Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hemodialisa merupakan salah satu tindakan untuk mengatasi gangguan fungsi


ginjal. Gangguan fungsi ginjal ada dua akut dan kronik. Gangguan fungsi ginjal
salah satunya adalah gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik adalah penurunan
fungsi ginjal secara progresif dan ireversibel. Gagal ginjal kronik biasanya
timbul beberapa tahun setelah penyakit atau kerusakan ginjal, tetapi pada
situasi tertentu dapat muncul secara mendadak (Price, 2005: 813). Menurut
Smeltzer dan Bare (2002: 1457) dialisis atau transplantasi ginjal diperlukan
untuk kelangsungan hidup pasien gagal ginjal kronis. Dialisis dilakukan pada
pasien yang mengalami gangguan ginjal untuk membantu mendapatkan
kembali fungsi ginjal yang seharusnya.

Verrelli (2006) mengutip dari The Third National Health and Examination
Survey (NHANES III) mengestimasikan prevalensi penyakit ginjal kronik pada
orang dewasa di Amerika Serikat sekitar 11% (19,2 juta penduduk): 3,3% (5,3
juta) pada derajat 1, 3% (5,3 juta) pada derajat 2, 4,3% (7,6 juta) pada derajat 3,
0,2% (400.000) pada derajat 4 dan 0,2% (300.000) pada derajat 5 atau gagal
ginjal. Penyakit ginjal kronik adalah penyebab utama morbiditas dan
mortalitas, terutama sekali pada derajat lanjut. Rata-rata usia harapan hidup
selama 5 tahun untuk pasien yang menjalani dialisis kronik di Amerika Serikat
adalah sekitar 35% (Verrelli, 2006). Secara umum penderita-penderita penyakit
ginjal kronik menuju ke tahapan gagal ginjal.

Kecepatan perubahan ini bergantung terhadap diagnosis yang mendasari


(Verrelli, 2006). Kelangsungan hidup penderita penyakit ginjal kronik
dipengaruhi oleh usia, adekuasi dialisis, etiologi penyakit ginjal kronik,
komorbid, dan sosial ekonomi (Brenner, Peterson, Kartono, Darmarini & Roza,
2004).

Menurut laporan tahunan dari Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia (YGDI) pada
tahun 2006, diperkirakan jumlah penderita penyakit ginjal kronik di Indonesia
sebanyak 150 ribu pasien. Dari jumlah total pasien tersebut 21% berusia 15-34
tahun, 49% berusia 35-55 tahun, dan 30% berusia diatas 56 tahun. Dari tahun
ke tahun jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia meningkat hingga 100
persen. Mulai tahun 2009 tren jumlah penderita gagal ginjal yang menjalani
cuci darah, terus bertambah. Awalnya hanya sekitar 2.300 penderita, kemudian
bertambah hingga mencapai 3 ribu lebih. Penyebab penyakit gagal ginjal
bermacam-macam, diantaranya diabetes, darah tinggi, dan beberapa penyakit
lainnya (Hudoyo, 2009).
Sedangkan berdasarkan data dari Rekam Medis RSUP Sanglah didapatkan
jumlah pasien yang menjalani hemodialisis di tahun 2016 sebanyak 260 orang.
Umumnya pasien yang menjalani hemodialisis tidak hanya dialami oleh
kalangan ekonomi atas namun kini banyak yang berasal dari kalangan ekonomi
rendah dengan menggunakan fasilitas BPJS.

Maka dari itu, peranan perawat sangat penting dalam memberikan tindakan
keperawatan secara komprehensif. Hal ini, merupakan tantangan bagi perawat
untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan
kepada pasien, sehingga perawat dituntut mempunyai pemahaman dalam hal
mengkaji, intervensi dengan cepat, implementasi dan mengevaluasi hasil
tindakan keperawatan yang diberikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik mengangkat laporan kasus
dengan judul Asuhan Keperawatan Pasien F dengan Hemodialisa oleh karena
CKD stadium V di ruang Hemodialisa RSUP Sanglah pada tanggal 08 Juni
2017. Harapan penulis dengan adanya laporan ini nantinya dapat bermanfaat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada kasus-kasus yang terjadi,
khususnya pada pasien dengan CKD yang menjalani hemodialisa.

Anda mungkin juga menyukai