Terdapat dua istilah yang sering dibicarakan secara bersamaan dalam kaitan
1. Kelalaian
melakukan kesalahan (Keeton, 1998). Hanafiah dan Amir (1999) mengatakan bahwa
kelalaian adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan
sikap hati-hatinya melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang
seseorang dengan sikap hati-hatinya tidak akan melakukannya. Sementara Guwandi (1994)
mengatakan bahwa kelalaian adalah kegagalan untuk melakukan sesuatu yang umumnya
seseorang yang wajar dan hati-hati akan melakukannya di dalam keadaan tersebut.
Kelalaian bukanlah suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika kelalaian tersebut
tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat
menerimanya (Hanafiah dan Amir, 1999). Tetapi jika kelalaian itu mengakibatkan
kerugian materi, mencelakakan bahkan merenggut nyawa orang lain, maka ini ini
1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk tidak
melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi tertentu.
4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal ini harus
Dari beberapa pengertian di atas dapat difahami bahwa kelalaian merupakan bentuk
ketidaksengajaan, kurang hati-hati, kurang peduli dengan kepentingan orang lain, namun
2. Malpraktek
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu
berkonotasi yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti salah sedangkan “praktek”
mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek berarti pelaksanaan atau
tindakan yang salah. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut
dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan
suatu profesi.
dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan
dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau
orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama. Malpraktek juga dapat
pelayanan yang baik, yang biasa terjadi dan dilakukan oleh oknum yang tidak mau
mematuhi aturan yang ada karena tidak memberlakukan prinsip-prinsip transparansi atau
keterbukaan,dalam arti harus menceritakan secara jelas tentang pelayanan yang diberikan
kepada konsumen, baik pelayanan kesehatan maupun pelayanan jasa lainnya yang
diberikan.
dengan standar profesi yang berlaku bagi seseorang karena memiliki keterampilan dan
Hal serupa diutarakan oleh J. Guwandi dengan mengutip Black’s Law Dictionary,
“Malpraktek adalah, setiap sikap tindak yang salah, kekurangan keterampilan dalam
ukuran tingkat yang tidak wajar. Istilah ini umumnya dipergunakan terhadap sikap tindak
dari para dokter, pengacara dan akuntan. Kegagalan untuk memberikan pelayanan
profesional dan melakukan pada ukuran tingkat keterampilan dan kepandaian yang wajar
di dalam masyarakatnya oleh teman sejawat rata-rata dari profesi itu, sehingga
mengakibatkan luka, kehilangan atau kerugian pada penerima pelayanan tersebut yang
cenderung menaruh kepercayaan terhadap mereka itu. Termasuk di dalamnya setiap sikap
tindak profesional yang salah, kekurangan keterampilan yang tidak wajar atau kurang
kehati-hatian atau kewajiban hukum, praktek buruk atau ilegal atau sikap immoral.”
applied to such conduct by doctors, lawyers, and accountants. Failure of one rendering
professional services to exercise that degree of skill and learning commonly applied under
all the circumstances in the community by the average prudent reputable member of the
profession with the result of injury, loss or damage to the recipient of those entitled to rely
terkait dengan status profesional seseorang. Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan
bahwa malpraktek merupakan batasan yang spesifik dari kelalaian yang ditujukan kepada
tugas/pekerjaannya.
Kelalaian memang bisa masuk di dalam pengertian malpraktek, tetapi tidak semua
malpraktek merupakan bentuk kelalaian. Malpraktek bersifat lebih luas daripada kelalaian,
karena dalam malpraktek bisa mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan dengan sengaja
Untuk menentukan secara pasti sebuah tindakan itu adalah malpraktik, maka harus
d. Cedera yang terjadi merupakan akibat langsung dari tindakan salah yang dilakukan
pelaku.
1. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional
2. Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang profesional dengan kata
Untuk Malpraktik Hukum Atau Yuridical Malpractice Dibagi Dalam 3 Kategori Sesuai Bidang
Hukum Yang Dilanggar, Yakni Criminal Malpractice, Civil Malpractice Dan Administrative
Malpractice.
1. Criminal Malpractice
b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan
(intensional), kecerobohan (reklessness) atau kealpaan (negligence).
2. Civil malpractice
Civil Practice merupakan pelanggaran terhadap kode etik profesi. Seorang tenaga
kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau
tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan
tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain:
Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan
dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability.dengan prinsip ini maka
rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan
karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka
melaksanakan tugas kewajibannya.
3. Administrative Malpractice
Sesuai pengertian malpraktek yang dikemukakan oleh Ellis dan Hartley (1998)
maka Malpraktek dalam keperawatan adalah suatu batasan yang digunakan untuk
1 Assessment Errors
kegagalan mengumpulkan data atau informasi tentang pasien secara memadai atau
laboratorium, tanda-tanda vital, atau keluhan pasien yang membutuhkan tindakan segera.
keperawatan dan lebih lanjut akan mengakibatkan kesalahan atau ketidaktepatan dalam
tindakan. Untuk menghindari kesalahan ini, perawat seharusnya dapat mengumpulkan data
2 Planning Errors
keperawatan.
4. Kegagalan memberikan instruksi yang dapat dimengerti oleh pasien. Untuk mencegah
harus memakai pertimbangan yang jelas berdasarkan masalah pasien. Bila dianggap
perlu, lakukan modifikasi rencana berdasarkan data baru yang terkumpul. Rencana
harus realistis berdasarkan standar yang telah ditetapkan, termasuk pertimbangan yang
diberikan oleh pasien. Komunikasikan secara jelas baik secara lisan maupun dengan
tulisan. Lakukan tindakan berdasarkan rencana dan lakukan secara hati-hati instruksi
3 Intervention Errors
order/pesan dari dokter atau dari penyelia. Kesalahan pada tindakan keperawatan yang
(restrictive therapy). Dari seluruh kegiatan ini yang paling berbahaya tampaknya pada
tindakan pemberian obat. Oleh karena itu, perlu adanya komunikasi yang baik di antara
Meskipun kelalaian dan malpraktek bisa terjadi karena ketidaksengajaan namun hal
sistematis. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh seorang perawat untuk
Yaitu mengidentifikasi dan memahami pada diri sendiri tentang kekutan dan
kelamahan dalam praktik keperawatan. Bila terindentifikasi akan kelemahan yang dimiliki maka
berusahalah untuk mencari penyelesaiannya. Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu melalui
pendidikan, pengalaman langsung, atau berdiskusi dengan teman sekerja/kolega. Apabila
berhubungan seorang supervisor, sebaiknya bersikap terbuka akan kelemahannnya dan jangan
menerima tanggung jawab dimana perawat yang bersangkutan belum siap untuk itu. Jangan
menerima suatu jabatan atau pekerjaan kalau menurut kriteria yang ada tidak dapat dipenuhi.
Tenaga keperawatan yang diberikan tugas pada suatu unit perawatan dimana dia
merasa kurang berpengalaman dalam merawat pasien yang ada di unit tersebut, maka
Perawat perlu berkonsultasi dengan perawat senior yang ada di unit tersebut.
yang ada diperlukan guna menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi. Oleh karena
itu itu ada kebutuhan untuk menyeuaikan kebijakan dan proseudr atau protokol tertentu.
Untuk itu merupakan tanggung jawab perawat profesional bekerja guna mempertahankan
5 Pendokumentasian
Pencatatan perawat dapat dikatakan sesuatu yang unit dalam tatanan pelayanan
kesehatan, karena kegiatan ini dilakukan selama 24 jam. Aspa yang dicatat oleh perawat
merupakan faktor yang krusial guna menghindari suatu tuntutan. Dokumentasi dalam suatu
pencatatan adalah laporan tentang pengamatan yang dilakukan, keputusan yang diambil,
Oleh karena setiap kasus ditentukan adanya fakta yang medukung suatu tuntutan,
maka diperlukan pencatatan yang jelas dan relevan. Pencatatan diperlukan secara jelas,
sebagai berikut :
1. Berikan kasih sayang kepada pasien sebagaimana anda mengasihi diri sendiri. Layani
4. Tanyakan saran/order yang diberikan oleh dokter jika : Perintah tidak jelas, masalah
itu ditanyakan oleh pasien atau pasien menolak, tindakan yang meragukan atau tidak
tepat sehubungan dengan perubahan dari kondisi kesehatan pasien. Terima perintah
dengan jelas dan tertulis.
8. Catatlah rencana keperawatan dan respon pasien selama dalam asuhan keperawatan.
Nyatakanlah secara jelas dan lengkap. Catatlah sesegera mungkin fakta yang anda
observasi secara jelas.
10.Pelimpahan tugas secara bijaksana, dan ketahui lingkup tugas masing-masing. Jangan
pernah menerima atau meminta orang lain menerima tanggung jawab yang tidak dapat
anda tangani.
BAB mencret selama 2 hari. Tn P di diagnosa medis GEA dengan dehidrasi sedang dan
mendapat terapi cairan RL 2500 ml/hari. Selama dirawat pasien sering ke kamar mandi.
Setelah 1 hari perawatan Tn P mengeluh nyeri pada daerah tusukan infus dan terlihat pada
selang infus terdapat bekuan darah dan kasa penutup tampak kotor,basah dan terdapat
darah yang kering. Perawat S datang dan menghampiri Tn P untuk memperbaiki selang
infus yang terdapat darah dengan cara memutar selang infus dan memasukan bekuan
darah. Selain itu perawat S tidak mengganti kasa infus dan hanya mengompres tempat
infusan dengan alkohol 70%. Setelah 3 hari tangan pasien yang terdapat infus menjadi
bengkak dan mengeluarkan nanah pada tusukan infus. Setelah dilakukan pemeriksaan Tn P
di diagnosa infeksi daerah insersi infus dan harus dilakuakan tindakan insisi untuk
mengeluarkan nanah.
Pembahasan Kasus
Dalam UU Keperawatan tahun 2014 Pasal 30 ayat 1 poin a “melakuakan pengkajian secara
keperawatan” yang menjelakan tentang tanggung jawab perawat terhadap klien (individu,
terhadap klien dengan tidak membuat rencana keperawatan perawatan pasien dengan
terpasang infus. Selain itu Perawat S telah melakukan kelalaian yang mengakibatkan
kerugian beruapa infeksi daerah infus terhadap klien. Selain itu Perawat S melanggar UU
Keperawatan tahun 2014 pasal 38 tentang hak dan kewajiban klien poin c “ Klien
undangan yang berlaku’.Selain pasal tersebut diatas, perawat tersebut juga telah melanggar Pasal
54 ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.
Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice pembuktianya dapat dilakukan dengan dua
cara yakni :
1. Cara langsung oleh taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 d
yakni :
a. Duty (kewajiban)
Jika seorang dokter melakukan tindakan menyimpang dari apa yang seharusnya
atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard
profesinya, maka dokter dapat dipersalahkan.
d. Damage (kerugian)
Dokter untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung) antara
penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak ada peristiwa
atau tindakan sela diantaranya., dan hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas. Hasil (outcome)
negatif tidak dapat sebagai dasar menyalahkan dokter. Sebagai adagium dalam ilmu
pengetahuan hukum, maka pembuktiannya adanya kesalahan dibebankan/harus diberikan oleh
si penggugat (pasien).
Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien, yakni dengan
mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan perawatan (doktrin res ipsa
loquitur). Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi
kriteria:
c. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak ada
contributory negligence.
Di dalam transaksi teraputik ada beberapa macam tanggung gugat, antara lain:
1. Contractual liability
Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya kewajiban dari hubungan
kontraktual yang sudah disepakati. Di lapangan pengobatan, kewajiban yang harus
dilaksanakan adalah daya upaya maksimal, bukan keberhasilan, karena health care provider
baik tenaga kesehatan maupun rumah sakit hanya bertanggung jawab atas pelayanan
kesehatan yang tidak sesuai standar profesi/standar pelayanan.
2. Vicarius liability
Vicarius liability atau respondeat superior ialah tanggung gugat yang timbul atas
kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang ada dalam tanggung jawabnya (sub
ordinate), misalnya rumah sakit akan bertanggung gugat atas kerugian pasien yang diakibatkan
kelalaian perawat sebagai karyawannya.
3. Liability in tort
Liability in tort adalah tanggung gugat atas perbuatan melawan hokum (onrechtmatige
daad). Perbuatan melawan hukum tidak terbatas haya perbuatan yang melawan hukum,
kewajiban hukum baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, akan tetapi termasuk
juga yang berlawanan dengan kesusilaan atau berlawanan dengan ketelitian yang patut
dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda orang lain ( hogeraad 31
januari 1919 ).
Hukum itu mempunyai 3 pengertian, sebagai sarana mencapai keadilan, yang kedua
sebagai pengaturan dari penguasa yang mengatur perbuatan apa yang boleh dilakukan,
dilarang, siapa yang melakukan dan sanksi apa yang akan dijatuhkan (hukum objektif). Dan yang
ketiga hukum itu juga merupakan hak.oleh karenanya penegakan hukum bukan hanya untuk
medapatkan keadilan tapi juga hak bagi masyarakat (korban).
Sehubungan dengan hal ini, adami chazawi juga menilai tidak semua malpraktik medik
masuk dalam ranah hukum pidana. Ada 3 syarat yang harus terpenuhi, yaitu
1. Sikap bathin dokter (dalam hal ini ada kesengajaan/dolus atau culpa).
2. Syarat dalam perlakuan medis yang meliputi perlakuan medis yang menyimpang dari
standar tenaga medis, standar prosedur operasional, atau mengandung sifat melawan
hukum oleh berbagai sebab antara lain tanpa str atau sip, tidak sesuai kebutuhan medis
pasien.
3. Syarat akibat, yang berupa timbulnya kerugian bagi kesehatan tubuh yaitu luka-luka (Pasal
90 KUHP) atau kehilangan nyawa pasien sehingga menjadi unsure tindak pidana.
Selama ini dalam praktek tindak pidana yang dikaitkan dengan dugaan malpraktik medik
sangat terbatas. Untuk malpraktek medik yang dilakukan dengan sikap bathin culpa hanya 2
pasal yang biasa diterapkan yaitu pasal 359 (jika mengakibatkan kematian korban) dan pasal
360 (jika korban luka berat).
Pada tindak pidana aborsi criminalis (pasal 347 dan 348 kuhp). Hampir tidak pernah
jaksa menerapkan pasal penganiyaan (pasal 351-355 kuhp) untuk malpraktik medik.
Dalam setiap tindak pidana pasti terdapat unsure sifat melawan hukum baik yang
dicantumkan dengan tegas ataupun tidak. Secara umum sifat melawan hukum malpraktik
medik terletak pada dilanggarnya kepercayaan pasien dalam kontrak teurapetik tadi.
Dari sudut hukum perdata, perlakuan medis oleh dokter didasari oleh suatu ikatan atau
hubungan inspanings verbintenis (perikatan usaha), berupa usaha untuk melakukan
pengobatan sebaik-baiknya sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional,
kebiasaan umum yang wajar dalam dunia kedokteran tapi juga memperhatikan kesusilaan dan
kepatutan.perlakuan yang tidak benar akan menjadikan suatu pelanggaran kewajinban (wan
prestasi).
Ada perbedaan akibat kerugian oleh malpraktik perdata dengan malpraktik pidana.
Kerugian dalam malpraktik perdata lebih luas dari akibat malpraktik pidana. Akibat malpraktik
perdata termasuk perbuatan melawan hukum terdiri atas kerugian materil dan idiil, bentuk
kerugian ini tidak dicantumkan secara khusus dalam uu. Berbeda dengan akibat malpraktik
pidana, akibat yang dimaksud harus sesuai dengan akibat yang menjadi unsure pasal tersebut.
Malpraktik kedokteran hanya terjadi pada tindak pidana materil (yang melarang akibat
yang timbul,dimana akibat menjadi syarat selesainya tindak pidana). Dalam hubungannya
dengan malpraktik medik pidana, kematian,luka berat, rasa sakit atau luka yang mendatangkan
penyakit atau yang menghambat tugas dan matapencaharian merupakan unsure tindak pidana.
Jika dokter hanya melakukan tindakan yang bertentangan dengan etik kedokteran maka ia
hanya telah melakukan malpraktik etik. Untuk dapat menuntut penggantian kerugian karena
kelalaian maka penggugat harus dapat membuktikan adanya suatu kewajibanbagi dokter
terhadap pasien, dokter telah melanggar standar pelayananan medik yang lazim dipergunakan,
penggugat telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti ruginya.
Terkadang penggugat tidak perlu membuktikan adanya kelalaian tergugat. Dalam hukum
dikenal istilah res ipsa loquitur (the things speaks for itself), misalnya dalam hal terdapatnya
kain kasa yang tertinggal di rongga perut pasien sehingga menimbulkan komplikasi pasca
bedah. Dalam hal ini dokterlah yang harus membuktikan tidak adanya kelalain pada dirinya.