Anda di halaman 1dari 4

Ananto Adi Trisaputro

1406559805
Perempuan dan Keadilan
Feminist Legal Theory
Ketimpangan atau ketidakadilan kepada perempuan dalam masyarakat pada
masa saat ini dalam berbagai bentuk, seperti adanya kesenjangan dalam upah yang
berbeda dari perempuan dan laki-laki yang bekerja. Hal tersebut dapat dikatakan
sebagai feminisasi kemiskinan atau yang lebih tepat disebut sebagai pemiskinan
perempuan1, selain itu perempuan yang bekerja dapat mempunyai beban secara ganda
yaitu pada tempat kerja dan tanggung jawab sebagai ibu2.
Feminist Legal Theory atau yang biasa disebut dengan hukum feminis
merupakan aturan-aturan ataupun hukum yang dibentuk oleh kaum feminis. Feminis
legal theory dibentuk dalam menanggapi berbagai hal yang berkaitan dengan
kekerasan dan ketidakadilan yang dialami oleh perempuan. Pada dasarnya feminis
legal theory didasarkan pada sebuah falsafah hukum yang didasarkan pada kesetaraan
gender di bidang politik, ekonomi, dan sosial. Hal tersebut muncul karena adanya
ketidakpuasan yang dialami oleh perempuan, karena hukum-hukum pada saat itu telah
secara tidak langsung atau langsung menciptakan ketidakadilan kepada perempuan.
oleh karena itu feminist legal theory dianggap sebagai yang dapat memberikan
keadilan bagi perempuan sehingga tidak dapat merugikan perempuan di masa yang
akan datang.
Pada proses hukum telah memberikan respon yang lambat atau berkesan
sangat lama pada kasus perempuan yang bersangkutan dengan hukum. Hal tersebut
terjadi karena hukum dan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hukum adalah sebagai
refleksi atau dari nilai-nilai maskulin. Yang pada akhirnya pada kasus-kasus
perkosaan atau kekerasan dalam rumah tangga, dapat menyebabkan adanya putusan
atau vonis yang dijatuhkan kepada pelaku sanksi yang rendah atau tidak setara dengan
perlakuan yang dilakukan kepada korban.
Keberagaman pada teori hukum feminis yang telah dikembangkan selama dua
periode terakhir, karena banyaknya sehingga dilakukan pemilahan dan
mengklasifikasikan. Sehingga yang membuat berguna untuk melihat feminis secara

1
Christine A. Littleton, “Equality And Feminist Legal Theory”, HeinOnline, Vol.48, 1987, Hal 1043
2
Ibid, 1044
luas dan terdapat 3 teori hukum yang saling terkait untuk menjelaskan dan menolak
ketimpangan pada perempuan atau ketidaksetaraan pada perempuan3.
Pertama, 4teori sex discrimination yang menyerukan ketidakadilan yang
muncul dari prasangka irasional terhadap perempuan di dunia publik, serta stereotip
tidak adil digunakan untuk mengecualikan perempuan dari pekerjaan dan area lain
dari kehidupan sosial. Contohnya, pada tahun 1971 kasus Reed vs Reed. Mahkamah
Agung Amerika Serikat, irasionalitas keputusan untuk memilih laki-laki atas
perempuan tanpa pembenaran diperbolehkan pengadilan untuk menjatuhkan
keputusan digunakan sebagai klausul perlindungan dengan mengatas namakan
perempuan.
Kedua, teori 5Gender Oppression yang mengatasi bentuk-bentuk ketidakadilan
yang timbul dari pembatasan perempuan pada lingkungan sosial. Pada contohnya
sistem hukum yang merespon pada kasus gender oppression pada Hopkins vs Price
Waterhouse. Seorang akuntan perempuan telah ditolak dalam rangka partnership pada
sebuah perusahaan asuransi. Dikarenakan akuntan perempuan tersebut berperilaku
seperti laki-laki. Pengadilan menemukan sikap tersebut yang diskriminatif terhadap
perempuan karena alasan penolakan tersebut melanggar hukum kesempatan kerja
yang sama baik pada perempuan dan laki-laki. Namun, pada akhirnya pengadilan
lebih bersimpati kepada pengusaha yang terlibat dalam bentuk penindasan
diskriminasi terhadap seseorang yang “berperilaku” seperti perempuan.
6
Terakhir, pada teori sexual subordination yang memberikan bahwa
penurunan nilai-nilai yang berhubungan pada perempuan atau segala hal yang dapat
melemahkan seorang perempuan. Contohnya, Catherine Mackinnon yang meneliti
bahwa pornografi sebagai kekerasan kepada perempuan sebagai pelanggaran dari Hak
Asasi Manusia. Dia berpendapat bahwa pornografi sebagai, dapat merusak nilai-nilai
yang terdapat pada perempuan sehingga pola pikir masyarakat berubah dalam
perempuan dan hal tersebut dapat menyebabkan kekerasan seksual pada perempuan.
Feminist Legal Theory dapat dikatakan sebagai kritik yang dibuat oleh kaum
feminis terhadap praktik hukum. Dikarenakan pada praktik hukum, masih banyaknya
ketidakadilan terjadi dalam sistem peradilan pidana dan stigma-stigma dari penegak

3
Ibid, Hal 1045
4
Ibid, Hal 1045
5
Ibid, Hal 1045
6
Ibid, Hal 1046
hukum yang berkesan masih mendiskriminasikan perempuan atau membuat
ketidakadilan kepada perempuan.
Daftar Pustaka
 Littleton, C. A. (1987). EQUALITY AND FEMINIST LEGAL
THEORY. HeinOnline , 48, 1043-1059.

Anda mungkin juga menyukai