Anda di halaman 1dari 17

JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 1, APRIL 2015, 16-32

PERAN KELOMPOK RENTAN DALAM PENANGGULANGAN


BENCANA DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI DESA
TANGGUH BENCANA (STUDI DESKRIPTIF SATUAN TUGAS
DESA TANGGUH BENCANA DI DESA GUNUNG GEULIS,
KECAMATAN SUKARAJA, KABUPATEN BOGOR)

Syadza Alifa1
Arif Wibowo2

ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai peran kelompok rentan yang menjadi Satuan Tugas dalam
kegiatan penanggulangan bencana dan pengurangan resiko bencana di Desa Gunung Geulis, Ka-
bupaten Bogor. Penelitian ini meneliti proses pembentukan Satgas, peran kelompok rentan yang
menjadi Satgas, dan faktor pendukung serta faktor penghambat kelompok rentan menjadi Satgas.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Metode yang digunakan
yaitu observasi, in-depth interview, dan studi literatur. Hasil menunjukkan bahwa keterlibatan
kelompok rentan sebagai Satgas sesuai dengan peraturan, Satgas kelompok rentan berperan aktif
dalam penanggulangan bencana dan pengurangan resiko bencana, dan faktor pendukung ket-
erlibatan kelompok rentan lebih banyak selama kebutuhan mereka diakomodasi dan tugas dise-
suaikan sesuai kapasitas.

ABSTRACT
This research discusses about the role of vulnerable groups who are being Task Force in disaster
management and disaster risk reduction efforts in Gunung Geulis Village, Bogor Region. This
study examine the process of formation of the Task Force, the role of vulnerable groups into the
Task Force, and the supporting factors and inhibiting factors of the vulnerable groups into the Task
Force. This study is a descriptive study with qualitative methods. The methods used are observa-
tion, in-depth interviews, and the study of literature. The end results show that the involvement
of vulnerable groups as Task Force has been suitable with the regulation, the Task Force from
vulnerable groups are active in disaster management and disaster risk reduction efforts, and sup-
porting factors are likely more as long as their needs are accommodated and customize the tasks
according to their capacity.

KEY WORDS: Disaster Resilient Village, Disaster Management, Disaster Risk Reduction, Task
Force

1 Alumni Program Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP Universitas Indonesia


2 Staf Pengajar Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP Universitas Indonesia

16
PERAN KELOMPOK RENTAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI DESA
TANGGUH BENCANA (SYADZA ALIFA, ARIF WIBOWO)

PENDAHULUAN pok rentan bencana, akan dilibatkan dalam


penanggulangan bencana dan pengurangan
Saat ini upaya penanggulangan bencana
resiko bencana di desa tersebut.
yang digalakkan di Indonesia dan seluruh
Salah satu bentuk keterlibatan dan parti-
dunia adalah penanggulangan bencana yang
sipasi aktif masyarakat dalam program Desa
inklusif, yaitu upaya penanggulangan benca-
Tangguh Bencana yaitu menjadi Satuan Tu-
na yang melibatkan seluruh elemen masya-
gas (Satgas) Desa Tangguh Bencana. Satu-
rakat karena seluruh masyarakat merupakan
an Tugas (Satgas) Desa Tangguh Bencana
pemegang kepentingan dalam penanggulang-
dipilih dari berbagai unsur masyarakat yang
an bencana, termasuk kelompok-kelompok
memiliki keinginan dan kepedulian terhadap
rentan pun perlu dilibatkan. Hal ini disebab-
kondisi kebencanaan di daerahnya. Pemilih-
kan karena jumlah korban bencana sebagian
an Satgas dilakukan oleh stakeholder setem-
besar terdiri dari kelompok rentan (wanita,
pat (utusan dari elemen tertentu) dan sesuai
anak-anak, lansia, dan difabel). Oleh karena
dengan kebijakan pemerintah setempat yang
itu, kelompok rentan tersebut perlu dilibat-
mengacu pada peraturan BNPB.
kan dalam upaya penanggulangan bencana
Keterlibatan kelompok rentan yang men-
dan pengurangan resiko bencana.
jadi Satgas di Desa Tangguh Bencana me-
Pentingnya partisipasi aktif dari masyara-
rupakan hal yang perlu untuk diteliti lebih
kat dalam kegiatan penanggulangan bencana
lanjut. Hal ini disebabkan karena kelompok
ini didorong oleh dimensi baru penanggu-
rentan yang biasanya menjadi objek dalam
langan bencana yang memiliki tujuan untuk
kegiatan penanggulangan bencana, namun
memperkuat potensi dan kekuatan lokal da-
pada program Desa Tangguh Bencana ini
lam menghadapi bencana. Selain itu, tujuan
justru dilibatkan secara aktif dengan menjadi
partisipasi aktif dari masyarakat yaitu untuk
Satgas Desa Tangguh. Keterlibatan kelom-
meningkatkan keberdayaan masyarakat.
pok rentan ini merupakan hal yang positif da-
Upaya pengurangan resiko bencana di In-
lam kegiatan penanggulangan bencana.
donesia yang melibatkan partisipasi seluruh
Salah satu daerah yang mendirikan Desa
pihak, termasuk kelompok rentan diwujud-
Tangguh Bencana yaitu Kabupaten Bogor
kan oleh Badan Nasional Penanggulangan
yang diinisiasi oleh BPBD Kabupaten Bogor.
Bencana sebagai badan milik pemerintah
Salah satu Desa Tangguh Bencana yang di-
yang berwenang menangani kebencanaan,
dirikan oleh BPBD Kabupaten Bogor yaitu
melalui pembentukan Desa Tangguh Ben-
Desa Gunung Geulis yang rawan bencana
cana di berbagai daerah di Indonesia yang
longsor dan angin puting beliung.
memiliki kerawanan dan kerentanan bencana
Desa Gunung Geulis sebagai Desa Tang-
yang cukup tinggi.
guh Bencana keempat yang didirikan BPBD
Desa Tangguh Bencana memiliki bebera-
Kabupaten Bogor pun telah memiliki Sat-
pa prinsip utama, yang diantaranya inklusif,
gas Desa Tangguh yang terdiri dari berbagai
keberpihakan pada kelompok rentan, serta
elemen masyarakat, termasuk salah satunya
keadilan dan kesetaraan gender, dimana tiga
adalah kelompok rentan (lansia dan wanita).
prinsip tersebut menekankan pentingnya par-
Keterlibatan kelompok rentan tersebut bu-
tisipasi seluruh elemen masyarakat. Hal ini
kan yang pertama kalinya di Desa Tangguh
berarti seluruh masyarakat, termasuk kelom-

17
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 1, APRIL 2015, 16-32

Bencana yang didirikan BPBD Kabupaten Sementara itu pengurangan resiko ben-
Bogor, karena setiap Desa Tangguh Bencana cana menurut definisi UNISDR yakni sebu-
memiliki Satgas yang berasal dari kelompok ah kerangka konseptual dari elemen-elemen
rentan. Namun meskipun keterlibatan Sat- yang menggandung kemungkinan dalam me-
gas didorong dalam program Desa Tangguh reduksi kerentanan dan bencana di dalam ma-
Bencana, tetapi karena program Desa Tang- syarakat, atau juga mencegah/menghindari
guh Bencana ini baru didirikan oleh BPBD atau membatasi (memitigasi dan upaya ke-
Bogor sehingga peran kelompok rentan da- siapsiagaan) dampak dari ancaman-ancaman
lam penanggulangan bencana perlu diteliti dalam konteks yang lebih luas, yakni pemba-
lebih lanjut. Kelompok rentan tentu memiliki ngunan berkelanjutan.
tantangan dan potensi yang berbeda dengan Dalam konsep PRB, dikenal istilah PRB-
elemen masyarakat lainnya sehingga mere- BK (Pengurangan Resiko Bencana Berbasis
ka akan menyesuaikan peran mereka sesuai Komunitas), dimana PRBBK adalah cermin-
dengan kapasitas mereka. Adapun rumusan an dari kepercayaan bahwa komunitas mem-
masalah yang akan dibahas dalam penelitian punyai hak sepenuhnya untuk menentukan
ini yaitu: jenis dan cara penanggulangan bencana di
1. Bagaimana proses pembentukan Satgas konteks mereka. Hal ini muncul dari impli-
Desa Tangguh di Desa Tangguh Bencana kasi atas kepemilikan hak dasar pada orang
Gunung Geulis? perorangan dan komunitas yang melekat de-
2. Bagaimana peran kelompok rentan seba- ngan hak untuk melaksanakan hak itu dalam
gai Satgas dalam program Desa Tangguh bentuk kesempatan untuk menentukan arah
Bencana di Desa Gunung Geulis, Kabu- hidup sendiri (self determination). Makna
paten Bogor? berbasis komunitas dalam PRBBK bisa di-
3. Bagaimana faktor pendukung dan faktor perluas sebagai berikut:
penghambat yang dihadapi kelompok ren- 1. Adanya partisipasi penuh yang melibat-
tan sebagai Satgas Desa Tangguh di Desa kan pula partisipasi pihak rentan, laki-laki
Gunung Geulis, Kabupaten Bogor? dan perempuan; anak-anak, kelompok
lanjut usia, orang-orang yangberkebutuh-
1. Penanggulangan Bencana an khusus, ras marjinal, dan sebagainya.
Dalam Lassa, Pujiono, dkk (2009), pe- 2. Sinonim dengan bottom-up bukan top-
nanggulangan bencana atau sering disebut -down, partisipasi penuh, akses dan kon-
sebagai disaster management merupakan trol, pendekatan inklusif sense of belong-
suatu proses yang dinamis, terpadu, dan ing terhadap sistem penanganan bencana
berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas yang sudah, sedang, dan akan dibangun.
langkah-langkah yang berhubungan dengan 3. Menggunakan konsep “dari, oleh, dan un-
penanganan rangkaian kegiatan yang meli- tuk” masyarakat dalam keseluruhan pro-
puti pencegahan (preparedness), tanggap da- ses, di mana masyarakat yang mengontrol
rurat (response), rehabilitasi (rehabilitation) sistem dan bukan dikontrolsistem (Twigg,
atau evakuasi, dan pembangunan kembali 2006).
(development). Komunitas dan kelompok paling rentan
adalah actor utama/kunci dalam PRBBK dan

18
PERAN KELOMPOK RENTAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI DESA
TANGGUH BENCANA (SYADZA ALIFA, ARIF WIBOWO)

pihak luar (LSM lokal dan internasional, lem- b. Ras/etnisitas: komunitas adat terpen-
baga-lembaga PBB, dan lembaga lainnya) cil; etnis minoritas yang kurang berun-
berperan mendukung dan mengambil peran tung.
fasilitasi seperti membantu analisis situasi, c. Gender: perempuan ataupun laki-laki
mengukur tingkat perencanaan dan imple- yang berada dalam kondisi yang ku-
mentasi agenda ataupun konsensus PRBBK rang beruntung.
(Lassa, Pujiono, dkk, 2009) 2. Kelompok yang kurang beruntung lain-
nya (Other Disadvantaged Groups) yaitu:
2. Pemberdayaan a. Para lansia
Pemberdayaan menunjuk pada kemam- b. Anak dan remaja
puan orang, khususnya kelompok rentan dan c. Para penyandang cacat (baik fisik,
lemah sehingga mereka memiliki kekuatan mental, maupun intelektual)
atau kemampuan dalam: (a) memenuhi ke- d. Mereka yang terisolasi (baik secara
butuhan dasarnya sehingga mereka memiliki geografi maupun secara sosial)
kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja 3. Kelompok yang secara personal kurang
bebas mengemukakan pendapat, melainkan beruntung (Other Disadvantaged Gro-
bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, ups), seperti mereka yang mengalami ke-
bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sum- sedihan dan kehilangan karena ditinggal-
ber-sumber produktif yang memungkinkan kan orang yang dicintai, ataupun mereka
mereka dapat meningkatkan pendapatannya yang mengalami masalah keluarga dan
dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa pribadi.
yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi Sementara itu, dalam konteks pember-
dalam proses pembangunan dan keputusan- dayaan di daerah bencana, pemberdayaan
-keputusan yang mempengaruhi mereka (Su- masyarakat di daerah bencana diarahkan pada
harto, 2005:58). upaya meningkatkan kemampuan masyara-
Ife dalam Adi (2013:206) mengemukakan kat baik sebelum bencana (pra), pada saat
bahwa pemberdayaan secara ringkas sebagai bencana terjadi (during), dan upaya rehabi-
upaya untuk meningkatkan daya (power) dari litasi dan rekonstruksi setelah bencana terja-
kelompok yang kurang beruntung (disadvan- di (pasca). Pemberdayaan sebelum bencana
taged). Ife menggolongkan kelompok yang merupakan upaya penyadaran kepada indi-
kurang beruntung tersebut menjadi beberapa vidu dan masyarakat akan bahaya bencana.
kelompok yaitu: Yang sangat perlu ditumbuhkan kesadaran
1. Kelompok yang kurang beruntung secara kritis dari individu dan masyarakat terhadap
structural primer (Primary Structural Di- bahaya bencana, serta kesadaran bahwa pada
sadvantaged Groups), yang dapat dilihat diri sendiri setiap manusia memiliki potensi
berdasarkan: untuk meminimalisir risiko bencana (Anwas,
a. Kelas: warga miskin; penangguran; 2013:136).
pekerja bergaji rendah (low income
3. Keberfungsian Sosial
workers); penerima layanan kesejahte-
raan (welfare beneficieries). Keberfungsian sosial (social functioning)
adalah suatu konsep kunci untuk memahami

19
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 1, APRIL 2015, 16-32

kesejahteraan sosial dan merupakan konsep 1. Anak-anak


yang penting bagi pekerjaan sosial. Siporin 2. Perempuan
(1979) dalam Fahrudin (2012:42) mengemu- 3. IDPs (Internally Displaced Persons) dan
kakan bahwa keberfungsian sosial menunjuk pengungsi
pada cara-cara individu-individu maupun 4. Kelompok minoritas
kolektivitas dalam rangka melaksanakan tu- Sementara itu, Peraturan Kepala BNPB
gas-tugas kehidupannya dan memenuhi ke- No 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum
butuhannya. Desa/Kelurahan Tangguh Bencana membu-
Keberfungsian sosial positif adalah ke- at kategori kelompok rentan yang berbeda.
mampuan orang untuk menangani tugas- Yang termasuk dalam kategori kelompok
-tugas dan aktivitasnya yang penting dalam rentan antara lain anak-anak, penyandang di-
memenuhi kebutuhan dasarnya dan melak- sabilitas, lanjut usia, perempuan hamil, dan
sanakan peranan sosial utamanya sebagai- orang sakit. Selain kategori berdasarkan as-
mana yang diharapkan oleh kebudayaan dari pek biologis tersebut, dapat pula dimasukkan
suatu komunitas yang khusus (Karls & Wan- di sini kategori berdasarkan aspek ekonomi
drei, 1998; Longres, 1995, dalam Fahrudin, dan sosial. Dalam pengertian ini, warga mis-
2012:43). Peranan sosial yang utama yaitu kin dan warga yang secara sosial tidak diun-
menjadi anggota dalam keluarga, orang tua, tung dalam pembangunan adalah kelompok
pasangan, mahasiswa, pasien, pegawai, te- yang termasuk paling rentan terhadap baha-
tangga, dan warga Negara. Peranan sosial ya.
orang berubah melalui kehidupan dan harap-
an tentang peranan ini berbeda tergantung METODE
kepada gender orang, suku bangsa, budaya,
Penelitian ini menggunakan pendekatan
agama, pekerjaan, dan komunitas. Sebagian
kualitatif yang memiliki pola fikir secara in-
ahli berpendapat bahwa konsep keberfung-
duktif, dimana penelitian ini berangkat dari
sian sosial terfokus pada keserasian antara
fakta dan data hasil temuan lapangan dan
kapasitas individu dengan tindakan dan per-
kemudian disandingkan dengan pemikiran
mintaan, harapan, sumber-sumber serta ke-
teoritis maupun dalam pembentukan konsep
sempatan dalam lingkungan sosial dan eko-
baru (Neuman, 2006: 15).
nominya (Fahrudin, 2012:43).
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif
karena memberikan gambaran yang kom-
4. Kelompok Rentan
prehensif mengenai peran kelompok rentan
Menurut Departemen Hukum dan Hak dalam upaya penanggulangan bencana dan
Asasi Manusia, kelompok rentan adalah se- pengurangan resiko bencana di Desa Gunung
mua orang yang mengalami hambatan atau Geulis, Kabupaten Bogor.
keterbatasan dalam menikmati standar ke- Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gu-
hidupan yang layak bagi kemanusiaan dan nung Geulis, Kabupaten Bogor, yang me-
berlaku umum bagi suatu masyarakat yang rupakan salah satu Desa Tangguh Bencana
berperadaban (Universitas Bina Nusantara, yang didirikan oleh BPBD Kabupaten Bogor.
2012). Kelompok-kelompok rentan tersebut Alasan pemilihan tempat di Desa Gunung
adalah: Geulis didasarkan pada beberapa alasan.

20
PERAN KELOMPOK RENTAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI DESA
TANGGUH BENCANA (SYADZA ALIFA, ARIF WIBOWO)

Pertama, Desa Gunung Geulis memiliki ke- mereka yang dapat memberikan informasi
rentanan bencana longsor dan angin puting walaupun tidak secara langsung terlibat da-
beliung (Hasil Temuan Lapangan). Kedua, lam interaksi sosial yang diteliti (Hendarso
Desa Gunung Geulis menjadi Desa Tangguh dalam Suyanto, 2005: 171).
Bencana pertama yang didirikan oleh Badan Data yang digunakan dalam penelitian
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten ini adalah data yang dikumpulkan melalui
Bogor dengan menggunakan anggaran Pem- wawancara mendalam dengan beberapa in-
da pada tahun 2014 (Hasil Temuan Lapang- forman, observasi, dan mendokumentasikan
an). Ketiga, Satgas di Desa Tangguh Gunung kegiatan. Untuk memperkaya data, penulis
Geulis melibatkan wanita dan lansia yang mengumpulkan data sekunder berupa studi
mana kelompok rentan (Hasil Temuan La- literatur yang kemudian diolah dan diguna-
pangan). kan penulis dalam membuat tugas akhir ini.
Kemudian untuk waktu pengumpulan Kemudian teknik analisa data yang diguna-
data hingga penulisan data dilaksanakan pada kan dalam penelitian ini yaitu teknik analisa
bulan Juni s.d Desember 2014 dengan jadwal data kualitatif.
sebagai berikut:
Tabel 1. Timeline Pengumpulan Data HASIL
No Waktu Kegiatan 1. Proses Pembentukan Satgas Desa
1. Juni-Juli Studi literature
Tangguh Bencana Desa Gunung Geulis
2. Agustus-Okto- Wawancara dan Turun La-
ber pangan 1.1. Peran BPBD dan Pemerintah Desa
3. November Input dan Analisis Data
4. Desember Menulis Hasil Laporan dalam Pembentukan Satgas Desa
Penelitian Tangguh Bencana
Dalam pembentukan Satgas Desa Tang-
Teknik yang digunakan untuk pemilihan guh, BPBD lebih banyak berperan pada saat
informan dalam penelitian ini yaitu purposi- pengadaan pelatihan. Sementara itu, untuk
ve sampling. Untuk lebih memudahkan da- pemilihan orang-orang yang layak untuk
lam memilih informan yang tepat, peneliti menjadi Satgas Desa Tangguh dilakukan
mengklasifikan informan kedalam tiga kate- oleh Pemerintah Desa Gunung Geulis. BPBD
gori yaitu: informan utama, informan kunci, memberikan surat undangan dan memberikan
dan informan tambahan. Informan utama persyaratan Satgas kepada Pemerintah Desa.
alah mereka yang terlibat langsung dalam in- Persyaratan Satgas Desa Tangguh sendiri te-
teraksi sosial yang diteliti yaitu masyarakat lah termuat dalam peraturan Desa Tangguh
kelompok rentan yang menjadi Satuan Tugas Bencana yang dikeluarkan oleh BNPB. Se-
(Satgas) Desa Tangguh Bencana. Informan telah nama orang-orang yang terpilih sudah
kunci adalah mereka yang mengetahui dan ada, baru Pemerintah Desa memberikan daf-
memiliki berbagai informasi pokok yang di- tar nama tersebut kepada BPBD. Oleh karena
perlukan dalam penelitian ini, yakni Badan itu, dinamika pemilihan Satgas Desa Tang-
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten guh lebih banyak terjadi di Pemerintah Desa
Bogor dan Pemerintah Desa Gunung Geulis. Gunung Geulis.
Sementara itu, informan tambahan adalah

21
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 1, APRIL 2015, 16-32

Dalam pemilihan orang-orang yang ter- 1.2. Pengalaman Satgas Mengikuti Pelatihan
pilih menjadi Satgas, peran pemerintah desa Satgas Desa Tangguh Bencana
memang sangat besar karena mereka yang Pelatihan Satgas Desa Tangguh Benca-
memilih dan memberikan laporan nama- na dilaksanakan selama 6 hari, yaitu setiap
-nama orang yang terpilih untuk diikutser- hari Senin-Selasa di setiap minggu bulan
takan dalam pelatihan. Orang-orang yang September. Para Satgas yang mengikuti pe-
terpilih berasal dari perwakilan setiap dae- latihan ini adalah Satgas yang telah terpilih
rah di Gunung Geulis, yang juga merupakan oleh Pemerintah Desa Gunung Geulis dan
RT/RW aktif setempat, kader PKK, kader berjumlah sekitar 30 orang.
Posyandu, dan perwakilan organisasi pem- Selama pelatihan, peserta yang merupa-
berdayaan masyarakat. kan calon Satgas Desa Tangguh diberikan
Setelah orang-orang yang aktif dalam pe- pendalaman materi mengenai bencana, pe-
nanganan bencana tersebut dipilih, maka Pe- nanggulangan bencana, konsep Desa Tang-
merintah Desa akan melakukan pengawasan guh, tugas-tugas Satgas Desa Tangguh, as-
untuk melihat kesungguhan para calon Satgas sessmen, pelatihan pertolongan pertama dan
dalam mengikuti pelatihan. Para calon Satgas evakuasi (PPE), serta simulasi bencana.
yang telah mengikuti pelatihan dengan baik Dari hasil wawancara dengan Satgas, pe-
kemudian akan diajukan nama-namanya ke- latihan yang dilaksanakan sudah cukup baik
pada Kepala Desa Gunung Geulis untuk di- meskipun masih ada beberapa kekurangan.
sahkan menjadi Satgas Desa Tangguh mela- Hal ini disampaikan oleh salah seorang anggo-
lui pembuatan Surat Keputusan. ta Satgas, Ibu AK, “Kalo menurut saya sih ya
Setelah Satgas disahkan melalui Surat cukup bagus ya…pemateri bagus, pengalaman
Keputusan Kepala Desa, BPBD kemudian bertambah, simulasi juga udah cukup bagus
memberikan atribut kelengkapan personal meskipun riweuh” (13 November 2014).
berupa kaos, rompi, dan pin Satgas kepada Selama pelatihan Satgas Desa Tangguh,
seluruh Satgas. Tujuannya yaitu agar mereka para wanita dan lansia terlihat cukup antusi-
memiliki simbol sebagai Satgas Desa Tang- as mengikuti pelatihan. Hal ini dapat terlihat
guh. dari foto di bawah ini.
Peran pemerintah desa juga memban-
tu BPBD dalam memberikan fasilitas yang
memadai bagi Satgas. Namun untuk peng-
adaan fasilitas tersebut masih melihat pada
anggaran desa. Selain berencana untuk mem-
fasilitasi peralatan-peralatan dan membe-
rikan uang stimulan, pemerintah desa juga
membantu Satgas untuk mensosialisasikan
keberadaan para Satgas dalam pertemuan-
-pertemuan rutin dengan warga desaagar para
Satgas dapat memberikan masukan kepada
Gambar 1. Satgas wanita sedang mempraktekkan PPE
warga mengenai bencana. (Pertolongan Pertama dan Evakuasi)
Sumber: Dokumentasi Tim BPBD

22
PERAN KELOMPOK RENTAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI DESA
TANGGUH BENCANA (SYADZA ALIFA, ARIF WIBOWO)

Kemudian untuk Satgas lansia, partisipasi Untuk keterlibatan wanita sebagai Satgas
dan perhatian terhadap pelatihan juga ditun- didasarkan pada keinginan Pemerintah Desa
jukkan selama pelatihan berlangsung. Hal ini untuk menciptakan kesetaraan gender dalam
terlihat dalam foto di bawah ini yang menun- hal penanganan bencana di Desa Gunung
jukkan Satgas lansia sedang mempraktekkan Geulis. Oleh karena itu, Pemerintah Desa
pembidaian dengan Satgas lansia lainnya. memilih lima orang wanita yang aktif di ber-
bagai kegiatan desa.
Selain melibatkan partisipasi wanita un-
tuk menciptakan kesetaraan gender, Peme-
rintah Desa Gunung Geulis juga melibatkan
lansia yang berjumlah dua orang sebagai Sat-
gas Desa Tangguh. Tujuan pemilihan lansia
menjadi Satgas Desa Tangguh yaitu untuk
memotivasi generasi muda agar ikut serta
dalam kegiatan penanganan bencana. Selain
itu, Satgas lansia diharapkan mampu meng-
komunikasikan mengenai bencana kepada
lansia lainnya di desa. Serta diharapkan juga
Gambar 2. Satgas Lansia sedang mempraktekkan PPE
bersama Satgas lainnya mampu memberikan pandangan-pandangan-
Sumber: Dokumentasi Tim BPBD nya berdasarkan pengalaman bencana yang
pernah dihadapi sebelumnya.
Namun menurut Satgas, masih ada keku-
BPBD sendiri memberikan persyaratan
rangan dari pelatihan kemarin yaitu praktek,
batasan umur kepada Pemerintah Desa Gu-
pendalaman materi dan bimbingan pasca pe-
nung Geulis. Namun dengan melihat kondi-
latihan. Penambahan praktek dalam pelatih-
si beberapa orang lansia yang tetap aktif di
an akan membantu bagi lansia yang terlibat
kegiatan desa misalnya dengan menjadi ang-
menjadi Satgas Desa Tangguh karena mereka
gota Linmas, maka Pemerintah Desa Gunung
cenderung lebih mudah memahami praktek
Geulis tetap melibatkan lansia tersebut untuk
daripada membaca dan mendengarkan materi.
menjadi Satgas. Pertimbangan Pemerintah
2. Peran Kelompok Rentan dalam Desa Gunung Geulis untuk tetap melibatkan
Kegiatan Penanggulangan Bencana lansia yaitu dengan melihat pada kondisi fisik
dan Pengurangan Resiko Bencana di mereka yang masih terlihat segar dan tetap
Desa Tangguh Bencana aktif dalam kegiatan-kegiatan di desa. Oleh
karena itu, BPBD pun memberikan kelelua-
2.1. Alasan dan Motivasi Keterlibatan
saan bagi Pemerintah Desa untuk mengajak
Satgas dari Kelompok Rentan
serta lansia dalam kegiatan pelatihan Satgas
Terpilihnya wanita dan lansia sebagai
Desa Tangguh ini.
Satgas merupakan hasil dari pemilihan Pe-
Para Satgas wanita dan lansia yang terli-
merintah Desa Gunung Geulis yang melihat
bat memang memiliki ketertarikan terhadap
keaktifan dari kader wanita dan lansia terse-
isu bencana karena terbiasa ikut dalam kegi-
but di kegiatan desa dan khususnya dalam
atan penanggulangan bencana sebelumnya di
kegiatan penanggulangan bencana.

23
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 1, APRIL 2015, 16-32

desa. Motivasi terbesar mereka untuk men- dengan kondisi cuaca saat ini yang tidak me-
jadi Satgas yaitu untuk membantu sesama nentu.
dan meringankan beban orang-orang yang Meskipun sudah mengadakan pertemu-
terdampak bencana. Selain itu, beberapa Sat- an untuk membahas mengenai kondisi Desa
gas wanita dan lansia tersebut juga merasa Gunung Geulis serta kegiatan antisipasi yang
memiliki kelonggaran waktu sehingga dapat harus dilakukan, namun para satgas merasa
mengikuti pelatihan Satgas Desa Tangguh belum banyak melakukan kegiatan sebagai
dan dapat berperan menjadi Satgas. satgas di Gunung Geulis. Hal ini disebabkan
2.2. Kegiatan dan Rencana Satgas Pasca karena minimnya peralatan yang dimiliki
Mengikuti Pelatihan Satgas Desa oleh satgas. Ketiadaan fasilitas dan alat-alat
Tangguh Bencana yang memadai ini turut mempengaruhi kiner-
Tugas pertama yang sudah dilaksanakan ja mereka sebagai satgas.
oleh para satgas, khususnya satgas wani- 2.3. Faktor Pendukung dan Penghambat
ta dan lansia, yaitu mensosialisasikan hasil Menjadi Satgas Desa Tangguh Bencana
pelatihan saat pertemuan rutin di desa dan Dari hasil wawancara dengan Satgas wa-
mensosialisasikan pada lingkungan terdekat. nita, seluruh pihak baik dari keluarga, or-
Selain itu, para satgas juga sudah mulai dili- ganisasi, dan pemerintah telah memberikan
batkan dalam kegiatan yang dilaksanakan di dukungan terhadap mereka. Dukungan dari
Desa Gunung Geulis. Tujuannya yaitu untuk keluarga khususnya izin dari suami, orga-
mengenalkan para satgas kepada masyarakat nisasi, dan pemerintah setempat merupakan
serta meningkatkan partisipasi satgas dalam faktor yang sangat mendukung para Satgas
kegiatan yang bersifat preventif. tersebut. Menurut Satgas, pemerintah desa
Kegiatan yang sudah melibatkan satgas dan bidan desa juga mendukung kegiatan
yaitu kegiatan pertemuan bulanan pengurus Satgas, dan khususnya keterlibatan Satgas
dan kader desa, pertemuan dengan lembaga wanita dan lansia.
pemuda desa, dan kegiatan penanaman po- Secara umum, Satgas wanita juga tidak
hon yang diselenggarakan oleh Dinas Ke- merasakan adanya hal-hal yang menghambat
hutanan Kabupaten Bogor. Ada Satgas yang mereka untuk melaksanakan tugasnya se-
sudah melakukan sosialisasi di tempat kerja, bagai Satgas. Namun dari hasil wawancara,
ada yang sudah melakukan sosialisasi de- terlihat adanya manajemen waktu dan perbe-
ngan kader-kader lainnya, ada yang sudah daan kemampuan fisik yang dapat menjadi
mengikuti kegiatan penanaman pohon, dan faktor penghambat. Tetapi menurut Satgas
lain-lain. wanita tersebut, masalah manajemen waktu
Setelah pelatihan, para Satgas juga sudah dapat diatasi karena mereka sudah mampu
mengadakan tiga kali pertemuan untuk mem- membagi-bagi waktu serta dapat berbagi tu-
bahas mengenai kondisi Desa Gunung Geu- gas dengan kader-kader lainnya apabila me-
lis serta untuk menjalin silaturahim dengan reka bertugas menjadi Satgas.
satgas lainnya. Dalam pertemuan tersebut, Untuk masalah perbedaan kemampuan
para Satgas juga membicarakan mengenai antara laki-laki dan perempuan, para Satgas
antisipasi terjadinya bencana longsor seiring wanita tidak merasa adanya masalah karena
mereka akan mengerjakan tugas-tugas yang

24
PERAN KELOMPOK RENTAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI DESA
TANGGUH BENCANA (SYADZA ALIFA, ARIF WIBOWO)

memang sesuai dengan kapasitas mereka. PEMBAHASAN


Mereka memang sudah menyadari adanya 1. Proses Pembentukan Satgas Desa
keterbatasan kemampuan mereka sehingga Tangguh Bencana Desa Gunung Geulis
mereka akan mengerjakan pekerjaan yang
bisa dikerjakan oleh wanita seperti memban- 1.1. Kesesuaian Satgas Terpilih dengan
tu di posko kesehatan, membantu di dapur Perka BNPB dan Perka BPBD
umum, menenangkan warga, dan lain-lain. Untuk mengatur syarat, tugas dan fungsi
Ibu SW mengungkapkan sebagai berikut, Satgas Desa Tangguh Bencana, BNPB telah
“Ya paling kalo kita sebagai Satgas ya kita mengeluarkan peraturan khusus yaitu Pera-
ambil aja tugas perempuannya apa..misalnya turan Kepala BNPB No 17 Tahun 2011 me-
kayak tugas laki-laki yang ngegotong gitu, ngenai Relawan Penanggulangan Bencana.
yaa jangaan...kita ambil aja yang bisa, misal- Jika dianalisis dari Peraturan Kepala BNPB
nya kalo lagi bencana kita nenangin warga.. No 17 Tahun 2011 mengenai Relawan Pe-
gitu..kita ambil yang mudah-mudah gitu” (13 nanggulangan Bencana tersebut, orang-
November 2014). -orang yang terpilih menjadi Satgas di Desa
Untuk Satgas lansia, menurut pengakuan Gunung Geulis telah memenuhi syarat untuk
Satgas lansia, tidak ada hambatan yang berar- menjadi relawan penanggulangan bencana
ti dalam melaksanakan tugasnya sebagai Sat- atau dalam program ini disebut dengan Sat-
gas. Adapun untuk masalah fisik, sejauh ini gas PB. Berdasarkan hasil temuan lapangan,
kondisi fisik yang ada belum dirasakan men- Satgas dipilih dari warga yang terlibat aktif
jadi penghambat dalam melaksanakan tugas dalam kegiatan di desa dan memiliki minat
sebagai Satgas. Hal ini disampaikan Pak SH yang tinggi terhadap isu kebencanaan. Hal
sebagai berikut, “Alhamdulillah sejauh ini ini sesuai dengan syarat-syarat dalam Perka
sehat-sehat aja..istilahnya harapan itu masih BNPB No 17 Tahun 2011 yang menyebutkan
panjang. Jadi gak ada hambatan fisik mah” bahwa relawan penanggulangan bencana ha-
(25 November 2014). rus memiliki jiwa kerelawanan, semangat
Selain itu, masalah kelonggaran waktu pengabdian dan dedikasi tinggi.
juga menjadi salah satu faktor pendukung Adapun untuk persyaratan usia yang di-
dalam melaksanakan tugas sebagai Satgas. cantumkan dalam Perka BNPB No 17 Ta-
Pak SH, salah seorang Satgas lansia, aktif hun 2011 tidak terdapat batasan usia untuk
bekerja pada malam hari saja sebagai pe- menjadi relawan penanggulangan bencana,
tugas keamanan sehingga pada waktu pagi hanya disebutkan berusia 18 tahun keatas.
hingga sore hari memiliki waktu yang long- Tetapi dalam Perka BPBD Kab.Bogor dican-
gar untuk mengikuti kegiatan lainnya. Oleh tumkan batasan usia untuk menjadi Satgas
karena itu, beliau tidak merasakan adanya yaitu 20-50 tahun. Dengan adanya perbeda-
hambatan manajemen waktu untuk melaksa- an batasan usia menurut dua peraturan yang
nakan tugasnya sebagai Satgas. berbeda, sehingga kondisi fisik dan kesehat-
an lebih menentukan seseorang dapat diteri-
ma menjadi Satgas Desa Tangguh atau tidak.
Berdasarkan hasil temuan lapangan, wanita
dan lansia yang tinggal di desa umumnya

25
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 1, APRIL 2015, 16-32

memiliki kondisi fisik dan kesehatan yang yaitu tahap persiapan dan pembentukan serta
cukup baik meskipun usianya telah mema- tahapan penyelenggaraan. Pada tahap persi-
suki usia rentan. Sehingga kemudian lansia apan dan pembentukan, dilaksanakan kegiat-
yang masih memiliki kondisi fisik dan kese- an pembentukan dan pelatihan untuk Satgas
hatan yang bagus tetap dapat diikutsertakan Desa Tangguh. Kegiatan ini difasilitasi oleh
untuk menjadi relawan penanggulangan ben- pihak BPBD dan diawasi oleh pemerintah
cana. desa setempat.
Selain itu, dalam persyaratan lain dise- Setelah pelatihan selesai, Satgas yang
butkan bahwa relawan PB harus mampu telah terpilih dan mengikuti pelatihan akan
bekerjasama dengan pihak-pihak lain dan ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala
memiliki pengetahuan atau keterampilan Desa sebagai Satgas Desa Tangguh. Kemu-
yang dapat bermanfaat dalam penanggu- dian setelah itu, Satgas akan berkumpul dan
langan bencana. Hal ini juga telah dipenuhi membuat Rancangan Aksi Kerja yang akan
oleh Satgas Desa Tangguh Gunung Geulis menjadi pedoman kegiatan penanggulangan
karena orang-orang yang terpilih merupa- bencana dan pengurangan resiko bencana
kan orang-orang yang aktif dalam berbagai di desa meskipun rancangan kerja tersebut
kegiatan di desa khususnya dalam kegiatan belum bersifat formal dan baru membahas
penanggulangan bencana. Untuk pengeta- persiapan menangani bencana tertentu mi-
huan dan keterampilan, Satgas yang terpilih salnya longsor. Setelah itu, seharusnya di-
memang belum memiliki pengetahuan men- lakukan pendampingan oleh fasilitator un-
dalam atau keahlian spesifik terkait penang- tuk mengawasi dan mendampingi kegiatan
gulangan bencana karena selama ini kegiatan yang dilakukan di Desa Tangguh Bencana.
penanggulangan bencana dilakukan secara Namun sampai saat ini belum ada pendam-
spontanitas dan menggunakan kearifan lokal pingan oleh fasilitator untuk mengawasi dan
setempat. mendampingi kegiatan yang dilakukan di
Adapun tugas-tugas Satgas berdasarkan Desa Tangguh Bencana, meskipun dari pihak
hasil temuan lapangan dan Perka BPBD BPBD terkadang melakukan kunjungan saat
beberapa telah dipenuhi yaitu memban- ada kegiatan tertentu di desa.
tu masyarakat dalam menangani bencana, 1.3. Peran BPBD dan Pemerintah Desa
mensosialisasikan mengenai bencana, pe- dalam Pembentukan serta Pelaksanaan
nanggulangan bencana dan peraturan keben- Satgas dan Desa Tangguh Bencana
canaan, melaporkan bencana yang terjadi ke Berdasarkan dari mekanisme persiapan
pihak-pihak terkait, dan memonitor kegiatan program Desa Tangguh Bencana serta peran
masyarakat agar tidak menimbulkan resiko BPBD dan pemerintah desa yang telah diurai-
bencana. kan menurut Perka BNPB No 1 Tahun 2012,
1.2. Pengalaman Satgas Mengikuti BPBD telah melakukan tugas dan peran yang
Pelatihan Satgas Desa Tangguh seharusnya dijalankan berdasarkan Perka
Bencana BNPB No 1 Tahun 2012. Untuk persiapan di
Dalam Pedoman Teknis Desa/Kelurahan tingkat kabupaten, pihak BPBD telah mela-
Desa Tangguh dijelaskan mengenai dua tahap kukan persiapan sejak jauh hari sebelum pe-
pelaksanaan program Desa Tangguh Bencana laksanaan program Desa Tangguh Bencana.

26
PERAN KELOMPOK RENTAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI DESA
TANGGUH BENCANA (SYADZA ALIFA, ARIF WIBOWO)

Untuk persiapan tingkat kecamatan dan desa, untuk dapat meningkatkan kapasitasnya serta
pihak BPBD juga sudah melaksanakan tugas- mendampingi dalam pelaksanaan program.
nya. Dalam mekanisme persiapan di tingkat Sementara warga, khususnya kelompok ren-
desa, BPBD mengadakan sosialisasi kepada tan, merupakan pelaksana dari kegiatan PR-
aparatur desa, memfasilitasi rekrutmen Sat- BBK sehingga diberikan pelatihan untuk me-
gas, mengadakan pelatihan peningkatan ka- ningkatkan kapasitasnya dalam menangani
pasitas Satgas, dan memberikan atribut dan bencana.
kelengkapan program untuk Satgas. Keterlibatan kelompok rentan juga dapat
Hal ini sesuai dengan hasil temuan la- dianalisa dengan konsep pemberdayaan. Ke-
pangan yaitu pihak BPBD menyatakan terlibatan kelompok rentan menjadi Satgas
bahwa peran BPBD lebih banyak di proses Desa Tangguh adalah salah satu bentuk pem-
pembentukan awal dan pengadaan pelatih- berdayaan karena kelompok rentan tersebut
an. Sementara itu memilih orang-orang yang dianggap sebagai kelompok orang-orang
akan terlibat menjadi Satgas Desa Tangguh yang kurang berdaya di masyarakat. Dalam
adalah kewenangan dari pemerintah desa. program Desa Tangguh Bencana di Desa
Dalam pembentukan Satgas Desa Tangguh, Gunung Geulis, wanita dan lansia justru di-
BPBD lebih banyak berperan pada saat peng- libatkan menjadi Satgas karena wanita dan
adaan pelatihan dan memberikan fasilitas lansia sebenarnya memiliki potensi untuk da-
pendukung kerja. pat dikembangkan. Selama wanita dan lansia
Sementara itu, peran Pemerintah Desa di- tersebut memiliki kondisi fisik dan psikis
antaranya memberikan masukan nama-nama yang sehat, berjiwa sosial tinggi, aktif dalam
calon Satgas kepada BPBD. Kemudian Pe- berbagai kegiatan, serta memiliki motivasi
merintah Desa mengeluarkan Surat Kepu- yang tinggi maka keterlibatan mereka akan
tusan Pengangkatan Satgas, ikut mengawasi meningkatkan kapasitas dan kepercayaan diri
selama pelatihan dan kegiatan Satgas pasca mereka.
pelatihan serta memberikan bantuan yang Selain itu, keterlibatan wanita dan lansia
dibutuhkan Satgas untuk menjalankan tu- yang menjadi Satgas Desa Tangguh juga me-
gasnya. Oleh karena itu, dinamika pemilihan nunjukkan peningkatan keberfungsian sosial
Satgas Desa Tangguh lebih banyak terjadi di mereka dalam masyarakat. Para wanita dan
Pemerintah Desa Gunung Geulis. lansia yang menjadi Satgas Desa Tangguh,
tidak hanya menjalankan peran-peran dalam
2. Peran Kelompok Rentan dalam masyarakat seperti biasanya (ibu rumah tang-
Mengurangi Resiko Bencana di Desa ga, kepala rumah tangga, istri, suami, tetang-
Tangguh Bencana ga), namun mereka juga memiliki peran tam-
2.1. Alasan Keterlibatan Satgas dari bahan yaitu sebagai Satgas Desa Tangguh.
Kelompok Rentan Keberfungsian sosial wanita dan lansia yang
Keterlibatan kelompok rentan sebagai terlibat menjadi Satgas pun akan berubah
Satgas PB merupakan perwujudan dari PRB- sesuai dengan harapan masyarakat terhadap
BK. Sesuai dengan konsep PRBBK, baik pe- mereka yang menjadi Satgas. Para Satgas
merintah desa dan BPBD, telah berperan se- pun memiliki ekspektasi tersendiri terhadap
bagai fasilitator yang membantu masyarakat diri mereka sendiri dengan menjadi Satgas.

27
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 1, APRIL 2015, 16-32

Dengan menjadi Satgas, mereka berharap da- tanan Kabupaten Bogor.Namun para Satgas
pat membantu masyarakat dalam menangani merasa belum maksimal melakukan kegiatan
bencana, menyalurkan bantuan dengan baik sebagai Satgas di Gunung Geulis karena mi-
dan tidak simpang siur, dan lebih sigap da- nimnya peralatan yang dimiliki oleh Satgas.
lam menghadapi bencana. Hal ini disebabkan Ketiadaan fasilitas dan alat-alat yang mema-
karena menurut sebagian ahli bahwa konsep dai ini turut mempengaruhi kinerja mereka
keberfungsian sosial terfokus pada keserasi- sebagai Satgas.
an antara kapasitas individu dengan tindak- 2.3. Faktor Pendukung dan Penghambat
an dan permintaan, harapan, sumber-sumber Menjadi Satgas Desa Tangguh Bencana
serta kesempatan dalam lingkungan sosial Dari hasil temuan lapangan, Satgas wani-
dan ekonominya. ta menyatakan seluruh pihak baik dari keluar-
2.2. Kegiatan dan Rencana Satgas Pasca ga, organisasi, dan pemerintah telah membe-
Mengikuti Pelatihan Satgas Desa rikan dukungan terhadap mereka. Dukungan
Tangguh Bencana dari sistem di sekitar mereka membuat me-
Berdasarkan Perka BNPB No 1 Tahun reka menjadi kuat dan percaya diri sehingga
2012 mengenai kegiatan-kegiatan dalam me- mereka lebih merasakan adanya dukungan
ngembangkan Desa Tangguh Bencana diatas, daripada hambatan.
kegiatan Desa Tangguh Bencana yang sudah Namun dari hasil temuan lapangan, terli-
dilakukan oleh BNPB, pemerintah desa, dan hat adanya kemungkinan masalah pada ma-
Satgas masih terbilang sedikit. Sampai saat najemen waktu karena kesibukan masing-
ini, kegiatan yang sudah dilakukan yaitu -masing Satgas yang cukup padat karena
pembentukan forum PRB desa atau pemben- mereka aktif pada berbagai kegiatan. Tetapi
tukan Kelompok Relawan Bencana dan kegi- masalah manajemen waktu dapat diatasi ka-
atan peningkatan kapasitas serta pelaksanaan rena mereka sudah mampu membagi-bagi
PRB di desa. waktu serta dapat berbagi tugas dengan ka-
Pasca pelatihan dan disahkan menjadi der-kader lainnya apabila mereka bertugas
Satgas Desa Gunung Geulis, para Satgas menjadi satgas.
sudah mulai menjalankan tugasnya sebagai Sementara untuk masalah perbedaan ke-
Satgas. Tugas pertama yang sudah dilaksa- mampuan antara laki-laki dan perempuan,
nakan oleh para Satgas, khususnya satgas para satgas wanita tidak merasa adanya masa-
wanita dan lansia, yaitu mensosialisasikan lah karena mereka akan mengerjakan tugas-
hasil pelatihan saat pertemuan rutin di desa -tugas yang memang sesuai dengan kapasitas
dan mensosialisasikan pada lingkungan ter- mereka. Hal ini sesuai dengan prinsip dari
dekat. Selain itu, para satgas juga sudah mu- pemberdayaan masyarakat dimana masya-
lai dilibatkan dalam kegiatan yang dilaksa- rakat yang diberdayakan harus disesuaikan
nakan di Desa Gunung Geulis. dengan kemampuan mereka masing-masing.
Kegiatan yang sudah melibatkan satgas Sementara untuk Satgas lansia, menurut
yaitu kegiatan pertemuan bulanan pengurus hasil temuan lapangan, tidak ada hambatan
dan kader desa, pertemuan dengan lembaga yang berarti dalam melaksanakan tugas se-
pemuda desa, dan kegiatan penanaman po- bagai Satgas. Sama seperti yang terjadi pada
hon yang diselenggarakan oleh Dinas Kehu- Satgas wanita, sistem di sekitar Satgas lansia

28
PERAN KELOMPOK RENTAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI DESA
TANGGUH BENCANA (SYADZA ALIFA, ARIF WIBOWO)

juga mendukungnya untuk menjadi Satgas. jalankan peran masing-masing dengan baik.
Adapun untuk masalah fisik, sejauh ini kon- Selain itu, proses pemilihan dan pemben-
disi fisik yang ada belum dirasakan menja- tukan Satgas berjalan dengan lancar karena
di penghambat dalam melaksanakan tugas adanya bantuan dari lembaga-lembaga desa
sebagai Satgas. Selain itu, masalah kelong- seperti BPD, LPM, dan lembaga/organisasi
garan waktu juga menjadi salah satu faktor desa lainnya. Oleh karena itu, proses pemi-
pendukung dalam melaksanakan tugas seba- lihan dan pembentukan Satgas Desa Tangguh
gai Satgas. Oleh karena itu, dapat disimpul- berjalan dengan baik.
kan bahwa dalam menjalankan tugas sebagai Kemudian untuk keterlibatan kelompok
Satgas, baik wanita maupun lansia lebih ba- rentan dalam program Desa Tangguh Benca-
nyak merasakan adanya dukungan daripada na sudah sesuai dengan konsep PRB berbasis
penghambat. komunitas. Keterlibatan kelompok rentan un-
Adapun potensi penghambat seperti ma- tuk menjadi Satgas Desa Tangguh merupakan
najemen waktu, kemampuan fisik, kemam- bentuk pemberdayaan kelompok rentan di
puan intelektual, tidak dirasakan sebagai daerah rawan bencana serta menjadi bagian
faktor yang menghambat karena adanya dari pembangunan sosial di masyarakat desa.
kepercayaan diri (motivasi internal) yang Selain itu, keterlibatan wanita dan lansia
tinggi dari para wanita dan lansia yang men- menjadi Satgas menunjukkan keberfungsian
jadi Satgas bahwa mereka mampu mengatur sosial mereka, karena mereka tidak hanya
faktor-faktor tersebut sehingga tidak akan menjalankan peran yang biasa dilakukan
menghambat kinerja mereka sebagai Satgas. pada umumnya, tetapi mereka juga menja-
lankan peran sebagai Satgas yang diharapkan
KESIMPULAN dapat membantu masyarakat dalam kegiatan
penanggulangan bencana dan pengurangan
Dari hasil temuan lapangan dan analisa
resiko bencana.
dapat disimpulkan tiga hal berikut.Pertama,
Terakhir, faktor pendukung keterlibatan
proses pembentukan Satgas Desa Tangguh di
kelompok rentan untuk menjadi Satgas yaitu
Desa Gunung Geulis, Kecamatan Sukaraja,
adanya dukungan dari berbagai pihak seperti
Bogor, telah sesuai dengan Peraturan Kepa-
keluarga, tetangga, pemerintah desa, dan or-
la BNPB No 1 Tahun 2012 tentang Pedoman
ganisasi. Dukungan dari berbagai pihak ini
Umum Desa/Kelurahan Tangguh. Namun
membuat para Satgas menjadi percaya diri
terdapat beberapa kekurangan dalam pelak-
karena adanya respon yang positif dari sistem
sanaan program pelatihan Satgas Desa Tang-
di sekitar mereka. Sementara itu, faktor yang
guh diantaranya kurangnya fasilitas untuk
menjadi potensi penghambat keterlibatan ke-
pembekalan para Satgas, belum adanya pen-
lompok rentan yaitu masalah fisik dan ma-
dampingan dari fasilitator, serta pembekalan
najemen waktu. Namun faktor penghambat
yang diberikan yang sifatnya masih menda-
tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti
sar. Namun kedepannya direncanakan akan
bagi kelompok rentan di Desa Gunung Geu-
adanya pendampingan untuk para Satgas dan
lis untuk dapat melaksanakan tugasnya seba-
akan adanya pembekalan materi lanjutan.
gai Satgas dengan baik karena adanya keper-
Selama proses pembentukan, BPBD dan
cayaan diri dan motivasi internal yang tinggi.
Pemerintah Desa Gunung Geulis telah men-

29
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 1, APRIL 2015, 16-32

Namun, hal yang paling penting dalam mem- c. Kegiatan peningkatan kapasitas bagi ke-
berdayakan kelompok rentan dalam program lompok rentan lebih sesuai dengan ke-
Desa Tangguh Bencana ini yaitu menyesuai- mampuan masing-masing. Pelatihan yang
kan tugas dan tanggungjawab mereka sesuai disesuaikan dengan kapasitas kelompok
porsi dan kapasitas mereka serta memberikan rentan tersebut akan menyebabkan mere-
pelatihan yang disesuaikan dengan kemam- ka lebih mampu berkembang dan menja-
puan mereka. lankan tugas dengan lebih baik.
Dari hasil penelitian ini dapat disim- d. Perlu adanya penambahan jumlah perso-
pulkan bahwa pelaksanaan program Desa nil Satgas Desa Tangguh dari khususnya
Tangguh Bencana yang melibatkan partisi- dari kelompok rentan. Hal ini disebab-
pasi aktif dari kelompok rentan sudah sesuai kan karena keterlibatan kelompok rentan,
dengan peraturan dan konsep pengurangan khususnya wanita dan lansia, adalah hal
resiko bencana berbasis komunitas. Adapun yang positif dan dapat memberikan man-
untuk pemberdayaan kelompok rentan harus faat dalam kegiatan penanggulangan ben-
dilaksanakan sesuai dengan kapasitas dan cana dan pengurangan resiko bencana.
kemampuan mereka sehingga kelompok ren- e. Perlu adanya penyediaan fasilitas bagi
tan dapat terlibat aktif dalam kegiatan tanpa Satgas yang lebih memadai, khususnya
kehilangan hak atau terdiskriminasi karena bagi kelompok rentan, sehingga dapat
kekurangan yang mereka miliki. Kebutuhan mendukung kinerja mereka sebagai Sat-
mereka juga harus diakomodasi baik dalam gas Desa Tangguh.
pelatihan maupun dalam pelaksanaan tugas f. Berdasarkan hasil temuan lapangan, per-
sebagai Satgas. lu adanya pendampingan dari fasilitator
Untuk mendukung keterlibatan kelompok untuk program Desa Tangguh Bencana
rentan sebagai Satgas dalam program Desa di Gunung Geulis ini, khususnya untuk
Tangguh Bencana, beberapa saran yang dapat mengawasi dan membantu para Satgas
diberikan yaitu: dari kelompok rentan untuk dapat menja-
a. Berdasarkan hasil temuan lapangan, wa- lankan tugasnya dengan lebih maksimal.
nita dan lansia yang potensial secara fisik Pendampingan ini bukan hanya untuk mo-
dapat dilibatkan dalam kegiatan penang- nitoring dan evaluasi, tetapi juga meng-
gulangan bencana, khususnya dengan arahkan dan memfasilitasi kebutuhan-
menjadi Satgas. Makna potensial disini -kebutuhan yang kurang di lapangan.
berarti sehat secara jasmani dan rohani
dan mau serta mampu menjalankan tugas DAFTAR PUSTAKA
sebagai Satgas.
Adi, Isbandi Rukminto. 2002. Pemikiran-
b. Kegiatan pelatihan untuk peningkatan
-Pemikiran dalam Pembangunan Ke-
kapasitas Satgas Desa Tangguh harus me-
sejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga
nyesuaikan dengan kebutuhan dari kelom-
Penerbit FE UI.
pok rentan. Misalnya dengan mengadakan
Adi, Isbandi Rukminto. 2005. Ilmu Kesejah-
lebih banyak praktek dibandingkan materi
teraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.
secara tertulis agar lebih mudah dipahami
Depok: FISIP UI Press.
oleh lansia.

30
PERAN KELOMPOK RENTAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI DESA
TANGGUH BENCANA (SYADZA ALIFA, ARIF WIBOWO)

Adi, Isbandi Rukminto Adi. 2007. Perenca- Badan Penanggulangan Bencana Daerah
naan Partisipatoris Berbasis Aset Ko- Kabupaten Bogor. 2014. Rencana Pe-
munitas (Dari Pemikiran Menuju Pe- nanggulangan Bencana Daerah Kabu-
nerapan). Depok: FISIP UI Press. paten Bogor 2014-2019
Adi, Isbandi Rukminto. 2013. Intervensi Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Komunitas & Pengembangan Masya- DKI Jakarta.Diakses darihttp://bpbd.
rakat Sebagai Upaya Pemberdayaan jakarta.go.id/siklus-bencana-standar-
Masyarakat. Jakarta: PT.RajaGrafindo -internasional/=tanggal 9 Juni 2014
Persada. Benson, Charlotte, John Twigg, dan Tizi-
Alifa, Syadza. 2014. Laporan Akhir Prakti- ana Rosetto. 2007. Perangkat untuk
kum 2 di BPBD Kabupaten Bogor. Mengarusutamakan Pengurangan Re-
Alston, Margaret, Wendy Bowles. 2003. Re- siko Bencana: Catatan Panduan bagi
search for Social Workers, An Intro- Lembaga-Lembaga yang Bergerak di
duction to Methods 2nd Edition. Aus- Bidang Pembangunan. Switzerland:
tralia: Allen & Unwin. Provention Consortium Secretariat.
Anwas, Oos M. 2013. Pemberdayaan Ma- BPBD. 2014. Profil BPBD Kabupaten Bogor.
syarakat di Era Global. Bandung: Pe- Diakses dari http://bpbd.bogorkab.
nerbit Alfabeta. go.id/index.php/multisite/page/108/
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Peneli- profiltanggal 30 Oktober 2014
tian Suatu Pendekatan Praktek. Jakar- Coppola, Damon P. 2006. Introduction to
ta: Rineka Cipta. International Disaster Management.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. USA: Butterworth-Heinemann.
2011. Peraturan Kepala Badan Nasio- Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
nal Penanggulangan Bencana Nomor Jenderal Cipta Karya. Modul Khusus
17 Tahun 2011 tetang Relawan Pe- Fasilitator: Pengelolaan dan Pena-
nanggulangan Bencana nganan Bencana. PNPM Mandiri Kota
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Fahrudin, Adi. 2012. Pengantar Kesejahte-
2012. Peraturan Kepala Badan Nasio- raan Sosial. Bandung: PT.Refika Adi-
nal Penanggulangan Bencana Nomor tama.
1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Hikmawati, Eny, dkk. 2009. Pengkajian
Desa/Kelurahan Tangguh Bencana. Efektivitas Asuransi Kesejahteraan
Badan Perencanaan Nasional. 2012. Ring- Sosial. Yogyakarta: B2P3KS Press.
kasan Telaahan Sistem Terpadu Pe- Huda, Miftachul. 2009. Pekerjaan Sosial &
nanggulangan Bencana di Indonesia Kesejahteraan Sosial: Sebuah Peng-
(Kebijakan, Strategi, dan Operasi) antar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Ka- Kodoatie, Robert.J dan Roestam Sjarief.
bupaten Bogor. 2013. Surat Keputus- 2006. Pengelolaan Bencana Terpa-
an Kepala Badan Penangguloangan du (Banjir, Longsor, Kekeringan, dan
Bencana Daerah Kabupaten Bogor Tsunami). Jakarta: Yarsif Watampone.
tentang Petunjuk Teknis Desa Tangguh Lassa, Jonatan, Puji Pujiono, Djuni Pristi-
Bencana yanto, dkk. 2009. Pengelolaan Resiko

31
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 16, NOMOR 1, APRIL 2015, 16-32

Bencana Berbasis Komunitas. Jakarta: Suhartini, Rr. 2005. ’Dimensi Jender dalam


PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Pemberdayaan Masyarakat di Dae-
Marshall, Catherine dan Gretchen B.Ross- rah Rawan Longsor’. In Rr Suharti-
man. 2006. Designing Qualitative Re- ni, A.Halim, Imam Khambali, Abd.
search. USA: Sage Publications. Basyid (eds). Model-model Pember-
Midgley, James. 1995. Social Development, dayaan Masyarakat. Yogyakarta : Pus-
The Developmental Perspective in So- taka Pesantren.
cial Welfare. London: Sage Publicati- Suyanto, B. 2005. Metode Penelitian Sosial:
on. Berbagai Alternatif Pendekatan. Jaka-
Misriyani. 2009. Manajemen Penanggulang- rta: Prenada Media.
an Banjir di tingkat Komunitas (Studi United Nations Development Programs.
Kasus pada Masyarakat RW 01, Ke- 1998. Modul Program Pelatihan Ma-
lurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta najemen Bencana.
Barat. Universitas Bina Nusantara. 2010. Diakses
Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian dari http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/
Deskriptif Kualitatif. Jakarta: GP Press 2010-2-00174-ds%20bab%202.pdf
Group. tanggal 15 Oktober 2014
Naryanto, Heru Sri. 2001. Jurnal “Pena- Universitas Negeri Yogyakarta. Di-
nganan Bencana: Kumpulan Bahan- akses dari http://eprints.uny.
-bahan Pelatihan Penanganan Benca- ac.id/9356/2/bab%202%20_NIM%20
na” Seri Forum LPPS No 43 08102241022.pdftanggal 10 Mei 2014
Nawawi, Ismail. 2009. Pembangunan dan Warto,dkk. 2002. Pengkajian Manajemen
Problema Masyarakat “Kajian Kon- Penanggulangan Korban Bencana
sep, Model, Teori dari Aspek Ekonomi pada Masyarakat di Daerah Rawan
dan Sosiologi”. Surabaya: Putra Me- Bencana Alam dalam Era Otonomi
dia Nusantara Daerah. Yogyakarta: Balai Besar Pe-
Neuman, W.Lawrence. 1997. Social Resear- nelitian dan Pengembangan Pelayanan
ch Methods: Qualitative and Quanti- Kesejahteraan Sosial.
tative Approaches. USA: Allyn and Yustiningrum, SIP,MA, RR.Emilia. 2010.
Bacon. Strategi Penanganan Pasca Bencana
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyara- Alam di Indonesia: Dampak Terhadap
kat, Memberdayakan Rakyat (Kajian Kelompok Rentan. Jakarta: LIPI.
Strategis Pembangunan Kesejahtera-
an Sosial & Pekerjaan Sosial). Ban-
dung: PT.Refika Aditama.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantita-
tif Kualitatif dan R&D. Bandung: Al-
fabeta.
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kua-
litatif.

32

Anda mungkin juga menyukai