Anda di halaman 1dari 18

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan

KECAMATAN GRABAG

5.1 JARINGAN TRANSPORTASI


Rencana jaringan transportasi Kecamatan Grabag didasarkan kepada Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009, tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan; dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2006 tentang Jalan. Berdasarkan kedua peraturan perundangan diatas, suatu ruas
jalan memiliki fungsi-fungsi tertentu dalam sistem jaringan jalan. Fungsi jalan
yang dimaksud terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan
sekunder yang terjalin dalam hubungan hirarki yang kesemuanya merupakan satu
kesatuan sistem jaringan jalan.
Jalan primer merupakan jaringan jalan yang menghubungkan antar kota atau
antar daerah. Dalam hal ini jalan primer merupakan jalan yang menghubungkan
Kecamatan Grabag dengan kecamatan/Kabupaten/Kota disekitarnya. Sedangkan
jalan sekunder adalah jalan yang menghubungkan antar fungsi dalam kota. Dalam
hal ini, jalan sekunder adalah jalan yang menghubungkan antar desa atau antar
aktivitas di dalam Kecamatan Grabag.
Rencana penataan dan pengembangan jaringan transportasi di Kecamatan Grabag
sebagai berikut:
– Peningkatan akses jalan. Meningkatkan kelas jalan dan meningkatkan
kapasitas jalan pada jalur-jalur vital baik jalur alternatif grabag maupun jalur
yang menghubungkan antar desa diantaranya:
 Peningkatan kapasitas jalan Pringsurat-Grabag-Magelang yang melalui desa
Sidogede, Grabag, dan Banyusari.
 Peningkatan kapasitas dan kualitas jalan Ngasinan-Tirto yang
menghubungkan dengan kawasan wisata Telaga Bleder.
 Peningkatan kualitas dan kapasitas jalan lokal Grabag-Kleteran.
 Perbaikan dan pelebaran jalan lokal Grabag-Ngasinan-Ngablak.
 Peningkatan kapasitas jalan lokal Grabag menuju lokasi wisata candi
umbul.
 Peningkatan kapasitas dan kualitas jalan lokal Grabag-Pakis.
 Peningkatan kualitas jalan lokal Grabag-Pirikan.
 Peningkatan kualitas jaringan jalan lingkungan antar desa.

5-1
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
KECAMATAN GRABAG

 Peningkatan kapasitas jalan dan pembuatan tanggul jalan di Desa Lebak.


 Peningkatan kualitas dan kapasitas jalan lingkungan Tlogorejo-
Sambungrejo-Citrosono.
 Peningkatan kapasitas jalan dan pembuatan tanggul jalan Citrosono-
Sidogede.
 Peningkatan kualitas jalan lingkungan Ngasinan-Kleteran
Peningkatan kualitas dan kuantitas jaringan jalan di Kecamatan Grabag
dibutuhkan untuk memfasilitasi dan memperlancar berbagai aktivitas
masyarakat. Dengan pengembangan jaringan jalan diharapkan dapat
memperlancar kegiatan distribusi hasil pertanian dan industri di Kecamatan
Grabag. Selain itu, pengembangan jaringan jalan juga akan mendukung
perkembangan kegiatan kepariwisataan.
– Pengaturan sistem sirkulasi. Pengaturan sirkulasi terutama pada kawasan
perdagangan Pasar Grabag yang padat. Diperlukan jalur lingkar sehingga
aktivitas antara pergerakan jalur alternatif grabag dan perdagangan pasar
grabag tidak bertumpuk. Untuk menghidari tumpukan pergerakan pada pasar
Grabag, diperlukan pengalihan jalur antara lain:
 Pergerakan Magelang-Grabag-Pringsurat, dapat dialihkan menuju jalan
lingkungan yang direncanakan tembus terminal Grabag.
 Pergerakan Magelang-Grabag-Ngasinan dapat dialihkan melalui jalur
sebelah selatan pasar Grabag.
 Pergerakan Ngasinan-Grabag-Pringsurat dapat melalui Jalan Sekarlangit.

5-2
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
KECAMATAN GRABAG

PETA 5.1 RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

5-3
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
KECAMATAN GRABAG

5.2 JARINGAN LISTRIK


Pengembangan jaringan energi/kelistrikan merupakan penjabaran dari
pengembangan jaringan distribusi dan berdasarkan prakiraan kebutuhan
energi/kelistrikan di BWP:
 jaringan subtransmisi yang berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari
sumber daya besar (pembangkit) menuju jaringan distribusi primer (gardu
induk) yang terletak di BWP (jika ada);
 jaringan distribusi primer (jaringan SUTUT, SUTET, dan SUTT) yang berfungsi
untuk menyalurkan daya listrik dari jaringan subtransmisi menuju jaringan
distribusi sekunder, yang dilengkapi dengan infrastruktur pendukung yang
meliputi:
 gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari jaringan
subtransmisi (70-500 kv) menjadi tegangan menengah (20 kv); dan
 gardu hubung yang berfungsi untuk membagi daya listrik dari gardu induk
menuju gardu distribusi;
 jaringan distribusi sekunder yang berfungsi untuk menyalurkan atau
menghubungkan daya listrik tegangan rendah ke konsumen, yang dilengkapi
dengan infrastruktur pendukung berupa gardu distribusi yang berfungsi
untuk menurunkan tegangan primer (20 kv) menjadi tegangan sekunder
(220v /380v).

Seluruh Wilayah Kecamatan Grabag sudah terjangkau oleh jaringan listrik PLN baik
listrik PLN meteran atau tanpa meteran. Berdasarkan standar dalam SNI
03.1733.2004, maka proyeksi kebutuhan listrik di Kecamatan Grabag sampai
tahun 2034 adalah sebagai berikut :
 Rumah Tipe Besar menggunakan listrik rata-rata 1.300 watt
 Rumah Tipe Sedang menggunakan listrik rata-rata 900 watt
 Rumah Tipe Kecil menggunakan listrik rata-rata 450 watt

5-4
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
KECAMATAN GRABAG

Tabel 5.1
Perkiraan Kebutuhan Listrik Kecamatan Grabag Tahun 2034
Jumlah Tipe Rumah Kebutuhan Listrik Per Tiap Rumah
Desa/ Penduduk
No Rumah tahun 2034
Kelurahan th 2034 Besar Sedang Kecil
2034 T. Besar T. Sedang T. Kecil
1 Lebak 5.185 1.296 130 389 778 168.513 349.988 349.988
2 Pucungsari 1.812 453 45 136 272 58.890 122.310 122.310
3 Sugihmas 4.807 1.202 120 361 721 156.228 324.473 324.473
4 Pesidi 6.003 1.501 150 450 900 195.098 405.203 405.203
5 Giri Wetan 7.573 1.893 189 568 1.136 246.123 511.178 511.178
6 Cokro 1.823 456 46 137 273 59.248 123.053 123.053
7 Salam 2.354 589 59 177 353 76.505 158.895 158.895
8 Ketawang 3.753 938 94 281 563 121.973 253.328 253.328
9 Banaran 5688 1.422 142 427 853 184.860 383.940 383.940
10 Baleagung 3.875 969 97 291 581 125.938 261.563 261.563
11 Klegen 1529 382 38 115 229 49.693 103.208 103.208
12 Sumurarum 9.620 2.405 241 722 1.443 312.650 649.350 649.350
13 Kalikuto 5.587 1.397 140 419 838 181.578 377.123 377.123
14 Banyusari 9.387 2.347 235 704 1.408 305.078 633.623 633.623
15 Kartoharjo 1.777 444 44 133 267 57.753 119.948 119.948
16 Grabag 20.236 5.059 506 1.518 3.035 657.670 1.365.930 1.365.930
17 Kleteran 4.660 1.165 117 350 699 151.450 314.550 314.550
18 Ngasiran 8.681 2.170 217 651 1.302 282.133 585.968 585.968
19 Tirto 3.259 815 81 244 489 105.918 219.983 219.983
20 Tlogorejo 2.007 502 50 151 301 65.288 135.473 135.473
21 Sambungrejo 2.799 700 70 210 420 90.968 188.933 188.933
22 Citrosono 6.023 1.506 151 452 903 195.748 406.553 406.553
23 Sidogede 2.448 612 61 184 367 79.560 165.240 165.240
24 Kalipucang 3.484 871 87 261 523 113.230 235.170 235.170
25 Seworan 918 230 23 69 138 29.835 61.965 61.965
26 Banjarsari 3.835 959 96 288 575 124.638 258.863 258.863
27 Losari 2.380 595 60 179 357 77.350 160.650 160.650
28 Ngracah 1.632 408 41 122 245 53.040 110.160 110.160
Total 133.135 33.284 3.328 9.985 19.970 4.326.888 8.986.613 8.986.613

5-5
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
KECAMATAN GRABAG

PETA 5.2 RENCANA KEBUTUHAN JARINGAN LISTRIK

5-6
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
KECAMATAN GRABAG

5.3 JARINGAN TELEKOMUNIKASI


Untuk mendukung perkembangan Kecamatan Grabag, telekomunikasi merupakan
salah satu hal turut mendukung perkembangan kawasan. Oleh karena itu
diperlukan perencanaan terhadap jaringan telekomunikasi. Rencana
pengembangan jaringan telekomunikasi meliputi:
 rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi berupa lokasi pusat
automatisasi sambungan telepon;
 rencana penyediaan jaringan telekomunikasi telepon kabel;
 rencana penyediaan jaringan telekomunikasi telepon nirkabel yang berupa
penetapan lokasi menara Base Transceiver Station (BTS);
 rencana pengembangan sistem televisi kabel berupa penetapan lokasi stasiun
transmisi;
 rencana penyediaan jaringan serat optik; dan
 rencana peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi.

Seiring dengan perkembangan kawasan dan bertambahnya penduduk dan aktivitas


di kemudian hari, tentunya diperlukan sambungan-sambungan baru. Penambahan
saluran langsung ditujukan untuk kawasan-kawasan permukiman baru,
perkantoran dan komersial sedangkan telepon umum ditempatkan pada pusat-
pusat permukiman baru dan tempat konsentrasi masyarakat umum seperti kantor,
pusat komersial, taman dll. Kawasan yang menjadi prioritas penambahan jaringan
baru adalah kawasan-kawasan permukiman penduduk dan kegiatan komersial
dengan jaringan yang ditata mengikuti jaringan jalan yang ada.
Kriteria lokasi sentral telepon mempertimbangkan faktor-faktor berikut :
 Lokasi sentral berada di tengah-tengah daerah yang mempunyai kepadatan
permintaan tinggi dan merata dalam suatu daerah pelayanan sentral
 Lokasi sentral terletak pada suatu jalan besar (utama) yang jauh dari rel KA,
saluran listrik tegangan tinggi dan sungai besar

Peningkatan pelayanan komunikasi nirkabel juga dibutuhkan di Kecamatan Grabag


seiring dengan peningkatan jumlah pengguna komunikasi seluler. Trafik
komunikasi yang semakin padat memerlukan peningkatan frekuensi. Untuk
pendirian menara komunikasi atau BTS (Base Transceiver Station) dilakukan
dengan perencanaan dan pengaturan lokasi BTS dengan menerapkan konsep grid,
penggunaan tower bersama, serta memperhatikan zona-zona pendirian tower
(zona merah, zona putih, dan zona estetika).

Berikut adalah kebutuhan utilitas telepon di Kecamatan Grabag berdasarkan SNI


SNI 03.1733.2004 :
 Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk setiap
250 jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan
lingkungan RT tersebut

5-7
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
KECAMATAN GRABAG

Tabel 5.2
Kebutuhan Utilitas Telepon Kecamatan Grabag Tahun 2034
No Desa Penduduk th Sambungan
2034 Telepon
1 Lebak 5.185 21
2 Pucungsari 1.812 7
3 Sugihmas 4.807 19
4 Pesidi 6.003 24
5 Giri Wetan 7.573 30
6 Cokro 1.823 7
7 Salam 2.354 9
8 Ketawang 3.753 15
9 Banaran 774 23
10 Baleagung 3.875 16
11 Klegen 931 6
12 Sumurarum 9.620 38
13 Kalikuto 5.587 22
14 Banyusari 9.387 38
15 Kartoharjo 1.777 7
16 Grabag 20.236 81
17 Kleteran 613 19
18 Ngasiran 8.681 35
19 Tirto 3.259 13
20 Tlogorejo 655 8
21 Sambungrejo 2.799 11
22 Citrosono 6.023 24
23 Sidogede 2.448 10
24 Kalipucang 3.484 14
25 Seworan 918 4
26 Banjarsari 3.835 15
27 Losari 2.380 10
28 Ngracah 959 7
Total 133.135 533

5-8
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
KECAMATAN GRABAG

PETA 5.3 RENCANA KEBUTUHAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI

5-9
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
KECAMATAN GRABAG

5.4 JARINGAN AIR BERSIH


Kebutuhan air bersih akan terus meningkat seiring perkembangan kawasan dan
perkembangan aktivitas didalamnya. Rata-rata kebutuhan air bersih di Kecamatan
Grabag telah terpenuhi oleh berbagai sumber baik dari sumur, sungai, maupun
mata air. Perencanaan jaringan air bersih diperlukan sebagai tindakan antisipasi
dan pemerataan penyaluran air bersih dikemudian hari. Dalam pemenuhan air
bersih dibutuhkan sistem jaringan yang dilengkapi dengan:
1. Sistem jaringan perpipaan dan bukan perpipaan;
2. Bangunan pengambil air baku;
3. Pipa transmisi air baku dan instalasi produksi;
4. Pipa unit distribusi hingga persil;
5. Bangunan penunjang dan bangunan pelengkap; dan
6. Bak penampung

Untuk menghitung kebutuhan air bersih dilakukan perhitungan kebutuhan air


dengan standar:
 Kebutuhan air bersih untuk rumah tangga/domestik sebesar 120 l/orang/hari
 Kebutuhan air bersih untuk perdangangan sebesar 10% kebutuhan domestik
 Untuk kegiatan sosial dan pelayanan umum sebesar 10% kebutuhan domestik.

Selain perencanaan sistem penyediaan air bersih, penyediaan jaringan air bersih di
Kecamatan Grabag juga memerlukan lokasi-lokasi sumber suplai air bersih itu
sendiri. Kecamatan Grabag memiliki masalah kekeringan pada sumber-sumber
mata air ketika musim kemarau tiba sehingga tidak dapat mensuplai kebutuhan air
bersih masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan sumber-sumber air bersih lainnya
sebagai cadangan suplai air. Salah satunya adalah dengan membuat kolam-kolam
penampung air yang berfungsi untuk menyimpan cadangan air baik air hujan, air
tanah, maupun air sungai.
Kekeringan merupakan salah satu permasalahan penyediaan air bersih di
Kecamatan Grabag. Selain berdampak pada kurangnya konsumsi air bersih
masyarakat, kekeringan juga berdampak pada sektor pertanian yang juga
membutuhkan suplay air bersih. Selain kekeringan, permasalahan air bersih juga
dikarenakan jaringan perpipaan air PDAM yang belum menjangkau seluruh
kawasan. Beberapa desa/kelurahan yang mengalami permasalahan air bersih dan
membutuhkan peningkatan pelayanan air bersih antara lain Desa Seworan, Desa
Kleteran, Desa Ketawang, Desa Pesidi, dan Desa Lebak.

5 - 10
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
KECAMATAN GRABAG

Tabel 5.3
Kebutuhan Air Bersih Kecamatan Grabag Tahun 2034
Penduduk Kabutuhan Air Bersih (L/hari)
No Desa
Tahun 2034 Domestik Perdagangan Sosial lainnya
1 Lebak 5.185 622.200 62.220 62.220
2 Pucungsari 1.812 217.440 21.744 21.744
3 Sugihmas 4.807 576.840 57.684 57.684
4 Pesidi 6.003 720.360 72.036 72.036
5 Giri Wetan 7.573 908.760 90.876 90.876
6 Cokro 1.823 218.760 21.876 21.876
7 Salam 2.354 282.480 28.248 28.248
8 Ketawang 3.753 450.360 45.036 45.036
9 Banaran 5688 682.560 68.256 68.256
10 Baleagung 3.875 465.000 46.500 46.500
11 Klegen 1529 183.480 18.348 18.348
12 Sumurarum 9.620 1.154.400 115.440 115.440
13 Kalikuto 5.587 670.440 67.044 67.044
14 Banyusari 9.387 1.126.440 112.644 112.644
15 Kartoharjo 1.777 213.240 21.324 21.324
16 Grabag 20.236 2.428.320 242.832 242.832
17 Kleteran 4.660 559.200 55.920 55.920
18 Ngasiran 8.681 1.041.720 104.172 104.172
19 Tirto 3.259 391.080 39.108 39.108
20 Tlogorejo 2.007 240.840 24.084 24.084
21 Sambungrejo 2.799 335.880 33.588 33.588
22 Citrosono 6.023 722.760 72.276 72.276
23 Sidogede 2.448 293.760 29.376 29.376
24 Kalipucang 3.484 418.080 41.808 41.808
25 Seworan 918 110.160 11.016 11.016
26 Banjarsari 3.835 460.200 46.020 46.020
27 Losari 2.380 285.600 28.560 28.560
28 Ngracah 1.632 195.840 19.584 19.584
Jumlah 133.135 15.976.200 1.597.620 1.597.620

5 - 11
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
KECAMATAN GRABAG

PETA 5.4 RENCANA KEBUTUHAN AIR BERSIH

5 - 12
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
KECAMATAN GRABAG

5.5 JARINGAN DRAINASE


Jaringan drainase merupakan prasarana yang bertujuan mengalirkan air
permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan. Jaringan
drainase ini harus disediakan pada setiap lingkungan perumahan. Berdasarkan
data mengenai kondisi sungai dan permukiman kumuh di Kecamatan Grabag,
hampir semua desa di kecamatan terdapat sungai dan tidak terdapat perumahan
kumuh. Oleh karena itu, jaringan drainase harus dilengkapi dengan fasilitas
pelengkap seperti gorong-gorong, dan pertemuan saluran yang sesuai dengan SNI
03.1733.2004. selain itu juga perlu didukung dengan peruntukkan kawasan
tangkapan air sebagai salah satu kawasan resapan air, sehingga air yang ada
dipermukaan dapat ditangkap dan tidak menggenangi permukaan.
Pengembangan jaringan drainase di Kecamatan Grabag tentunya dilakukan untuk
mengurangi dan menghindarkan terjadinya genangan-genangan. Pengembangan
jaringan drainase dilakukan dengan membuat sistem drainase yang terpadu. Yaitu
sistem drainase yang terintegrasi mulai dari jaringan drainase tersier, sekunder,
hingga jaringan drainase primer. Sistem saluran drainase dapat berupa drainase
terbuka maupun drainase tertutup disesuaikan dengan kondisi wilayah.
Rencana pengembangan jaringan drainase meliputi:
 Sistem drainase yang berfungsi untuk mencegah genangan. Penyediaan
drainase di kanan dan kiri jalan untuk menghindari genangan air di jalan-jalan
terutama pada jalan utama. Penyediaan jaringan drainase pada kawasan yang
berbentuk cekungan sehingga air yang terperangkap dapat tersalurkan menuju
sungai dan tidak menggenang.
 Rencana kebutuhan sistem jaringan drainase meliputi jaringan drainase primer,
sekunder, dan tersier di lingkungan BWP. Jaringan drainase tersier
dikembangkan pada kawasan permukiman dan perdagangan dan jasa untuk
menyalurkan buangan/aliran dari drainase lokal untuk kemudian dialirkan
menuju drainase sekunder dan drainase primer hingga menuju badan penerima
air.

5.6 JARINGAN AIR LIMBAH


Jaringan air limbah diperlukan untuk menangani buangan-bungan limbah yang
dapat mengotori maupun merusak lingkungan sekitar. Sistem air limbah terbagi
menjadi dua yaitu:
1. Limbah rumah tangga.
Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan/aktivitas
rumah tangga seperti mencuci, memasak, mandi, dan lainnya. Sistem jaringan
air limbah yang ada saat ini masih mencampur antara saluran limbah rumah
tangga dengan saluran drainase. Hal ini mengingat limbah yang terkandung
berlum begitu besar sehingga masih dapat diuraikan.
2. Limbah kotoran.
Limbah kotoran adalah limbah yang dihasilkan oleh manusia maupun ternak.
Pengelolaan limbah ini harus menggunakan cara yang khusus sehingga tidak
menggangu atau mencemari lingkungan sekitar. Untuk pengelolaan limbah

5 - 13
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
KECAMATAN GRABAG

kotoran manusia dapat dilakukan dengan membuat saptic tank baik individu
maupun komunal. Rencana Sistem Jaringan Air Limbah berdasarkan SNI03-
238-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan sistem
resapan serta pedoman tentang pengelolaan airlimbah secara komunal pada
lingkungan perumahan yang berlaku, maka di setiap lingkungan perumahan
harus disediakan:
– septictank
– bidang resapan
– jaringan pemipaan air limbah
Dalam hal adanya peternakan, pasar hewan, dan lainnya yang berdampak
pada adanya limbah kotoran hewan/ternak, perlu dilakukan penyediaan
sarana prasaran khusus untuk menangani hal tersebut agar limbah tidak
mengganggu lingkungan sekitar.

5.7 JARINGAN PERSAMPAHAN


Sampah yang dihasilkan oleh penduduk Kecamatan Grabag berasal dari rumah
tangga dan sampah lingkungan. Produksi/timbulan sampah di Kecamatan Grabag
akan semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Sarana
prasarana yang ada saat ini belum mampu untuk mengatasi permasalahan
persampahan yaitu pengelolaan dan penyaluran sampah. Banyak mayarakat yang
masih membuang sampah dipekarang atau lahan kosong. Di Desa Klegen terdapat
lahan pemerintah yang secara tidak resmi digunakan oleh masyarakat sebagai
TPA. Lokasi TPA tersebut kurang layak karena berdekatan dengan permukiman dan
berada di pinggir sungai. Penggunaan lahan tersebut sebagai TPA perlu dihentikan
karena akan berdampak pada pencemaran lingkungan kedepannya.
Perhitungan timbulan sampah didasarkan pada standar dalam SNI 03.1733.2004
bahwa produksi sampah 2,5 l/orang/hari, kegiatan pelayanan sosial lainnya
sebesar 20%. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel berikut :

Tabel 5.4
Perkiraan Timbulan Sampah Kecamatan Grabag Tahun 2034
Penduduk Produksi Sampah (L/hari)
No Desa
Tahun 2034 Domestik Sosial lainnya
1 Lebak 5.185 12.963 2592,5
2 Pucungsari 1.812 4.530 906
3 Sugihmas 4.807 12.018 2403,5
4 Pesidi 6.003 15.008 3001,5
5 Giri Wetan 7.573 18.933 3786,5
6 Cokro 1.823 4.558 911,5
7 Salam 2.354 5.885 1177
8 Ketawang 3.753 9.383 1876,5
9 Banaran 5688 14.220 2844
10 Baleagung 3.875 9.688 1937,5
11 Klegen 1529 3.283 764,5
12 Sumurarum 9.620 24.050 4810
13 Kalikuto 5.587 13.968 2793,5
14 Banyusari 9.387 23.468 4693,5
15 Kartoharjo 1.777 4.443 888,5

5 - 14
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
KECAMATAN GRABAG

Penduduk Produksi Sampah (L/hari)


No Desa
Tahun 2034 Domestik Sosial lainnya
16 Grabag 20.236 50.590 10118
17 Kleteran 4.660 11.650 2330
18 Ngasiran 8.681 21.703 4340,5
19 Tirto 3.259 8.148 1629,5
20 Tlogorejo 2.007 5.018 1003,5
21 Sambungrejo 2.799 6.998 1399,5
22 Citrosono 6.023 15.058 3011,5
23 Sidogede 2.448 6.120 1224
24 Kalipucang 3.484 8.710 1742
25 Seworan 918 2.295 459
26 Banjarsari 3.835 9.588 1917,5
27 Losari 2.380 5.950 1190
28 Ngracah 1.632 4.080 816
Jumlah 133.135 332.838 66.568

Pengelolaan dan pengembangan jaringan persampahan perlu mendapatkan


perhatian yang cukup serius. Semakin berkembangnya penduduk dan aktivitasnya,
timbulan sampah yang dihasilkan akan semakin meningkat. Permasalahan
timbulan sampah seringkali menjadi permasalahan serius yang dihadapi kawasan
perkotaan. Oleh karena itu, diperlukan sistem jaringan persampahan terpadu dan
memadahi untuk mengatasi masalah timbulan sampah.

 Sistem Persampahan
Sistem jaringan persampahan terpadu dikelola secara terintegrasi mulai dari
masyarakat hingga tempat pembuangan akhir (TPA). Tahap pengelolaan sampah
yang dapat diterapkan di kawasan perkotaan Kecamatan Grabag:
1. Pemilahan sampah. Yaitu masyarakat melakukan pemilahan sampah organik
dan anorganik.
2. Pengumpulan dan pengangkutan sampah. Sampah diangkut oleh masyarakat
maupun petugas menuju tempat pembuangan sampah sementara (TPS) untuk
kemudian diangkut menuju tempat pembuangan akhir (TPA) oleh petugas dari
Dinas terkait.
Terdapat 5 pola pengumpulan sampah, yaitu:
– Pola individual tidak langsung dari rumah kerumah
– Pola individual langsung dengan truk untuk jalan dan fasiltias umum
– Pola komunal langsung untuk pasar dan daerah komersial
– Pola komunal tidak langsung untuk permukiman padat
– Pola penyapuan jalan

5 - 15
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
KECAMATAN GRABAG

Gambar 5.1
Pola Pangangkutan Sampah

3. Pengelolaan sampah. Masyarakat dengan kreatifitasnya dapat mengelola


sampah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis. Pemerintah melalui
dinas terkait melakukan penghancuran maupun penimbunan sampah.

 Penyediaan TPS dan TPA


Dalam jaringan persampahan dibutuhkan lokasi-lokasi pengumpulan sampah baik
berupa TPS maupun TPA. TPS atau tempat pembuangan sementara, diperlukan
untuk menampung buangan sampah yang tidak terolah oleh masyarakat untuk
kemudian disalurkan menuju tempat pengolahan atau TPA. Kriteria TPS antara
lain:
– Luas TPS sampai dengan 200 m2.
– Tersedia sarana untuk pengelompokan sampah sementara.
– Bangunan penampung sampah sementara, bukan permanen.
– Lokasi mudah di akses.
– Tidak mencemari lingkungan.
– Penempatan tidak mengganggu estetika dan lalu lintas.

Untuk menentukan lokasi TPS dilakukan dengan melakukan beberapa


pertimbangan yaitu tidak berbatasan langsung dengan kawasan permukiman dan
perdagangan dan jasa, agar penempatan lokasi TPS tidak mengganggu
masyarakat. Penempatan lokasi dipilih dengan melihat rencana tata guna lahannya
dimana terdapat lahan yang tidak berdekatan dengan kawasan padat penduduk.
Selain itu, juga mempertimbangkan kemudahan akses menuju lokasi TPS baik
untuk pengumpulan (rumah ke TPS) maupun pengangkutan (TPS ke TPA) sehingga
dipilih lokasi berada di desa yang dilalui jalan lokal. Dari pertimbangan tersebut
ditentukan lokasi-lokasi TPS adalah sebagai berikut:
Banyusari : melayani desa Banyusari, Kalikuto, Kartoharjo, Sumurarum, dan
Grabag.

5 - 16
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
KECAMATAN GRABAG

Sidogede : melayani desa Sidogede, Kleteran, Kalipucang, Losari, Seworan,


Ngrancah, Citrosono, Banjarsari, Grabag, Tlogorejo, dan
Sambungrejo.
Tirto : melayani desa Tirto, Banaran, Ngasinan, Tlogorejo, Sambungrejo,
Citrosono, Kleteran, Grabag, dan Sumurarum.
Klegen : melayani desa Klegen, Baleagung, Cokro, Salam, dan Giriwetan.
Pesidi : melayani desa Pesidi, Banaran, Ketawang, Sugihmas, Pucungsari,
Lebak, Salam, dan Giriwetan.

Penyaluran sampah tidak cukup hanya sampai TPS dan harus disalurkan menuju
TPA untuk dikelola. TPA atau tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk
melakukan pengelolaan dan mengembalikan sampah menjadi media lingkungan.
Kriteria penyediaan lokasi TPA antara lain:
1. Tidak berada di kawasan rawan bencana geologi.
2. Kelerengan lahan <20%.
3. Memperhatikan nilai estetika kawasan.
4. Tidak berada di kawasan dengan permukaan air tanah yang tinggi.
5. Radius dari sungai dan mata air minimal 100-200 meter.
6. Radius dari kawasan permukiman minimal 3000-5000 meter.
7. Radius dari kawasan bandar udara minimal 3000-5000 meter.

Gambar 5.2
Overlay Kriteria Lokasi Penyediaan Tempat Pembuangan Akhir

5 - 17
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
KECAMATAN GRABAG

Berdasarkan kriteria, di Kecamatan Grabag tidak terdapat lokasi yang cocok untuk
lokasi TPA. Hal tersebut dikarenakan perkembangan kawasan permukiman yang
sporadis sehingga tidak memenuhi persyaratan radius minimum dari lokasi
permukiman. Selain itu, juga terdapat banyak lahan produktif pertanian yang
harus dipertahankan sehingga tidak dapat dijadikan lokasi TPA.
Pembuangan sampah di Kecamatan Grabag saat ini terfasilitasi oleh TPA Klegen
yang merupakan lahan milik pemerintah dan digunakan sebagai lokasi
pembuangan sampah. Berdasarkan kriteria lokasi TPA Klegen sebenarnya kurang
layak digunakan sebagai tempat pembuangan karena berdekatan dengan sungai
dan lokasi permukiman.
Untuk penyediaan TPA, Pemerintah Kabupaten Magelang bekerjasama dengan
Pemerintah Kota Magelang, dan Kementerian PU berencana meyediakan TPA
regional yang akan dipergunakan bersama oleh Kota Magelang dan Kabupaten
Magelang. Akan tetapi, lokasi TPA regional belum ditentukan sehingga untuk
penyaluran sampah menuju TPA, TPA Klegen masih dapat digunakan untuk
sementara. Penggunaan TPA Klegen perlu perubahan cara pengelolaan dari Open
Dumping menjadi Controlled Landfill untuk meminimalkan dampak lingkungan
yang dapat ditimbulkan dari pembuangan sampah.
Controlled landfill adalah TPA sampah yang dalam pemilihan lokasi maupun
pengoperasiannya sudah mulai memperhatikan syarat teknis mengenai TPA
sampah. Untuk bisa melaksanakan metode ini, diperlukan penyediaan beberapa
fasilitas, di antaranya :
– Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan.
– Saluran pengumpul air lindi (leachate) dan instalasi pengolahannya.
– Pos pengendalian operasional.
– Fasilitas pengendalian gas metan.
– Alat berat.

Sistem controlled landfill merupakan peningkatan dari open dumping. Sampah


ditimbun dalam suatu TPA sampah yang sebelumnya telah dipersiapkan secara
teratur, dibuat barisan dan lapisan setiap harinya dan dalam kurun waktu tertentu
timbunan sampah tersebut diratakan dipadatkan menggunakan alat berat untuk
kemudian ditimbun/ditutup oleh tanah.

5 - 18

Anda mungkin juga menyukai