Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

“pendidikan kesehatan hipertensi pada komunitas lanjut usia”

oleh:

Nurul Hidayah, S.Kep


NIM 2002031936

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

terselesaikannya penyusunan Laporan Pendahuluan yang berjudul “Pendidikan

Kesehatan Hipertensi terhadap Pengetahuan Lansia”. Penulisan Laporan

Pendahuluan ini sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah

Keperawatan Komunitas pada Program Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Lamongan.

Laporan Pendahuluan ini dapat penulis selesaikan berkat dukungan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih atas

segala bantuan materi maupun non materi, dorongan dan doa dalam

menyelesaikannya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. H. Budi Utomo, M.Kes, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Lamongan beserta para Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan

yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk

menempuh pendidikan di Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Lamongan

2. Virgianti Nur Farida, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi

Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Lamongan yang telah bersedia memberi arahan, perhatian,

memberikan fasilitas dan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini.

3. Arifal Aris, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku Dosen Penanggung Jawab Profesi

Ners Stase Komunitas yang senantiasa memberi inspirasi, motivasi,

bimbingan, dan penguatan dalam mengerjakan makalah ini.

ii
4. Abdul Rochman selaku Dosen Pembimbing Profesi Ners Stase Komunitas

yang senantiasa memberi inspirasi, motivasi, bimbingan, dan penguatan dalam

mengerjakan makalah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala semua kebaikan yang

telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.

Besar harapan penulis semoga Laporan Pendahuluan ini dapat membawa manfaat.

Lamongan, 24 Juli 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

LAPORAN PENDAHULUAN.................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

BAB 1 .............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................1

BAB 2 .............................................................................................................2
2.1 Konsep Teori Keperawatan Komunitas................................................2
2.1.1 Teori Community as Patner.....................................................2
2.1.2 Peran Perawat Komunitas.......................................................2
2.2 Konsep Masalah....................................................................................2
2.3 Analisis Jurnal.......................................................................................2
2.3.2 Pencarian Literatur..................................................................2
2.3.2 Ringkasa Isi Jurnal terkait Keefektifan Intervensi..................3

BAB 3 .............................................................................................................4
3.1 Kesimpulan...........................................................................................4
3.2 Saran......................................................................................................4

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................5

LAMPIRAN.............................................................................................................6

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), lansia (lanjut usia)

adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia

merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan

akhir dari fasekehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan

terjadi suatu proses yang disebut Aging process atau proses penuan.

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sedikitnya 140

mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya

beresiko tinggi penderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit

lain seperti  penyakit syaraf , ginjal , dan pembuluh darah semakin tinggi

tekanan darah , makin besar resikonya . (Sylvia A. Price)

Hipertensi bias dipengaruhi oleh faktor umur. Pada lanjut usia

terjadi perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah, yaitu sifat

elastisitas pembuluh darah berkurang dan terjadi kekakuan pada dinding

pembuluh darah arteri. Sehingga pengembangan pembuluh darah

terganggu (Perry, 2012)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud teori Community As Partner?

2. Apa saja peran perawat komunitas?

3. Bagimana penatalaksaan menurunkan tekanan darah pada lansia sesuai

artikel kesehatan?

1
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui teori Community As Partner

2. Untuk mengetahui peran perawat komunitas

3. Untuk mengetahui pengetahuan lansia terhadap hipertensi

4. Untuk mengetahui penatalaksanaan dalam menurunkan tekanan darah pada

lansia

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori Keperawatan Komunitas


2.1.1 Teori Community as Patner
Model community as patner menggambarkan aktivitas keperawatan
yang ditujukan kepada penekanan penurunan stressor dengan cara
memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel, normal
maupun resisten dengan komunitas sebagai sasaran pelayanan. Community
as patner merupakan salah satu model yang dapat diterapkan untuk
menurunkan stressor yang mencakup: keseimbangan sistem, sebuah
komunitas sehat, dan termasuk di dalamnya pemeliharaan kesehatan
komunitas serta promosi kesehatan komunitas (Anderson dan McFarlane,
2007).
 Model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu
roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian
komunitas terdiri(1) inti komunitas (the community core), (2) subsistem
komunitas (the community subsystems), dan (3) persepsi (perception).
Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat yang
merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat untuk
berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya (Anderson dan
McFarlane, 2007).
1. Data inti
a. Demografi
Variabel yang dapat dikaji meliputi struktur keluarga dan daftar
anggota keluarga serta data sosial ekonomi.
b. Statistik vital
Data statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan
dan angka kematian. Angka kesakitan dan kematian tersebut diperoleh
dari penelusuran data sekunder baik dari Puskesmas atau Kelurahan.
c. Karakteristik penduduk
Variabel karakteristik penduduk meliputi :

3
a) Fisik : jenis keluhan yang dialami oleh warga. Perawat
mengobservasi ketika ada melakukan pengkajian.
b) Psikologis : efek psikologis timbul karena kondisi saat itu.
c) Sosial : sikap masyarakat terhadap suatu masalah kesehatan
d) Perilaku :  meliputi perilaku sehari-hari
2. Sub Sistem
a. Lingkungan fisik
Kondisi lingkungan fisik pada komunitas tersebut, kondisi
lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah kemungkinan
timbulnya masalah kesehatan pada komunitas.
b. Sistem kesehatan
Jarak antara rumah dengan sistem pelayanan kesehatan, dan
jumlah pelayanan kesehatan pada lingkungan tersebut.
c. Ekonomi
Meliputi pekerjaan yang dominan di lingkungan tersebut dan
jumlah penghasilannya.
d. Keamanan dan transportasi
Alat transportasi yang digunakan pada wilayah tersebut untuk
memfalisitasi masyarakat guna mempermudah akses menuju
pelayanan kesehatan.
Variabel keamanan meliputi jenis dan tipe pelayanan keamanan
yang ada, tingkat kenyamanan dan keamanan penduduk serta jenis
dan tipe gangguan keamanan yang ada.
e. Kebijakan dan pemerintahan
Jenis kebijakan yang sedang diberlakukan, kegiatan promosi
kesehatan yang sudah dilakukan, kebijakan terhadap kemudahan
mendapatkan pelayanan kesehatan.
f. Komunikasi
Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang digunakan
penduduk, khususnya komunikasi formal dan informal yang
digunakan dalam keluarga.

4
g. Pendidikan
Meliputi mayoritas tingkat pendidikan masyarakat pada wilayah
tersebut.
h. Rekreasi
Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada,
tingkat partisipasi atau kemanfaatan dari sarana rekreasi serta
jaminan keamanan dari sarana rekreasi yang ada.
3. Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu masalah kesehatan
yang muncul pada komunitas di wilayah tersebut.
2.1.2 Peran Perawat Komunitas
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah:
1. Penyedia Pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah
keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan
yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2. Pendidik dan Konsultan (Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di
masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku
sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun
hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan
emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses

5
keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji
kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar.
Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi
pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi
pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah
didapat.
3. Role Model
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh
yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat
yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
4. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau
tingkat komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan
fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien.
Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk
klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak
klien.
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi
dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi
hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed
Concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak
klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah
sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan.
5. Manajer Kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat
sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.

6
6. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan
cara bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli
gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu
mempercepat proses penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau
kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang
lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat
penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan.
7. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah
menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. 
Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami
perbaikan kondisi kesehatan.
8. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring  terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang
timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan
rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
9. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Service)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan,
karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional.
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent
and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang
berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat
perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney
mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan
klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali

7
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya,
menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan
hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan
dan membimbing klien melalui fase-fase ini.
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari
perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga
perubahan seperti : pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku
yang dapat meningkatkan kesehatan.
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care
Provider and Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah
yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah
kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat
komunitas.

2.2 Konsep Masalah


A. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi penderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti  penyakit syaraf , ginjal , dan pembuluh darah
semakin tinggi tekanan darah , makin besar resikonya . (Sylvia A. Price)

B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi primer / esensial
yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, tetapi ada
beberapa faktor penunjang antara lain :
 a. Keturunan

8
b. Lingkungan
c. hiperaktivitas
d. susunan syaraf simpatis
e. faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti : alcohol, merokok,
stress (Ignativicius ,1991)
2. Hipertensi sekunder / hipertensi renal
Yaitu terhadap sekitar 5% kasus penyebab spesifikasinya diketahui
seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler
renal, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, peningkatan
volume intravaskuler, luka bakar.

Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :

1. Hipertensi pada tekanan sistolik sama / lebih besar dari 140 mmHg /
tekanan diastolic sama / lebih besar dari 140 mmHg
2. Hipertensi sistolik terisolasi: tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg, dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
 perubahan1perubahan pada:
1. eleastisitas dinding aorta menurun
2. katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. kehilangan elastisitas pembuluh darah ,hal ini terjadi karena kurangnya
efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. meningkatknya resistensi pembuluh darah perifer.

C. Klasifikasi
Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg
Optimal <120 <80
Normal 120-129 80-84

9
High normal 130-139 85-89
Hipertensi 1
Grade 1 140-159 90-99
Grade 2 160-179 100-109
Grade 3 180-209 110-119
Grade 4 >210 >120

D. Patofisiologi
Tekanan darah yang meningkat pada penyakit hipertensi menyebabkan
aliran darah meningkat. Sehingga dalam pembuluh darah sclerosis yang
kemudian aliran darah tersebut menjadi statis (adanya retensi garam). Hal
tersebut menyebabkan peningkatan kerja jantung yang ditandai dengan
peningkatan kontraksi otot jantung sehingga otot jantung mengalami
pembesaran dan mengakibatkan penurunan cardiac output. Peningkatan TD
dapat menyebabkan sclerosis yang menimbulkanpengecilan pembuluh darah.
Jika dalam serebral terjadi peningkatan vaskuler aliran darah karena adanya
peningkatan ini menyebabkan aliran darah turun, sehingga suplai darah ke
otak kurang dan dapat terjadi nyeri. karena suplai darah ke otak berkurang
maka yang diedarkan oleh darah ke otak menjadi berkurang pula, sehingga
terjadi gangguan perfusi jaringan. Dampak hipertensi pada ginjal terjadi
vaskontriksi pembuluh darah ginjal yang menyebabkan penurunan aliran
darah. Hal ini menyebabkan rennin 'yang merupakan enzim yang disekresi
oleh sel junkta glomerulus ginjal bekerja pada substratnya berupa
pembentukan engiotensin peptida yang berpengaruh terhadap aldosteron untuk
mengikat natrium dan air ke intestisial, hal tersebut mengakibatkan
peningkatan volume cairan dalam tubuh, (Price & Wilson, 1995)

E. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer
Faktor resiko hipertensi antara lain:
Tekanan darah diatas rata1rata, adanyan hipertensi pada anamnesis
keluarga, ras, takikardi, obesitas, dan konsumsi garam yang berlebihan

10
dianjurkan untuk:
a. mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar 
tidak terjadi hiperkolesterolimia, diabetes mellitus, dsb.
 b. dilarang merokok atau menghentikan merokok 
c. merubah kebiasaan makan sehari1hari dengan konsumsi rendah
garam.
d. melakukan excercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan Sekunder 
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi berupa:
a. pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengn obat
maupun dengan tindakan1tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara
normal dan stabil
c. faktor-faktor resiko penyakit jantung ichemik yang harus dikontrol
d. batasi aktivitas
3. Pencegahan Tersier
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
1) Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan. Terapi tanpa obat ini meliputi:
a. Diet
Diet yang dianjurkan penderita hipertensi adalah:
1. Retriksi garam secara moderat dari 10gr/hari menjadi
5gr/hari
2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3. Penurunan berat badan
4. Penurunan asupan etanol
5. Menghentikan merokok 

11
 b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah dianjurkan
untuk penderita hipertensi. Macam olahraganya yaitu isotonis
dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda , berenang dan lain-
lain.
Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas
aerobik atau 72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit
berada dalam zona latihan frekuensi latihan sebaiknya
3x/minggu dan paling baik 5x/minggu
c. Pendidikan Kesehatan (penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat memepertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2) Terapi dengan obat
tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita. Pengobatan standart yang dilakukan Komite Dokter Ahli
Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION,
EVALUATION AND TREARMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE,
USA, 1998) menyimpulkan bahwa obat deuritika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit
lain yang ada pada penderita

F. Tanda dan Gejala


1. Neurologi
a. Pusing / migraine
b. Penurunan kemampuan berbicara
c. Disfungsi system syaraf
d. Infeksi serebral

12
e. Infark otak
f. Perdarahan serebral
g. Edema cerebral
h. Stroke
i. Hemiplegia
2. Gastro intestinal
a. Mual
b. Muntah
3. Urologi
a. Poliuria
b. Nokturia
c. Hematuria mikroskopik
d. Polidipsi
e. Gagal ginjal
f. Proteinuria
4. Kardiovaskuler
a. Mycocardiac infark

2.3 Analisis Jurnal


2.3.2 Pencarian Literatur
Pencarian literatur menggunakan database google schoolar, kata kunci
yang yang digunakan “Hipertensi pada komunitas lanjut usia”. Pencarian literatur
didapatkan jurnal sebagai berikut. Lihat tabel 2.1

Sampel
Desain Analisa
No. Judul dan Teknik Variabel Instrumen Hasil
Penelitian Data
Sampling
1. Pengaruh One Group Sampel: Pendidikan Wawancara Analisis Penelitian ini didapatkan
Pendidikan Pre-test 30 Responden Kesehatan univariat dan hasil:
Kesehatan Post-test Hipertensi , analisis 1. Dari 30 responden
Hipertensi Design Sampling: Pengetahuan bivariat sebelum dilakukan
terhadap Total Lansia di penyuluhan kategori
Pengetahuan sampling Posyandu kurang sebesar 13%,
Lansia di Lansia cukup sebesar 43% dan
Posyandu baik sebesar 9%..
Lansia (Ratna 2. Dari 30 responden setelah
Wardani, dilakukan penyuluhan
2018). kategori kurang sebesar
4%, cukup sebesar 10%
dan baik sebesar 52%.
3. Dari hasil pengetahuan

13
Sampel
Desain Analisa
No. Judul dan Teknik Variabel Instrumen Hasil
Penelitian Data
Sampling
sebelum kita melakukan
penyuluhan pada lansia di
Posyandu Lansia dari 30
responden memiliki
kategori Cukup atau
66,7% dari 15 responden
yaitu 10 reponden.
Namun, setelah kita
melakukan penyuluhan
tentang pengetahuan
hipertensi atau untuk
mencegah penyakit
hipertensi, mengalami
kenaikan 13% dari 66,7%
menjadi 80% dari 15
responden yaitu 12 orang
memiliki kategori Baik

Tabel 2.1 Analilis Jurnal

2.3.2 Ringkasa Isi Jurnal terkait Keefektifan Intervensi

Penyuluhan dalam rangka promosi kesehatan mengenai “Pengetahuan


Hipertensi pada Lansia” di Posyandu Lansia Bougenvil Manisrenggo berjalan
dengan lancar. Penyuluhan ini berupa penyampaian materi yang telah
dibentuk dalam leaflet yang menarik. Selain itu kita juga memberikan materi
mengenai proses hipertensi , pengerti dan gejala – gejala hipertensi , cara
memasak makanan untuk penderita hipertensi. Di dalam proses penyampaian
materi para lansia aktif bertanya dan tak sedikit yang menceritakan
pengalamannya mengenai hipertensi. Hasil analisis mengatakan bahwa
sebelum di berikan penyuluhan, tingkat pengetahuan responden mengenai
penyakit Hipertensi kebanyakan masih baik dan sebagian masih ada yang
kurang, nilai ini kami dapatkan dari hasil jawaban kuisioner yang kita bagikan
dimana soal nya ada 10 poin dan kita memberikan kategori yang berbeda.
Kebanyakan mereka kurang paham di soal bahwa hipertensi itu bisa terjadi
karena pola hidup yang tidak sehat. Mulai dari pola makan yang biasanya
mengkonsumsi makanan bersantan. Kemudian setelah kita melakukan
penyuluhan ternyata ada perubahan yang signifikan dimana presentase
terbesar sebelumnya adalah pada kategori cukup dan disusul dengan kategori

14
baik kemudian. Untuk kategori cukup dan kurang sudah cukup berkurang
setelah para peserta diberi penyuluhan.

15
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang


mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam
waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh
tubuh. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan
mengukur tekanan darah secara teratur.
2. Pengetahuan lansia di Posyandu Lansia Manisrenggo mengalami
perubahan dari sebelum dan sesudah penyuluhan, dimana
kecenderungannya terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 13%.
3. Penyuluhan merupakan salah satu metode promosi kesehatan yang sangat
efektif di terapkan di lingkungan masyarakat.
4. Hasil analisis mengatakan bahwa tingkat pengetahuan terhadap responden
pada sebelum dan sesudah diadakannya penyuluhan. Peningkatan ini salah
satu indikator keberhasilan dari kegiatan penyuluhan ini dimana tujuannya
adalah memberikan pemahaman kepada responden mengenai hipertensi.

3.2 Saran

Sebaiknya pendidikan kesehatan mengenai hipertensi di berikan kepada

masyarakat sebelum lanjut usia, agar masyarakat yang usia tua dapat

memahami dan mencegah terjadinya hipertensi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E. T. and McFarlane, J. (2007) Buku Ajar Keperawatan Komunitas


Teori dan Praktik. 3rd edn. Jakarta: EGC.

Ardiansyah, Muhammad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta:


DIVA Press.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Rencana aksi nasional


penanggulangan penyakit tidak menular tahun 2015-2019. Menteri kesehatan
republik indonesia. Jakarta.

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA jilid 1. Jakarta: Mediaction

Riyadi, Sujono. (2011). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar. .
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai