PEMICU 4
BLOK 13
Disusun Oleh:
ZAKIYAH SYABANIAH
190600200
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan mulut merupakan bagian fundamental kesehatan umum dan kesejahteraan
hidup. Leukemia ialah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietic yang ditandai
dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah abnormal atau sel
leukemik. Salah satu manifestasi klinis dari leukemia ialah perdarahan. Lokasi
perdarahan yang paling sering ditemukan pada bagian kulit, mata, membran mukosa
hidung, gingiva dan saluran cerna. Perdarahan yang mengancam jiwa biasanya terjadi
pada saluran cerna, sistem saraf pusat, paru, uterus dan ovarium.
Biasanya, gusi pada penderita leukemia menjadi besar dan tebal, serta mudah
berdarah. Karena itu, penderita bisa kesulitan menjaga kesehatan mulutnya seperti
saat menyikat gigi.
B. DESKRIPSI TOPIK
Penyusun : Armia Syahputra, drg., Sp. Perio (K); Prof. Bidasari, dr.Sp. A (K); dr. Nindia
Sugih Arto.,M.Ked(Clin-Path), Sp.PK
Seorang pasien, pria, usia 16 tahun ke praktek dokter gigi dengan keluhan gusi
berdarah sendiri dan bengkak. Dari anamnesis diperoleh bahwa hal itu telah berlangsung
selama 2 bulan ini. Kondisi umum pasien demam, pucat, lemah, berat badan berkurang.
Pemeriksaan intra oral ditemukan adanya perdarahan pada gingiva yang cenderung
spontan, pembesaran gingiva gigi 34 35 hampir menutupi seluruh mahkota gigi. Pada
pemeriksaan ekstra oral, kelenjar limfe terasa kenyal dan sakit. Dokter gigi merujuk
pasien untuk pemeriksaan darah lengkap. Skor Indeks Debris = 1,8; Skor Indeks
Kalkulus=1,1. Pemeriksaan Darah: … LED: 155 mm/jam; Hb: 6 g %; Ht: 13%; eritrosit:
1,51 jt/mm3 ; leukosit: 4100/mm3 ; trombosit: 90.000/mm3 ; retikulosit 16%; sel blast:
49%
Produk : Jawaban pemicu dikerjakan secara mandiri oleh masing-masing mahasiswa
dalam bentuk ms. Word. Pada saat diskusi kelompok, fasilitator berhak meminta
mahasiswa untuk mempresentasikan jawabannya:
Berdasarkan kasus, dapat diketahui pasien sering mengalami gusi berdarah gusi sendiri
dan bengkak. Pasien juga demam, pucat, lemah, berat badan berkurang. Pemeriksaan intra
oral ditemukan adanya perdarahan pada gingiva yang cenderung spontan. Kelenjar limfe
Local terasa kenyal dan sakit Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan darah rutin:
LED: 155 mm/jam; Hb: 6 g %; Ht: 13%; eritrosit: 1,51 jt/mm ; leukosit:4100/mm;
retikulosit 16%; sel blast: 49%; trombosit: 90.000/mm.Maka dapat diagnosis penyakit
sistemik pasien adalah leukimia.
1)Anamnesis
Anamnesis yang cermat dan teliti, dapat ditemukan gejala klinis yang berhubungan
dengan hipermetabolisme, seperti penurunan berat badan, kelelahan, anoreksia, keringat
malam, ocal ng e disertai rasa nyeri atau rasa tidak nyaman, rasa penuh di daerah
abdomen, rasa penuh dengan jumlah makanan yang sedikit, gangguan pencernaan, gejala
gangguan trombosit : perdarahan, memar, epistaksis, ocal ng e . Simptom-simptom ini
adalah tidak spesifik untuk mendiagnosis CML karena dapat juga dilihat pada penyakit
kanker dan non-kanker lain.
2)Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan,gejala klinis umumnya berupa rasa tidak sehat,
demam, pucat, kurang nafsu makan, berat badan menurun, malaise, kelelahan, nyeri
tulang dan sendi, epistaksis dan cenderung terjadi perdarahan, rentan terhadap infeksi,
serta sakit kepala. Tanda klinis yang ditemukan ialah kenaikan suhu tubuh, ekimosis atau
petekie, ocal ng e , ocal ng e , limfadenopati, dan anemia, dan letargi.
3)Pemeriksaan penunjang
-Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia (pada 43% kasus kadar hemoglobin
<7 g/Dl) normokromik dan normositik (tanpa peningkatan kompen-satorik dari
50.000/mm3 dan 53% dengan WBC <10.000 sel/mm3). Peningkatan kadar asam urat
darah dapat ditemukan karena pergantian seluler cepat pada pasien dengan peningkatan
jumlah WBC. Kadar elektrolit kalium dan fosfat dapat meningkat dengan penurunan
kompensatorik kalsium
-Biopsi sumsum tulang melalui pungsi lumbal perlu dilakukan untuk menentukan
proporsi sel punca dalam sumsum tulang. Dicurigai adanya suatu leukemia bila populasi
sel punca >5%. Pengecatan sitokimiawi dapat membantu dalam menen-tukan jenis
leukemia akut, limfoid atau Local. Immunophenotyping dilakukan untuk menganalisis
antigen spesifik pada permukaan sel Local. Walaupun tidak terdapat antigen spesifik
leukemia yang diidentifikasi, pola antigen permukaan sel dapat menunjukkan perbedaan
antara leukemia Local. Analisis sitogenetik sumsum tulang bermanfaat untuk menentukan
adanya non-random numerical dan abnormalitas kromosom ocal ng e pada sel-sel
leukemia; selain itu juga dapat membantu menentukan diagnosis, prognosis, dan evaluasi
respon terhadap terapi. Foto dada dilakukan untuk skrining massa mediastinal (umumnya
pada LLA sel T).
Sumber :
a. Immunophenotyping
Pemeriksaan ini menggunakan flow cytometry,sering untuk menentukan tipe sel leukemia
berdasarkan antigen permukaan. Kriteria yang digunakan adalah ≥ 20% sel ocal ng
mengekpresikan penanda (untuk sebagianbesar penanda)
b. Sitogenetika
d. Pemeriksaan imaging
5.Tes Darah
Tes darah yang dilakukan diambil dari vena pada lengan atau dari jari tangan perifer.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kadar ocal ng e pasien. Pemeriksaan
apusan darah tepi juga dilakukan untuk melihat morfologi dari sel darah. Pada pasien
dengan leukemia, akan ditemukan sel darah putih yang sangat banyak dibandingkan sel
darah merah dan platelet yang sedikit.
Aspirasi sumsum tulang dan ocal dilakukan secara bersamaan. Aspirasi sumsum tulang
dan ocal ini dilakukan untuk mendiagnosa leukemia dan diulangi ocal n untuk melihat
respon dari pengobatan.
Aspirasi sumsum tulang merupakan “gold standard” dari ocal ng leukemia. Tidak hanya
indikasi ocal ng, namun indikasi menentukan jenis sel dan monitoring pengobatan
seperti gangguan limfoblastik.
8. Fungsi Lumbal
Fungsi lumbal dilakukan untuk melihat apakah ada sel leukemia pada cairan
serebrospinalis. Pada anak dengan leukemia, lumbal pungsi dilakukan sebagai terapi
metastasis ke susunan saraf pusat untuk kemoterapi. Melalui lumbal pungsi diberikan
bahan kemoterapi menuju cairan serebrospinal sehingga mencegah sel- sel leukemia ada
di ocal saraf pusat.
Sumber :
Sumber:
Pedoman Interpretasi Data Klinik Oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011
halaman 8-27
Diagnosis Dan Indikasi Transfusi Darah Pada Anemia Aplastik oleh M Rizqa Fauzi
Bagian
Diagnosis kelainan sistemik pada pasien tersebut adalah leukemia. Diagnosis ini
ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Leukemia adalah suatu kelainan sel darah putih, yaitu terjadi proliferasi sel-sel limfoid
atau mieloid di dalam sumsum tulang. Etiologinya dapat disebakan karena adanya virus
onkogenik, genetik, radiasi dan kimia atau obat-obatan serta pada penderita Down
Syndrome, Bloom syndrome, dan immunodeficiency congenital. Leukemia merupakan
keadaan sel darah putih sangat banyak (≥ 29.000/mm3) bahkan bisa mencapai 50.000-
100.000/mm3 tetapi dalam bentuk imatur dengan fungsi yang tidak normal.
Berdasarkan perkembangan penyakitnya, leukemia dibagi menjadi dua jenis, yaitu
:
e. Leukemia akut (tiba-tiba/ berkembang sangat cepat)
Biasanya, leukemia akut berkembang pesat dan menjadi lebih buruk dalam jangka
waktu beberapa minggu. Pasien menjadi kurang sehat, lemah dengan gejala anemia,
mudah mengalami pendarahan, dan infeksi.
Acute myeloblastic leukemia (AML) atau Leukemia Mieloid Akut (LMA)
Leukemia Mieloblastik Akut (LMA) merupakan jenis kanker sel darah myeloid
yang belum dewasa. Pertumbuhan pada sel kanker ini sangatlah cepat dan dapat
mengakibatkan penderitanya mengalami kekurangan sel darah, seperti kekurangan sel
darah merah (anemia), kekurangan sel darah putih, dan rendahnya jumlah trombosit
sehingga penderita dapat mengalami pendarahan yang tidak normal. Umumnya terjadi
pada orang dewasa dan sangat jarang dialami oleh anak-anak (Anwar and Ayu
Widyaningsih, 2017).
Acute lymphoblastic leukemia (ALL) atau Leukemia Limfositik Akut (ALL)
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah jenis kanker limfoid yang belum
dewasa. Penderitanya dapat mengalami anemia (kekurangan sel darah merah), infeksi
(neutropenia), dan memar (trombositopeni). Perkembangan sel limfoblas yang tidak
terkontrol umumnya ditemukan dalam darah tepi dan sumsum tulang. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati),
pembesaran limpa ( ocal ng e ), dan pembesaran organ hati ( ocal ng e ).
Umumnya diderita oleh anak-anak. Namun, sebanyak 70% penderita LLA pada anak
dapat disembuhkan (Hasyimzoem, 2014).
2. Leukemia kronis (berkembang lambat, serta membutuhkan waktu lebih lama)
Leukemia kronis biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun pada stadium awal.
Penyakit ini biasanya ditemukan pada saat melakukan tes darah rutin. Beberapa pasien
CLL terdiagnosis ocal kelenjar getah bening yang bengkak ditemukan oleh dokter pada
saat melakukan pemeriksaan rutin.
Chronic myelocytic leukemia (CML) atau Leukemia Mieloid Kronis (LMK)
Kanker sel myeloid yang terkait dengan adanya kromosom Philadelphia dan lebih
umum terjadi pada orang dewasa. Kanker jenis ini cukup unik karena hanya jenis ini
yang memiliki hubungan dengan gen cacat yang disebut ABL dan BCR, yang
disebabkan oleh masalah pada kromosom Ph. Pertumbuhan sel kanker ini ocal ng
lambat dan umumnya tidak menunjukkan gejala klinis pada stadium awal. Namun,
gejala pembesaran limpa dapat timbul pada stadium selanjutnya (Kemenkes RI,
2011).
Chronic lymphocytic leukemia (CLL) atau Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
Kanker sel limfoid dewasa. Sebagian besar diderita oleh individu yang berusia
lanjut (>60 tahun). Jenis ini jarang terjadi pada anak-anak. Memiliki karakter seperti
ALL, namun kanker jenis ini berkembang dengan lebih lambat, bahkan hingga
bertahun-tahun. Jenis ALL adalah paling sering ditemukan pada anak-anak dan
jumlahnya hampir mencapai 25% dari seluruh penyakit kanker yang terjadi pada
anak.
Gambaran/ Gejala Klinis
Gejala awal mungkin mirip dengan flu atau infeksi virus pada umumnya, yaitu
demam ringan, nafsu makan kurang, penurunan berat badan, lemah, dan nyeri pada
tulang. Adapun gejala lainnya :
Berkeringat saat malam hari.
Infeksi yang terjadi beberapa kali. Memar (merah atau ungu pada kulit).
Kekurangan sel darah merah atau anemia.
Kejang sampai penurunan kesadaran. Mata menonjol.
Perdarahan kulit (petekie, hematom), pendarahan spontan (epistaksis, pendarahan
gusi)
Nyeri tulang pada anak. Seringkali ditandai pada anak yang sudah dapat berdiri
dan berjalan, tiba-tiba tidak mau melakukannya lagi, anak lebih nyaman untuk
digendong.
Pembesaran testis dengan konsistensi keras.
Maka dari itu, pasien dapat didiagnosis mengalami penyakit sistemik akibat
kelainan darah yaitu leukemia. Hal ini berdasarkan hasil anamnesis kondisi umum pasien
demam, pucat, lemah, berat badan berkurang, maupun pemeriksaan fisik pasien adanya
perdarahan pada gingiva yang cenderung spontan, pembesaran gingiva dan pada
pemeriksaan ekstra oral, kelenjar limfe ocal ng e c terasa kenyal dan sakit. Juga dari
hasil pemeriksaan penunjang pasien yaitu pemeriksaan darah lengkap.
Adapun jenis leukemianya adalah termasuk leukemia akut (terjadi dalam waktu
singkat) dengan gejala kurang sehat, lemah dengan gejala anemia, mudah mengalami
pendarahan, dan infeksi.
Sumber:
Dr. Lei Ieng Kit, Kenny, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Prince of
Wales. Cancer Leukemia Indonesian. 2017. Hospital Authority.
American Cancer Society (2014) Childhood Leukemia. Atlanta, Ga: American Cancer
Society Press.
5. Jelaskan diagnosis kelainan jaringan lunak mulut pada kasus tersebut.
Pemeriksaan intra oral ditemukan adanya perdarahan pada gingiva yang cenderung
spontan, pembesaran gingiva gigi 34 35 hampir menutupi seluruh mahkota gigi. Sehingga
pada pasien dinyatakan mengalami gingival enlargement. Gingival enlargement ini bisa
di sebabkan oleh kondisi sistemik berupa leukemia. Pembesaran gingiva yang
berkembang cepat adalah salah satu tanda awal dari Leukimia. Kelainan ini menyebabkan
bentuk gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar dari normal dan sangat menggangu
estetis dan fungsional gigi. Gambaran klinis pembesaran gingiva pada pasien leukemia
antara lain gingiva yang berwarna merah kebiruan, permukaan licin berkilat dan
konsistensinya agak padat. Hal ini terjadi karena adanya proliferasi leukosit ke jaringan
ikat. Selain itu rasa sakit dan perdarahan yang terjadi secara spontan juga dialami pasien
leukemia akibat pembuluh darah yang melebar.
Sehingga ocal ng pada jaringan lunak mulut pasien adalah systemic disease causing
gingival enlargement.
Sumber :
Patogenesis utama LMA adalah adanya blokade maturitas yang menyebabkan proses
diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-sel muda (blast) dengan akibat terjadi
akumulasi blast di sumsum tulang. Akumulasi blast dalam sumsum tulang akan
menyebabkan gangguan hematopoesis normal dan pada gilirannya akan
mengakibatkan sindroma kegagalan sumsum tulang (bone marrow failure syndrome)
yang ditandai dengan adanya sitopenia (anemia dan trombositopenia). Anemia dapat
menyebabkan pasien mudah lelah dan pada kasus yang lebih berat bisa terjadi sesak
nafas, trombositopenia yang menyebabkan tanda- tanda perdarahan, leukopenia yang
menyebabkan pasien akan rentan terhadap infeksi, termasuk infeksi oportunistik dari
flora bakteri normal yang ada di dalam tubuh manusia. Selain itu sel-sel blast yang
terbentuk juga memiliki kemampuan untuk migrasi keluar sumsum tulang dan
berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti kulit, tulang, jaringan lunak dan sistem saraf
pusat dan merusak organ-organ tersebut dengan segala akibatnya.
Sumber:
DK, M AH. Acute myeloid leukemia: a comprehensive review and 2016 update.
Blood Cancer Journal. 2016 July; 6.7(e441).
7. Jelaskan penatalaksanaan pada kasus sistemik pasien tersebut!
Penanganan suportif:
Terapi induksi remisib dan Terapi pasca remisi, yaitu terapi konsolidasi/intensifikasi dan
cangkok sumsum tulang (CST)untuk penderita yang memenuhi syarat
Terapi konsolidasi
Terapi kekambuhan bertujuan untuk mencapai remisi baru dan mengarah pada
transplantasi sel punca ocal ng e c.Beberapa regimen yang digunakan adalah:
Sumber :
Davis AS, Viera AJ, Mead MD. Leukemia: An overview for primary care. Am Fam
Physician 2014;89(9):731-8. Dan 2
Sumber :
Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. In: Carranza, editor. Clinical
Periodontology. 10th ed. St. Louis: Elsevier; 2006
• Pasien LLA dikelompokkan sebagai risiko tinggi pada umur >10 tahun.
• Sebagian besar penelitian menyatakan prognosis untuk anak lelaki lebih buruk
dibandingkan anak perempuan. Akibat instabilitas kromosom XY yang memberikan
kontribusi terhadap proliferasi sel yang abnormal yang menghasilkan leukemia yang
agresif secara biologis pada pasien lelaki
• Jumlah leukosit menjadi faktor prognosis independen dari hampir semua penelitian
terbaru dan merupakan komponen penentu kelompok risiko tinggi yang paling banyak
dipakai untuk berbagai regimen. Prognosis dikatakan buruk apabila jumlah leukosit awal
>50 x 103 /µL
• Kadar trombosit kurang dari 30 x 103 /µL dikatakan memiliki prognosis yang lebih
buruk. Kadar trombosit antara 30 sampai 50 x 103 /µL jarang mengalami perdarahan
kecuali didahului dengan trauma. Perdarahan spontan tidak akan terjadi kecuali kadar
trombosit di bawah 10 x 103 /µL
Sumber:
Wirawan R, dan Silman E. Pemeriksaan Laboratorium hematologi sederhana. 2 nd ed.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Manifestasi gingiva paling sering ditemukan pada leukemia akut tetapi tidak terlalu sering
terjadi pada leukemia kronik. Pada leukemia akut gingiva umumnya lunak, berwarna merah
gelap dan bengkak. Pembengkakan biasanya menjadi sangat besar sehingga gingiva dapat
menutupi gigi. Penderita leukemia sering mengalami perdarahan spontan pada gingiva yang
merupakan faktor pendorong utama kunjungan ke dokter gigi.
Pada leukemia, jumlah sel darah normal mengalami kekurangan dan tergantikan dengan sel
darah abnormal yang diproduksi oleh sumsum tulang belakang. Akibatnya, tubuh kesulitan
untuk mengontrol perdarahan dan melawan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Diagnosis Dan Indikasi Transfusi Darah Pada Anemia Aplastik oleh M Rizqa Fauzi
Bagian
Dr. Lei Ieng Kit, Kenny, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit
Prince of Wales. Cancer Leukemia Indonesian. 2017. Hospital Authority.
DK, M AH. Acute myeloid leukemia: a comprehensive review and 2016 update. Blood
Cancer Journal. 2016 July; 6.7(e441).
Davis AS, Viera AJ, Mead MD. Leukemia: An overview for primary care. Am Fam
Physician 2014;89(9):731-8. Dan 2
Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. In: Carranza, editor.
Clinical Periodontology. 10th ed. St. Louis: Elsevier; 2000