Anda di halaman 1dari 19

TUGAS INDIVIDU

PEMICU 4

BLOK 13

“ Gusi Tiba – Tiba Berdarah”

Disusun Oleh:
ZAKIYAH SYABANIAH

190600200

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan mulut merupakan bagian fundamental kesehatan umum dan kesejahteraan
hidup. Leukemia ialah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietic yang ditandai
dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah abnormal atau sel
leukemik. Salah satu manifestasi klinis dari leukemia ialah perdarahan. Lokasi
perdarahan yang paling sering ditemukan pada bagian kulit, mata, membran mukosa
hidung, gingiva dan saluran cerna. Perdarahan yang mengancam jiwa biasanya terjadi
pada saluran cerna, sistem saraf pusat, paru, uterus dan ovarium.
Biasanya, gusi pada penderita leukemia menjadi besar dan tebal, serta mudah
berdarah. Karena itu, penderita bisa kesulitan menjaga kesehatan mulutnya seperti
saat menyikat gigi.

B. DESKRIPSI TOPIK

Nama pemicu : Gusi Tiba – Tiba Berdarah

Penyusun : Armia Syahputra, drg., Sp. Perio (K); Prof. Bidasari, dr.Sp. A (K); dr. Nindia
Sugih Arto.,M.Ked(Clin-Path), Sp.PK

Hari/Tanggal Jam : Jumat/ 09 April 2021 07.30 – 09.30 WIB

Seorang pasien, pria, usia 16 tahun ke praktek dokter gigi dengan keluhan gusi
berdarah sendiri dan bengkak. Dari anamnesis diperoleh bahwa hal itu telah berlangsung
selama 2 bulan ini. Kondisi umum pasien demam, pucat, lemah, berat badan berkurang.
Pemeriksaan intra oral ditemukan adanya perdarahan pada gingiva yang cenderung
spontan, pembesaran gingiva gigi 34 35 hampir menutupi seluruh mahkota gigi. Pada
pemeriksaan ekstra oral, kelenjar limfe terasa kenyal dan sakit. Dokter gigi merujuk
pasien untuk pemeriksaan darah lengkap. Skor Indeks Debris = 1,8; Skor Indeks
Kalkulus=1,1. Pemeriksaan Darah: … LED: 155 mm/jam; Hb: 6 g %; Ht: 13%; eritrosit:
1,51 jt/mm3 ; leukosit: 4100/mm3 ; trombosit: 90.000/mm3 ; retikulosit 16%; sel blast:
49%
Produk : Jawaban pemicu dikerjakan secara mandiri oleh masing-masing mahasiswa
dalam bentuk ms. Word. Pada saat diskusi kelompok, fasilitator berhak meminta
mahasiswa untuk mempresentasikan jawabannya:

1. Bagaimanakah prosedur penegakan diagnosis kasus tersebut ?

2. Apa saja pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis


kelainan sistemik pada pasien tersebut?

3. Jelaskan interpretasi hasil laboratorium tersebut!

4. Jelaskan diagnosis kelainan sistemik kasus tersebut dan alasannya!

5. Jelaskan diagnosis kelainan jaringan lunak mulut pada kasus tersebut.

6. Jelaskan ocal ng e kasus tersebut!

7. Jelaskan penatalaksanaan pada kasus sistemik pasien tersebut!

8. Jelaskan penatalaksanaan kelainan jaringan lunak mulut pada kasus tersebut!

9. Jelaskan prognosis kasus sistemik pasien tersebut!


BAB II
PEMBAHASAN

1. Bagaimanakah prosedur penegakan diagnosis kasus tersebut ?

Berdasarkan kasus, dapat diketahui pasien sering mengalami gusi berdarah gusi sendiri
dan bengkak. Pasien juga demam, pucat, lemah, berat badan berkurang. Pemeriksaan intra
oral ditemukan adanya perdarahan pada gingiva yang cenderung spontan. Kelenjar limfe
Local terasa kenyal dan sakit Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan darah rutin:
LED: 155 mm/jam; Hb: 6 g %; Ht: 13%; eritrosit: 1,51 jt/mm ; leukosit:4100/mm;
retikulosit 16%; sel blast: 49%; trombosit: 90.000/mm.Maka dapat diagnosis penyakit
sistemik pasien adalah leukimia.

Prosedur Local pada pasien leukimia adalah:

1)Anamnesis

Anamnesis yang cermat dan teliti, dapat ditemukan gejala klinis yang berhubungan
dengan hipermetabolisme, seperti penurunan berat badan, kelelahan, anoreksia, keringat
malam, ocal ng e disertai rasa nyeri atau rasa tidak nyaman, rasa penuh di daerah
abdomen, rasa penuh dengan jumlah makanan yang sedikit, gangguan pencernaan, gejala
gangguan trombosit : perdarahan, memar, epistaksis, ocal ng e . Simptom-simptom ini
adalah tidak spesifik untuk mendiagnosis CML karena dapat juga dilihat pada penyakit
kanker dan non-kanker lain.

 2)Pemeriksaan fisik

 Pada pemeriksaan fisik ditemukan,gejala klinis umumnya berupa rasa tidak sehat,
demam, pucat, kurang nafsu makan, berat badan menurun, malaise, kelelahan, nyeri
tulang dan sendi, epistaksis dan cenderung terjadi perdarahan, rentan terhadap infeksi,
serta sakit kepala. Tanda klinis yang ditemukan ialah kenaikan suhu tubuh, ekimosis atau
petekie, ocal ng e , ocal ng e , limfadenopati, dan anemia, dan letargi.

3)Pemeriksaan penunjang

-Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia (pada 43% kasus kadar hemoglobin
<7 g/Dl) normokromik dan normositik (tanpa peningkatan kompen-satorik dari

retikulosit), trombositopenia (pada 28% kasus hitung trombosit <50.000/mm3), dan


leukopenia atau leuko-sitosis (pada 17% kasus hitung white blood cell (WBC)

50.000/mm3 dan 53% dengan WBC <10.000 sel/mm3). Peningkatan kadar asam urat
darah dapat ditemukan karena pergantian seluler cepat pada pasien dengan peningkatan
jumlah WBC. Kadar elektrolit kalium dan fosfat dapat meningkat dengan penurunan
kompensatorik kalsium

-Biopsi sumsum tulang melalui pungsi lumbal perlu dilakukan untuk menentukan
proporsi sel punca dalam sumsum tulang. Dicurigai adanya suatu leukemia bila populasi
sel punca >5%. Pengecatan sitokimiawi dapat membantu dalam menen-tukan jenis
leukemia akut, limfoid atau Local. Immunophenotyping dilakukan untuk menganalisis
antigen spesifik pada permukaan sel Local. Walaupun tidak terdapat antigen spesifik
leukemia yang diidentifikasi, pola antigen permukaan sel dapat menunjukkan perbedaan
antara leukemia Local. Analisis sitogenetik sumsum tulang bermanfaat untuk menentukan
adanya non-random numerical dan abnormalitas kromosom ocal ng e pada sel-sel
leukemia; selain itu juga dapat membantu menentukan diagnosis, prognosis, dan evaluasi
respon terhadap terapi. Foto dada dilakukan untuk skrining massa mediastinal (umumnya
pada LLA sel T).

Sumber :

Yenni.Rehabilitasi medik pada anak dengan leukimia.Jurnal Biomedik.2014;6(1):3.

2. Apa saja pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis


kelainan sistemik pada pasien tersebut?

a. Immunophenotyping

Pemeriksaan ini menggunakan flow cytometry,sering untuk menentukan tipe sel leukemia
berdasarkan antigen permukaan. Kriteria yang digunakan adalah ≥ 20% sel ocal ng
mengekpresikan penanda (untuk sebagianbesar penanda)

b. Sitogenetika

Abnormalitas kromosom terdeteksi pada sekitar 55% pasien leukemia dewasa.


Pemeriksaan sitogenetika menggambarkan abnormalitas kromosom seperti translokasi,
inversi, delesi, adisi.
c. Sitogenetika molekuler

Pemeriksaan ini menggunakan FISH (fluorescent in situ hybridization) yang juga


merupakan pilihan jika pemeriksaan sitogenetika gagal. Pemeriksaan ini dapat
mendeteksi abnormalitas gen atau bagian dari kromosom seperti RUNX1-RUNX1T1,
CBFB-MYH11, fusi gen MLL dan EV11, hilangnya kromosom 5q dan 7q.

d. Pemeriksaan imaging

Pemeriksaan dilakukan untuk membantu menentukan perluasan penyakit jika


diperkirakan telah menyebar ke organ lain.Contoh pemeriksaannya antara lain X-ray
dada, CT scan, MRI.

5.Tes Darah

Tes darah yang dilakukan diambil dari vena pada lengan atau dari jari tangan perifer.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kadar ocal ng e pasien. Pemeriksaan
apusan darah tepi juga dilakukan untuk melihat morfologi dari sel darah. Pada pasien
dengan leukemia, akan ditemukan sel darah putih yang sangat banyak dibandingkan sel
darah merah dan platelet yang sedikit.

6.Aspirasi Sum-Sum Tulang dan Biopsi

Aspirasi sumsum tulang dan ocal dilakukan secara bersamaan. Aspirasi sumsum tulang
dan ocal ini dilakukan untuk mendiagnosa leukemia dan diulangi ocal n untuk melihat
respon dari pengobatan.

Aspirasi sumsum tulang merupakan “gold standard” dari ocal ng leukemia. Tidak hanya
indikasi ocal ng, namun indikasi menentukan jenis sel dan monitoring pengobatan
seperti gangguan limfoblastik.

8. Fungsi Lumbal

Fungsi lumbal dilakukan untuk melihat apakah ada sel leukemia pada cairan
serebrospinalis. Pada anak dengan leukemia, lumbal pungsi dilakukan sebagai terapi
metastasis ke susunan saraf pusat untuk kemoterapi. Melalui lumbal pungsi diberikan
bahan kemoterapi menuju cairan serebrospinal sehingga mencegah sel- sel leukemia ada
di ocal saraf pusat.

9. Biopsi Kelenjar Limfe


Biopsi kelenjar limfe penting untuk mendiagnosa limfoma. Pada anak dengan leukemia
hal ini jarang dilakukan. Biopsi kelenjar limfe dilakukan bersamaan dengan proses
pembedahan untuk pengobatan atas indikasi tertentu.

Sumber :

Yuliana. Perkembangan Terapi Leukemia Mieloid Akut. Jurnal Cermin Dunia


Kedokteran (CDK). 2017;20(3):217

3. Jelaskan interpretasi hasil laboratorium tersebut!


Pemeriksaan panel hematologi (hemogram) terdiri dari leukosit, eritrosit, hemoglobin,
hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit. Pemeriksaan hitung darah lengkap terdiri dari
hemogram ditambah leukosit diferensial yang terdiri dari neutrofil (segmented dan
bands),
basofil, eosinofil, limfosit dan monosit.
a) Hematokrit (Hct)
Hematokrit menunjukan persentase sel darah merah tehadap volume darah total.
Nilai normal:
Pria : 40% - 50 % SI unit : 0,4 - 0,5
Wanita : 35% - 45% SI unit : 0.35 - 0,45
Implikasi klinik:
• Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab), reaksi
hemolitik,
leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan hipertiroid. Penurunan Hct sebesar 30%
menunjukkan pasien mengalami anemia sedang hingga parah.
• Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi, kerusakan paru-paru
kronik,
polisitemia dan syok
b. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi oksigen (O2) dan
karbon
dioksida (CO2). Satu gram hemoglobin mengangkut 1,34 mL oksigen. Kapasitas angkut
ini
berhubungan dengan kadar Hb bukan jumlah sel darah merah
Nilai normal :
Pria : 13 - 18 g/dL SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L

Wanita: 12 - 16 g/dL SI unit : 7,4 – 9,9 mmol/L


c) Eritrosit (sel darah merah)
Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh
dan
mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb.
Nilai normal:
Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3 SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L
Wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3 SI unit: 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L
Susunan Sel Darah Merah
1). Mean Corpuscular Volume (MCV) (Volume korpuskuler rata – rata)
Perhitungan : MCV (femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/μL)
Nilai normal : 80 – 100 (fL)
MCV adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah. MCV menunjukkan
ukuran sel darah merah tunggal apakah sebagai Normositik (ukuran normal), Mikrositik
(ukuran kecil < 80 fL), atau Makrositik (ukuran kecil >100 fL).
2). Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) (Hemoglobin Korpuskuler rata – rata)
Perhitungan : MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah merah
Nilai normal : 28– 34 pg/ sel
Indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata di dalam sel darah
merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna (normokromik, hipokromik,
hiperkromik) sel darah merah. MCH dapat digunakan untuk mendiagnosa anemia.
Implikasi Klinik:
• Peningkatan MCH mengindikasikan anemia makrositik
• Penurunan MCH mengindikasikan anemia mikrositik.
3). Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) (Konsentrasi Hemoglobin
Korpuskuler rata – rata)
Perhitungan : MCHC = hemoglobin/hematokrit
Nilai normal : 32 – 36 g/dL
implikasi Klinik:
• MCHC menurun pada pasien kekurangan besi, anemia mikrositik, anemia karena
piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik.
• MCHC meningkat pada sferositosis, bukan anemia pernisiosa.
4). Retikulosit
Perhitungan : Retikulosit (%) = [Jumlah retikulosit / Jumlah eritrosit] X 100
Nilai normal : 0,5-2%
d) Leukosit (sel darah putih)
Nilai normal : 3200 – 10.000/mm3
SI : 3,2 – 10,0 x 109/L
Deskripsi: Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan
memfagosit
organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/ mendistribusikan antibodi. Ada dua
tipe
utama sel darah putih:
• Granulosit: neutrofi , eosinofi dan basofi
• Agranulosit: limfosit dan monosit
e) Trombosit (platelet)
Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah. Trombosit diaktivasi setelah
kontak
dengan permukaan dinding endotelia. Trombosit terbentuk dalam sumsum tulang.
Nilai normal : 170 – 380. 103/mm3
SI : 170 – 380. 109/L
f) Laju Endap Darah (LED)
Nilai normal:
Pria <15mm/jam
Wanita<20mm/jam
Pada skenario kita mengetahui bahwa hasil pemeriksaan lengkap pasien LED: 155
mm/jam; Hb:
6 g %; Ht: 13%; eritrosit: 1,51 jt/mm3 ; leukosit: 4100/mm3 ; trombosit: 90.000/mm3 ;
retikulosit 16%; sel blast: 49%. Maka interpretasinya kadar LED yang tinggi, kadar Hb:
yang
rendag ; kadar Ht: yang rendah; kadar eritrosit: yang rendah ; kadar leukosit: normal ;
kadar
trombosit: 90.000/mm3 ; kadar retikulosit yang tinggi; kadar sel blast: yang tinggi.

Sumber:
Pedoman Interpretasi Data Klinik Oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011
halaman 8-27

Diagnosis Dan Indikasi Transfusi Darah Pada Anemia Aplastik oleh M Rizqa Fauzi
Bagian

Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat


Sanglah
Denpasar

4. Jelaskan diagnosis kelainan sistemik kasus tersebut dan alasannya!

Diagnosis kelainan sistemik pada pasien tersebut adalah leukemia. Diagnosis ini
ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Leukemia adalah suatu kelainan sel darah putih, yaitu terjadi proliferasi sel-sel limfoid
atau mieloid di dalam sumsum tulang. Etiologinya dapat disebakan karena adanya virus
onkogenik, genetik, radiasi dan kimia atau obat-obatan serta pada penderita Down
Syndrome, Bloom syndrome, dan immunodeficiency congenital. Leukemia merupakan
keadaan sel darah putih sangat banyak (≥ 29.000/mm3) bahkan bisa mencapai 50.000-
100.000/mm3 tetapi dalam bentuk imatur dengan fungsi yang tidak normal.
Berdasarkan perkembangan penyakitnya, leukemia dibagi menjadi dua jenis, yaitu
:
e. Leukemia akut (tiba-tiba/ berkembang sangat cepat)
Biasanya, leukemia akut berkembang pesat dan menjadi lebih buruk dalam jangka
waktu beberapa minggu. Pasien menjadi kurang sehat, lemah dengan gejala anemia,
mudah mengalami pendarahan, dan infeksi.
 Acute myeloblastic leukemia (AML) atau Leukemia Mieloid Akut (LMA)
Leukemia Mieloblastik Akut (LMA) merupakan jenis kanker sel darah myeloid
yang belum dewasa. Pertumbuhan pada sel kanker ini sangatlah cepat dan dapat
mengakibatkan penderitanya mengalami kekurangan sel darah, seperti kekurangan sel
darah merah (anemia), kekurangan sel darah putih, dan rendahnya jumlah trombosit
sehingga penderita dapat mengalami pendarahan yang tidak normal. Umumnya terjadi
pada orang dewasa dan sangat jarang dialami oleh anak-anak (Anwar and Ayu
Widyaningsih, 2017).
 Acute lymphoblastic leukemia (ALL) atau Leukemia Limfositik Akut (ALL)
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah jenis kanker limfoid yang belum
dewasa. Penderitanya dapat mengalami anemia (kekurangan sel darah merah), infeksi
(neutropenia), dan memar (trombositopeni). Perkembangan sel limfoblas yang tidak
terkontrol umumnya ditemukan dalam darah tepi dan sumsum tulang. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati),
pembesaran limpa ( ocal ng e ), dan pembesaran organ hati ( ocal ng e ).
Umumnya diderita oleh anak-anak. Namun, sebanyak 70% penderita LLA pada anak
dapat disembuhkan (Hasyimzoem, 2014).
2. Leukemia kronis (berkembang lambat, serta membutuhkan waktu lebih lama)
Leukemia kronis biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun pada stadium awal.
Penyakit ini biasanya ditemukan pada saat melakukan tes darah rutin. Beberapa pasien
CLL terdiagnosis ocal kelenjar getah bening yang bengkak ditemukan oleh dokter pada
saat melakukan pemeriksaan rutin.
 Chronic myelocytic leukemia (CML) atau Leukemia Mieloid Kronis (LMK)
Kanker sel myeloid yang terkait dengan adanya kromosom Philadelphia dan lebih
umum terjadi pada orang dewasa. Kanker jenis ini cukup unik karena hanya jenis ini
yang memiliki hubungan dengan gen cacat yang disebut ABL dan BCR, yang
disebabkan oleh masalah pada kromosom Ph. Pertumbuhan sel kanker ini ocal ng
lambat dan umumnya tidak menunjukkan gejala klinis pada stadium awal. Namun,
gejala pembesaran limpa dapat timbul pada stadium selanjutnya (Kemenkes RI,
2011).
 Chronic lymphocytic leukemia (CLL) atau Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
Kanker sel limfoid dewasa. Sebagian besar diderita oleh individu yang berusia
lanjut (>60 tahun). Jenis ini jarang terjadi pada anak-anak. Memiliki karakter seperti
ALL, namun kanker jenis ini berkembang dengan lebih lambat, bahkan hingga
bertahun-tahun. Jenis ALL adalah paling sering ditemukan pada anak-anak dan
jumlahnya hampir mencapai 25% dari seluruh penyakit kanker yang terjadi pada
anak.
Gambaran/ Gejala Klinis
Gejala awal mungkin mirip dengan flu atau infeksi virus pada umumnya, yaitu
demam ringan, nafsu makan kurang, penurunan berat badan, lemah, dan nyeri pada
tulang. Adapun gejala lainnya :
 Berkeringat saat malam hari.
 Infeksi yang terjadi beberapa kali. Memar (merah atau ungu pada kulit).

 Kekurangan sel darah merah atau anemia.
 Kejang sampai penurunan kesadaran. Mata menonjol.
 Perdarahan kulit (petekie, hematom), pendarahan spontan (epistaksis, pendarahan
gusi)
 Nyeri tulang pada anak. Seringkali ditandai pada anak yang sudah dapat berdiri
dan berjalan, tiba-tiba tidak mau melakukannya lagi, anak lebih nyaman untuk
digendong.
 Pembesaran testis dengan konsistensi keras.
Maka dari itu, pasien dapat didiagnosis mengalami penyakit sistemik akibat
kelainan darah yaitu leukemia. Hal ini berdasarkan hasil anamnesis kondisi umum pasien
demam, pucat, lemah, berat badan berkurang, maupun pemeriksaan fisik pasien adanya
perdarahan pada gingiva yang cenderung spontan, pembesaran gingiva dan pada
pemeriksaan ekstra oral, kelenjar limfe ocal ng e c terasa kenyal dan sakit. Juga dari
hasil pemeriksaan penunjang pasien yaitu pemeriksaan darah lengkap.
Adapun jenis leukemianya adalah termasuk leukemia akut (terjadi dalam waktu
singkat) dengan gejala kurang sehat, lemah dengan gejala anemia, mudah mengalami
pendarahan, dan infeksi.
Sumber:
Dr. Lei Ieng Kit, Kenny, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Prince of
Wales. Cancer Leukemia Indonesian. 2017. Hospital Authority.
American Cancer Society (2014) Childhood Leukemia. Atlanta, Ga: American Cancer
Society Press.
5. Jelaskan diagnosis kelainan jaringan lunak mulut pada kasus tersebut.

Pemeriksaan intra oral ditemukan adanya perdarahan pada gingiva yang cenderung
spontan, pembesaran gingiva gigi 34 35 hampir menutupi seluruh mahkota gigi. Sehingga
pada pasien dinyatakan mengalami gingival enlargement. Gingival enlargement ini bisa
di sebabkan oleh kondisi sistemik berupa leukemia. Pembesaran gingiva yang
berkembang cepat adalah salah satu tanda awal dari Leukimia. Kelainan ini menyebabkan
bentuk gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar dari normal dan sangat menggangu
estetis dan fungsional gigi. Gambaran klinis pembesaran gingiva pada pasien leukemia
antara lain gingiva yang berwarna merah kebiruan, permukaan licin berkilat dan
konsistensinya agak padat. Hal ini terjadi karena adanya proliferasi leukosit ke jaringan
ikat. Selain itu rasa sakit dan perdarahan yang terjadi secara spontan juga dialami pasien
leukemia akibat pembuluh darah yang melebar.

Sehingga ocal ng pada jaringan lunak mulut pasien adalah systemic disease causing
gingival enlargement.

Sumber :

Dalimunthe SH. Buku Periondonsia. Edisi revisi. Medan: Usu Press;2008.hal.172

6. Jelaskan ocal ng e kasus tersebut!

Patogenesis utama LMA adalah adanya blokade maturitas yang menyebabkan proses
diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-sel muda (blast) dengan akibat terjadi
akumulasi blast di sumsum tulang. Akumulasi blast dalam sumsum tulang akan
menyebabkan gangguan hematopoesis normal dan pada gilirannya akan
mengakibatkan sindroma kegagalan sumsum tulang (bone marrow failure syndrome)
yang ditandai dengan adanya sitopenia (anemia dan trombositopenia). Anemia dapat
menyebabkan pasien mudah lelah dan pada kasus yang lebih berat bisa terjadi sesak
nafas, trombositopenia yang menyebabkan tanda- tanda perdarahan, leukopenia yang
menyebabkan pasien akan rentan terhadap infeksi, termasuk infeksi oportunistik dari
flora bakteri normal yang ada di dalam tubuh manusia. Selain itu sel-sel blast yang
terbentuk juga memiliki kemampuan untuk migrasi keluar sumsum tulang dan
berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti kulit, tulang, jaringan lunak dan sistem saraf
pusat dan merusak organ-organ tersebut dengan segala akibatnya.

Sumber:

DK, M AH. Acute myeloid leukemia: a comprehensive review and 2016 update.
Blood Cancer Journal. 2016 July; 6.7(e441).
7. Jelaskan penatalaksanaan pada kasus sistemik pasien tersebut!

1. Kemoterapi: regimen kemoterapi disesuaikan dengan keadaan pasien dan ocal n


leukemia yang diderita

2. Terapi suportif dengan ocal ng eritrositdan trombosit serta penatalaksanaan


infeksi

Penanganan suportif:

C. Pemberian ocal ng komponen darah yang diperlukan


D. Pemberian komponen untuk meningkatkan kadar leukosit
E. Pemberian nutrisi yang baik dan memadai
F. Pemberian ocal ng e, antifungi, dan antivirus bila diperlukan
G. Pendekatan psikososial
H. Perawatan di ruang yang bersih
I. Kebersihan oro-anal (mulut dan anus)

3. Prinsip-prinsip terapi terdiri atas :

Terapi induksi remisib dan Terapi pasca remisi, yaitu terapi konsolidasi/intensifikasi dan
cangkok sumsum tulang (CST)untuk penderita yang memenuhi syarat

Terapi konsolidasi

Terapi konsolidasi atau pasca-induksi diberikan untuk mencegah


kekambuhan dan eradikasi minimal residual leukemia dalam sumsum tulang.
Secara umum, terdapat 2 strategi utama terapi ini, yaitu kemoterapi dan
transplantasi sel punca ocal ng e c.7,8 Pertimbangan pemberian terapi
didasarkan pada risiko penyakit yang dinilai dengan profil
sitogenetika dan molekuler. Pasien usia 16-60 tahun dengan risiko favorable
mendapat terapi cytarabine 1-1,5 g/m2 IV setiap 12 jam selama 3 hari atau 1-1,5 g/m2 IV
hari 1-6 sebanyak 2-4 siklus.10Pasien dengan risiko intermediate I, intermediate II, atau
adverse, dipertimbangkan untuk dilakukan transplantasi sel ocal ng e c
alogeneik.10 Jika tidak mungkin, diberi terapi konsolidasi seperti berikut: cytarabine
1-1,5 g/m2 IV setiap 12 jam selama 3 hari atau 1-1,5 g/m2 IV hari 1-6 sebanyak 2-4
siklus.
Terapi kekambuhan

Terapi kekambuhan bertujuan untuk mencapai remisi baru dan mengarah pada
transplantasi sel punca ocal ng e c.Beberapa regimen yang digunakan adalah:

 Cytarabine dosis sedang (0,5-1,5 g/m2 IV setiap 12 jam hari 1-3)„


 MEC (mitoxantrone 8 mg/m2 hari 1-5, etoposide 100 mg/m2 hari 1-5, cytarabine100
mg/m2 hari 1-5
 FLAG-IDA (fludarabine 30 mg/m2 IV hari 1-5, cytarabine 1,5 g/m2 IV diberikan 4 jam
setelah infus fludarabine hari 1-5, idarubicin 8 mg/m2 IV hari 3-5, GCSF 5 μg/kg
subkutan dari hari 6 sampai sel darah putih > 1 g/L)
Beberapa studi melaporkan data harapan hidup sekitar 5-15 bulan dengan pemberian
regimen terapi salvage. Jika pasien tidak dapat menerima terapi salvage intensif, diberi
terapi dengan intensitas lebih rendah (misalnya cytarabine dosis rendah, agen
hipometilasi) atau perawatan suportif terbaik.Transplantasi sel punca ocal ng e c
termasuk terapi konsolidasi terpilih jika remisi kedua tercapai.The International Bone
Marrow Transplant Registry menunjukkan bahwa pada lebih dari 3.500 transplantasi sel
punca alogenei, 3-year leukemia free survival rate sekitar 60%, 35%, dan 25% selama
remisi komplit pertama, remisi komplit berikutnya, dan kekambuhan.

Sumber :

Davis AS, Viera AJ, Mead MD. Leukemia: An overview for primary care. Am Fam
Physician 2014;89(9):731-8. Dan 2

8. Jelaskan penatalaksanaan kelainan jaringan lunak mulut pada kasus tersebut!

Kasus tersebut termasuk Systemic diseases causing gingival enlargement: Leukemia.


Profil darah pasien termasuk perdarahan dan waktu pembekuan dan jumlah trombosit
harus diperiksa sebelumnya perawatan, dan ahli ocal ng e harus dikonsultasikan
sebelum perawatan periodontal. Perdarahan gingiva, terkadang spontan, sering dikaitkan
dengan pembesaran gingiva leukemia. Setelah gejala akut mereda, perhatian diberikan
diarahkan ke koreksi pembesaran gingiva. Penghapusan wajah iritasi local torsi
membantu dalam mengontrol komponen inflamasi dari pembesaran. Penskrelan dan
perencanaan akar dilakukan untuk mencapainya. Langkah pengobatan inisal terdiri dari
dengan menghilangkan semua debris, melakukan penskerelan superfisial, dan
menginstruksikan pasien dalam kebersihan mulut untuk pengendalian biofilm.
Kebersihan ini harus termasuk penggunaan obat kumur chlorhexidine setiap hari.
Prosedur kebersihan mulut sangat penting bagi pasien ini. Scaling ocal ng e dan root
ocal ng adalah dilakukan pada kunjungan berikutnya dengan menggunakan anestesi
ocal (jika diperlukan). Pengobatan sesi dibatasi pada area kecil di mulut jika hemostasis
menjadi tantangan. Antibiotik diberikan secara sistemik pada malam sebelum dan selama
seminggu setelahnya setiap pengobatan untuk mengurangi risiko infeksi.

Sumber :

Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. In: Carranza, editor. Clinical
Periodontology. 10th ed. St. Louis: Elsevier; 2006

9. Jelaskan prognosis kasus sistemik pasien tersebut!

Prognosis pasien dinilai buruk dinilai dari beberapa faktor yaitu :9

• Pasien LLA dikelompokkan sebagai risiko tinggi pada umur >10 tahun.

• Sebagian besar penelitian menyatakan prognosis untuk anak lelaki lebih buruk
dibandingkan anak perempuan. Akibat instabilitas kromosom XY yang memberikan
kontribusi terhadap proliferasi sel yang abnormal yang menghasilkan leukemia yang
agresif secara biologis pada pasien lelaki

• Jumlah leukosit menjadi faktor prognosis independen dari hampir semua penelitian
terbaru dan merupakan komponen penentu kelompok risiko tinggi yang paling banyak
dipakai untuk berbagai regimen. Prognosis dikatakan buruk apabila jumlah leukosit awal
>50 x 103 /µL

• Kadar trombosit kurang dari 30 x 103 /µL dikatakan memiliki prognosis yang lebih
buruk. Kadar trombosit antara 30 sampai 50 x 103 /µL jarang mengalami perdarahan
kecuali didahului dengan trauma. Perdarahan spontan tidak akan terjadi kecuali kadar
trombosit di bawah 10 x 103 /µL

Sumber:
Wirawan R, dan Silman E. Pemeriksaan Laboratorium hematologi sederhana. 2 nd ed.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Manifestasi gingiva paling sering ditemukan pada leukemia akut tetapi tidak terlalu sering
terjadi pada leukemia kronik. Pada leukemia akut gingiva umumnya lunak, berwarna merah
gelap dan bengkak. Pembengkakan biasanya menjadi sangat besar sehingga gingiva dapat
menutupi gigi. Penderita leukemia sering mengalami perdarahan spontan pada gingiva yang
merupakan faktor pendorong utama kunjungan ke dokter gigi.

Pada leukemia, jumlah sel darah normal mengalami kekurangan dan tergantikan dengan sel
darah abnormal yang diproduksi oleh sumsum tulang belakang. Akibatnya, tubuh kesulitan
untuk mengontrol perdarahan dan melawan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Yenni.Rehabilitasi medik pada anak dengan leukimia.Jurnal Biomedik.2014;6(1):3.

Yuliana. Perkembangan Terapi Leukemia Mieloid Akut. Jurnal Cermin Dunia


Kedokteran (CDK). 2017;20(3):217

Pedoman Interpretasi Data Klinik Oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


2011
halaman 8-27

Diagnosis Dan Indikasi Transfusi Darah Pada Anemia Aplastik oleh M Rizqa Fauzi
Bagian

Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat


Sanglah
Denpasar

Dr. Lei Ieng Kit, Kenny, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit
Prince of Wales. Cancer Leukemia Indonesian. 2017. Hospital Authority.

American Cancer Society (2014) Childhood Leukemia. Atlanta, Ga: American


Cancer Society Press.

Dalimunthe SH. Buku Periondonsia. Edisi revisi. Medan: Usu Press;2008.hal.172

DK, M AH. Acute myeloid leukemia: a comprehensive review and 2016 update. Blood
Cancer Journal. 2016 July; 6.7(e441).

Davis AS, Viera AJ, Mead MD. Leukemia: An overview for primary care. Am Fam
Physician 2014;89(9):731-8. Dan 2

Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. In: Carranza, editor.
Clinical Periodontology. 10th ed. St. Louis: Elsevier; 2000

Wirawan R, dan Silman E. Pemeriksaan Laboratorium hematologi sederhana. 2 nd


ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011.a

Anda mungkin juga menyukai