Anda di halaman 1dari 23

TUMBUH KEMBANG ANAK

DETEKSI DINI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


ANAK BALITA

Oleh

Kelompok 1 :

Herry Dwipayanti (P07131216001)

Ida Ayu Wedastri Pradnyani (P07131216009)

Dewa Ayu Agung Teja Rusady Dewi (P07131216010)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN D-IV A GIZI
DENPASAR
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas paper yang berjudul “Deteksi
Dini Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Balita” guna memenuhi tugas Tumbuh
Kembang Anak. Terima kasih kami ucapkan kepada Dosen pengajar mata kuliah
Tumbuh Kembang Anak, orang tua, serta teman-teman sekalian yang telah membantu,
baik berupa bantuan moril maupun materil, sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan.

Kami menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami
dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari kami semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik
untuk pribadi, teman-teman, serta orang yang membaca makalah ini sebagai tambahan
dalam menambah referensi yang telah ada.

Denpasar, 18 September 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

2.1 Pengertian Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak.....................................3

2.2 Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembanga.............................................3

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak..................5

2.4 Cara Mendeteksi Tumbuh Kembang Anak................................................7

2.5 Gangguan Tumbuh Kembang Anak..........................................................11

2.6 Cara Intervensi Gangguan Tumbuh Kembang Anak................................14

DISKUSI.........................................................................................................17

BAB III PENUTUP........................................................................................18

3.1 Kesimpulan...............................................................................................18

3.2 Saran.........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pertumbuhan dan perkembangan anak secara fisik, mental, sosial,


emosional dipengaruhi oleh gizi, kesehatan dan pendidikan. Hal ini
telah banyak dibuktikan dari berbagai penelitian. Salah satu hasil dari
penelitian adalah bahwa pada 4 tahun pertama usia anak,
perkembangan kognitifnya mencapai 50%, kurun waktu 8 tahun
mencapai 80%, dan mencapai 100% saat anak mencapai usia 18
tahun. Setiap orangtua menginginkan anak-anaknya menjadi anak
yang pintar, sehat, berkualitas dan sukses di masa depan. Salah satu
upaya untuk mencapai hal tersebut dengan melakukan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan deteksi dini.

Sesuai dengan proses tumbuh kembang, pemantauan perlu dilakukan sejak awal
yaitu sewaktu dalam kandungan sampai dewasa. Dengan pemantauan yang baik akan
dapat dideteksi adanya penyimpangan secara, dini sehingga tindakan koreksi yang
dilakukan akan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan.

Dengan kata lain bila penyimpangan terdadi pada usia dini dan dideteksi sedini
mungkin, maka tindakan koreksi akan memberikan hasil yang memuaskan, sedangkan
bila penyimpangan tejadi pada usia dini tetapi baru dideteksi pada usia yang lebih
lanjut, hasil koreksi akan kurang memuaskan.

Deteksi dini tumbuh kembang anak / balita adalah kegiatan atau


pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan
tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah. Dengan
ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh
kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian deteksi dini tumbuh kembang anak balita?

2. Apa pengertian pertumbuhan dan perkembangan?

3. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang?

4. Bagaimana cara mendeteksi tumbuh kembang anak balita?

5. Apa saja gangguan tumbuh kembang anak balita?

6. Bagaimana cara intervasi gangguan tumbuh kembang?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian deteksi dini tumbuh kembang anak balita

2. Untuk mengetahui pengertian pertumbuhan dan perkembangan

3. Untuk mengatahui faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang

4. Untuk mengetahui cara mendeteksi tumbuh kembang anak balita

5. Untuk mengetahui gangguan tumbuh kembang anak balita

6. Untuk mengetahui cara intervasi gangguan tumbuh kembang


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK/BALITA

Dalam bidang biologi, tumbuh dan berkembang merupakan dua proses yang saling
berkaitan dan sulit untuk dipisahkan satu dari yang lainnya. Meskipun dari keduanya
mempunyai pengertian yang berbeda. Pertumbuhan berkaitan dengan bertambahnya
ukuran berbagai organ tubuh (fisik) yang disebabkan oleh peningkatan ukuran masing-
masing sel dalam kesatuan sel yang membentuk organ tubuh atau bertambahnya jumlah
keseluruhan sel atau keduanya. Beberapa sumber mendefinisikan pertumbuhan sebagai
bertambahnya ukuran fisik dan struktural tubuh, dalam arti sebagian atau keseluruhan,
karena adanya multiplikasi sel dan atau karena bertambahnya sel (sifatnya kuantitatif).
(Nelson, 1988; Moersintowarti, 1991, 1993; Mustarsid, 1993; Djauhar Ismail,1993 ).

Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak
konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan
dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan
perkembangan yang sesuai dengan usianya.

Deteksi dini tumbuh kembang anak/balita adalah kegiatan atau pemeriksaann untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra
sekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang
anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan

2.2 PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik(anatomi) dan struktur tubuh dalam


arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel
tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel, jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada
pertumbuhan ukuran fisik seseorang yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang
bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala.
Tujuan dari mempelajari ilmu tumbuh kembang anak sebagai berikut :

a. Sebagai upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak


baik fisik,mental dan sosial.
b. Menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang.

c. Kemungkinan penanganan yang efektif.

d. Mencari penyebab dan mencegahnya.

Batasan pertumbuhan yang disampaikan di atas, dapat diambil beberapa hal penting,
yaitu:

a. Bahwa pertumbuhan merupakan perubahan pada organ fisik, bukan pada


aspek non fisik.
b. Organ fisik yang mengalami perubahan berkaitan dengan bertambahnya
ukuran dan struktur fisik.
c. Sifat perubahan organ fisik karena peningkatan ukuran fisik, bukan
penurunan ukuran fisik.
d. Ukuran dan struktur fisik dapat berbentuk berat badan, tinggi/panjang
badan, ukuran besarnya organ tubuh tertentu seperti dada, kepala, kaki,
dsb.
Perubahan organ fisik terjadi karena pertambahan jumlah keseluruhan sel atau
peningkatan ukuran masing-masing sel dalam kesatuan sel yang membentuk organ tubuh.

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar,gerak halus,bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian. Istilah perkembangan dapat diartikan sebagai bertambahnya kemampuan
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat
diperkirakan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel dan jaringan tubuh, organ dan
sistemnya yang terorganisasi sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat berfungsi
(sifatnya kualitatif). (Nelson, 1988, Moersintowarti, 1991, 1993).

Perkembangan merupakan suatu proses pematangan majemuk yang berhubungan


dengan diferensiasi bentuk atau fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi (Suharti
Agusman, Samsudin, 1985; Sudianto, 1985). Dengan demikian proses perkembangan
termasuk berhubungan dengan aspek nonfisik seperti kecerdasan. Dari beberapa batasan
perkembangan anak tersebut dapat diambil beberapa hal penting yang menjadi ciri
perkembangan anak, diantaranya:
1) Bahwa perkembangan merupakan proses pematangan majemuk, artinya bukan
sebuah terminasi dari pematangan salah satu organ tubuh, melainkan
pematangan dari banyak organ tubuh.

2) Pematangan organ tubuh dalam perkembangan anak terorganisasi sedemikian


rupa sehingga menjadi berfungsi, seperti menggenggam, mengunyah, berfikir,
berbicara, berinteraksi sosial, dll.

3) Fungsi yang muncul akibat pematangan majemuk adalah dalam bentuk


kemampuan, baik fisik maupun nonfisik.

4) Bersifat kualitatif, bukan kuantitatif.

2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG

Harus diperhatikan, ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh


kembang balita, antara lain :

1. Faktor Herediter

Faktor Herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam
mencapi tumbuh kembang anak,faktor herediter meliputi faktor bawaan, jenis
kelamin, ras dan suku bangsa. Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis
kelamin laki-laki setelah lahir akan cenderung cepat dibandingkan dengan anak
perempuan serta akan bertahan sampai usia tertentu. Baik anak laki-laki atau anak
perempuan akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat ketikan mereka
mencapai masa pubertas.

2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam
menentukan tercapai atau tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Faktor lingkungan
ini dapat meliputi lingkungan prenatal (lingkungan dalam kandungan) dan
lingkungan postnatal (lingkungan setelah bayi lahir). Faktor lingkungan secara
garis besar dibagi menjadi:
1) Faktor lingkungan prenatal
 Gizi pada waktu ibu hamil
 Zat kimia atau toksin
 Hormonal
2) Faktor lingkungan postnatal
a) Budaya lingkungan
Dalam hal ini adalah budaya dalam masyarakat yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak, budaya lingkungan dapat
menentukan bagaimana seseorang mempersepsikan pola hidup sehat.
b) Status sosial ekonomi
Anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi umumnya
pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan anak
dengan sosial ekonomi rendah.
c) Nutrisi
Nutrisi menjadi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang selama masa
pertumbuhan, dalam nutrisi terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan seperti protein ,karbohidrat,
lemak,mineral,
vitamin dan air.
d) Iklim dan cuaca
Pada saat musim tertentu kebutuhan gizi dapat dengan mudah diperoleh
namun pada saat musim yang lain justru sebaliknya, sebagai contoh
pada saat musim kemarau penyediaan air bersih atau sumber makanan
sangatlah sulit.
e) Olahraga atau latihan fisik
Dapat memacu perkembangan anak karena dapat meningkatkan
sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh dapat teratur
serta dapat meningkatkan stimulasi perkembangan tulang,otot,dan
pertumbuhan sel lainnya.
f) Posisi anak dalam keluarga
Secara umum anak pertama memiliki kemampuan intelektual lebih
menonjol dan cepat berkembang karena sering berinteraksi dengan
orang dewasa namun dalam perkembangan motoriknya kadang-kadang
terlambat karena tidak ada stimulasi yang biasanya dilakukan saudara
kendungnya, sedangkan pada anak kedua atau tengah kecenderungan
orang tua yang yang sudah biasa dalam merawat anak lebih percaya diri
sehingga kemampuan anak untuk beradaptasi lebih cepat dan mudah
meski dalam perkembangan intelektual biasanya kurang dibandingkan
dengan anak pertamanya.
g) Status kesehatan
Apabila anak berada dalam kondisi sehat dan sejahtera maka percepatan
untuk tumbuh kembang menjadi sangat mudah dan sebaliknya. Contoh
apabila anak mempunyai penyakit kronis yang ada pada diri anak maka
pencapaian kemampuan untuk maksimal dalam tumbuh kembang akan
terhambat karena anak memiliki masa kritis.
h) Faktor hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara
lain hormon somatotropin,tiroid dan glukokortikoid

2.4 CARA MENDETEKSI TUMBUH KEMBANG BALITA

A. Cara Mendeteksi Pertumbuhan


Untuk mengetahui suatu proses pertumbuhan seseorang individu berjalan dalam
keadaan normal atau mengalami penyimpangan-penyimpangan, maka perlu dilakukan
pengukuran-pengukuran terhadap parameter-parameter tertentu.
Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan
pertumbuhan, maka dilakukan pengukuran tertentu yang hasilnya kemudian
dibandingkan dengan parameter yang sudah terstandardisasikan, yaitu meliputi:
1. Pengukuran antopometri
Pengukuran antopometri ini dapat meliputi pengukuran berat badan, tinggi
badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas.
a. Berat Badan
Berat badan merupakan hasil penurunan atau peningkatan semua
jaringan yang ada pada tubuh, antara lain: tulang, otot, lemak, cairan
tubuh, dan lainnya. Berat badan digunakan sebagai indicator terbaik
untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak.
Kelebihannya, sensitive terhadap perubahan komposisi tubuh,
pengukurannya objektif dan dapat diulangi, dapat digunakan
timbangan jenis apa saja yang relative murah dan mudah serta tidak
membutuhkan banyak waktu sedangkan kerugiannya indicator berat
badan ini tidak sensitive terhadap proporsi tubuh misalnya pendek
gemuk atau tinggi kurus. Indikator berat badan dimanfaatkan untuk :
 Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut
atau kronis, tumbuh kembang dan kesehatan
 Memonitor keadaan kesehatan
 Dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu
diberikan
b. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan ukuran anthropometri kedua yang
terpenting. Keistimewaannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada
masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maximal masih bisa
dicapai. Keuntungan indicator TB ini adalah pengukurannya objektif,
alat dapat dibuat sendiri murah dan mudah dibawa sedangkan
kerugiannya adalah perubahan tinggi badan relative pelan, sulit
mengukur tinggi badan yang tepat dan kadang-kadang membutuhkan
lebih dari seorang tenaga.
c. Lingkar Kepala
Lingkar kepala mencerminkan volume intracranial, yang
digunakan untuk menaksir pertumbuhan otak sehingga pada lingkar
kepala yang lebih kecil dari normal (mikrosefali) menunjukkan
retardasi mental. Sebaliknya jika terdapat penyumbatan pada aliran
cairan serebrospinal pada hidrosefalus akan meningkatkan volume
kepala sehingga lingkarkepala lebih besar dari normal. Pertumbuhan
lingkar kepala yang paling pesat adalah 6 bulan pertama kehidupan
yaitu dari 34 cm pada waktu lahir menjadi 44 cm pada usia 6 bulan
sedangkan pada usia 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm, dan dewasa 54
cm.
d. Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas mencerminkan tumbuh kembang jaringan
lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan
tubuh dibandingkan dengan berat badan. Keuntungan penggunaan LLA
adalah alatnya murah, mudah dibawa, cepat penggunaanya dan dapat
digunakan oleh tenaga tidak terdidik sedangkan kerugiannya adalah
LLA hanya untuk identifikasi anak-anak dengan gangguan gizi atau
pertumbuhan yang berat, sukar menentukan pertengahan LLA tanpa
menekan jaringan dan hanya untuk anak 1-3 tahun.
e. Lipatan Kulit
Tebalnya lipatan kulit pada daerah trisep dan subskapular
merupak refleksi tumbuh kembangan jariangan lemak bawah kulit
yang mencerminkan kecukupan energy.
B. Cara Mendeteksi Perkembangan
a. Skala Intelegensi Wechsler
Tes ini memberikan informasi diagnostik yang berguna untuk penilaian
terhadap perkembangan anak yang mengalami kesulitan belajar dan
retardasi mental.
b. Skala perkembangan menurut Gessel
Tes ini digunakan pada anak mulai usia 4 minggu sampai 6 tahun, yang
bertujuan untuk menetukan tahap kematangan dan kelengkapan
kegiatan suatu sistem yang sedang berkembang. Skala Gessel dibagi
dalam 4 kelompok utama yaitu perilaku motorik, perilaku adaptif,
perilaku bahasa dan perilaku sosial.
c. Tes skrining perkembangan menurut Denver
Denver Developmental Screening Test (DDST) merupakan metode
skrining terhadap kelainan perkembangan anak dan bukan merupakan
tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang
diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dilakukan
dan cepat (15-20 menit) dapat diandalkan dan menunjukkan validitas
yang tinggi.
Frakenburg melakukan revisi dan restandarisasi kembali terhadap DDST dan
juga tugas perkembangan pada sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil
revisi dari DDST dinamakan Denver II yang mempunyai beberapa perbaikan
yaitu peningkatan 86 % pada sektor bahasa, dua pemeriksaan untuk artikulasi
bahasa, skala umur baru, kategori baru untuk interpretasi kelainan ringan,
skala penilaian tingkah laku, dan materi training yang baru.

Denver juga mengelompokkan tugas perkembangan menjadi empat aspek,


yaitu :
1. Personal Social (kepribadian atau tingkah laku sosial). Yaitu aspek yang
berhubungan dengan kemauan diri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
2. Fine Motor Adaptif (gerakan motorik halus). Yaitu aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja
dan dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat.
3. Language (bahasa). Yaitu kemampuan untuk memberikan respon
terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
4. Gross Motor (perkembangan motorik kasar). Yaitu aspek yang
berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

Cara Penilaian Dengan DDST


Alat peraga yang diperlukan saat melakukan prosedur DDST adalah
benang wol warna merah, manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau-
biru, permainan anak, botol kecil, bola tennis, bel kecil, kertas dan pensil;
lembar formulir DDST, buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan
cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya.
Sedangkan prosedur pelaksanaan pemeriksaan DDST ada dua tahap
yaitu: Tahap pertama secara periodic dilakukan pada semua anak yang
berusia 3-6 bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun dan 5 tahun.Tahap kedua
dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada
tahap pertama, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang
lengkap.
Cara melakukan penilaian DDST, peneliti menentukan usia anak,
kemudian menarik garis usia pada lembar DDST sesuai dengan usia anak.
Dilakukan tes pada keempat sektor yang dimulai dari item pada sebelah kiri
garis usia, kemudian mulai dilakukan pemeriksaan pada keempat sektor yaitu
personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar.
Setelah dilakukan tes, dilakukan penilaian, apakah Lulus (Passed = P),
gagal tetapi belum melampaui batas umur (Fail = F), gagal karena sudah
melampaui batas umur (Delay = D) ataukah anak tidak mendapatkan
kesempatan tugas atau anak menolak melakukan tugas (No opportunity =
NO). Setelah itu dihitung pada masing-masing sector, berapa yang P, F, dan
D, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil itu diklasifikasikan dalam :
1. Abnormal
Bila ada dua atau lebih keterlambatan, pada dua sektor atau lebih.
Bila dalam satu sektor atau lebih didapatkan dua keterlambatan
ditambah satu sektor atau lebih dengan satu keterlambatan dan
pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak
yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
2. Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi
abnormal atau meragukan.
3. Meragukan
a. Bila pada satu sektor didapatkan dua keterlambatan atau lebih.
b. Bila pada satu sektor atau lebih didapatkan satu keterlambatan
dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak
yang berpotongan dengan garis vertikal.
4. Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut diatas.

2.5 GANGGUAN TUMBUH KEMBANG


A. Gangguan Pertumbuhan

Gangguan pertumbuhan adalah suatu pertumbuhan yang terganggu. Artinya suatu


pertumbuhan bayi dan anak yang apabila dibandingkan dengan pertumbuhan bayi dan
anak pada umumnya menunjukkan adanya penyimpangan/kelainan. Misalnya berat
badan bayi yang lebih ringan atau lebih berat dibanding berat badan bayi lain
sebayanya. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya gangguan
pertumbuhan adalah faktor genetik, hormonal dan lingkungan, terutama nutrisi
(Djauhar Ismail, 1993). Menurut Moersintowarti B. Narendra (1993) manifestasi
gangguan pertumbuhan dapat dalam bentuk berikut:

a. Terjadinya retardasi pertumbuhan konstitusional, misalnya pada


kelainan osteopati herediter (kelainan tulang bawaan), chondrodystrofi
(kelainan jaringan tulang rawan), jenis dwarfisme intra uterin (cebol
dalam rahim), dsb.

b. Retardasi pertumbuhan hormonal (endokrin) yang sifatnya:

1) Dikendalikan secara hormonal oleh hormon pertumbuhan,


somatomedin yang dibentuk di hati, tiroid dan lainnya yang
berpengaruh pada pertumbuhan.

2) Mempunyai dampak klinis: dwarfisme/kretin karena defect hormon


pertumbuhan, hipotiroidisme, hormon sex yang abnormal, akibat
defisiensi iodium, dsb.

c. Retardasi pertumbuhan akibat deprivasi maternal.

d. Retardasi pertumbuhan karena metabolisme, misalnya penyakit saluran


cerna yang kronis, gangguan kardiovaskuler, anemia, kelainan ginjal,
dsb.

Berbagai bentuk kelainan pertumbuhan tersebut di atas, secara umum si anak


memiliki perawakan pendek. Masalah perawakan pendek di negara sedang
berkembang termasuk Indonesia saat ini berbeda dengan negara maju. Di negara
berkembang, terutama di Indonesia, masih menitik beratkan pada perawakan pendek
(Moersintowarti, 1993) sebagai akibat dari kurang gizi dan seringnya terjadi infeksi.
Sementara itu menurut Gerald B. Merenstein, David W. Kaplan, Adam A.
Rosenberg, Alih Bahasa Hunardja (Cet. 2002) manifestasi gangguan pertumbuhan
dapat dalam bentuk:

1) Postur tubuh pendek, baik karena (a) pertumbuhan dan masa remaja
tertunda yang bersifat konstitusional, (b) defisiensi hormon pertumbuhan,
(c) retardasi pertumbuhan intrauterin, (d) karena faktor emosional

2) Gagal tumbuh kembang, seperti berat badan sangat kurang

3) Postur tubuh tinggi

4) Diabetes insipidus, dengan gejala seperti rasa haus yang hebat, konstipasi
(tertahannya tinja dalam usus karena gerak usus lemah), dan tanda-tanda
dehidrasi.

5) Prekoksitas seksual atau perkembangan seksual sekunder lebih dini, seperti


pada wanita kurang dari 8 tahun, laki-laki kurang dari 9 tahun.

6) Gangguan gonad atau gangguan kelenjar kelamin.

7) Testis yang tidak turun ke bawah.

8) Sindrom Klinefelter yang diantara gejalanya yang bersangkutan


mengalami retardasi mental ringan dan kemampuan psikososial yang
buruk.

9) Adanya penyakit tiroid, seperti:

a. Gondok dengan gejala adanya nodul (benjolan) yang besar dan keras
disertai penurunan daya konsentrasi/retardasi mental, gangguan
seksual, semangat yang menurun, dan lainnya.

b. Hipotiroidisme kongenital ataupun akuisia, dengan gejala dapat dalam


bentuk penurunan mental, kulit pucat, kering, kasar, lidah besar, tonus
otot jelek, retaradasi pertumbuhan dan perkembangan, gangguan
seksual, rambut tampak kering dan rapuh, dsb.

c. Hipertiroidisme dengan gejala dapat dalam bentuk kombinasi dari


kecemasan, tremor pada tangan, penurunan berat badan, prestasi
sekolah yang buruk.
10) Kretinisme, dengan gejala dapat kombinasi dari gejala-gejala badan pendek,
retardasi mental, spastisitas dan cara berjalan yang khas, gangguan
pendengaran, gangguan bicara, dan lain-lain.

B. Gangguan Perkembangan

Menurut Moersintowarti (1993) gangguan perkembangan balita adalah suatu


perkembangan balita yang apabila dibandingkan dengan pola perkembangan balita
standar menunjukkan adanya perkembangan balita yang terlambat/ menyimpang dari
pola perkembangan anak normal. Ada dua bentuk gangguan perkembangan, yaitu:

a. Gangguan Perkembangan

b. Kelainan

Gangguan Perkembangan bagi balita, ada dua kemungkinan yang terjadi pada
perkembangan berikutnya, (Moersintowarti, 1993), yaitu di mana balita yang
bersangkutan dapat kembali normal perkembangannya, atau adanya kelainan yang
bersifat permanen. Pada balita, gangguan perkembangan dapat menimbulkan
manifestasi klinik yang bermacam-macam, kasus yang sering dijumpai menurut
Moersintowarti (1993) adalah:

a. Gangguan motorik kasar.

b. Gangguan bicara.

c. Gangguan belajar.

d. Gangguan psikologis dengan manifestasi fisik.

e. Gangguan makan, buang air besar.

f. Gangguan cemas, dsb.

2.6 CARA INTERVASI GANGGUAN TUMBUH KEMBANG

A. Cara Intervasi Gangguan Pertumbuhan

Apabila gangguan pertumbuhan telah terjadi, menurut Nelson (1988), Depkes (2000)
dan Bambang Hartono (1993) maka intervensinya adalah:

1. Intervensi medik spesifik, yaitu intervensi medik yang disesuaikan dengan


kekhususan permasalahan medik yang terjadi.
2. Pemberian susunan makanan khusus, yang disesuaikan dengan masalah
gangguan pertumbuhan, umur dan jenis kelamin.

3. Pengobatan megavitamin, dengan suplai vitamin yang disesuaikan dengan


masalah gangguan pertumbuhan.

4. Suplai zat gizi mikro seperti suplementasi yodium untuk membentuk hormon
tiroksin yang diperlukan oleh tubuh untuk mengatur pertumbuhan dan
perkembangan mulai janin sampai dewasa.

5. Intervensi terapi bicara dan bahasa, terapi akupasi, terapi fisik (physio
therapy), terapi sosial psikologik serta terapi lain sesuai dengan kebutuhan.

B. Cara Intervasi Gangguan Perkembangan

Stimulasi perkembangan adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk


menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan, sehingga anak dapat
berkembang kemampuannya secara optimal (Depkes. RI, 1990). Manfaat stimulasi
kemampuan adalah

1. Untuk membantu anak mencapai tingkat perkembangan optimal.

2. Menghindari kelambatan perkembangan, sehingga tidak terjadi gangguan


perkembangan lebih lanjut.

3. Meningkatkan kemampuan orangtua/ibu dalam menciptakan kondisi yang


menguntungkan bagi perkembangan (Depkes. RI, 1989, 1990).

Beberapa prinsip dalam melakukan stimulasi (Depkes RI, 1990) adalah sebagai berikut:

1. Dilakukan dengan rasa cinta dan kasih sayang, sambil bermain dengan anak
dan menikmati kebahagiaan bersama anak.
2. Dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan, mengikuti tahapan
perkembangan anak, serta mencangkup keempat aspek perkembangan.

3. Diberikan kepada anak dimulai sejak tahapan perkembangan yang telah


dicapai oleh anak.
4. Menggunakan alat-alat bantu stimulasi yang sederhana, mudah didapat, sesuai
dengan keadaan setempat dan murah harganya, atau alat-alat yang didapat di
rumah tangga meupun di alam bebas.

5. Tidak melakukan dengan paksaan, rasa marah atau hukuman bila anak kurang
berminat, bosan atau tidak mampu melakukan kegiatan yang distimulasikan.

6. Memberikan pujian atas keberhasilan anak.

7. Menghindari kebosanan anak dengan menciptakan suasana yang segar,


menyenangkan dan bervariasi.

8. Merujuk ke tempat pelayanan yang lebih tinggi, bila anak sulit mencapai tahap
perkembangan yang perlu dicapainya walaupun telah diberi stimulasi
kemampuan yang sesuai.

Faktor-faktor yang diharapkan ikut mendukung keberhasilan program stimulasi


perkembangan anak antara lain:

a. Orangtua memiliki pengetahuan sederhana mengenai kesehatan anak, konsep


tumbuh kembang, dsb.
b. Orangtua tidak mempunyai masalah kejiwaan.

c. Anak dibesarkan dengan cermat dan tidak menelantarkan, misalnya membawa


anak berobat bila sakit, melindungi, dsb.

d. Rumah terawat, terpelihara dan menyenangkan sebagai tempat tinggal yang rapi,
bersih, nyaman dan sehat.

e. Keluarga mampu mencari nafkah dan mengatur keuangan keluarga.

f. Orangtua mengikuti program keluarga berencana.

g. Kegiatan keluarga teratur.

h. Hubungan antar anggota keluarga dan dengan tetangga dalam keadaan harmonis,
bersahabat, dan saling menghormati. (Depkes RI, 1990).
HASIL DISKUSI TANYA JAWAB
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Deteksi dini tumbuh kembang anak/balita adalah kegiatan atau pemeriksaann untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak
pra sekolah. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik(anatomi) dan struktur
tubuh. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar,gerak halus,bicara dan bahasa serta sosialisasi
dan kemandirian. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang yaitu, Faktor Herediter,
Faktor lingkungan ,Faktor lingkungan prenatal, Faktor lingkungan postnatal (Budaya
,lingkungan, Status sosial ekonomi, Nutrisi, Iklim dan cuaca, Olahraga atau latihan fisik,
Posisi anak dalam keluarga, Status kesehatan, Faktor hormonal.

Cara mendeteksi tumbuh kembang yaitu dengan pengukuran antopometri (berat


badan ,tinggi badan,lingkar kepala, lingkar lengan atas,lipatan kulit), Skala Intelegensi
Wechsler ,Skala perkembangan menurut Gessel, Tes skrining perkembangan menurut
Denver,Denver Developmental Screening Test (DDST).

Gangguan pertumbuhan adalah suatu pertumbuhan yang terganggu. Artinya suatu


pertumbuhan bayi dan anak yang apabila dibandingkan dengan pertumbuhan bayi dan
anak pada umumnya menunjukkan adanya penyimpangan/kelainan, misalnya terjadinya
retardasi pertumbuhan konstitusional, retardasi pertumbuhan hormonal (endokrin,
retardasi pertumbuhan akibat deprivasi maternal, Retardasi pertumbuhan karena
metabolisme, postur tubuh pendek, gagal tumbuh kembang, seperti berat badan sangat
kurang,postur tubuh tinggi, diabetes insipidus, Prekoksitas seksual ,Gangguan gonad atau
gangguan kelenjar kelamin, testis yang tidak turun ke bawah, Sindrom Klinefelter ,adanya
penyakit tiroid, hipertiroidisme , kretinisme. Gangguan perkembangan balita adalah suatu
perkembangan balita yang apabila dibandingkan dengan pola perkembangan balita
standar menunjukkan adanya perkembangan balita yang terlambat/ menyimpang dari pola
perkembangan anak normal, misalnya gangguan bicara, gangguan belajar, gangguan
psikologis dengan manifestasi fisik, gangguan makan, buang air besar, gangguan cemas,
dsb.
Cara intervasi gangguan tumbuh kembang yaitu : Intervensi medik spesifik,
Pemberian susunan makanan khusus, pengobatan megavitamin, suplai zat gizi
,intervensi terapi bicara dan bahasa, dilakukan dengan rasa cinta dan kasih sayang,
dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan, diberikan kepada anak dimulai
sejak tahapan perkembangan yang telah dicapai oleh anak, menggunakan alat-alat
bantu stimulasi yang sederhana, mudah didapat, tidak melakukan dengan paksaan,
rasa marah atau hukuman bila anak kurang berminat, bosan atau tidak mampu
melakukan kegiatan yang distimulasikan, memberikan pujian atas keberhasilan anak,
menghindari kebosanan anak dengan menciptakan suasana yang segar, menyenangkan
dan bervariasi.

3.2 SARAN

Untuk meningkatkan wawasan tentang deteksi dini tumbuh kembang anak balita
kemudian diharapkan kepada orang tua dan keluarga agar memberi makanan seimbang
kepada anak balita untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi yang menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA

Ramadhan.2009.Macam Tes Perkembangan Dan Cara Menilai Perkembangan.


(https://forbetterhealth.wordpress.com/2009/03/02/macam-tes-perkembangan-
dan-cara-menilai-perkembangan/) Diakses pada tanggal 14-09-2017

Anonim.2010. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.


(http://salimchoiri.blog.uns.ac.id/2010/03/31/pertumbuhan-dan-
perkembangan-anak/) Diakses pada tanggal 14-09-2017

Anonim.2011. Stimulasi Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang SDIDTK Anak.
(https://infobidannia.wordpress.com/2011/06/09/stimulasi-deteksi-dan-
intervensi-dini-tumbuh-kembang-sdidtk-anak/) Diakses pada tanggal 14-09-
2017

Indra, Denny.2010. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak.


(http://poenyasemua.blogspot.co.id/2010/01/deteksi-dini-gangguan-
pertumbuhan-dan_27.html) Diakses pada tanggal 14-09-2017

Melina, Nancy.2012. Deteksi Dini Tumbuh Kembang. (http://melina-


nancy.blogspot.co.id/2012/11/deteksi-dini-tumbuh-kembang.html ) Diakses
pada tanggal 14-09-2017

Anda mungkin juga menyukai