Anda di halaman 1dari 23

TUGAS INDIVIDU

PEMICU 2

BLOK 13

“Ibu Omah Sering Haus”

Disusun Oleh:

ZAKIYAH SYABANIAH

190600200

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes melitus (atau biasa disebut diabetes saja) adalah penyakit kronis yang
ditandai dengan tingginya kadar gula (glukosa) di dalam darah. Kondisi ini juga
sering disebut sebagai penyakit gula atau kencing manis.

Gula yang berada di dalam darah seharusnya diserap oleh sel-sel tubuh untuk
kemudian diubah menjadi energi. Insulin adalah hormon yang bertugas untuk
membantu penyerapan glukosa dalam sel-sel tubuh untuk diolah menjadi energi,
sekaligus menyimpan sebagian glukosa sebagai cadangan energi.

Apabila terjadi gangguan pada insulin, seseorang berisiko tinggi mengalami diabetes.
Diabetes dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti:

 Kurangnya produksi insulin oleh pankreas

 Gangguan respons tubuh terhadap insulin

 Adanya pengaruh hormon lain yang menghambat kinerja insulin

Apabila kondisi ini diabaikan dan kadar gula darah dibiarkan tinggi tanpa
dikendalikan, diabetes bisa melahirkan berbagai komplikasi membahayakan.

B. DESKRIPSI TOPIK
Nama pemicu : Ibu Omah Sering Haus
Penyusun : Dr. Wilda Hafny Lubis, drg., M.Si; Almaycano Ginting, dr., M. Ked
(Clin-Path), Sp. PK; Irma Ervina, drg., Sp. Perio (K)
Hari/Tanggal Jam : Selasa/ 30 Maret 2021 13.30 – 15.30 WIB

Ibu Omah 67 tahun dengan IMT>27, datang dengan keluhan mulut kering ,
sering haus dan sukar menelan, gusi bengkak dibeberapa tempat dan mudah berdarah,
gigi goyang dan banyak karang gigi. Pasien mengaku menderita kencing manis sudah
5 tahun. Keluarga pasien yaitu kedua orang tuanya, juga menderita kencing manis.
Pasien pernah periksa gula darah pertama kali 270 mg/dl dengan kadar HbA1C : 10
mg/dl. Beberapa bulan yang lalu pernah 300mg/dl. Terakhir periksa 200 mg/dl.
Perawatan kencing manis dengan minum obat tetapi tidak teratur. Kalau merasa
badannya sakit baru ke Puskesmas minta obat. Pasien mengaku banyak makan ,
banyak minum, sering merasa kebas, badan lemas, sering ngantuk, penglihatan kabur,
pening kepala.

Produk : Jawaban pemicu dikerjakan secara mandiri oleh masing-masing mahasiswa


dalam bentuk ms. word. Pada saat diskusi kelompok, fasilitator berhak meminta
mahasiswa untuk mempresentasikan jawabannya:
1. a. Jelaskan penyakit sistemik apakah yang diderita ibu Omah!
b. Jelaskan tipe dari penyakit sistemik tersebut dan beri alasannya!
2. a. Jelaskan klasifikasi penyakit sistemik tersebut!
b. Jelaskan manfaat drg mengetahui klasifikasi penyakit ini!
c. Bagaimana distribusi ke dua tipe penyakit tersebut?
3. a. Jelaskan gejala penyakit sistemik tersebut!
b. Jelaskan gejala yang ditemukan pada pasien tersebut!
4. Bagaimana cara menginterpretasi hasil laboratorium diatas? dan Jelaskan apakah
penderita termasuk kedalam kelompok terkontrol!
5. Jelaskan apakah penderita mempunyai manifestasi oral, beri alasannya!
6. Bagaimana cara mendiagnosa penyakit sistemik tersebut?
7. Jelaskan penanggulangan kasus tersebut!
BAB II
PEMBAHASAN

1. a. Jelaskan penyakit sistemik apakah yang diderita ibu Omah!

Pada kasus pasien mengalami gejala keluhan mulut kering yaitu, Dry mouth
syndrome atau sindrom mulut kering atau dikenal juga dengan
istilah xerostomia. Ketika tubuh kita tidak dapat memproduksi air liur yang
cukup, maka sindrom ini akan terjadi. Kondisi ini disebabkan oleh
meningkatnya tingkat glukosa pada air liur, sedangkan pasien diabetes
memiliki peningkatan kadar glukosa bukan saja pada darah melainkan juga
pada air liur. Salah satu efeknya adalah meningkatnya risiko karies pada gigi,
sering haus dan sukar menelan, gusi bengkak dibeberapa tempat dan mudah
berdarah, gigi goyang dan banyak karang gigi yang merupakan gejala umum
bagi penderita diabetes melitus.

Hasil dari pemeriksaan gula pada pasien yaitu 270 mg/dl dengan kadar
HbA1C : 10 mg/dl. Dan Beberapa bulan yang lalu pernah 300mg/dl. Terakhir
periksa 200 mg/dl. Dan hasil tersebut cukup menunjukkan bahwa pasien di
diagnosis menderita diabetes melitus.

Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan


klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan
penyakit vaskular mikroangiopati. Diabetes melitus/ kencing manis adalah
kondisi dimana kandungan glukosa dalam darah meningkat karena produksi
insulin yang abnormal, baik berupa penurunan produksi insulin maupun tidak
mampunya tubuh memproduksi insulin. Insulin adalah hormon yang
memindahkan glukosa dalam darah ke dalam sel atau jaringan tubuh untuk
digunakan sebagai sumber energi. Diabetes dapat terjadi karena faktor
keturunan, obesitas, bahkan ada pula diabetes yang hanya diderita saat masa
kehamilan. Pada kasus terlihat Keluarga pasien yaitu kedua orang tuanya, juga
menderita kencing manis yang merupakan faktor keturunan.
Patogenesis Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh
adanya kekurangan insulin secara relatif maupun absolut.Defisiensi insulin
dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu:
 Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat
kimia,dll)
 Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas
 Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.

Sumber:

Bennett,P.EpidemiologyofType2DiabetesMi llitus.InLeRoithet.al,
DiabetesMillitusaFundamentalandClinicalText.Philadelphia:LippincottWillia
m&Wilkin s.2008;43(1): 544-7.

Sujaya, I Nyoman. “Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai


Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan.” Jurnal Skala Husada”.
2009;6(1);75-81

Buraerah, Hakim. Analisis Faktor Risiko Diabetes Melitus tipe 2 di


Puskesmas Tanrutedong, Sidenreg Rappan,. Jurnal Ilmiah Nasional;2010
[cited 2010 feb 17]. Available from :http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?
tabID= 61&src=a&id=186192

b. Jelaskan tipe dari penyakit sistemik tersebut dan beri alasannya!


Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas
sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikitmenurun atau berada dalam
rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas,
maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent diabetes
mellitus. Terlihat pada kasus pasien tidak ketergantungan insulin. Maka dari
itu tipe dari penyakit sistemik pada kasus adalah DM tipe 2. Diabetes Mellitus
Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula
darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau
ganguan fungsi insulin (resistensi insulin).

Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,


namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin
secara normal.Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”.
Resistensi insulinbanyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas
fisik serta penuaan.Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi
produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan
sel-sel B langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi
fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan
tidak absolut.
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan
dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor
risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Berkaitan dengan kasus diatas,
Menurut American DiabetesAssociation (ADA) bahwa DM berkaitan dengan
faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga dengan DM
(first degree relative) dan umur >45 th. Pada kasus, pasien berusia 67 tahun
dan terdapat Keluarga pasien yaitu kedua orang tuanya, juga menderita
diabates melitus.
 Faktor keturunan : Ibu OMAH menderita Diabetes Mellitus diduga
mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen
resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif
tersebut yang menderita Diabetes Mellitus. DM tipe 2 berasal dari
interaksi genetis dan berbagai faktor mental Penyakit ini sudah lama
dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko emperis dalam
hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat
jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakitini.
 Umur : Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes
Mellitus adalah > 45 tahun. Sedangkan saat ini Ibu Omah berusia 67
tahun yang merupakan faktor risiko dari diabetes melitus

Gejala klinis dibedakan menjadi akut dan kronik. Pada kasus, pasien
mengalami gejala akut yang dimana pasien mengaku banyak makan
(poliphagia) , banyak minum (polidipsia), pada kasus pasien juga mengaku
banyak kencing dan nafsu makan bertambah (poliuria). Pada kasus pasien juga
mengalami gejala kronik yaitu, sering merasa kebas, badan lemas, sering
ngantuk, penglihatan kabur, pening kepala.
Sumber:
Slamet S. Diet pada diabetes Dalam Noer dkk.Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi III.Jakarta: Balai Penerbit FK-ill;2008.
Wild S , Roglic G, GreenA, Sicree R, king H.Global prevalence of
diabetes: estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetic care.
2004;27(3);1047-53.
Departemen Kesehatan. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes
Melitus. 2005.
Harding, Anne Helen et al. Dietary Fat adn Risk of Clinic Type
Diabetes. A,erican Journal of Epidemiology.2003;15(1);150-9.
Hastuti, Rini Tri. Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita
Diabetes Melitus Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta [dissertation].
Universitas Diponegoro (Semarang). 2008

2. a. Jelaskan klasifikasi penyakit sistemik tersebut!


 Diabetes Mellitus tipe 1
Hasil dari kehancuran sel beta pankreas, biasanya menyebabkan
defisiensi insulin yang absolut atau tubuh tidak mampu menghasilkan
insulin. Penyebab dari diabetes mellitus ini belum diketahui secara
pasti. Tanda dan gejala dari diabetes mellitus tipe 1 ini adalah poliuria
(kencing terus menerus dalam 9 jumlah banyak), polidipsia (rasa cepat
haus), polipagia (rasa cepat lapar), penurunan berat badan secara
drastis, mengalami penurunan penglihatan dan kelelahan.
 Diabetes Melitus tipe 2
Hasil dari gangguan sekresi insulin yang progresif yang menjadi latar
belakang terjadinya resistensi insulin atau ketidakefektifan penggunaan
insulin di dalam tubuh. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan tipe
diabetes yang paling banyak dialami oleh seseorang di dunia dan
paling sering disebabkan oleh karena berat badan berlebih dan aktivitas
fisik yang kurang. Tanda dan gejala dari diabetes mellitus tipe 2 ini
hampir sama dengan diabetes mellitus tipe 1, tetapi diabetes mellitus
tipe 2 dapat didiagnosis setelah beberapa tahun keluhan dirasakan oleh
pasien dan pada diabetes mellitus komplikasi dapat terjadi. Diagnosis
klinis diabetes mellitus umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan
khas berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin
dikeluhkan pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada pasien wanita.
 Diabetes tipe spesifik lain
Diabetes tipe ini biasanya terjadi karena adanya gangguan genetik pada
fungsi sel beta, gangguan genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas dan dipicu oleh obat atau bahan kimia (seperti pengobatan
HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).
 Gestasional Diabetes
Diabetes tipe ini terjadinya peningkatan kadar gula darah atau
hiperglikemia selama kehamilan dengan nilai kadar glukosa darah
normal tetapi dibawah dari nilai diagnostik diabetes mellitus pada
umumnya. Perempuan dengan diabetes mellitus saat kehamilan sangat
berisiko mengalami komplikasi selama kehamilan. Ibu dengan
gestational diabetes memiliki risiko tinggi mengalami diabetes mellitus
tipe 2 dikemudian hari. Gestational diabetes lebih baik 10 didiagnosa
dengan pemeriksaan saat prenatal karena lebih akurat dibandingkan
dengan keluhan langsung yang dirasakan pasien.

Klasifikasi diabetes melitus sesuai dengan etiologi.

Tipe 1 Kerusakan sel beta pankreas,


umumnya mengarah ke defisiensi
insulin absolut, biasanya disebabkan
oleh autoimun dan idiopatik.
Tipe 2 Bervariasi, bisa disebabkan oleh
resistensi insulin yang disertai
insulin relatif sampai dengan defek
sekresi insulin disertai resistensi
insulin
Tipe Lain Bisa disebabkan oleh defek genetik
fungsi beta, defek genetik kerja
insulin, penyakit endokrin pankreas,
oleh karena obat-obatan, infeksi,
ataupun penyakit genetik lainnya
Diabates Melitus Gestasional Intoleransi glukosa yang timbul atau
terdeteksi pada kehamilan pertama
dan gangguan toleransi glukosa
setelah terminasi kehamilan.

Sumber:
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/34b31acf8fbe626d35aa5
846d45cbb7f.pdf

b. Jelaskan manfaat drg mengetahui klasifikasi penyakit ini!


seorang dokter gigi harus mempunyai pemahaman yang memadai
mengenai penyakitpenyakit atau kelainan sistemik, perlu mengetahui dengan
pasti kesehatan umum pasien dan kondisi pasien apakah cukup aman untuk
dilakukan tindakan, khususnya yang menyangkut tindakan pembedahan.
Untuk itu diperlukan evaluasi yang tepat dan akurat dalam menentukan
kondisi sistemik pasien dengan medically-compromised yang difokuskan pada
patofisiologi penyakit, tanda dan gejala, hasil pemeriksaan laboratorium,
terapi medis yang sedang dijalani pasien serta rekomendasi dari spesialis-
spesialis terkait untuk dapat melakukan perawatan persiapan dengan baik dan
aman serta menghindari komplikasi yang mungkin terjadi. Medically-
compromised adalah suatu keadaan seorang pasien yang mempunyai kelainan
atau kondisi yang harus dikompromikan ke dokter sebelum dilakukan suatu
tindakan apapun yang berhubungan dengan penyakit tersebut. Adapun
kelainan sistemik yang merupakan kondisi medically compromised
diantaranya adalah kelainan hematologi, kelainan metabolik- endokrin,
kelainan kardiovaskuler, gangguan koagulasi, kelainan ginjal, dan kehamilan.
Jika dokter gigi mencurigai adanya penyakit DM pada pasien, maka
pasien patut dianamnesis dengan baik untuk mengetahui adanya riwayat
polidipsia, poliuria, polyphagia, atau adanya penurunan berat badan. Jika
diduga ada riwayat keluarga yang DM, maka perlu dilakukan evaluasi dan
pemeriksaan laboratorium berupa kadar gula darah puasa dan sesudah makan,
uji urine, dan toleransi glukosa. Seorang klinisi harus mengetahui nilai
haemoglobin yang terikat dengan glukosa (HbA1C). Uji ini akan memberikan
gambaran mengenai kadar glukosa selama 2-3 bulan. Jika nilainya kurang dari
8% menunjukkan kadar glukosa secara relatif terkontrol baik. Jika nilai
HbA1C lebih besar dari 10% menunjukkan kadar gula darah tidak terkontrol.
Hal lain yang menjadi kunci dalam pertimbangan perawatan gigi pada pasien
DM meliputi tindakan mengurangi stres, setting perawatan, penggunaan
antibiotik, modifikasi diet, membuat jadwal kunjungan, pemilihan obat-
obatan serta penanganan emergensi.

Sumber:
American Diabetes Association. Report of the Expert Committee on
the Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care 1997; 20:
1183-97.
American Diabetes Association. Selfmonitoring of blood glucose
(consensus statement). Diabetes Care 1993; 16: 605.

c. Bagaimana distribusi ke dua tipe penyakit tersebut?

1. Menurut Orang
Pada negara maju, penyakit DM cenderung diderita oleh penduduk
berusia di atas 64 tahun sedangkan pada negara berkembang, penyakit DM
cenderung diderita oleh penduduk berusia 45-64 tahun. DM tipe 1 umumnya
terjadi pada anak-anak dan remaja ataupun usia muda. DM tipe 1 pada
umumnya terjadi sebelum penderita berumur 40 tahun sedangkan DM tipe 2
pada umumnya terjadi setelah berumur 40 tahun. Penderita DM yang memiliki
usia yang sama dengan yang bukan penderita DM paling sedikit 2 kali lebih
sering terkena serangan jantung dengan mereka yang tidak menderita diabetes.
Berdasarkan American Diabetes Association (ADA) terdapat 1,9 juta
kasus baru diabetes pada orang berusia 20 tahun dan lebih tua pada tahun
2010. Berdasarkan penelitian Marpaung (2006) di RSUD Pematang Siantar
tahun 2003-2004 menyatakan bahwa proporsi penderita DM yang berusia ≥ 45
tahun 80,8% dan proporsi penderita DM yang berusia < 45 tahun 19,2%.
Berdasarkan penelitian Roza (2008) di RSUP H. Adam Malik Medan
tahun 2006, proporsi penderita DM berusia < 40 tahun yaitu yang menderita
komplikasi akut 5,0% dan yang menderita komplikasi kronik 12,6%
sedangkan proporsi penderita DM berusia ≥ 40 tahun yaitu yang menderita
komplikasi akut 7,6% dan yang menderita komplikasi kronik yaitu 74,8%.
Proporsi laki-laki yang menderita DM yaitu yang mengalami komplikasi akut
6,9% dan yang mengalami komplikasi kronik 39,0% sedangkan proporsi
perempuan yang menderita DM yaitu yang mengalami komplikasi akut 5,7%
dan yang mengalami komplikasi kronik yaitu 48,4%.
2. Menurut Tempat
Kasus DM akan meningkat setiap tahunnya. Prevalensi Penderita DM
di dunia mencapai 8.5% dan mencapai urutan ke 6 di dunia (WHO,2016).
Pada tahun 2015 ditemukan satu dari sebelas orang dewasa merupakan
penderita DM. Pada tahun 2040 satu dari sepuluh orang dewasa akan
mempunyai DM yang tidak terdiagnosa. Tiga dari empat orang yang terkena
DM pada umumnya hidup di negara berkembang (IDF, 2015). Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan Prevalensi DM secara
nasional berdasarkan diagnosis atau gejala tahun 2013 adalah 2,1%, lebih
tinggi dibandingkan tahun 2007 yaitu 1,1%. Prevalensi DM berdasarkan
diagnosis atau gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi
utara (3,6%) dan Sulawesi Selatan (3,4%). Hampir seluruh provinsi di
Indonesia mengalami kenaikan prevalensi DM, sedangkan provinsi Papua
Barat dan Nusa Tenggara Barat mengalami penurunan prevalensi. Prevalensi
penderita DM di Sumatera Utara mengalami peningkatan dari tahun 2007
sebesar 0,8% menjadi 2,3% pada tahun 2013 (Kemenkes RI, 2013).
3. Menurut Waktu
Pada tahun 2000 terdapat 2,9 juta kematian akibat penyakit DM di
dunia, dimana 1,4 juta kematian terjadi pada pria dan 1,5 juta kematian pada
wanita. Dari semua jumlah kematian ini, 1 juta kematian terjadi di negara
maju dan 1,9 juta kematian terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2003,
WHO menyatakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia
usia 20-79 tahun menderita Diabetes mellitus dan tahun 2007 mengalami
peningkatan menjadi 7,3%.
Data Statistik
Kenaikan jumlah penduduk yang terkena penyakit diabetes militus atau
kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000
jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes militus mencapai
171.230.000 orang dan pada tahun 2030 diperkirakan jumlah penderita
diabetes didunia akan mencapai jumlah 366.210.100 orang atau naik sebesar
114 % dalam ukuran waktu 30 tahun.

Dibawah ini adalah data statistik jumlah penderita diabetes didunia


versi WHO pada tahun 2000 dan proyeksi jumlah pendeita diabetes dunia
pada tahun 2030. Indonesia menduduki tempat ke 4 terbesar dengan
pertumbuhan sebesar 152 % atau dari 8.426.000 orang pada tahun 2000
mencapai 21.257.000 orang ditahun 2030.

Data Statistik Jumlah Penderita Diabetes di Dunia versi


WHO
No Negara Thn 2000 Thn 2030 Growth
1 India 31.705.000 79.441.000 151 %
2 China 20.757.000 42.321.000 104 %
3 United States of Ameica 17.702.000 30.312.000 71 %
4 Indonesia 8.426.000 21.257.000 152 %
5 Japan 6.765.000 8.914.000 32 %
6 Pakistan 5.217.000 13.853.000 166 %
7 Russian Federation 4.576.000 5.320.000 16 %
8 Brazil 4.576.000 11.305.000 148 %
9 Italy 4.252.000 5.374.000 26 %
10 Bangladesh 3.196.000 11.140.000 249 %
11 Turkey 2.920.000 6.422.000 120 %
12 Philippines 2.770.000 7.798.000 182 %
13 Spain 2.717.000 3.752.000 38 %
14 Germany 2.627.000 3.771.000 44 %
15 Egypt 2.623.000 6.726.000 156 %
16 Mexico 2.179.000 6.130.000 181 %
17 Islamic Republic of iran 2.103.000 6.421.000 205 %
18 Canada 2.006.000 3.543.000 77 %
19 Republic of korea 1.859.000 3.378.000 82 %
20 United kingdom of great 1.765.000 2.668.000 51 %
Britain and northern
Ireland
21 France 1.710.000 2.645.000 55 %

Sumber:
Anonym. 2008. Penatalaksanaan Gigi dan Mulut Penderita Diabetes
Mellitus (online). Available at :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25128/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y

Fatimah RN. DIABETES MELITUS TIPE 2. J MAJORITY. Februari


2015; 4(5): 96.

3. a. Jelaskan gejala penyakit sistemik tersebut!


 Meningkatnya frekuensi buang air kecil
Karena sel-sel di tubuh tidak dapat menyerap glukosa, ginjal mencoba
mengeluarkan glukosa sebanyak mungkin. Akibatnya, penderita jadi
lebih sering kencing daripada orang normal dan mengeluarkan lebih
dari 5 liter air kencing sehari. Ini berlanjut bahkan di malam hari.
Penderita terbangun beberapa kali untuk buang air kecil. Itu pertanda
ginjal berusaha singkirkan semua glukosa ekstra dalam darah.
 Rasa haus berlebihan
Dengan hilangnya air dari tubuh karena sering buang air kecil,
penderita merasa haus dan butuhkan banyak air. Rasa haus yang
berlebihan berarti tubuh Anda mencoba mengisi kembali cairan yang
hilang itu. Sering ‘pipis‘ dan rasa haus berlebihan merupakan beberapa
"cara tubuh Anda untuk mencoba mengelola gula darah tinggi” dr.
Collazo-Clavel
 Penurunan berat badan
adar gula darah terlalu tinggi juga bisa menyebabkan penurunan berat
badan yang cepat. Karena hormon insulin tidak mendapatkan glukosa
untuk sel, yang digunakan sebagai energi, tubuh memecah protein dari
otot sebagai sumber alternatif bahan bakar.
 Kelaparan
Rasa lapar yang berlebihan, merupakan tanda diabetes lainnya. Ketika
kadar gula darah merosot, tubuh mengira belum diberi makan dan
lebih menginginkan glukosa yang
dibutuhkan sel.
 Kulit jadi bermasalah
Kulit gatal, mungkin akibat kulit kering seringkali bisa menjadi tanda
peringatan diabetes, seperti juga kondisi kulit lainnya, misalnya kulit
jadi gelap di sekitar daerah leher atau ketiak.
 Penyembuhan lambat
Infeksi, luka, dan memar yang tidak sembuh dengan cepat merupakan
tanda diabetes lainnya. Hal ini biasanya terjadi karena pembuluh darah
mengalami kerusakan akibat glukosa dalam jumlah berlebihan yang
mengelilingi pembuluh darah dan arteri. Diabetes mengurangi efisiensi
sel progenitor endotel atau EPC, yang melakukan perjalanan ke lokasi
cedera dan membantu pembuluh darah sembuhkan luka.
 Infeksi jamur

"Diabetes dianggap sebagai keadaan imunosupresi," demikian Dr.


Collazo-Clavell menjelaskan. Hal itu berarti meningkatkan kerentanan
terhadap berbagai infeksi, meskipun yang paling umum adalah candida
dan infeksi jamur lainnya. Jamur dan bakteri tumbuh subur di
lingkungan yang kaya akan gula.

 Keletihan dan mudah tersinggung

"Ketika orang memiliki kadar gula darah tinggi, tergantung berapa


lama sudah merasakannya, mereka kerap merasa tak enak badan," kata
Dr. Collazo-Clavell. Bangun untuk pergi ke kamar mandi beberapa
kali di malam hari membuat orang lelah. Akibatnya, bila lelah orang
cenderung mudah tersinggung.

 Pandangan yang kabur

Penglihatan kabur atau atau sesekali melihat kilatan cahaya merupakan


akibat langsung kadar gula darah tinggi. Membiarkan gula darah Anda
tidak terkendali dalam waktu lama bisa menyebabkan kerusakan
permanen, bahkan mungkin kebutaan. Pembuluh darah di retina
menjadi lemah setelah bertahun-tahun mengalami hiperglikemia dan
mikro-aneurisma, yang melepaskan protein berlemak yang disebut
eksudat.

 Kesemutan atau mati rasa

Kesemutan dan mati rasa di tangan dan kaki, bersamaan dengan rasa
sakit yang membakar atau bengkak, adalah tanda bahwa saraf sedang
dirusak oleh diabetes. Masih seperti penglihatan, jika kadar gula darah
dibiarkan merajalela terlalu lama, kerusakan saraf bisa menjadi
permanen.

Pada diabetes, gula darah yang tinggi bertindak bagaikan racun.


Diabetes sering disebut ‘Silent Killer’ jika gejalanya terabaikan dan
ditemukan sudah terjadi komplikasi. Jika Anda memiliki gejala ini,
segera tes gula darah atau berkonsultasi ke petugas kesehatan.

Sumber:
AP, Health, DW , Vector by freepik, editor & desain grafis  : anitasari

b. Jelaskan gejala yang ditemukan pada pasien tersebut!


1. Poliuria
Poliuria adalah lebih sering berkemih (buang air kecil). Lebih sering berkemih
ini dapat terjadi pada penyandang DM jika kadar gula darah terlalu tinggi.
Ketika kadar gula darah di atas normal, tubuh akan mengeluarkan gula dalam
darah melalui ginjal. Gula disaring oleh ginjal dan dikeluarkan dari tubuh
melalui urin. Selain menyaring gula dari darah, ginjal juga akan menyaring
lebih banyak air daripada biasanya, hal ini menyebabkan kebutuhan buang air
kecil lebih sering daripada biasanya.

2. Polidipsia
Polidipsia adalah haus berlebih. Ketika kadar gula darah tinggi, tubuh akan
mencoba mengeluarkan gula dari darah melalui urin dan ini berarti
mengeluarkan lebih banyak urin daripada biasanya. Akibatnya, tubuh
memerlukan lebih banyak air untuk menggantikan air yang keluar. Oleh
karena itu, tubuh memberikan tanda-tanda kehausan.

3. Polifagia
Polifagia adalah rasa lapar berlebih. Kelaparan pada penyandang DM ini dapat
disebabkan oleh salah satu dari dua kemungkinan, yakni kadar gula terlalu
tinggi atau terlalu rendahnya kadar gula darah akibat pengobatan.

Selain tiga keluhan di atas, beberapa keluhan yang dialami penyandang


diabetes mellitus adalah penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya, lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
pada pria serta gatal di area kulit di luar vagina pada wanita.

Sumber:
Tim Riset Daya Sejahtera

4. Bagaimana cara menginterpretasi hasil laboratorium diatas? dan


Jelaskan apakah penderita termasuk kedalam kelompok terkontrol!

Berdasarkan IMT pasien pada scenario, dapat dinyatakan bahwa pasien


mengalami gemuk berat atau obesitas dengan nilai IMT>27. Nilai IMT
diberikan atas lima kriteria yaitu:

o Kurus Berat (<17kg/M2)


o Kurus Ringan (17,0–18,4 Kg/M2 )
o Normal(18,5 - 25,0 Kg/M2 )
o Gemuk Ringan (25,1 – 27,0 Kg/M2 )
o Gemuk Berat ( > 27 Kg/M2 ).
Sedangkan untuk kondisi diabetesnya, seseorang dapat dikatakan memiliki
gula darah tinggi jika gula darah sewaktunya lebih dari 200 mg/dL. Sedangkan
pasien awalnya 270mg/dL lalu 300mg/dL, dan terakhir 200mg/dL. Maka pasien
termasuk memiliki gula darah yang tinggi. Selanjutnya berdasarkan
pemeriksaan HbA1C yang merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat
membantu dalam menegakkan diagnosis, pemeriksaan HbA1C ini dapat
memudahkan dokter untuk mengetahui kontrol glukosa pada pasien. Menurut
WHO pemeriksaan HbA1C dapat digolongkan beberapa kategori yaitu sebagai
berikut :8

- HbA1C < 6.5 % : Kontrol Glikemiknya Baik

- HbA1C 6.5-8 % : Kontrol Glikemik Normal

- HbA1C > 8 % : Kontrol Glikemik Buruk

Maka berdasarkan kadar HbA1C pasien yaitu 10 %, pasien termasuk kontrol


glikemik yang buruk (tidak terkontrol) serta adanya pernyataan bahwa pasien
hanya datang berobat ketika sakit saja (tidak rutin control) sehingga penilaian
ini menunjukkan bahwa pasien memiliki kondisi diabetes yang tidak terkontrol.

Sumber:

Situmorang M. Penentuan Indeks Massa Tubuh (IMT) Melalui Pengukuran


Berat Dan Tinggi Badan Berbasis Mikrokontrolerat Dan PC. Jurnal Teori Dan
Aplikasi Fisika Vol.03, No. 02, Juli 2015

5. Jelaskan apakah penderita mempunyai manifestasi oral, beri alasannya!


Pasien mempunyai manifestasi dalam rongga mulit nya, yaitu keluhan mulut
kering (xerostomia) , sering haus dan sukar menelan, gusi bengkak dibeberapa
tempat dan mudah berdarah (gingivitis), gigi goyang dan banyak karang gigi.
 Gingivitis & Periodontitis
Sesuai dengan kasus diatas Ibu Omah mengalami keluhan keluhan
mulut kering , sering haus dan sukar menelan, gusi bengkak dibeberapa
tempat dan mudah berdarah, gigi goyang dan banyak karang gigi.
 Xerostomia
Dalam rongga mulut yang sehat, saliva mengandung enzim-enzim
antimikroba, misalnya : Lactoferin, perioxidase, lysozyme dan
histidine yang berinteraksi dengan mukosa oral dan dapat mencegah
pertumbuhan kandida yang berlebihan.23 Pada keadaan dimana
terjadinya perubahan pada rongga mulut yang disebabkan
berkurangnya aliran saliva, sehingga enzim-enzim antimikroba dalam
saliva tidak berfungsi dengan baik, maka rongga mulut menjadi rentan
terhadap keadaan mukosa yang buruk dan menimbulkan lesilesi yang
menimbulkan rasa sakit. Pasien diabetes mellitus yang mengalami
disfungsi kelenjar saliva juga dapat mengalami kesulitan dalam
mengunyah dan menelan sehingga mengakibatkan nafsu makan
berkurang dan terjadinya malnutrisi.

Sumber:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/22865/Chapter
%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y

6. Bagaimana cara mendiagnosa penyakit sistemik tersebut?


Diagnosis diabetes mellitus dapat ditegakkan melalui tiga cara. Pertama, jika
keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu
≥200mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus.
Kedua, dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah
dilakukan, mudah diterima oleh pasien serta murah, sehingga pemeriksaan ini
dianjurkan untuk diagnosis diabetes mellitus. Ketiga dengan Test Toleransi
Glukosa Oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75g glukosa lebih
sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa,
namun memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan
berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan.
Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol, atau penderita yang
tidak mau berkerjasama akan timbul manifestasi oral yang berupa xerostomia,
sindroma mulut terbakar, meningkatnya insidensi dan keparahan penyakit
periodontal, perubahan flora rongga mulut yang didominasi oleh jamur
kandida albikans dan luka bekas pencabutan gigi yang tidak sembuh-sembuh.
Pasien yang mengetahui dirinya menderita diabetes mellitus harus diketahui
jenis diabetes yang dideritanya, perawatan yang pernah dilakukan, kontrol
yang memadai pada diabetesnya. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan,
pasien dapat dikelompokkan ke dalam kategori kelompok resiko spesifik,
yaitu :
 Pasien dengan resiko rendah (Low Risk)
Pada penderita dengan resiko rendah, yaitu control metaboliknya baik
dengan obat-obatan yang dalam keadaan stabil, asimtomatik, tidak ada
komplikasi neurologic, vascular maupun infeksi, kadar gula darah
puasa < 200mg/dL dan kadar HbA1c< 7%.
 Pasien dengan resiko menengah (Moderate Risk)
Pasien ini memiliki simtom yang sama namun, berada dalam kondisi
metabolik yang seimbang. Tidak terdapat riwayat hipoglikemik atau
ketoasidosis, dan komplikasi diabetes yang terlihat. Glukosa darah
puasa tidak lebih dari 250 mg/dL. Pasien dengan konsentrasi HbA1c
sekitar 7-9%.
 Pasien dengan resiko tinggi (High Risk)
Pada tipe penderita dengan resiko tinggi, memilik banyak komplikasi
dan kontrol metaboliknya sangat buruk, seringkali mengalami
hipoglikemi atau ketoasidosis dan sering membutuhkan injeksi insulin.
Glukosa darah puasa dapat meningkat tajam, terkadang melampaui 250
mg/dL. Pasien dengan konsentrasi HbA1c lebih dari 9% dan kontrol
glukosanya yang buruk dalam waktu jangka panjang dan mempunyai
resiko yang tinggi terhadap perawatan gigi dan mulut. Oleh karena itu,
dengan pemeriksaan intra oral dapat menjadi salah satu cara yang
dapat menunjang diagnosis awal untuk mengetahui apakah seseorang
menderita penyakit diabetes mellitus atau tidak.

Sumber:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/22865/Chapter
%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y

7. Jelaskan penanggulangan kasus tersebut!

Pencegahan DM tipe 2 pada orang-orang yang berisiko pada prinsipnya adalah


dengan mengubah gaya hidup yang meliputi olah raga, penurunan berat badan,
dan pengaturan pola makan. Berdasarkan analisis terhadap sekelompok orang
dengan perubahan gaya hidup intensif, pencegahan diabetes paling
berhubungan dengan penurunan berat badan. Menurut penelitian, penurunan
berat badan 5-10% dapat mencegah atau memperlambat munculnya DM tipe
2. Dianjurkan pula melakukan pola makan yang sehat, yakni terdiri dari
karbohidrat kompleks, mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut.
Asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan ideal.

Akitivitas fisik harus ditingkatkan dengan berolahraga rutin, minimal 150


menit perminggu, dibagi 3-4 kali seminggu. Olahraga dapat memperbaiki
resistensi insulin yang terjadi pada pasien prediabetes, meningkatkan kadar
HDL (kolesterol baik), dan membantu mencapai berat badan ideal.

Sumber:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Pencegahan Diabetes Melitus


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Penyebab diabetes tipe 1 belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini berkaitan
dengan penyakit autoimun, kelainan genetik, dan faktor keturunan. Karena belum
diketahui secara pasti, maka pencegahannya pun belum dapat dipastikan.

Sementara, diabetes tipe 2 diketahui berkaitan dengan faktor genetik, pola hidup tidak
sehat, obesitas, dan resistensi insulin.

Cara mencegah diabetes penting untuk diterapkan oleh siapa saja. Hal ini mengingat
jumlah penderita diabetes yang kian meningkat setiap tahunnya. Selain untuk
mencegah penyakit diabetes atau kencing manis, langkah pencegahan ini juga penting
dilakukan sebagai bagian dari gaya hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Bennett,P.EpidemiologyofType2DiabetesMi llitus.InLeRoithet.al,
DiabetesMillitusaFundamentalandClinicalText.Philadelphia:LippincottWilliam&Wil
kin s.2008;43(1): 544-7.

Sujaya, I Nyoman. “Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai Faktor


Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan.” Jurnal Skala Husada”. 2009;6(1);75-81

Buraerah, Hakim. Analisis Faktor Risiko Diabetes Melitus tipe 2 di


Puskesmas Tanrutedong, Sidenreg Rappan,. Jurnal Ilmiah Nasional;2010 [cited 2010
feb 17]. Available from :http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=
61&src=a&id=186192

Slamet S. Diet pada diabetes Dalam Noer dkk.Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Edisi III.Jakarta: Balai Penerbit FK-ill;2008.

Wild S , Roglic G, GreenA, Sicree R, king H.Global prevalence of diabetes:


estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetic care.
2004;27(3);1047-53.
Departemen Kesehatan. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes
Melitus. 2005.
Harding, Anne Helen et al. Dietary Fat adn Risk of Clinic Type Diabetes.
A,erican Journal of Epidemiology.2003;15(1);150-9.

Hastuti, Rini Tri. Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita


Diabetes Melitus Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta [dissertation].
Universitas Diponegoro (Semarang). 2008

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/34b31acf8fbe626d35aa5846d45
cbb7f.pdf

American Diabetes Association. Report of the Expert Committee on the


Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care 1997; 20: 1183-97.
American Diabetes Association. Selfmonitoring of blood glucose (consensus
statement). Diabetes Care 1993; 16: 605.

Anonym. 2008. Penatalaksanaan Gigi dan Mulut Penderita Diabetes Mellitus


(online). Available at :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25128/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

Fatimah RN. DIABETES MELITUS TIPE 2. J MAJORITY. Februari 2015;


4(5): 96.

AP, Health, DW , Vector by freepik, editor & desain grafis  : anitasari

Tim Riset Daya Sejahtera

Situmorang M. Penentuan Indeks Massa Tubuh (IMT) Melalui Pengukuran


Berat Dan Tinggi Badan Berbasis Mikrokontrolerat Dan PC. Jurnal Teori Dan
Aplikasi Fisika Vol.03, No. 02, Juli 2015
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/22865/Chapter
%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Pencegahan Diabetes Melitus

Anda mungkin juga menyukai