Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Jantung Koroner merupakan salah satu penyakit yang banyak

menyebabkan kematian serta masih merupakan masalah kesehatan bagi Negara-

Negara yang maju mapun Negara yang sedang berkembang. Diperkirakan 2 kali

lipat dalam dua decade mendatang, menjadikan penyebab utama terbesar

kematian pada tahun 2020. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah

mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung korener (PJK) merupakan epidemic

modern dan tidak dapt dihindari oleh faktor penuan (Sanchis-Gomar et al., 2019).

Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2018 menunjukkan

bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu secara

global dengan persentase sebesar 31%, pada tahun 2015 angka kematian akibat

penyakit jantung koroner adalah 20 juta jiwa dan di tahun 2030 mendatang

diprediksi akan meningkat kembali dengan pencapaian angka 23,6 juta jiwa

penduduk (World Health Organization (WHO), 2018).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan

prevalensi PJK di Indonesia sebesar 1,5%. Prevalensi jantung koroner di Provinsi

Bali berdasarkan terdiagnosa dokter (0,4%) dan berdasarkan terdiagnosa dokter

atau gejala (1,3%) (Depkes, 2018).

ACS merupakan kondisi kegawatan sehingga penatalaksanaan yang

dilakukkan secara tepat dan cepat merupakan kunci keberhasilan dalam


mengurangi risiko kematian dan menyelamatkan miokard serta mencegah

meluasnya infark. Tujuan penatalaksanaan ACS adalah untuk memperbaiki

prognosis dngan cara mencegah infark miokard lanjut dan mencegah kematian.

Upaya yang dilakukan adalah mengurangi terjadinya trombotik akut dan disfungsi

ventrikel kiri (Setiawan & Safrudin, 2019).

Pasien dengan ACS membutuhkan tidur yang cukup dikarenakan dengan

kualitas tidur yang baik akan memperbaiki sel-sel otot jantung. Pasien perlu sekali

beristirahat baik secara fisik maupun emosional. Istirahat akan mengurangi kerja

jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan menurunkan tekanan darah.

Lamanya berbaring juga akan merangsang diuresis karena berbaring akan

memperbaiki perfusi ginjal. Istirahat juga mengurangi kerja otot pernapasan dan

penggunaan oksigen. Frekuensi jantung menurun, yang akan memperpanjang

periode diastole pemulikan sehingga memperbaiki efisiensi kontaksi jantung

(Tussolihah & Hidayat, 2018).

Kualitas tidur merupakan kondisi tidur seseorang yang digambarkan dengan

lama waktu tidur dan keluhan-keluhan yang dirasakan saat tidur maupun saat

bangun tidur seperti merasa letih, pusing, badan pegal-pegal atau mengantuk

berlebihan pada siang hari (Potter & Perry, 2016).

Sebagian besar masalah tidur yang dihadapi oleh pasien karena rawat inap

mereka. Banyak pasien yang dirawat inap di koroner unit perawatan intensif

(ICCU) mengalami gangguan kualitas dan kuantitas tidur berkaitan dengan faktor

mental dan lingkungan. Bahkan jika faktor lingkungan dikendalikan, pasien

dengan infark miokard akut memiliki struktur tidur berubah (yaitu, pola tidur)
yang dapat mengakibatkan Perubahan inflamasi atau dari sifat infark miokard itu

sendiri (Setiawan & Safrudin, 2019).

Tindakan untuk mengatasi gangguan tidur bisa menggunakan terapi

farmakologi maupun nonfarmakologi. Terapi farmakologis memiliki efek yang

cepat, akan tetapi jika diberikan dalam waktu jangka panjang dapat menimbulkan

efek berbahaya bagi kesehatan pasien dengan gangguan jantung. Terapi

nonfarmakologi untuk mengatasi kebutuhan tidur terdiri dari beberapa tindakan

penanganan, meliputi; teknik relaksasi, terapi musik, pijatan, akupresur dan terapi

menggunakan aromaterapi (Arnata et al., 2018).

Progressive musle relaxation (PMR) salah satu pendekatan komplementer

yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan istirahat tidur. Relaksasi otot

progresif (progressive muscle relaxation), yaitu suatu teknik relaksasi yang

menggunakan serangkaian gerakan tubuh yang bertujuan untuk melemaskan dan

memberi efek nyaman pada seluruh tubuh. Rasa nyaman inilah yang dibutuhkan

lansia guna meningkatkan kualitas tidurnya (Diahuputri, 2017).

Penelitian ini sejalan dengan Hasbi & Sutanta (2020) tentang pengaruh

progressive muscle relaxation terhadap kualitas tidur pasien hemodialisa,

mengemukakan bahwa intervensi progressive muscle relaxation efektif diberikan

untuk meningkatkan kualitas tidur pada pasien hemodialisa dengan p-value 0,001.

Berdasarkan latar belakang ini penulis tertarik untuk menulis Karya Ilmiah

Akhir Ners ( KIAN) yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.A dengan

Pemberian Terapi Progressive Musle Relaxation pada Kasus Acute Coronary


Syndrome dengan Masalah Keperawatan Gangguan Pola Tidur di Ruang ICCU

RSUD Wangaya Denpasar”.

1.2. Rumusan Masalah

ACS merupakan kondisi kegawatan sehingga penatalaksanaan yang

dilakukkan secara tepat dan cepat merupakan kunci keberhasilan dalam

mengurangi risiko kematian dan menyelamatkan miokard serta mencegah

meluasnya infark. . Banyak pasien yang dirawat inap di koroner unit perawatan

intensif (CCU) mengalami gangguan kualitas dan kuantitas tidur berkaitan dengan

faktor mental dan lingkungan. Salah satu tindakan untuk mengatasi gangguan

tidur bisa menggunakan terapi Progressive musle relaxation (PMR). Berdasarkan

latar belakang ini penulis tertarik untuk menulis Karya Ilmiah Akhir Ners

( KIAN) yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.A dengan Pemberian

Terapi Progressive Musle Relaxation pada Kasus Acute Coronary Syndrome

dengan Masalah Keperawatan Gangguan Pola Tidur di Ruang ICCU RSUD

Wangaya Denpasar”

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada Ny.A dengan pemberian

terapi progressive musle relaxation pada kasus acute coronary syndrome dengan
masalah keperawatan gangguan pola tidur di Ruang ICCU RSUD Wangaya

Denpasar.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus pada karya ilmiah akhir ners ini yaitu antara lain:

a. Memberikan gambaran asuhan keperawatan dengan masalah

keperawatan gangguan pola tidur di Ruang ICCU RSUD Wangaya

Denpasar.

b. Memberikan gambaran analisis terapi progressive musle relaxation pada

kasus acute coronary syndrome dengan masalah keperawatan gangguan

pola tidur di Ruang ICCU RSUD Wangaya Denpasar

c. Mengaplikasikan terapi progressive musle relaxation pada kasus acute

coronary syndrome dengan masalah keperawatan gangguan pola tidur di

Ruang ICCU RSUD Wangaya Denpasar

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1. Bagi Layanan dan Masyarakat

1.4.1.1. Pelayanan Keperawatan

Karya tulis ini dapat dijadikan referensi bagi tenaga kesehatan dalam

memberikan pelayanan keperawatan pada pasien acute coronary syndrome

dengan masalah keperawatan gangguan pola tidur


1.4.1.2. Masyarakat

Karya tulis ini memberikan informasi bagi masyarakat mengenai terapi

yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi gangguan pola tidur bagi

masyarakat yang mengalami acute coronary syndrome

1.4.2. Bagi Pendidikan dan Perkembangan Ilmu Keperawatan

1.4.2.1. Institusi Pendidikan

Karya tulis ini dapat dijadikan referensi dan acuan bagi institusi

pendidikan dalam proses belajar dan mengajar mengenai terapi non farmakologi

yang dapat dilakukan oleh pasien acute coronary syndrome untuk mengatasi

gangguan pola tidur

1.4.2.2. Pengembangan Ilmu Keperawatan

Karya tulis ini dapat meningkatkan pengembangan ilmu keperawatan

khususnya keperawatan intensif mengenai terapi progressive musle relaxation

pada pasien acute coronary syndrome.

1.4.3. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan Karya Ilmiah Akhir ini dapat menjadi referensi bacaan

ilmiah untuk melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan terapi

progressive musle relaxation pada kasus acute coronary syndrome untuk

membantu mengatasi gangguan pola tidur.


Refrensi

Arnata, A. P., Rosalina, R., & Lestari, P. (2018). Pengaruh Terapi Spiritual
Emotional Freedom Technique (Seft) Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur
Pada Lansia Di Desa Gondoriyo Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.
Indonesian Journal Of Nursing Research (Ijnr), 1(1).
Depkes. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Https://Doi.Org/1 Desember 2013
Diahuputri, N. M. N. (2017). Efektivitas Pemberian Progressive Muscle
Relaxation Dibandingkan Aromatherapy Massage Untuk Meningkatkan
Kualitas Tidur Pada Pekerja Perempuan Di Rumah Sakit Bali Royal
Denpasar. Naskah Publikasi.
Hasbi, H. A. L., & Sutanta, S. (2020). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation
Terhadap Kualitas Tidur Pasien Hemodialisa. Jurnal Kesehatan Samodra
Ilmu, 11(1), 29–37.
Potter, P., & Perry, A. G. (2016). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, Dan Praktikbuku 3. Ke-4), Egc, Jakarta.
Sanchis-Gomar, F., Perez-Quilis, C., Leischik, R., & Lucia, A. (2019).
Epidemiology Of Coronary Heart Disease And Acute Coronary Syndrome.
Annals Of Translational Medicine, 4(13).
Setiawan, J., & Safrudin, B. (2019). Analisa Praktik Klinik Keperawatan Pada
Pasien Acute Coronary Sindrom (Acs) Dengan Intervensi Inovasi Akupresur
Menggunakan Minyak Valerian Terhadap Kualitas Tidur Di Ruang Intensive
Cardiac Care Unit (Iccu) Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun
2019.
Tussolihah, M., & Hidayat, F. R. (2018). Analisa Praktek Klinik Keperawatan
Pada Pasien Coronary Artery Disease (Cad) Non Stemi Dengan Intervensi
Inovasi Terapi Pijat Kaki Terhadap Kualitas Tidur Di Ruang Intensive
Cardiac Care Unit (Iccu) Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun
2018.
World Health Organization (Who). (2018). Global Status Report On Road. World
Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai