MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NARAPIDANA
OLEH
KELOMPOK
Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan
makalah kami dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
NARAPIDANA”.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena
kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki
banyak kekurangan.
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................4
B. Rumusan Masalah…..........................................................................6
C. Tujuan Penulisan...............................................................................6
BAB II PEMBAHASAN…............................................................................7
A. Definisi Narapidana...........................................................................7
B. Faktor Penyebab Narapidana.............................................................7
C. Masalah Kesehatan pada Narapidana................................................9
D. Klasifikasi Narapidana.......................................................................11
E. Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Narapidana...................................11
F. Asuhan Keperawatan pada Narapidana..................................................14
A. Kesimpulan........................................................................................22
B. Saran...................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kunci keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup adalah ketika
seseorang mampu mempertahankan kondisi fisik, mental dan emosionalnya
dalam suatu kondisi yang optimal melalui pengendalian diri, peningkatan
aktualisasi diri serta selalu menggunakan mekanisme koping yang efektif
dalam menyelesaikan masalah.
Setiap individu memiliki kekuatan, martabat, tumbuh kembang,
kemandirian dan merealisasikan diri, potensi untuk berubah, kesatuan yang
utuh mulai dari bio psiko sosial dan spiritual, perilaku yang berarti, serta
persepsi, pikiran, perasaan dan gerak. Keseluruhannya merupakan suatu
rangkaian yang tidak terpisahkan (Jaya, 2015).
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2014 tentang kesehatan jiwa dalam pasal 1 menyebutkan bahwa kesehatan
jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk kelompoknya.
Gangguan jiwa adalah pola perilaku atau psikologis yang ditunjukkan
oleh individu yang menyebabkan distres, disfungsi, dan menurunkan
kualitas kehidupan. Hal ini mencerminkan disfungsi psikobiologis dan
bukan sebagai akibat dari penyimpangan sosial atau konflik dengan
masyarakat (Stuart, 2017).
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di LAPAS (Lembaga Permasyarakat). Narapidana bukan saja
objek melainkan subjek yang tidak berbeda dari manusia lainnya yang
sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekilafan yang dapat
dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas. Oleh karenanya, yang
harus diberantas adalah factor, factor yang dapat menyebabkan narapidana
berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hokum, kesusilaan, agama, atau
kewajiban- kewajiban sosial lain yang dapat dikarenakan pidana (Malinda,
Anggun 2016:26).
Kehidupan narapidana di lembaga pemasyarakatan juga selalu dijaga
oleh petugas. Seluruh aktivitas akan selalu diawasi oleh para petugas
sehingga mereka merasa kesulitan untuk beraktivitas dan selalu merasa
dicurigai karena dipantau oleh petugas. Para narapidana ini merasa dirinya
tidak berguna ketika hidup di lembaga pemasyarakatan karena tidak dapat
berbuat apa-apa. Mereka juga memikirkan kehidupan setelah keluar dari
lembaga pemasyarakatan.
Mereka berpikir bahwa dirinya sudah dianggap penjahat oleh orang-
orang sekitar sehingga tidak mau untuk bersosialisasi dengan komunitas.
Mereka juga akan merasa dirinya sulit mendapatkan pekerjaan karena masa
lalunya yang pernah ditahan di lembaga pemasyarakatan dan sudah
dianggap penjahat. Ini dapat mengakibatkan mereka merasa dirinya tidak
berguna lagi sehingga akan berdampak pada psikologisnya berupa
penurunan harga diri.
Stress dan harga diri rendah sangat berhubungan dan harus segera
ditangani. Apabila stres dan harga diri rendah sudah terjadi pada seorang
individu, ini akan mempengaruhi seseorang dalam berpikir dan akan
mempengaruhi terhadap koping individu tersebut sehingga menjadi tidak
efektif. Bila kondisi seorang individu dengan stres dan harga diri tidak
ditangani lebih lanjut, akan menyebabkan individu tersebut tidak mau
bergaul dengan orang lain, yang menyebabkan mereka asik dengan dunia
dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul risiko perilaku kekerasan.
Selain dapat membahayakan diri sendiri, lingkungan, maupun orang lain
juga dapat terjadi percobaan bunuh diri pada individu yang mengalami stres
dan harga diri rendah.
Perawat sebagai profesi yang berorientasi pada manusia mempuyai
andil dalam memberikan pelayanan kesehatan di LP dalam bentuk
“Correctional setting” . perawat memberikan pelayanan secara menyeluruh.
Warga binaan memiliki hak untuk mendapatkan kesejahteraan kesehatan
baik fisik mauapun mental selama masa pembinaan. Namun hal tersebut
kurang mendapatkan perhatian. Kenyataannya banyak narapidana yang
mengalami gangguan psikologis seperti cemas, stress, depresi dari ringan
sampai berat (Butler, dkk. 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Narapidana?
2. Apa Faktor Penyebab Narapidana ?
3. Bagaimana Klasifikasi Narapidana ?
4. Apa Masalah Kesehatan pada Narapidana ?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Gangguan Jiwa pada Narapidana ?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Narapidana?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Narapidana
2. Untuk Mengetahui Faktor Penyebab Narapidana
3. Untuk Mengetahui Klasifikasi Narapidana
4. Untuk Mengetahui Masalah Kesehatan pada Narapidana
5. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Narapidana
6. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Narapidana
BAB II
PEMBAHASA
N
A. Definisi
Narapidana adalah orang-orang yang sedang menjalani sanki
kurunan atau sanksi lainnya, menurut perundang-undangan. Pengertian
narapidana menurut KBBI adalah orang hukuman (orang yang sedang
menjalani hukuman karena tindak pidana) atau terhukum.
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di LAPAS (Lembaga Permasyarakat). Narapidana bukan
saja objek melainkan subjek yang tidak berbeda dengan manusia lainnya
yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kehilafan yang dapat
dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas. Oleh karnanya yang
harus diberantas adalah factor yang dapat menyebabkan narapidana
berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hokum, kesusilaan, agama, atau
kewajiba-kewajiban social lainnya yang dapat dikarenakan pidana.
(Malinda, Anggun 2016 : 26)
B. Etiologi
Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga seseorang menjadi narapidana
adalah :
a. Faktor ekonomi
1. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan
bebas, menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara
penjualan modern dan lain-lain, yaitu menimbulkan keinginan
untuk memiliki barang dan sekaligus mempersiapkan suatu dasar
untuk kesempatan melakukan penipuan-penipuan.
2. Pendapatan
Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan
ekonomi nasional, upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks
keadaan ekonomi pada umumnya. Maka dari itu perubahan-
perubahan harga pasar (market fluctuations) harus diperhatikan
3. Pengangguran
Di antara faktor-faktor baik secara langsung atau tidak,
mempengaruhi terjadinya kriminalitas, terutama dalam waktu-
waktu krisis, pengangguran dianggap paling penting. Bekerja
terlalu muda, tak ada pengharapan maju, pengangguran berkala
yang tetap, pengangguran biasa, berpindahnya pekerjaan dari satu
tempat ke tempat yang lain, perubahan gaji sehingga tidak
mungkin membuat anggaran belanja, kurangnya libur, sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengangguran adalah faktor yang paling
penting.
b. Faktor Mental
1. Agama
Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti krimogemis
bila dihubungkan dengan pengertian dan perasaan moral yang telah
meresap secara menyeluruh. Meskipun adanya faktor-faktor
negatif , memang merupakan fakta bahwa norma- norma etis yang
secara teratur diajarkan oleh bimbingan agama dan khususnya
bersambung pada keyakinan keagamaan yang sungguh,
membangunkan secara khusus dorongan-dorongan yang kuat untuk
melawan kecenderungan-kecenderungan kriminal.
2. Bacaan dan Film
Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek merupakan faktor
krimogenik yang kuat, mulai dengan roman-roman dari abad ke-
18, lalu dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis dan
pornografi, buku-buku picisan lain dan akhirnya cerita- cerita
detektif dengan penjahat sebagai pahlawannya, penuh dengan
kejadian berdarah. Pengaruh crimogenis yang lebih langsung dari
bacaan demikian ialah gambaran suatu kejahatan tertentu dapat
berpengaruh langsung dan suatu cara teknis tertentu kemudian
dapat dipraktekkan oleh si pembaca. Harian- harian yang mengenai
bacaan dan kejahatan pada umumnya juga dapat berasal dari koran-
koran. Di samping bacaan-bacaan tersebut di atas, film (termasuk
TV) dianggap menyebabkan pertumbuhan kriminalitas tertutama
kenakalan remaja akhir- akhir ini.
c. Faktor Pribadi
1. Umur
Kecenderungan untuk berbuat anti social bertambah selama masih
sekolah dan memuncak antar umur 20 dan 25 tahun, menurun
perlahan-lahan sampai umur 40 tahun, lalu meluncur dengan cepat
untuk berhenti sama sekali pada hari tua. Kurve atau garisnya tidak
berbeda pada garis aktivitas lain yang tergantung dari irama
kehidupan manusia.
2. Alkohol
Dianggap factor penting dalam mengakibatkan kriminalitas, seperti
kejahatan dilakukan dengan kekerasan, kejahatan sexs, dan
penimbulan kebakaran. Walaupun alcohol merupakan factor yang
kuat masih juga merupakan tanda Tanya sampai berapa jauh
pengaruhnya.
3. Perang
Disamping kemungkinan orang jadi kasar karena perang
kepemilikan senjata menambah bahaya akan terjadinya perbuatan
criminal.
b. Kesehatan Fisik
Perawatan kesehatan yang paling penting adalah penyakit kronis dan
penyakir menular seperti :
1. HIV-AIDS
Angka kejadian HIV diantara narapidana diperkirakan 6
kali lebih tinggi dari pada populasi umum. Tingginya angka infeksi
ini berkaitan dengan perilaku yang beresiko seperti penggunaan
obat-obatan terlarang, seksual intercourse yang tidak aman dan
pemakaian tattoo. Pendekatan yang dilakukan untuk menekan
angka kejadian yaitu dengan dilakukannya program pendidikan
kesehatan mengenai HIV dan AIDS.
2. Hepatitis
Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obatan lewat
suntikan, imigran dari daerah dengan insiden hepatitis B dan C
tinggi. National Commision on Correctional Healt Care (NCCHC)
menyarankan agar dilakukan skrining pada semua tahanan dan jika
diindikasikan maka harus segera diberikan pengobatan. NCCHC
juga merekomendasikan pendidikan bagi semua staf dan tahanan
mengenai cara penyebaran, pencegahan, pengobatan dan kemajuan
penyakit.
3. Tuberkolosis
Hal ini terkait dengan kepadatan penjara dan ventilasi yang
buruk, yang memepengaruhi penyebaran penyakit. Pada tahun 196,
lembaga yang menangani tuberculosis yaitu CC
merekomendasikan pencegahan dan pengontrolan TB di lembaga
pemasyarakatan yaitu:
a) Diadakannya skrining TB bagi semua staf dan tahanan
b) Diadakan penegahan transmisi penyakit dan diberikan
pengobatan yang sesuai
c) Monitoring dan evaluasi skrining
D. Klasifikasi Narapidana
Berdasarkan populasi narapidana yang mempunyai masalah kesehatan
pada lembaga permasyarakatan yaitu :
1. Wanita
Masalah kesehatan yang ada misalnya, tahanan wanita yang dalam
keadaan hamil, meninggalkan anak dalam pengasuhan orang lain,
korban penganiyayaan dan kekerasan social, penyalahgunaan obat
terlarang
2. Remaja
Para remaja ini akan mempunyai masalah-masalah kesehatan seperti
kekerasan seksual, penyerangan oleh tahanan lain atau tindakan bunuh
diri. Disini perawat harus memantau tingkat perkembangan dan
pengalaman mereka dan perlu waspada bahwa pada usia ini rentan
terkena masalah kesehatan.
a. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 24 Tahun
Alamat : Metro
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak ada
Penanggung Jawab
Nama : Ny. P
Hubungan dengan Klien : Ibu Kandung
Alamat : Metro
2. Alasan Masuk
Dua bulan sebelum masuk lapas klien melakukan tindakan pencurian.
3. Faktor Predisposisi
1) Klien belum pernah melakukan kejahatan sebelumnya.
2) Klien dan keluarga memiliki ekonomi yang susah
3) Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan yaitu ketika sekolah selalu di bully.
4. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda – tanda vital
1.1 Tekanan darah : 130/80 mmHg
1.2 Nadi : 84 x/menit
1.3 Suhu : 36,5 ºC
1.4 Pernafasan : 26 x/menit
2) Ukuran
2.1 Tinggi badan : 169 cm
2.2 Berat badan : 62 Kg
3) Kondisi Fisik
Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, tidak ada kelainan
fisik.
5. Psikososial
1) Konsep Diri
1.1 Citra Tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang
paling disukai adalah mata karena bisa melihat.
1.2 Identitas : Klien mengatakan anak ke-2 dari 3
bersaudara.
9. Aspek Medik
1) Diagnosa Medis : Schizofrenia
2) Terapi
Haloperidol 2x5 mg
Trihexiperidine 2x2 mg
Isolasi Sosial TUM: Setelah 1x interaksi, Klien 1. Bina hubungan saling percayadengan
Klien dapat berinteraksi dengan Menunjukan tanda-tanda Mengemukakan prinsip Komunikasi
orang lain. percaya kepada perawat: terapeutik :
TUK 1: a.Ekspresi wajah cerah, a. Mengucapkan salam terapeutik. Sapa Klien
Klien dapat membina hubungan tersenyum dengan ramah, baik verbal ataupun non
Saling percaya b.Mau berkenalan verbal.
c.Ada kontak mata b. Berjabat tangan dengan Klien.
d.Bersedia menceritakan c. Perkenalkan diri dengan sopan.
perasaan d. Tanyakan nama lengkap Klien dan nama
e.Bersedia mengungkapkan pangglian yang disukai Klien.
masalah e. Jelaskan tujuan pertemuan
f. Membuat kontak topik,waktu, dan tempat
setiap kali bertemu Klien.
g. Tunjukan sikap empati dan menerima
Klien apa adanya.
h. Beri perhatian kepada Klien dan perhatian
kebutuhan dasar Klien.
TUK 2: a.Klien dapat menyebutkan a. Orang yang tinggal serumah atau sekamar
Klien mampu menyebutkan minimal satu penyebab dengan Klien.
penyebab isolasi sosial. b. Orang yang paling dekat dengan Klien
isolasi sosial b.Penyebab munculnya dirumah atau ruang perawatan.
isolasi sosial: diri sendiri, c. Hal apa yang membuat Klien dekat dengan
orang lain,dan lingkungan orang tersebut.
d. Orang yang tidak dekat dengan Klien, baik
dirumah atau di ruang perawatan.
e. Apa yang membuat klien tidak dekat
dengan orang tersebut.
f. Upaya yang sudah dilakukan agar dekat
dengan orang lain.
g. Diskusikan dengan Klien penyebab isolasi
sosial atau tidak mau Bergaul dengan orang
Lain
h. Beri pujian terhadap Kemampuan Klien
dalam tanda dan gejala isolasi sosial yang
muncul, perawat dapat menentukan langkah
intervensi selanjutnya.
TUK 3: - Klien dapat menyebutkan 3.1 Tanyakan kepada Klien tentang:
Klien mampu menyebutkan keuntungan dalam berhubugan a. Manfaat hubungan sosial
keuntungan berhubungan sosial sosial seperti: b. Kerugian isolasi sosial
dan kerugian dari isolasi sosial. a. Banyak teman 3.2. Diskusikan bersama Klien tentang manfaat
b. Tidak kesepian berhubungan sosial dan kerugian isolasi sosial
c. Bisa diskusi 3.3. Beri Pujian terhadap kemampuan Klien dalam
d. Saling menolong mengungkapkan perasaannya.
- Klien dapat menyebutkan
kerugian menarik diri, seperti:
a. sendiri
b. keseptian
c. tidak bisa diskusi
TUK 4: a.Klien dapat melaksanakan 4.1 Observasi perilaku Klien ketika berhubungan
Klien dapat melaksanaka n hubungan sosial secara sosial
hubungan sosial secara bertahap. bertahap dengan: Perawaat, 4.2 Jelaskan kepada Klien cara berinteraksi
perawat lain, Klien lain, dengan orang lain
keluarga dan kelompok 4.3 Berikan contoh cara berbicara dengan orang
lain
4.4 Beri kesempatan kepada Klien mempraktikan
cara berinteraksi dengan orang yang dilakukan di
hadapan perawat
4.5 Bantu Klien berinteraksi dengan salah satu
orang, teman atau anggota keluarga
4.6 Bila Klien sudah menunjukan kemajuan,
tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga,
empat orang dan seterusnya
4.7 Beri pujian untuk setiap kemajuaan interaksi
yang telah dilakukan
4.8 Latih Klien bercakap-cakap dengan anggota
keluarga saat melakukan kegiatan harian dan
kegiatan rumah tangga
4.9 Latih Klien bercakap-cakap saaat melakukan
kegiatan sosial misalnya: belanja ke warung,
pasar, pos, bank, dll
4.10 Klien merasa lebih berguna dan rasa percaya
diri Klien dapat tumbuh kembali.
4.11 Siap mendengarkan ekspresi perasaan Klien
setelah berinteraksi dengan orang lain. mungkin
TUK 5: Klien dapat menjelaskan 5.1 Diskusikan dengan Klien tentang perasaannya
Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah setelah berhubungan sosial dengan: Orang lain
perasaannya setelah berhubugan
sosial berhubngan sosial dengan: dan kelompok. 5.2 Beri pujian terhadap
Orang lain, kelompok. kemampuan Klien mengungkapkan perasaannya.
TUK 6 : Keluarga dapat menjelaskan 6.1 Diskusikan pentingnya peran serta keluarga
Klien mendapat dukungan keluarga tentang: sebgai pendukung untuk mengatasi perilaku
dalam memperluas hubungan a. isolasi sosial beserta tanda isolasi sosial
sosial dan gejalannya. 6.2 Diskusikan potensi keluarga untuk membantu
b. penyebab dan akibat dari Klien mengatasi perilaku isolasi sosial.
isolasi sosial. 6.3 Jelaskan pada keluarga tentang:
c. Cara merawat Klien isolasi a. Isolasi sosial beserta tanda dan gejalanya
sosial b. Penyebab dan akibat isolasi sosial
c. Cara merawat Klien isolasi sosial
6.4 Latih keluarga cara merawat Klien isolasi
sosial
6.5 Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba
cara yang dilatihkan
6.6 Beri motivasi keluarga agar membantu Klien
untuk bersosialisasi
6.7 Beri pujian kepada keluarga atas
keterlibatannya merawat Klien dirumah sakit
TUK 7: Klien bisa menyebutkan: 7.1 Diskusikan dengan Klien tentang manfaat dan
Klien dapat memanfaatkan obat a. Manfaat minum obat kerugian tidak minum obat.
dengan baik b. Kerugian yang dtimbulkan 7.2 Pantau Klien pada saat penggunaan obat
akibat tidak minum obat 7.3 Berikan pujian kepada Klien jika Klien
c. Nama, warna, dosis, efek menggukan obat dengan benar
terapi, dan efek samping obat 7.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
d. Akibat berhenti minum obat konsultasi dokter.
tanpa konsultasi dokter 7.5 Anjurkan Klien untuk konsultasi dengan
dokter atau perawat jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan
Koping Individu Tidak TUM : 1. Pasien mau membelas 1. Beri salam/panggil nama
Efektif Setelah dilakukan tindakan
salam a. Sebutkkan nama perawat
keperawatan selama kali
2. Pasien mau menjabat b. Jelaskan maksud hubungan
pertemuan diharapkan pasien
tangan interaksi
dapatmelakuka n koping
3. Pasien menyebutkan nama c. Jelaskan akan kontrak yang akan
individu menjadi efektif
4. Pasien mau tersenyum dibuat
TUK I :
d. Beri rasa aman dan sikap empati
Klien dapat membina
e. Lakukan kontak singkat tapi sering.
hubungan saling percaya
dengan perawat.
Kriteria evaluasi dalam
berinteraksi klien
menunjukkan tanda-tanda
percaya pada perawat
TUK 2: 1. Klien dapat meningkatkan 1.Bantu klien mengeksplorasi perasaan
Klien dapat meningkatkan harga
harga dirinya • Biarkan klien mengungkapkan perasaannya
Diri
2. Klien dapat mengidentifikasi • Ajak klien untuk berbincang-bincang
aspek positif yang dimilikinya mengenai perasaannya namun jangan
mamaksa
• Identifikasi aspek positif yang dimiliki
• Bantu mengidentifikasi sumber-sumber
harapan (misal : hubungan antar sesama,
keyakinan, hal- hal)
TUK 3: 1. Klien dapat menyebutkan 1. Diskusikan kegiatan fisik yang biasa
Klien dapat mendemonstrasikan cara koping yang efektif : dilakukan klien.
cara fisik untuk mendapatkan Tarik nafas dalam 2. Beri pujian atas kegiatan fisik klien yang
koping yang efektif 2. Klien dapat endemonstrasikan biasa dilakukan
cara fisik untuk koping yang 3. Diskusikan satu cara fisik yang paling mudah
efektif dilakukan yaitu : Tarik nafas dalam
3. Klien mempunyai jadwal 4. Diskusikan cara melakukan nafas dalam
untuk melatih cara dengan klien
pencegahan fisik yang telah 5. Beri contoh klien tentang cara menarik
dipelajari sebelumnya. nafas dalam
4. Klien mengevaluasi 6. Minta klien mengikuti contoh yang
kemampuan dalam melakukan diberikan sebanyak 5 kali.
cara fisik sesuai jadwal yang 7. Beri pujian positif atas kemampuan klien
telah disusun mendemonstrasikan cara nafas menarik dalam
8. Tanyakan perasaan klien setelah selesai
bercakap-cakap
9. Anjurkan klien menggunakan cara yang telah
dipelajari, ketika klien merasa sedih, marah,
jengkel, dll.
10. Lakukan hal yang sama dengan 1,2 dan 3
untuk cara fisik lain dipertemuan yang lain.
11. Diskusikan dengan klien mengenai frekuensi
latihan yang akan dilakukannya sendiri oleh
klien.
12. Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara
yang telah dipelajari
13. Klien mengvaluasi pelaksanaan latihan
yang telah dilakukan
TUK 4 : 1. Klien dapat melakukan 1. Evaluasi kegiatan sebeleumnya.
Klien dapat mengikuti kegiatan
kegiatan sebelumnya. 2. Diskusikan kegiatan fisik yang biasa
fisik untuk mendapatkan koping
2. Klien dalam keadaan dilakukan klien.
yang efektif
tersenyum dan terlihat lebih 3. Beri pujian atas kegiatan fisik klien yang
carah biasa dilakukan : bersepeda
3. Klien mau melakukan Diskusikan waktu kegiatan yang akan
kegiatan latihan fisik lainnya dilakukan 5-10 menit
seperti Bersepeda 5. Siapkan alat untuk bersepeda
6. Tanyakan kepada klien apakah sudah sering
melakukan bersepeda
7. Awasi kegiatan
8. Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara
yang telah dipelajari
9. Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan
yang telah dilakukan
10. Beri pujian atas keberhasilan klien, tanyakan
kepada klien “bagaimana perasaan klien
setelah melakukan kegiatan bersepeda ?”
apakah perasaan klien sudah merasa tenang?”
TUK 5 : 1. Klien dapat 1. Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien
Klien dapat mendemonstrasikan
mendemonstrasikan cara 2. Beri contoh cara bicara yang baik
cara sosial untuk mendapatkan
verbal yang baik “mengungkapkan perasaan dengan baik”
koping efektif
2. Klien mempnyai jadwal 3. Meminta klien mengikuti contoh cara bicara
untuk melatih cara bicara yang baik seperti mengungkapkan perasaanya
yang baik. dengan baik “saya kesal karena permintaan saya
a. Klien melakukan evaluasi tidak dikabulkan” dll.
terhdap kemampuan cara 4. Minta klien mengulangi sendiri
bicara yang sesuai dengan 5. Beri pujian atas keberhasilan pasien
jadwal yang telah disusun. 6. Diskusikan dengan klien tentang waktu dan
kondisi cara bicara yang dapat dilatih ketika
mengungkapkan perasaannya ke perawat
7. Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang
telah dipelajari
8. Klien mengevaluasi kegiatan
9. Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan
latiha : “beri pujian atas keberhasilan klien,
tanyakan kepada klien bagaimana perasaan klein
setelah mengungkapkan perasaannya?”
TUK 6 : Keluarga dapat 1. Identifikasikan keluarga dalam merawat
Klien dapat mendapatkan mendemonstrasikan cara klien sesuai dengan yang telah dilakukan
dukungan dari keluarga dalam merawat klien keluarga selama ini.
melakukan koping yang efektif 2. Jelaskan keuntungan peran serta
keluarga dalam merawat klien
3. Jelaskan cara-cara merawat klien :
a. Sikap dan bicara
b. Membantu mengenal penyebab
masalah dan pelaksanaan
penyelesaian masalah
c. Bantu keluarga mendemonstrasikan
cara merawat klien
d. Bantu keluarga mengungkapkan
perasaannya setelah melakukan
demonstrasi
e. Anjurkan keluarga mempraktikkan
pada klien selama dirumah sakit dan
Melanjutkannya setelah pulang
kerumah.
G. Pohon Masalah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
(UU No.12 Tahun 1995). Seseorang yang terpaksa tinggal di lembaga
pemasyarakatan karena menjalani hukuman akan mempengaruhi kondisi
psikologisnya. Mereka akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan
kehidupannya di lembaga pemasyarakatan, tetapi mereka harus tetap
mengikuti aturan-aturan yang berlaku di lembaga pemasyarakatan. Selain itu,
mereka juga harus terpisah dari keluarganya, kehilangan barang dan jasa,
kehilangan kebebasan untuk tinggal diluar, atau kehilangan pola
seksualitasnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan seorang menjadi narapidana adalah
faktor ekonomi, faktor mental, dan faktor pribadi. Masalah kesehatan yang
muncul pada narapidana yang berada di lapas yaitu kesehatan mental dan
fisik. Kebanyakan masalah kesehatan terjadi pada narapidana wanita dan
remaja karena adanya koping tidak efektif. Penatalaksanaan pada narapidana
yang mengalami gangguan jiwa yaitu terapi psikoterapi, keperawatan, terapi
kerja.
Perawat sebagai profesi yang berorientasi pada manusia mempuyai
andil dalam memberikan pelayanan kesehatan berupa asuhan keperawatan
kepada semua masyarakat bahkan narapidana sekalipun, karena banyak
narapidana yang mengalami gangguan psikologis seperti cemas, stress,
depresi dari ringan sampai berat (Butler, dkk. 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, BA. Dan Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok.
Cetakan I. Jakarta: EGC.
Maramis. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga.
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Graha Ilmu.