Anda di halaman 1dari 24

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT

JALAN DIABETES MELITU TIPE 2 DI PUSKESMAS


KOYA BARAT PADA TAHUN 2017

Oleh:
GUGUN RAHMANDALA LINGGA
0130840099

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2018
LATAR BELAKANG
• Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
• Internasional Diabetes Federation (IDF) menyebutkan pada tahun
2012 angka kejadian diabetes melitus didunia adalah sebanyak 371
juta jiwa.
• Pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ke tujuh di dunia
untuk prevalensi penderita diabetes.
TUJUAN PENELITIAN
• TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien rawat jalan
diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Koya Barat pada tahun 2017.
• TUJUAN KHUSUS
Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien rawat jalan
diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Koya Barat berdasarkan
umur, jenis kelamin, gula darah puasa, dan indeks masa tubuh.
MANFAAT PENELITIAN
• Sebagai salah satu syarat kelulusan di Fakultas Kedokteran
Universitas Cenderawasih dan agar dapat meningkatkan
wawasan dan pengetahuan.
• Sebagai tambahan referensi mengenai gambaran karakteristik
pasien rawat jalan diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Koya
Barat pada tahun 2017.
• Memberikan informasi bagi masyarakat mengenai diabetes
melitus tipe 2, sehingga masyarakat menjadi lebih tau tentang
penyakit diabetes melitus tipe 2 dan dapat melakukan tindakan
pencegahan.
DEFINISI
• Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
FAKTOR RESIKO DIABETES MELITUS

• Kejadian DM tipe 2 pada wanita lebih tinggi dari pada laki-laki. Wanita
lebih berisiko mengidap DM karena secara fisik wanita memiliki
peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar.
• Menurut International Diabetes Federation (IDF) 2015, faktor risiko
yang berhubungan dengan DM tipe 2 sebagai berikut :
 Riwayat keluarga diabetes.
 Obesitas.
 Faktor Usia.
 Aktivitas fisik.
Patogenesis

Genetik Resistensi Insulin Didapat:


Obesitas
Kurang aktivitas fisik
hiperinsulinemia Faktor usia

Kompensasi Toleransi Glukosa


Normal

Toleransi Glukosa Terganggu

Disfungsi sel ß
Produksi
Glukosa Hati
Meningkat DM Tipe 2
GEJALA DAN TANDA KLINIS

Poliuria

TRIAS
Polifagia Polidipsia
GEJALA TAMBAHAN

• Berat badan menurun.


• Lemas.
• Kesemutan.
• luka yang sulit sembuh.
• Mata kabur.
DIAGNOSIS

Gejala klasik DM + Glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L)

ATAU

Gejala Klasik DM + Glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL (7 mmol/L)

ATAU

Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L)
Beban glukosa 75 gram.
TATALAKSANA
Diet (Terapi Gizi Medis)

Exercise (latihan Jasmani)

Pendidikan Kesehatan
(Edukasi)

Terapi Farmakologis (Obat Oral


hipoglikemik, insulin)
METODOLOGI PENELITIAN
• Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Koya Barat Kota Jayapura,
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif dengan
menggunakan metode deskriptif.
• Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai masing-masing
variabel, baik satu variabel atau lebih sifatnya independen tanpa
membuat hubungan maupun perbandingan dengan variabel yang lain
(wiratna, 2014).
• Teknik sampling yaitu Total Sampling.
ALUR PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Koya Barat, waktu pengambilan
data pada tanggal 9 Mei 2018.
• Populasi pada penelitian ini berjumlah 38 orang yang diagnosis
sebagai pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Koya Barat
periode Januari – Desember 2017.
Distribusi Pasien Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan
Usia

No Umur Frekuensi Persentasi (%)


1 18-40 tahun 1 3%
2 41-60 tahun 13 34%
3 >60 tahun 24 63%
TOTAL 38 100%
• Penelitian ini sesuai dengan trisnawati dalam allorerung desy
(2016) usia >40 tahun adalah usia yang berisiko terkena DM tipe
2 dikarenakan adanya intoleransi glukosa dan proses penuaan
yang menyebabkan kurangnya sel beta pankreas dalam
memproduksi insulin. Hal ini sesuai dengan penelitian suyono
(2011), yang mengatakan bahwa prevalensi diabetes melitus tipe
2 di negara berkembang kebanyakan berumur 45-64 tahun,
golongan umur yang masih produktif.
Distribusi Pasien Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Jenis
Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

1 Laki-laki 11 28.94

2 Perempuan 27 71.05

TOTAL 38 100
• Penelitian ini sesuai dengan Tandra dalam Allorerung Desy
(2016) menyatakan bahwa perempuan memiliki resiko lebih
besar untuk menderita DM tipe 2 dibandingkan laik-laki, wanita
lebih beresiko mengidap DM tipe 2 karena secara fisik wanita
memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih
besar.
Distribusi Pasien Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan
Gula Darah Puasa

No Gula Darah Puasa Frekuensi Presentase (%)


1 Baik 7 18.42
2 Sedang 3 7.89
3 Buruk 28 73.68
TOTAL 38 100

• Menurut PERKENI kadar glukosa darah puasa yang baik


adalah 80 – 109 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa yang
buruk adalah ≥ 126 mg/dl
Distribusi Pasien Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan
IMT

No IMT Frekuensi Presentase (%)


1 Berat badan kurang 1 2.63
2 Normal 10 26.31
3 Berat badan lebih 5 13.15
4 Obesitas I 15 39.47
5 Obesitas II 7 18.42
TOTAL 38 100
• Hal ini sesuai dengan teori Suyono (2011), bahwa faktor risiko
dari diabetes melitus tipe 2 adalah faktor kegemukan/ obesitas
yang meliputi perubahan gaya hidup dari tradisional ke gaya
hidup barat, makan berlebihan, dan hidup santai (kurang gerak).
KESIMPULAN
• Pasien diabetes melitus tipe 2 di puskesmas koya barat
periode januari-desember 2017 adalah sebanyak 38 orang.
• Sebagian besar penderita DM tipe 2 dengan kategori umur
>60 tahun (63%).
• Sebagian besar penderita DM tipe 2 berjenis kelamin
perempuan (71,05%).
• Sebagian besar penderita DM tipe 2 memiliki kadar gula
puasa buruk (73,68%).
• Sebagian besar penderita DM tipe 2 memiliki IMT kategori
obesitas I (39,47).
SARAN
• Untuk masyarakat, terutama penderita DM tipe 2, untuk
lebih memperhatikan kondisi berat badan dengan cara
lebih peduli tentang pola makan dan meningkatkan
olahraga serta dengan mengubah gaya hidup
masing-masing individu agar menjadi lebih produktif.
• Melakukan penyuluhan rutin tentang diabetes melitus,
khususnya kepada penderita diabetes melitus agar
penderita lebih sadar dalam menjaga kesehatan dan
memperhatikan berat badannya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai