan alkon
• Di daerah yang wanita lebih dihargai, mungkin hanya dapat sedikit pembatasan dlm
Status memperoleh berbagai metode, misal peraturan yang mengharuskan persetujuan
suami sblm memakai alkon
Wanita
Pengertian Program KB
Menurut UU No 10 tahun 1992
(tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera)
• Adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera
• Adalah agian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan
bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya,
penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan
kemampuan produksi nasional
TUJUAN PROGRAM KB
Tujuan umum
• untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KByaitu :
membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana
program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun
2025
tujuan program KB secara filosofis
• Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian
pertumbuhan penduduk Indonesia.
• Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu
dan meningkatkan kesejahteraan
SASARAN PROGRAM KB
Sasaran Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk
langsung menurunkan tingkat kelahiran dengan cara
penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan

sasaran pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan


tidak menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan
langsungny kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka
a mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga
sejahtera.
RUANG LINGKUP PROGRAM KB
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)

Konseling

Pelayanan Kontrasepsi

Pelayanan Infertilitas

Pendidikan sex (sex education)

Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan

Konsultasi genetik

Tes keganasan

Adopsi
Strategi Pendekatan dan Cara
Operasional Program Pelayanan KB
Pendekatan kemasyarakatan (Community appoach).
• Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat
(kepedulian) yang dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.
Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach)
• Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan
keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai
kekuatan yang sinergik dalam mencapai tujuan dengan menerapkan kemitraan
sejajar.
Pendekatan integrative(Integrative approach).
• Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat mendorong dan
menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat sehingga dapat
menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak. 
Strategi Pendekatan dan Cara
Operasional Program Pelayanan KB
Pendekatan kualitas (quality approach).
• Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan (provider) dan penerima
pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi
Pendekatan kemandirian(self rellent approach).
• Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan masyarakat yang telah mampu
untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB nasional.
Pendekatan 3 deminsi (three dimension approach).
• Strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan program KB nasional, dimana program
tersebut atas dasar survey pasangan usia subur di Indonesia terhadap ajakan KIE yang terbagi
menjadi tiga kelompok, yaitu :
• 15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber-KB
• 15-55% PUS merespon ragu-ragu“ untuk ber-KB
• 30 % PUS merespon "tidak“ untuk ber-KB
CARA OPRASIONAL PELAYANAN
KB
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
• Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan memberikan penerangan konseling, advokasi,
penerangan kelompok (penyuluhan) dan penerangan massa melalui media cetak, elektronik.Dengan penerangan,
motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat
dalam berKB, melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)

Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB


• melalui program ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana Indonesia),
• tujuan agar merasa aman dan terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.

Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah


• PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi pemerintah (Dinas Kesehatan, BKKBN, Depag, RS,
Puskesmas).

Pendidikan KB Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan, dokter
berupa pelatihan
Manfaat Keluarga Berencana terhadap
Pengendalian Penduduk (Bangsa dan
Negara)
Program Keluarga Berencana merupakan salah satu usaha penanggulangan kependudukan yang merupakan bagian
yang terpadu dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut serta mencipatakan kesejahteraan
ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia, agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan
kemampuan produksi nasional.null

Manfaat Keluarga Berencana bagi kepentingan nasional adalah meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu
dan anak serta keluarga dan bangsa pada umumnya.null

Meningkatkan taraf hidup rakyat dengan cara menurunkan angka kelahiran sehingga pertambahan penduduk sebanding
dengan peningkatan produksi.
Dampak Program Keluarga Berencana
(KB) terhadap pencegahan kelahiran
Untuk ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka manfaatnya :
• Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dan terlalu pendek.
• Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak,
beristirahat, dan menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya.

Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya:


• Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam keadaaan sehat.
• Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut memang
diinginkan dan direncanakan

Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya:


• Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih baik, karena setiap anak memperoleh makanan yang
cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga.
• Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena pemeliharaan lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat
diberikan oleh ibu untuk setiap anak.
• Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber- sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk
mempertahankan hidup semata-mata.
Dampak Program Keluarga Berencana
(KB) terhadap pencegahan kelahiran
Untuk ayah, memberikan kesmpatan kepadanya agar
dapat:
• Memperbaiki kesehatan fisiknya.
• Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan
berkurang serta lebih banyak waktu terluang untuk keluarganya.

Untuk seluruh keluarga, manfaatnya:


• Kesehatan mental, fisik, sosial setiap anggota keluarga tergantung dari
kesehatan seluruh keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai
kesempatan yang lebih banyak untuk memperoleh pendidikan
Jelaskan dengan Analisa
. . SWOT pemakaian KB dalam

.. .. menanggulangi masalah

2 kependudukan.

an
t i h
L a
Tugas diketik dalam bentuk
word dan di kumpulkan di WA
japri jam 16.00.

Anda mungkin juga menyukai