Anda di halaman 1dari 24

VENTILASI MEKANIK(VENTILATOR)

1. Pengertian

Ventilator merupakan alat bantu pernafasan bertekanan negatif atau positif


yang menghasilkan udara terkontrol pada jalan nafas sehingga pasien
mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka
waktu lama. Dimana tujuan dari pemasangan ventilator tersebut adalah
mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal untuk memenuhi
kebutuhan metabolik pasien, memperbaiki hipoksemia, dan
memaksimalkan transport oksigen (Purnawan. 2010).

Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian


atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi(carpenito
lyjual, 2000).
Ventilator adalah suatu sistem alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal.Tujuan utama
pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi
normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernafasan kembali
keadaan normal. (Bambang Setiyohadi,2016).

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
FISIOLOGI PERNAPASAN VENTILASI MEKANIK
1. Napas spontan
a. diafragma dan otot intercostalis berkontraksi  rongga dada
mengembang terjadi tekanan (-)  aliran udara masuk ke paru dan
berhenti pada akhir inspirasi.
b. fase ekspirasi berjalan secara pasif.
2. Pernapasan dengan ventilasi mekanik
a. udara masuk ke dalam paru karena ditiup, sehingga tekanan rongga
thorax (+).
b. pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling positif.
c. ekspirasi berjalan pasif.

2. Indikasi PemasanganVentilator
1. Pasien dengan respiratory failure (gagal napas) yang tidak dapat diatasi
dengan pengobatan biasa.
2. Hipoksemia yang telah mendapatkan terapi oksigen maksimal namun
tidak ada perbaikan
3. Pasien apnoe
4. Respiratori rate lebih dari 35x/menit
5. Tidal volume kurang dari 5cc/Kg BB
6. PaCO2 lebih dari 60mmHg
7. PaO2 kurang dari 60mmHg
8. Pasien dengan operasi tekhik hemodilusi atau post operasi.
9. Post Trepanasi dengan black out.
10. Pasien dengan disfungsi neurologik
3. Penyebab
1. Depresi Sistem saraf pusat
a. Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernafasan yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah
batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
dangkal.
2. Kelainan neurologis primer
a. Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam
pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari
batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot
pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis,
otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi
pada pernapasan akan sangatmempengaruhiventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks.
a. Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui
penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan
penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan
cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma
a. Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal
nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala,
ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat
mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan.
Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan
mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat
mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk
memperbaiki patologi yang mendasar
5. Penyakit akut paru.
a. Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi
atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengiritasi
dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis,
embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang
menyababkan gagal nafas.
4. Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda.

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
a. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang
parunyanormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan
penyakit timbul. Sedangkan
b. Gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik
seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit
penambang batubara).
Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang
memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru
kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami
kerusakan yang ireversibel. Frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt.
Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator
karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas
vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat,
dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan
pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus
pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis,
meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat
pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode
postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena
terdapat agen menekan pernafasan dengan efek yang dikeluarkan atau dengan
meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit
paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.

5. Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan
berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah
ventilator tekanan-negatif dan tekanan-positif.
Sampai sekarang kategori yang paling umum digunakan adalah
ventilator tekanan-positif. Ventilator tekanan-positif juga termasuk klasifikasi
metoda fase inspirasi akhir (tekanan-bersiklus, waktu-bersiklus dan volume-
Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
bersiklus).
a. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi
memungkinkan udara untuk mengalir ke dalam paru-paru, sehingga
memenuhi volumenya. Secara fisiologis, jenis ventilasi terbaru ini serupa
dengan ventilasi spontan. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada
gagal nafas kronik yang berhubungan dengan kondisi neurovaskular
seperti poliomielitis, distrofimuskular, sklerosis lateral amiotrofik, dan
miasteniagravis. Penggunaannya tidak sesuai untuk pasien yang tidak
stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilatori
sering.
Ventilator tekanan negatif adalah alat yang mudah digunakan dan
tidak membutuhkan intubasi jalan nafas pasien. Ventilator ini digunakan
paling sering untuk pasien dengan fungsi pernafasan borderline akibat
penyakit neuromuskular. Akibatnya, ventilator ini sangat baik untuk
digunakan di lingkungan rumah. Terdapat beberapa jenis ventilator
tekanan negatif: iron lung, body wrap, dan chest cuirass.
Drinker Respirator Tank (Iron Lung). Iron Lung adalah bilik
tekanan negatif yang digunakan untuk ventilasi. Alat ini pernah digunakan
secara luas selama epidemik polio pada masa lalu dan sekarang digunakan
oleh pasien-pasien yang selamat dari penyakit polio dan kerusakan
neuromuskular lainnya.
Body Wrap (Pneumowrap) dan Chest Cuirass (Tortoise Shell).
Kedua alat portabel ini membutuhkan sangkar atau shell yang kaku untuk
menciptakan bilik tekanan negatif disekitar toraks dan abdomen. Karena
masalah-masalah dengan ketepatan ukuran dan kebocoran sistem, jenis
ventilator ini hanya digunakan dengan hati-hati pada pasien tertentu.
b. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas, serupa dengan mekanisme

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
di bawah, dan dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang
selama inspirasi. Ekspirasi terjadi secara pasif.
Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakea atau
trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan di lingkungan rumah
sakit dan meningkat penggunaannya di rumah untuk pasien dengan
penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif, yaitu:
1. Ventilator Tekanan-Bersiklus.
Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang
mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan
kata lain, siklus ventilator hidup, mengantarkan aliran udara sampai
tekanan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai, dan
kemudian siklus mati. Keterbatasan utama dengan ventilator jenis ini
adalah bahwa volume udara atau oksigen dapat beagam sejalan
dengan perubahan tahanan atau kompliens jalan napas pasien.
Akibatnya adalah suatu ketidakkonsistensian dalam jumlah volume
tidal yang dikirimkan dan kemungkinan mengganggu ventilasi.
Konsekuensinya, pada orang dewasa, ventilator tekanan-bersiklus
dimaksudkan hanya untuk penggunaan jangka pendek di ruang
pemulihan. Jenis yang paling umum dari ventilator jenis ini adalah
mesin IPPB.
2. Ventilator Waktu-Bersiklus
Ventilator waktu-bersiklus mengakhiri atau mengendalikan inspirasi
setelah waktu yang ditentukan. Volume udara yang diterima pasien
diatur oleh kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara.
Sebagian besar ventilator mempunyai frekuensi kontrol yang
menentukan frekuensi pernapasan, tetapi waktu-pensiklus murni
jarang digunakn untuk orang dewasa. Ventilator ini digunakan pada
neonatus dan bayi.
3. Ventilator Volume-Bersiklus
Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator tekanan-
positif yang paling banyak digunakan sekarang. Dengan ventilator

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
jenis ini, volume udara yang akan dikirimkan pada setiap inspirasi
telah ditentukan. Mana kala volume preset ini telah dikirimkan pada
pasien, siklus ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara pasif. Dari
satu nafas ke nafas lainnya, volume udara yang dikirimkan oleh
ventilator secara relatif konstan, sehingga memastikan pernapasan
yang konsisten, adekuat meski tekanan jalan nafas beragam.
6. Mode-Mode Ventilator
Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan
menggunakan ventilator tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin
ventilator, tetapi tergantung dari mode yang kita setting. Mode mode tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Mode Control
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan
pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat
jelek, lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator
mengontrol pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan
volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan
upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini
dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila
pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara
udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa
berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax. Contoh mode control
ini adalah: CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled Mandatory
Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation).
2. Mode IMV/SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized
Intermitten Mandatory Ventilation
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang
seling dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan
mandatory diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan
apakah pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi
fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga
pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode
IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi
belum normal sehingga masih memerlukan bantuan.
3. Mode ASB/PS : (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport)
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau
pasien yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup
karena nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai
kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger
maka udara pernafasan tidak diberikan.
4. CPAP: Continous Positive Air Pressure
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan
diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat.
Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan
melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.
7. Sistem Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu
untuk mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan
rendah menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari
pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan
tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm
volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak
dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.

8. Pelembaban dan Suhu


Ventilasi mekanis yang melewati jalan nafas buatan meniadakan
mekanisme pertahanan tubuh unmtuk pelembaban dan penghangatan. Dua
proses ini harus digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifier. Semua
udara yang dialirkan dari ventilator melalui air dalam humidifier dihangatkan
dan dijenuhkan. Suhu udara diatur kurang lebih sama dengan suhu tubuh.
Pada kasus hipotermi berat, pengaturan suhu udara dapat ditingkatkan. Suhu

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
yang terlalu itnggi dapat menyebabkan luka bakar pada trachea dan bila suhu
terlalu rendah bisa mengakibatkan kekeringan jalan nafas dan sekresi menjadi
kental sehingga sulit dilakukan penghisapan.

9. Efek Ventilasi Mekanik


Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke
jantung terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga
menurun. Bila kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena
hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi.
Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler
akibat tekanan positif sehinggadarah yang menuju atrium kiri berkurang,
akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa
terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu
lebih dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40 CmH2O, tidak
hanya mempengaruhi cardiac output (curah jantung) tetapi juga resiko
terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain:
Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ lainpun
menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif
di rongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat sehingga tekanan
intrakranial meningkat.
10. Komplikasi Ventilasi Mekanik (Ventilator)
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila
perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
1. Pada paru
a. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli
udara vaskuler.
b. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse.
c. Infeksi paru.
d. Keracunan oksigen.
e. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
f. Aspirasi cairan lambung.
g. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator.
h. Kerusakan jalan nafas bagian atas.
2. Pada sistem kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya
aliran balik vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada
pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.
3. Pada sistem saraf pusat
a. Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah
normal akibat dari hiperventilasi.
b. Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat
darihipoventilasi.
c. Peningkatan tekanan intra kranial.
d. Gangguan kesadaran.
e. Gangguan tidur.
4. Pada sistem gastrointestinal
a. Distensi lambung, illeus.
b. Perdarahan lambung.
5. Gangguan psikologi

11. Tatalaksana Ventilator


A. Pemasangan Ventilator
1. Pasien
a) Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan
b) Atur posisi tidur pasien sesuai kondisi
2. Alat
a) Ventilator lengkap dan siap pakai
b) Sumber oksigen

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
c) Spirometri
d) BVM (Bag Valve Mask)
e) Mesin Suction (penghisap lendir)
f) Cuff Insflator (spuit 10cc)
3. Lingkungan
Meletakan ventilator disamping tempat tidur bagian kepala pasien
4. Prosedur Pemasangan Ventilator
a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan untuk mencegah
infeksi
b) Hubungkan ventilator dengan sumber listrik
c) Hubungkan ventilator dengan sumber oksigen
d) Isi humidifier dengan aqua steril serta perhatikan temperaturnya
e) Perhatikan breathing sirkuit apakah ada kebocoran atau sudah
dipasang sesuai jalur
f) Lakukan kalibrasi ventilator
g) Atur atau set ventilator sesuai dengan klasifikasi kerja yang
dibutuhkan.
h) Atur atau set tidal volume atau pressure yang sesuai kebutuhan
i) Atur atau set frekuensi nafas konsentrasi Fraksi oksigen
inspirasi (FiO2) 100%
j) Atur atau set sensitifitas sesuai dengan jenis ventilator yang
digunakan
k) Atur atau set alarm (25% batas atas dan 25% batas bawah)
l) Hubungkan ventilator dengan pasien memakai konektor ETT
m) Untuk beberapa kasus tertentu kadang diberikan terapi sedative
sesuai indikasi dan intruksi dokter
n) Parameter yang diawasi harus menilai kemajuan pasien dengan
ventilasi mekanik adalah kemajuan penyakit dasarnya, analisa gas
darah dan fungsi mekanis dari paru-paru
B. Hal Yang Perlu Diperhatikan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan perawatan

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
pasien dengan terpasang ventilator, sebagai berikut :
1. Fungsi ventilator selama penggunaan
2. Sesuaikan penggunaan ventilator dengan pola pernafasan pasien
3. Pantau pola pernafasan sesuai dengan yang diatur ventilator
4. Bila bunyi alarm, segera lakukan tindakan sesuai sinyal pada
ventilator
5. Breathing sirkuit sebaiknya posisi lebih tinggi dari ETT
6. Lakukan penggantian fiksasi ETT, lakukan pengecekan letak dan
panjang ETT serta lakukan auskultasi kedua lapang paru.
7. Atur posisi tidur pasien semifowler bila tidak ada kontra indikasi
8. Kempiskan Cuff ETT tiap 2 jam tiap 5-15 menit
9. Pantau hemodinamika
10. Hindari suctioning atau penghisapan lendir secara berlebihan
11. Pada pasien yang tidak kooperatif sebaiknya dilakukan pemasangan
mayo atau gudel begitu juga dengan pemasangan restrain tali.
12. Dukungan nutrisi harus diperhatikan
13. Komunikasi
Komunikasi pasien dilakukan dengan membuat catatan-catatan yang
sederhana dan psaien dipantau terhadap kemungkinan pemakaian
energi yang terlalu berlebih sehingga berdampak terhadap
peningkatan konsumsi oksigen
14. Observasi ketat keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien
I. Weaning (Penyapihan)
Weaning adalah proses untuk melepaskan bantuan ventilasi mekanik yang
dilakukan secara bertahap
1. Syarat weaning
a. Proses penyakit yang menyebabkan pemasangan ventilator sudah
dapat diatasi atau dikurangi
b. Pasien dalam keadaan sadar
c. Hemodinamik stabil atau normal
d. Pada pemberian PEEP, 5 cmH2O atau FiO2 50% dapat

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
mempertahankan kadar PaO2 > 60mmHg
e. PaCO2 < 45mmHg
f. Tidal volume >10-15cc/kgBB
g. Frekuensi nafas < 25x/menit
h. Secara fisiologis pasien terlihat sudah siap dan kooperatif untuk
dilakukan ekstubasi (pelepasan ETT/OTT)
2. Cara weaning
a. Pertimbangkan apakah keadaan umum pasien stabil
b. Dengan pemberian FiO2 < 50% : frekuensi nafas < 25% x/menit, tidal
volume > 15cc/kgBB, PaO2 > 60 mmHg, maka proses weaning
dimulai dengan T-Piece :
1) 5 menit pada jam pertama
2) 10 menit pada jam kedua
3) 15 menit pada jam ketiga
4) Bila stabil coba T-Piece kurang lebih selama 4 jam
5) Bila keadaan umum stabil dilakukan ekstubasi
c. Bila dalam proses weaning didapatkan frekuensi nafas > 25x/menit,
tekanan darah naik, takhikardia, aritmia, ada penggunaan otot-otot
pernafasan dan hasil analisa gas darah jelek, maka pasien
dikembalikan lagi menggunakan ventilator kembali dengan setting
ventilator terakhir sebelum weaning.
3. Standby ventilator minimal 1x24 jam bila diperlukan untuk ventilasi
ulang
EFEK VENTILASI MEKANIK
1. Pada kardiovaskuler
a. Akibat dari tekanan posistif pada rongga thorax  darah yang kembali ke
jantung terhambat  venous return menurun maka cardiac out put
menurun.
b. Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler
akibat tekanan (+)  sehingga darah berkurang  cardiac out put
menurun.

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
c. Bila tekanan terlalu tinggi  bisa terjadi ex oksigenasi.
2. Pada organ lain
a. Akibat cardiac out put menurun  perfusi ke organ lainpun akan menurun
seperti, hepar, ginjal, otak dan segala akibatnya.
b. Akibat tekanan (+) di rongga thorax darah yang kembali dari otak
terhambat  TIK meningkat.

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
BANTUAN VENTILASI MEKANIK (VENTILATOR)

1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada psien yang mendapat nafas buatan
dengan ventilator adalah:
1. Biodata
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama,
alamt, dll.
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang
status sosial ekonomi, adat kebudayaan dan keyakinan spritual pasien,
sehingga mempermudah dalam berkomunikasi dan menentukan
tindakan keperawatan yang sesuai.
2. Riwayat penyakit/riwayat keperawatan
Informasi mengenai latar belakang dan riwayat penyakit yang
sekarang dapat diperoleh melalui oranglain (keluarga, tim medis lain)
karena kondisi pasien yang dapat bentuan ventilator tidak mungkin
untuk memberikan data secara detail. Pengkajian ini ditujukan untuk
mengetahui kemungkinan penyebab atau faktor pencetus terjadinya
gagal nafas/dipasangnya ventilator.
3. Keluhan
Untuk mengkaji keluhan pasien dalam keadaan sadar baik, bisa
dilakukan dengan cara pasien diberi alat tulis untuk menyampaikan
keluhannya. Keluhan pasien yang perlu dikaji adalah rasa sesak nafas,
nafas terasa berat, kelelahan dan ketidaknyamanan.
2. Pengkajian Fungsional
1. Sistem pernafasan
a. Setting ventilator meliputi:
1) Mode ventilator
- CR/CMV/IPPV(ControlledRespiration/Controlled Mandatory
Ventilation/Intermitten Positive Pressure Ventilation).

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
- SIMV (Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation).
- ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport).
- CPAP (Continous Possitive Air Presure)
2) FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan.
3) PEEP: Positive End Expiratory Pressure.
4) Frekwensi nafas.
5) Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator.
6) Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak.
7) Suara nafas: adalah ronkhi, whezing, penurunan suara nafas.
8) Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu
tambahan.
9) Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau.
10) Humidifier: kehangatan dan batas aqua.
11) Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau
terlepas.
12) Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen.
13) Hasil foto thorax terakhir.
2. Sistem kardiovaskuler
Pengkajian kardiovaskuler dilakukan untuk mengetahui
adanmya gangguan hemodinamik yang diakibatkan setting ventilator
(PEEP terlalu tinggi) atau disebabkan karena hipoksia. Pengkajian
meliputi tekanan darah, nadi, irama jantung, perfusi, adakah sianosis
dan banyak mengeluarkan keringat.
3. Sistem neurologi
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran, adalah nyeri kepala, rasa
ngantuk, gelisah dan kekacauan mental.
4. Sistem urogenital
Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal).

5. Status cairan dan nutrisi

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan
status nutrisi dn cairan akan memperberat keadaan. Seperti cairan yang
berlebihan dan albumin yang rendah akan memperberat oedema paru.
6. Status psycososial
Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang ventilator sering
mengalami depresi mental lyang dimanifestasikan berupa kebingungan,
gangguan orientasi, merasa terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan
kematian.
3. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan
3. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan mucus
4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan
neuromuskuler
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolic
7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatan pertahanan
utama.
1. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi
1. Gangguan pertukaran gas NOC NIC
b.d ketidakseimbangan Respiratory status: gas Airway management
exchange (1-5)  Posisikan pasien untuk
ventilasi perfusi  Respiratory status: memaksimalkan Ventilasi
ventilation (1-5)  Pasang mayo bila perlu
 Vital sign status (1-5)  Lakukan fisioterapi dada jika
Kriteria Hasil: perlu
 Mendemonstrasikan  Keluarkan sekret dengan batuk
peningkatan ventilasi atauSuction
dan oksigenasi yang  Auskultasi suara nafas, catat
adekuat adanyasuara tambahan
 Berikan bronkodilator ;

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
 Memelihara kebersihan 
Berikan pelembab udara
paru paru dan bebas 
Atur intake untuk cairan
dari tanda-tanda 
mengoptimalkankeseimbangan.
distress pernafasan 
Monitor respirasi dan status O2
 Mendemonstrasikan 
Catat pergerakan dada,amati
batuk efektif dan suara
kesimetrisan, penggunaan otot
nafas yang bersih, tidak
tambahan,retraksi otot
ada sianosis dan supraclavicular dan Intercostals
dyspneu (mampu Respiratory monitoring
 Monitor suara nafas, seperti
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengkur
dengan mudah, tidak Monitor pola nafas : bradipena,
ada pursed lips) takipenia,kussmaul,
 Tanda tanda vital dalam
hiperventilasi, cheyne
rentang normal stokes,biot
 AGD dalam batas  Auskultasi suara nafas, catat
normal areapenurunan / tidak adanya
 Status neurologis dalam
ventilasi dansuara tambahan
batas normal  Monitor TTV, AGD, elektrolit
dan ststus Mental
 Observasi sianosis khususnya
membrane Mukosa
 Jelaskan pada pasien dan
keluargatentang persiapan
tindakan dan
tujuanpenggunaan alat
tambahan (O2,
Suction,Inhalasi)
 Auskultasi bunyi jantung,
jumlah, iramadan denyut
jantung
2. Pola nafas tidak efektif b.d NOC: NIC:
depresi pusat pernafasan  Respiratory status: Airway management:
Ventilation (1-5)  Posisikan pasien untuk
 Respiratory status memaksimalkan ventilasi
:Airway patency (1-5)  Pasang mayo bila perlu
 Vital sign Status (1-5)  Lakukan fisioterapi dada jika
 Kriteria hasil: perlu
Mendemonstrasikan  Keluarkan sekret dengan batuk
batuk efektif dan suara atau suction
nafas yang bersih, tidak  Auskultasi suara nafas, catat
ada sianosis dan adanya suara tambahan
dyspneu (mampu  Berikan bronkodilator

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
mengeluarkan sputum,  Berikan pelembab udara Kassa
mampu bernafas dengan basah NaCl Lembab
mudah, tidak ada pursed  Atur intake untuk cairan
lips) mengoptimalkan
 Menunjukkan jalan keseimbangan.
nafas yang paten (klien Oxygen therapy:
tidak merasa tercekik,  Monitor respirasi dan status O2
irama nafas, frekuensi  Bersihkan mulut, hidung dan
pernafasan dalam secret Trakea
rentang normal,  Pertahankan jalan nafas yang
tidakada suara nafas paten
abnormal)  Observasi adanya tanda
 Tanda Tanda vital tandaHipoventilasi
dalam rentang normal  Monitor adanya kecemasan
(tekanan darah, nadi, pasien terhadap oksigenasi
pernafasan)  Monitor vital sign
 Informasikan padapasien dan
keluarga entang tehnik
relaksasi untuk memperbaiki
pola nafas.
 Ajarkanbagaimana batuk efekti
 Monitor pola nafas
3. Tidak efektif bersihan jalan NOC NIC:
napas b.d benda asing pada  Respiratory status:  Pastikankebutuhan oral /
Ventilation (1-5) tracheal suctioning.
trakea  Respiratory status :  Berikan O2, l/mnt,
Airway patency (1-5)  Anjurkan pasien untuk istirahat
 Aspiration Control (1-5) dan napas dalam
Kriteria hasil :  Posisikan pasien
 Mendemonstrasikan untukmemaksimalkanventilasi
batuk efektif dan suara  Lakukan fisioterapi dada jika
nafas yang bersih, tidak perlu
ada sianosis dan  Keluarkan sekretdengan batuk
dyspneu (mampu atau suction
mengeluarkan sputum,  Auskultasi suaranafas, catat
bernafas dengan mudah, adanya suara tambahan
tidak ada pursed lips)  Berikanbronkodilator :
 Menunjukkan jalan  Monitor status hemodinamik
nafas yang paten (klien  Berikan pelembab
tidak merasa tercekik, udara Kassa basah
irama nafas, frekuensi NaClLembab
pernafasan dalam  Berikan antibiotik :
rentang normal, tidak

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
ada suara nafas  Atur intake untuk cairan
abnormal) mengoptimalkan
 Mampu keseimbangan.
mengidentifikasikan  Monitor respirasi dan status O2
dan mencegah faktor  Pertahankanhidrasi yang
yang penyebab. adekuat untukmengencerkan
 Saturasi O2 dalam batas secret
normal  Jelaskan pada pasien dan
 Foto thorak dalam batas keluarga
normal tentangpenggunaanperalatan :
O2, Suction, inhalasi
4. Kerusakan komunikasi NOC NIC
verbal b.d kelemahan  Anxiety self Comunication enhancement :
neuromuskuler control (1-5) speech deficit:
 Coping (1-5)  Gunakan penerjemah:jika
 Sensory function : diperlukan
hearing & vision (1-  Beri kalimat simple setiap kali
5) bertemu, jika diperlukan
 Fear self control (1-  Konsultasikan dengan dokter
5) kebutuhan terapi wicara
Kriteria hasil :  Dorong pasien untuk
 Komunikasi: komunikasi secara perlahan dan
penerimaan, untuk mengulangi permintaan
interpretasi, dan  Dengarkan dengan penuh
ekspresi pesan lisan perhatian
tulisan, dan non verbal  Berdiri didepan pasien ketika
meningkat berbicara
 Komunikasi ekspresif  Ajarkan pasien bicara
(kesulitan berbicara): esophagus jika diberlukan
ekspresi pesan verbal  Beri anjuran kepada pasien dan
atau atau non verbal keluarga tentang menggunakan
yang bermakna alat bantu bicara
 Komunikasi resertif  Berikan pujian prositive, jika
(kesulitan mendengar): diperlukan
penerimaan komunikasi  Anjurkan pada pertemuan
verbal dan non verbal kelompok
yang bermakna  Anjurkan kunjungan keluarga
 Perolehan informasi: secara teratur untuk memberi
klien mampu stimulus komunikasi
memperoleh informasi  Anjurkan ekspresi diri dengan
dan mengatur serta cara lain dalam menyampaikan
menggunakan informasi informasi

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

Mampu mengontrol
respon ketakutan dan
kecemasan terhadap
ketidakmampuan
berbicara
 Mampu memanajemen
kemampuan fisik yang
dimiliki
 Mampu
mengkomunikasikan
kebutuhan dengan
lingkungan sosial
5. Ansietas b.d ancaman NOC : NIC
kematian  Kontrol Anxiety Reduction (penurunan
kecemasan (1-5) kecemasan)
 Koping (1-5)  Gunakan pendekatan yang
kriteria hasil: menenangkan
 Klien mampu  Nyatakan dengan jelas harapan
mengidentifikasi dan terhadap pelaku pasien
mengungkapkan gejala  Jelaskan semua prosedur dan
cemas apa yang dirasakan selama
 Mengidentifikasi, prosedur
mengungkapkan dan  Temani pasien untuk
menunjukkan tehnik memberikan keamanan dan
untuk mengontrol mengurangi takut
cemas  Berikan informasi faktual
 Vital sign dalam batas mengenai diagnosis, tindakan
normal prognosis
 Postur tubuh,  Libatkan keluarga untuk
ekspresiwajah, bahasa mendampingi klien
tubuh dan tingkat  Instruksikan pada pasien untuk
aktivitas menunjukkan menggunakan tehnik relaksasi
berkurangnya  Dengarkan dengan penuh
kecemasan perhatian
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Kelola pemberian obat anti
cemas.
6. Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC:

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
kurang dari kebutuhan  Nutrional status (1-5) Nutrition Management
tubuh b.d peningkatan  Nutrional status: food  Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan metabolic and fluid intake (1-5)  Kolaborasi dengan ahli gizi
 Nutrional status: untuk menentukan jumlah
nutrient intake (1-5) kalori dan nutrisi yang
 Weight control (1-5) dibutuhkan
Kriteria Hasil:  Anjurkan pasien untuk
 Adanya peningkatan meningkatkan intake Fe
berat badan sesuai  Anjurkan pasien untuk
dengan tujuan meningkatkan protein dan
 Berat badan ideal sesuai vitamin C
dengan tinggi badan  Berikan substansi gula
 Mampu  Yakinkan diet yang
mengidentifikasi dimakanmengandung tinggi
kebutuhan nutrisi serat untukmencegah konstipasi
 Tidak ada tanda-tanda  Berikan makanan yang terpilih
malnutrisi (sudah dikonsulkandengan ahli
 Tidak terjadi penurunan gizi)
berat badan  Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian
 Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan mutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor adanya penurunan
berat badan
 Monitor tipe
danjumlah aktivitas yang biasa
digunakan
 Monitor interaksi anak
atau orang tua selama makan
 Monitor lingkungan selama
makan
 Jadwal pengobatan
dan tindakan tidak selama jam
makan

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin, total
protein, dan Hb
 Monitor makanankesukaan
 Monitor kalori danintake nutrisi
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
7. Resiko tinggi infeksi b.d NOC NIC
tidak adekuatan pertahanan  Immune Status (1-5) Infection control (kontrol
utama  Knowledge : Infection infeksi)
control (1-5)  Pertahankan teknik aseptif
 Risk control (1-5)  Batasi pengunjung bila perlu
Kriteria hasil:  Cuci tangan setiap sebelum dan
 Klien bebas dari tanda sesudahtindakan keperawatan
dan gejala infeksi  Gunakan baju, sarung tangan
 Menunjukkan sebagaialat pelindung
kemampuan untuk  Ganti letak IV perifer dan
mencegah timbulnya dressing sesuaidengan petunjuk
infeksi umum
 Jumlah leukosit dalam  Gunakan kateter intermiten
batas normal untukmenurunkan infeksi
 Menunjukkan perilaku kandung kencing
hidup sehat  Tingkatkan intake nutrisi
 Status imun,  Berikan terapiantibiotik:
gastrointestinal,  Monitor tanda dan gejala
genitourinaria dalam infeksi sistemikdan local
batas normal  Pertahankan teknik isolasi k/p
 Inspeksi kulit dan membran
mukosaterhadap kemerahan,
panas, drainase
 Monitor adanya luka
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dangejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien
neutropeniase tiap 4 jam

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abdul. 2011. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Ventilasi Mekanik.
Diakses http://JurnalKeperawatan.com/2017/14/asuhan-
keperawatan-pasien-dengan. html (14 Februari 2017, 16.00)
Basuki, Chairul. 2012. Triase dalam KGD. Diakses http://health and news darul
muttaqin .com/2017/14/ventilasi-mekanik.html (14 Februari 2017.
16.20)
Herdman, T. Heather. 2012. Buku NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan.
EGC: Jakarta
Priangga, D. Satria. 2011. Ventilator Mekanis. Diakses http://satri adwi
priangga.com/2017/14/ventilator-mekanis.html (14 Februari 2014,
15.07)
Zahar, Nuraini. 2012. Konsep dasar ventilasi mekanik. diakses
http://nurainiperawatpjnhk.com/2017/14/ventilasi-mekanik.html
(14 Februari, 17.02)

Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

Anda mungkin juga menyukai