Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH PROFESI NERS ANGKATAN VII PADA Tn. L DENGAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK)

DI PUSKESMAS WAAI MALUKU TENGAH

TAHUN 2021

Oleh

NAMA : THALYA IMANUELA SINAY

NIM : N2007075

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA AMBON

PROGRAM STUDI NERS

AMBON 2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA TN. M. S DENGAN

DIAGNOSA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)

DI PUSKESMAS WAAI MALUKU TENGAH

Diajukan untuk disetujui pada

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Menyetujui,

Preceptor Institusi Preceptor Lahan

Bazrul Makatita, S.Kep., Ns., M.Kes Marcolin Latupeirissa

NIDN : 1217069401 NIP : 19770703 199603 2 021

Mengetahui

Ketua Program Studi Ners

Bazrul Makatita, S.Kep., Ns., M.Kes

NIDN : 1217069401
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi PPOK
PPOK adalah nama yang diberikan untuk gangguan ketika dua penyakit paru
terjadi pada waktu bersamaan yaitu bronkitis kronis dan emfisema. Asma kronis
yang dikombinasikan dengan emfisema atau bronkitis juga dapat menyebabkan
PPOK (Hurst, 2016).
PPOK adalah penyakit yang dicirikan oleh keterbatasan aliran udara yang
tidak dapat pulih sepenuhnya. Keterbatasan aliran udara biasanya bersifat
progresif dan di kaitkan dengan respon inflamasi paru yang abnormal terhadap
partikel atau gas berbahaya, yang menyebabkan penyempitan jalan nafas,
hipersekresi mucus, dan perubahan pada system pembuluh darah paru. Penyakit
lain seperti kistik fibrosis, bronkiektasis, dan asama yang sebelumnya
diklasifikasiakan dalam jenis COPD kini di klasifikasikan paru kronis, meskipun
gejala tupang tindih dengan COPD lain. Merokok singaret, polusi udara, dan
pajanan di tempat kerja (batu bara, katun, biji-bijian padi) merupakan factor
penting yang menyebabkan terjadinya COPD, yang dapat terjadi dalam rentang
waktu 20-30 tahun (Suddarth, 2015).
B. Komponen PPOK
Adapun penyakit yang membentuk PPOK adalah sebagai berikut:
1. Bronkitis Kronik
Bronkitis Kronis merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi
mukus takeobronkial yang berlebihan, sehingga cukup untuk menimbulkan
batuk dengan ekspektorasi sedikitnya 3 bulan dalam setahun dan paling
sedikit 2 tahun secara berturut-turut (Somantri, 2012). Iritan inhalasi
menyebabkan proses inflamasi kronik dengan vasodilatasi, kongesti dan
edema mukosa bronkial. Sel goblet meningkat dalam hal ukuran dan jumlah
serta kelenjar mukosa membesar. Mukus yang tebal dan banyak dihasilkan
dalam jumlah yang bertambah banyak. Perubahan pada sel skuamosa
bronkial mengganggu kemampuan untuk membersihkan mukus (Fishman et
al., 2008 dalam LeMone et al., 2016). Penyempitan jalan nafas dan
kelebihan sekresi mengobstruksi jalan nafas. Karena fungsi silier terganggu,
mekanisme pertahanan normal tidak mampu membersihkan mukus dan
semua patogen yang diinhalasi. Infeksi berulang umum pada bronkitis
kronik (LeMone et al., 2016).
2. Emfisema Paru
Emfisema adalah gangguan yang berupa dinding alveolus mengalami
kerusakan. Kerusakan tersebut menyebabkan ruang udara terdistensi secara
permanen. Aliran uadara terhambat sebagai hasil dari perubahan tersebut,
bukan produksi mucus seperti yang terjadi pada bronchitis kronis. Seperti
pada bronchitis kronik, merokok sangat berimplikasi sebagai factor
penyebab pada sebagian besar kasus emfisema (LeMone et al., 2016).
3. Asma Bronkial
Asma Bronkial adalah suatu gangguan pada saluran Bronkial yang
mempunyai ciri bronkospasme periodik terutama pada percabangan
trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti faktor
biokemikal, endokrin, infeksi, dan psikologi (Somantri, 2012).
C. Etiologi PPOK
Menurut Oemiati (2013) beberapa faktor risiko antara lain:
1. Pajanan dari partikel antara lain :

a. Merokok
Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di
negara berkembang. Perokok aktif dapat mengalami hipersekresi mucus
dan obstruksi jalan napas kronik (Oemiati, 2013). Sejumlah zat iritan
yang ada di dalam rokok menstimulasi produksi mucus berlebih, batuk,
merusak fungsi silia, menyebabkan inflamasi, serta kerusakan
bronkiolus dan dinding alveolus (Elsevier). Perokok pasif juga
menyumbang terhadap symptom saluran napas dan PPOK dengan
peningkatan kerusakan paru-paru akibat menghisap partikel dan gas-gas
berbahaya. Merokok pada saat hamil juga akan meningkatkan risiko
terhadap janin dan mempengaruhi pertumbuhan paru-parunya (Oemiati,
2013)
b. Polusi indoor
Memasak dengan bahan biomass dengan ventilasi dapur yang jelek
misalnya terpajan asap bahan bakar kayu dan asap bahan bakar minyak
diperkirakan memberi kontribusi sampai 35%. Manusia banyak
menghabiskan waktunya pada lingkungan rumah (indoor) seperti rumah,
tempat kerja, perpustakaan, ruang kelas, mall, dan kendaraan. Polutan
indoor yang penting antara lain SO2, NO2 dan CO yang dihasilkan dari
memasak dan kegiatan pemanasan, zat-zat organik yang mudah
menguap dari cat, karpet, dan mebelair, bahan percetakan dan alergi dari
gas dan hewan peliharaan serta perokok pasip. WHO melaporkan bahwa
polusi indoor bertanggung jawab terhadap kematian dari 1,6 juta orang
setiap tahunnya16. Pada studi kasus kontrol yang dilakukan di Bogota,
Columbia, pembakaran kayu yang dihubungkan dengan risiko tinggi
PPOK (Oemiati, 2013).
c. Polusi outdoor
Polusi udara mempunyai pengaruh buruk pada VEP1, inhalan yang
paling kuat menyebabkan PPOK adalah Cadmium, Zinc dan debu.
Bahan asap pembakaran/pabrik/tambang. Bagaimanapun peningkatan
relatif kendaraan sepeda motor di jalan raya pada dekade terakhir ini,
saat ini telah mengkhawatirkan sebagai masalah polusi udara pada
banyak kota metropolitan seluruh dunia. Pada negara dengan income
rendah dimana sebagian besar rumah tangga di masyarakat
menggunakan cara masak tradisional dengan minyak tanah dan kayu
bakar, polusi indoor dari bahan sampah biomassa telah memberi
kontribusi untuk PPOK dan penyakit kardio respiratory, khususnya pada
perempuan yang tidak merokok (Oemiati, 2013).
d. Polusi di tempat kerja
Polusi dari tempat kerja misalnya debu-debu organik (debu sayuran
dan bakteri atau racun-racun dari jamur), industri tekstil (debu dari
kapas) dan lingkungan industri (pertambangan, industri besi dan baja,
industri kayu, pembangunan gedung), bahan kimia pabrik cat, tinta,
sebagainya diperkirakan mencapai 19% (Oemiati, 2013).
2. Genetik (defisiensi Alpha 1-antitrypsin)
Faktor risiko dari genetic memberikan kontribusi 1 – 3% pada pasien
PPOK (Oemiati, 2013).
3. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
Infeksi virus dan bakteri berperan dalam patogenesis dan progresifitas
PPOK. Kolonisasi bakteri menyebabkan inflamasi jalan napas, berperan
secara bermakna menimbulkan eksaserbasi. Infeksi saluran napas berat pada
anak akan menyebabkan penurunan fungsi paru dan meningkatkan gejala
respirasi padasaatdewasa. Terdapat beberapa kemungkinan yang dapat
menjelaskan penyebab keadaaan ini, karena seringnya kejadian infeksi berat
pada anak sebagai penyebab dasar timbulnya hiperesponsif jalan napas yang
merupakan faktor risiko pada PPOK (PDPI, 2011).
4. Gender, usia, konsumsi alkohol dan kurang aktivitas fisik
Studi pada orang dewasa di Cina 14 didapatkan risiko relative pria
terhadap wanita adalah 2,80 (95% C I ; 2,64-2,98). Usia tua RR 2,71 (95%
CI 2,53-2,89). Konsumsi alkohol RR 1,77 (95% CI : 1,45 – 2,15), dan
kurang aktivitas fisik 2,66 (95% CI ; 2,34 – 3,02) (Oemiati, 2013).
D. Patofisiologi PPOK
PPOK di tandai dengan obstruksi progresif lambat pada jalan nafas. Penyakit
ini merupakan salah satu eksaserbasi periodic, sering kali berkaitan dengan
infeksi pernapasan, dengan peningkatan gejala dyspnea dan produksi sputum.
Tidak seperti proses akut yang memungkinkan jaringan paru pulih, jalan napas
dan parenkim paru tidak kembali ke normal setelah ekserbasi; Bahkan, penyakit
ini menunjukkan perubahan destruktif yang progresif (LeMone et al., 2016).
Meskipun salah satu atau lainya dapat menonjol PPOK biasanya mencakup
komponen bronchitis kronik dan emfisema, dua proses yang jauh berbeda.
Penyakit jalan napas kecil, penyempitan bronkiola kecil, juga merupakan bagian
kompleks PPOK. Melalui mekanisme yang berbeda, proses ini menyebabkan
jalan napas menyempit, resistensi terhadap aliran udara untuk meningkat, dan
ekpirasi menjadi lambat dan sulit (LeMone et al., 2016).
E. Phatway PPOK

Genetik: Defisiensi Merokok


antitrypsin alfa-1

Mengandung zat- Mengandung radikal


Penurunan zat berbahaya bebas
netralisasi Faktor lingkungan
elastase
Induksi aktivasi Peningkatan
Polusi udara makrofag dan stress oksidatif
leukosit

Peningkatan apoptosis
dan nekrosis dari sel
Peningkatan Pelepasan faktor Peningkatan
yang terpapar
pelepasan elastase kemotaktik neutrofil pelepasan oksidan

Cedera Sel Peningkatan jumlah neutrofil Cedera Sel


didaerah yang terpapar

Respon Inflamasi

Hipersekresi mukus Lisis dinding alveoli Fibrosa paru

Bronkitis Kerusakan alveolar Obstruksi paru

Nyeri
Penumpukan lender Kolaps saluran napas PPOK Kronis
dan sekresi berlebihan kecil saat ekspirasi

Kompensasi tubuh dengan


Obstruksi Emfisema peningkatan RR
Merangsang
jalan
refleks batuk
napas
Gangguan Ketidakefektifan Pola
pertukaran O2 dan Napas
CO2 dari dan ke paru
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Timbul reflek batuk
Sesak napas
Napas
Penurunan asupan O2
Penurunan Tidur tidak efektif
nafsu
Hipoksemia
Gangguan makan
Pertukaran Gas Gangguan
Pola Tidur
Pe↓ perfusi O2 ke jaringan
Mengantuk, lesu
Penurunan
Intoleran Aktivitas berat badan
Keletihan
Ketidakseimbangan Nutrisi:
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

(Muttaqin, 2009 dalam Rahayu, 2016)

Gambar 2. 1 Pathway
F. Manifestasi Klinis PPOK
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi dari tanpa gejala dan dengan gejala
dari ringan sampai berat yaitu : batuk kronis, berdahak, sesak napas bila
beraktifitas, sesak tidak hilang dengan pelega napas, memburuk pada malam/dini
hari, dan sesak napas episodic (Tana et al., 2016). Untuk dapat menghindari
kekambuhan PPOK, maka pemahaman tentang penyakit dan cara mencegah
kekambuhan PPOK menjadi dasar yang sangat penting bagi seseorang khususnya
penderita PPOK. Kekambuhan dapat terukur dengan meliputi skala sesak
berdasarkan skala MMRC (Modified Medical Research Counci). Untuk
mengeluarkan dahak dan memperlancar jalan pernapasan pada penderita PPOK
dapat dilakukan dengan cara batuk efektif (Faisal, 2017)
Gejala PPOK jarang muncul pada usia muda umumnya setelah usia 50 tahun
ke atas, paling tinggi pada laki-laki usia 55-74 tahun. Hal ini dikarenakan
keluhan muncul bila terpapar asap rokok yang terus menerus dan berlangsung
lama (Salawati, 2016).
Tanda dan gejala penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah sebagai
berikut Suddarth, (2015):
1. PPOK dicirikan oleh batuk kronis, produksi sputum, dan dyspnea saat
menggerakkan tenaga kerap memburuk seiring waktu.

2. Penurunan berat badan sering terjadi.

3. Gejala yang spesifik dengan penyakit. Lihat “Manifestasi Klinis” pada


“Asma”, “Bronkiektasis”, “Bronkitis”, dan “ Emfisema”.

G. Penatalaksanaan PPOK
1. Non Farmakologi

a. Berhenti Merokok
Menurut PDPI (2011) Strategi untuk membantu pasien berhenti
merokok adalah 5A :
1) Ask (Tanyakan)
Mengidentifikasi semua perokok pada setiap kunjungan.
2) Advise (Nasihati)
Dorongan kuat pada semua perokok untuk berhenti merokok..
3) Assess (Nilai)
Keinginan untuk usaha berhenti merokok (misal: dalam 30 hari ke
depan).
4) Assist (Bimbing)
Bantu pasien dengan rencana berhenti merokok, menyediakan
konseling praktis, merekomendasikan penggunaan farmakoterapi..
5) Arrange (Atur)
Buat jadwal kontak lebih lanjut.
b. Rehabilitasi PPOK
Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi keletihan
dan memperbaiki kualitas hidup penderita PPOK. Penderita yang
dimasukkan ke dalam program rehabilitasi adalah mereka yang telah
mendapatkan pengobatan optimal yang disertai: simptom pernapasan
berat, beberapa kali masuk ruang gawat darurat, kualitas hidup yang
menurun. Program rehabilitasi terdiri dari 3 komponen yaitu: latihan
fisik, psikososial dan latihan pernapasan (PDPI, 2011).
c. Terapi Oksigen
Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di
otot maupun organ-organ lainnya (PDPI, 2011).
d. Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena
bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang
meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan
terjadi hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti
PPOK karena berkorelasi dengan derajat penurunan fungsi paru dan
perubahan analisis gas darah (PDPI, 2011).
2. Farmakologis

a. Bronkodilator
Bronkodilator adalah pengobatan yang berguna untuk
meningkatkan FEV1 atau mengubah variable spirometri dengan cara
mempengaruhi tonus otot polos pada jalan napas.
Bronkodilator dapat diberikan dengan metered-dose inhaler (MDI),
dry powder inhaler (DPI), dengan nebulizer, atau secara oral (LeMone
et al., 2016).
Macam-macam bronkodilator:
1) β2 Agonist (short-acting dan long-acting)
Prinsip kerja dari β2 agonis adalah relaksasi otot polos jalan
napas dengan menstimulasi reseptor β2 dengan meningkatkan C-
AMP dan menghasilkan antagonisme fungsional terhadap
bronkokontriksi.
Angios β2 adalah obat simtimimetik yang bekerja pada
adrenoreseptor β2 pada otot polos saluran napas dan menyebabkan
bronkodilasi. Obat ini juga membantu pembersihan mukus dan
memperbaiki kekuatan (endurance) otot pernapasan (Black &
Hawks, 2014).
2) Antikolinergik
Obat yang termasuk pada golongan ini adalah ipratropium,
oxitroprium dan tiopropium bromide. Efek utamanya adalah
memblokade efek asetilkolin pada reseptor muskarinik.
b. Methylxanthine
Contoh obat yang tergolong methylxanthine adalah teofilin. Obat
ini dilaporkan berperan dalam perubahan otot-otot inspirasi. Namun
obat ini tidak direkomendasikan jika onat lain tersedia.
c. Kortikosteroid
Inhalasi yang diberikan secara regular dapat memperbaiki gejala,
fungsi paru, kualitas hidup serta mengurangi frekuensi eksaserbasi pada
pasien dengan FEV1 <60% prediksi.
d. Phosphodiesterase-4 inhibitor
Mekanisme dari obat ini adalah untuk mengurangi inflamasi dengan
menghambat pemecahan intraselular C-AMP. Tetapi, penggunaan obat
ini memiliki efek samping seperti mual, menurunnya nafsu makan, sakit
perut, diare, gangguan tidur dan sakit kepala (Soeroto & Suryadinata,
2014).
3. Terapi farmakologis lain

a. Vaksin : Vaksin pneumococcus direkomendasikan untuk pada pasien


PPOK usia > 65 tahun

b. Alpha-1 Augmentation therapy : Terapi ini ditujukan bagi pasien usia


muda dengan defisiensi alpha-1 antitripsin herediter berat. Terapi ini
sangat mahal, dan tidak tersedia di hampir semua negara dan tidak
direkomendasikan untuk pasien PPOK yang tidak ada hubungannya
dengan defisiensi alpha-1 antitripsin.

c. Antibiotik : Penggunaannya untuk mengobati infeksi bakterial yang


mencetuskan eksaserbasi.

d. Mukolitik (mukokinetik, mukoregulator) dan antioksidan : Ambroksol,


erdostein, carbocysteine, ionated glycerol dan N-acetylcystein dapat
mengurangi gejala eksaserbasi.
e. Immunoregulators (immunostimulators, immunomodulator)

f. Antitusif: Golongan obat ini tidak direkomendasikan.

g. Vasodilator

h. Narkotik (morfin)

(Soeroto & Suryadinata, 2014).

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pengukuran Fungsi Paru
a. Kapasitas inspirasi menurun.

b. Volume residu: meningkat pada emfisema, bronkhial, dan asma.

c. FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif penyakit paru


obstruktif kronis.

d. FVC awal normal menurun pada bronkhitis dan asma.

e. TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada emfisema).


2. Analisa Gas Darah
PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada asma. Nilai pH
normal, asidosis, alkalosis respiratorik ringan sekunder.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) meningkat pada polisitemia
sekunder.

b. Jumlah darah merah meningkat.

c. Pulse oksimetri SaO2 okseigenasi menurun.

d. Elektrolit menurun karena pemakaian obat deuritik.


4. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan gram kuman/kuktur adanya infeksi campuran. Kuman
pathogen yang bias ditemukan adalah Strepcoccus pneumonia, Hemaphylus
influenza, dan Moraxella catarrhalis.
5. Pemeriksaan Radiologi Thoraks foto (AP dan Lateral)
Menunjukkan adanya hiperinflasi paru, pembesaran jantung, dan
bendungan area paru. Pada emfisema paru didapatkan diafragma dengan
letak yang rendah dan mendatar ruang udara retrosternal > (foto lateral),
jantung tampak bergantung memanjang dan menyempit.
6. Pemeriksaan Bronkhogram
Menunjukkan dilatasi bronkhus kolap bronkhiale pada ekspirasi kuat.
7. EKG
Menurut Wahid & Suprapto (2013), Tekanan darah biasanya normal.
Batas jantung tidak mengalami pergeseran. Vena jugularis mungkin
mengalami distensi selama ekspirasi. Kelainan EKG yang paling awal terjadi
adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal, terdapat
deviasi aksis ke kanan dan P-pulmonal pada hantaean II,III, dan aVF.
Voltase QRS rendah. Di VI rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 V1 rasio R/S
kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet (Muttaqin, 2008).
I. Komplikasi
1. Hipoksemia
Hipoksemia adalah kondisi turunya konsentrasi oksigen dalam darah
arteri. Beberapa kondisi dapat menyebabkan hipoksemia. Hipoksemia
dapat terjadi jika terdapat penurunan oksigen di udara (hipoksia) atau
hipoventilasi terjadi karena daya regang paru menurun atau atelektasis
(Corwin, 2009).
2. Asidosus Respiratori
Timbul Akibat dari penoingkatan PaCO2 (hiperkapnea). Tanda yang
muncul antara lain nyeri kepala, fatigue, latergi, dizziness, dan takipnea
(Somantri, 2012).
Asidosis respiratorik dapat terjadi akibat depresi pusat pernapasan
misalnya (akibat obat, anestesi, penyakit neurologi) kelainan atau penyakit
yang mempengaruhi otot atau dinding dada, penurunan area pertukaran
gas, atau ketidakseimbangan ventilasi perfusi, dan obstruksi jalan napas
(Warsi et al., 2013).
3. Infeksi Respiratori
Infeksi Pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi
mucus dan rangsangan otot polos bronkial serta edema mukosa.
Terbatasnya aliran udara akan menyebabkan peningkatan kerja napas dan
timbulnya dyspnea.
4. Gagal Jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru,
harus diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat). Komplikasi
ini sering kali berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi dengan
emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
5. Kardiak disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau
asidosis respiratori.
6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma
bronkial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan, dan
sering kali tidak berspons terhadap terapi yang biasa diberikan.
Penggunaan otot bantu pernapasan dan disertai vena leher sering kali
terlihat pada klien dengan asma (Somantri, 2012).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Idenditas
Sebelumnya jenis kelamin PPOK lebih sering terjadi pada laki-laki,
tetapi karena peningkatan penggunaan tembakau di kalangan perempuan
di negara maju dan risiko yang lebih tinggi dari paparan polusi udara di
dalam ruangan (misalnya bahan bakar yang digunakan untuk memasak
dan pemanas) pada negara-negara miskin, penyakit ini sekarang
mempengaruhi laki-laki dan perempuan hampir sama (Ismail et al.,
2017). Kebanyakan penderita PPOK terjadi pada individu di atas usia 40
tahun (PDPI, 2011). Hal ini bisa dihubungkan bahwa penurunan fungsi
respirasi pada umur 30-40 tahun (Oemiati, 2013).
b. Keluhan utama
Keluhan yang sering dikeluhkan oleh orang dengan penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) adalah Sesak napas yang bertambah berat bila
aktivitas, kadang-kadang disertai mengi, batuk kering atau dengan
dahak yang produktif, rasa berat di dada (PDPI, 2011).
c. Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Oemiati (2013) Bahwa Perokok aktif dapat mengalami
hipersekresi mucus dan obstruksi jalan napas kronik. Perokok pasif juga
menyumbang terhadap symptom saluran napas dan dengan peningkatan
kerusakan paru-paru akibat menghisap partikel dan gas-gas berbahaya.
Kebiasaan memasak dengan bahan biomass dengan ventilasi dapur yang
jelek misalnya terpajan asap bahan bakar kayu dan asap bahan bakar
minyak diperkirakan memberi kontribusi sampai 35% dapat memicu
terjadinya PPOK.
Produsi mukus berlebihan sehingga cukup menimbulkan batuk
dengan ekspetorasi selama beberapa hari ± 3 bulan dalam setahun dan
paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut dapat memicu terjadinya
PPOK (Somantri, 2012).
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala
pernapasan, riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
(PDPI, 2011). Dan memiliki riwayat penyakit sebelumnya termasuk
asama bronchial, alergi, sinusitis, polip nasal, infeksi saluran nafas saat
masa kanak-kanak dan penyakit respirasi lainya. Riwayat eksaserbasi
atau pernah dirawat di rumah sakit untuk penyakit respirasi (Soeroto &
Suryadinata, 2014).
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit emfisema pada keluarga (PDPI, 2011). Riwayat
keluarga PPOK atau penyakit respirasi lainya. (Soeroto & Suryadinata,
2014). Riwayat alergi pada keluarga (Mutaqqin, 2008).
f. Pola Fungsi Kesehatan
Pola fungsi kesehatan yang dapat dikaji pada pasien dengan PPOK
menurut Wahid & Suprapto (2013) adalah sebagai berikut:
1) Pola Nutrisi dan Metabolik
Gejala: Mual dan muntah, nafsu makan buruk/anoreksia,
ketidakmampuan untuk makan, penurunan atau peningkatan berat
badan.
Tanda: Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.
2) Aktivitas/Istirahat
Gejala: Keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan sehari-hari,
ketidakmampuan untuk tidur, dispnea pada saat aktivitas atau
istirahat.
Tanda: Keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/ kehilangan
massa otot.
3) Sirkulasi
Gejala: pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda: Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi
jantung/takikardi berat, distensi vena leher, edema dependent, bunyi
jantung redup, warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis,
pucat, dapat menunjukkan anemia.
4) Integritas Ego
Gejala: peningkatan faktor resiko, dan perubahan pola hidup.
Tanda: Ansietas, ketakutan, peka rangsangan.
5) Hygiene
Gejala: Penurunan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
hygiene.
Tanda: Kebersihan buruk, bau badan.
6) Pernapasan
Gejala: Batuk menetap dengan atau tanpa produksi sputum selama
minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun,
episode batuk hilang timbul.
Tanda: pernapasan bisa cepat, penggunaan otot bantu pernapasan,
bentuk dada barel chest atau normo chest, gerakan diafragma
minimal, bunyi nafas ronchi, perkusi hypersonan pada area paru,
warna pucat dengan sianosis bibir dan kuku, abu-abu keseluruhan.
7) Keamanan
Gejala: riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan, adanya
/ berulangnya infeksi.
8) Seksualitas
Gejala: Penurunan libido
9) Interaksi Sosial
Gejala: hubungan ketergantungan, kegagalan dukungan terhadap
pasangan/orang terdekat, ketidakmampuan membaik karena
penyakit lama.
Tanda: ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena
disstres pernapasan, keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian
hubungan dengan anggota keluarga lain.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik yang dapat dilakukan pada pasien dengan PPOK
menurut Wahid & Suprapto (2013) adalah sebagai berikut:
a. Pernafasan (B1: Breathing)

1) Inspeksi
Terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan
serta penggunaan otot bantu nafas. Bentuk dada barrel chest (akibat
udara yang tertangkap) atau bisa juga normo chest, penipisan massa
otot, dan pernapasan dengan bibir dirapatkan. Pernapasan abnormal
tidak fektif dan penggunaan otot-otot bantu nafas
(sternocleidomastoideus). Pada tahap lanjut, dispnea terjadi saat
aktivitas bahkan pada aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan
dan mandi. Pengkajian batuk produktif dengan sputum purulen
disertai demam mengindikasikan adanya tanda pertama infeksi
pernafasan
2) Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya
menurun.
3) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hiper sonor
sedangkan diafrgama menurun.
4) Auskultasi
Sering didapatkan adanya bunyi nafas ronchi dan wheezing
sesuai tingkat beratnya obstruktif pada bronkiolus. Pada pengkajian
lain, didapatkan kadar oksigen yang rendah (hipoksemia) dan kadar
karbondioksida yang tinggi (hiperkapnea) terjadi pada tahap lanjut
penyakit. Pada waktunya, bahkan gerakan ringan sekalipun seperti
membungkuk untuk mengikat tali sepatu, mengakibatkan dispnea
dan keletihan (dispnea eksersorial). Paru yang mengalami
emfisematosa tidak berkontraksi saat ekspirasi dan bronkiolus tidak
dikosongkan secara efektif dari sekresi yang dihasilkannya. Pasien
rentan terhadap reaksi inflamasi dan infeksi akibat pengumpulan
sekresi ini. Setelah infeksi terjadi, pasien mengalami mengi yang
berkepanjangan saat ekspirasi.
b. Kardiovaskuler (B2:Blood)
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut
nadi takikardi. Tekanan darah biasanya normal. Batas jantung tidak
mengalami pergeseran. Vena jugularis mungkin mengalami distensi
selama ekspirasi. Kepala dan wajah jarang dilihat adanya sianosis.
c. Persyarafan (B3: Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi
penyakit yang serius.
d. Perkemihan (B4: Bladder)
Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan
pada sistem perkemihan. Namun perawat perlu memonitor adanya
oliguria yang merupakan salah satu tanda awal dari syok.
e. Pencernaan (B5: Bowel)
Pasien biasanya mual, nyeri lambung dan menyebabkan pasien
tidak nafsu makan. Kadang disertai penurunan berat badan
f. Tulang, otot dan integument (B6: Bone)
Karena penggunaan otot bantu nafas yang lama pasien terlihat
keletihan, sering didapatkan intoleransi aktivitas dan gangguan
pemenuhan ADL (Activity Day Living).
g. Psikososial
Pasien biasanya cemas dengan keadaan sakitnya.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
a. Definisi
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi
saluran nafas guna mempertahankan jalan nafas yang bersih (Wilkinson,
2017)
b. Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik yang dapat ditemukan pada ketidakefektifan
bersihan jalan napas menurut Wilkinson (2017), adalah sebagai berikut:
1. Subjektif: Dispnea.
2. Objektif:

a) Suara nafas tambahan (misalnya, crackle, ronki, dan mengi).

b) Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan.

c) Sianosis.

d) Kesulitan untuk bicara.

e) Penurunan suara napas

Definisi: Suaranya lembut dengan pitch rendah

Cara mengkaji: Teknik mendeng arkan suara nafas


menggunakan stetoskop dikenal dengan teknikauskultasi.
Teknik auskultasi merupakan teknik dasar yang digunakan oleh
dokter untuk mengevaluasi suara nafas. Teknik ini cukup
sederhana dan murah, namun memilikikelemahan yaitu hasil
analisisny a yang subjektif (Kiyokawaet al. 2013 dalam Syafria
et al., 2014).

f) Batuk tidak efektif atau tidak ada.


g) Ortopnea
Definisi: Posisi klien duduk diatas tempat tidur dengan badan
sedikit menelung-kup di atas meja disertai bantuan dua buah
bantal.Masing-masing posisi diberlakukan selama 15menit, lalu
dicatat nilai fungsi ventilasi parunyayang terdiri dari frekuensi
nafas dan arus puncak ekspirasi (Ritianingsih et al., 2011)
h) Gelisah.
i) Mata terbelalak.

c. Faktor yang Berhubungan


Faktor yang berhubungan dengan terjadinya ketidakefektifan
bersihan jalan napas menurut Wilkinson (2017), adalah sebagai berikut:
1) Lingkungan: Merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif.

2) Obstruksi Jalan Nafas: Spasme jalan nafas, retensi sekret, mukus


berlebih, adanya jalan nafas buatan, terdapat benda asing di jalan
napas, sekret di bronki, dan eksudat di alveoli.

3) Fisiologis: Disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkial,


PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis), Infeksi, Asma, Jalan
nafas alergik (trauma).
4) Gangguan Pola Tidur Berhubungan Dengan Ketidaknyamanan
Fisik.
5) Intoleransi Aktivitas Berhubungan Dengan Ketidakseimbangan
Antara Suplei dan Kebutuhan Oksigen
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
ketidakefektifan bersihan jalan napas menurut Wilkinson (2017), adalah sebagai
berikut:
Hasil NOC:
1. Pencegahan Aspirasi: Tindakan personal untuk mencegah masuknya cairan
dan partikel padat ke dalam paru.

2. Respon Ventilasi Mekanik: Orang Dewasa: Perubahan alveolar dan perfusi


jaringan disokong secara efektif oleh ventilasi mekanik.

3. Status Pernapasan: Ventilasi: Kepatenan Jalan Napas: Jalan napas


trakeobronkial terbuka dan bersih untuk pertukaran gas.

4. Status Pernapasan: Ventilasi: Pergerakkan udara masuk dan keluar paru.


Tujuan/Kriteria Evaluasi:
1. Menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif, yang dibuktikan oleh
Pencegahan Aspirasi; Status Pernapasan; Kepatenan Jalan Napas; dan Status
Pernapasan: Ventilasi tidak terganggu.

2. Menunjukkan Status Pernapasan: Kepatenan Jalan Napas, yang dibuktikan


oleh indikator gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem,
berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):

a. Frekuensi dan irama pernapasan

b. Kedalaman inspirasi

c. Kemampuan untuk membersihkan sekresi

3. Pasien akan:

a. Batuk efektif

b. Mengeluarkan sekret secara efektif


c. Mempunyai jalan napas yang paten

d. Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang jernih

e. Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal

f. Mempunyai fungsi paru dalam batas normal

g. Mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan di rumah

Intervensi:

1. Manajemen Jalan Napas: Memfasilitasi kepatenan jalan udara.

2. Pengisapan Jalan Napa s: Mengeluarkan sekret dari jalan napas dengan


memasukkan sebuah kateter pengisap ke dalam jalan napas oral dan/atau
trakea.

3. Kewaspadaan Aspirasi: Mencegah atau meminimalkan faktor resiko pada


pasien yang beresiko mengalami aspirasi.

4. Manajemen Asma: Mengidentifikasi, menangani, dan mencegah reaksi


inflamasi/konstriksi di dalam jalan napas.
5. Peningkatan Batuk: Meningkatkan inhalasi dalam pada pasien yang
memiliki riwayat keturunan mengalami tekanan intratoraksik dan kompresi
parenkim paru yang mendasari untuk pengerahan tenaga dalam
menghembuskan udara.

6. Pengaturan Posisi: Mengubah posisi pasien atau bagian tubuh pasien secara
sengaja untuk memfasilitasi kesejahteraan fisiologis dan psikologis.

7. Pemantauan Pernapasan: Mengumpulkan dan menganalisis data pasien


untuk memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat.

8. Bantuan Ventilasi: Meningkatkan pola napas spontan yang optimal, yang


memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam paru.
D. Implementasi
Berikut ini adalah implementasi keperawatan pada klien PPOK menurut
Nugraha et al., (2016):
1. Melakukan auskultasi suara napas dan mencatat suara napas tambahan
seperti mengi, crackles, atau ronki.

2. Mengkaji dan memantau frekuensi pernapasan. Mencatat rasio inspirasi ke-


ekspirasi.

3. Mencatat kerebadaan dan derajat dyspnea.

4. Memriksa kecepatan aliran ekspirasi puncak (peak expiratory flow rate,


PEER) sebelum dan setelah terapi dengan menggunakan meter aliran puncak
(peak flow meter, PFM).

5. Membantu klien mempertahankan posisi nyaman untuk memfasilitasi


pernapasan dengan meninggikan kepala tempat tidur, bersandar pada meja di
atas tempat tidur, atau duduk di tepi tempat tidur.

6. Membantu klien latihan pernapasan abdomen atau pernapasan dengan


mendorong bibir.

7. Mengobservasi batuk yang peristen, batuk kering, batuk basah. Membantu


tindakan untuk meningkatkan efektivitas upaya batuk.’

8. Meningkatkan asupan cairan menjadi 3000 mL/hari dalam toleransi


jantung,berikan air hangat atau hangat kuku. Merekomendasikanasupan
cairan antara waktu makan, bukan selama makan.

9. Membantu pajanan pada polutan lingkungan seeprti debu, asap, dan bantal
bulu sesuai dengan situasi individual.

10. Menggunakan sebuah spacer ketika memberikan inhaler dosis terukur


(materedd-dose inhalasi, MDI), dan spacer dengan masker sesuai indikasi.
11. Memberikan medikasi sesuai indikasi.
Berikut ini adalah implementasi keperawatan tambahan untuk pasien PPOK
dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas yaitu teknik
batuk efektif, clapping dan madu. Jenis madu yang dapat diberikan adalah madu
tualang, Untuk pemberian madu, klien dianjurkan untuk mengkonsumsi madu
pada pagi sebelum sarapan setiap hari dengan dosis 20 mg (Muhamad et al.,
2018). Madu memiliki kandungan antioksidan yang dapat mencegah terjadinya
PPOK. Enzim super oxidase dismutase merupakan salah satu zat antioksidan
yang dapat mencegah terjadiya PPOK, selain SOD banyak zat pada madu yang
berperan dalam mencegah PPOK seperti vitamin A, C, E, peroksidase,
glukosidase, beta karoten, dan flavonoid. Senyawa tersebut dapat memutuskan
rantai radikal bebas sehingga tidak terjadinya kerusakan pada sel paru dan
menurunkan hipersekresi mukus dengan menurunkan mediator inflamasi
(Saputra & Wulan, 2016).
E. Evaluasi
1. Menunjukkan perbaikan pertukaran gas dengan menggunakan bronkodilator
dan terapi oksigen
a. Tidak menunjukkan tanda-tanda kegelisahan, konsusi, atau agitasi.

b. Hasil pemeriksaan gas darah arteri stabil tetapi tidak harus nilai-nilai
yang normal karena perubahan kronis dalam kemampuan pertukaran gas
dari paru.
1) Mencapai bersihan jalan napas
a) Berhenti merokok.

b) Menghindari bahan-bahan yang merangsang dan subu yang


ekstrem.

c) Meningkatkan intake cairan hingga 6-8 gelas sehari.

d) Melakukan postural drainase dengan benar.


e) Mengetahui tanda-tanda awal terjadinya infeksi dan waspada
terhadap pentingnya melaporkan tanda-tanda ini jika terjadi.
2) Memperbaiki pola pernapasan
a) Berlatih dan menggunakan pernapasan diafragma dan bibir
yang dirapatkan.

b) Menunjukkan penurunan tanda-tanda upaya bernapas.


3) Melakukan aktivitas perawatan diri dalam batasan toleransi
a) Mengatur aktivitas untuk menghindari keletihan dan dyspnea.

b) Menggunakan pernapasan terkendali ketika melakukan


aktivitas.
4) Mencapai toleransi dan melakukan latihan serta melakukan aktivitas
dengan sesak napas lebih sedikit.
5) Mendapatkan mekanisme koping yang afektif serta mengikuti
program rehabilitasi paru.

6) Patuh terhadap program terapeutik.

a) Mengikuti regimen pengobatan yang telah ditetapkan.

b) Berhenti merokok.

c) Memepertahankan tingkat aktivitas yang dapat diterima


(Muttaqin, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis


Nanda NIC-NOC. Media Action: Yogyakarta.

Arikunto. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. FIP. IKIP.


Yogyakarta.

Asih., niluh. 2014. Keperawatan Medical Bedah Dengan Gangguan System


Pernafasan. EGC: Jakarta.

Brashers., Valentina. 2016. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan Dan


Manajemen Edisi 2. EGC: Jakarta.

Doenges., Marilyn E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC: Jakarta.

Engram, Barbara. 2017. Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah. Vol.1. EGC:
Jakarta.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PEROFESI NERS

Nama Mahasiswa yang Mengkaji: Thalya I. Sinay NIM:N2007075

Ruangan :.............................. Tgl. Pengkajian : 08-03-2021


Kamar : .............................. Waktu Pengkajian : 12 : 36 WIT
Tgl. Masuk RS: ........................................ Auto Anamnese : 
Allo Anamnese :
I. IDENTIFIKASI
A. KLIEN
Nama Initial : Tn. L
Tempat/tgl. Lahir (umur) : Waai, 06-03-1962 (59 tahun)
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Duda
Jumlah Anak : -
Agama/Suku : Kristen/Alifuru
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia dan daerah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat Rumah : Waai

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : -
Alamat : -
Hubungan dengan klien : -
II. DATA MEDIK
A. Dikirim oleh :  UGD  Dokter praktek

B. Diagnosa Medik : PPOK

 Saat masuk :
Suspek Pleura Efusi

 Saat Pengkajian PPOK


:

III. KEADAAN UMUM

A. KELUHAN UTAMA :

1. Keadaan sakit: Klien mengatkaan susah tidur dan tidsk bisa


melakukan aktivitas dengan baik

Alasan : -sesak nafas, klien dalam posisi duduk

Penggunaan alat medik: -


B. TANDA-TANDA VITAL:
1. Kesadaran:
 Kualitatif: Composmenrtis
 Kuantitatif:
Skala Coma Glasgow: - Respon Motorik : 5
- Respon Bicara : 5
- Respon Membuka Mata: 4
+
Jumlah : 14
Kesimpulan: kesadaran pasien pada saat pengkajian bagus
 Flapping Tremor/asterixis: Negatif

2. Tekanan darah: 140/80mmHg


MAP : 100 mmHg
Kesimpulan : dari tekanan darah yang didapat yaitu 140/80
mmHg maka sesuai Rumus MAP nya adalah 100
mmHg , dengan nilai normal MAP 70-110)
3. Suhu: 36,5°C (Axillar)
4. Nadi: 80x/menit
5. Pernafasan: 20 x/menit
6. Irama : kusmaul
7. Jenis: pernapasan perut
C. PENGUKURAN:
1. Lingkar Lengan Atas: 21,9 cm 3. Tinggi Badan: 155,5 cm
2. Lipat Kulit Triceps : 10,5 cm 4. Berat badan : 40 kg
Indeks Massa Tubuh (IMT) : 14,69 kg/m²
Kesimpulan : berdasarkan standar internasional IMT klien termasuk dalam
kategori kurus
Catatan :-
D. GENOGRAM:

Keterangan :

: Pasien : Hubungan

: Meninggal
IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
A. KAJIAN PERSEPSI KESEHATAN, PEMELIHARAAN KESEHATAN

Riwayat penyakit yang pernah dialami :

Klien pernah masuk RS pada tahun 2019 dengan keluhan sesak nafas, dari hasil
pemeriksaan dokter mengatakan klien menderita Asma berat dan waktu pulang
klien diberi obat semprot bila sesak, obat tersebut masih dipakai klien sampai
sekarang

1. Data subjektif

a. Keadaan sebelum sakit :

Sebelum sakit klien adalah perokok berat, sering batuk tapi klien tidak
pernah sesak nafas dan berobat ke fasiltas kesehatan, klien dapat
melakukan semua aktifitas sendiri tanpa bantuan.

b. Keadaan sejak sakit :

Semenjak sakit semua aktifitas klien dibantu keluarga seperti mandi


maupun mengangkat barang, klien sama sekali tidak mampu melakukan
aktifitas berat, klien mengatakan sering merasakan sesak dan terasa
seperti ada lendir.

2. Data objektif

Kondisi saat dikaji

a. Klien tampak meringis

b. Klien merasakan sakit dibagian dada

c. Skala nyeri 8
d. Klien tampak lemas

e. Klien tampak sesak

f. Klien tampak pucat

g. TTV :

 Nadi : 80x/m

 Suhu : 36,5o C

 TD : 140/80 mmHg

 Pernafasan : 20x/m

Observasi
 Kebersihan rambut : bersih
 Kulit kepala : bersih
 Kebersihan kulit : baik
 Higiene rongga mulut : bersih
 Kebersihan genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
 Kebersihan anus : tidak dilakukan pemeriksaan
Tanda/Scar Vaksinasi : -
B. KAJIAN NUTRISI METABOLIK
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
Klien mengatakan sebelum sakit makan dan minum klien normal,
makan 3 kali sehari minum pun 7 hingga 8 gelas per hari, porsi makan
selalu dihabiskan terdiri dari nasi, ikan, buah dan sayur, klien tidak ada
pantangan terhadap makanan apapun.
b. Keadaan sejak sakit:
Klien mengatakan sebelum sakit makan dan minum klien normal,
makan 3 kali sehari minum pun 7 hingga 8 gelas per hari, porsi makan
selalu dihabiskan terdiri dari nasi, ikan, buah dan sayur, klien tidak ada
pantangan terhadap makanan apapun.

2. Data Obyektif
a. Observasi
Tampak klien mengahabiskan makanannya sesuai porsi sehari-hari.
b. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan rambut : bersih
 Hidrasi kulit :normal
 Conjungtiva : merah muda
 Sclera : tidak tampak icterus pada sclera
 Hidung : bentuk hidung simetris, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada polip
 Rongga mulut : bersih
 Gusi : bersih
 Gigi Geligi : normal
 Gigi palsu : tidak ada
 Kemampuan mengunyah keras : normal
 Lidah : bersih dan normal Tonsil : tidak ada
pembesaran tonsil
 Pharing : baik
 Kelenjar getah bening leher : tidak terdapat pembengkakan
 Kelenjar tyroid : tidak ada pembengkakan
 Abdomen
- Inspeksi :
Bentuk : normal
Bayangan vena : tidak terlihat
Benjolan vena :tidak ada
- Auskultasi : Peristaltik 20x/menit
- Palpasi :
Tanda nyeri umum : tidak ada
Massa : tidak teraba masa pada daerah perut
Hidrasi kulit : normal
Nyeri tekan: √ R. Epigastrica Titik Mc.Burney
 R. Suprapubica  R. Illiaca
Hepar : tidak ada
Lien :tidak ada
 Perkusi
Ascites √ Negatif
 Positif, Lingkar perut / / cm
 Kelenjar limfe inguinal: tidak teraba dan tidak ada pembesaran
 Kulit:

o Spider naevi : Negatif  Positif



o Uremic frost : √ Negatif  Positif

o Edema : √ Negatif  Positif,

o Icteric : √ Negatif  Positif

o Tanda radang : tidak ada

 Lesi : tidak ada


c. Pemeriksaan diagnostik

Laboratorium:

HB : 11 gr%, leuco 10.000, LED 25mm/jam

d. Terapi:

C. KAJIAN POLA ELIMINASI

1. Data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit:


Sebelum sakit klien tidak ada gangguan dengan pola BAK dan BAB,
klien BAB setiap hari diwaktu pagi, konsentrasi lembek warna kuning,
BAK 2-3 x/hari, warna kuning muda dan tidak ada kesulitan dalam
BAB dan BAK.

b. Keadaan sejak sakit:

Sebelum sakit klien tidak ada gangguan dengan pola BAK dan BAB,
klien BAB setiap hari diwaktu pagi, konsentrasi lembek warna kuning,
BAK 2-3 x/hari, warna kuning muda dan tidak ada kesulitan dalam
BAB dan BAK.

2. Data Obyektif

a. Observasi

Tidak dikaji

b. Pemeriksaan Fisik

 Peristaltik usus: 15x/menit

 Palpasi Suprapubica: kandung kemih  Penuh  Kosong

 Nyeri ketuk ginjal: Kiri √ Negatif  Positif

Kanan √ Negatif  Positif

 Mulut urethra: tidak dikaji

 Anus:

- Peradangan : √ Negatif  Positif

- Fissura : √ Negatif  Positif

- Hemoroid : √ Negatif  Positif

- Prolapsus recti : √ Negatif  Positif


- Fistula ani : √ Negatif  Positif

- Masa tumor: √ negatif  Positif

c. Pemeriksaan diagnostik

 Laboratorium:

 Lain-lain

d. Terapi: -

D. KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN

1. Data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit:

 Klien mengatakan biasanya akan jalan-jalan seputaran kompleks

 Klien mengatakan juga biasa melakuan aktifitas seperti pergi


ibadah.

 Klien mengatakan rajin mengikuti setiap kegiatan social maupun


olahraga yang dilakukan di sekitar lingkungan tempat tinggal
maupun diluar.

b. Keadaan sejak sakit:

 Klien mengatakan lebih banyak istirahat dirumah

 Klien mengatakan semenjak sakit dari 2 tahun yang lalu klien sudah
tidak bisa melakukan kegiatan aktif diluar rumah karena sesak nafas
yang dialami klien tiap kali melakukan aktifitas seperti berjalan
jauh dan naik tangga.
2. Data Obyektif

a. Observasi

 Aktivitas Harian:
- Makan 0

- Mandi 2 0 : mandiri

- Berpakaian 2 1 : bantuan dengan alat

- Kerapian 3 2 : bantuan orang

- Buang air besar 2 3 : bantuan orang dan alat

- Buang air kecil 2 4 : bantuan penuh

- Mobilisasi di tempat tidur 2

 Postur tubuh : klien berjalan terlihat membungkuk


 Gaya jalan : klien berjalan pelan dengan langkah
pendek
 Anggota gerak yang cacat : tidak ada
 Fiksasi : tidak ada
 Tracheostomie : tidak ada

b. Pemeriksaan fisik

 JVP 10 cmH20: Kesimpulan JVP meningkat klien mempunyai


riwayat hipertensi yang lama dan menandakan adanya tanda gagal
jantung

 Perfusi pembuluh perifer kuku: tampak kebiruan

 Thorax dan Pernafasan

- Inspeksi: Bentuk thorax: simetris


Stridor : Negatif

Dyspnea d’ Effort : positif

Sianosis : Negatif
-Palpasi: Vocal Fremitus taktil ketika klien mengatakan aaa
dan uuu
-Perkusi:  Sonor  Redup √ Pekak
Batas paru hepar:
Kesimpulan: bentuk thoraks normal

-Auskultasi: Suara Nafas : ronchi basah

Suara Ucapan :

Suara Tambahan: ronchi basah

 Jantung

-Inspeksi: Ictus cordis : tampak pada ICS 5

Klien menggunakan alat pacu jantung √ Negatif

 Positif

- Palpasi: Ictus cordis : normal

Thrill: √ Negatif  Positif

-Perkusi : Batas atas jantung: SIC II

Batas kanan jantung : linea parasternalis dextra

Batas kiri jantung : 1 jari medial linea

Batasbawah jantung : SIC V

-Auskultasi: Bunyi jantung II A : terdengar di aorta


Bunyi jantung II P : terdengar di pilmonal
Bunyi jantung I T : terdengar di trikuspidalis
Bunyi jantung I M : terdengar di mitral
Bunyi jantung III Irama Gallop: √ Negatif
Murmur: Negatif
HR 78x/m
Bruit aorta (-)
A.renalis (-)
A.femolaris (-)
 Lengan dan Tungkai

o Atrofi otot: Negatif

o Rentang gerak: positif

- Mati sendi: positif

- Kaku sendi: positif

o Uji kekuatan otot: Kiri: 4 1 2 3 4 5

Kanan: 4 1 2 3 4 5

Ket : aktif dapat melawan gratifitas tetapi tidak tahan lama


o Reflex Fisiologik: (+)

o Reflex Patologik: Babinski, Kiri √Negatif  Positif

Kanan  Negatif √ Positif

o Clubing Jari-jari √ Negatif  Positif

o Varices Tungkai √ Negatif  Positif

 Columna Vertebralis

o Inspeksi: Kelainan bentuk : tidak ada


o Palpasi: Nyeri tekan √ Negatif  Positif

o N III – IV – VI : bentuk isikor, ukuran pupil 3 mm, reaksi


terhadap cahaya (+), fungsi pergerakan bola mata baik ˂
pandangan klien dapat mengikuti jari perawat.

o N VIII Romberg Test:  Negatif √ Positif

o N XI : (+)

o Kaku kuduk : (-)

c. Pemeriksaan Diagnostik

 Laboratorium

 Lain-lain

d. Terapi

E. KAJIAN POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT

1. Data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit:

klien mengatakan biasanya klien tidur dengan baik, waktu tidur per hari
klien untuk tidur siang biasanya 4-5 jam dan tidur malam 8-9 jam, klien
merasa segar saat bangun tidur, dapat melakukaan aktifitas sehari-hari
setelah bangun tidur, klien biasanya suka tidur dengan suasana yang
gelap, klien juga biasanya menggunakan kipas angina, dan klien juga
tidak memiliki gangguan saat tidur
b. Keadaan sejak sakit:
Klien mengatakan sering bermimpi yang menakutkan, klien sering
terbangun saat mimpi buruk, kepala pusing, nyeri dada dan merasa
mual, klien jarang sekali untuk tidur siang, biasanya tidur malam hanya
3-4 jam, klien jarang tidur siang
2. Data Obyektif

a. Observasi

Expresi wajah mengantuk : Negatif √ Positif

Banyak menguap : Negatif √ Positif

Palpebrae inferior berwarna gelap :  Negatif √ Positif

b. Terapi

Belum ada terapi yang dilakukan


F. KAJIAN POLA PERSEPSI KOGNITIF

1. Data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit:

Klien adalah orang yang ramah, aktif mengikuti semua kegiatan social
dan keagamaan disekitar lingkungan tempat tinggal

b. Keadaan sejak sakit:

Klien tidak lagi mengikuti kegiatan social karena jika berjalan jauh klien
akan merasakan sesak.
2. Data Obyektif
a. Observasi:
Klien tampak ramah terhadap perawat maupun orang sekitarnya
b. Pemeriksaan Fisik
 Penglihatan
-Cornea : baik
-Visus : 03/060 (pemeriksaan menggunakan jari)
-Pupil : baik
-Lensa Mata: agak keruh
-Tekanan Intra Ocular (TIO) : baik
 Pendengaran
-Pina : baik
-Canalis : baik
-Membran Tympani : baik
-Tes Pendengaran : baik
 Pengenalan rasa posisi pada gerakan lengan dan tungkai (+)
 N I : fungsi penciuman baik
 N II : fungsi penglihatan baik dan mampu melihat objek
 N V Sensorik : klien dapat membedakan rasa dengan baik
 N VII Sensorik : klien bisa merasakan sensasi diwajah dengan
baik
 N VIII Pendengaran : fungsi pendengaran baik
 Tes Romberg : baik
c. Pemeriksaan Diagnostik
 Laboratorium
 Lain-lain
d. Terapi

G. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI

1. Data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit:

Klien mengatakan sebelum sakit klien merupakan orang yang aktif


dalam berorganisasi baik masyarakat maupun gereja,klien merupakan
salah satu tua-tua adat sebelum sakit.

b. Keadaan sejak sakit:


Klien mengatakan semenjak sakit sudah tidak bisa melakukan kegiatan
aktif di masyarakat maupun di gereja karena kondisikesehatan klien
yang semakin menurun, klien senang meskipun sakit masih dikunjungi
oleh keluarga maupun orang-orang.

2. Data Obyektif

a. Observasi

1) Kontak mata : baik

2) Rentang perhatian : baik

3) Suara dan cara bicara : jelas dan sopan

4) Postur tubuh : normal


b. Pemeriksaan Fisik
Kelainan bawaan yang nyata : tidak ada

1) Abdomen: Bentuk : baik

Bayangan vena : negatif

Bayangan massa: negatif

2) Kulit: Lesi kulit : baik

3) Penggunaan protesa : tidak ada

H. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA

1. Data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit:

Klien mengatakan sebelum sakit klien merupakan orang yang aktif


dalam berorganisasi baik masyarakat maupun gereja,klien merupakan
salah satu tua-tua adat sebelum sakit

b. Keadaan sejak sakit:

Klien mengatakan sejak sakit klien sudah tidak bisa melakukan kegiatan
aktif di masyarakat maupun di gereja karena kondisikesehatan klien
yang semakin menurun, klien sudah tidak memegang jabatan atau peran
penting dalam organisasi kemasyarakatan maupun gereja
2. Data Obyektif
a. Observasi
Klien tampak sedih karena tidak bisa beraktivitas seperti sebelum sakit,
klien berharap bisa sembuh sehinga dapat melakukan aktivitas seperti
biasa, klien tampak ragu-ragu bila hendak meminta bantuan pada orang
lain.
I. KAJIAN POLA REPRODUKSI – SEKSUALITAS
1. Data Subyektif
 Keadaan sebelum sakit: tidak dikaji
 Keadaan sejak sakit: tidak dikaji
2. Data Obyektif
a. Observasi : tidak kaji
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Diagnostik
 Laboratorium:
 Lain-lain
d. Terapi:

J. KAJIAN MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP


STRES

1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:

klien mengatakan bila banyak berfikir klien sering membicarakannya


dengan istri atau keluarganya.

b. Keadaan sejak sakit:

klien mengatakan bila banyak berfikir klien sering membicarakannya


dengan istri atau keluarganya.
2. Data Obyektif

a. Observasi

Klien tampak biasanya tidak terlihat seperti ada beban yang


ditanggung sendiri.
b. Pemeriksaan Fisik

 Tekanan darah: Berbaring : 140/90 mmHg

Duduk : 140/ 80 mmHg

Berdiri : 140/80 mmHg

Kesimpulan Hipotensi Ortostatik: √ Negatif  Positif

 HR : 80x/menit

 Kulit: baik

Keringat dingin: tidak

Basah: tidak
c. Terapi

K. KAJIAN POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN

1. Data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit:


Klien percaya kepada Tuhan dan rajin beribadah setiap minggu.

b. Keadaan sejak sakit:

Klien percaya kepada Tuhan dan rajin beribadah setiap minggunya


walaupun di rumah saja.

2. Data Obyektif

a. Observasi

Klien tampak baik-baik saja

Nama dan Tanda Tangan yang Mengkaji

(Thalya Imanuela Sinay)


B. ANALISA DATA
Nama : Tn. L
Umur : 59 tahun
Dx medis : PPOK

Data Etiologi Masalah


Data Subjektif : Merokok Ketidak
- Klien mengatakan dada Efektifan Jalan
terasa sesak Napas
- Klien mengatakan terasa Repon inflamasi
nyeri di dada
- Klien mengatakan sering
batuk
Data Objektif : hipersekresi mukus
- TD : 140/90 mmHg.
- Nadi : 80x/m
- RR : 20x/m Bronkitis
- Klien tampak meringis
kesakitan
- Klien terlihat sesak penumpukan lender dan
napas sekresi berlebihan
- Klien tampak batuk

Merangsang reflex batuk

Ketidak efektifan jalan


napas

Data Subjektif: Gangguan pertukaran O2 Intoleransi


- Klien mengatakan tidak dan CO2 dari dan ke aktivitas
mampu berjalan lagi paru-paru
- Klien mengatakan jika
berjalan terlalu jauh
maka akan terasa sesak
Data objektif : Penurunan asupan O2
- Klien tampak berjalan
pelan
- Klien berjalan dibantu Hipoksemia
oleh keuarga
- Klien tidak bisa
melakukan aktifitas
yang berat-berat Penurunan perfusi O2
kejaringan

Intoleransi aktifitas
Data Subjektif : Kompensasi tubuh Gangguan pola
- Klien mengatakan serig dengan peningkatan RR tidur
terbangun saat tidur
- Klien mengatakan
sesekali merasa sesak
Sesak napas
saat tidur
- Klien mengatakan
ketidakpuasan saat tidur
Data Objektif : Timbul efek batuk
- Klien tampak pucat
- Konjungtiva pucat
Tidur tidak efektif

Gangguan pola tidur

Defisiensi Pengetahuan

C. DIAGNOSIS YANG MUNCUL


1. Bersihan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan proses penyakit
D. NCP ( NURSING CARE PLANNING )
Nama : Tn. L
Umur : 59 tahun
Dx Medis : PPOK
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1. Mengetahui
adanya obstruksi
jalan napas yang
Setelah menjadi
dilakukan 1. Auskultasi manifestasi adanya
tindakan bunyi napas bunyi napas
2. Observasi adventius
keperawatan
karakteristik 2. Dapat membantu
Bersihan Jalan selama 3 x 24 batuk menetukan
napas tidak jam, 3. Atur posisi tindakan yang akan
efektif diharapkan nyaman sesuai dilakukan
berhubungan masalah kebutuhan 3. Mempermudah
dengan bersihan jalan pasien fungsi pernapasan
1.
penumpukan 4. Dorong atau dengan
napas teratasi.
secret bantu latihan menggunakan
KH: napas gravitasi
 RR dalam 5. Edukasi pasien 4. Mengatasi dan
batasan untuk banyak mengontrol
normal mengonsumsi dyspnea dan
 Secret dapat cairan sesuai menurunkan
keluar toleransi jebakan udara
 Klien tidak jantung 5. Membantu
batuk lagi menurunkan
kekentalan secret
sehingga dapat
mudah dikeluarkan
2. Intoleransi Setelah 1. Kaji 1. Mempengaruhi
aktivitas dilakukan kemampuan pilihan intervensi
berhubungan asuhan klien untuk yang akan
dengan keperawatan melakukan dilakukan
kelemahan selama 3x24 aktivitas 2. Manifestasi upaya
umum jam, normal, catat kardiopulmonal
diharapkan laporan dari jantung dan
klien dapat kelemahan dan paru untuk
membawa jumlah
oksigen ke
jaringan
meningkatkan keletihan
3. Mengurangi
partisipasi 2. Observasi TTV
jumlah kebutuhan
dalam 3. Bantu klien
oksigen yang
aktivitas. memilih
diperlukan
KH: aktivitas sesuai
4. Membantu
 Menunjukan kemampuan
memilih latihan
peningkatan 4. Motivasi
gerak sesuai
toleransi keluarga untuk
kemampuan klien
aktivitas membantu ADL
5. Mendukung klien
untuk memenuhi
kebutuhan klien.
1. Mengetahui
Setelah 1. Kaji faktor yang penyebab
dilakukan menyebabkan gangguan istirahat
tindakan gangguan tidur dan tidur
keperawatan 2. Ciptakan 2. Dapat membantu
Gangguan pola selama 3x24 suasana nyaman proses istirahat
istirahat dan jam klien 3. Ajarkan yang baik
tidur mengatakan distraksi 3. Memberikanrasa
3.
berhubungan gangguan tidur relaksasi nyaman dan rileks
dengan proses dapat diatasi. 4. Kolaborasi 4. Susu mengandung
penyakit KH: dengan ahli Gizi vitamin, kalsium
- Klien tidak untuk dan magnesium
tidur terjaga pemberian susu yang membantu
- Waktu tidur hangat sebelum menstimulasi otot
6-8 jam tidur dan memberikan
efek relaksasi.
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SOAP
Nama : Tn. M. S
Umur : 59 tahun
Dx Medis : PPOK
Hari/ Diagnosa
Implementasi Evaluasi
tanggal/JAM Keperawatan
Senin, 08 Bersihan jalan 1. Melakukan auskultasi S :
maret 2021 napas tidak bunyi napas paru - Klien
efektif b/d Hasil : mengatakan sulit
penumpukan - Bunyi ronchi mengeluarkan
secret basah lendir
2. Mengobservasi - Klien
karakteristik batuk mengatakan
klien mendapatkan
Hasil : posisi yang
- Klien terlihat batuk nyaman
berdahak aktif sehingga napas
- Klien mengatakan sesak mulai
sulit mengeluarkan berkurang
lendir - klien
- Klien terlihat gelisah mengatakan
3. Mengatur posisi semi terasa sulit untuk
folwer melakukannya
Hasil : - Klien
- Klien mengatakan mengatakan
mendapatkan posisi akan melakukan
yang nyaman anjuran tersebut
sehingga napas sesak - Klien
mulai berkurang mengatakan saat
- Klien tidak terlihat menggunakan
gelisah nebulizer napas
- N : 118x/m sesak mulai
- RR : 26x/m berurang
4. Memotivasi klien - Klien
untuk melakukan mengatakan
tiupan panjang saat cocok dengan
melakukan expirasi obat yang
Hasil : diberikan
- klien mengatakan O:
- Bunyi ronchi
terasa sulit untuk basah
melakukannya - N : 118x/m
- klien terlihat seperti - RR : 26x/m
tersendak saat - Klien terlihat
melakukaan tiupan batuk berdahak
panjang aktif
5. Memotivasi klien - Klien terlihat
untuk banyak minum gelisah
air putih - Klien tidak
Hasil : terlihat gelisah
- Klien mengatakan - klien terlihat
akan melakukan seperti tersendak
anjuran tersebut saat melakukaan
6. Memberikan terapi tiupan panjang
sesuai indikasi yang A:
ada ( nebulizer - Masalah belum
ventolin 1 amq, caps teratasi
sesak 1 tablet, P:
levofloxacin 1 tablet - intervensi 1, 2
Hasil : dan 4 dilanjutkan
- Klien mengatakan
saat menggunakan
nebulizer napas
sesak mulai berurang
- Klien mengatakan
cocok dengan obat
yang diberikan
Senin, 08 Intoleransi 1. mengkaji kemampuan S :
maret 2021 aktivitas klien untuk melakukan - Klien
berhubungan aktivitas normal, catat mengatakan
dengan laporan kelemahan dan tidak bisa
kelemahan keletihan melakukan
umum Hasil : aktifitas yang
- Klien mengatakan berat-berat
tidak bisa - Klien
melakukan aktifitas mengatakan
yang berat-berat mampu
- Klien terlihat tidak melakukan
mampu berjalan aktifitas mandi
- Klien terlihat sendiri namun
berjalan lambat dilakukan
2. mengobservasi TTV secara perlahan
- Klien
Hasil:
mengatakan
- TD : 140/90mmHg
mampu
- N : 118 x/m melakukan
- RR : 26x/m aktifitas makan
3. membantu klien sendiri namun
memilih aktivitas dikakukan
sesuai kemampuan secara perlahan
Hasil : - Keluarga klien
- Klien mengatakan mengatakan
mampu melakukan selalu
aktifitas mandi membantu klien
sendiri namun dalam ADL
dilakukan secara O:
perlahan - Klien terlihat
- Klien mengatakan tidak mampu
mampu melakukan berjalan
aktifitas makan - Klien terlihat
sendiri namun berjalan lambat
dikakukan secara - TD :
perlahan
140/90mmHg
- Klien terlihat - N : 118 x/m
melakukan dengan
- RR : 26x/m
lambat
- Klien terlihat
4. Memotivasi keluarga
melakukan
untuk membantu ADL
dengan lambat
klien
Hasil : - Keluarga klien
- Keluarga klien terlihat selalu
membantu ADL
mengatakan selalu
klien
membantu klien
A:
dalam ADL
- Masalah belum
- Keluarga klien
teratasi
terlihat selalu
P:
membantu ADL
intervensi 1 dan 2
klien
dilanjutkan
Senin, 08 Gangguan pola 1. Mengkaji faktor yang S:
maret 2021 istirahat dan menyebabkan - Klien
tidur gangguan tidur mengatakan
berhubungan Hasil : sering batuk
dengan proses - Klien mengatakan saat tidur
penyakit sering batuk saat apalagi saat
cuaca dingin
- Klien
tidur apalagi saat mengatkan
cuaca dingin sering
- Klien mengatkan merasakan
sering merasakan sesak saat
sesak saat malam malam
- Klien terlihat pucat - Keluarga
2. Menciptakan suasana membatasi
nyaman pengunjung
- Klien terlihat agar klien dapat
banyak yang beristirahat
mengunjungi - Klien
- Keluarga mengatakan
membatasi setelah minum
pengunjung agar susu klien
klien dapat merasa mulai
beristirahat bisa tidur
3. Mengajarkan distraksi O:
relaksasi - Klien terlihat
Hasil : pucat
- Klien mengatakan - Klien terlihat
masih merasakan banyak yang
kesulitan saat tidur mengunjungi
- Klien terlihat pucat - Keluarga
4. Mengkolaborasi membatasi
dengan ahli Gizi untuk pengunjung
pemberian susu hangat agar klien dapat
sebelum tidur beristirahat
Hasil : -
- Klien mengatakan A:
setelah minum susu - Masalah belum
klien merasa mulai teratasi
bisa tidur P:
Intervensi 3
dilanjutkan
Kamis, 11 Bersihan jalan 1. Melakukan auskultasi S:
maret 2021 napas tidak bunyi napas paru - Klien
efektif b/d Hasil : mengatakan sulit
penumpukan - Bunyi ronchi mengeluarkan
secret basah lender
2. Mengobservasi - klien
mengatakan
karakteristik batuk
sudah bisa
klien
melakukannya
Hasil :
dengan baik
- Klien terlihat batuk melakukannya
berdahak aktif O:
- Klien mengatakan - Bunyi ronchi
sulit mengeluarkan basah
lendir
- Klien terlihat
- Klien terlihat takut batuk berdahak
dan gelisah aktif
4. Memotivasi klien
- Klien terlihat
untuk melakukan
takut dan gelisah
tiupan panjang saat
- klien terlihat
melakukan expirasi
dapat bernapas
Hasil :
dengan baik
- klien mengatakan
setelah
sudah bisa
melakukan
melakukannya
expirasi
dengan baik
A:
melakukannya
- masalah belum
- klien terlihat dapat
teratasi
bernapas dengan
P:
baik setelah
- intervensi 1 dan
melakukan expirasi
2 dilanjutkan
Kamis, 11 Intoleransi 1. mengkaji kemampuan S:
maret 2021 aktivitas klien untuk melakukan - Klien
berhubungan aktivitas normal, catat mengatakan
dengan laporan kelemahan dan tidak bisa
kelemahan keletihan melakukan
umum Hasil : aktifitas yang
- Klien mengatakan berat-berat
tidak bisa O:
melakukan aktifitas - Klien terlihat
yang berat-berat tidak mampu
- Klien terlihat tidak berjalan
mampu berjalan - Klien terlihat
- Klien terlihat berjalan lambat
berjalan lambat - TD :
2. mengobservasi TTV 140/90mmHg
Hasil: - N : 100 x/m
- TD : 140/90mmHg - RR : 25x/m
A:
- masalah belum
- N : 100 x/m teratasi
- RR : 25x/m P:
- intervensi 1
dilanjutkan
Kamis, 11 Gangguan pola S:
maret 2021 istirahat dan - Klien
tidur mengatakan
berhubungan mulai
dengan proses 3. Mengajarkan distraksi merasakan tidur
relaksasi
penyakit nyenyak
Hasil :
O:
- Klien mengatakan
- Klien tidak
mulai merasakan
terlihat pucat
tidur nyenyak
lagi
- Klien tidak terlihat
A:
pucat lagi
- masalah teratasi
P:
- intervensi
dihentikan
Senin, 15 Bersihan jalan S:
Maret 2021 napas tidak - Klien
efektif b/d 1. Melakukan auskultasi mengatakan
penumpukan bunyi napas paru sudah bisa
secret Hasil : mengeluarkan
- Bunyi bronkial lender.
- Klien mengatakan - Klien
sesak nafas mengatakan
berkurang sesak nafas
2. Mengobservasi berkurang
karakteristik batuk O:
klien - Bunyi napas :
Hasil : bunyi bronkial
- Klien tidak terlihat - Klien tidak
batuk berdahak lagi terlihat batuk
- Klien mengatakan berdahak lagi
sudah bisa A:
mengeluarkan lendir - Masalah
terataasi
- Intervensi
dihentiksn
Senin, 15 Intoleransi S:
Maret 2021 aktivitas 1. mengkaji kemampuan - Klien
berhubungan klien untuk melakukan mengatakan
dengan aktivitas normal, catat bisa melakukan
kelemahan laporan kelemahan dan aktifitas namun
umum keletihan yang ringan
Hasil : O:
- Klien mengatakan - Klien terlihat
bisa melakukan mampu berjalan,
aktifitas namun namun lambat
yang ringan A:
- Klien terlihat - Masalah teratasi
mampu berjalan, P:
namun lambat - Intervensi
dihentikan

Anda mungkin juga menyukai