Anda di halaman 1dari 9

SISTEM UTILISASI

Teori nilai guna mempelajari kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari
mengkonsumsikan beberapa barang. Jika kepuasan itu semakin tinggi maka semakin tinggi nilai
gunanya. Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari suatu barang maka nilai gunanya akan semakin
rendah pula. Dapat disimpulkan bahwa nilai guna (utility) adalah kemampuan suatu barang atau
jasa untuk memberikan kepuasan pada manusia dalam mencukupi kebutuhan manusia. Nilai guna
pelayanan kesehatan dapat dilihat dari kualitas pelayanan kesehatan sehingga akan membentuk
sebuah kepuasan pelanggan. Kualitas pelayanan kesehatan bersifat multi dimensi. Ditinjau dari
pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer) maka pengertian kualitas pelayanan lebih
terkait pada ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara
petugas dengan pasien, keprihatinan serta keramahtamahan petugas dalam melayani
pasien, kerendahan hati dan kesungguhan. Ditinjau dari penyelenggara pelayanan kesehatan
(health provider) maka kualitas pelayanan lebih terkait pada kesesuaian pelayanan yang
diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran mutakhir. Hal ini
terkait pula dengan otonomi yang dimiliki oleh masing-masing profesi dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Menurut Robert dan Prevest dalam Lupiyoadi (2001), Nilai guna pelayanan kesehatan
dapat dilihat dari kualitas pelayanan kesehatan sehingga akan membentuk sebuah kepuasan
pelanggan. Kualitas pelayanan kesehatan bersifat multi dimensi. Ditinjau dari pemakai jasa
pelayanan kesehatan (health consumer) maka pengertian kualitas pelayanan lebih terkait pada
ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara petugas dengan
pasien, keprihatinan serta keramahtamahan petugas dalam melayani pasien, kerendahan
hati dan kesungguhan. Ditinjau dari penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider) maka
kualitas pelayanan lebih terkait pada kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran mutakhir. Hal ini terkait pula dengan otonomi
yang dimiliki oleh masing-masing profesi dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pasien. Menurut Azwar (1996), pengertian kualitas pelayanan
kesehatan perlu dilakukan pembatasan yang secara umum dapat disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan kualitas pelayanan kesehatan adalah mengacu pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan. Pada satu sisi dapat menimbulkan kepuasan kepada pasien, sedang pada
sisi lain prosedurnya harus sesuai dengan kode etik standar profesi yang ditetapkan. Kualitas
pelayanan kesehatan dapat dilihat dari berbagai indikator kepuasan pelayanan kesehatan dan Mutu
pelayanan kesehatan.
Bentham (1789) dalam Hunt (2002) menyatakan “that property in any object, whereby it tend
to produce benefit, advantage, pleasure, good, or happiness or to prevent the happening of
mischief, pain, evil, or unhappiness”. Yang artinya nilai guna terkait tentang hak kepemilikan pada
suatu objek apapun yang mana untuk menghasilkan keuntungan, manfaat, kepuasan, kebaikan, atau
kebahagiaan atau untuk mencegah terjadinnya kecurangan, kesakitan, kejahatan, atau
ketidakbahagiaan”. Dalam perkembangannya, teori utlity diperluas oleh Jevons (1871) dalam Hunt
(2002) yang menyatakan bahwa “...to treat economy as a calculus of pleasure and pain, and have
sketched out...” yang artinya “...memperlakukan ilmu ekonomi sebagai hitungan kepuasan dan
kesakitan, dan telah digambarkan...” jadi utility dapat dihitung secara matematis dan dapat
digambarkan hasil dari perhitungan tersebut.
Utilisasi pelayanan adalah sebuah kegiatan pemanfaatan pelayanan oleh sekelompok orang
mmaupun individu. Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang menggunakan dan
memanfaatkan tergantung dari pengetahuan masing-masing individu. Terdapat berbagai model
utilisasi kesehatan yang digunakan untuk menggambarkan perilaku pemanfaatan pelayanan,model-
model tersebut adalah:
- Model andersen
Model ini merupakan model kepercayaan kesehatan yang disebut sebagai model perilaku
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adalah:
1. Karakteristik predisposisi
Karakter ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwasetiap individu mempunyai
kecendrungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda dilihat dari sisi
demografi, struktur sosial dan kepercayaan.
2. Karakteristik kemampuan
Merupakan suatu keadaan dan kondisi yang membuat seseorang mampu untuk melakukan
kegiatan untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Berdsarkan sumbernya
karakteristik kemampuan dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu sumber daya keluarga dan
sumber daya masyarakat.
3. Karakteristik kebutuhan
Andersen menggunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan akan pelayanan
kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari faktor kebutuhan.
Penilaian kebutuhan didapatkan dari 2 smber yaitu penilaian individu dan klinik.
- Model zshock
Menyatakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menggunakan
pelayanan kesehatan yaitu:
a. Status kesehatan, pendidikan, pendapatan
b. Faktor konsumen dan pemberi pelayanan kesehatan
c. Resiko sakit dan lingkungan
- Model andersen dan anderson
Menggolongkan model utilisasi kesehatan kedalam tujuh kategori berdasarkan dari tipe variabel
yang digunakan sebagai faktor yang menentukan utilisasi pelayanan kesehatan. Ketujuh faktir
tersebut adalah:
a. Model demokrasi
Pada model ini variabel yang digunakan adalah Umur,jenis kelamin,status
perkawinan,besarnya keluarga. Variabel tersebut digunakan sebagai indikator yang
mempengaruhi utilitas kesehatan.
b. Model struktur sosial
Pada model ini variabel yang digunakan adalah pendidikan,pekerjaan dan etnis. Variabel
tersebut mencerminkan status sosial dari individu atau keluarga didalam masyarakat dan
dapat pula menggambarkan gaya hidup individu dan juga keluarga.
c. Model sosial psokologis
Pada model ini variabel yang digunakan adalah pengetahuan,sikap dan keyakinan individu
didalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Variabel tersebut mempengaruhi individu
untuk mengambil keputusan dan bertindak didalam menggunakan pelayanan kesehtan.
d. Model sumber daya keluarga
Pada model ini sumber yang digunakan adalah Pendapatan keluarga dan cakupan mengenai
pelayanan kesehatan. Variabel tersebut dapat mengukur kesanggupan dari setiap individu
atau keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan.
e. Model sumber daya masyarakat
Pada model ini variabel yang digunakan adalah pelayanan kesehatan dan sumber-sumber di
masyarakat
f. Model organisasi
Pada model ini variabel yang digunakan adalah pencerminan perbedaan bentuk pelayanan
kesehatan. Pada umumnya variabel yang digunakan adalah:
1. Gaya praktek pengobatan sendiri (sendiri,rekanan,kelompok)
2. Sifat alamiyah dari pelayanan tersebut (pembayaran langsung atau tidak)
3. Lokasi dari pelayanan kesehatan (pribadi,rs atau klinik)
4. Petugas kesehatan yang pertama kali dihubungi oleh pasien (dokter,perawat,dll)
g. Model sistem kesehatan
Model ini mengintegrasikan keenam model diatas menjadi model yang lebih sempurna
- Model becker
Pada model ini digunakan model kepercayaan yang menjadi sebuah bentuk dari model
sosiopsikologis yang menganggap bahwa perilaku kesehtan merupakan fungsi pengetahuan
maupun sikap individu. Selain itu model kepercayaan kesehatan ini merupakan salah satu
pengembang dari teori lapagan lewin pada tahun 1954, dimana dalam teori konsep lapangan
dijelaskan bahwa setiap individu dalam kehidupannya akan berada pada daerah antara positif
dan daerah negatif. Dalam model becker ada 4 variasi kunci yang mempengaruhi perilaku
seseorang dalam bertindak berlauk untuk mencegah suatu penyakit,yaitu:
1. kerentanan yang dirasa
tindakan individu dalam mencari pengobatan atau melakukan upaya pencegahan terhadap
suatu penyakit.
2. Keseriusan yang dirasakan
Tindakan individu dalam mencari pengobatan dan pencegahan penyakit yang didorong oleh
keseriusan penyakit itu sendiri.
3. Manfaat dan rintangan yang dirasakan
Tindakan yang dilkukan akibat kerentanan dari siatu penyakit tergantung dari mnfaat yang
dirasakan
4. Isyarat atau tanda-tanda
Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang rentang kegawatan dan
keuntungan diperlukan isyaratberupa faktor-faktor dari luar dari luar yang berupapesan-
pesan media masa,nasihat dari teman atau anggota keluarga yang pernah mengalami.
- Model green
Tindakan seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:
1. Faktor predisposisi
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi
2. Faktor pemungkin
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
masyarakat
3. Faktor penguat
Faktor ini mempengaruhi faktor perilaku dan sikap masyarakat,tokoh agama, sikap dan
perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang,
peraturan baik dari pemerintah pusat atau daerah terkait kesehatan.

Menurut Michael Grossman dalam health care economics second edition , Konsumen memiliki
2 alasan dalam hal permintaan terhadap kesehatan yaitu:
a. Kesehatan sebagai komuditas konsumsi
Kesehatan merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh konsumen dimana dengan kesehatan itu
sendiri konsumen merasa lebih baik. Dengan kesehatan itu sendiri, konsumen dapat melakukan
aktivitas fisik dengan leluasa tanpa ada gangguan dr kesehatan mereka sendiri.
b. Kesehatan sebagai sebuah investasi
Kondisi kesehatan akan menentukan jumlah waktu yang tersedia untuk seseorang. Lama waktu
seseorang sakit akan berpengaruh pada jumlah waktu yang dapat ia lakukan untuk bekerja dan
melakukan aktivitas lainnya. Selain itu, sakit dapat menyebabkan seseorang kehilangan
penghasilannya akibat tidak dapat bekerja selama ia sakit.
Variasi didalam permintaan terhadap pelayanan medis dapat dikatagorikan menjadi faktor dari
pasien sendiri dan dari faktor pemberi layanan medis. Permintaan pasien terhadap pelayanan medis
antara lain adalah permintaan dalam hal pelayanan (treatment) , tipe pengobatan, dan hasil dari
banyaknya jumlah pengobatan dan tipe pengobatan yang dilakukan serta kualitas dari pengobatan
medis itu sendiri. Sedangkan factor dari pihak medis adalah bagaimana memberikan pelayanan
yang memuaskan bagi pasien dan memberikan kualitas pelayanan yang baik.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap pelayanan
medis baik dari segi pasien maupun dari pihak pemberi layanan medis,
1. Factor yang mempengaruhi permintaan pasien terhadap pelayanan medis
Pasien merupakan konsumen paling penting dalam jasa kesehatan dimana pasien ini akan
mempengaruhi jumlah permintaan terhadap pelayanan kesehatan serta menentukan kualitas
dari pelayanan kesehatan bersangkutan.
a) Kejadian sakit (incidence of illness)
Kejadian sakit yang diderita oleh masing-masing individu berbeda-beda, hal ini
dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Semakin bertambahnya usia, maka jumlah
kejadian sakit dan kematian akan semakit meningkat dimana penyakit pada setiap
pertambahan usia akan beresiko untuk menderita peyakit kronis sehingga pelayanan
kesehatan akan semakin dibutuhkan. Dari segi jenis kelamin, terdapat kebutuhan pelayanan
kesehatan antara laki-laki dan perempuan. Kebutuhan perempuan akan pelayanan
kesehatan lebih tinggi dibandingkan laki-laki disebabkan karena kebutuhan untuk obstetri
(persalinan).
b) Karakteristik budaya dan demografi (culturaldemographic characteristics)
1) Jenis kelamin
Meskipun pengeluaran untuk pemanfaatan pelayanan kesehatan yang kurang lebih
sama untuk kedua jenis kelamin pada tahun-tahun awal, ada perbedaan dalam
kebutuhan pelayanan kesehatan antara pria dan wanita. Di kemudian hari, pengeluaran
yang dikeluarkan oleh perempuan melebihi dari yang dikeluarkan oleh laki-laki
terutama karena biaya kandungan.
2) Usia
Hubungan antara umur dan penggunaan pelayanan medis, bagaimanapun tidak linier
juga tidak sama untuk setiap jenis pelayanan kesehatan. Karena semakin bertambah
usia akan semakin membutuhkan pelayanan kesehatan.
3) Status perkawinan dan jumlah anggota keluarga
Seseorang dengan status belum menikah lebih banyak menggunakan pelayanan rumah
sakit dibandingkan dengan seseorang yang sudah menikah. Selain status perkawinan,
jumlah orang dalam keluarga juga mempengaruhi permintaan untuk pelayanan
kesehatan. Orang yang belum berkeluarga umumnya menggunakan perawatan di rumah
sakit lebih dari yang dilakukan oleh orang yang sudah menikah. Ketersediaan orang di
rumah untuk merawat seseorang mungkin pengganti hari tambahan di rumah sakit.
Besarnya keluarga juga mempengaruhi permintaan, sebuah keluarga besar memiliki
pendapatan per kapita yang lebih rendah (meskipun tidak selalu proporsional kurang)
daripada sebuah keluarga kecil dengan pendapatan yang sama.
4) Pendidikan
Pendidikan juga diyakini dapat mempengaruhi permintaan pelayanan medis. Sebuah
jumlah yang lebih besar dari pendidikan di rumah tangga dapat memungkinkan
keluarga untuk mengenali gejala awal penyakit, sehingga kesediaan yang lebih besar
untuk mencari pelayanan kesehatan awal. Tingginya tingkat pendidikan juga dapat
menyebabkan peningkatan efisiensi dalam pembelian keluarga dan penggunaan
pelayanan medis.
5) Preferensi pasien
Preferensi yang dimiliki pasien bisa didapatkan melalui iklan, orang sekita dan dokter
yang dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh pasien.
c) Faktor ekonomi ( economic factors ).
1) Pendapatan
Sejumlah penelitian telah mengungkapkan hubungan antara pendapatan keluarga dan
pengeluaran untuk pelayanan kesehatan. Ketika studi ini didasarkan pada data survey,
sering ditemukan bahwa keluarga-keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi
memiliki pengeluaran yang lebih besar untuk pelayanan kesehatan.
2) Harga
Hubungan tarif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan adalah negatif. Semakin
tinggi tarif maka demand akan menjadi semakin rendah. Sangat penting untuk dicatat
bahwa hubungan negatif ini secara khusus terlihat pada keadaan pasien yang
mempunyai pilihan. Pada pelayanan rumah sakit, tingkat demand pasien sangat
dipengaruhi oleh keputusan dokter. Keputusan dari dokter mempengaruhi length of
stay, jenis pemeriksaan, keharusan untuk operasi, dan berbagai tindakan medik lainnya.
Pada keadaan yang membutuhkan penanganan medis segera, maka faktor tarif mungkin
tidak berperan dalam mempengaruhi demand, sehingga elastisitas harga bersifat
inelastik. Sebagai contoh, operasi segera akibat kecelakaan lalu lintas. Apabila tidak
ditolong segera, maka korban dapat meninggal atau cacat seumur hidup.
3) Jaminan atau asuransi kesehatan
Asuransi dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand terhadap pelayanan
kesehatan, dengan demikian hubungan dari asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan
terhadap demand terhadap pelayanan kesehatan adalah bersifat positif. Pada negara
maju, faktor asuransi kesehatan menjadi penting dalam hal demand pelayanan
kesehatan. Sebagai contoh, di Amerika Serikat masyarakat tidak membayar langsung ke
pelayanan kesehatan, tetapi melalui sistem asuransi kesehatan. Di samping itu, dikenal
pula program pemerintah dalam bentuk jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin
dan orang tua.
4) Nilai waktu bagi pasien
Ketika harga pelayanan kesehatan diminimalkan maka seseorang akan
mempertimbangkan penggunaan waktu seperti jauh dekatnya dengan tempat pelayanan
kesehatan atau lama waktu tunggu sebelum mendapat pelayanan kesehatan juga akan
mendapat perhatian dari konsumen.
2. Faktor pihak pemberi layanan medis yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap
pelayanan medis
Dalam melakukan tindakan terhadap pasien, dokter tenaga medis harus dapat menyesusaikan
sumber daya keuangan pasien dan kebutuhan medis pasien sebelum melakukan tindakan
medis. Pasien memiliki ilmu pengetahuan mengenai medis yang akan digunakan untuk
berdiskusi dengan tenaga medis sehingga dapat mengambil keputusan perawatan seperti apa
yang akan dijalani. Dalam hal ini, efisiensi dari pelayanan medis dan penawaran harga yang
mempengaruhi permintaan pasien terhadap pelayanan medis.
Kepuasan yang dirasakan oleh pasien merupakan aspek yang sangat penting bagi kelangsungan
suatu rumah sakit. Kepuasan pasien adalah nilai subjektif terhadap kualitas pelayanan yang
diberikan. Penilaian subjektif tersebut didasarkan pada pengalaman masa lalu, pendidikan,
situasi psikis waktu itu, dan pengaruh lingkungan pada waktu itu.
Menurut Lupiyoadi yang dikutip dari Hendroyono mengemukakan bahwa pasien dalam
mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa aspek
yaitu:
a. Kualitas Produk atau Jasa.
Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi menunjukkan bahwa produk atau jasa yang
digunakan berkualitas baik.
b. Kualitas pelayanan .
Pelanggan dalam hal ini pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan
yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.
c. Faktor emosional
Pasien yang merasa yakin bahwa orang lain kagum terhadap pasien yang memilih
rumah sakit dengan kategori rumah sakit mahal cenderung memiliki tingkat kepuasan
yang lebih tinggi.
d. Harga
Harga merupakan aspek penting. Semakin mahal harga perawatan maka pasien
mempunyai harapan yang lebih besar dan menimbulkan kepuasan pada pasien.
e. Biaya
Pasien yang mendapatkan produk atau jasa dengan tidak mengeluarkan biaya tambahan
cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dituntut untuk
meningkatkan kualitas kinerja dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga
pelayanan yang diberikan mampu memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan masyarakat
serta mampu memberikan kepuasan. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), salah satu
upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik adalah dengan menyusun indeks
kepuasan masyarakat sebagai tolok ukur untuk menilai tingkat kualitas pelayanan.
Dengan demikian data indeks kepuasan masyarakat dapat menjadi bahan penilaian
terhadap unsur pelayanan yang masih perlu perbaikan dan menjadi pendorong setiap unit
penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya.
Tingkat kepuasan masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan dapat diukur dengan
menggunakan 14 unsur pelayanan dalam Kepmenpan No.25/2004 Tentang IKM yang
dijabarkan ke dalam sub-sub indikator, sebagai berikut:
1) Prosedur pelayanan
- Tingkat kemudahan alur pelayanan yang diberikan
- Tingkat kesederhanaan alur pelayanan yang diberikan
2) Persyaratan pelayanan
- Kemudahan persyaratan teknis dan administratif yang harus dipenuhi
- Kesederhanaan persyaratan teknis dan administratif yang harus dipenuhi.
3) Kejelasan petugas pelayanan
- Kejelasan petugas yang memberikan pelayanan
- Kepastian petugas yang memberikan pelayanan untuk segera menangani pasien.
4) Kedisiplinan petugas
- Tingkat kehadiran petugas yang memberikan pelayanan
- Tingkat keberadaan petugas pada saat jam pelayanan
- Intensitas penundaan pekerjaan yang dilakukan oleh petugas
5) Tanggung jawab petugas
Tanggung jawab petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
6) Kemampuan petugas pelayanan
- Tingkat keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki
- Kejelasan informasi yang disampaikan kepada pasien.
7) Kecepatan pelayanan
Tingkat kecepatan petugas dalam memberikan pelayanan
8) Keadilan mendapatkan pelayanan
- Tingkat keadilan petugas dalam memberikan pelayanan
- Pemberian pelayanan terhadap semua pasien tanpa pilih-pilih
9) Kesopanan dan keramahan petugas
- Tingkat kesopanan petugas dalam memberikan pelayanan
- Tingkat keramahan petugas dalam memberikan pelayana.
10) Kewajaran biaya pelayanan
Tingkat kewajaran biaya yang dikeluarkan
11) Kepastian biaya pelayanan
- Kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang ditetapkan
- Adanya rincian biaya yang jelas dan pasti
12) Kepastian jadwal pelayanan
Tingkat kesesuaian jam pelayanan dengan jadwal
13) Kenyamanan lingkungan
- Tingkat kerapian pengaturan sarana dan prasarana
- Tingkat kebersihan ruangan
- Kenyamanan ruang tunggu
14) Keamanan pelayanan
- Tingkat kelengkapan sarana prasarana kesehatan
- Kebersihan peralatan medis

Prioritas indikator kual;itas pelayanan kesehatan menurut pasien, adalah suatu aspek
utama yang menjadi petunjuk atau pedoman ukuran yang penting, yang berbobot, atau yang
semestinya berkaitan dengan penyelenggaraan layanan kesehatan rumah sakit yang menjadi
bagian dari pengalaman atau yang dirasakan pasien rumah sakit. Indikator pelayanan kesehatan
yang dapat menjadi prioritas relatip sangat banyak, diantaranya adalah,
1. Kinerja tenaga dokter, adalah prilaku atau penampilan dokter rumah sakit dalam
proses pelayanan kesehatan pada pasien, yang meliputi ukuran: layanan medis,
layanan nono medis, tingkat kunjungan, sikap, dan penyampaian informasi.
2. Kinerja tenaga perawat, adalah perilaku atau penampilan tenaga perawat rumah sakit
dalam proses pemberian pelayanan kesehatan pada pasien, yang meliputi ukuran:
layanan medis, layanan nono medis, sikap, penyampaian informsai, dan tingkat
kunjungan.
3. Kondisi fisik, adalah keadaan saran rumah sakit dalam bentuk fisik seperti kamar
rawat inap, jendela, pengaturan suhu, tempat tidur, kasur dan sprei
4. Makanan dan menu, adalah kualitas jenis atau bahan yang dimakan atau dikonsumsi
pasien setiap harinya, seperti nasi, sayuran, ikan, daging, buah-buahan, dan minuman.
Menu makanan adalah pola pengaturan jenis makanan yang dikonsumsi oleh pasien.
5. Sistem administrasi pelayanan, adalah proses pengaturan atau pengelolaan pasien di
rumah sakit yang harus diikuti oleh pasien (rujukan dan biasa), mulai dari kegiatan
pendaftaran sampai pase rawat inap.
6. Pembiayaan, adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan kepada rumah sakit selaras
pelayanan yang diterima oleh pasien, seperti biaya dokter, obat-obatan, makan, dan
kamar.
7. Rekam medis, adalah catatan ataua dokumentasi mengenai perkembangan kondisi
kesehatan pasien yang meliputi diagnosis perjalanan penyakit, proses pengobatan dan
tindakan medis, dan hasil pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai