Anda di halaman 1dari 25

SINDROM NEFROTIK

Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas keperawatan anak 1

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Mimi Srima Anisa (1811311020)

Yang Gusti Mulya ( 1811311028 )

Tiara Auliya ( 1811312006 )

Putri Suhaini ( 1811312028 )

Mutiara Hariyanto ( 1811313006 )

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas

2020

20
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyusun makalah yang berjudul “sindrom nefrotik” dengan lancar. Dan terima kasih
pada dosen serta teman-teman yang telah membantu sehingga makalahini dapat diselesaikan.
Adapun tujuan penulisan makalah untuk menjelaskan mengenai kasus pemicu 2
mengenai sindrom nefrotik. Semoga apa yang ditulis dalam makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan , untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang berguna untuk kesempurnaan makalah ini. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Padang, 15 februari 2020

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

Halaman judul

Kata pengantar..................................................................................................................i

Daftar isi.............................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan............................................................................................................1

1.1 Latar belakang.........................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................1

Bab II Pembahasan...........................................................................................................2

2.1 Kasus pemicu...........................................................................................................2


2.2 Pertanyaan dan jawaban..........................................................................................2

Bab III Analisis jurnal......................................................................................................13

Bab IV penutup..................................................................................................................23

4.1 Kesimpulan..............................................................................................................23
4.2 Saran........................................................................................................................23

Daftar Pustaka...................................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sindrom nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan


permeabilitas membran glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan kehilangan
protein urinarius yang masif. Penyakit ditandai dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal.
Angka kejadian SN pada anak tidak diketaui pasti, namun laporan dari luar negeri
diperkirakan pada anak usia dibawah 16 tahun berkisar antara 2 sampai 7 kasus per tahun
pada setiap 100.000 anak (Pardede, 2002). Menurut Raja Syeh angka kejadian kasus
sindroma nefrotik di Asia tercatat 2 kasus setiap 10.000 penduduk (Republika, 2005).
Sedangkan kejadian di Indonesia pada sindroma nefrotik mencapai 6 kasus pertahun dari
100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun (Alatas, 2002). Untuk kejadian di Jawa
Tengah sendiri mencapai 4 kasus terhitung mulai dari tahun 2006. (Israr, 2008).

Angka kejadian sindroma nefrotik ini memang tergolong jarang, namun penyakit
ini perlu diwaspadai terutama pada anak-anak, karena jika tidak segera diatasi akan
mengganggu sistem urinaria dan akan menggangu perkembangan lebih lanjut anak
tersebut. Di samping itu masih banyak orang yang belum mengerti tentang seluk beluk
sindrom nefrotik, faktor penyebab sindrom nefrotik, gejala sindrom nefrotik, dan cara
penanganan sindroma nefrotik.

1.2 Tujuan Makalah


1. Menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan anak II
2. Untuk melatih mahasiswa dalam menganalisa kasus mengenai sistem perkemihan
sindrom nefrotik
1.3 Manfaat Makalah
1. Mahasiswa mengetahui mengenai sindrom nefrotik
2. Mahasiswa mengetahui mengenai diagnosa dan intervensi keperawatan pada penyakit
sindrom nefrotik

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KASUS PEMICU 2

Seorang anak usia 12 tahun dibawa oleh keluarga kerumah sakit karena keluhan
sembab pada muka, tangan dan kaki. klien mengatakan bahwa dia merasakan
badannya lebih berat dari biasanya. klien juga merasa agak sesak. saat dilakukan
pengkajian fisik didapatkan TD; 120 mmHg, nadi; 110 x/menit, nafas: 32x/menit dan
suhu 37,3°C. Pitting edema pada lengan dan tungkai dengan derjat +++. pemeriksaan
serum albumin didapatkan: 2 gr/dl.

2.2 PERTANYAAN DAN JAWABAN


a Apakah masalah yang dialami anak tersebut?
Jawab : sindrom nefrotik.
Sindrom nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan kehilangan
protein urinarius yang masif. Penyakit ditandai dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal.

b Apakah penyebab anak mengalami masalah tersebut?


Jawab : Penyebab SN yang pasti, dan penelitian menunjukkan adanya perananimun (auto
imunya itu reaksi antigen antibody.Umumnya etiologi dibagi menjadi ,
1. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan secara resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal
2. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh malaria kuartana, penyakit kolagen, glomeluro nefritis, bahan kimia
dan amyloidosis.
3. Sindrom nefrotik idiopatik
a) Kelainan minimal
b) Nefropatimembranosa
c) Glomerulonefritisproliferatif
d) Glomerulosklerosisfekal segmental ( Haryono,2013)

4
c. Jelaskan patofisiologi penyakit anak disertai dengan WOC.
Jawab :
Peningkatan preameabilitas glomerulus terahadap protein plasma, menimbulkan
proteinuria, hipoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema. Hilangnya protein
menyebabkan penururnan tekanan osmotic plasma dan peningkatan tekanan hidrostatik
yang menyebabkan tejadinya akumulasi cairan dalam rongga intersisial dan rongga
abdomen .Penurnan volume cairan vaskuler mestimulasi system renin angiotensin yang
mengakibatkan disekresinya hormone antiduretik, hormone (ADH dan aldosterone.
Reabsorbsi tubular terhadap natrium (NA dan air mengalami peningkatan dan akhirnya
menambah volume intra vaskuler.

WOC :

5
Permeabilitas
glomerular meningkat

Proteinuria

Hypoalbuminemia

Stimulasi sintesis Tekanan osmotik


dalam hati: protein dan Edema
plasma menurun
lemak

Retensi air dan


Hypovolemi natrium

Hiperlipidemia
Peningkatan sekresi
ADH dan aldosteron

Aktif rennin-
angiotensin

Vasokontriksi

( Haryono,2013)

6
d. Apa tanda dan gejala yang khas pada anak
Jawab :
1) DO
a) TD; 120 mmHg
b) nadi; 110 x/menit
c) nafas: 32x/menit
d) suhu 37,3°C.
e) Pitting edema pada lengan dan tungkai dengan derjat +++.
f) pemeriksaan serum albumin didapatkan: 2 gr/dl.

2) DS
a) klien mengatakan bahwa dia merasakan badannya lebih berat dari biasanya.
b) klien juga merasa agak sesak.

e. Apakah pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis medis anak?

Jawab :
yang kami temukan di kasus :
1) Pemeriksaan tanda – tanda vital
2) Inspeksi dan palpasi edema
3) Uji darah : Pemeriksaan serum albumin anak

Berdasarkan buku sumber :


1) Uji urin
a) Protein urin – meningkat
b) Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria
c) Dipstik urin – positif untuk protein dan darah
d) Berat jenis urin – meningkat( Haryono,2013)

2) Uji darah
a) Albumin serum – menurun
b) Kolesterol serum –meningkat
c) Hemonglobin dan hematuria – meningkatkan (hemokonsentrasi)
d) Laju endap darah (LRD) – meningkat
e) Eletrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan( Haryono,2013)
7
3) Uji diagnostik
Biopsi ginjal merupakan uji diangnostik yang tidak dilakukan secara rutin.
( Haryono,2013)

f. Bagaimanakah penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada anak tersebut?


Jawab : berdasarkan buku sumber
1) Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1
gram/hari secara praktid dengn menggunakan garam secukupnya dan menghindari
makanan yang duasinkan. Diet protein 2-3 gram/kgBB/hari
2) Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik,
biasanya 1mg/kgBB/hari, bergantung padaberatnya edema dan repon pengobatan.
Bila edema refraktif dapat digunakan hididroklortiazid (25-50 mg/hari). Selama
pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik dan
kehilangan cairaan intravaskuler berat.
3) Pengobatan kortikosteroid yang diajukan internasional Coopertive Study of Kidney
Disease in Children (ISKDC), sebagai berikut:
a) Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/ hari luas
permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80 mg/hari.
b) Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40
mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari.
Bila terdapat respons selama pengobatan maka pengobatan ini dilanjutkan secara
intermitten selama 4 minggu.
4) Cegah infeksi, Antibiotik hanya dapat diberikan bila ada infeksi
5) Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital (Arif Mansjoer,
2000).

8
g. Bagiamanakah prognosis dan komplikasi dari penyakit pada anak tersebut?

Jawab :
1. Prognosis
Prognosisnya bervariasi, tergantung kepada penyebab, usia penderita dan jenis
kerusakan ginjal yang bisa diketahui dari pemeriksaan mikroskopik pada biopsi.
Gejalanya akan hilang seluruhnya jika penyebabnya adalah penyakit yang dapat diobati
(misalnya infeksi atau kanker) atau obat-obatan. Prognosis biasanya baik jika
penyebabnya memberikan respon yang baik terhadap kortikosteroid. Anak-anak yang
lahir dengan sindroma ini jarang yang bertahan hidup sampai usia 1 tahun, beberapa
diantaranya bisa bertahan setelah menjalani dialisa atau pencangkokan ginjal.

Prognosis yang paling baik ditemukan pada sindroma nefrotik akibat


glomerulonefritis yang ringan; 90% penderita anak-anak dan dewasa memberikan respon
yang baik terhadap pengobatan. Jarang yang berkembang menjadi gagal ginjal, meskipun
cenderung bersifat kambuhan. Tetapi setelah 1 tahun bebas gejala, jarang terjadi
kekambuhan.

Sindroma nefrotik akibat glomerulonefritis membranosa terutama terjadi pada


dewasa dan pada 50% penderita yang berusia diatas 15 tahun, penyakit ini secara perlahan
akan berkembang menjadi gagal ginjal. 50% penderita lainnya mengalami kesembuhan
atau memiliki proteinuria menetap tetapi dengan fungsi ginjal yang adekuat. Pada anak-
anak dengan glomerulonefritis membranosa, proteinuria akan hilang secara total dan
spontan dalam waktu 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis.

Sindroma nefrotik familial dan glomerulonefritis membranoproliferatif


memberikan respon yang buruk terhadap pengobatan dan prognosisnya tidak terlalu baik.
Lebih dari separuh penderita sindroma nefrotik familial meninggal dalam waktu 10 tahun.
Pada 20% pendeita prognosisnya lebih buruk, yaitu terjadi gagal ginjal yang berat dalam
waktu 2 tahun. Pada 50% penderita, glomerulonefritis membranoproliferatif berkembang
menjadi gagal ginjal dalam waktu 10 tahun. Pada kurang dari 5% penderita, penyakit ini
menunjukkan perbaikan. Sindroma nefrotik akibat glomerulonefritis proliferatif
mesangial sama sekali tidak memberikan respon terhadap kortikosteroid. Pengobatan
pada sindroma nefrotik akibat lupus eritematosus sistemik, amiloidosis atau kencing
manis, terutama ditujukan untuk mengurangi gejalanya.

(Meadow,Sir Roy ; Newel, Simon. J .2003)


9
Komplikasi
1. Infeksi sekunder terjadi karena kadar imunoglobin yang rendah akibat
hipoalbuminemia ( Haryono,2013)
2. Shock: terjadi terutama pada hipoalbuminema berat (<1 gram/100ml) yang
menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock ( Haryono,2013)
3. Trombosis vaskuler : terjadi akibat gangguan sistem koagulasi sehingga terjadi
peninggian fibrinogen plasma ( Haryono,2013)
4. Malnutrisi
Kegagalan ginjal (Rauf,2002 dalam Haryono,2013)

h. Jelaskan hal apa saja yang perlu dikaji anak anak?


Jawab :
1. Lakukan pengkajian fisik termasuk pengkajian luasnya edema
2. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama yang berhubungan
3. Penambahan berat badan saat ini, juga tentang disfungsi ginjal
4. Observasi dan manifestasi sindrom nefrotik
5. Prosedur diagnostic dan laboratorium

i. Rumuskan masalah keperawatan yang muncul pada anak dan buat analisa
datanya!
Jawab :

1. Rumusan masalah and analisis data


no data masalah etiologi
1. DO Kelebihan volume edema
1.TD; 120 mmHg cairan
2. nadi; 110 x/menit
3. nafas: 32x/menit
4. suhu 37,3°C.
5.Pitting edema pada lengan dan
tungkai dengan derjat +++.
6.pemeriksaan serum albumin
didapatkan: 2 gr/dl.

DS
1.klien mengatakan bahwa dia
merasakan badannya lebih berat dari
biasanya.
2.klien juga merasa agak sesak.
10
2. Do Ketidakefektifan pola pola nafas
1. nafas: 32x/menit nafas abnormal
DS
1. klien juga merasa agak sesak.
3. Do Risiko kerusakan gangguan
1. klien mengatakan bahwa dia integritas kulit volume cairan
merasakan badannya lebih berat dari
biasanya.
2.Pitting edema pada lengan dan
tungkai dengan derjat +++.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan cairan d.d edema
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi d.d pola nafas abnormal
c. Risiko kerusakan integritas kulit d.d gangguan volume cairan

3. NOC :
a. Kelebihan Volume Cairan
Keseimbangan cairan ( 0601 hlm 192)
Skala outcome :
1) Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam ( 5 tidak terganggu)
2) Berat badan stabil ( 5 tidak terganggu)
3) Serum elektrolit ( 5 tidak terganggu)
4) Edema perifer ( 5 tidak ada)

b. Ketidakefektifan Pola Nafas


Status pernafasan ( 0415hlm 556)
Skala outcome :
1) Frekuensi pernafasan ( 5 tidah ada deviasi dari kisaran normal)
2) Irama pernafasan ( 5 tidah ada deviasi dari kisaran normal)
c. Risiko Kerusakan Integritas Kulit
Integritas jaringan : kulit dan membran mukosa
1) Integritas kulit ( 5 tidak terganggu)

j. Buatlah rencana intervensi sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul


pada anak!
Jawab :

11
1. Kelebihan volume cairan
NIC : pemantauan elektrolit / monitor elektrolit ( 2020 hlm 242)
a) Monitor serumelektrolit
b) Monitor serum albumin dan kadar protein total, sesuai dengan indikasi
c) Kenali dan laporkan setidakseimbangan elektrolit
d) berikan diet yang tepat pada pasien dengan ketidakseimbangan elektrolit
e) ajarkan kepada pasien cara mencegah atau meminimalkanketidakseimbangan
elektrolit

2. Ketidakefektifan pola nafas


NIC : manajemen jalan nafas ( 3140 hlm 186 )
a) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b) Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya
c) Motivasi pasien untuuk bernafas pelan, dalam, berputar, dan batuk
d) Posisikan untuk meringankan sesak nafas
e) Monitor status pernafasan dan oksegenasi, sebagaimana mestinya

3. Risiko kerusakan integritas kulit


NIC : Pengecekan rusak
a) Periksa kulit dan selaput lendir terkait dengan adanya kemerahan,kehangatan
ekstrim, edema, atau drainase
b) Monitor infeksi terutama dari daerah edema

BAB III

ANALISIS JURNAL

12
3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan oleh Rosdiana Elizabeth adalah untuk mengetahui
bahwa sindrom nefrotik bukan penyakit yang berdiri sendiri , tetapi merupakan petunjuk
awal adanya kerusakan pada unit filtrasi darah terkecil (glomerulus pada ginjal.

3.2 Latar Belakang

Sindrom nefrotik merupakan kumpulan dari manifestasi klinis dintandai dengan


hilangnya protein urin secara masif diikuti hipoproteinemia sehingga mengakibatkan
edema.Hal ini berkaitan dengan munculnya hiperlipidemia ,hiperkolesterolemia, lipiduria.

3.3 Meteologi

Ada 3 tahap etiologi sindrom nefrotik,yaitu

1. Kongenital
2. Glomerulopati primer / idiopatik
3. Glomerulopati sekunder

3.4 Pengumpulan data

Pengumpulan data didapatkan melalui,pemeriksaan fisik yaitu, head toe to dan


pemeriksaan penunjang , yaitu laboratorium

3.5 Analisa data :

Sindrom nefrotik merupakan kumpulan manifestasi klinis yang ditandai dengan


albuminuria, hipoalbuminemia dan edema. Sindrom nefrotik pada anak dapat terjadi pada
semua usia, tetapi lebih banyak terjadi pada usia 1-2 tahun dan 8 tahun.

Anak S, usia 2 tahun datang dengan keluhan bengkak pada seluruh tubuh sejak
kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :


 frekuensi nadi 132x/menit,
 frekuensi pernafasan 38x/menit,
 suhu 36,80C,
 BB 13,5 kg,

13
 TB 86 cm,
 edema palpebra, asites, pitting edema, dan edema pada skrotum.

Pemeriksaan penunjang didapatkan:


 total protein 3,8 g/dl,
 albumin 1,2 g/dl,
 globulin 2,7 g/dl,
 ureum 14 mg/dl,
 kreatinin 0,2 mg/dl,
 kolesterol total 659 mg/dl,
 protein urin 500 mg/dl.
Pasien didiagnosa sebagai sindrom nefrotik kasus baru dan diberi tatalaksana
prednison, furosemid, diet karbohidrat 35 kal/kgbb/hari, diet rendah garam (1-2 gr/hari),
diet protein 0,8-1 gr/kgbb/hari dan rendah lemak, dan kebutuhan cairan dibatasi sebanyak
1400 cc per hari. Pasien dirawat inap selama lima hari dan membaik, terlihat dari
penurunan berat badan menjadi 12 kg dan protein urin menjadi 150 mg/dl.

3.6 Pembahasan :
Pasien datang dengan keluhan bengkak. Ada beberapa penyakit yang dapat
menyebabkan bengkak diantaranya adalah kelainan ginjal, penyakit jantung, hati, alergi
dan malnutrisi.Pada penyakit jantung bengkak diawalidari kedua tungkai karena venous
return yangberkurang dikarenakan gangguan aliran balikke jantung, pengaruh gaya
gravitasi dantahanan perifer pada tungkai yang tinggiteruma fossa poplitea dan inguinal.
Selanjutnyaadalah organ hepar. Bengkak ini diawali dariperut dikarenakan fibrosis pada
hepar yangmengakibatkan bendungan sehingga venousreturn berkurang dan terjadi
hipertensi porta,penurunan sintesa protein sehingga terjadihipoalbuminemia yang
menurunkan tekanan osmotik intravaskular yang menyebabkan terjadinya ekstravasasi
cairan. Lalu alergi juga dapat menyebabkan bengkak tetapi hanya pada tempat tertentu
yang sifatnya non pitting edema dan tidak berlangsung lama. Selanjutnya malnutrisi,
bengkak terjadi diseluruh tubuh tanpa penyebab yang jelas biasanya pada kwashiorkor
atau marasmus kwashiorkor.8 Pada kelainan ginjal bengkak dimulai dari kelopak mata.
Hal ini dikarenakan pengaruh gaya gravitasi. Kelopak mata merupakan jaringan yang
banyak mengandung jaringan ikat longgar. Pada pasien ini bengkak dimulai dari kelopak
mata yang berlanjut hingga terjadi edema pada seluruh tubuh. Hal ini menunjukan bahwa

14
bengkak pada pasien ini mengarah pada kelainan ginjal. Untuk membantu menegakkan
diagnosa maka dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
laboratoriumdarah lengkap, kimia darah dan urin lengkap.
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium, pasien ini
didapatkan :
 edema anaksarka,
 hipoalbuminemia,
 hiperkolesterolemia, dan
 proteinuria masif. Maka pasien ini didiagnosa
Sindrom Nefrotik karena memenuhi semua kriteria berdasarkan Konsensus
Tatalaksana Sindrom Nefrotik Idiopatik Pada Anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia 2012:
1. Proteinuria masif (>40 mg/m2LPB/ jam atau 50 mg/kg/hari atau rasio
protein/kreatinin pada urin sewaktu >2 mg/mg atau dipstik ≥ 2+);
2. Hipoalbuminemia < 2,5 g/dL;
3. Edema;
4. Dapat disertai hiperkolesterolemia > 200 mg/dL.
Pasien ini didiagnosa menderita sindrom nefrotik kasus baru, bukan sindrom
nefrotik kasus relaps ataupun sindrom nefrotik resisten steroid seperti yang dinyatakan
dalam diagnosa rujukan. Dikarenakan yang dimaksud relaps adalah keadaan proteinuria
≥2+ (proteinuria >40 mg/m2 LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu setelah
pemberian terapi steroid, sedangkan yang dimaksud dengan resisten adalah tidak terjadi
remisi pada pengobatan prednison dosis penuh (full dose) 2 mg/kgbb/hari selama 4
minggu.16,17 Pada kasus ini, orang tua pasien tidak mengetahui secara pasti riwayat
pengobatan pada awal pertama pasien sakit. Oleh karena itu, saya menyimpulkan bahwa
kasus pada pasien ini termasuk kasus baru. Untuk pengobatan pada pasien ini diberikan
steroid full dose sesuai dengan ISKDC (International Study on Kidney Diseases in
Children) diberikan prednison 60 mg/m2LPB/hari atau 2 mg/kgBB/hari (maksimal 80
mg/hari dalam dosis terbagi untuk menginduksi remisi).17-19 Untuk pemberian dosis
prednison sesuai berat badan ideal (BB terhadap TB). Pada pasien ini BB ideal nya di
umur 5 tahun dengan TB 86 cm adalah 13,5 kg, sehingga dosis prednison yang diberikan
adalah 13,5 kg x 2 mg/kgBB/hari = 27 mg/hari, dibulatkan menjadi 25 mg/hari
dikarenakan:
a. Satu tablet prednisone mengandung 5 mg sehingga mempermudah dalam penentuan
jumlah tablet yang akan diberikan dan mempermudah dalam pengkonsumsian obat;

15
b. Dosis pembulatan menjadi 25 mg masih dalam dosis aman prednison yaitu maksimal 80
mg/hari.1 Sehingga pasien ini menggunakan prednison sebanyak 5 tablet sehari dengan
dosis terbagi 2-2-1 namun pada kasus diberikan 2-2-½. Seharusnya sebelum diberikan
terapi prednison, pasien ini dilakukan uji mantoux terlebih dahulu untuk mengetahui
apakah pasien ini terdapat penyakit tuberkulosis atau tidak, namun pada pasien ini tidak
dilakukan karena di rumah sakit ini tidak ada fasilitas untuk melakukan mantoux test.
Lalu, untuk mengatasi edema pada pasein ini diberikan diuretik furosemid dengan
dosis 1-3 mg/kgBB/hari sehingga dosis yang diberikan pada pasien ini adalah 13,5 kg x 2
mg mg/kgBB/hari jadi 27 mg/hari dibagi menjadi 2 dosis pemberian, sehingga dosis yang
diberikan pada pasien ini seharusnya adalah 13,5 mg/12jam namun pada kasus diberikan
10 mg/12jam. Pemberian furosemid ini diindikasikan untuk edema berat seperti yang
terjadi pada pasien ini. Pada pasien ini tidak diberikan terapi albumin karena indikasi
pemberian albumin 20% 1 g/kgBB apabila belum juga berespon pemberian obat diuretik
dan nilai albumin <1. Sedangkan pada pasien ini kadar albuminnya 1,2g/dl dan dengan
pemberian furosemide pasien sudah berespon, maka pemberian albumin tidak diperlukan.
Diet untuk pasien sindrom nefrotik adalah 35 kal/kgbb/hari, sebagian besar terdiri dari
karbohidrat. Diet rendah garam (1-2 gr/hari) dan rendah lemak harus diberikan. Pada
pasien sindrom nefrotik asupan protein dibatasi sekitar 0,8-1 gr/kgbb/hari. Kebutuhan
cairan pada pasien ini juga dibatasi sebanyak 1400 cc per hari. Pada pasien ini dietnya
juga dibatasi mengikuti anjuran diet pada orang SN.
Anak dengan manifestasi klinis sindrom nefrotik pertama kali, sebaiknya dirawat
di rumah sakit dengan tujuan untuk mempercepat pemeriksaan dan evaluasi pengaturan
diit, penanggulangan edema, memulai pengobatan steroid, dan edukasi orangtua.1 Pasien
ini dirawat inap selama lima hari dan dilakukan pemantauan terhadap respon terapi yang
dinilai dari diuresis yang meningkat, berkurangnya edema, penurunan protein urin, dan
penurunan berat badan. Selama lima hari, berat badan pasien yang semula 13,5 kg
menjadi 12 kg serta protein urin 500 mg/dl menjadi 150 mg/dl. Hal tersebut membuktikan
bahwa pasien masih memberikan respon yang baik terhadap terapi sehingga pasien
disarankan untuk melakukan rawat jalan.
Pada kasus ini prognosisnya dubia adbonam dikarenakan pasien didiagnosis
Sindrom Nefrotik yang dalam perjalanan penyakitnya masih sensitif terhadap pengobatan
steroid ditandai dengan kondisi pasien sampai pulang mengalami perbaikan.

3.7 Simpulan

16
Diagnosis yang tepat pada kasus sindrom nefrotik kasus baru dan pemilihan terapi
yang tepat dapat memberikan keberhasilan yang baik.

17
Sindrom Nefrotik Kasus Baru Pada Anak Usia 2 Tahun

Rosdiana Elizabeth
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Sindrom nefrotik merupakan kumpulan manifestasi klinis yang ditandai dengan albuminuria, hipoalbuminemia dan edema.
Sindrom nefrotik pada anak dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih banyak terjadi pada usia 1-2 tahun dan 8 tahun.
Anak S, usia 2 tahun datang dengan keluhan bengkak pada seluruh tubuh sejak kurang lebih 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi nadi 132x/menit, frekuensi pernafasan 38x/menit, suhu 36,80C,
BB 13,5 kg, TB 86 cm, edema palpebra, asites, pitting edema, dan edema pada skrotum. Pemeriksaan penunjang
didapatkan: total protein 3,8 g/dl, albumin 1,2 g/dl, globulin 2,7 g/dl, ureum 14 mg/dl, kreatinin 0,2 mg/dl, kolesterol total
659 mg/dl, protein urin 500 mg/dl. Pasien didiagnosa sebagai sindrom nefrotik kasus baru dan diberi tatalaksana prednison,
furosemid, diet karbohidrat 35 kal/kgbb/hari, diet rendah garam (1-2 gr/hari), diet protein 0,8-1 gr/kgbb/hari dan rendah
lemak, dan kebutuhan cairan dibatasi sebanyak 1400 cc per hari. Pasien dirawat inap selama lima hari dan membaik,
terlihat dari penurunan berat badan menjadi 12 kg dan protein urin menjadi 150 mg/dl. [J Agromed Unila 2015; 2(3):217-
221]

Kata kunci: edema, hipoalbunemia, oligouria, sindrom nefrotik

Nephrotic Syndrome: New Case on 2 Years Old Child


Abstrac
Nephrotic syndrome is a collection of clinical manifestations characterized by albuminuria, hypoalbuminemia, and edema.
Nephrotic syndrome in children can occur at any age, but is more common in the age of 1-2 years old and 8 years old. A
child,
2 years-old, complaints of swelling throughout the body since approximately 2 weeks before hospital admission. On physical
examination found 132 x/minute, respiratory frequency 38 x/min, the temperature 36,80C, weight 13.5 kg, height 86 cm,
eyelid edema, ascites, pitting edema, and edema on the scrotum. Laboratory examination found total protein 3.8 g/dL,
albumin 1.2 g/dl, globulin 2.7 g/dL, urea 14 mg/dl, creatinine 0.2 mg/dl, total cholesterol 659 mg/dl, urine protein
500 mg/dl. Patients diagnosed as nephrotic syndrome and given a new case management of prednisone, furosemide,
carbohydrate diet 35 cal/kg/day, a diet low in salt (1-2 g/day), dietary protein 0.8-1 g/kg/day and low fat , and
needs limited to 1400 cc of fluid per day. Patients hospitalized for five days and improved, visible from weight loss to 12
kg and urine protein to 150 mg/dl. [J Agromed Unila 2015; 2(3):217-221]

Keywords: edema, hipoalbunemia, oliguria, nephrotic


syndrome

Korespondensi: Rosdiana Elizabeth | e-mail: rosdianaelizabeth@gmail.com

Pendahuluan Data dari International Study of Kidney Disease


Sindrom nefrotik merupakan kumpulan in Children (ISKDC) menunjukkan bahwa 66%
manifestasi klinis yang ditandai dengan pasien dengan minimal change nephrotic
hilangnya protein urine secara masif syndrome (MCNS) dan focal segmental
(albuminuria), diikuti dengan hipoproteinemia glomerulosclerosis (FSGS) adalah laki-laki dan
(hipoalbuminemia) dan akhirnya untuk membrano proliferative
mengakibatkan edema. Dan hal ini berkaitan glomerulonephritis (MPGN) 65 % nya adalah
dengan timbulnya hiperlipidemia, perempuan.1
hiperkolesterolemia dan lipiduria.1,2 Insidens sindrom nefrotik pada anak
Sindrom nefrotik pada anak dapat terjadi dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan
pada semua usia, tetapi lebih banyak terjadi Inggris adalah 2-7 kasus baru per 100.000 anak
pada usia 1-2 tahun dan 8 tahun.3,4 Pada anak- per tahun, dengan prevalensi berkisar 12 – 16
anak yang onsetnya dibawah usia 8 tahun, kasus per 100.000 anak.2,5 Di negara
ratio antara anak laki-laki dan perempuan berkembang insidensnya lebih tinggi. Di
bervariasi dari 2:1 hingga 3:2. Pada anak yang Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 per tahun
lebih tua, remaja dan dewasa, prevalensi pada anak berusia kurang dari 14 tahun.1
antara laki-laki dan perempuan kira-kira sama.

18
Sindrom nefrotik bukan merupakan suhu 36,80C, BB 13,5 kg, TB 86 cm. Pada wajah
penyakit yang berdiri sendiri, tetapi merupakan ditemukan edema palpebra pada kedua mata.
suatu petunjuk awal adanya kerusakan pada Pada pemeriksaan abdomen didapatkan
unit filtrasi darah terkecil (glomerulus) pada shifting dulnes dan undulasi yang merupakan
ginjal, dimana urine dibentuk.2 Sekitar 20% tanda adanya asites. Pada ekstremitas superior
anak dengan sindrom nefrotik dari hasil biopsi dan inferior ditemukan pitting edema. Pada
ginjalnya menunjukkan adanya skar atau genitalia eksterna ditemukan edema pada
deposit pada glomerulus. Dua macam penyakit skrotum. Pada pemeriksaan neurologis dari
yang paling sering mengakibatkan kerusakan nervus I-XII tidak ada kelainan, reflex fisiologis
pada unit filtrasi adalah Glomerulosklerosis tidak meningkat ataupun menurun, reflex
Fokal Segmental (GSFS) dan Glomerulonefritis patologis tidak ada, rangsang selaput otak juga
Membranoproliferatif (GNMP). Seorang anak tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan
yang lahir dengan kondisi tersebut akan penunjang didapatkan: total protein 3,8 g/dl,
menyebabkan terjadinya Sindrom nefrotik.3,6 albumin 1,2 g/dl, globulin 2,7 g/dl, ureum 14
Etiologi sindrom nefrotik secara garis mg/dl, kreatinin 0,2 mg/dl, kolesterol total 659
besar dapat dibagi 3, yaitu kongenital, mg/dl, protein urin 500 mg/dl.
glomerulopati primer/ idiopatik, dan sekunder Pada anamnesis, pemeriksaan fisik,
mengikuti penyakit sistemik seperti pada dan laboratorium ditemukan adanya edema,
purpura Henoch-Schonlein dan lupus hipoalbuminemia, proteinuria,
eritematosus sitemik. Sindrom nefrotik pada hiperkolesterolemia, dan tidak adanya riwayat
tahun pertama kehidupan, terlebih pada bayi penyakit yang sama sebelumnya sehingga
berusia kurang dari 6 bulan, merupakan diagnosis pada pasien ini adalah sindrom
kelainan kongenital (umumnya herediter) dan nefrotik kasus baru.
mempunyai prognosis buruk.1,7,8 Penatalaksanaan pada kasus ini adalah
rawat inap; prednison 2-2-½, furosemid 10
Kasus mg/12 jam; diet rendah garam 1-2 g/hari;
Anak S, laki-laki, usia 2 tahun datang intake cairan dibatasi; memantau tanda vital
dengan keluhan bengkak pada seluruh tubuh dan diuresis.
sejak kurang lebih 2 minggu sebelum masuk Pasien ini dirawat dengan tujuan untuk
rumah sakit, bengkak terlihat pada awalnya di mengetahui respon terapi. Pada hari pertama
daerah wajah terutama di daerah kelopak mata, didapatkan diuresis 2,4 cc/kgbb/jam. Pada hari
terlihat jelas pada pagi hari saat bangun tidur kedua didapatkan diuresis 2,2 cc/kgbb/jam dan
dan bengkak berkurang setelah siang atau sore penurunan berat badan menjadi 13 kg. Pada
hari. Bengkak kemudian menjalar ke wajah, hari ketiga didapatkan diuresis 2,2 cc/kgbb/jam,
kaki, perut dan akhirnya seluruh tubuh. protein urin 150 mg/dl dan penurunan berat
Keluhan ini tidak disertai dengan keluhan sesak badan menjadi 12 kg. Pada hari keempat dan
napas, sakit kepala, muntah dan kejang-kejang. kelima didapatkan diuresis 2,7 dan 2,6
Pasien juga belum pernah sakit kuning. Pasien cc/kgbb/jam namun tidak ada perubahan pada
juga mengeluh buang air kecil (BAK) yang berat badan. Pada hari kelima pasien
menjadi jarang sejak 1 minggu SMRS, biasanya disarankan untuk rawat jalan dengan diberikan
sehari minimal 5 kali, namun sekarang menjadi obat prednison 2-2-½ dan furosemid 10 mg/12
1 kali dengan kuantitas yang sedikit atau tidak jam serta diasarankan untuk kontrol seminggu
miksi sama sekali dan berwarna kecoklatan. kemudian.
Selama bengkak, pasien tidak pernah tampak Prognosis pada An. S adalah dubia ad
pucat, lemah, lesu dan kehilangan nafsu makan. bonam karena pada terapi menggunakan
Riwayat alergi obat-obatan dan makanan steroid masih memberikan respon yang baik.
disangkal. BAB pasien dikatakan normal oleh
ibu pasien. Riwayat demam, muntah, tidak Pembahasan
nafsu makan, nyeri perut disangkal oleh ibu Pasien datang dengan keluhan bengkak.
pasien. Ada beberapa penyakit yang dapat
Pada pemeriksaan fisik didapat menyebabkan bengkak diantaranya adalah
keadaan umum tampak sakit sedang, kelainan ginjal, penyakit jantung, hati, alergi
kesadaran compos mentis, frekuensi nadi 132 dan malnutrisi.9,10
x/menit, frekuensi pernafasan 38 x/menit,
19
Pada penyakit jantung bengkak diawali 4. Dapat disertai hiperkolesterolemia > 200
dari kedua tungkai karena venous return yang mg/dL.1,12,14,15
berkurang dikarenakan gangguan aliran balik Pasien ini didiagnosa menderita sindrom
ke jantung, pengaruh gaya gravitasi dan nefrotik kasus baru, bukan sindrom nefrotik
tahanan perifer pada tungkai yang tinggi kasus relaps ataupun sindrom nefrotik resisten
teruma fossa poplitea dan inguinal. Selanjutnya steroid seperti yang dinyatakan dalam
adalah organ hepar. Bengkak ini diawali dari diagnosa rujukan. Dikarenakan yang dimaksud
perut dikarenakan fibrosis pada hepar yang relaps adalah keadaan proteinuria ≥2+
mengakibatkan bendungan sehingga venous (proteinuria >40 mg/m2 LPB/jam) 3 hari
return berkurang dan terjadi hipertensi porta, berturut-turut dalam 1 minggu setelah
penurunan sintesa protein sehingga terjadi pemberian terapi steroid, sedangkan yang
hipoalbuminemia yang menurunkan tekanan dimaksud dengan resisten adalah tidak terjadi
osmotik intravaskular yang menyebabkan remisi pada pengobatan prednison dosis penuh
terjadinya ekstravasasi cairan. Lalu alergi juga (full dose) 2 mg/kgbb/hari selama 4
dapat menyebabkan bengkak tetapi hanya minggu.16,17 Pada kasus ini, orang tua pasien
pada tempat tertentu yang sifatnya non pitting tidak mengetahui secara pasti riwayat
edema dan tidak berlangsung lama. pengobatan pada awal pertama pasien sakit.
Selanjutnya malnutrisi, bengkak terjadi Oleh karena itu, saya menyimpulkan bahwa
diseluruh tubuh tanpa penyebab yang jelas kasus pada pasien ini termasuk kasus baru.
biasanya pada kwashiorkor atau marasmus Untuk pengobatan pada pasien ini
kwashiorkor.8 Pada kelainan ginjal bengkak diberikan steroid full dose sesuai dengan ISKDC
dimulai dari kelopak mata. Hal ini dikarenakan (International Study on Kidney Diseases in
pengaruh gaya gravitasi. Kelopak mata Children) diberikan prednison 60
merupakan jaringan yang banyak mengandung 2
mg/m LPB/hari atau 2 mg/kgBB/hari (maksimal
jaringan ikat longgar.11-13 80 mg/hari dalam dosis terbagi untuk
Pada pasien ini bengkak dimulai dari menginduksi remisi).17-19 Untuk pemberian
kelopak mata yang berlanjut hingga terjadi dosis prednison sesuai berat badan ideal (BB
edema pada seluruh tubuh. Hal ini menunjukan terhadap TB). Pada pasien ini BB ideal nya di
bahwa bengkak pada pasien ini mengarah pada umur 5 tahun dengan TB 86 cm adalah 13,5 kg,
kelainan ginjal. Untuk membantu menegakkan sehingga dosis prednison yang diberikan
diagnosa maka dibutuhkan pemeriksaan adalah 13,5 kg x 2 mg/kgBB/hari = 27 mg/hari,
penunjang berupa pemeriksaan laboratorium dibulatkan menjadi 25 mg/hari dikarenakan:
darah lengkap, kimia darah dan urin lengkap.10 a. Satu tablet prednison
Dari hasil pemerikasaan laboratorium mengandung 5 mg sehingga mempermudah
didapatkan total protein 4,0 g/dl, albumin 1,2 dalam penentuan jumlah tablet yang akan
g/dl, globulin 2,8 g/dl, ureum 14 mg/dl, diberikan dan mempermudah dalam
kreatinin 0,2 mg/dl, kolesterol total 659 mg/dl, pengkonsumsian obat;
protein urin 500 mg/dl. b. Dosis pembulatan menjadi 25
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik mg masih dalam dosis aman prednison yaitu
dan pemeriksaan laboratorium, pasien ini maksimal 80 mg/hari.1
didapatkan edema anaksarka, Sehingga pasien ini menggunakan
hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan prednison sebanyak 5 tablet sehari dengan
proteinuria masif. Maka pasien ini didiagnosa dosis terbagi 2-2-1 namun pada kasus
Sindrom Nefrotik karena memenuhi semua diberikan 2-2-½.
kriteria berdasarkan Konsensus Tatalaksana Seharusnya sebelum diberikan terapi
Sindrom Nefrotik Idiopatik Pada Anak, Ikatan prednison, pasien ini dilakukan uji mantoux
Dokter Anak Indonesia 2012: terlebih dahulu untuk mengetahui apakah
1. Proteinuria masif (>40 mg/m2LPB/ jam pasien ini terdapat penyakit tuberkulosis atau
atau 50 mg/kg/hari atau rasio tidak, namun pada pasien ini tidak dilakukan
protein/kreatinin pada urin sewaktu >2 karena di rumah sakit ini tidak ada fasilitas
mg/mg atau dipstik ≥ 2+); untuk melakukan mantoux test.20
2. Hipoalbuminemia < 2,5 g/dL; Lalu, untuk mengatasi edema pada
3. Edema; pasein ini diberikan diuretik furosemid dengan
dosis 1-3 mg/kgBB/hari sehingga dosis yang
diberikan pada pasien ini adalah 13,5 kg x 2 mg Simpulan
mg/kgBB/hari jadi 27 mg/hari dibagi menjadi 2 Diagnosis yang tepat pada kasus sindrom
dosis pemberian, sehingga dosis yang diberikan nefrotik kasus baru dan pemilihan terapi yang
pada pasien ini seharusnya adalah 13,5 tepat dapat memberikan keberhasilan yang
mg/12jam namun pada kasus diberikan 10 baik.
mg/12jam.1,21 Pemberian furosemid ini
diindikasikan untuk edema berat seperti yang Daftar Pustaka
terjadi pada pasien ini. 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Konsensus
Pada pasien ini tidak diberikan terapi tatalaksana sindrom nefrotik idiopatik
albumin karena indikasi pemberian albumin pada anak. Edisi ke-2. Jakarta: Ikatan
20% 1 g/kgBB apabila belum juga berespon Dokter Anak Indonesia; 2012.
pemberian obat diuretik dan nilai albumin <1. 2. Jerome C Lane, M.D. Nephrotic syndrome
Sedangkan pada pasien ini kadar albuminnya [Internet]. New York: WebMD LLC.; 2014
1,2g/dl dan dengan pemberian furosemid [diakses tanggal 8 Januari 2015]. Tersedia
pasien sudah berespon, maka pemberian dari:
albumin tidak diperlukan.22 http://emedicine.medscape.com/article/9
Diet untuk pasien sindrom nefrotik 82920-overview#a0101
adalah 35 kal/kgbb/hari, sebagian besar terdiri 3. Eric PC. Nephrotic syndrome [internet].
dari karbohidrat. Diet rendah garam (1-2 New York: WebMD LLC.; 2014 [diakses
gr/hari) dan rendah lemak harus diberikan. tanggal 8 Januari 2015]. Tersedia dari:
Pada pasien sindrom nefrotik asupan protein http://emedicine.medscape.com/article/2
dibatasi sekitar 0,8-1 gr/kgbb/hari. Kebutuhan 44631-overview
cairan pada pasien ini juga dibatasi sebanyak 4. Bernward G, Hinkes B, Christopher N,
1400 cc per hari. Pada pasien ini dietnya juga Vlangos RG, Jinhong L, Katrin H, et al.
dibatasi mengikuti anjuran diet pada orang Nephrotic syndrome in the first year of life:
SN.1 twothirds of cases are caused by
Anak dengan manifestasi klinis sindrom mutations in 4 genes(nphs1, nphs2, wt1,
nefrotik pertama kali, sebaiknya dirawat di and lamb2). Pediatrics. 2007; 119(4):e907-
rumah sakit dengan tujuan untuk 19.
mempercepat pemeriksaan dan evaluasi 5. El Bakkali L, Rodrigues Pereira R, Kuik DJ,
pengaturan diit, penanggulangan edema, Ket JC, van Wijk JA. Nephrotic syndrome in
memulai pengobatan steroid, dan edukasi the Netherlands: a population-based
orangtua.1 Pasien ini dirawat inap selama lima cohort study and a review of the literature.
hari dan dilakukan pemantauan terhadap Pediatr Nephrol. 2011; 26:1241–6.
respon terapi yang dinilai dari diuresis yang 6. Boyer O, Moulder JK, Somers MJ. Focal
meningkat, berkurangnya edema, penurunan and segmental glomerulosclerosis in
protein urin, dan penurunan berat badan. children: a longitudinal
Selama lima hari, berat badan pasien yang assessment. Pediatr Nephrol. 2007;
semula 13,5 kg menjadi 12 kg serta protein 22(8):1159-66.
urin 500 mg/dl menjadi 150 mg/dl. Hal 7. Niaudet P. Genetic forms of nephrotic
tersebut membuktikan bahwa pasien masih syndrome. Pediatr Nephrol. 2004;
memberikan respon yang baik terhadap terapi 19(12):1313-8.
sehingga pasien disarankan untuk melakukan 8. Partini PT, Djajadiman G, Yulia A. Sindrom
rawat jalan. nefrotik sekunder pada anak dengan
Pada kasus ini prognosisnya dubia ad limfoma hodkin. Sari Pediatri. 2006;
bonam dikarenakan pasien didiagnosis 8(1):37-42 .
Sindrom Nefrotik yang dalam perjalanan 9. Kliegman B, Jenson S. Nelson textbook of
penyakitnya masih sensitif terhadap pediatric. Edisi ke-18. Philadelphia:
pengobatan steroid ditandai dengan kondisi Saunders; 2007.
pasien sampai pulang mengalami perbaikan.23- 10. Betz CL, Sowden LL. Pediatrik. Edisi ke-5.
25
Jakarta: EGC; 2009.

11. Anderson S, Komers R, Brenner BM. Renal


and systemic manifestations of glomerular
21
disease. Dalam: Brenner BM, 18. Hodson EM, Willis NS, Craig JC.
editor. Brenner and rector's the kidney. Corticosteroid therapy for nephrotic
Edisi ke-8. Philadelphia: Saunders Elsvier; syndrome in children. Cochrane Database
2008. Syst Rev. 2007; (4):CD001533
12. Siddall EC, Radhakrishnan J. The 19. Debbie SG, Susan FM, Lynne Y, Shashi N,
pathophysiology of edema formation in William ES, John D, et al. Management of
the nephrotic syndrome. Kidney Int. 2012; childhood onset nephrotic syndrom.
82:635–642. Pediatrics. 2009; 124(2):747-57.
13. Rondon-Berrios H. New insights into the 20. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman
pathophysiology of edema in nephrotic pelayanan medik jilid 1. Jakarta: Badan
syndrome. Nefrol. 2011; 31:148–54 Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia;
14. Gupta K, Iskandar SS, Daeihagh P. 2010.
Distribution of pathologic findings in 21. Kapur G, Valentini RP, Imam AA, Mattoo
individuals with nephrotic proteinuria TK. Treatment of severe edema in children
according to serum albumin. Nephrol Dial with nephrotic syndrome with diuretics
Transplant. 2008; 23(5):1595-9. alone—a prospective study. Clin J Am Soc
15. Niaudet P, Mattoo TK, Kim MS. Treatment Nephrol. 2009; 4:907–913.
of idiopathicnephrotic syndrome in 22. Ghafari A, Mehdizadeh A, Alavi-Darazam I,
children [Internet]. USA: Uptodate; 2014 Rahimi E, Kargar C. Co-administration of
[diakses tanggal 8 Januari 2015]. Tersedia albumin-furosemide in patients with the
dari: nephritic syndrome. Saudi J Kidney Dis
http://www.uptodate.com/contents/treat Transplant. 2011; 22:471–475
ment-of-idiopathic-nephroticsyndrome-in- 23. Alexandru RC, Hetal BS, Edward FF, Lynne
children. SW. Predicting first-year relapses in
16. Wong W, Prestidge C, Gavin R. Starship children with nephrotic syndrome.
children’s health clinical guideline Pediatrics. 2000; 105(3);492-5.
[Internet]. USA: ADHB; 2013 [diakses 24. Del RM, Kaskel F. Evaluation and
tanggal 8 Januari 2015]. Tersedia dari: management of steroid-unresponsive
http://www.adhb.govt.nz/starshipclinicalg nephrotic syndrome. Curr Opin Pediatr.
uidelines/Documents/Nephrotic%20Syndr 2008; 20(2):151-6.
ome%20in%20Childhood.pdf.
17. Lombel RM, Gipson DS, Hodson EM. 25. Wong W. Idiopathic nephrotic syndrome
Treatment of steroid-sensitive nephrotic in New Zealand children, demographic,
syndrome: new guidelines from clinical features, initial management and
KDIGO. Pediatr Nephrol. 2013; 28(3):415- outcome after 12-month follow-up:
26. Results of a 3-year national surveillance
study. J Paediatr Child Health. 2007;
43:33741.

22
pembaca,terutama mahasiswa
keperawatan,
2. Semoga makalah ini dapat
BAB IV menjadi bahan acuan
PENUTUP pembelajaran bagi mahasiswa
4.1 KESIMPULAN keperawatan,
3. Semoga makalah ini dapat
Sindrom nefrotik adalah menjadi pokok bahasan dalam
berbagai diskusi.
status klinis yang ditandai
dengan peningkatan permeabilitas
membran glomerulus terhadap
protein yang mengakibatkan
kehilangan protein urinarius yang
masif. Penyakit ditandai dengan
gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan
hiperkolesterolemia. Kadang –
kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan
fungsiginjal.
Penyebab SN yang pasti,
dan penelitian menunjukkan adanya DAFTAR PUSTAKA

perananimun (auto imunya itu


Haryono, Rudi. 2017. Keperawatan Medikal
reaksi antigen antibody. Penyebab
Bedah : Sistem Perkemihan. Rapha
sindrom nefrotik yang pasti belum
Publisher : Yogyakarta
diketahui, akhir-akhir ini dianggap
sebagai suatu penyakit autoimun, Meadow,Sir Roy ; Newel, Simon. J .2003.

yaitu suatu reaksi antigen-antibodi. Lecture Notes : Pediatrika. Indonesia :

Umumnya, etiologi dibagi menjadi: Erlangga

1. Sindrom nefrotik bawaan Nanda . 2015. Diagnosis Keperawatan


2. Sindrom nefrotik sekunder Defenisi Dan Klasifikasi 2018-2020. Edisi
3. Sindrom nefrotik idiopatik 11. Edior T.Heather Herdman, Shigami
4. Glomerulosklerosis fokal Kamitsuru. Jakarta : EGC.
segmental
Noc.Nursing Outcomes Classification. Edisi

4.2 SARAN Kelima. Editor Ssue Moorhead,Dkk.

1. Semoga makalah ini dapat Indonesia : Elsevier Global Right


bermanfaat bagi
23
Nic. 2016. Nursing Interventions
Classification. Edisi Keenam. Editor
Bulechek, M.G Dkk. Indonesia :
Elsevier Global Right

Elizabeth, rosdiana . (2015 september).


Sindrom nefrotik pada anak usia 2 tahun.
2(3). 218-221
Didapatkan dari :
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/ind
ex.php/agro/article/view/1378/pdf
Diakses tanggal 18 februari 2018

24

Anda mungkin juga menyukai