PEMICU 2
BLOK 13
Disusun Oleh:
ZAKIYAH SYABANIAH
190600200
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus (atau biasa disebut diabetes saja) adalah penyakit kronis yang
ditandai dengan tingginya kadar gula (glukosa) di dalam darah. Kondisi ini juga
sering disebut sebagai penyakit gula atau kencing manis.
Gula yang berada di dalam darah seharusnya diserap oleh sel-sel tubuh untuk
kemudian diubah menjadi energi. Insulin adalah hormon yang bertugas untuk
membantu penyerapan glukosa dalam sel-sel tubuh untuk diolah menjadi energi,
sekaligus menyimpan sebagian glukosa sebagai cadangan energi.
Apabila terjadi gangguan pada insulin, seseorang berisiko tinggi mengalami diabetes.
Diabetes dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti:
Apabila kondisi ini diabaikan dan kadar gula darah dibiarkan tinggi tanpa
dikendalikan, diabetes bisa melahirkan berbagai komplikasi membahayakan.
B. DESKRIPSI TOPIK
Nama pemicu : Ibu Omah Sering Haus
Penyusun : Dr. Wilda Hafny Lubis, drg., M.Si; Almaycano Ginting, dr., M. Ked
(Clin-Path), Sp. PK; Irma Ervina, drg., Sp. Perio (K)
Hari/Tanggal Jam : Selasa/ 30 Maret 2021 13.30 – 15.30 WIB
Ibu Omah 67 tahun dengan IMT>27, datang dengan keluhan mulut kering ,
sering haus dan sukar menelan, gusi bengkak dibeberapa tempat dan mudah berdarah,
gigi goyang dan banyak karang gigi. Pasien mengaku menderita kencing manis sudah
5 tahun. Keluarga pasien yaitu kedua orang tuanya, juga menderita kencing manis.
Pasien pernah periksa gula darah pertama kali 270 mg/dl dengan kadar HbA1C : 10
mg/dl. Beberapa bulan yang lalu pernah 300mg/dl. Terakhir periksa 200 mg/dl.
Perawatan kencing manis dengan minum obat tetapi tidak teratur. Kalau merasa
badannya sakit baru ke Puskesmas minta obat. Pasien mengaku banyak makan ,
banyak minum, sering merasa kebas, badan lemas, sering ngantuk, penglihatan kabur,
pening kepala.
Pada kasus pasien mengalami gejala keluhan mulut kering yaitu, Dry mouth
syndrome atau sindrom mulut kering atau dikenal juga dengan
istilah xerostomia. Ketika tubuh kita tidak dapat memproduksi air liur yang
cukup, maka sindrom ini akan terjadi. Kondisi ini disebabkan oleh
meningkatnya tingkat glukosa pada air liur, sedangkan pasien diabetes
memiliki peningkatan kadar glukosa bukan saja pada darah melainkan juga
pada air liur. Salah satu efeknya adalah meningkatnya risiko karies pada gigi,
sering haus dan sukar menelan, gusi bengkak dibeberapa tempat dan mudah
berdarah, gigi goyang dan banyak karang gigi yang merupakan gejala umum
bagi penderita diabetes melitus.
Hasil dari pemeriksaan gula pada pasien yaitu 270 mg/dl dengan kadar
HbA1C : 10 mg/dl. Dan Beberapa bulan yang lalu pernah 300mg/dl. Terakhir
periksa 200 mg/dl. Dan hasil tersebut cukup menunjukkan bahwa pasien di
diagnosis menderita diabetes melitus.
Sumber:
Bennett,P.EpidemiologyofType2DiabetesMi llitus.InLeRoithet.al,
DiabetesMillitusaFundamentalandClinicalText.Philadelphia:LippincottWillia
m&Wilkin s.2008;43(1): 544-7.
Gejala klinis dibedakan menjadi akut dan kronik. Pada kasus, pasien
mengalami gejala akut yang dimana pasien mengaku banyak makan
(poliphagia) , banyak minum (polidipsia), pada kasus pasien juga mengaku
banyak kencing dan nafsu makan bertambah (poliuria). Pada kasus pasien juga
mengalami gejala kronik yaitu, sering merasa kebas, badan lemas, sering
ngantuk, penglihatan kabur, pening kepala.
Sumber:
Slamet S. Diet pada diabetes Dalam Noer dkk.Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi III.Jakarta: Balai Penerbit FK-ill;2008.
Wild S , Roglic G, GreenA, Sicree R, king H.Global prevalence of
diabetes: estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetic care.
2004;27(3);1047-53.
Departemen Kesehatan. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes
Melitus. 2005.
Harding, Anne Helen et al. Dietary Fat adn Risk of Clinic Type
Diabetes. A,erican Journal of Epidemiology.2003;15(1);150-9.
Hastuti, Rini Tri. Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita
Diabetes Melitus Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta [dissertation].
Universitas Diponegoro (Semarang). 2008
Sumber:
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/34b31acf8fbe626d35aa5
846d45cbb7f.pdf
Sumber:
American Diabetes Association. Report of the Expert Committee on
the Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care 1997; 20:
1183-97.
American Diabetes Association. Selfmonitoring of blood glucose
(consensus statement). Diabetes Care 1993; 16: 605.
1. Menurut Orang
Pada negara maju, penyakit DM cenderung diderita oleh penduduk
berusia di atas 64 tahun sedangkan pada negara berkembang, penyakit DM
cenderung diderita oleh penduduk berusia 45-64 tahun. DM tipe 1 umumnya
terjadi pada anak-anak dan remaja ataupun usia muda. DM tipe 1 pada
umumnya terjadi sebelum penderita berumur 40 tahun sedangkan DM tipe 2
pada umumnya terjadi setelah berumur 40 tahun. Penderita DM yang memiliki
usia yang sama dengan yang bukan penderita DM paling sedikit 2 kali lebih
sering terkena serangan jantung dengan mereka yang tidak menderita diabetes.
Berdasarkan American Diabetes Association (ADA) terdapat 1,9 juta
kasus baru diabetes pada orang berusia 20 tahun dan lebih tua pada tahun
2010. Berdasarkan penelitian Marpaung (2006) di RSUD Pematang Siantar
tahun 2003-2004 menyatakan bahwa proporsi penderita DM yang berusia ≥ 45
tahun 80,8% dan proporsi penderita DM yang berusia < 45 tahun 19,2%.
Berdasarkan penelitian Roza (2008) di RSUP H. Adam Malik Medan
tahun 2006, proporsi penderita DM berusia < 40 tahun yaitu yang menderita
komplikasi akut 5,0% dan yang menderita komplikasi kronik 12,6%
sedangkan proporsi penderita DM berusia ≥ 40 tahun yaitu yang menderita
komplikasi akut 7,6% dan yang menderita komplikasi kronik yaitu 74,8%.
Proporsi laki-laki yang menderita DM yaitu yang mengalami komplikasi akut
6,9% dan yang mengalami komplikasi kronik 39,0% sedangkan proporsi
perempuan yang menderita DM yaitu yang mengalami komplikasi akut 5,7%
dan yang mengalami komplikasi kronik yaitu 48,4%.
2. Menurut Tempat
Kasus DM akan meningkat setiap tahunnya. Prevalensi Penderita DM
di dunia mencapai 8.5% dan mencapai urutan ke 6 di dunia (WHO,2016).
Pada tahun 2015 ditemukan satu dari sebelas orang dewasa merupakan
penderita DM. Pada tahun 2040 satu dari sepuluh orang dewasa akan
mempunyai DM yang tidak terdiagnosa. Tiga dari empat orang yang terkena
DM pada umumnya hidup di negara berkembang (IDF, 2015). Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan Prevalensi DM secara
nasional berdasarkan diagnosis atau gejala tahun 2013 adalah 2,1%, lebih
tinggi dibandingkan tahun 2007 yaitu 1,1%. Prevalensi DM berdasarkan
diagnosis atau gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi
utara (3,6%) dan Sulawesi Selatan (3,4%). Hampir seluruh provinsi di
Indonesia mengalami kenaikan prevalensi DM, sedangkan provinsi Papua
Barat dan Nusa Tenggara Barat mengalami penurunan prevalensi. Prevalensi
penderita DM di Sumatera Utara mengalami peningkatan dari tahun 2007
sebesar 0,8% menjadi 2,3% pada tahun 2013 (Kemenkes RI, 2013).
3. Menurut Waktu
Pada tahun 2000 terdapat 2,9 juta kematian akibat penyakit DM di
dunia, dimana 1,4 juta kematian terjadi pada pria dan 1,5 juta kematian pada
wanita. Dari semua jumlah kematian ini, 1 juta kematian terjadi di negara
maju dan 1,9 juta kematian terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2003,
WHO menyatakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia
usia 20-79 tahun menderita Diabetes mellitus dan tahun 2007 mengalami
peningkatan menjadi 7,3%.
Data Statistik
Kenaikan jumlah penduduk yang terkena penyakit diabetes militus atau
kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000
jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes militus mencapai
171.230.000 orang dan pada tahun 2030 diperkirakan jumlah penderita
diabetes didunia akan mencapai jumlah 366.210.100 orang atau naik sebesar
114 % dalam ukuran waktu 30 tahun.
Sumber:
Anonym. 2008. Penatalaksanaan Gigi dan Mulut Penderita Diabetes
Mellitus (online). Available at :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25128/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y
Kesemutan dan mati rasa di tangan dan kaki, bersamaan dengan rasa
sakit yang membakar atau bengkak, adalah tanda bahwa saraf sedang
dirusak oleh diabetes. Masih seperti penglihatan, jika kadar gula darah
dibiarkan merajalela terlalu lama, kerusakan saraf bisa menjadi
permanen.
Sumber:
AP, Health, DW , Vector by freepik, editor & desain grafis : anitasari
2. Polidipsia
Polidipsia adalah haus berlebih. Ketika kadar gula darah tinggi, tubuh akan
mencoba mengeluarkan gula dari darah melalui urin dan ini berarti
mengeluarkan lebih banyak urin daripada biasanya. Akibatnya, tubuh
memerlukan lebih banyak air untuk menggantikan air yang keluar. Oleh
karena itu, tubuh memberikan tanda-tanda kehausan.
3. Polifagia
Polifagia adalah rasa lapar berlebih. Kelaparan pada penyandang DM ini dapat
disebabkan oleh salah satu dari dua kemungkinan, yakni kadar gula terlalu
tinggi atau terlalu rendahnya kadar gula darah akibat pengobatan.
Sumber:
Tim Riset Daya Sejahtera
Sumber:
Sumber:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/22865/Chapter
%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y
Sumber:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/22865/Chapter
%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y
Sumber:
Penyebab diabetes tipe 1 belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini berkaitan
dengan penyakit autoimun, kelainan genetik, dan faktor keturunan. Karena belum
diketahui secara pasti, maka pencegahannya pun belum dapat dipastikan.
Sementara, diabetes tipe 2 diketahui berkaitan dengan faktor genetik, pola hidup tidak
sehat, obesitas, dan resistensi insulin.
Cara mencegah diabetes penting untuk diterapkan oleh siapa saja. Hal ini mengingat
jumlah penderita diabetes yang kian meningkat setiap tahunnya. Selain untuk
mencegah penyakit diabetes atau kencing manis, langkah pencegahan ini juga penting
dilakukan sebagai bagian dari gaya hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Bennett,P.EpidemiologyofType2DiabetesMi llitus.InLeRoithet.al,
DiabetesMillitusaFundamentalandClinicalText.Philadelphia:LippincottWilliam&Wil
kin s.2008;43(1): 544-7.
Slamet S. Diet pada diabetes Dalam Noer dkk.Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Edisi III.Jakarta: Balai Penerbit FK-ill;2008.
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/34b31acf8fbe626d35aa5846d45
cbb7f.pdf