Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PEMICU INDIVIDUAL

BLOK 8

SKENARIO 1 : “ADUH…GIGIKU SAKIT!! ”

Disusun Oleh:

Zakiyah Syabaniah

190600200

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit dan kelainan gigi pada anak usia sekolah merupakan salah satu
gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Kelainan pertumbuhan
dan perkembangan gigi disebabakan banyak faktor, diantaranya pola perawatan gigi yang
kurang optimal menyebabkan masalah kesehatan pada anakanak yaitu; gigi berlubang
(karies gigi), maloklusi (gigi rahang atas dan rahang bawah tidak dapat bertemu dengan
tepat) dan penyakit periodontal (peradangan pada gusi) yang sering dijumpai di
masyarakat.
Gigi berlubang adalah gangguan yang banyak terjadi, baik pada orang dewasa
maupun anak-anak. Maka dari itu, pemeriksaan gigi perlu dilakukan secara rutin, karena
umumnya gigi berlubang tidak menimbulkan rasa nyeri di awal sehingga sulit dideteksi
Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang erat hubunganya dengan
pola perawatan dan konsumsi makanan ataupun minuman kariogenik.
Makanan yang kariogenik adalah makanan yang lengket menempel di gigi seperti
gula-gula (permen) dan coklat. Sekarang ini banyak dijumpai makanan kariogenik yang
dijual dipasaran yang sudah sampai pelosok desa.Makanan ini sangat digemari anak,
sehingga perlu lebih diperhatikan pengaruh substrat karbohidarat kariogenik dengan
kejadian karies gigi.Mengingat pentingnya fungsi gigi maka sejak dini kesehatan gigi
anak-anak perlu diperhatikan. Inspeksi oral merupakan bagian integral dalam pengkajian
keperawatan anak.Jika tidak ditangani dengan segara karies gigi biasanya
menghancurkan sebagian besar gigi dan menyebar ke jaringan sebelahnya, menyebabkan
nyeri yang hebat dan disertai komplikasi sepsis serta infeksi pada daerah muka.

B. DESKRIPSI TOPIK

Nama Pemicu : ADUH…GIGIKU SAKIT!!

Penyusun : Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M. Kes., SpPMM, Sri Amelia, dr., MKes,
Dr. dr. Delyuzar, M.Ked(PA), Sp.PA(K),

Hari/Tanggal : Senin, 18 Mei 2020

Seorang anak berusia 11 tahun diantar oragtuanya datang ke praktek dokter gigi
dengan keluhan gigi berlubang. Gigi berlubang disertai nyeri dan gusi yang
membengkak. Pada pemeriksaan intraoral, dijumpai gusi di sekitar molar 1 kanan
hiperemi dan nyeri tekan. Pada gigi molar 1 kanan tampak lubang dengan diameter 0,2
cm..Pada pemeriksaan radiografi terlihat gambaran radiolusen pada darerah periapikal.
Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter memberikan obat analgetik dan antibiotik selama
5 hari. Keesokan harinya pasien datang lagi dengan keluhan bibirnya bengkak dan gatal-
gatal pada kulit. Hal ini dialami pasien setelah 2 kali minum obat.

Pertanyaan:

1. Mengapa bisa terjadi gigi berlubang?

2. Mengapa terjadi nyeri, bengkak, hiperemis pada gusi?

3. Apakah yang terjadi pada pasien setelah minum obat? Jelaskan mekanismenya!

4. Sebutkan klasifikasi hipersensitifitas dan mekanismenya!

5. Coba terangkan mengenai hubungan antara mikroorganisme rongga mulut


dengan terjadinya kasus di atas!

6. Bagaimana cara pencegahan terjadinya bengkak dan gatal-gatal pada kulit


pasien seperti pada kasus di atas?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Mengapa bisa terjadi gigi berlubang?


hal ini disebabkan karena kurangnya pola perawatan gigi dan tingginya konsumsi
makanan kariogenik yang tidak diimbangi dengan kebiasaan membersihkan gigi yang
baik.Makanan kariogenik adalah makanan yang lengket serta melekat pada permukaan
gigi dan terselip diantara celahcelah gigi merupakan makanan yang paling merugikan
untuk kesehatan gigi. Termasuk dalam golongan makanan kariogenik adalah makanan
yang dapat memicu timbulnya kerusakan gigi yaitu makanan yang kaya akan gula .
Frekuensi makan dan minum manis tidak hanya menimbulkan erosi, tetapi juga
kerusakan gigi atau karies gigi. Konsumsi makan makanan manis pada waktu senggang
jam makan akan lebih berbahaya daripada saat waktu makan utama. Terdapat dua alasan,
yaitu kontak gula dengan plak menjadi diperpanjang dengan makanan manis yang
menghasilkan asam (pH) lebih rendah dan karenanya asam dapat dengan cepat
menyerang gigi. Kedua yaitu adanya gula konsentrasi tinggi yang normal terkandung
dalam makanan manis akan membuat plak semakin terbentuk. Hasil penelitian ini tidak
jauh berbeda dengan didapatkan prevalensi karies gigi yaitu masing-masing sebesar 87%
dan 94 %.

2. Mengapa terjadi nyeri, bengkak, hiperemis pada gusi?

 Gingivitis atau radang gusi

Penyakit ini merupakan penyebab gusi bengkak yang paling sering. Gingivitis
adalah peradangan pada gusi akibat kebersihan mulut yang tidak terjaga dengan
baik.

Jika gigi tidak dibersihkan dengan baik, bakteri serta sisa makanan akan
menumpuk lalu membentuk plak  di garis batas gusi dan gigi. Plak yang dibiarkan
akan mengeras dan membentuk karang gigi , yang kemudian menyebabkan
terjadinya gingivitis.

 Kekurangan gizi atau malnutrisi

Kekurangan vitamin dapat menyebabkan pembengkakan pada gusi,


terutama vitamin B dan C .
Vitamin C  berperan penting dalam menjaga kesehatan gusi dan gigi. Jika kadar
vitamin ini terlalu rendah, Anda dapat menderita  scurvy  atau skorbut . Anemia dan
penyakit gusi merupakan beberapa gejalanya.

 Infeksi virus

Infeksi virus juga dapat memicu gusi bengkak, contohnya,  acute herpetic


gingivostomatitis.

 Infeksi jamur

Bila tidak ditangani dengan benar, infeksi jamur bisa merajalela dalam mulut
hingga memicu gusi bengkak.

 Gigi berlubang

Gusi bengkak dapat pula terjadi karena gigi berlubang  yang telah berkembang
menjadi abses gigi .

 Kehamilan

Perubahan hormon ketika hamil akan meningkatkan aliran darah, termasuk pada
gusi. Akibatnya, gusi mudah mengalami iritasi dan pembengkakan .

 Perikoronitis akibat gigi geraham bungsu tumbuh miring

Pada gigi geraham bungsu yang kekurangan ruang untuk tumbuh, gigi akan
tumbuh miring. Hal ini mengakibatkan sela-sela gigi akan sulit terjangkau sikat,
sehingga bakteri menumpuk dan menyebabkan infeksi.

Gigi geraham yang tumbuh miring juga akan membuat gusi terluka sehingga
menimbulkan pembengkakan dan rasa nyeri.

 Sisa makan yang tersangkut di sela gigi

Sisa makan yang tersangkut di antara gigi dapat memicu iritasi pada gusi yang
kemudian membengkak. Umumnya, kondisi gusi bengkak ini tidak berlangsung
lama dan akan hilang ketika sisa makanan tersebut sudah diambil.

3. Apakah yang terjadi pada pasien setelah minum obat? Jelaskan mekanismenya!
ecara umum, obat antibiotik bekerja dengan melawan, memperlambat, dan
menangkal pertumbuhan bakteri jahat. Analgetik merupakan inhibitor spesifik jalur
nyeri dengan mengaktifkan reseptor yang berada pada neuron sensorik dan susunan
syaraf pusat(SSP). Obat analgetikyang dapat digunakan untuk mengobati penyakit
keluhan nyeri adalah Ibuprofen, Asam Mefenamat, Naproxen, Parasetamol, Aspirin. Obat
tersebut dapat digunakan untuk mengobati penyakit dengan keluhan nyeri. Salah satu
penyakit yang dapat disembuhkan dengan obat analgetik adalah nyeri gigi.

4. Sebutkan klasifikasi hipersensitifitas dan mekanismenya!


Hipersensitivitas (atau reaksi hipersensitivitas) adalah reaksi berlebihan, tidak
diinginkan karena terlalu senisitifnya respon imun (merusak, menghasilkan
ketidaknyamanan, dan terkadang berakibat fatal) yang dihasilkan oleh sistem imun.

Reaksi hipersensitivitas berdasarkan mekanisme dan waktu yang dibutuhkan untuk


reaksi, dibagi menjadi empat tipe: tipe I, tipe II, tipe III, dan tipe IV. Penyakit tertentu
dapat dikarenakan satu atau beberapa jenis reaksi hipersensitivitas.

Reaksi imun      
Mekanisme Klinis Waktu reaksi
       
  Kompleks IgE-obat Urtikaria, angioedema, Menit sampai
berikatan dengan sel mast bronkospasme, muntah, jam setelah
Tipe I
melepaskan histamin dan diare, anafilaksis paparan
(diperantarai IgE)
mediator lain

       
  Antibodi IgM atau IgG Anemia hemolitik, Variasi
spesifik terhadap sel neutropenia,
Tipe II (sitotoksik)
hapten-obat trombositopenia

       
  Deposit jaringan dari Serum sickness, 1-3 minggu
kompleks antibodi-obat demam, ruam, setelah paparan
Tipe III (kompleks
dengan aktivasi artralgia,
imun)
komplemen limfadenopati,
vaskulitis, urtikaria
       
  Presentasi molekul obat Dermatitis kontak 2-7 hari setelah
oleh MHC kepada sel T alergi paparan
Tipe IV (lambat,
dengan pelepasan sitokin
diperantarai oleh
selular)

5. Coba terangkan mengenai hubungan antara mikroorganisme rongga mulut dengan


terjadinya kasus di atas!
Secara umum penyakit yang menyerang gigi dimulai dengan adanya plak di gigi. Plak
timbul dari sisa makanan yang mengendap pada lapisan gigi yang kemudian berinteraksi
dengan bakteri yang banyak terdapat dalam mulut, seperti Streptococcus mutans. Plak
akan melarutkan lapisan email pada gigi sehinga lama-kelamaan lapisan tersebut akan
menipis. Karena itulah menyikat gigi setelah makan merupakan hal yang paling utama
untuk menghindari menimbunnya plak gigi. Penelitian menunjukkan bahwa jika semua
plak dibersihkan dengan cermat tiap 48 jam, penyakit gusi pada kebanyakan orang dapat
dikendalikan, tetapi untuk kerusakan gigi harus lebih sering lagi. Banyak para ahli
berpendapat bahwa menyikat gigi 2 kali sehari sudah cukup.
Masalah gigi berlubang merupakan satu dari sekian banyak penyakit pada manusia yang
sering terjadi. Namun, masih banyak yang menyadari bahwa lubang pada gigi umumnya
terjadi karena adanya penularan bakteri yang disebut Streptococcus mutan. Streptococcus
mutan biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka dan menjadi bakteri yang
paling kondusif menyebabkan karies untuk email gigi. Streptococcus mutan merupakan
jenis yang paling banyak menyebabkan gigi berlubang di seluruh dunia dari semua
Streptococcus oral lainnya. Bakteri ini bertahan hidup dari suatu kelompok karbohidrat
yang berbeda. Saat gula dimetabolisme dengan sumber energi lainnya, mikroba
menghasilkan asam yang menyebabkan rongga pada gigi.

6. Bagaimana cara pencegahan terjadinya bengkak dan gatal-gatal pada kulit pasien
seperti pada kasus di atas?

Jenis obat-obatan untuk alergi adalah:

 Antihistamin
Antihistamin bekerja dengan menghambat efek senyawa dalam tubuh (histamin)
penyebab reaksi alergi. Antihistamin dapat digunakan dalam bentuk tablet, krim, cair,
tetes mata, atau semprot hidung, tergantung area yang terkena alergi.
 Kortikosteroid
Obat ini efektif untuk menangani peradangan pada kasus alergi. Obat kortikosteroid ini
bisa didapat dalam bentuk semprot hidung, tetes mata, krim, inhaler, dan tablet. Contoh
obat kortikosteroid adalah dexamethasone dan methylprednisolone.
 Dekongestan
Dekongestan digunakan untuk melegakan hidung tersumbat. Obat ini hanya dianjurkan
untuk pemakaian jangka pendek (kurang dari satu minggu). Selain tablet dan kapsul, obat
ini juga tersedia dalam bentuk obat tetes atau semprot hidung.
 Penghambat leukotrien
Leukotrien adalah senyawa yang dapat menyebabkan pembengkakan pada saluran
pernapasan saat terjadi reaksi alergi. Obat penghambat leukotrien berfungsi menghambat
efek leukotrien tersebut. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet.

- Menjaga kebersihan diri dengan mandi setiap hari. Saat mandi, disarankan menggunakan
sabun yang berbahan lembut.
- Menghindari kontak fisik dengan penderita penyakit kulit menular.
- Tidak berbagi penggunaan barang-barang pribadi, seperti handuk atau pakaian, dengan
penderita penyakit kulit.
- Mengoleskan pelempab kulit secara rutin agar tidak kering, gatal, atau iritasi.
- Menghindari kebiasaan menggaruk kulit dan memecahkan bisul atau lepuhan yang
muncul pada kulit.
- Hindari cara merawat kulit wajah, termasuk cara mencerahkan wajah, yang tidak sesuai
dengan tipe kulit.

Obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi bibir bengkak dan kondisi yang


mendasarinya meliputi:

 Antihistamin

 Obat anti-inflamasi (kortikosteroid)

 Adrenalin injeksi

Pencegahan Alami

1. Kompres dingin

Siapkan es batu yang dibungkus dengan kain bersih lalu terapkan pada bibir yang
bengkak selama 5-10 menit. Ulagi beberapa kali sehari.

2. Aloe vera (lidah buaya)

Tanaman lidah buaya diklaim mengandung sifat anti-inflamasi yang mampu mengatasi


peradangan. Ambil gel pada lidah buaya lalu terapkan langsung pada bibir yang bengkak,
ulangi 2-3 kali sehari.
3. Teh celup

Teh celup direndam dalam air hangat dan didinginkan sebelum diterapkan ke bibir.
Lakukan 2-3 kali sehari agar bengkaknya mereda.

4. Madu

Madu memiliki zat penyembuh alami serta sifat antibakteri yang secara efektif dan cepat
mengobati bibir bengkak. Selain itu, madu juga dapat membuat bibir menjadi lembap,
mencegah infeksi dan mengurangi peradangan, pembengkakan dan nyeri.
BAB III

PENUTUP

masalah kesehatan utama yang paling cepat menyebar dan perlu dilakukan
penanganan segera.Salah satu penyakit rongga mulut yang paling banyak diderita oleh
masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia adalah karies gigi. Karies gigi
merupakan suatu penyakit jaringan keras dalam rongga mulut yang proses terjadinya
melibatkan sejumlah faktor yang saling berinteraksi satu sama lain, yaitu interaksi
antara gigi dan saliva (host), mikroorganisme, substrat serta waktu.3,4 . Walaupun
penyebabnya multifaktor, namun dapat dikatakan bahwa pemicu terjadinya karies gigi
adalah bakteri dominan Streptococci yakni spesies Streptococcus mutans (S. mutans).
Pencegahan karies gigi dapat dilakukan dengan cara mengaplikasikan bahan-bahan aktif
anti plak yang telah dipatenkan seperti Chlorhexidine (CHX) yang terkandung dalam
obat kumur. Namun penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan CHX dalam
jangka panjang menimbulkan efek merugikan.9 Banyak penelitian yang memanfaatkan
bahan alami untuk menghasilkan obat-obatan dalam upaya mendukung program
pelayanan kesehatan gigi, terutama dalam hal pencegahan dan pengobatan karies gigi.8
Penggunaan bahan alternatif herbal yang berasal dari tumbuhtumbuhan seperti lidah
buaya, siwak, dan daun sirih telah terbukti efektif untuk mengatasi masalah rongga
mulut. Hal ini jelas terlihat dari penggunaan bahan-bahan herbal tersebut di dalam pasta
gigi dan obat kumur.

Tidak semua kasus gusi bengkak perlu diobati dengan antibiotik. Antibiotik untuk
gusi bengkak tidak diperlukan bila kondisi ini disebabkan oleh infeksi virus, infeksi
jamur, kehamilan, atau kekurangan nutrisi.

Penggunaan antibiotik hanya disarankan untuk mengobati radang gusi berat, yaitu
radang gusi yang disertai pembengkakan parah, demam, bernanah, pembengkakan
kelenjar getah bening, serta menyebabkan gigi tanggal.

Pemberian antibiotik pada kasus radang gusi yang parah bertujuan untuk
membasmi bakteri di gusi, serta mencegah bakteri menyebar ke bagian gusi atau organ
tubuh lainnya, seperti rongga sinus dan jantung. Alergi umumnya terjadi pada anak-
anak dan biasanya akan mereda seiring bertambahnya usia. Namun pada beberapa orang,
alergi yang diderita masih muncul meskipun sudah memasuki usia dewasa.
DAFTAR PUSTAKA

Cheng, et al. (2009). Dental Erosion and Severe Tooth Decay Related to Soft Drink: A
Case Report and Literature Review, Journal of Zhejiang University Science B, 10 (5), pp. 395-
399.

Nazir, M. (2017). Prevalence of Periodontal Disease, Its Association with Systemic


Diseases and Prevention. International Journal of Health Sciences, 11(2), pp. 72-80.

  David K. Male, Jonathan Brostoff, Ivan Maurice Roitt, David B. Roth


(2006). Immunology. Mosby. ISBN 978-0-323-03399-2.

Huwink, B. (2000). Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Terjemahan Sutatmi Suryo.


Yogyakarta: UGM Press

Ariningrum, Ratih. (2000). Beberapa Cara Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut.Jakarta :
Hipocrates

Lack, G. (2012). Update on Risk Factors for Food Allergy. J Allergy Clin Immunol.
129(5), pp. 1187-97.

Anda mungkin juga menyukai