Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Bhre Kurniawan

NIM : 1830100057
Fakultas/Prodi : Ilmu Hukum
Mata Kuliah : Hukum dan Ham
Dosen Pengampu : Andrie Irawan, S.H., M.H.

PERHATIAN:

1.  Tidak diperkenankan melakukan tindakan curang dalam bentuk apapun, bagi mahasiswa
yang tidak mengindahkan perhatian ini lembar kerjanya tidak akan dikoreksi

2.  Kerjakan soal dengan nomor urut pada lembar file ini dan disimpan dalam bentuk PDF,
kemudian upload kembali di akun Anda, jika tidak sesuai dengan instrusksi ujian, maka
lembar jawaban tidak akan diperiksa dan jangan lupa perihal pembagian soal berdasarkan
NIM masing-masing

SOAL:

1. Jelaskan perihal lahirnya hukum kesehatan dalam rumpun ilmu hukum!


2. Jelaskan subyek dan obyek hukum dalam hukum kesehatan (NIM GENAP) serta ruang
lingkup hukum kesehatan dalam sistem hukum Indonesia (NIM GANJIL)!
3. Bagaimana hubungan dokter dengan pasien sebagaimana yang diatur dalam hukum
kesehatan serta bagaimana jika dilihat dari sisi hukum perikatan?
4. Bagaimana kedudukan dan fungsi dari medical record dan informed consent dalam
hukum pembuktian?

JAWABAN :

1. Kesehatan merupakan salah satu unsur sangat penting bagi kemajuan suatu
negara. Setiap negara berupaya memberikan perhatian utama pada pelayanan
kesehatan, mulai dari penyediaan tenaga kesehatan yang profesional hingga
fasilitas kesehatan yang modern. Negara juga membuat dan memberlakukan
peraturan-peraturan di bidang kesehatan (hukum kesehatan) sebagai pedoman
yuridis dalam pemberian layanan kesehatan kepada masyarakat. Hukum
kesehatan pada pokoknya mengatur tentang hak, kewajiban, fungsi, dan
tanggung jawab para pihak terkait (stakeholders) Kepemilikan menurut
Permenkes 269/MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekan Medis pada BAB V
tentang Kepemilikan, Pemanfaatan, dan Tanggung Jawab, Pasal 12 isinya:
Ayat (1): Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan
Ayat (2): Isi rekam medis milik pasiendalam bidang kesehatan. Hukum
kesehatan memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada pemberi dan
penerima jasa layanan kesehatan.

Namun, dalam praktiknya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga


kesehatan, khususnya dokter, kepada pasien cukup sering menimbulkan
masalah hukum dalam hubungan antara dokter dan pasien. Masalah hukum itu
antara lain disebabkan oleh apa yang disebut dengan malapraktik kedokteran.
Dokter, tenaga kesehatan lainnya, dan rumah sakit dituding telah merugikan
pasien akibat kesalahan praktik kedokteran yang dilakukan terhadap pasien.
Maka profesi kedokteran menjadi tersudut. Profesi dokter pun menjadi profesi
yang berisiko hukum karena kesalahan tindakan medisnya dapat menimbulkan
gugatan perdata dan/atau tuntutan pidana. Hal ini menimbulkan kegamangan
bagi para dokter dalam menjalankan profesinya memberikan layanan kesehatan
kepada masyarakat.
Hubungan konfliktual antara dokter/rumah sakit dan pasien juga terjadi akibat
adanya keluhan atau kekecewaan secara terbuka oleh pasien terhadap layanan
dari dokter/rumah sakit, terutama pasien yang mengalami kerugian atas layanan
kesehatan dari dokter/rumah sakit tersebut. Keluhan atau kekecewaan pasien ini
dianggap oleh dokter/rumah sakit sebagai bentuk pencemaran nama baik.
Hubungan konfliktual ini pun sampai ke hadapan persidangan di pengadilan.
Pihak pasien yang dijatuhi vonis pidana oleh pengadilan kemudian menilai pihak
dokter/rumah sakit telah melakukan kriminalisasi terhadap pasien.
Kondisi faktual seperti di atas, yang berulang terjadi dalam sejumlah kasus,
menunjukkan bahwa baik pihak dokter/rumah sakit maupun pihak pasien sama-
sama potensial terjerembab kedalam masalah hukum. Niat mulia dokter/rumah
sakit untuk memberikan layanan kesehatan kepada pasien yang membutuhkan
justru dapat menyeret dokter/rumah sakit ke gugatan perdata dan/atau tuntutan
pidana jika terjadi malapraktik kedokteran. Harapan pasien untuk mendapatkan
layanan kesehatan yang prima dari dokter/rumah sakit juga dapat menyeret
pasien ke masalah hukum jika si pasien mengekspos kekecewaannya atas
layanan kesehatan yang diberikan oleh dokter/rumah sakit. Kondisi seperti ini
jelas tidak kondusif dan konstruktif bagi upaya pembangunan kesehatan yang
merupakan salah satu unsur dari pembangunan nasional untuk memajukan
kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar
1945.
Hubungan konfliktual antara dokter/rumah sakit dan pasien serta masalah-
masalah lainnya yang terjadi dalam praktik kedokteran menunjukkan bahwa
ketentuan-ketentuan dalam hukum kesehatan belum sepenuhnya dipahami atau
dipedomani baik oleh dokter/rumah sakit maupun oleh pasien. Hubungan
konfliktual seperti itu semestinya dapat dihindari atau dapat diselesaikan melalui
mekanisme non-litigasi jika masing-masing pihak memahami dan mempedomani
dengan baik berbagai ketentuan dalam hukum kesehatan. Baik pihak
dokter/rumah sakit maupun pihak pasien sebetulnya tidak menghendaki
munculnya masalah hukum yang terpaksa harus merepotkan mereka untuk
berperkara di pengadilan.
Hukum kesehatan sangat penting dipahami dan dipedomani oleh dokter/rumah
sakit dalam pemberian layanan kesehatan kepada pasien. Dengan begitu, pihak
dokter/rumah sakit dapat mengantisipasi potensi munculnya masalah hukum di
kemudian hari. Namun faktanya masih banyak kalangan dokter/rumah sakit yang
belum familiar dengan seluk-beluk hukum kesehatan ini. Minimnya akses untuk
mendapatkan pendidikan dan pelatihan mengenai hukum kesehatan merupakan
salah satu penyebab kurang dipahaminya dan dipedomaninya hukum kesehatan
oleh dokter/rumah sakit. Oleh karena itulah Jimly School of Law and Government
(JSLG) mengambil inisiatif menyelenggarakan Workshop Hukum Kesehatan dan
Pelayanan Rumah Sakit ini sebagai ikhtiar untuk ikut berkontribusi dalam
pembangunan kesehatan bangsa Indonesia.

2. Ruang Lingkup Hukum Kesehatan meliputi penyusunan peraturan perundang-


undangan, pelayanan advokasi hukum, dan peningkatan kesadaran hukum di
kalangan masyarakat. Hukum Kesehatan adalah penggabungan dari dua disiplin
yang tertua, yaitu Hukum dan Medis. Kedua ilmu bekerja sama dengan bidang
medis tetap mempertahankan wilayah keilmuan masing-masing. Di sini terletak
kendala dalam perkembangan hukum medisnya. Karena Hukum Medis adalah
cabang dari ilmu hukum, maka sebagai suatu cabang harus memenuhi prinsip-
prinsip ilmu hukum. Disiplin medis merupakan komponen yang dibutuhkan oleh
Hukum Medis, disiplin medis berfungsi untuk mengisi bidang-bidang tertentu
yang diperlukan oleh hukum medis. A. Pengertian Terminologi Hukum
Kesehatan Dunia ilmu sudah sejak lama merintis adanya disiplin baru yaitu
Hukum Kedokteran, atau Hukum Medik sebagai terjemahan dari Medical Law.
Atau juga ada yang menyebut Hukum Kesehatan atau Health Law atau
Gezondheidsrech. Batasan ruang lingkup pengertian ini sangat penting artinya,
karena akan relevan dengan perkembangannya di dunia internasional.
Perkembangan bidang hukum baru ini di negara-negara yang menganut sistem
kodifikasi seperti halnya Negeri Belanda, Perancis dan Jerman, agak berbeda
bila dibandingkan dengan Negara-Negara yang menganut sistim kebiasaan
(“common law”), seperti Amerika Serikat, Australia dan Inggris. Sehingga perlu
ditetapkan batasan ruang lingkup pengertiannya, sehingga pembahasannya juga
akan jelas. Mengenai penyebutannya misalnya, Negara-Negara Eropa
( Belanda, Prancis, Jerman dan sebagainya) mempergunakan Pengantar Hukum
Kesehatan dan masuk dalam kurikulum fakultas hukum. Penggunaannya belum
terlalu lama dan penting adanya pemahaman yang sama tentang ruang lingkup
dan pengertian hukum kesehatan, karena masih ada pendapat yang keliru,
menganggap hukum kesehatan identik dengan hukum kedokteran. Kemudian
belum pula ada pemahaman antara lingkup hukum kesehatan dan ilmu
kedokteran kehakiman. Selanjutnya perlu juga dipahami bahwa dalam hukum
kesehatan dikenal pendekatan dua ilmu, yaitu ilmu kesehatan / kedokteran dan
ilmu hukum yang disebut pendekatan medicolegal. Memakai istilahkan Medical
Law, atau Medical Recht, sementara di Amerika, Inggris dan Australia lebih
menyukai istilah Health Law atau hukum kesehatan. B. Ruang Lingkup, Objek
dan Subjek Hukum Kesehatan. Seorang sarjana Belanda Leenen memberikan
batasan ruang lingkup hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis
dan peraturan hukum di bidang pemeliharaan kesehatan beserta studi ilmiahnya.
Dari batasan ruang lingkup tersebut semakin jelas apa yang dimaksud dengan
bidang hukum baru ini yaitu hal-hal yang menyangkut kesehatan yang berlaku
disemua negara dan yang bersumber tidak saja pada hukum perundang-
undangan, tetapi juga meliputi peraturan-peraturan internasional, asas-asas
yang berlaku di dunia internasional, hukum yurisprudensi, serta doktrin ilmu
pengetahuan dan kepustakaan. Subjek Hukum Kesehatan adalah Pasien dan
tenaga kesehatan termasuk institusi kesehatan sedangkan objek Hukum
Kesehatan adalah perawatan kesehatan (Zorg voor de gezondheid). Secara
harafiah Gezondheidsrecht mengandung konotasi kearah pengertian health law
atau hukum kesehatan, yang mencakup ruang lingkup yang lebih luas daripada
sekedar produk profesi medik. Sedang medisch recth atau medical law lebih
sempit, dan hanya mencakup segi medik sebagai produk profesi medik.
Gezodheidsrecht atau health law dapat mencakup ruang lingkup yang luas,
seperti misalnya masalah farmasi, keluarga berencana, pusat kesehatan
masyarakat, asuransi kesehatan, kesehatan kerja, kesehatan lingkungan dan
lain sebagainya. 
3. - Hubungan hukum dokter-pasien akan menempatkan dokter dan pasien berada
pada kesejajaran, sehingga setiap apa yang dilakukan oleh dokter terhadap
pasien tersebut harus melibatkan pasien dalam menentukan apakah sesuatu
tersebut dapat atau tidak dapat dilakukan atas dirinya.
- Menurut Pasal 1 ayat (4 ) Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 , pasien
adalah “setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan”, dan menurut Pasal 31 (1)  pasien diwajibkan
untuk membayar biaya pelayanan kesehatan. Jika dikaji, ketentuan tersebut
menunjukkan adanya ketidakseimbangan karena pembagian hak tidak
berdasarkan prestasi. Dalam suatu hubungan kontraktual seharusnya dilandasi
oleh asas keseimbangan yang tercermin pada hak-hak dan kewajiban para
pihak, namun dalam hubungan antara dokter dan pasien dalam pelayanan medik
jelas menunjukkan adanya fungsi dan peran dominan dokter terhadap
pasiennya.
Berdasarkan adanya fakta dominasi dokter terhadap pasiennya yang
membuktikan tidak dipenuhinya asas proporsionalitas, maka sebenarnya yang
terjadi bukanlah hubungan dalam arti sesungguhnya, namun lebih merupakan
hubungan kekuasaan (Russel, 1938), yaitu hubungan antara pihak yang aktif dan
memiliki wewenang  dengan pihak yang lemah, pasif dan menjalankan peran
ketergantungan. Superioritas dokter terhadap pasien melalui ilmu pengetahuan
medis, menunjukkan bahwa hanya ada kegiatan oleh dokter, sedangkan pasien
tetap pasif atau tidak menjalankan suatu fungsi, sehingga hubungan itu berat
sebelah.
Berdasarkan fakta ini, maka sebenarnya pola hubungan yang bersifat “equal
partner” masih akan sulit diwujudkan karena masih terjadinya dominasi dokter
kepada pasiennya. Hal ini juga didukung dengan adanya kewajiban untuk
memberikan pelayanan yang sama kepada siapapun oleh Negara karena
kewajiban ini bersifat asasi yang diwujudkan dalam bentuk asuransi kesehatan ,
sehingga akan dapat menumbuhkan kembali konsep paternalistik yang
melandasi hubungan dokter dan pasien. Bagi dokter inilah model hubungan yang
membuat mereka aman dan nyaman, karena tidak perlu memberikan banyak
informasi atau berkomunikasi dengan pasien mengingat latar belakang pasien
yang sangat beragam, baik dari aspek sosial, ekonomi maupun pendidikan.
Tentunya ini masih akan berlangsung dalam waktu yang cukup lama karena
sikap pasien yang seringkali apatis ketika berhadapan dengan dokter.
4. Pengertian Rekam Medis
 Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008; Rekam medis adalah berkas
yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien .
 Pasal 46 ayat (1) UU No.29 tahun 2004; Praktik kedokteran yang dimaksud
dengan Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan yang telah diberikan
kepada pasien.
 SK Dirjen pelayanan medik Depkes RI (2006 : II); Rekam Medis adalah
keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnesa,
pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnose serta segala pelayanan medic yang
diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan
maupun rawat darurat.
 Tujuan Rekam Medis; Tujuan Rekam Medis adalah menunjang tercapainya
tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Tanpa didukung suatu system pengolahan Rekam Medis yang
baik dan benar, mustahil tertib administrasi rumah sakit akan berhasil
sebagaimana yang diharapkan.
 Kegunaan Rekam Medis; Kegunaan Rekam Medis menurut Direktorat
Jendral Pelayanan Medik (2006: 13- 16) dapat dilihat dari berbagai
aspek,antara lain :
 Aspek Administrasi; Berkas Rekam Medis mempunyai nilai administrasi,
karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung
jawab sebagai tenaga medis dan paramedic dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan.
 Aspek Medis; Berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena cacatan
tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan/perawatan yang diberikan kepada seorang pasien dan dalam
rangka mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan melalui audit
medis, manajemen risiko klinis serta keamanan/keselamatan pasien dan
kendali biaya.
 Aspek Hukum; Berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya
menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan,
dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyedian bahan sebagai
tanda bukti untuk menegakkan keadilan.
 Aspek keuangan; Berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya
mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek
keuangan. Kaitannya rekam medis dengan aspek keuangan sangan erat
sekali dalam hal pengobatan, terapi serta tindakan-tindakan apa saja yang
diberikan kepada seorang pasien selama menjalani perawatan di rumah
sakit,oleh karena itu penggunaan system teknologi computer didalam perses
penyelenggaraan rekam medis sangat diharapkan sekali untuk diterapkan
pada setiap instansi pelayanan kesehatan.
 Aspek Penelitian; Berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena
isinya menyangkut data dan informasi yang dapat dipergunakan sebagai
aspek pendukung penelitian dan pengembangan pengetahuan dibidang
kesehatan.
 Aspek Pendidikan; Berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena
isinya menyangkut data/informasi tentang pengembangan kronologis dan
kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada seorang pasien, informasi
tersebut dapat digunakan sebagai bahan/referesi pengajaran dibidang profesi
pendidikan kesehatan.
 Aspek Dokumentasi; Berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi,
karena isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan
di pakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit.
 Kegunaan  Rekam Medis secara umum adalah; Sebagai alat komunikasi
antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil didalam proses
pemberian pelayanan, pengobatan, dan perawatan kepada pasien.

Kepemilikan Rekam Medis

Ayat (3): Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk
ringkasan rekam medis

Ayat (4): Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
diberikan, dicatat, atau di copy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau
atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.

o Pengertian Informed Consent

Informed consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh


pasien atau keluarga pasien setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap
mengenai tindakan kedokteran dan kedokteran gigi yang akan dilalukan
terhadap pasien (Permenkes No.290/Menkes/Per/III/2008 dan Manual
Pesetujuan Tindakan Kedokteran Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2008)
Informed consent berarti suatu izin (consent) atau pernyataan setuju dari pasien
yang diberikan dengan bebas dan rasional, sesudah mendapatkan I nformasi
dari dokter dan sudah dimengerti olehnya (J.Guwandi, S.H. FK. UI,
Jakarta.2006 :1)

 Tujuan informed Consent


 Perlindungan pasien untuk segala tindakan medic.
Perlakuan medis tidak diketahui/didasari pasien/keluarga, yang seharusnya tidak
dilalukan ataupun yang merugikan atau membahayakan pasien.

 Perlindungan tenaga kesehatan terhadap terjadinya akibat yang tidak terduga


serta dianggap meragukan pihak lain.

Tidak selamanya tindakan dokter berhasil, tak terduga malah merugikan pasien
meskipun dengan sangat hati-hati sesuai dengan SOP.

 Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan


dan bersifat negative, karena prosedur medis modern tidak tanpa risiko dan
pada setiap tindakan medis ada melekat suatu risiko (Permenkes No.
290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 )
o Fungsi informed consent
 Proteksi bagi pasien
 Mencegah terjadinya tipuan atau paksaan
 Mengemukakan hak otonomi perorangan
 Agar keputusan-keputusan profesi medis haruslah rasional
 Menimbukan rangsangan kepala profesi medis untuk mengadakan intropeksi
terhadap diri sendiri
 Ketertiban masyarakan dalam memajukan prinsip otonomi sebagai salah satu
nilai social dan mengadakan pengawasan dalam penyelidikan bio-medik
(Alexander Capron).

Yang Mengerjakan

Bhre Kurniawan

 
 

Anda mungkin juga menyukai